SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI (Studi Deskritif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Kekerasan di Program Berita Liputan 6 Siang di SCTV).

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG
TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI
(Studi Deskr itif Sikap Masyar akat Surabaya Tentang
Tayangan Kekerasan di Progr am Ber ita
Liputan 6 Siang di SCTV)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian per syar atan memper oleh gelar sarjana
pada Fisip UPN “Veter an” J awa Timur

Disusun Oleh :

Amy Alexander Mangundap
NPM : 0743010227

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kemurahan, kebaikan dan karunianya-Nya, sehingga penulisan
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
Pada kesempatan ini penulis melakukan penelitian dengan judul “Sikap
Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Kekerasan (Studi Deskriptif Sikap
Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Kekerasan di Program Berita Liputan 6
Siang di SCTV)”.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan bisa

terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Perkenankan
pada kesempatan ini, penulis menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih
kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

i


3.

Bapak Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.

4.

Ibu Dra. Diana Amalia, MSi., Dosen Pembimbing yang senantiasa
membimbing dan meluangkan waktu, guna memberikan pengarahan pada
penulis dalam penyusunan skripsi.

5.

Semua dosen dan staff dosen Universitas Pembangunan Nasioanal ”Veteran”
Jawa Timur.

6.

Orang tuaku tercinta, yang dengan penuh kesabarannya telah memberikan

bantuan baik materiil maupun moril, serta do’a tulus.

7.

Ida Ayu Putu Devina Prawestari tercinta, untuk dukungan secara total yang
sangat luar biasa.

8.

Semua orang yang telah banyak membantu, memberikan saran dan kritik
kepada penulis dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa isi dan cara penyajian skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna
meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini.

Surabaya, Desember 2011

Penulis


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 9
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 9
1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................ 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ....................................................................... 10
2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa .................. 10
2.1.2. Dampak Media Massa .................................................. 12

2.1.3. Tayangan Televisi ........................................................ 13
2.1.4. Jenis Tayangan Televisi ............................................... 15
2.1.5. Program Berita ............................................................. 17
2.1.6. Jenis Berita .................................................................. 18
2.1.7. Kekerasan .................................................................... 19
2.1.8. Tayangan Kekerasan Di Televisi ................................. 20
2.1.9. Pemirsa Sebagai Khalayak ........................................... 21
2.1.10. Sikap ............................................................................ 22

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

2.1.11. Teori SOR .................................................................... 26
2.1.12. Liputan 6 Siang di SCTV ............................................. 28
2.2. Kerangka Berfikir ................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian .............................................................. 28
3.2. Definisi Opersional dan Pengukuran Variabel .......................... 28

3.2.1. Definisi Operasional ..................................................... 28
3.2.2. Pengukuran Variabel .................................................... 29
3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ...................... 32
3.3.1. Populasi ....................................................................... 32
3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel .......................... 32
3.4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 36
3.5. Metode Analisis Data ............................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1

Jumlah Sampel Untuk Keseluruhan Surabaya .......................... 34


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Stimulus Ornganisme Respon (S-O-R) ................................. 27
Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster ..................................................... 33

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

Abstr ak
Amy Alexander Mangundap, Sikap Masyar akat Surabaya Tentang
Tayangan Kekerasan (Studi Deskritif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang
Tayangan Keker asan di Progr am Berita Liputan 6 Siang Di SCTV)
Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia akan informasi. Informasi yang disajikan media massa merupakan
kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, sampai pada
tayangan kekerasan, sadisme, film kekerasan, film horor sampai dengan tayangan
kriminalitas dapat disaksikan. Kekerasan yang ditayangkan bertujuan untuk
menonjolkan kengerian agar dapat membangkitkan emosi pemirsa dan pembaca.
Program televisi yang menyajikan berbagai informasi yang sedang terjadi adalah
program news. Salah satunya adalah SCTV yang menyajikan acara Liputan 6
SCTV. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana sikap mayarakat
Surabaya tentang tayangan kekerasa di program berita Liputan 6 Siang di SCTV.
Sikap diukur dengan menggunakan indikator sikap kognitif, afektif dan
konatif. Populasi dalam penelitian disini adalah masyarakat Surabaya yang
minimal berusia 15 tahun dan yang menonton program acara Liputan 6 Siang di
SCTV. Teknik penarikan sampel menggunakan Multistage Cluster Random
Sampling, dengan metode analisis tabel frekuensi untuk menggambarkan data
yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi
oleh responden.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa: dari
keseluruhan sikap yang ditunjukkan oleh responden baik sikap kogniti, sikap
afektif dan sikap kognatif adalah positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap
responden terhadap tayangan kekerasan yang ada di Liputan 6 siang baik.

Kata kunci: Sikap, Media Massa, Liputan 6
Abstract
The mass media is one means to meet human needs for information. The
information presented is a mass media event or events that occur in life, to the
impressions of violence, sadism, violent movies, horror movies to show
criminality can be witnessed. Violence that display aims to highlight the horrors
in order to evoke emotions viewers and readers. Television program that presents
a variety of information that is happening is a newsprogram. One of them is
presenting the show SCTV Liputan 6 SCTV. The purpose of this study was to
determine how public attitudes about the show of force at Surabaya news
programs Liputan 6 on SCTV.
Attitude was measured by using indicators of cognitive attitude, affective
and conative. Population in the research community here is a minimum of
Surabaya and 15 year old, who watched programs Liputan 6 Siang on SCTV.
Sampling technique using a multistage cluster random sampling, with a frequency
table analysis method to describe the data obtained from interviews based on
questionnaires completed by respondents.
Of research has been done obtained results indicate that the overall attitude
of therespondent are kogniti attitude, affective attitude and the kognatif attitude is
positive. This shows that the attitude of respondents to show that there is violence

