Pengaruh Pengalaman Audit, Independensi Auditor dan Kode Etik terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Selatan)

(1)

PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI AUDITOR, DAN KODE ETIK TERHADAP AUDIT JUDGMENT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Selatan) Proposal Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

oleh:

Jamhuri Akil Mukhlis

206082003991

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

1. Nama : Jamhuri Akil Muhlis

2. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 01 Agustus 1988

3. Alamat : Jl. Surya kencana Gg. Mede 1 Rt 002 Rw 04 No. 100 Pamulang-Tangerang Selatan 15417 4. Nomor Telepon : 021-94232562

5. Status : Belum menikah

6. Agama : Islam

7. Kewarganegaraan : Indonesia

B. Data Pendidikan Formal

1.1994 - 1996 : SDN Pamulang Tengah 2.2000 - 2003 : SLTPN 1 Ciputat

3.2003 - 2006 : SMK Sasmita Jaya 1 Pamulang

4.2006 - 2010 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Latar Belakang Keluarga

1. Ayah : Supandi

2. Ibu : Jamsiah Herawati

D. Latar Belakang Organisasi

1. Anggota OKP.GANESPA Pamulang 2. Wakil Ketua Karang Taruna Rt 002 Rw04

3. Ketua Pelaksana Event Music “Sound Of Freedom” 2009

4. Ketua Pelaksana Konservasi Situ Tujuh Muara Pamulang dan Penanaman Pohon 2009.


(6)

iv

EFFECT OF EXPERIENCE AUDIT, AUDITOR INDEPENDENCE AND CODE OF ETHICS ON AUDIT JUDGEMENT

By:

Jamhuri Akil Muhlis

Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect experience of audit, auditor independence and code of ethics on audit judgments on Public Accounting Firm (KAP) region of South Jakarta. This study uses primary data through a questionnaire with Likert scale. The sample in this study were as many as seventy-two respondents. Test the quality of data used in this research is the reliability test using Cronbach alpha and test the validity of using the Pearson correlation and hypothesis testing using multiple regression analysis using SPSS 17.0.

Results processing and analysis of data from this study are: (a) audit experience significant positive effect on audit judgments, (b) Independence of Auditors significant positive effect on audit judgments, (c) Code of ethics significant positive effect on audit judgments, ( d) Experience of audit, auditor independence, and codes of ethics influence audit judgments simultaneously.


(7)

v

PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI AUDITOR DAN KODE ETIK TERHADAP AUDIT JUDGMENT

Oleh:

Jamhuri Akil Muhlis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengalaman audit, independensi auditor dan kode etik terhadap audit judgment pada Kantor Akuntan Publik (KAP) wilayah Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan data primer melalui kuesioner dengan skala likert. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak tujuh puluh dua responden. Uji kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas menggunakan cronbach alpha dan uji validitas menggunakan pearson correlation serta uji hipotesis dengan menggunakan metode regresi berganda dengan menggunakan program SPSS 17,0.

Hasil pengolahan dan analisis data dari penelitian ini adalah: (a) pengalaman audit berpengaruh secara signifikan positif terhadap audit judgment, (b) Independensi Auditor berpengaruh secara signifikan positif terhadap audit judgment, (c) Kode etik berpengaruh secara signifikan positif terhadap audit judgment, (d) Pengalaman audit, independensi auditor, dan kode etik berpengaruh terhadap audit judgment secara simultan.


(8)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, shalawat serta salam kepada sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan apa yang saya harapkan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, saya tidak lupa menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyusunan skripsi saya ini, antara lain kepada:

1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, yang dengan rasa cinta dan kasih sayangnya secara tulus telah mengurus, membesarkan, mendidik penulis hingga sekarang ini serta memberikan semangat dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Terima kasih ya enya dan babeh.

3. Adikku tercinta Nanda dan Boma yang tak pernah henti memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. Belajar yang bener ya!!!!

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas


(9)

vii

6. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Prof.Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan saran dan pengarahan serta bimbingan dengan kesabaran hingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Ibu Rini,SE.,Ak.,Msi selaku pembimbing 2 yang telah memberikan saran dan pengarahan serta bimbingan dengan kesabaran dan keikhlasan hingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Segenap dosen yang telah mentransformasikan ilmu pengetahuannya kepada penulis, serta seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Empo, mba Ani, Azis, Heri dan Alfred), penulis ucapkan terima kasih atas partisipasinya dan segala bantuannya selama penulis menuntut ilmu.

10.Kawan-kawanku di Akuntansi A, Akuntansi B, Manajemen A, dan Manajemen B yang telah membantu saya, dan memberikan semangat sehingga tersusunnya skripsi. Terus berjuang dan semangat.

11.Fachry,Tio,Anggi, Ikbal, Dicky, Sugi, Sutiawati, Adik Febria, Fitri sartika, Qory, Marina, Kholifah, Dian, Nopi, verisca, Mila, Rike, Cicih, Ana dan semuanya yang telah memberi semangat dan dukungan kepada saya dari mulai ujian kompre sampe dengan selesainya skripsi saya, “Moga kita semua bisa menjadi penyemangat satu sama lainnya”.

12.Kawan-kawanku tercinta yang tergabung dalam The End Touch Family (Abi, Pandu, Wahyu, Ucup, Asep, Tomi, Berli, Dedwi). Kawan akhirnya gue jadi tukang sarjana...pada nyusul ye!!!

13.Special Thanks to Aya, makasih banyak ya atas semua waktu yang udah diluangin. Kalo gak ada kamu gak bakal selesai ni skripsi coz gak ada yang minjemin laptop.heheh..mkasih ya..

14.Pihak-pihak lain, yang saya tidak dapat sebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh


(10)

viii

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, November 2010


(11)

ix DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi... i

Lembar Pengesahan Ujian Kompre ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Abstract ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar...vi

Daftar Isi ...ix

Daftar Tabel...xiii

Daftar Gambar...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………..1

B. Perumusan Masalah ………...7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………..8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Auditing 1. Pengertian Auditing ………... 10


(12)

x

3. Jenis-jenis Audit ……….... 14

4. Jenis-jenis Auditor ………..15

5. Peranan Auditing ………... 17

6. Standar Auditing ……….... 18

B. Profesi Akuntan Publik 1. Pengertian Akuntan Publik ……….20

2. Akuntan sebagai Profesi ………....… 21

3. Jasa yang Diberikan oleh Akuntan Publik ………..22

C. Pengalaman Auditor ………...25

D. Independensi 1. Pengertian Independensi ………27

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik ……….29

E. Kode Etik ………..………...…... 31

1. Pengertian Etika………. 31

2. Dilema Etika………... …32

3. Pengertian Kode Etik………. 33

F. Audit Judgment……… 34


(13)

xi

H. Keterkaitan Antar Variabel ……….42

I. Kerangka Pemikiran……… 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ………....45

B. Metode Pengumpulan Sampel ………...45

C. Metode Pengumpulan Data ………...46

D. Metode Analisis Data ………...……46

E. Operasional Variabel Penelitian ………...……53

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………...……..58

1. Tempat dan waktu Penelitian ……….58

2. Karakteristik Profil Responden ………..59

B. Analisis Deskriptif Kualitatif ………...…62

1. Hasil Uji Validitas ………..62

2. Hasil Uji Reliabilitas ………..65

C. Analisis dan Pembahasan ..………...…67

1. Hasil Uji Asumsi Klasik ……….67

a. Hasil Uji Multikolinearitas ………..67

b. Hasil Uji Heteroskedastisitas ………...68

c. Hasil Uji Normalitas ………...….69


(14)

xii

D. Pembahasan dan Interpretasi ………....73

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ………...76

B. Implikasi dan Saran ………...77

1. Implikasi………..77

2. Saran ………..77 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

2.1 Tinjauan penelitian terdahulu 41

3.1 Operasional variable penelitian 55

4.1 Deskripsi penyebaran kuesioner yang diterima dan dapat diolah

58

4.2 Sampel dan tingkat pengembalian 59

4.3 Data responden berdasarkan jenis kelamin 59

4.4 Data responden berdasarkan pendidikan terakhir 60 4.5 Data responden berdasarkan pengalaman kerja 61 4.6 Data responden berdasarkan posisi terakhir 61 4.7 Hasil uji validitas variabel pengalaman audit 62 4.8 Hasil uji validitas variabel independensi auditor 63

