PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP OPINI AUDITOR ( Studi empiris pada KAP di wilayah Surabaya Timur dan Barat ).
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI
TERHADAP OPINI AUDITOR
(studi empiris pada KAP di wilayah Surabaya Timur dan Barat)
SKRIPSI
Diajukan oleh: KIKI INDAH LESTARI
0613010236 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, DAN
INDEPENDENSI TERHADAP OPINI AUDITOR
(studi empiris pada KAP di wilayah Surabaya Timur dan Barat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh: KIKI INDAH LESTARI
0613010236 / FE / AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN"
JAWA TIMUR
(3)
USULAN PENELITIAN
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, DAN
INDEPENDENSI TERHADAP OPINI AUDITOR
(studi empiris pada KAP di wilayah Surabaya Timur dan Barat)
Yang diajukan KIKI INDAH LESTARI
0613010236 / FE / AK
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
Rina Mustika, SE, MMA Tanggal : …….…….………… NIP. 95 690 0048
Mengetahui Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. Sri Trisnaningsih, MSi NIP. 030 217 167
(4)
USULAN PENELITIAN
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, DAN
INDEPENDENSI TERHADAP OPINI AUDITOR
(studi empiris pada KAP di wilayah Surabaya Timur dan Barat)
Yang diajukan KIKI INDAH LESTARI
0613010236 / FE / AK
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Rina Mustika, SE, MMA Tanggal : …….…….………… NIP. 95 690 0048
Mengetahui Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. Sri Trisnaningsih, MSi NIP. 030 217 167
(5)
SKRIPSI
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP OPINI AUDITOR
( Studi empiris pada KAP di wilayah Surabaya Timur dan Barat )
Yang Diajukan KIKI INDAH LESTARI
0613010236/FE/EA Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
RINA MUSTIKA, SE, MMA NIP. 95 690 0048
Tanggal : …….……….……
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
DRS. EC. H. R.A SUWAIDI, MS NIP. 196003301986031003
(6)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatnya yang dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP OPINI AUDITOR”.
Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan ekonomi akuntansi, di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis sangat berterima kasih atas segala bantuan dan fasilitas dari berbagai pihak yang diberikan kepada penulis guna mendukung penyelesaian skripsi ini. Maka, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. R. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Rina Mustika, SE, MMA selaku Dosen Pembimbing yang dengan
(7)
terima kasih atas semua saran, motivasi, dan bimbingannya selama penyusun skripsi ini.
5. Segenap tenaga pengajar, staf, dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Keluarga dan semua teman-temanku yang sudah banyak membantu saat lelah, sedih senang, buat semua yang sudah diberikan buat aku.
Penulis berharap dan berdoa, agar semua budi Bapak dan Ibu serta rekan-rekan diterima dan dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis memohon kepada seluruh pihak untuk memberikan kritik dan sasaran yang membangun agar dalam penulisan yang selanjutnya dapat lebih baik dan lebih bermanfaat bagi yang memerlukan.
Surabaya,11 Agustus 2011
(8)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR …... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
ABSTRAKSI... ix
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Hasil Penelitian Terdahulu ... 7
2.2Landasan Teori ... 14
2.2.1 Auditing ... 14
2.2.1.1. Pengertian Auditing ... 14
2.2.1.2. Tujuan Auditing... ... 15
2.2.1.3. Perbedaan Auditing dengan Akuntansi ... 16
2.2.1.4. Jenis dan Tipe Audit ... 17
2.2.1.5. Jenis Auditor ... 21
2.2.1.6. Perbedaan Akuntan Publik dan Auditor Independen... 23
2.2.1.7. Hierarki Auditor dalam Organisasi KAP... 24
2.2.1.8..Tahap – tahap Pelaksanaan Audit ... 25
2.2.1.9..Standar Auditing... 27
2.2.1.10. Standar Profesional Akuntan Publik... ... 29
2.2.2.Pengalaman audit... 31
(9)
2.2.3.Kompetensi ... 32
2.2.3.1..Pengertian Kompetensi ... 32
2.2.4 Independensi... 35
2.2.4.1 Pengertian independensi ... 35
2.2.5 Opini auditor... 40
2.2.5.1 Pengertian opini auditor... 40
2.2.5.2. Jenis – jenis Opini Audit ... 41
2.3. Kerangka Pikir... 44
2.3.1. Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Opini Auditor ... 44
2.3.2. Pengaruh Kompetensi terhadap Opini Auditor... 44
2.3.3. Pengaruh Independensi terhadap Opini Auditor... 45
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 48
3.1.1 Definisi Operasional ... ... 48
3.1.2 Pengukuran Variabel ... 49
3.2Teknik Penentuan Sampel... 51
3.3Teknik Pengumpulan Data ... 52
3.4Uji Kualitas Data ... 54
3.4.1 Uji Validitas ... 54
3.4.2 Uji Reliabilitas ... 54
3.4.3 Uji Normalitas ... 55
3.5Uji Asumsi Klasik ... 55
3.5.1 Multikolinieritas ... 56
3.5.2 Autokorelasi ... 57
3.5.3 Heteroskedstisitas ... 57
3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 58
3.6.1 Teknik Analisis ... 58
3.6.2 Uji Hipotesis ... 59
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian... 61
(10)
4.1.1 Sejarah Berdirinya Akuntan Publik... .. 61
4.1.2 Fungsi Akuntan... ... 62
4.1.3 Ketentuan dan Peraturan... .. 62
4.1.4 Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya... . 64
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... .. 64
4.3. Uji Kualitas Data... 73
4.2.1 Uji Validitas... . 73
4.2.2 Uji Reliabilitas... . 76
4.2.3 Uji Normalitas... 76
4.4. Uji Asumsi Klasik... 77
4.4.1 Multikolinearitas... 78
4.4.2 Autokorelasi... 79
4.4.3 Heterokedastisitas... 79
4.5. Teknik Analisis ... 80
4.5.1. Analisis Regresi Linear Berganda... 80
4.5.2. Uji Hipotesis... 82
4.5.2.1 Uji F... 82
4.5.2.2 Uji t... 83
4.6. Pembahasan Hasil Penelitian... 85
4.6.1. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu... 88
4.6.2. Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan dan Manfaat... . 89
4.8. Keterbatasan Penelitian... 89
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... .. 91
5.2 Saran... 91 DAFTAR PUSTAKA
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Deskripsi jawaban responden mengenai variabel
pengalaman audit... ... 52
Tabel 4.2 : Deskripsi jawaban responden mengenai variabel kompetensi... 53
Tabel 4.3 : Deskripsi jawaban responden mengenai variabel ndependensi.. 54
Tabel 4.4 : Deskripsi jawaban responden mengenai variabel opini audit... 59
Tabel 4.5 : Hasil uji validitas variabel pengalaman audit ... 60
Tabel 4.6 : Hasil uji validitas variabel kompetensi ... 61
Tabel 4.7 : Hasil uji validitas variabel independensi ... 61
Tabel 4.8 : Hasil uji validitas variabel opini auditor ... ... 62
Tabel 4.9 : Hasil uji reabilitas ... 62
Tabel 4.10 : Hasil uji normalitas ... 63