in Liputan 6 siang.
Key words: Attitude, Mass Media, Coverage 6

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia akan informasi. Informasi yang disajikan media massa merupakan
kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, sehingga
antara manusia dan media massa keduanya saling membutuhkan satu sama lain
dan tidak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan media massa untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan akan informasi dan mengkonsumsi berita-berita yang
disajikan oleh media massa tersebut.
Media massa benar-benar ingin menunjukkan kepada masyarakat
konsumennya bahwa ia adalah benar-benar replikasi dari masyarakatnya, karena
itu media massa juga harus tampil dalam bentuk kekerasan dan sadistis. Media
massa harus punya wajah seram yang membuat masyarakat merinding dan
mengelus dada. Padahal secara empiris, replikasi media massa akan terulang oleh
konsumen medianya, yaitu masyarakat mereplikasi informasi media massa dalam
proses konstruksi-rekonstruksi. Kekerasan dan sadisme media massa dapat
disaksikan mulai dari filem kekerasan, film horor sampai dengan tayangan
kriminalitas (Bungin, 2006:346).
Kekerasan yang dipertontonkan di media massa di media massa, baik
tayangan fisik, maupun verbal oleh media dimana tayangan menampilkan tulisan,
aksi, dan ucapan yang berbau kekerasan berupa kata-kata kasar sampai dengan
siaran dan rekonstruksi kekerasan yang dapat ditonton di televisi, didengarkan
melalui radio, ataupun dibaca melalui media cetak. Kekerasan ini ditayangkan
dengan tujuan menonjolkan kengerian dan keseragaman, yaitu agar media massa
dapat membangkitkan emosi pemirsa dan pembaca. Emosi ini menjadi daya tarik
luar biasa untuk membaca atau menonton kembali acara yang sama saat disiarkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasandimedia massa).
Kejahatan di media massa terdiri dari beberapa macam, seperti kekerasan
terhadap diri sendiri, seperti bunuh diri, meracuni diri sendiri, menyakiti diri
sendiri. (2) kekerasan pada orang lain, seperti menganiaya orang lain, membentak
orang lain, sampai dengan membunuh orang lain. (3) kekerasan kolektif, seperti
perkelahian

massal,

komplotan

melakukan

kejahatan

maupun

sindikat

perampokan (Pudjiastuti, 2006). (4) kekerasan dengan skala yang lebih besar
seperti peperangan dan terorisme yang dampaknya memberi rasa ketakutan dan
kengerian yang luar biasa kepada pemirsanya (Bungin, 2006:346).
Bagi media massa elektronik, membangun emosi melalui acara seperti ini
merupakan upaya yang tidak sulit, karena dengan gambar-gambar yang
menyeramkan dan sedikit komentar yang cenderung memilukan, emosi
masyarakat akan mencapai puncaknya. Seperti ketika Tsunami melanda Aceh,
berkali-kali stasiun televisi menyiarkan gambar yang sama, berkali-kali televisi
menyiarkan gambar-gambar close-up mayat-mayat di selokan, di atas rumah dan
sebagainya yang sudah membusuk, sehingga dengan mudah menimbulkan
kengerian yang luar biasa kepada pemirsa televisi. Semakin menyeramkan, maka
semakin ditonton oleh pemirsa, lalu dengan penuh antusias mereka bercerita
kepada orang lain sehingga orang itu ingi terus–menerus menyaksikan di televisi
pula terus seperti itu (Bungin, 2006:347).
Salah satu program televisi yang menyajikan berbagai informasi yang
sedang terjadi adalah program news. program news adalah suatu sajian laporan
berupa fakta dan kejadian yang memiliki nilai berita (unusual, factual, esensial)
dan disiarkan melalui media secara periodik. Pengertian penyajian fakta dan
kejadian di dalam berita bersifat objektif. Liputan gambar dari kejadian biasanya
diambil dengan memperhatikan hal-hal yang sekiranya tidak terlalu membuat
shock. Namun, objektivitas semacam ini masih tergantung subjektivitas dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

peliput. Dari sudut mana kejadian itu diambil, hasilnya sebenarnya telah
menunjukkan subjektivitas dari peliput. Belum lagi susunan berita yang berupa
kalimat-kalimat verbal, sangat mungkin memperoleh tekanan-tekanan tertentu
berdasarkan pandangan subjektif dari reporter yang melaporkan. Akhirnya tak
dapat dihindari kendatipun program berita itu objektif, namun nnsur-unsur
subjektif sengaja atau tidak sengaja ikut serta mewarnai berita (Wibowo,
2007:132-133).
Di dalam program berita terdapat bermacam-macam cara menyajikan
berita dan corak penyajian berita. Batasan yang umum untuk jenis atau macam
program siaran berita terletak pada batasan yang didasari atas keterikatan pada
waktu aktual singkat dan ketidakterikatan pada waktu aktual singkat (memiliki
waktu aktual yang panjang). Berita yang terikat waktu (time concern) disebut
berita harian, sedangkan berita yang tidak terikat waktu (time less) disebut berita
berkala (Wibowo, 2007:135).
Berita harian atau berita hangat (the hot news) adalah berita yang perlu
segera disampaikan kepada masyarakat. Corak berita semacam ini sangat terikat
waktu aktual yang singkat. Berita hangat biasanya bersifat linier dan langsung
(straight news), Seputar Indonesia di RCTI, Topik di ANTV dan Liputan 6 di
SCTV aspek-aspek yang menyangkut sudut pandang lain, opini dan interpretasi
dari reporter atau redaksi tidak ditampilkan (Wibowo, 2007:137).
Berdasarkan sifat dan kekuatan materi beritanya straight news dapat
berupa soft news (berita lunak) dan hard news (berita keras). Soft news artinya
beritaberita yang bersangkut paut dengan kejadian-kejadian umum yang penting
di masyarakat. Berita-berita yang penting dan diperlukan namun tidak
mengandung kemungkinan gejolak dan tidak melibatkan tokoh masyarakat atau
orang termasyur. Misalnya berita mengenai konferensi atau seminar, kegiatan
pengembangan daerah, kegiatan masyarakat dan human interest. Hard news