4.9 Hasil uji validitas variabel kode etik 64

4.10 Hasil uji validitas variabel audit judgment 64

4.11 Hasil uji reliabilitas pengalaman audit 65

4.12 Hasil uji reliabilitas independensi auditor 66

4.13 Hasil uji reliabilitas kode etik 66

4.14 Hasil uji reliabilitas audit judgment 67

4.15 Hasil uji multikonilieritas 68

4.16 Hasil uji heteroskedestisitas 69

4.17 Hasil uji normalitas 70

4.18 Hasil uji normalitas 70

4.19 Hasil uji koefisien determinasi untuk hipotesis 71

4.20 Hasil uji F 72


(16)

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

1 Kerangka pemikiran 44

2 Hasil uji heteroskedastisitas 69


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Maraknya kejahatan akuntansi korporat yang terjadi akhir-akhir ini membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan khususnya laporan keuangan auditan terhadap auditor mulai menurun. Akibat kejahatan tersebut, para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mulai mempertanyakan kembali eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen yang menilai kewajaran laporan keuangan. Beberapa kasus manipulasi yang merugikan pemakai laporan keuangan melibatkan akuntan publik yang seharusnya menjadi pihak independen. Auditor sebagai pihak yang berkewajiban mendeteksi adanya kekeliruan atau kecurangan yang menyebabkan terjadinya salah saji material demi terwujudnya keandalan laporan keuangan sebagaimana tuntutan dari para pelaku ekonomi, harus meningkatkan performance (kinerja) dalam membuat judgment dengan meningkatkan pengalaman, pengetahuan serta sikap independensi sehingga keputusan yang diambil berdasarkan informasi-informasi yang ada (Hartiningsih, 2008).

Seorang auditor dalam proses audit memberikan sebuah opini, dimana dalam memberikan opini dibutuhkan judgment yang berdasarkan peristiwa-peristiwa masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Standar Profesional Akuntansi Publik (SPAP) menyebutkan bahwa audit judgment atas


(19)

2 kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada ada tidaknya kesangsian dalam diri audior itu sendiri terhadap kemampuan suatu kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan.

Pandangan auditor dalam menanggapi informasi berhubungan dengan tanggung jawab dan risiko audit yang akan dihadapi, sehubungan dengan judgment yang dibuat. Dalam membuat judgment dipengaruhi oleh banyak faktor, baik bersifat teknis maupun non teknis. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi auditor dalam menanggapi dan mengevaluasi informasi antara lain meliputi faktor individual ini berubah-ubah sesuai dengan Pengalaman Audit, sikap independensi auditor, dan kompleksitas tugas yang mengatur dan membatasi auditor.

Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya (Anoraga, 1995:47 yang dikutip dari Justiana, 2010). Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan satuan waktu/tahun. Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan auditor berpengalaman. Semakin lama bekerja menjadi auditor, maka akan memperluas pengetahuan auditor dibidang akuntansi dan auditing. Pengalaman audit diperoleh auditor selama mereka mengerjakan penugasan auditnya. Pengalaman akan diperoleh jika prosedur penugasan dan supervise berjalan dengan baik. Prosedur penugasan adalah prosedur yang menjamin


(20)

3 terjadinya keseimbangan antara kebutuhan, keahlian, pengembangan dan pemanfataan personel dalam pelaksanaan perikatan (IAPI, 2004).

Libby (1995) dalam Aini (2009) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert). Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern. Asih (2006:12) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal sebagai berikut: a) Mendeteksi kesalahan, b) Memahami kesalahan dan, c) Mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian.

Menurut Boner dan Walker (1994) dalam Herliansyah (2006) menyatakan peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Oleh karena itu pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik (SK Menkeu No. 43/KMK.017/1997). Pelatihan tersebut berupa kegiatan-kegiatan, seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya. Melalui program pelatihan para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ditemui (Putri dan Bandi, 2002 dalam Herliansyah, 2006).


(21)

4 Auditor disewa untuk memeriksa laporan keuangan oleh klien akan tetapi auditor tidak bertanggung jawab langsung terhadap klien, melainkan kepada pihak ketiga seperti investor atau kreditor. Sehingga auditor tidak boleh hanya mementingkan kepentingan kliennya. Auditor harus bersikap independen agar hasil pengujian laporan keuangan yang dilakukannya dapat dipercaya dan bermanfaat bagi semua pihak. Independensi dianggap sebagai karakteristik auditor yang paling kritis, bahkan nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor (Arens et al, 2008:111). Definisi lain mengenai independensi adalah independensi merupakan sikap dan pikiran seseorang yang dicirikan oleh pendekatan integritas dan obyektivitas tugas profesionalnya. Dalam Kode Etik Akuntan tahun 1994 (Mayangsari, 2003:6), disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektifitas.

Pengujian pengaruh sejumlah faktor terhadap kompleksitas tugas juga bersifat penting karena kecenderungan bahwa tugas melakukan audit adalah tugas yang banyak menghadapi persoalan kompleks. Zulaikha (2006) dalam Novarina (2010) mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan. Pertama, kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan teknik pembutan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan


(22)

5 sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas tugas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat membantu tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit.

Ashton (1991) dalam Jamilah dkk (2007) menunjukkan bahwa dalam literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain di selain pengalaman. Selain itu, penelitian yang dilakukan Zulaikha (2006) dalam Novarina (2010) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifik tugas dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman, walaupun hanya dalam penetapan risiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor (Hogarth, 1992) dalam Jamilah dkk (2007). Komponen keahlian sendiri terdiri atas beberapa macam. Tan dan Libby (1997) dalam Mayangsari (2003) mengatakan bahwa keahlian audit terdiri atas tacit managerial dan pengetahuan khusus. Hasil-hasil penelitian lain seperti Shanteau dan Mohammadi (1992) dalam Mayangsari (2003), Bonner dan Lewis (1990) dalam Mayangsari (2003), serta Mohammadi, Searfoss dan Sheanteau (1992) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa faktor pengetahuan kognitif merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengarui keahlian audit.


(23)

6 Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen ciri-ciri psikologis dan pengetahuan merupakan komponen yang memiliki nilai tinggi dalam model kompetensi.

Dalam penelitian sebelumnya Herliansyah (2006) menemukan hasil bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor. Auditor berpengalaman (partner dan Manajer) tidak terpengaruh oleh adanya informasi tidak relevan dalam membuat going concern judgment. Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern (Libby, 1995 dalam Aini, 2009). Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Plugrath et al (2007) menemukan hasil bahwa pengalaman audit lebih umum, memiliki dampak positif terhadap kualitas audit penilaian. Oleh karena itu, pengalaman seorang auditor sangat mempengaruhi audit judgment.

Penelitian mengenai independensi telah dilakukan oleh Mayangsari (2003) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh independensi terhadap pendapat audit yang benar. Dengan demikian, dapat disimpulkan sikap idependensi seorang auditor dalam memberikan opini secara benar memerlukan pertimbangan bagi seorang auditor dalam memberikan sebuah informasi yang tepat dan akurat. Penelitian selanjutnya mengenai independensi yang dilakukan oleh Suhartini dan Ariyanto (2008) menemukan hasil bahwa independensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap


(24)

7 pertimbangan pemberian opini auditor. Independensi berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini karena seorang auditor yang tidak independen berarti tidak mempunyai kejujuran dalam dirinya dalam mempertimbangkan fakta, dapat memihak pada suatu kepentingan tertentu, informasi yang diberikan tidak objektif, dan tidak bebas dari pengaruh/bujukan/pengendalian dari pihak lain sehingga dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya dapat berpihak pada salah satu pihak tersebut.