Tabel 4.11 : Hasil uji multikolinearitas... 64
Tabel 4.12 : Hasil uji heterokedastisitas ... 65
Tabel 4.13 : Hasil estimasi koefisien regresi... 66
Tabel 4.14 : Hasil uji F... 68
Tabel 4.15 : Nilai koefisien determinasi ... 68
Tabel 4.16 : Hasil uji t... 69
(12)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir ...46
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : Tabulasi Kuesioner X1 Lampiran 3 : Tabulasi Kuesioner X2 Lampiran 4 : Tabulasi Kuesioner X3 Lampiran 5 : Tabulasi Kuesioner Y
Lampiran 6 : Uji Validitas dan Uji Reliabilitas X1 Lampiran 7 : Uji Validitas dan Uji Reliabilitas X2 Lampiran 8 : Uji Validitas dan Uji Reliabilitas X3 Lampiran 9 : Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Y Lampiran 10 : Uji Normalitas
Lampiran 11 : Uji Regresi Linier Berganda Lampiran 12 : Uji Correlation “Rank Spearman” Lampiran 13 : Tabel “r” Product Moment
Lampiran 14 : Daftar Nama dan Alamat Kantor Akuntan Publik ( KAP ) di Surabaya
(14)
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP OPINI AUDITOR
( Studi empiris pada KAP di wilayah Surabaya Timur dan Barat ) Oleh :
Kiki Indah Lestari ABSTRAKSI
Kemampuan auditor dalam melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan ataupun pemeriksaan khusus atas akun-akun tertentu dirasakan sangatlah penting, baik itu untuk menilai kewajaran atas laporan keuangan atau akun-akun tertentu itu sendiri maupun untuk menjaga kredibilitasnya sebagai seorang akuntan public professional. Secara teori pengalaman, kompetensi, dan independensi merupakan beberapa faktor yang penting sebagai seorang akuntan, khususnya akuntan publik. Dengan dasar tersebut, maka dirasa penting untuk mengetahui seberapa besar pengalaman audit, kompetensi, dan independensi dapat mempengaruhi opini auditor.
Pengukuran yang digunakan dalam variabel bebas dan variabel terikat menggunakan skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan Semantic Differential. Penelitian ini menggunakan data primer yang berbentuk kuesioner yang dikirimkan langsung kepada para auditor di Kantor Akuntan Publik di Surabaya Barat dan Timur. Data yang diperoleh dari instrumunt penelitian tersebut kemudian diolah dengan menggunakan Regresi Linear
Berganda sebagai alat ujinya. Dari hasil analisis yang diperoleh bahwa pengalaman audit,kompetensi dan
independensi mempunyai pengaruh positif terhadap opini auditor.
Keywords: Pengalaman Audit, Kompetensi, Independensi, dan Opini Auditor.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Para pemakai informasi tersebut adalah pihak manajemen sebagai pemakai internal dan pemakai eksternal antara lain pemerintah, kreditur dan investor atau calon kreditur, dan bank. Pihak – pihak diluar perusahaan memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan tentang hubungan mereka dengan perusahaan. Umumnya mereka mengambil keputusan berdasarkan informasi yang disajikan manajemen dalam laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah laporan yang disajikan oleh klien, auditor bertanggung jawab dalam penentuan kecermatan pencatatan data yang menjadi dasar laporan keuangan tersebut, ia bertanggung jawab atas terjadinya ketidak cermatan di dalam laporan keuangan itu. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berlawanan dalam situasi yang diuraikan seperti yang diatas. Disatu pihak, manajemen perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggung jawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar, sedangkan pihak luar perusahaan ingin
(16)
memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan mengenai pertanggung jawaban dana yang mereka investasikan (Mulyadi, 2002: 1).
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan haruslah wajar, dapat dipercaya, dan tidak menyesatkan bagi pemakainya, sehingga kebutuhan masing – masing pihak yang berkepentingan dapat terpenuhi. Guna menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan dan untuk mengetahui kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, perlu adanya suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh seseorang yang independen. Hal ini dimaksudkan agar hasil pemeriksaan tersebut merupakan hasil yang tidak memihak.
Disini akuntan publik mendapat kepercayaan baik dari perusahaan yang diauditnya atau klien yang membayar fee, maupun dari pihak ketiga yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut guna melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan opini ( pendapat ) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa independensi, pengetahuan, dan kompetensi adalah faktor-faktor yang mendasari tingkat kemampuan auditor dalam melakukan pemeriksaan. Karena masih sedikit sekali penelitian yang dilakukan guna membuktikan pendapat tersebut mengakibatkan belum dapat dipastikannya kebenaran pendapat tersebut. Padahal kemampuan-kemampuan tersebut merupakan salah satu syarat
(17)
mutlak yang harus ada pada diri seorang auditor guna membantu tugasnya melakukan pemeriksaan untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang telah dibuat oleh klien ( Rizky, 2009 ).
Suraida ( 2005 ) menyatakan bahwa hasil akhir dari audit akuntan pubik adalah pemberian opini akuntan publik yang dalam penulisan selanjutnya ditulis opini akuntan. Pemberian opini akuntan harus didukung oleh bukti audit kompeten yang cukup, dimana dalam mengumpulkan dan menganalisa bukti audit, auditor harus mempunyai keahlian audit dan kompetensi yang baik agar diperoleh bukti – bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini akuntan.
Dari hasil pengamatan awal yang dilakukan oleh Barnes dan Huan (1991) menyebutkan bahwa pemberian opini tergantung pada faktor kompetensi dan independensi. Sedangkan Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991), Libby dan Libby (1989) mengatakan bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan pemberian pendapat audit.
Pemisahan antara kompetensi dan independensi bukanlah hal yang biasa. Dalam rerangka postulat auditing oleh Lee (1972) dalam artikel Lee dan Stone (1995) disebutkan bahwa auditor diasumsikan memiliki independensi, baik secara mental maupun fisik untuk melaksanakan tugas audit serta memiliki keahlian dan pengalaman yang cukup agar dapat memberikan pendapat secara objektif. Schandl (1978) juga menyatakan
(18)
bahwa keindependenan auditor berhubungan dengan objektifitas dan kompetensi.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi dan independensi. Penelitian ini juga memberikan bukti secara empiris bahwa pengalaman akan mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan, dan pelatihan yang dilakukan akan meningkatkan keahlian dalam melaksanakan audit.