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

(berita keras) adalah berita yang mengandung konflik dan memberi sentuhansentuhan emosional serta melibatkan tokoh masyarakat atau orang termahsyur.
Berita-berita semacam ini biasanya termasuk dalam kategori berita yang memiliki
high political tension, very unusual dan controversial. Ketiga syarat itu
merupakan petunjuk bahwa dengan cara penulisan tertentu berita tersebut dapat
memberikan sentuhan emosi kepada masyarakat. Tegangan politik tinggi, sangat
istimewa dan mengandung konflik atau pertentangan sebagai berita memiliki daya
tarik sangat tinggi (Wibowo, 2007:138).
Berkaitan dengan berbagai pemberitaan tentang politik baik yang terjadi di
Indonesia maupun internasional, berbagai program news ditiap stasiun televisi
seolah berlomba-lomba memberitakan tentang kejadian tersebut. Seperti yang
terjadi akhir-akhir ini adalah maraknya berbagai demonstrasi dan kerusuhan
massal yang menuntut Presiden Bashar Al-Assad untuk turun dari jabatannya
sebagai presiden dan PBB meminta kepada presiden Syiria segera menghentikan
penggunaan kekuatan militer terhadap para pengunjuk rasa sipil. Dalam setiap
pemberitaannya, tiap program news selalu memunculkan gambar-gambar
mengenai peristiwa demonstrasi, kerusuhan massal serta korban-korban yang
berjatuhan akibat adanya aksi tersebut.
Dari hasil pantauan dan kajian bidang pengawasan isi siaran KPID NTB
menunjukkan sejumlah stasiun TV tidak mematuhi Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran (P3SPS) berkaitan dengan pemberitaan kasus
kekerasan. Misalnya saja dalam pemberitaan kerusuhan di Suriah yang menuntut
Presiden Assad mundur dari jabatan,. Beberapa stasiun TV sama sekali tidak
menyensor gambar-gambar yang sesungguhnya membuat trauma penonton,
seperti saling baku hantam, menampilkan korban berdarah-darah dan lain-lain.
Seharusnya hal tersebut disamarkan.
Sesuai prosedur yang berlaku, lembaga penyiaran hendaknya menjunjung

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

tinggi P3SPS yang ditetapkan KPI terutama menyangkut tayangan dan
pemberitaan kasus kekerasan. Untuk itu KPI tidak akan tinggal diam dan akan
segera melayangkan surat himbauan dan bahkan teguran kepada sejumlah stasiun
TV yang terindikasi melakukan pelanggaran. Semua ada konsekuensinya, apalagi
jika pihak KPI menerima juga keluhan masyarakat tentang tayangan kekerasan di
layar TV akhir-akhir ini. Sanksi terberat yang dijatuhkan berupa penghentian
sementara tayangan bermasalah hingga pencabutan izin siaran.
Liputan 6 SCTV (sebelumnya nama sebagai Liputan 6 Sore) adalah
program berita televisi Indonesia yang disiarkan di SCTV. Dikenal sebagai
program berita yang populer, slogannya adalah "Aktual Tajam Terpercaya".
Liputan 6 pertama kali sejak tanggal 20 Mei 1996 iputan 6 SCTV disiarkan
empat kali sehari yaitu pagi, siang, sore dan malam. Meski namanya
menggunakan angka "6", namun waktu tayangannya tidak semuanya tepat pada
pukul enam. Liputan 6 SCTV disiarkan pada pukul 18.00-19.00 WIB. Liputan
6 Pagi disiarkan sejak pukul 06.00-08.00 WIB, Liputan 6 Siang disiarkan pada
pukul 12.00-12.30 WIB, sedangkan Liputan 6 Sore disiarkan pada pukul
17.00-17.30 WIB dan Liputan 6 Malam pada pukul 23.00-23.30 WIB pada
kecuali hari Rabu (besok Kamis) maka setiap Rabu (besok Kamis) pukul
02.00-02.30 WIB dengan durasi selama 30 menit. Liputan 6 SCTV memiliki
segmen pendek berisi berita-berita terbaru Liputan 6 Terkini disiarkan dua kali
sehari setiap Senin-Jumat pada pukul 10.00 dan 15.00 WIB, masing-masing
berdurasi tiga menit (http://id.wikipedia.org/wiki/Liputan_6).
Liputan6 merupakan salah satu berita TV yang membahas informasi yang
terjadi baik kejadian lokal maupun mancanegara dengan tajam dan terpercaya.
Sebagai acara beritaTV andalan SCTV, Liputan6 selalu berusaha memberikan
informasi terkini tentang beritayang

hangat

dibicarakan saat

ini.

Saya

melihat Liputan6 ini menjadi salah satu pesaing acara berita TV andalan RCTI,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

yaitu Seputar Indonesia. Malah kalau saya perhatikan sepertinya Liputan6 lebih
banyak

dikenal

dibandingkan

dengan

Seputar

Indonesia-nya

RCTI.