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Plugrath et al (2008). Terdapat hal yang membedakan penelitian kali ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terdapat pada variabel penelitian. Pada penelitian sebelumnya terdapat dua variabel independen yaitu kode etik dan pengalaman auditor. Sedangkan pada penelitian sekarang penulis menambahkan satu variabel independen, yaitu independensi.

Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan memberi judul : “Pengaruh Pengalaman Audit, Indepedensi Auditor dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment.

B. Perumusan Masalah

Dalam Penelitian ini, masalah yang ingin diteliti adalah :

a. Apakah pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment ?


(25)

8 b. Apakah independensi berpengaruh secara signifikan terhadap audit

judgment?

c. Apakah kompleksitas tugas berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment?

d. Apakah pengalaman, independensi dan kompleksitas tugas auditor berpengaruh secara simultan terhadap audit judgment?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh antara pengalaman terhadap audit judgment.

2. Untuk menganalisis pengaruh antara independensi terhadap audit judgment.

3. Untuk menganalisis pengaruh antara kompleksitas tugas auditor terhadap audit judgment.

4. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman, independensi, dan kompleksitas tugas auditor terhadap audit judgment.

b. Manfaat Penelitian 1. Bagi Auditor


(26)

9 Diharapkan dapat memberikan bukti empiris dan sebagai masukan akan pentingnya kualitas audit saat melakukan audit atas laporan keuangan.

2. Bagi Akuntan

Informasi ini dapat digunakan sebagi motivasi bagi para akuntan untuk dapat lebih independen dalam melaksanakan profesinya, serta membangkitkan naluri profesionalnya dalam memberikan pelayanan jasa bagi masyarakat luas.

3. Bagi Organisasi IAPI

Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pengalaman, independensi dan kompleksitas tugas auditor terhadap audit judgment.

4. Bagi Mahasiswa

Memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh pengalaman, independensi dan kompleksitas tugas auditor terhadap audit judgment.

5. Bagi Penulis

Untuk memenuhi sebagian persyaratan akademis dalam menyelesaikan studi program strata satu (S-1) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(27)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Auditing

1. Pengertian Auditing

Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian audit yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya :

Menurut Arens (2008:6), hakekat mengenai auditing sebagai berikut:

”Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau

pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan”.

Menurut “Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association (Accounting review, vol.47) mendefinisikan auditing sebagai berikut :

“Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

Menurut American Accounting Association (AAA) dalam Kodir (2010): “Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi -asersi tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan kriteria yang ditetapkan”.


(28)

11 Agoes (1996) dalam Megasari (2008) mendefinisikan auditing sebagai berikut :

“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan”.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

2. Tujuan Audit

Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa tidak menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang bersifat material, sesuai dengan prinsip-prinsip akutansi yang lazim (Rahayu, 2010:93).

Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan auditor menurut Standar Professional Akuntan publik:

1) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report).


(29)

12 bahasa penjelasan (unqualified opinion reportwith explanatory language).

3) Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report).

4) Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (adverse opinion report).

5) Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report).

Sedangkan menurut Boynton (2003:229) tujuan audit spesifik dikembangkan untuk setiap asersi. Dengan memahami tujuan audit spesifik ini, auditor akan mampu memahami salah saji yang mungkin timbul dalam laporan keuangan. Auditor mengidentifikasi tujuan audit spesifik berdasarkan asersi manajemen dalam laporan keuangan karena setiap tujuan audit memerlukan bukti audit yang berbeda. Lima asersi manajemen yang digariskan dalam standar auditing yang berlaku umum (GAAS) adalah sebagai berikut:

a. Keberadaan dan keterjadian b. Kelengkapan

c. Hak dan kewajiban d. Penilaian atau alokasi

e. Penyajian dan pengungkapan

Tujuan audit akan membantu auditor dalam merencanakan bukti audit yang diperlukan. Dalam pelaksanaan audit, auditor menerapkan prosedur audit


(30)

13 untuk memperoleh bukti berkenaan dengan setiap tujuan spesifik. Dari bukti-bukti yang terkumpul, auditor akan sampai pada kesimpulan apakah asersi manajemen telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Selanjutnya, kesimpulan tentang asersi secara individual akan digabungkan untuk sampai pada pendapat atas kewajaran laporan keuangan secara menyeluruh.

3. Jenis-jenis Audit

Menurut Kell dan Boyton (2003:6), auditing dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dilaksanakannya audit. Dalam hal ini tipe audit terbagi ke dalam tiga kategori : audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Berikut penjelasan mengenai ketiga audit tersebut :

a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, yaitu Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum (PABU). Audit laporan keuangan ini dilakukan oleh external auditor biasanya atas permintaan klien, kecuali dalam audit laporan keuangan BUMN yang dilakukan oleh BPK atau BPKP memiliki hak untuk melakukan pemeriksaan berdasarkan undang-undang atau peraturan yang ada. Hasil auditing terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan audit ini


(31)

14 dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan Kantor Pelayanan Pajak.

b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan, dan regulasi yanng telah ditentukan. Ukuran kesesuaian audit kepatuhan adalah (correctness), misalnya : ketepatan SPT-tahunan dengan undang-undang pajak penghasilan. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria.

c. Audit Operasional (Operating Audit)

Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah : (1) mengevaluasi kinerja, (2) mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan (3) membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Audit operasional sering disebut juga dengan manajemen audit atau performance audit. Ukuran kesesuaian yang digunakan adalah keefesienan, keefektifan, dan keenomisan.


(32)

15 4. Jenis-jenis Auditor

Menurut Boynton (2003:8), Auditor dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

a. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Auditor Eksternal Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai perwujudan dari Pasal 23E ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi “Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri”.. ayat (2)

“Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,sesuai dengan kewenangannya”. Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak tunduk kepada pemerintah, sehingga diharapkan dapat bersikap independen.

2) Auditor Internal Pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen/LPND, dan Badan Pengawasan Daerah.


(33)

16 b. Auditor Intern

Merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utamanya ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.

c. Auditor Independen atau Akuntan Publik

Adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang go public, perusahaan-perusahaan besar dan juga perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari laba. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik (KAP).

Namun, Arens & Loebbecke (2010:96), menambahkan satu lagi jenis auditor, yaitu:

1. Auditor Pajak.

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen Keuangan Republik Indonesia, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksanaan DJP dilapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak


(34)

17 (Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor khusus. Tanggungjawab Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan. 5. Peranan Auditing

Guy et al (2002:3) kebutuhan akan audit diakibatkan oleh empat faktor yang mendasarinya, yaitu :

a. Kompleksitas

Volume aktifitas ekonomi dalam dunia bisnis dan entitas lainnya bersamaan dengan kompleksitas pertukaran ekonomi tersebut, seringkali mempersulit pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelakuan akuntansi dan pengungkapannya membutuhkan jasa akuntan profesional. b. Jarak

Dalam lingkungan saat ini, pengambilan keputusan biasanya terpisah dari organisasi. Jarak dapat meningkatkan salah saji baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, sehinga meningkatkan permintaan akan pihak independen untuk memeriksa catatan keuangan.

c. Bias dan Motif penyaji

Apabila informasi keuangan disajikan dari sumber yang kurang independen, maka pengguna informasi keuangan mungkin akan menyangsikan bias dan motif penyaji. Penyaji informasi keuangan mungkin menghadapi pertentangan kepentingan (conflict of interest) baik


(35)

18 disengaja maupun tidak disengaja dengan pengguna informasi keuangan tersebut. Bias dan potensi pertentangan dapat menciptakan kebutuhan akan pihak independen untuk meningkatkan kredibilitas informasi keuangan entitas dengan mengaudit laporan keuangan. Jadi independen seorang auditor merupakan suatu keharusan bagi para pengguna untuk mempercayai bahwa audit adalah berbobot dan bernilai.

d. Konsekuensi

Salah satu karakteristik dari masyarakat kita adalah partisipasi investor, perusahaan dan entitas lain yang meluas dan mendalam dari pasar. Dalam lingkungan ekonomi saat ini, keputusan ekonomi seringkali melibatkan pengeluaran yang sangat besar dan mempengaruhi banyak orang. Keputusan penting ini membutuhkan informasi yang relevan dan handal.