Dalam praktik jasa auditing yang dilakukan oleh akuntan publik, sebagian masyarakat masih ada yang meragukan kompetensi serta independensi yang dimiliki oleh para auditor Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap pemberian opini akuntan pubik. Indikasi dari adanya keraguan ini karena bayak sekali kasus – kasus hukum yang melibatkan akuntan publik baik beberapa tahun terakhir. Kasus di dalam negeri dapat terlihat adanya kasus perkara antara kantor akuntan publik auditor laporan keuangan PT. Telkom, yakni KAP Eddy Pianto yang melaporkan KAP Hadi Susanto. KAP Eddy Pianto adalah auditor laporan keuangan tahun 2002 PT. Telkom, sementara KAP Hadi Susanto adalah auditor anak perusahaan PT. Telkom , yakni PT. Telkomsel. Inti permasalahan dari perkara tersebut adalah dimana Eddy Pianto dari KAP Eddy Pianto merasa dirugikan KAP Hadi Susanto karena dinilai menghambat karir dan kerja penggugat. Semua itu disebabkan karena KAP Hadi Susanto tidak mengizinkan KAP Eddy Pianto untuk
(19)
menggunakan pendapat KAP Hadi Susanto dalam hasil auditnya terhadap PT. Telkomsel (anak perusahaan) ke dalam laporan audit ( konsolidasi ) PT. Telkom. Hal inilah yang dianggap Eddy Pianto sebagai salah satu alasan SEC menolak laporan keuangan tahun 2002 Telkom auditan KAP Eddy Pianto (www. kap-muhaemin.com)
Uraian diatas membangkitkan minat peneliti untuk meneliti lebih jauh mengenai auditor, khususnya auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Timur dan Surabaya Barat dalam hal keterkaitan hubungan antara pengalaman audit, kompetensi dan independensi terhadap opini auditor. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh pengalaman audit, kompetensi dan independensi terhadap opini auditor” (studi empiris pada KAP di Surabaya Timur dan Surabaya Barat ).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Apakah Pengalaman Audit, Kompetensi, Dan Independensi mempunyai pengaruh terhadap opini auditor pada KAP di Surabaya Timur dan Surabaya Barat? “
(20)
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan secara empiris pengaruh pengalaman audit, kompetensi, dan independensi terhadap opini auditor pada KAP di Surabaya Timur dan Surabaya Barat .
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Kantor Akuntan Publik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan yang bermanfaat bagi kantor akuntan public dalam memahami dan mengatasi faktor – faktor yang berpengaruh terhadap opini audit. 2. Bagi Universitas
Menambah referensi sebagai perbandingan yang akan datang serta sebagai tambahan perpustakaan yang sudah ada.
3. Bagi Peneliti
Sebagai upaya untuk mendapatkan pengalaman yang berharga dalam menulis karya ilmiah dan memperluas wawasan dalam bidang auditing. Sehingga dapat diketahui masalah – masalah yag dihadapi KAP dan kesesuaian teori yang diperoleh sehingga dapat diperoleh pemecahan masalah yang dihadapi oleh para auditor.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian sekarang adalah sebagai berikut :
1. Ida Suraida ( Sosiohumaniora, 2005 )
Penelitian Berjudul “ Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Resiko Audit Terhadap Skeptisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik ”.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu :
1. Sejauh mana pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan resiko audit secara parsial maupun secara simultan terhadap skeptisisme professional auditor.
2. Sejauh mana pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit, resiko audit serta skeptisisme professional auditor secara parsial maupun secara simultan terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.
Hipotesis :
1. Etika, kompetensi, pengalaman audit dan tingkat resiko audit secara parsial maupun secara simultan berpengaruh terhadap skeptisisme professional auditor.
(22)
2. Etika, kompetensi, pengalaman audit dan tingkat resiko audit serta skeptisisme professional auditor secara parsial maupun secara simultan berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik
Kesimpulan :
1. Etika, kompetensi, pengalaman audit dan resiko audit berpengaruh terhadap skeptisime professional auditor baik secara parsial maupun secara simultan. Secara parsial pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan resiko audit terhadap skeptisisme professional auditor kecil, namun secara simultan pengaruhnya cukup besar. Yaitu sebesar 61%. Hal ini mengandung arti bahwa jika akuntan publik menegakkan etika, memiliki kompetensi dan pengalaman audit serta merencanakan resiko audit dengan baik, maka tingkat skeptisisme auditor semakin tinggi.
2. Etika, kompetensi, pengalaman audit, resiko audit dan skeptisime profesional auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik baik secara parsial maupun secara simultan. Secara parsial pengaruhnya kecil namun secara simultan pengaruhnya terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik cukup besar yaitu 74%. Diantara kelima varibel tersebut risiko audit dan skiptesisme professional auditor mempunyai pengaruh yang besar terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik. Hal ini mengandung makna bahwa resiko audit dan skeptisisme professional
(23)
auditor sangat berpengaruh terhadap ketepatan pemberian akuntan publik.
2.Sekar Mayangsari ( 2003 )
Penelitian Berjudul “ Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuesieksperimen .”
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independensi dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik tersebut.
2. Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat auditor yang ahli dan auditor yang tidak ahli.
Hipotesis :
1. Diduga terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik terebut.
2. Diduga terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan antara auditor yang ahli auditor yang tidak ahli.
(24)
Pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki karakteristik tersebut. Pendapat auditor yang ahli dan independen mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dan cenderung benar mengenai kelangsungan hidup perusahaan bila dibandingkan dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki karakter tersebut, karena dalam proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi oleh keahlian audit dan independensi. Keahlian audit ini berkaitan erat dengan struktur pengetahuan yang dimiliki auditor dan dapat menyebabkan perbedaan pendapat audit terhadap kasus tertentu. Sedangkan independensi merupakan cerminan tekanan politik, sosial, dan ekonomi yang dihadapi oleh seorang auditor dalam proses pengambilan keputusan dalam pemberian opini audit.
3. M. Nizarul Alim, et.al. ( SNA X,2007 )
Penelitian berjudul “ Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi“. Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit ? 2. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ?
3. Apakah interaksi antara kompetensi dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit ?
(25)
4. Apakah independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit ?
Hipotesis :
1. Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 2. Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
3. Interaksi kompetensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
4. Interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Kesimpulan :
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kompetensi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Libby ( 1989 ), Ashton ( 1991 ), Choo dan Trootman ( 1991 ), dalam Mayangsari ( 2003 ). Sementara itu, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, dalam penelitian ini tidak dapat diketahui karena dari hasil pengujian ternyata kedua variabel tersebut keluar dari model ( Excluded Variabels ). Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Behn et al. ( 1997 ) dalam Widago et al. ( 2002 ).
(26)
Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini konsisten dengan penelitian Shockly ( 1981 ), De Angelo ( 1981 ), Knapp ( 1985 ), Deis dan Giroux ( 1992 ), Mayangsari ( 2003 ). Selanjutnya interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nichols dan Price ( 1976 ), Deis dan Giroux ( 1992 )
4. Yulius Jogi Christiawan ( 2002 )
Penelitian berjudul “ Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris ”.
Kesimpulan :
Penelitian ini merupakan refleksi hasil penelitian empiris sehingga tidak terdapat hipotesis, teknik analisis dan uji hipotesa. Kesimpulan yang dapat diambil adalah kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi serta memberikan refleksi tentang kondisi kompetensi dan independensi akuntan publik.