Selain Liputan6 memang masih ada MetroTV yang lebih berfokus pada acaraacara yang bertemakan berita, tetapi sejauh ini kualitas dan kecepatan
penyampaian berita dari Liputan6 masih

cukup

bersaing

(http://www.indoswara.com/view.php?pg=2010/04/16042010/5219&).
Sejak kemunculannya di televisi, program berita Liputan 6 SCTV telah
meraih beberapa penghargaan, seperti baru-baru ini Liputan 6 Petang SCTV
masuk dalam nominasi acara Panasonic Global Award 2011 bersaing dengan
program berita lainnya seperti Kabar Petang, Headline News, Liputan 6,
Seputar

Indonesia,

Topik

Petang

Update

(http://akudansekitar.blogspot.com/2011/02/panasonic-award-2011.html).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai sikap pemirsa tentang tayangan kekerasan di media
televisi terutama mengambil obyek adalah program news Liputan 6 Siang di
SCTV. Sisi menarik dari dipilihnya Liputan 6 di SCTV sebagai obyek
penelitian karena selain diminati pemirsa dan memenangkan beberapa
penghargaan namun dalam perjalanannya Liputan 6 Siang di SCTV juga
mendapatkan teguran dan peringatan dari pihak KPI berkaitan dengan
penayangan beberapa adegan yang dinilai mengandung unsur kekerasan dan
dapat menimbulkan efek traumatis pada para pemirsa.
Menurut Onong, sikap adalah suatu kesiapan kegiatan (preparatory
activity) suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial (Sutisna, 2003:99)". Dengan banyaknya
penayangan adegan-adegan kekerasan, berulang-ulang, yang secara langsung
diliput dari tempat kejadian dengan tujuan agar laporan yang diberikan lebih
eksklusif. Hal tersebut secara tidak langsung akan memberikan berbagai dampak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

kepada pemirsanya, seperti perasaan takut, marah dan emosi yang berlebihan
terhadap berita kekerasan tersebut, sehingga dikhawatirkan masyarakat akan
mengalami trauma atau ketakutan dengan kondisi kekerasan atau kejahatan di
lingkungan sekitar mereka.
Teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah teori S-OR (Stimuli-Organism-Respons), Teori S-O-R merupakan singkatan dari StimulusOrganism-Respons. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu
Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan.
Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi, dan
komunikan akan memperhatikan informasi yang sampaikan komunikator. bahwa
stimulus atau pesan yang disampaikan yakni tayangan "Kekerasan di Program
Berita Liputan 6 Siang" kepada para audiens mungkin dapat diterima atau
mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari
komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Komunikan inilah yang akan
melanjutkan proses berikutnya setelah komunikan mengolah dan menerimanya,
maka terjadilah kesediaan untuk mengubah perilaku yaitu sikap masyarakat untuk
lebih bersikap obyektif dengan berbagai tayangan yang bersifat kekerasan.
Pemirsa yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah masyarakat
Surabaya yang berusia 15 tahun. Dipilihnya masyarakat dengan katagori usia 15
tahun karena pada masa tersebut, seseorang memasuki Remaja awal. Menurut
kartono (2007:154), perkembangan awal remaja ini diikuti dengan pertumbuhan
intelektual yang insentif, perkembangan intelektual membangun macam-macam
fungsi baik psikis dan rasa ingin tahu secara bercorak sosial.
Alasan dipilihnya Surabaya sebagai lokasi penelitian disebabkan karena di
Surabaya terjadi aksi demonstrasi atau kerusuhan seperti misalnya: sejumlah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

kejadian kekerasan yang melibatkan korban pers yang sulit dihindarkan seperti
teror, aksi pemukulan dan penghalangan tugas pers. Pada tanggal 7 mei 2011
terjadi aksi kekerasan terhadap insan pers. Sejumlah reporter dan kameramen
televisi di Surabaya dipukul polisi dari Polrestabes Surabaya saat meliput aksi
damai Falun Gong di Jalan Sedap Malam, Surabaya.
Selain itu aksi demonstrasi yang dilakukan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia cabang Surabaya menggelar aksi menentang kekerasan politik
di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, baru-baru ini. Mereka menuntut elite
politik segera menuntaskan masalah bangsa ketimbang hanya mengutamakan
kepentingan pribadi maupun golongan. KAMMI juga mengimbau masyarakat
agar berpikir realistis, obyektif, dan proporsional. Dengan begitu, masyarakat tak
akan terjebak pertentangan horisontal akibat perbedaan pendapat elite politik.
Setelah puas menyampaikan aspirasi di Tugu Pahlawan, para pengunjuk rasa
menggelar aksi serupa di Gedung DPRD I Jatim, tepatnya di Jalan Indrapura,
Surabaya. Selain itu aksi kekerasan terhadap wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta
yang terjadi beberapa waktu lalu, Meskipun terlambat mendapat kecaman dari
SMA Ta’miriyah Surabaya. Sejak pagi ratusan siswa menggelar aksi simpatik
lewat penanda tanda tangan masal diatas kain putih sepanjang 3 meter menolak
cara-cara kekerasan. Tujuan aksi ini agar tidak terjadi kekerasan lagi terhadap
wartawan. Sementara itu dari pantauan beritajatim.com siswa Ta’miriyah merasa
prihatin atas terjadinya insiden tawuran yang melibatkan pelajar SMA 6 Jakarta
dan wartawan beberapa waktu lalu. "Sebagai seorang pelajar dirinya menyesalkan
perbuatan yang dilakukan para pelajar SMA 6 jakarta terhadap wartawan,dan
tidak seharusnya seorang pelajar bersikap seperti preman." kata Safitiri salah
siswi SMA Ta’miriyah. Jumat (23/9/2011). Dalam acara penanda tanda tangan
untuk aksi simpatik, ratusan siswa Tamiriyah juga mengelar aksi adu panco antara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