6. Standar Auditing

Merupakan pedoman untuk membantu auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan. Standar audit mencerminkan ukuran mutu pekerjaan audit laporan keuangan. Menurut Rahayu (2010:41) standar audit terbagi atas sepuluh standar, dan terbagi dalam tiga kelompok yaitu:


(36)

19 a. Standar umum

1. Keahlian dan kompetensi teknis yang memadai 2. Sikap mental yang independen

3. Kemahiran profesional dengan cermat dan seksama b. Standar pekerjaan lapangan

Merupakan pedoman auditor dalam melaksanankan prosedur audit. Standar pekerjaan lapangan antara lain:

1. Perencanaan dan supervisi audit a. Perencanaan

Merupakan pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan , yang meliputi penentuan:

1. Sifat, luas, dan pelaksanaan audit 2. Program audit

b. Supervisi

Mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit atau penentuan apakah tujuan tersebut tercapai.

Unsur supervisi adalah:

1. Memberikan instruksi kepada asisten.

2. Menjaga informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit.


(37)

20 4. Menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor

akuntan.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern

Auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern yang memadai untuk merencanakan audit, menentukan sifat, saat dan ruang lingkup pengujian dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan.

3. Bukti kompeten yang cukup

Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

B. Profesi Akuntan Publik

1. Pengertian Akuntan Publik

Pengertian akuntan publik menurut RUU Akuntan Publik adalah: “Akuntan yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang Akuntan Publik”.

Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 menjelaskan yang dimaksud dengan akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh


(38)

21 izin dari Menteri untuk memberi jasa sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri ini.

Mulyadi (2002:4) membedakan pengertian antara akuntan publik dengan auditor independent sebagai berikut :

“Akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat, dari inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan”.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan pengertian akuntan publik adalah para akuntan yang bekerja di bawah atap Kantor Akuntan Publik yang mana kegiatannya menyediakan jasa sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik yang menyatakan pendapat atas kewajaran dari laporan keuangan.

2. Akuntan Sebagai Profesi

Makna kata profesi menurut Harefa (1999) dalam Aliyah (2010) adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan (kemahiran) yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Sedangkan profesionalisme adalah sikap atau perilaku seseorang dalam melakukan profesi tertentu.

Seorang akuntan agar dikatakan profesi, ia harus memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai pihak yang memerlukan profesi mempercayai hasil kerjanya. Adapun ciri profesi menurut Harahap (2008:88) adalah sebagai berikut :


(39)

22 a. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman

dalam melaksanakan keprofesionalannya.

b. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam profesi itu.

c. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyarakat atau pemerintah.

d. Keahliannya dibutuhkan masyarakat.

e. Bekerja bukan dengan motif komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya sebagai kepercayaan masyarakat (social credibility).

3. Jasa yang Diberikan Oleh Akuntan Publik

Menurut Pamudji (2010) dalam Aliyah (2010), jasa yang diberikan oleh para staf profesional suatu kantor Akuntan Publik dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu jasa atestasi dan jasa non atestasi.

a. Jasa Atestasi

Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang signifikan, dengan kinerja yang telah ditetapkan. Asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Jasa atestasi profesi akuntan publik dapat dibagi lebih lanjut menjadi 4 jenis :


(40)

23 1. Auditing

Jasa auditing mencakup perolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Dalam menghasilkan jasa auditing ini. Auditor memberikan keyakinan positif (positive assurance) atas asersi yang dibuat oleh manajemen dalam laporan keuangan historis.

2. Pemeriksaan (Examination)

Istilah pemeriksaan digunakan untuk jasa lain yang dihasilkan oleh akuntan publik yang berupa pernyataan pendapat tentang kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pemeriksaan terhadap informasi keuangan prospektif dan pemeriksaan untuk menentukan kesesuaian pengendalian intern suatu entitas dengan kriteria yang ditetapkan oleh instansi pemerintah atau badan pengatur.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh profesi akuntan publik terhadap laporan keuangan historis disebut dengan istilah auditing dan akuntan publik yang menghasilkan jasa auditing disebut dengan istilah auditor. Pemeriksaan oleh profesi akuntan publik selain terhadap laporan keuangan historis, seperti misalnya terhadap informasi keuangan prospektif, disebut dengan istilah pemeriksaan, dan akuntan


(41)

24 publik yang menghasilkan jasa pemeriksaan semacam ini disebut dengan praktisi.

3. Review

Jasa review terutama berupa permintaan keterangan dan prosedur analitis terhadap informasi keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan keyakinan negatif atas asersi yang terkandung dalam informasi keuangan tersebut. Dalam menghasilkan jasa auditing dan pemeriksaan, akuntan publik melaksanakan berbagai prosedur berikut ini : inspeksi, observasi, konfirmasi, permintaan keterangan, pengusutan (tracing), pemeriksaan bukti pendukung (vouching), pelaksanaan ulang (reperforming) dan analisis.

4. Prosedur yang Disepakati

Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat dilaksnakan oleh akuntan publik berdasarkan prosedur yang disepakati antara klien-klien dengan akuntan publik. Sebagai contoh, klien-klien dan akuntan publik dapat bersepakat bahwa prosedur tertentu akan diterapkan semua unsur laporan keuangan. Untuk tipe jasa ini, akuntan publik dapat menerbitkan suatu "ringkasan temuan" atau suatu keyakinan negatif seperti yang dihasilkan dalam jasa review.


(42)

25 C. Pengalaman Auditor

Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya (Anoraga, 1995:47 yang dikutip dari Justiana, 2010). Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan satuan waktu/tahun. Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan auditor berpengalaman. Semakin lama bekerja menjadi auditor, maka akan memperluas pengetahuan auditor dibidang akuntansi dan auditing.

Libby (1995) dalam Aini (2009) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert). Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern. Asih (2006:12) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal sebagai berikut: a) Mendeteksi kesalahan, b) Memahami kesalahan dan, c) Mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian.

Pengalaman audit diperoleh auditor selama mereka mengerjakan penugasa auditnya. Pengalaman akan diperoleh jika prosedur penugasan dan supervise berjalan dengan baik. Prosedur penugasan adalah prosedur yang menjamin


(43)

26 terjadinya keseimbangan antara kebutuhan, keahlian, pengembangan dan pemanfataan personel dalam pelaksanaan perikatan (IAPI, 2004).

Salah satu ciri dari keahlian (expertise) auditor sudah diteliti dalam riset keperilakuan adalah mengenai perhatiannya terhadap informasi negatif dan positif (auditor attendance to negative and position information) yang telah ditunjukkan oleh Anderson dan Maletta (1994) dalam Aini (2009). Hasil studi mereka didasarkan pada temuan dalam pengauditan dan psikologi yang menunjukkan pengalaman memainkan peranan penting dalam sejauh mana perilaku konservatif berorientasi negatif diperhatikan. Anderson dan Maletta mendapatkan mahasiswa dan staf auditor yang tidak berpengalaman lebih memperhatikan informasi negatif dibandingkan auditor senior.

Choo dan Trootman (1991) dalam Justiana (2010) memberikan bukti empiris bahwa auditor berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi antara auditor yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman tidak berbeda dalam menemukan item-item umum (typical). Penelitian serupa dilakukan oleh Tubbs (1992) menunjukkan bahwa subjek yang mempunyai pengalaman audit lebih banyak, maka akan menemukan kesalahan yang lebih banyak dan item-item kesalahannya lebih besar dibandingkan auditor yang pengalamannya lebih sedikit. Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai profesional, auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut berupa kegiatan-kegiatan


(44)

27 seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Auditor yang kurang berpengalaman terlalu fokus pada infomasi negatif sehingga semakin negatif pula mereka dalam membuat pertimbangan audit.