(27)
Penelitian berjudul “ Pengaruh Keahlian dan Independensi Auditor terhadap Pendapat Auditor ( studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya )“.
Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah keahlian auditor dan independensi auditor berpengaruh secara simultan terhadap pendapat auditor ?
2. Apakah keahlian auditor dan independen auditor berpengaruh secara parsial terhadap pendapat auditor ?
Hipotesis :
1. Diduga terdapat pengaruh secara simultan antara keahlian auditor dan independensi auditor terhadap pendapat auditor
2. Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara keahlian auditor dan independensi auditor terhadap pendapat auditor.
Kesimpulan :
1. Keahlian auditor dan independen auditor secara simultan berpengaruh terhadap pendapat auditor
2. Keahlian auditor dan independensi auditor secara parsial berpengaruh terhadap pendapat auditor.
Variabel keahlian auditor berpengaruh signifikan terhadap pendapat auditor terbukti
Variabel independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap pendapat auditor terbukti.
(28)
2.2.1. Auditing
2.2.1.1.Pengertian Auditing
Banyak para ahli dalam bidang auditing yang memberikan pengertian atau definisi yang berbeda – beda mengenai auditing, namun demikian berbagai definisi tersebut mempunyai inti atau tujuan yang sama. Definisi auditing menurut Mulyadi ( 2002 : 9 ), auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan – pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan ( examination ) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut ( Mulyadi, 2002 :11 ).
Definisi auditing menurut Alvin A. Arens dan James K Loebbecke ( 1997 :1 ), mendefinisikan auditing sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi
(29)
dimaksud dengan kriteria –kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten.
Dari definisi yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa auditing merupakan suatu proses yang sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti – bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi yang bertujuan memberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan.
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik ( IAI, 2001 : 110 ), dinyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum.
2.2.1.2.Tujuan Auditing
Tujuan auditing menurut Pedoman Akuntan Publik (IAI, 1994: 110.1), dinyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material: posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Sedangkan di dalam Arens dan Loebecke (Jusuf, 1996: 4), audit laporan keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah disajikan sesuai kriteria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria umum
(30)
itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Seringkali juga dilakukan audit laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis kas atau basis akuntansi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan.
2.2.1.3.Perbedaan Auditing dengan Akuntansi
Menurut Sukrisno Agoes (2004: 7), auditing mempunyai sifat analisis, karena akuntan publik memulai pemeriksaannya dari angka-angka
dalam laporan keuangan, lalu dicocokkan dengan neraca saldo (trial
balance), buku besar (general ledger), buku harian (special journals),
bukti-bukti pembukaan (documents), dan subbuku besar (sub ledger).
Sedangkan accounting mempunyai sifat konstruktif, karena disusun mulai dari bukti-bukti pembukuan, buku harian, buku besar dan subbuku besar, neraca saldo sampai menjadi laporan keuangan.
Accounting dilakukan oleh pegawai perusahaan (bagian akuntansi) dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan, sedangkan auditing dilakukan oleh akuntan publik (khususnya finansial audit) dengan berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik.
Sedangkan menurut Arens dan Leobecke (Jusuf, 1996: 3) akuntansi merupakan proses pencatatan, pengelompokkan, dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Dalam auditing data akuntansi, yang menjadi pokok adalah menentukan apakah informasi yang tercatat telah
(31)
mencerminkan dengan benar kejadian ekonomi pada periode akuntansi.
2.2.1.4.Jenis dan Tipe Audit
Ada tiga jenis auditing yang umum dilaksanakan menurut Mulyadi (2002: 30), yaitu :
1. Audit atas Laporan Keuangan ( Financial Audit )
Merupakan audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan auditor independen mengevaluasi kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit yang kemudian dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan.
2. Audit Kepatuhan ( Compliance Audit )
Merupakan audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan
(32)
umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional / Manajemen ( Operational Audit )
Merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu organisai untuk menilai efesiensi, efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat manajemen yang efektif dan efesien untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil dari audit operasional berupa rekomendasi – rekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga audit jenis ini lebih merupakan konsultasi manajemen.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001: 30-32) menggolongkan jenis audit menjadi:
1) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit), adalah audit
yang dilakukan auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan klien untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
2) Audit Kepatuhan (Compliance Audit), adalah audit yang tujuannya
untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3) Audit Operasional (Operasional Audit), merupakan review secara
sistematik kegiatan organisasi, atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit profesional
(33)
adalah:
a) Mengevaluasi kinerja;
b) Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan;
c) Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih
lanjut.
Menurut Sukrisno Agoes (2004: 9), meninjau audit berdasarkan:
a. Luasnya pemeriksaan, audit dibedakan menjadi:
1) Pemeriksaan Umum (General Audit), suatu
pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP yang independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik dengan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
2) Pemeriksaan Khusus (Special Audit), suatu
pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditer) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pola atau masalah tertentu
(34)
yang diperiksa karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.
b. Jenis pemeriksaan, audit dibedakan menjadi:
1) Pemeriksaan Operasional (Operational audit), suatu
pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.
2) Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit),
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak ekstern (pemerintah, BAPEPAM, Bank Indonesia, Dirjen Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan dilakukan baik oleh KAP maupun Bagian Intern Audit.
3) Pemeriksaan Intern (Internal Audit), pemeriksaan
yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan
(35)
terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
4) Pemeriksaan Komputer (Computer Audit),
pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electronis data Processing) sistem.
2.2.1.5.Jenis – jenis Auditor
Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke ( 1997 : 6 ), menyebutkan empat jenis auditor yang paling umum dikenal, yaitu : akuntan public, auditor pemerintah, auditor pajak, dan auditor intern.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis – jenis auditor tersebut :
1. Akuntan Publik Terdaftar
Auditor ekstern atau independen bekerja untuk kantor akuntan public yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umunya auditor eksternal menghasilkan laporan atas financial audit yangdibuat oleh kliennya. Audit tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti : kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah.
2. Auditor Intern
Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit dimana tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang
(36)
ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi.
3. Auditor Pajak
Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang diaudit terhadap undang – undang perpajakan yang berlaku.
4. Auditor Pemerinatah
Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu audit juga dilakukan untuk menilai efesiensi, efektifitas, dan ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK ) atau Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan ( BPKP ).
Sedangkan menurut Mulyadi (2001: 28-29), tipe auditor dibedakan menjadi tiga:
1. Auditor Independen adalah auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.
2. Auditor Pemerintah adalah auditor yang bekerja atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.
3. Auditor Intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya
(37)
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
2.2.1.6.Perbedaan Akuntan Publik dan Auditor Independen
Dalam bukunya, Mulyadi (2001: 52) menjelaskan bahwa Kantor Akuntan Publik merupakan tempat penyediaan jasa oleh profesi akuntan publik bagi masyarakat. Kantor Akuntan Publik menyediakan berbagai jasa bagi masyarakat berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik. Berdasarkan standar tersebut, kantor akuntan publik dapat menyediakan: 1) Jasa audit atas laporan keuangan historis,
2) Jasa atestasi atas laporan keuangan prospektif atau asersi lain yang dicantumkan dalam laporan keuangan historis,
3) Jasa akuntansi dan review, dan 4) Jasa konsultasi.