pelajar dan wartawan. Hal ini sebagai bentuk simbolis bahwa menyelesaikan
sebuah permasalahan tidak harus dengan kekerasan
Berdasarkan uraian di atas maka judul dalam penelitian ini adalah “SIKAP
MASYARAKAT SURABAYA TENTANG TAYANGAN KEKERASAN DI
PROGRAM BERITA LIPUTAN 6 SIANG DI SCTV”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sikap
masyarakat Surabaya tentang tayangan kekerasan di program berita Liputan 6
Siang di SCTV ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana sikap mayarakat Surabaya tentang tayangan kekerasa di program berita
Liputan 6 Siang di SCTV.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan diantaranya :
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi
kepustakaan bagi Universitas Pembangunan Nasional terutama mengenai
penelitian yang berkaitan dengan komunikasi massa khususnya pengaruh
media massa terhadap khalayak.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemirsa untuk lebih
membuka wawasan tentang berbagai tayangan pemberitaan bertema
kekerasan di televisi sehingga tidak lagi menimbulkan sikap skeptis atau
negatif terhadap lingkungan sekitar.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan
kenyataannya bahwa saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari Jakarta
atau kata-kata lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian televisi adalah
salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai
reproduksi dari kenyataan yang disiarkannya melalui gelombang-gelombang
elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat penerima di rumah (Effendy,
1993:10).
Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media massa
yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir
kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang
paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas
karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat
audio visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang
relatif tidak berbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi
sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat
bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan
pola berpikir, pengaruh televisi lebih kuat debandingkan dengan radio dan surat
kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segisegi kejiwaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya media televisi
dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya
dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas melarikan satu
efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.
Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media
tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media
televisi sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul
televisi, berubah total sama sekali. Pengaruh daripada televisi lebih kuat
dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio
televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi
yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi telah
menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan
komunikasi yang semkin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang
dan jarak geografis pemirsa.
Media

televisi

menyediakan

informasi

dan

kebutuhan

manusia

keseluruhan, seperti berita cuaca, informasi finansial, dan sebagainya. Pemirsa
akan selalu terdorong untuk mencari sesuatu yang tidak diketahui melalui media
telivisi. Pada akhirnya, telivisipun menjadikan manusia"hamba hamba kecil" yang
pola pikirnya siap di program oleh materi isi media tersebut (Kuswandi,1996:30).
Secara umum, dikenal tiga tipe media televisi yang dipilih berdasarkan
karakteristiknya, yaitu televisi publik, televisi komersial dan televisi tertentu.
Secara umum, setiap media audio-visual dituntut mampu memberikan dan realitas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

sosial, televisi komersial pada fungsi hiburan, dan televisi pendidikan pada materi
faktual-idealistis (pendidikan dan pengajaran) (Siregar, 2001:15).
1. Daya Tarik Telivisi
Televisi memiliki daya tarik yang kuat dengan memiliki unsur audio-visual
yang berupa kata kata, musik, sound effect dan juga berupa gambar. Dan
gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu
menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain
melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati
di rumah dengan aman dan nyaman.
2. Isi Pesan Televisi
Bersamaan dengan proses penyimpanan isi pesan media televisi kepada
pemirsa, maka isi pesan itu juga akan ditafsirkan secara berbeda-beda menurut
visi pemirsa. Sehingga dampak yang ditimbulkan berbeda-beda pula. Hal ini
terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan
acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan
kondisi pemirsa pada saat menonton televisi.
2.1.2. Dampak Media Massa
Menurut Kuswandi (1996:98), ada tiga dampak yang ditimbulkan dari
acara televisi terhadap pemirsa yaitu:
a. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap
dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan
bagi pemirsa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

b. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada berbagai informasi
mengenai agama tertentu dan juga pengaplikasiannya di masyarakat.
c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah
ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa seharihari.
Namun pada kenyataannya apa yang telah diungkapkan di atas hanya
bersifat teori. Sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam.
Banyak acara televisi yang dikonsumsikan bagi orang dewasa ternyata ditonton
oleh anak-anak.
2.1.3. Tayangan Telivisi
Televisi sebagai salah satu media massa yang mempunyai daya tarik
tersendiri karena sifatnya yang audio visual. Fungsi media televisi ini bagi
masyarakat, sebagai media informasi, media pendidikan, media kebudayaan,
media hiburan dan media promosi yang diajukan kepada khalayak pemirsa baik
secara aktif maupun pasif. Televisi merupakan salah satu budaya populer yang
menampilkan berbagai informasi secara cepat dan efektif. Keadaan program acara
televisi sekarang ini yang didominasi dengan acara hiburan, banyak stasiun
televisi yang berlomba-lomba menayangkan tayangan bersifat hiburan, seperti
kartun, sinetron, komedi, reality show, talk show, ajang pencarian bakat atau
talent show dan masih banyak lagi. Karena aspek yang tinggi dari TV maka
tayanganpun cenderung memanjakan dan menarik, oleh karenanya tayangantayangannya pun menjadi sangat menarik dan mempunyai daya tarik yang sangat
tinggi (Isnaini, 2007:2).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Tayagan-tayangan