D. Independensi

1. Pengertian Independensi

Profesi auditor merupakan profesi yang unik dan berbeda dari profesi lainnya. Auditor disewa untuk memeriksa laporan keuangan oleh klien akan tetapi auditor tidak bertanggung jawab langsung terhadap klien, melainkan kepada pihak ketiga seperti investor atau kreditor. Sehingga auditor tidak boleh hanya mementingkan kepentingan kliennya. Auditor harus bersikap independen agar hasil pengujian laporan keuangan yang dilakukannya dapat dipercaya dan bermanfaat bagi semua pihak. Independensi dianggap sebagai karakteristik auditor yang paling kritis, bahkan nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor (Arens et al, 2008:111). Jika seorang auditor adalah penasihat bisnis untuk kliennya atau mempunyai hubungan khusus, maka auditor tersebut tidak bisa dianggap independen. Independensi dianggap sebagai karakteristik auditor yang paling kritis.


(45)

28 Definisi lain mengenai independensi adalah independensi merupakan sikap dan pikiran seseorang yang dicirikan oleh pendekatan integritas dan obyektivitas tugas profesionalnya. Dalam Kode Etik Akuntan tahun 1994 (Mayangsari, 2003:6), disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektifitas. Seorang akuntan juga harus menghindari situasi yang bias menimbulkan kesan dari pihak ketiga bahwa ada pertentangan kepentingan sehingga integritas dan obyektifitas tidak dapat dipertahankan. Integritas dan obyektivitas merupakan suatu hal yang abstrak sehingga tidak dapat diukur secara pasti, tetapi keduanya merupakan hal yang mendasar bagi profesi akuntan publik. Integritas berarti jujur dan dapat dipercaya, sedangkan obyektivitas berhubungan dengan kemampuan akuntan publik untuk mempunyai sikap adil dan tidak memihak dalam segala hal yang bekaitan dengan tugas profesionalannya.

Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara obyektif dengan integritas yang tinggi. Integritas berubungan dengan kejujuran intelektiual seorang akuntan, sedangkan obyektivitas secara konsisten berhbungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditan (Mayangsari, 2003). Oleh


(46)

29 karena itu, dalam menjalankan tugas auditnya, seorang auditor tidak hanya dituntut untuk memiliki keahlian saja, tetapi juga harus bersikap independen. Meskipun seorang auditor mempunyai keahlian yang tinggi namun tidak independen, maka publik akan meragukan hasil audit dan kemampuannya.

Menurut Halim (2001:21), ada tiga aspek independensi seorang auditor yaitu : (1) independence in fact (independensi senyatanya) yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi. (2) independence in appearance (independensi dalam penampilan) yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehungga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya. (3) independence in competence (independensi dari sudut keahlian) yang berhubungan erat dengan kompetensi dan kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik

Untuk menjaga citranya, setiap akuntan publik harus menjaga dan mempertahankan independensi dengan cara menghindari faktor-faktor yang mengakibatkan rusaknya independensi akuntan publik. Independensi sangat penting bagi profesi akuntan publik karena berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap akuntan publik itu sendiri.


(47)

30 Arens (2000) dalam Megasari (2008) menyatakan bahwa ada beberapa masalah independensi yang timbul, yaitu : hubungan dengan klien, masalah kepentingan keuangan yang terkait tuntutan atau perkara hukum antara Kantor Akuntan Publik, jasa pembukan dan audit untuk klien yang sama serta penugasan dan pembayaran imbalan jasa audit oleh manajemen.

Menurut Mulyadi (2002) independensi dapat dipengaruhi secara obyektif melalui:

1) Hubungan keuangan dengan klien 2) Kedudukan dalam perusahaan

3) Keterlibatan usaha yang tidak sesuai dan tidak konsisten. 4) Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit.

5) Hubungan kekeluargaan dan pribadi. 6) Imbalan atas jasa profesional.

7) Penerimaan barang atau jasa dari klien dan pemberian barang atau jasa kepada klien.

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas (2007) dalam Aliyah (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik antara lain :

1) Hubungan keluarga akuntan berupa suami/istri, saudara sedarah semenda dengan klien.


(48)

31 3) Hubungan usaha dan keuangan klien, keuntungan dan kerugian yang

terkait dengan usaha klien.

4) Pemberian fasilitas dan bingkisan (gifts) oleh klien. 5) Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai.

6) Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit.

E. Kompleksitas Tugas

Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan informasi (information clarity). Menurut Bonner (1994) dalam Jamilah dkk (2007) , proses pengolahan informasi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: input, proses, output. Pada tahap input dan proses, kompleksitas tugas meningkat seiring bertambahnya faktor cues. Terdapat perbedaan antara pengertian banyaknya cues yang diadakan (number of cues available) dengan banyaknya cues yang terolah (number of cues processed). Banyaknya cues yang ada, seorang decision maker harus berusaha melakukan pemilahan terhadap cues-cues tersebut (meliputi upaya penyeleksian dan pertimbangan-pertimbangan) dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam suatu judgment (pendapat). Keputusan bisa diberikan segera bila banyak cues


(49)

32 yang diamati tidak meninggalkan batas-batas kemampuan dari seorang decision maker (Chung dan Monroe, 2001 dalam Jamilah dkk, 2007).

Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) dalam Jamilah dkk (2007) mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Abdolmohammadi dan Wright (1986) dalam Jamilah dkk (2007) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan judgment yang diambil auditor pada kompleksitas tugas tinggi dan kompleksitas tugas rendah. Stuart (2001) dalam Jamilah dkk (2007) mengatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment jika perusahaan audit tidak terstruktur. Cheng, dkk (2003) dalam Jamilah dkk (2007) mengatakan bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keputusan. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji konsistensi tersebut.

Wood (1980) dalam Murdisar dan Nelly (2007) menyebutkan kompleksitas tugas dapat dilihat dalam 2 aspek, yaitu:

a) Kompleksitas komponen, yaitu mengacu pada jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Suatu pekerjaan dianggap semakin rumit jika informasi yang harus diproses dan tahap-tahap yang harus dilakukan semakin banyak.


(50)

33 b) Kompleksitas koordinatif yang mengacu pada jumlah koordinasi (hubungan antara satu bagian dengan bagian lain) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Suatu pekerjaan dianggap semakin rumit ketika pekerjaan tersebut memiliki keterkaitan dari pekerjaan yang lainnya atau pekerjaan yang akan dilaksanakan tersebut terkait dengan pekerjaan yang sebelumnya dan sesudahmya.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Murdisar dan Nelly (2007) menunjukkan ketika kompleksitas tugas rendah, akuntabilitas akan mempengaruhi kualitas kerja auditor. Namun ketika kompleksitas tugas tinggi, akuntabilitas tidak berpengaruh pada kualitas pekerjaan auditor. Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk mempertanggung jawabkan sesuatu yang telah mereka kerjakan kepada lingkungan atau orang lain.

F. Audit Judgment

Hogarth (1992) dalam Jamilah dkk (2007) mengartikan judgment sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kognitif berhubungan dengan kondisi yang berhubungan dengan (1) kegiatan atau proses memperoleh pengtahuan (termasuk kesadaran dan perasaan) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri, (2)


(51)

34 proses, pengenalan, dan penafsiran lingkungan oleh seseorang, (3) hasil pemerolehan keuntungan.

Judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds. Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di dalam proses incremental judgment jika informasi terus menerus datang, akan muncul pertimbangan baru dan keputusan atau pilihan baru. Sebagai gambaran, akuntan publik mempunyai tiga sumber informasi yang potensial untuk membuat suatu pilihan : (1) teknik manual, (2) referensi yang lebih detail dan (3) teknik keahlian. Berdasarkan proses informasi dari ketiga sumber tersebut, akuntan mungkin akan melihat sumber yang pertama, tergantung pada keadaan perlu tidaknya diperluas dengan sumber informasi yang kedua, atau dengan sumber informasi yang ketiga, tetapi jarang memakai keduanya (Gibbin, 1984) dalam Jamilah dkk (2007).