Karena akuntan yang bekerja di kantor akuntan publik dapat mengerjakan berbagai penugasan dalam berbagai jenis jasa tersebut, maka perlu diadakan pembedaan istilah: akuntan publik dan auditor independen. Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik, yang menyediakan berbagai jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (auditing, atestasi,
(38)
akuntansi dan review, dan jasa konsultasi). Auditor Independen adalah akuntan yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis, yang menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik.
2.2.1.7.Hirarkhi Auditor Dalam Organisasi Kantor Akuntan Publik
Menurut Mulyadi (2001: 33-34) umumnya hirarkhi auditor dalam penguasaan audit di dalam kantor akuntan publik dibagi menjadi berikut:
1) Partner, menduduki jabatan tertinggi dalam penugasan audit;
bertanggung secara menyeluruh mengenai auditing;
menandatangani laporan audit dan management letter, dan
bertanggung jawab terhadap penagihan fee audit dari klien.
2) Manajer, bertindak sebagai pengawas audit, bertugas membantu
auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit,
mereview kertas kerja; laporan audit dan management letter.
Biasanya manajer tidak berada di kantor klien, melainkan di kantor audit, dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan para auditor senior.
3) Auditor Senior, bertugas untuk melaksanakan audit;
bertanggungjawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana; bertugas untuk mengarahkan dan mereview pekerjaan audit junior. Auditor senior biasanya akan menetap dikantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan.
(39)
Umumnya auditor senior melakukan audit terhadap satu objek pada saat tertentu.
4) Auditor Junior, melaksanakan prosedur audit secara rinci;
membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Pekerjaan ini dipegang oleh audit yang baru saja menyelesaikan pendidikannya sebagai auditor junior, seorang auditor harus belajar secara rinci mengenai pekerjaan audit. Biasanya ia melakukan audit dilapangan dan berbagai kota, sehingga ia dapat memperoleh pengalaman banyak dalam menangani berbagai masalah audit. Auditor junior juga disebut dengan asisten auditor.
2.2.1.8.Tahap – tahap Pelaksanaan Audit
Menurut Mulyadi ( 2002 : 121 ) tahap audit atas laporan keuangan meliputi :
1. Penerimaan Perikatan Audit
Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan audit dari klien. Enam langkah yang perlu ditempuh oleh auditor didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon kliennya, yaitu :
1. Mengevaluasi integritas manjemen.
2. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa. 3. Menilai kompetensi untuk melakukan audit.
(40)
5. Menentukan kemampuan untuk menggunakn kemahiran profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.
6. Membuat surat perikatan audit 2. Perencanaan Audit
Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah selanjutnya adalah perencanaan audit. Ada tujuh tahap yang harus ditempuh, yaitu:
1. Memahami bisnis dan industry klien 2. Melaksanakan prosedur analitik
3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal 4. Mempertimbangkan resiko bawaan
5. Mempertimbangkan berbagai factor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama.
6. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan 7. Memahami pengendalian intern kien.
3. Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Secara garis besar pengujianaudit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Pengujian analitis ( analytical test ) 2. Pengujian pengendalian ( test of control ) 3. Pengujian substantive (substantive test ) 4. Pelaporan Audit
(41)
Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun laporan keuangan auditan ( audited financial statement ), penjelasan laporan keuangan ( notes to financial statement ) dan pernyataan pendapat auditor.
2.2.1.9.Standar Auditing
Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik ( IAI, 2001: 150.2 ) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai berikut :
1. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dlipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
(42)
3. Bahan bukti kompeten yang cukup harus dipeoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
4. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
(43)
Menurut Mulyadi ( 2002 : 34 ), ada lima macam standar professional yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik, yaitu :
1. Standar Auditing
Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing ( PSA ). PSA berisi ketentuan – ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.
2. Standar Atestasi
Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang lebih rendah dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR).
4. Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi ( asseres ). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan
(44)
temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien.
5. Standar Pengendalian Mutu
Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik didalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
3.2.2 Pengalaman Audit 2.2.2.1.Pengertian Pengalaman
Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Libby dan Frederick (1990) dalam Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia ( 1984 : 117 ) menyatakan bahwa pengalaman adalah sesuatu peristiwa yang dialami ( dihayati ).
Menurut Anoraga ( 1995 : 47 ) pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa – peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pengalaman seseorang sejak kecil turut membentuk perilaku orang yang bersangkutan dalam kehidupan organisasionalnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman suatu kejadian yang telah dialami seseorang selama jangka
(45)
waktu tertentu dalam menyelesaikan tugasnya. Pengalaman yang dimiliki seseorang lebih banyak membantunya dalam mengerjakan sesuatu, karena pengalaman akan memberikan kemahiran dan ketrampilan baginya untuk berbuat sesuatu ( Saydam, 1996 : 225 ). Selain itu dengan pengalaman seseorang akan mudah untuk mengetahui bagaimana menjalankan tugas, berkomunikasi dalam organisasi dan sebagainya. Bagi seseorang pengalaman mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan yang tidak berpengalaman, karena pengalaman kerja yang dimiliki seseorang kadang – kadang lebih dihargai dari pada tingkat pendidikan yang menjulang tinggi sehingga kombinasi antara pengalaman serta pendidikan akan membuat seseorang mempunyai kualitas atau lebih professional. Sebaliknya dengan terbatasnya pengalamn kerja mengakibatkan tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki semakin rendah, oleh karena itu pengalaman merupakan modal utama seseorang untuk terjun dalam bidang tertentu ( Sastrohadiwiryo, 2003 : 163 ).
2.2.3.Kompetensi
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seseorang yang ahli dibidang akuntansi dan auditing. Definisi kompetensi menurut Mitrani ( 1995 ) dalam Rahamawati ( 2004 ) adalah sebagai suatu sifat dasar seseorang yang dengan sendirinya dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.