di

televisi saat

ini

mempunyai

kecendrungan

mengabaikan ketentuan ketentuan yang sudah ditetapkan. Hal ini terlihat dari
ditonjolkannya eksploitasi sex, kekerasan, budaya konsumerisme dan hedonisme.
Seperti berita Israel yang kembali melakukan aksi biadabnya, yakni kembali
menghancurkan sebuah Masjid di dekat Tubas yang berada di wilayah Tepi Barat.
Aksi brutal tersebut, dinilainya sebagai aksi lanjutan terhadap wilayah Palestina
yang selama ini berada dalam pendudukan negara Zionis tersebut. Aksi tersebut
merupakan yang kali ketiga di area Khirbet Irza di Wadi El-Maleh, utara Sungai
Yordan. lebih dari lima tentara Israel pendudukan dengan menggunakan alat berat
seperti buldozer meratakan Masjid pada pagi hari ini, yang tempatnya sekitar 60
meter dari masjid yang dibangun warga Palestina. (http://id.berita.yahoo.com/tentaraisrael-kembali-hancurkan-masjid-tepi-barat
102933660.html;_ylt=AnXs56ByRbFxnN650piykTyMV8d_;_ylu=X3oDMTRpZDFlYjc0BG1pd
ANUb3BTdG9yeSBJbnRlcm5hc2lvbmFsU0YgVGltdXJUZW5nYWhTU0YEcGtnA2NhZTk1
ODIzLWI)
Setelah kota kelahiran pemimpin terguling Muamar Khadafi, Sirte,
diambil alih, kini pemberontak telah menguasai kota dari semua sisi di Libia.
Seorang juru bicara NATO mengatakan, pasukan pemerintah sementara Libia
segera akan mengontrol seluruh garis pantai negara. Sirte juga merupakan kota
terakhir dengan pelabuhan dibawah kendali Khaddafi yang berarti bahwa segera
seluruh pantai Libia akan dikendalikan oleh NTC. Pasukan NTC telah memukul
mundur mereka sehingga tentara setia Khadafi mulai bergerak ke arah pinggiran,
dimana sebagian besar penduduk tersebut telah pergi.
http://id.berita.yahoo.com/nato-ntc-kuasai-seluruh-libia232952731.html;_ylt=Ajudo4tgr.sc96DXACJQgWqMV8d_;_ylu=X3oDMTRoaG
g3NGZ2BG1pdANUb3BTdG9yeSBJbnRlcm5hc2lvbmFsU0YgVGltdXJUZW5n
YWhTU0 ) (Liputan 6 12 Oktober 2011)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Kekerasan pada berita seperti Serangan kepada warga Ahmadiyah,
Minggu (6/2),di Desa Cikeusik, Pandeglang, Banten, adalah kabar buruk bagi
demokrasi, prinsip pluralisme, dan cita-cita negara kebangsaan kita. Tewasnya
tiga orang warga Ahmadiyah di tangan warga penyerang adalah peristiwa
menyedihkan karena ini bukan untuk pertama kalinya terjadi. Kapolri Timur
Pradopo menyatakan bahwa aksi kekerasan itu tidak diperkirakan sebelumnya.
(http://berita.liputan6.com/read/319293/kekerasan_terhadap_ahmadiyah_gagalnya
_negara_dan_masyarakat).
Kemenangan itu dilakukan setelah pasukan keamanan Khadafi berhasil
memusnahkan pasukan pemberontak yang tersisa di dalam Misrata, sebuah kota
sekitar 200 km sebelah timur Tripoli. Pasukan setia Muammar Khadafi
menyatakan telah berhasil merebut kota yang selama ini dikuasai pemberontak.
Sementara itu, kelompok pemberontak antipemerintah Khadafi mengancam akan
mengisolasi Tripoli dengan memblokade rute pasokan utama, serta memotong
pipa jaringan minyak. Hal itu dilakukan agar posisi terkuat dapat mereka raih
(http://id.Berita.yahoo.com/pasukan-khadafi-berhasil-rebutmisrata135200999.html) (Liputan 6, 16 Agustus 2011).
2.1.4. J enis Tayangan Televisi
Jenis tayangan televisi menurut Wibowo (2007) antara lain :
a. Program Berita
Program berita merupakan suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian
yang memiliki nilai berita (unusual, factual, esensial) dan disiarkan melalui
media secara periodik.
b. Dokumenter
Program yang menyajikan suatu kenyataan yang berdasarkan pada fakta
objektif yang memiliki nilai esensial dan eksensial, artinya menyangkut
kehidupan, lingkungan hidup dan situasi nyata.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

c. Feature
Adalah suatu program yang membahas suatu pikok bahasan, satu terra,
diungkapkan lewat satu pandangan yang saling melengkapi, mengurai,
menyoroti secara kritis, dengan disajikan dari berbagai format. Dalam satu
feature, satu pokok bahasan boleh disajikan dengan merangkai beberapa
program sekaligus, misalnya wawancara, show, puisi, nyanyian dan lain
sebagainya.
d. Magazine
Program magazine dikenal di Indonesia sebagai program majalah mengudara.
Sebagimana majalah cetak program magazine mempunyai jangka waktu terbit,
mingguan, bulanan, tergantung dari kemampuan produser program magazine
bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan tapi membahas suatu bidang
kehidupan seperti film, pendidikan, musik dan lain lain.
e. Spot
Suatu program yang ingin mempengaruhi dan mendorong penonton televesi
untuk tujuan-tujuan tertentu dan juga merupakan program yang sangat pendek.
Keunggulan program ini salah satunya adalah dapat mencapai penonton yang
banyak karena tidak membutuhkan jangka waktu yang luas, dan dapat
diulang-ulang beberapa kali sehingga mudah diingat, dan mudah diletakkan
diantara program atau digunakan sebagai selingan jika tersedia waktu yang
singkat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