Judgment akuntan profesional dapat dirusak oleh konflik kepentingan. Terdapat dua konflik kepentingan , yaitu real conflict dan latent conflict. Real conflict adalah konflik yang mempunyai pengaruh pada masalah judgment yang ada, sedangkan latent conflict adalah konflik yang bisa mempengaruhi judgment di masa mendatang.


(52)

35 Dalam pelaksanaan prosedur audit yang mendetail, auditor membuat berbagai pertimbangan (judgment) yang mempengaruhi dokumentasi bukti dan keputusan pendapat auditor (Taylor, 2000) dalam Jamilah dkk (2007). Kenyataan ini membuat auditor harus mengenali risiko-risiko dan tingkat materialitas suatu saldo akun yang telah ditetapkan pada saat perencanaan audit. Persoalannya adalah bagaimana auditor mengkomunikasikan masalah tersebut dengan para staffnya, terlebih bila diakui subyektifitas dan pemahaman atas suatu risiko sangat tinggi. Judgment dari audit akan dijumpai pada setiap tahap audit. Pada tahap perencanaan audit, judgment digunakan untuk menetapkan prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan. Hal ini dikarenakan judgment pada tahap awal audit ditentukan berdasarkan pertimbangan pada tingkat materialitas yang diramalkan. Dalam kaitannya dengan laporan keuangan, judgment yang diputuskan oleh auditor akan berpengaruh pada opini seorang auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Tetapi, opini auditor tersebut tidak semat-mata hanya didasarkan atas materialitas tidaknya bukti audit. Ada berbagai faktor-faktor yang membentuk opini dari seorang auditor mengenai wajar atau tidaknya suatu laporan keuangan klien, yaitu keandalan sistem pengendalian internal klien, kesesuaian pencatatan transaksi akuntansi dengan prisnsip akuntansi berterima umum, ada tidaknya pembatasan audit yang dilakukan oleh klien, konsistensi pencatatan transaksi akuntansi.


(53)

36 Pertimbangan auditor (auditor judment) sangat tergantung pada persepsi mengenai situasi. Judgment yang merupakan dasar dari sikap profesional adalah hasil dari beberapa faktor seperti pendidikan, budaya, dan sebagainya, tetapi yang paling signifikan dan tampak mengendalikan semua unsur seperti pengalaman adalah perasaan auditor dalam menghadapi situasi dengan mengingat keberhasilan dari situasi sebelumnya. Judgment adalah perilaku yang paling berpengaruh dalam mempersiapkan situasi, dimana faktor utama yang mempengaruhinya adalah materialitas dan apa yang kita yakini sebagai kebenaran (Siegel dan Marconi, 1989 dalam Susanti 2010).

Boynton (2002) dalam Mulyani (2008) auditor harus menggunakan kemahiran profesionalnya dalam pelaksanaan audit dan pembuatan laporan audit dengan cermat dan seksama. Pentingnya pertimbangan (judgment) dalam proses pengauditan merupakan sesuatu hal yang melekat pada setiap tahap pengauditan. Audit judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu pendapat atau perkiraan mengenai suatu objek, peristiwa, status, dan jenis peristiwa lainnya. Dalam mulyani (2008) disebutkan adanya faktor-faktor fundamental audit judgment, yaitu :

a. Pengalaman

Dalam menganalisis audit judgment, pengalaman merupakan komponen audit expertise yang penting. Pengalaman merupakan suatu faktor yang sangat vital


(54)

37 dalam mempengaruhi judgment yang kompleks. Penelitian menginvestigasikan pengaruh kompleksitas tugas atau audit judgment dalam berbagai tingkatan pengalaman. Mereka menemukan bahwa pertimbangan auditor tidak berpengalaman mempunyai tingkat populasi kesalahan yang signifikan lebih besar dibandingkan auditor berpengalaman (Abdolmuhammadi dan Wring, 1987, Butt 1988 dalam Mulyani, 2008). b. Pengetahuan

Auditor harus memiliki baik pengetahuan yang bersifat umum maupun yang khusus dan pengetahuan area auditing, akuntansi dan klien, juga harus mengetahui karakteristik klien yang akan diaudit karena masing-masing perusahaan berbeda-beda. Pengetahuan khusus tentang suatu industri akan membawa dampak positif terhadap hasil kerja auditor (Djaddang dan Parmono, 2002 dalam Mulyani, 2008). Komponen pengetahuan (knowledge component), merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen pengetahuan meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur, dan pengalaman. Pengalaman dalam beberapa literatur auditing sering digunakan sebagai surrogate dari pengetahuan, sebab pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberi kemajuan bagi pengetahuan (Kanfer dan Stanner, 1989 dalam Mulyani, 2008).

Menurut Browndan Stanner (1983) dalam Murdisar dan Nelly (2007) perbedaan pengetahuan diantara auditor akan berpengaruh terhadap cara


(55)

38 auditir menyelesaikan sebuah pekerjaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seorang auditor akan bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan secara efektif jika didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kesalahan diartikan dengan seberapa banyak perbedaan (deviasi) antara kebijakan-kebijakan perusahaan tentang pencatatan akuntansi dengan kriteria yang telah distandarkan.

Dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut tersebut (Tubbs, 1992 dalam Mulyani, 2008). Secara umum seorang auditor harus memiliki pengetahuan-pengetahuan mengenai general auditing, fungsional area, computer auditing, accounting issue, specific industry, general world knowledge (pengetahuan umum), dan problem solving knowledge (Bedard dan Michelene, 1993 dalam Susanti, 2010).

G. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian sebelumnya Herliansyah (2006) menemukan hasil bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor. Auditor berpengalaman (partner dan manajer) tidak terpengaruh oleh adanya informasi tidak relevan dalam membuat going concern judgment. Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur


(56)

39 pengendalian intern (Libby, 1995 dalam Aini, 2009). Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Plugrath et al (2007) menemukan hasil bahwa pengalaman audit lebih umum, memiliki dampak positif terhadap kualitas audit penilaian. Oleh karena itu, pengalaman seorang auditor sangat mempengaruhi audit judgment.

Penelitian mengenai independensi telah dilakukan oleh Mayangsari (2003) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh independensi terhadap pendapat audit yang benar. Dengan demikian, dapat disimpulkan sikap idependensi seorang auditor dalam memberikan opini secara benar memerlukan pertimbangan bagi seorang auditor dalam memberikan sebuah informasi yang tepat dan akurat. Penelitian selanjutnya mengenai independensi yang dilakukan oleh Suhartini dan Ariyanto (2008) menemukan hasil bahwa independensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan pemberian opini auditor. Independensi berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini karena seorang auditor yang tidak independen berarti tidak mempunyai kejujuran dalam dirinya dalam mempertimbangkan fakta, dapat memihak pada suatu kepentingan tertentu, informasi yang diberikan tidak objektif, dan tidak bebas dari pengaruh/bujukan/pengendalian dari pihak lain sehingga dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya dapat berpihak pada salah satu pihak tersebut.

Cecilia Engko dan Gudono (2007) dalam Novarina (2010) meneliti tentang pengaruh kompleksitas tugas dan locus of control terhadap hubungan antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja auditor. Hasil penelitiannya adalah hipotesis


(57)

40 satu tidak mendukung kompleksitas tugas tidak dapat memoderasi hubungan antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kompleksitas tugas maka gaya kepemimpinan yang direktif akan menurunkan kepuasan kerja auditor yunior. Hipotesis dua mendukung perilaku pemimpinan dipengaruhi oleh kompleksitas tugas dan tidak dan tidak terpengaruh terhadap kepuasan kerja auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin rendah kompleksitas tugas maka gaya kepemimpinan suportif akan meningkatkan kepuasan kerja auditor. Hipotesis tiga tidak mendukung bahwa auditor yunior yang memiliki locus of control eksternal akan meningkatkan hubungan antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja. Hipotesis empat tidak mendukung auditor yunior yang memiliki locus of control internal akan meningkatkan hubungan antara gaya kepemimpinan suportif dan kepuasan kerja.