(46)
Menurut kamus kompetensi LOMA ( 1998 ) dalam M. Nizarul Alim, et. al. ( 2007 ) kompetensi didefinisikan sebagai aspek – aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek – aspek pribadi ini mencakup sifat, motif – motif, system nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan – pekerjaan yang non‐ rutin. Definisi kompetensi dalam dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pendidikan dan pengalaman ( Mayangsari, 2003 )
Adapun Suraida ( 2005 ) menyatakan, kompetensi adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan lain – lain seperti :
1. Untuk luar negeri ( AS ) ujian CPA ( Certified Public Accountant ) 2. Dalam Negeri ( Indonesia ) USAP ( Ujian Sertifikat Akuntan Publik ) 3. PBB ( Pendidikan Profesi Berkelanjutan )
4. Pelatihan – pelatihan intern dan ekstern
5. Keikutsertaan dalam seminar, simposium dan lain – lain.
Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya ijasah / sertifikat yang dimiliki serta jumlah / banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam pelatihan – pelatihan, seminar atau simposium. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar / simposium
(47)
diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan prinsip etika Profesi Ikatan Akuntan Publik, kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Kompetensi profesioanal dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah :
a. Pencapaian Kompetensi Profesional
Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, dikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek – subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal; ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.
b. Pemeliharaan Kompetensi Profesional
1. Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan melakukan peningkatan proffesional secara berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.
2. Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan. 3. Anggota harus menetapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam
(48)
penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing – masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk tanggung jawab yang harus dipenuhinya ( Mulyadi , 2002 : 58 )
2.2.4. Independensi
Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
Dalam buku Standar Profesi Akuntan Publik 2001 seksi 220 PSA No.04 Alinea 2, dijelaskan bahwa independensi itu berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum ( dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern ). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Mulyadi ( 2002 : 26 ) menjelaskan bahwa independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran
(49)
dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Dalam kode Etik Akuntansi Indonesia juga menetapkan agar akuntan publik menjaga dirinya dan jangan sampai kehilangan persepsi independen masyarakat. Ada dua macam independensi yaitu:
1. Independen dalam fakta (Independence In Fact)
Independen dalam fakta adalah independen dalam diri auditor yaitu kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam melakukan penugasan audit.
2. Independen dalam penampilan (Independence In Appearance)
Independen dalam penampilan adalah independen yang dipandang dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang diaudit yang mengetahui hubungan antara auditor dengan kliennya. Adapun pengertian auditor indepeden adalah audior profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya, menurut Mulyadi (2001: 28).
Menurut Arens dan Loebbecke (1996: 89) untuk memelihara dan mempertahankan independensi hal-hal yang paling penting yaitu:
1. Kewajiban Hukum
Hukum dijatuhkan pengadilan jika seorang akuntan publik tidak independen dapat berat akibatnya, termasuk tindakan kriminal
(50)
pengadilan telah memberikan banyak insentif bagi auditor agar tetap bersikap independen.
2. Peraturan 101, interpretasi dan ketentuannya
Hal ini membatasi para akuntan publik dalam hubungan keuangan dan bisnis dengan klien. Ini merupakan bantuan yang besar dalam mempertahankan independensi.
3. Standar Auditing yang berlaku umum
Standar umum yang kedua mengharuskan auditor untuk mempertahankan sikap mental independen untuk semua hal yang berkaitan dengan penugasan.
4. Standar Pengendalian Mutu (IAI dan AICPA di Amerika Serikat)
Isinya salah satu standar pengendalian mutu mensyaratkan kantor akuntan publik untuk menetapkan kebijakan dan prosedur guna memberikan jaminan yang cukup bahwa semua pegawainya independen.
5. Pendivisian Perusahaan
Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yang berkaitan dengan independensi. Pelaporan ketidaksetujuan antara auditor dengan klien, penggantian patner pembatasan jasa manajemen, dan riview sejawat wajib melaksanakan guna mempertinggi independensi.
6. Komite Audit.
(51)
bertanggung jawab untuk membantu auditor dalm mempertahankan independensinya dari manajemen. Pada saat ini banyak bank mempunyai komite audit yang disebut dewan-dewan audit.
7. Komunikasi dengan auditor pendahulu.
Persoalan utama komunikasi ini adalah informasi yang dapat membantu auditor pengganti untuk menentukan apakah manajemen klien mempunyai integritas.
8. Menjajaki pendapat mengenai penetapan prinsip akuntansi.
Menetapkan persyaratan yang harus diikuti jika sebuah kantor akuntan publik diminta untuk memberikan pendapat lisan atau tertulis menggunakan prinsip-prinsip akuntansi atau jenis pendapat audit yang harus dikeluarkan untuk suatu transaksi spesifik.
9. Pengesahan auditor oleh pemegang saham.
Pada saat ini semakin banyak perusahaan meminta para pemegang sahamnya untuk mengesahkan sebuah kantor akuntan publik baru atau meneruskan yang sudah ada.
Prinsip independensi dapat hilang atau rusak antara lain oleh beberapa hal berikut:
1. Selama masa pelaksanaan auditnya sampai laporan audit atau
selama periode pelaporan keuangan yang diperiksa, ia (termasuk keluarga sedarah garis dan semenda) atau KAP terikat komitmen untuk mengelola sebagian besar aset kliennya atau terikat transaksi
(52)
pembelian sebagai asset kliennya.
2. Mempunyai kerjasama kepemilikan usaha lain dengan kliennya
atau dengan setiap staf karyawan kunci atau manajemen perusahaan kliennya.
3. Mempunyai hubungan hutang piutang dalam segala bentuk dengan
staf karyawan kunci atau manajemen perusahaan klien.
4. Mempunyai hubungan saudara, langsung atau tidak langsung
dengan klien.
Atas dasar pembahasan diatas tentang pentingnya independensi akuntan publik diatas tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan menganai pentingnya independensi akuntan publik sebagai berikut:
1. Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi
akuntan publik untuk menilai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen kepada pemakai informasi.
2. Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh
kepercayaan dari klien dan masyarakat, khusunya para pemakai laporan keuangan.
3. Jika akuntan publik tidak independensi maka pendapat yang
diberikan tidak mempunyai arti atau nilai.
4. Independensi merupakan martabat penting akuntan publik yang
secara berkesinambungan perlu dipertahankan.
(53)
2.2.5.1. Pengertian Opini Auditor
Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan tempat auditor melakukan audit. Ikatan Akuntan Indonesia ( 2001 : 504.01 ) menyatakan bahwa : “ Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan berikut tidak diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan berikut tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal jika nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkah tanggung jawab auditor yang bersangkutan”.
Menurut Arens dan Loebbcke (1997: 38) mendefinisikan pendapat sebagai kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses pengambilan keputusan dalam bidang audit. Bagian ini sangat penting sehingga sering kali keseluruhan laporan audit hanya disebut sebagai pendapat auditor. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan tersebut didasarkan atas pertimbangan profesional.
Mulyadi (2002: 19) menjelaskan dalam paragraf ini auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi
(54)
berterima umum. Jika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup atau jika hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa laporan keungan yang diauditnya disajikan tidak wajar, maka auditor perlu menerbitkan laporan audit selain laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian.
2.2.5.2. Jenis-Jenis Opini Audit
Terdapat lima opini yang mungkin diberikan oleh akuntan public atas laporan keungan yang auditnya (Mulyadi, 2002: 19). Opini-opini tersebut adalah:
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengeculaian adalah laporan keuangan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.
Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna: a. Bebas dari keragu‐raguan dan ketidak jujuran.