e. Doku-Drama
Doku-Drama kependekan dari dokumenter drama maksudnya dokumenter
yang didramakan. Satu kejadian yang pernah terjadi sungguh-sungguh,
terdapat peninggalan dan bekas-bekasnya secara faktual, beberapa tokohnya
masih hidup tetapi kejadiannya sudah lampau misalnya anak seribu pulau.
f. Sinetron
Sinetron, kependekan dari sinema elektronik. Bermakna dari kata sinema
penggarapannya tidak jauh dari film layar putih.
2.1.5. Pr ogr am Ber ita
Pengertian berita (news), berarti suatu sajian laporan berupa fakta dan
kejadianyang memiliki nilai berita (unusual, factual, esensial), dan disiarkan
melalui media secara periodik. Pengertian penyajian fakta dan kejadian di dalam
berita bersifat objektif. Liputan gambar dari kejadian biasanya diambil dengan
memperhatikan hal-hal yang sekiranya tidak terlalu shock. Namun objektivitas
semacam ini masih tergantung subjektivitas dari peliput. Hal lain yang membuat
program news sebagai sebuah program yang tidak murni objektif disebabkan
broadcasting station policy, atau kebijakan stasiun pemancar yang dilaksanakan
oleh bagian siaran pemberitaan dengan editorial policy (kebijakan pemerintahan).
Dalam program berita terdapat bermacam-macam cara menyajikan berita
dan corak penyajian data. Batasan yang umum untuk jenis atau macam program
siaran berita terletak pada batasan yang disadari atas keterkaitan pada waktu
aktual singkat dan ketidaktertarikan pada waktu aktual singkat (memiliki waktu
aktual yang panujang). Berita yang terikat waktu disebut berita harian, sedangkan
berita yang tidak terikat waktu disebut berita berkala (Wibowo, 2007:132).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

1. Berita Harian
Berita harian atau berita hangat (the host news) adalah beritayang perlu
disampaiakan kepada masyarakat. Corak berita semacam ini sangat terikat
waktu aktual yang singkat. Berita hanya bersifat linier dan langsung.
2. Berita berkala
Berita yang bersifat time less (tidak terikat waktu) memiliki kemungkinankemungkinan penyajian yang lebih lengkap dan mendalam. Sajian juga dapat
diolah lebih artistik. Model berita berkala biasanya merupakan karya artistik.
2.1.6. J enis Ber ita
Berita pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga bagian yaitu hard
news (berita berat), soft news (berita ringan), investigative report (laporan
penyelidikan), untuk membedakan terhadap tiga katagori tersebut diatas sebagai
berikut :
1. Hard News
Hard News (berita berat) adalah berita tentang peristiwa yang dianggap
penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi.
Berita tersebut misalnya, tentang mulai diberlakukannya suatu kebijakan baru
pemerintah.
2. Soft News
Soft News (berita ringan) seringkali juga disebut dengan feature yaitu berita
yang tidak terikat dengan aktualitas namun mempunyai daya tarik bagi
pemirsanya. Berita-berita semacam ini seringkali lebih menitikberatkan pada
hal-hal yang dapat menajubkan atau mengherankan pemirsa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

3. Investigative Reports
Investigative Reports atau disebut juga laporan penyelidikan (investigasi)
adalah jenis berita yang ekslusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan,
tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan, sehingga penyajian berita
seperti ini membutuhkan waktu yang lama dan tentu akan menghabiskan
energi reporternya.
2.1.7. Kekerasan
Menurut Galtung, kekerasan terjadi apabila manusia dipengaruhi
sedemikian rupa sehingga jasmani dan mental aktualnya berada dibawah realisasi
potensialnya. Kata-kata kunci yang perlu diterangkan yaitu aktual (nyata) dan
potensial (mungkin), dibiarkan serta diatasi tanpa disingkirkan. Jadi kekerasan
disini didefinisikan sebagai penyebab perbedaan antara yang potensial dan yang
nyata. Jenis kekerasan lain adalah kekerasan langsung, misalnya melukai,
membunuh. Disini tampak bahwa dengan melukai atau membunuh berarti
menempatkan "realisasi jasmani aktualnya dibawah realisasi potensialnya" dengan
demikian realitas mentalnya juga tidak dimungkinkan karena kita tahu bahwa
tanpa integritas jasmani, kebebasan untuk merealisasikan diri terhambat.
Galtung juga menguraikan enam dimensi penting dari kekerasan, yaitu
sebagai berikut:
1.

Kekerasan fisik dan psikologis. Dalam kekerasan fisik, tubuh manusia
disakiti bahkan sampai pembunuhan. Sedangkan kekerasan psikologis adalah
tekanan yang berhubungan dengan kemampuan mental dan otak

2.

Pengaruh positif dan negatif. sistem orientasi imbalan yang sebenarnya ada
pengendalian atau kontrol yang tidak bebas, kurang terbuka dan cenderung
manipulatif, meskipun memberikan kenikmatan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

3.

Ada objek atau tidak. Dalam tindakan tertentu tetap ada ancaman kekerasan
fisik dan psikologis, meskipun tidak memakan korban. Tetapi membatasi
tindakan manusia.

4.

Ada subjek atau tidak. Kekerasan disebut langsung atau personal jika ada
pelakunya, dan bila tidak ada pelakunya disebut struktural atau tidak
langsung.