Zuraidah Mohd Sanusi, Takiah Mohd Iskandar, dan June M.L Poon (2007) dalam Novarina (2010) meneliti tentang pengaruh orientasi tujuan dan kompleksitas tugas dalam penilaian audit judgment. Hasil penelitiannya adalah kompleksitas tugas secara negatif berhubungan dengan penilaian audit kinerja menunjukkan bahwa penilaian auditor lebih baik pada tugas-tugas yang sederhana.


(58)

41 Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian 1. Siti Jamilah,

Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin (2007) Pengaruh gender, tekanan

ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap Audit judgment Gender, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas

kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment

2 Mayangsari (2003) Pengaruh Keahlian dan Independensi audit terhadap pendapat audit: sebuah kuasieksperimen Keahlian, Independensi dan Opini audit

Berdasarkan hasil uji Benferroni keahlian dan independensi auditor sangat berpengaruh dalam

pemberian opini yang benar.

3. Justiana (2010) Pengaruh Etika, Independensi, Pengalaman, dan Keahlian Auditor terhadap Opini Audit. Etika, Independensi, Pengalaman, keahlian Auditor, dan Opini Audit.

Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel independensi dan keahlian auditor berpengaruh secara positif signifikan terhadap opini audit, sedangkn variabel etika dan pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit. 4 Herliansyah,

Ilyas (2006) Pengaruh pengalaman auditor terhadap penggunaan Pengalaman dan bukti audit

Riset ini menemukan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor. Auditor berpengalaman (partner dan Manajer) tidak terpengaruh oleh


(59)

42 bukti tidak

relevan dalam auditor judgment

adanya informasi tidak relevan dalam membuat going concern judgment.

H. Keterkaitan Antar Variabel

1. Pengaruh Pengalaman Terhadap Audit Judgment

Dalam penelitian sebelumnya Herliansyah (2006) menemukan hasil bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor. Auditor berpengalaman (partner dan Manajer) tidak terpengaruh oleh adanya informasi tidak relevan dalam membuat going concern judgment. Jadi, dapat diduga bahwa pengalaman auditor mempengaruhi audit judgment sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha1 : Pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. 2. Pengaruh Independensi Terhadap Audit Judgment

Penelitian selanjutnya mengenai independensi yang dilakukan oleh Suhartini dan Ariyanto (2008) menemukan hasil bahwa independensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan pemberian opini auditor. Jadi, dapat diduga bahwa independensi mempengaruhi audit judgment sehinga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut


(60)

43 3. Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment

Penelitian mengenai kompleksitas tugas dilakukan oleh Zuraidah Mohd Sanusi, Takiah Mohd Iskandar, dan June M.L Poon (2007) dalam Novarina (2010) meneliti tentang pengaruh orientasi tujuan dan kompleksitas tugas dalam penilaian audit judgment. Hasil penelitiannya adalah kompleksitas tugas secara negatif berhubungan dengan penilaian audit kinerja menunjukkan bahwa penilaian auditor lebih baik pada tugas-tugas yang sederhana.

Ha3 : Kompeksitas Tugas berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.

4. Pengaruh Pengalaman audit, independensi auditor dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment

Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha4 : Pengalaman auditor, independensi auditor dan Kompleksitas Tugas berpengaruh terhadap Audit Judgment.

I. Kerangka Pemikiran

Gambar di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran yang dibuat mengenai pengaruh etika, independensi, pengalaman, dan risiko audit terhadap opini auditor.


(61)

44 Ket :

--- = Simultan = Parsial Pengalaman

Auditor (Herliansyah, 2005)

Independensi (Suhartini dan Ariyanto, 2008)

Audit Judgment

(Susanti, 2010)

Kompleksitas Tugas (Siti Jamilah dkk,


(62)

45 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dan ditujukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengalaman, independensi dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji hipotesis untuk menjelaskan sifat hubungan tertentu atau kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor dalam satu situasi. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Auditor dengan pengalaman kerja yang bervariasi dan bekerja di KAP yang berada di wilayah Jakarta Selatan.

B. Metode Pengumpulan Sampel

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pemilihan sampel secara tidak acak (non probability sampling methods) dengan pemilihan sampel berdasarkan kemudahan (convenience sampling) yaitu memilih sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti (Indriantoro dan Supomo:1999).

Objek pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada KAP di wilayah Jakarta Selatan karena sebagian besar KAP berada di wilayah Jakarta Selatan.


(63)

46 C. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan data primer, sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara. Dimana pengumpulan data dilakukan melalui metode survei dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dikirimkan kepada auditor yang terdaftar di KAP-KAP yang tersebar diwilayah Jakarta Selatan dan penyebarannya secara langsung.

D. Metode Analisis Data

Metode statistik yang dugunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan menggunakan regresi berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS for windows 17.0, setelah semua data-data dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data yang terdiri dari:

1. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian dan demografi responden. Statistik deskriptif menjelaskan skala jawaban responden pada setiap variabel yang diukur dari minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Disamping itu juga untuk mengetahui demografi responden yang terdiri dari kategori, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sebagainya (Ghozali, 2005).


(64)

47 2. Uji kualitas data

Pengujian kualitas data yang dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner, maka kesedian dan ketelitian dari para responden untuk menjawab setiap pertanyaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penelitian ini. Keabsahan suatu jawaban sangat ditentukan oleh alat ukur yang ditentukan. Untuk itu, dalam melakukan uji kualitas data atas data primer ini peneliti melakukan uji validitas dan uji reabilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing item dalam instrumen penelitian mampu mengukur variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini. Sebuah instrumen dikatakan valid, jika mampu mengukur apa yang dinginkan dan mengungkapkan data variabel yang diteliti secara tepat (Ghozali, 2005:45). Pengujian validitas dengan menggunakan Pearson correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan total skor (Ghozali, 2005:46). Kriteria yang digunakan valid atau tidak valid adalah jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikasi dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid, dan jika korelasi skor masing-masing butir pertanyaan mempunyai tingkat diatas 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dikatakan tidak valid (Santoso, 2000:168).


(65)

48 b. Uji Reliabilitas

Uji reabilitas adalah alat untuk menguji konsistensi jawaban reponden. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian ini menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan nilai sebesar 0,06. Apabila Cronbach Alpha dari suatu variabel ≥ 0,6 maka butir pertanyaan dalam instrumen penelitian tersebut adalah reliabel atau dapat diandalkan, dan sebaliknya juka nilai Cronbach Alpha < 0 < 6 maka butir pertanyaan tersebut tidak reliabel (Nunnaly,1967) dalam Ghozali (2005:41-42).

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Kemiripan antar variabel independen dalam satu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen yang lain. Selain itu, deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel terhaap variabel dependen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.


(66)

49 Uji multikolinieritas dilakukan menghitung nilai variance inflation factor (VIF) dari tiap-tiap variabel independen. Nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independen masih bisa ditolerir (Ghozali, 2005).

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu observasi ke observasi lain.

Heteroskedastisitas menggambarkan nilai hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada satu model dapat dilhat dari pola gambar Scatterplot model. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

c. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang sebbarannya normal. Uji ini perlu dilakukan karena semua statistik parametik memiliki asumsi normalitas sebaran. Formula/rumus yang digunakan untuk melakukan


(67)

50 suatu uji (t-test misalnya) dibuat dengan mengasumsikan bahwa data yang akan dianalisis berasal dari populasi yang sebenarnya normal (Ghozali, 2005).

4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau independen. Model persamaannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e Keterangan :

Y : Audit Judgment X1 : Pengalaman X2 : Independensi X3 : Kompleksitas Tugas a : Konstanta

bx : Koefisien regresi e : Error

Linearitas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda karena memiliki variabel independen lebih dari satu, suatu model regresi berganda dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat linieritas, seperti normalitas data


(68)

51 (baik secara individu maupun model), bebas dari asumsi klasik statistik multikolineritas, autokorelasi, heteroskedastisitas. Model regresi linear berganda dikatakan model yang baik jika memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik.