(55)
2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion Report with Explanatory Language )
Jika terdapat hal – hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit bentuk baku.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian ( Qualified Opinion ).
Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit, jika auditor menjumpai kondisi – kondisi berikut ini :
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi – kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat Tidak Wajar ( Edverse Opinon ).
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar pisisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor juga akan memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat memgumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung
(56)
pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya dan tidak dapat digunakan oleh pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat ( Disclaimer of Opinion ).
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat ( no opinion report ). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah :
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya trerhadap lingkungan audit. b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
2.3 Kerangka Pikir
2.3.1. Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Opini Auditor
Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam industria yang digeluti kliennya ( Arens, 2004 ). Pengalaman auditor akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit, sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya dibidang auditing ( Christiawan, 2002 ). Bagi seorang auditor selain harus memiliki pengalaman dalam melaksanakan tugasnya,
(57)
karena dengan pengalaman memberikan keahlian dan ketrampilan kepada auditor dalam melaksanakan tugas audit. Pengalaman yang diperoleh oleh seorang auditor akan bisa meningkatkan keahlian dan ketrampilan dalam melakukan pemeriksaan yang erat kaitannya dengan pemberian opini seorang auditor. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman audit beerpengaruh terhadap opini auditor.
2.3.2. Pengaruh Kompetensi terhadap Opini Auditor
Kompoetensi adalah kemampuan individual / orang perorangan untuk mengerjakan suatu tugas / pekerjaan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap, sesuai untuk kerja yang dipersyaratkan. Kompetensi didapat dari perpaduan pendidikan dan pengalaman.
Auditor selain harus ahli dibidang auditing juga harus punya kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit dan dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti yang kompeten digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit ( Christiawan, 2002 ). Setiap auditor bertanggung jawab menilai kemampuan mereka, mengevaluasi apakah pendidikan , pengalaman dan pertimbangannya cukup untuk suatu bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan. Jadi kompetensi berpengaruh terhadap opini auditor.
(58)
Berdasarkan keterangan – keterangan yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara objektif dan dengan integritas yang tinggi dalam pengambilan keputusan. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan objektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditor.
Independensi merupakan aspek yang penting dalam profesi akuntan public, karena akuntan public tidak dapat memberikan opini yang objektif jika ia tidak independen. Meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang cukup, masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen.
Menurut Arens dan Loebbecke (1996: 2), seorang auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria yang digunakan serta menentukan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang dibuatnya. Auditor harus pula mempunyai sikap mental independen. Sekalipun ia ahli, apabila tidak independen dalam mengumpulkan informasi akan tidak berguna sebab informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan haruslah tidak biasa.
Berdasarkan hasil – hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, nampak bahwa opini auditor merupakan suatu factor yang mempengaruhi pemilihan KAP dan factor yang menyebabkan klien berganti kantor akuntan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa
(59)
pemberian opini oleh auditor dapat tidak objektif jika auditor tidak independen.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dibuat bagan kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 1 Bagan kerangka pikir
Uji staistik Regresi Linier Berganda
2.4Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah diduga pengalaman audit, kompetensi, dan independensi mempunyai pengaruh terhadap opini auditor di wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Barat.
Pengalaman audit(X1)
kompetensi (X2) Opini Auditor (Y)
(60)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional menurut Nazir (1988: 152) adalah suatu yang diberikan kepada suatu variable atau konstruk dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variable tersebut. Penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Pengalaman (X1), kompetensi (X2), dan independensi (X3) sebagai variabel bebas dan opini auditor (Y) sebagai variabel terikat. Agar tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda, maka secara operasional variabel tersebut didefinisikan sebagai berikut:
1. Variabel bebas (X) terdiri dari tiga variabel, yaitu:
1) Pengalaman audit (X1), merupakan pengalaman yang dimiliki auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang ditangani.
2) Kompetensi (X2) , yaitu sifat dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor dalam bidang auditing dan akuntansi.
3) Independensi (X3) , yaitu sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain atau kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan
(61)
adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya
2. . Variabel terikat (Y) adalah kualitas kinerja auditor.
1) Opini auditor adalah kesimpulan dari hasil laporan audit sebagai kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses pengambilan keputusan dalam bidang audit
3.1.2. Pengukuran Variabel
1) Pengalaman (X1)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang merupakan pengembangan dan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Deddy Dwi Haryadi ( 2005 ). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, dengan teknik pengukuran Semantic Differential (Sumarsono, 2002: 25) yang terukur dalam skala 7 point dengan pola sebagai berikut: Sangat negatif 1 2 3 4 5 6 7 Sangat positif
2) Kompetensi (X2)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang merupakan pengembangan dan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh merupakan pengembangan dan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ari Setianingsih ( 2005 ). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, dengan teknik pengukuran Semantic Differential
(62)
(Sumarsono, 2002: 25) yang terukur dalam skala 7 point dengan pola sebagai berikut:
Sangat negatif 1 2 3 4 5 6 7 Sangat positif
3) Independensi
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang merupakan pengembangan dan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh merupakan pengembangan dan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ari Setianingsih ( 2005 ) Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, dengan teknik pengukuran Semantic Differential (Sumarsono, 2002: 25) yang terukur dalam skala 7 point dengan pola sebagai berikut:
Sangat negatif 1 2 3 4 5 6 7 Sangat positif
4) Opini Auditor (Y)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang merupakan pengembangan dan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh merupakan pengembangan dan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ari Setianingsih ( 2005 ) . Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, dengan teknik pengukuran Semantic Differential (Sumarsono, 2002: 25) yang terukur dalam skala 7 point dengan
(63)
pola sebagai berikut:
Sangat negatif 1 2 3 4 5 6 7 Sangat positif
3.2. TEKNIK PENENTUAN SAMPEL
4 Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri – cirri atau karakteristik – karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian ( Sumarsono, 2002: 44 ). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Timur dan Surabaya Barat minimal selama 3 (tiga) tahun, dengan alasan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik dan tercatat ada 8 Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan 140 Auditor (www.iapi.or.id).
5 Sampel
Menurut Nazir (2003: 271), sampel adalah bagian dari populasi. Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sebuah sampel harus merupakan representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002: 44).
Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :
n = 2
1 Ne N
(64)
(Umar, 2007 : 74) Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi (105 Auditor)
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan (e = 10%).
Cara Perhitungan :
n = 1 140.(0,1)2 140
n = 58 responden
Teknik pengambilan sampel merupakan bagian dalam melaksanakan suatu penelitian. Untuk itu teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling (penarikan
sampel secara acak), dengan metode yang digunakan adalah sampel
random sampling yaitu setiap populasi mempunyai peluang yang sama
untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono, 2004 : 46).
Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 58 Auditor.