5.

Disengaja atau tidak bertitik berat pada akibat dan bukan tujuan. dari sudut
korban sengaja atau tidak, kekerasan tetap kekerasan.

6.

Yang tampak dan tersembunyi. Kekerasan yang tampak nyata dapat dilihat
meskipun tidal langsung, sedangkan kekerasan tersembunyi adalah sesuatu
yang memang tidak kelihatan tetapi bisa dengan mudah meledak. (Santoso,
2002:168-169).

2.1.8. Tayangan Keker asan Di Televisi
Kekerasan bisa didefisinikan sebagai prinsip tindakan yang mendasarkan
diri pada kekuatan untuk memaksa pihak lain tanpa persetujuan, dalam kekerasan
mengandung unsur dominasii terhadap pihak lain dalam berbagai bentuk seperti,
kekerasan pada fisik, verbal dan moral melalui gambar. Kekerasan sering terkait
dengan penggambaran dalam media dengan kemungkinan bahwa gambar bisa
melemah, lalu membuka dialektika banalisasi sensioalisasi. Bahaya kekerasan
dimedia mempunyai alasanya yang kuat, meskipun lebih mencerminkan bentuk
ketakutan dari pada ancaman rill.
Hubungan antara pemirsa dan gambar ditata dengan sangat teliti,
wartawan sangat memperhitungkan efek penerimaan. Reportase langsung
memungkinkan monstrasi kekerasan mengadakan gambar yang mengejutkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

sehingga pemirsa hanya tertuju pada titik yang meninggalkan taumatisme.
Kekerasan yang ditayangkan dan dibeberkan dalam kisah fiksi bukanya tanpa
meninggalkan bekas luka pada pemirsa, contohnya siaran TV smack-down mirip
dengan perkelahian rill, apa yang disaksikan oleh pemirsa melebihi dari relialitas
kontak fisik atau kekerasan yang sesungguhnya terjadi. Ada keyakinan kuat
bahwa kehadiran orang dewas bisa memperbaiki situasi, kendati sudah diketahui
umum bahwa televisi banyak menayangkan acara kekerasan, terkadang keluarga
tidak mampu mengendalikan anak dari melihat tanyangan televisi (Haryatmoko,
2007:132).
2.1.9. Pemir sa Sebagai Khalayak
Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai
sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton, dan pemirsa
sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan,
khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang
besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan
dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat
berubah dengan cepat (Mc. Quail, 1994:201).
Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi.
Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik
minatnya, mengerti dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada
dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

1. Heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa televisi adalah massa, sejumlah orang
sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat.
Selain itu pemirsa televisi dapat di bedakan pula menurut janis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, dan taraf kehidupan, dan kebudayaan.
2. Pribadi yakni untuk dapat diterima dan di mengerti oleh pemirsa, maka isi
pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai
dengan situasi pemirsa saat itu.
3. Aktif yakni pemirsa bersifat aktif, mereka aktif, seperti apabila mereka
menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir
aktif, aktif melakukan interprestasi.Mereka bertanya-tanya pada dirinya
apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi benar atau tidak.
4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. la memilih program televisi yang
disukai (Effendy, 1990:84).
2.1.10. Sikap
Dalam ilmu psikologi sosial, sikap banyak sekali diteliti, mulai dari teori,
konstruksi, konsep hingga pengukurannya. Berikut ini adalah beberapa definisi
mengenai sikap :
a. Menurut Sutisna, Sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan
tanggapan pada suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi atau tidak
disenangi secara konsisten (Sutisna, 2003:99).
b. Menurut Sheriff, Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap
bukan sekedar rekanan masa lalu, tetapi menentukan apakah orang harus
setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai,
diharapkan dan diinginkan mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

yang harus dihindari (Rakhmat, 1999:40).
c. Menurut Berkowitz, Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavorable) pada obyek
tersebut (Azwar, 2007:4).
d. Menurut Rakhmat, Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi.
Berpikir, dan me

Dokumen yang terkait

KESADARAN MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI (Studi pada Masyarakat Sumbersari tentang Kekerasan dalam Tayangan Televisi)

0 6 28

OPINI MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN BERITA KRIMINALITAS PADA TAYANGAN “PATROLI” DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Di Surabaya Tentang Berita Kriminalitas Pada Tayangan Patroli di Indosiar).

0 1 81

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN ACARA REALITY SHOW “UYA EMANG KUYA” (Study Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Acara Reality Show “Uya Emang Kuya” di SCTV).

1 2 93

SIKAP MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN SINETRON ISLAM KTP (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Sinetron Islam KTP Berdasarkan Tingkat Pendidikan).

0 0 77

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Tayangan Talk Show Lobby (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Talk Show “Lobby” Di Arek Televisi).

0 0 75

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Tayangan Talk Show Lobby (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Talk Show “Lobby” Di Arek Televisi)

0 0 14

SIKAP MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN SINETRON ISLAM KTP (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Sinetron Islam KTP Berdasarkan Tingkat Pendidikan)

0 0 18

OPINI MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN BERITA KRIMINALITAS PADA TAYANGAN “PATROLI” DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Di Surabaya Tentang Berita Kriminalitas Pada Tayangan Patroli di Indosiar) SKRIPSI

0 0 18

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG - SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI (Studi Deskritif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Kekerasan di Program Berita Liputan 6 Siang di SCTV)

0 0 18

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN ACARA REALITY SHOW “UYA EMANG KUYA” (Study Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Acara Reality Show “Uya Emang Kuya” di SCTV)

0 0 19