Dalam membuktikan kebenaran uji hipotesis yang diajukan digunakan uji statistik terhadap output yang dihasilkan dari persamaan regresi, uji statistik ini meliputi:

a. Uji R2 (koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Dalam pengujian hipotesis pertama koefisien determinasi dilihat dari besarnya nilai R Square (R2) untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu pengalaman audit, independensi auditor dank kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment. Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0≤R2≤1). Jika nilai R2 bernilai besar (mendekati 1) berarti variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika R2 bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas (Ghozali, 2005:83).

Dalam pengujian hipotesis kedua koefisien determinasi dilihat dari besarnya nilai Adjusted R-Square. Kelemahaan mendasar penggunaan R2 adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukan ke dalam


(1)

76 BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Pengalaman Auditor, Independensi Auditor, dan Kode Etik terhadap Audit Judgment dari para akuntan yang bekerja di KAP yang terletak di wilayah Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengalaman Auditor berpengaruh secara signifikan positif terhadap Audit Judgment. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Herliansyah (2008) dan Pflugrath et al (2007) bahwa pengalaman audit bepengaruh terhadap audit judgment.

2. Independensi Auditor berpengaruh secara signifikan positif terhadap Audit Judgment. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan olah Suhartini dan Ariyanto (2006) bahwa independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.

3. Kode Etik berpengaruh secara signifikan positif terhadap Audit Judgment. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pflugrath et al (2007) bahwa kode etik berpengruh signifikan terhadap audit judgment.

4. Pengalaman audit, independensi auditor dan kode etik berpengaruh secara simultan terhadap audit judgment. Hasil penelitian ini mendukung


(2)

77 penelitan yang dilakukan oleh Pflugrath et al (2007) namun dilakukan dengan variabel independen yang lebih sedikit.

B. Implikasi dan Saran 1. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas menunjukkan bahwa variabel pengalaman audit, independensi auditor serta kode etik berpengaruh signifikan terhadap audit judgment. Dalam pengalaman audit, KAP harus memberikan penugasan lebih kepada para auditornya agar dapat menambah pengalaman mereka dalam mengaudit. Pengalaman audit yang memadai juga diperlukan untuk menentukan keputusan dan menganalisis masalah terutama masalah yang jarang terjadi seperti hal-hal yang mengakibatkan berkurangnya keyakinan going concern perusahaan, semakin banyak pengalaman maka semakin tepat keputusan atas suatu masalah tersebut. Untuk meningkatkan independensi auditor harus mampu meyakinkan diri agar tidak terpengaruhi pihak luar sehingga mampu memberikan pertimbangan terhadap suatu pendapat audit secara matang. Seorang auditor juga harus mematuhi kode etik sebagai Akuntan Publik agar mereka dapat memberikan judgment dengan kaidah yang benar. Jadi, pengalaman audit, independensi auditor dan kode etik sangat diperlukan dalam mempertimbangkan suatu pendapat dalam audit .


(3)

78 2. Saran

Untuk penelitian selanjutnya disarankan meneliti dengan menggunakaan variabel yang berbeda atau menambahkan variabel independen. Selain itu, jika peneliti hanya mengambil sampel di wilayah Jakarta Selatan. Maka, disarankan bias memperluas pengambilan sampel tidak hanya KAP di wilayah Jakarta Selatan.


(4)

58 DAFTAR PUSTAKA

Aini,Nur. “Pengaruh Independensi Auditor, Pengalaman Auditor dan Etika Auditor terhadap kualitas Audit”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009. Aliyah,Nursichatul.”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akuntan Publik”,Skripsi

Syarif Hidayatullah,Jakarta, 2010.

Arens,Alvin.A. ”Auditing And Assurance”, Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Arens, Alvin A., Elder, Randal J., dan Beasly, Mark S. “Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi”. Jilid I, Edisi Keduabelas, Erlangga, 2008.

Asih, Dwi A.T. “Pengaruh Pengalaman terhadap Peningkatan Keahlian Auditor dalam Bidang Auditing”. Skripsi. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006.

Boyton,Johnson And Kell. “Modern Auditing”, Salemba Empat, 2003.

Firmansyah, Fuad. “Pengaruh Independensi Auditor, Pengalaman Audit dan Keahlian Auditor terhadap Opini Audit Going Concern Melalui Kualitas Audit Sebagai Variabel Intervening”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Semarang, Badan Penerbit UNDIP, 2005.

Guy, Alderman and Winters,”Basic Accounting Concept”,2002.

Halim, Abdul dan Hanafi M. Mahmud,2002, “Analisa Laporan Keuangan”, Yogyakarta, UUP AMP YKPN..

Hartiningsih. “Hubungan Pengalaman, Pengetahuan, dan Kompleksitas Tugas dengan Audit Judgment”, 2008.

Herliansyah, Ilyas. “Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan dalam Audit Judgment”. Simposium nasional Akuntansi 9 Padang. 2008


(5)

59 Indiantoro, Nur dan Bambang Supomo “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk

akuntansi Per 1 Oktober 2004”, Salemba Empat, Jakarta,2004.

Justiana, Dita. “Pengaruh Etika, Independensi, Pengalaman Dan Keahlian auditor Terhadap Opini audit”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010. Kaplan, Steven E., Edward F. O, Barbara M. A. “The Influence of Auditor

Experience on the Persuasivenees of information Provided by Management”, Auditing Journal, Vol. 27, Edisi 1, 2008.

Kodir, Asep Abdul. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio, Komite Audit dan Laba/Rugi Perusahaan Terhadap Audit Delay (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2005 s.d. 2008)”, Skripsi UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2010. Komite SPAP Ikatan Akuntan Indonesia. ”Standar Profesional Akuntan Publik”,

2001.

Mayangsari, Sekar. ”Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No. 1, Hal. 1-22, Januari 2003.

Megasari, Devi. ”Pengaruh Etika, Keahlian Audit, dan Independensi terhadap Opini Audit”. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Mulyadi. ”Auditing”, Salemba Empat, Universitas Gajah Mada, 2002.

Pflugrath, Gary., Nonna M. B, Liang chen. ” The impact and Experience on Auditor Judgments”, Managerial Auditing Journal, Vol. 22, Edisi 6, 2007.

Rahayu, Siti Kurnia, Ely Suhayati, Auditing: Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan

Akuntan Publik, Penerbit: Graha Ilmu, 2010.

Santoso, Singgih, ”Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000.


(6)

60 Sugiyono, ”Statistik Untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2005

Suhartini, Ariyanto, ”pengaruh pemeriksaan interim, lingkup audit dan independensi terhadap pertimbangan opini auditor (studi kasus pada bpk ri perwakilan provinsi bali)” 2006.

Susanti, Novarina Cinde, “Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas dan Kompetensi Auditor

Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”,


Dokumen yang terkait

Pengaruh gender kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor terhadap audit judgment : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

2 10 99

Pengaruh kompetensi, independensi, dan keahlian profesional terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi (studi kasus pada kantor akuntan publik di wilayah Jakarta Selatan)

4 32 171

Pengaruh etika, Indenpendensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

3 14 155

Pengaruh penerapan EDP AUDIT, Kompentensi dan idependensi auditor terhadap tingakt materialitas dalam audit laporan keuangan : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

1 12 123

Pengaruh keahlian audit dan indenfendensi auditor eksternal terhadap tingkat materialistas dalam audit laporan keuangan: studi empiris pada kantor akuntan publik yang terdapat di Jakarta

0 6 118

Pengaruh Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

3 15 168

Pengaruh kompetensi auditor, self efficacy dan job stress terhadap audit judgment : Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta

4 44 0

Pengaruh Pengalaman Auditor dan Independensi Auditor Terhadap Audit Judgment (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung)

15 46 30

PENGARUH INDEPENDENSI, PENGALAMAN DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT Pengaruh Independensi, Pengalaman Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor Kantor Akuntan Publik ( KAP ) Wilayah Surakarta dan Semarang ).

0 1 14

PENGARUH INDEPENDENSI, PENGALAMAN DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT Pengaruh Independensi, Pengalaman Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor Kantor Akuntan Publik ( KAP ) Wilayah Surakarta dan Semarang ).

0 2 15