3.3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
a. Jenis data
Dalam penelitian ini, data yang diperlukan adalah data primer. Menurut Umar (2004: 42), data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik individu atau perorangan seperti hasil interview atau
(65)
hasil pengisian kuesioner. Sumber Data primer dalam penelitian ini berasal dari jawaban Kuesioner yang disebar pada 58 Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Timur dan Surabaya Barat dan dijadikan sampel.
b. Sumber data
Sumber data diperoleh dari perorangan atau individu yakni para auditor melalui KAP yang ada di wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Barat.
c) Pengumpulan data
Dalam penelitian ini akan di adakan beberapa teknik pelaksanaan
dengan menggunakan cara sebagai berikut :
a. Studi Perpustakaan
Yaitu meliputi penelaah data sekunder yang diperoleh dari literature yang erat kaitannya dengan penelitian ini, termasuk bahan – bahan ilmiah yang penulis terima selama mengikuti pendidikan di UPN “ Veteran “ Jawa Timur.
b. Studi Lapangan, meliputi :
Kuesioner
Memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diberikan nilai atau scoring, kuesioner tersebut diberikan kepada pihak yang berkepentingan secara langsung berhubungan dengan pokok permasalahan yang diteliti.
(66)
Proses pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan mengadakan tanya jawab terhadap pihak – pihak yang berhubungan dengan objek penelitian.
3.4. Uji Kualitas Data meliputi : 3.4.1. Uji validitas
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk menugungkapkan sesuatu yang akan dukur oleh kuisioner tersebut ( Ghozali, 2006: 135 ).
Dasar analisis yang digunakan menurut ( Ghozali, 2006 : 49 ) yaitu sebagai berikut :
1. Jika r hitung posistif, serta r hitung > r tabel maka butir atau variabel tersebut valid.
2. Jika r hitung negativ, serta r hitung < r tabel maka butir atau variabel tersebut tidak valid.
3.4.2. Uji reliabilitas
. Uji reliabilitas adalah untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005: 41).
(67)
Perhitungan keandalan butir dalam penelitian ini menggunakan fasilitas yang diberikan oleh SPSS untuk mengukur
reabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α), yaitu suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnally, 1967) dalam (Ghozali, 2005: 42).
3.4.3. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah suatu alat uji yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel bebas atau terikat mempunyai distribusi normal atau tidak (Sumarsono, 2004:40). Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov
Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai
probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka butir atau item
pertanyaan tersebut adalah berdistribusi normal(Sumarsono, 2004 :40)
Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah (Sumarsono, 2004: 43)
1.Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusi adalah tidak normal.
2,Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusi adalah normal.
3.5. Uji Asumsi Klasik
(68)
dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinearitas, asumsi autokorelasi, dan asumsi heterokedastisitas. Uji asumsi klasik menyatakan bahwa persamaan regresi tersebut harus bersifat
BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan
uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan tersebut yaitu:
a. Tidak boleh ada multikolinearitas.
b. Tidak boleh ada autokorelasi.
c. Tidak boleh ada heterokedastisitas.
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias (Algifari, 2000: 83).
3.5.1. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier antara variable-variabel bebas dalam suatu model regresi. Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas yaitu dengan cara melihat besarnya nilai Variance
Inflation Factor (VIF). VIF dapat dihitung dengan rumus:
1 VIF =
(69)
Tolerance mengukur variabilitas variable bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variable bebas lain. Nilai tolerance yang umum dipakai adalah 0,10 atau sama dengan nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2005: 91-92).
3.5.2. Autokorelasi
Autokorelasi artinya adalah adanya antaranggota sample yang diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series (Ghozali, 2005: 95). Tetapi di dalam penelitian ini tidak dilakukan uji autokorelasi karena data yang diperoleh data cross section.
3.5.3. Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah nilai varians residual dengan varians
setiap variabel bebas tidak sama atau E (u21) ≠ 0. Jika nilai varians
residual dengan varians setiap variable bebas tetap, maka disebut homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas digunakan korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variable bebas. Rumus Rank Spearman adalah:
∑di2 Rs = 1-6
N (N2 – 1)
Keterangan:
di = perbedaan dalam rank antara variable bebas N = banyaknya data
(70)
Jika nilai signifikan koefisien rs untuk semua variable bebas terhadap nilai mutlak dari residual lebih besar 5% maka tidak terdapat gejala heterokedastisitas (Wahana Komputer, 2005: 60).
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.6.1. Teknik Analisis
Analisis ini dipakai dalam penelitian ini karena dapat menerangkan ketergantungan suatu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Analisis ini juga dapat menduga besar dan arah dari pengaruh tersebut serta mengukur derajat keeratan hubungan antara satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan bentuk persamaan sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e………...….……(Anonim, 2008: L-21)
Dimana: Y = Opini Auditor
β0 = Konstanta / intersep X1 = Pengalaman Audit X2 = kompetensi
X3 = Independensi
β1, β2, β3 = Koefisien regresi e = Random error
(1)
Lampiran 11
Uji Regresi Linier Berganda
Regression
(2)
(3)
Lampiran 12
Uji Correlation “Rank Spearman”
Nonparametric Correlations
(4)
Lampiran 13
Tabel “r” Product Moment
Df 5% Df 5%
1 0.988 26 0.317
2 0.900 27 0.311
3 0.805
28 0.306
4 0.729 29 0.301
5 0.669 30 0.296
6 0.621 31 0.291
7 0.582 32 0.287
8 0.549 33 0.283
9 0.521 34 0.279
10 0.497 35 0.275
11 0.476 36 0.271
12 0.458 37 0.267
13 0.441 38 0.264
14 0.426 39 0.260
15 0.412 40 0.257
16 0.400 41 0.254
17 0.389 42 0.251
18 0.378 43 0.248
19 0.369 44 0.246
20 0.360 45 0.243
21 0.352 46 0.240
22 0.344 47 0.238
23 0.337 48 0.235
24 0.330 49 0.233
25 0.323 50 0.231
(5)
Lampiran 14
Daftar Nama – nama Kantor Akuntan Publik ( KAP )
Wilayah Surabaya Barat dan Timur
Nama KAP ALAMAT JUMLAH AUDITOR
1.KAP. Basri Hardjo Sumarto
Jl. Gubeng Kertajaya IIIF / 10 Sby
12 auditor
2.KAP. Adi Pramono & Rekan
Komplek Rungkut Megah Raya M-27
14 auditor
3.KAP.Hadori Sugiarto Adi & Rekan
Jl. Dharmahusada Indah no. 105 kav. D-22
20 auditor
4.KAP.Robby Bumulo Pertokoan Rungkut
Megah Raya L- 39
10 auditor
5.KAP.Richard Risambessy
Jl. Tenggilis Timur dalam 12
7 auditor
6.KAP.Drs. J. Tanzil & Rekan
Komplek Darmo Park II blok III 19-20
Jl. Mayjend Sungkono
62 auditor
7.KAP. Mudjianto Soenaryo Ginting
Jl. Dukuh Kupang Barat XV no.19 Sby
5 auditor
8. KAP. Drs. Bambang Siswanto
Rungkut Asri Tengah III 10 auditor
(6)