PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT (Studi Empiris Pada Auditor di KAP Wilayah Surabaya Timur).

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis

Program Studi Akuntansi

Diajukan Oleh :

ARIEF HIDAYATULLAH KHAMAINY 1013010184/FEB/EA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

ARIEF HIDAYATULLAH KHAMAINY 1013010184/FEB/EA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR 2014


(3)

(Studi Empiris Pada Auditor di KAP Wilayah Surabaya Timur)

Disusun Oleh :

Arief Hidayatullah Khamainy 1013010184/FEB/EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal : 28 Februari 2014

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Drs. Ec. Munari, MM. Drs. Ec. Munari, MM

Sekretaris

Drs. Ec. Eko Riyadi, M.Aks Anggota

Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(4)

Alhamdulillahirabbil’alamin dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas berkat rahmat, karunia, dan hidayah, serta inayahnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul yaitu “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Empiris Pada Auditor di KAP Wilayah Surabaya Timur”. Skripsi ini disusun bertujuan untuk memenuhi salah satu Persyaratan yang

harus ditempuh untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

Pembuatan Skripsi ini merupakan suatu kebutuhan kita bersama dalam menggali ilmu dan pengetahuan. Berbagai upaya telah penulis lakukan untuk mendapatkan hal-hal penting dalam pembuatan Skripsi ini, penulis berharap pembuatan Skripsi ini dapat berguna pagi pembaca dan agar bermanfaat bagi kita semua, maka dari itu harapan penulis hanya satu semoga hasil penyelesaian dapat digunakan untuk keperluan Pendidikan.

Dalam menyusun Skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, saran, serta dorongan moril baik secara langsung maupun tidak langsung sampai terselesaikannya penyusunan Skripsi


(5)

Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dr. Hero Priono, SE., M.Si., Ak. CA., Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasioanl “Veteran” Jawa Timur.

4. Drs. Ec. Munari, MM. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, nasihat, pengetahuan kepada penulis dalam penulisan Skripsi ini.

5. Dr. Gideon Setyo Budi Witjaksono, M.Si, Rina Moestika Setyaningrum, SE., MM., Drs. Ec. Eko Riadi, M.Aks, Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks., yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis dalam proses penulisan Skripsi ini. 6. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. H. Abd. Hamid dan Hj. Fathonah yang telah memberikan seluruh kasih sayangnya kepada penulis, sehingga selalu memotivasi penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Terima kasih Abah, terima kasih Umi.

8. Fatimatuz Zahroh, Thoyyibatul Jannah, S.Pdi., Abu Sufyan, S.Pdi., Mahrus Ali, SH., MH., Cacak, Abang, Mas, Mbak, dan Dedek.

9. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat, menemani, membantu dan mendukung, yaitu Mbanda, Emmak “Esti”, Jinjoo, Dilla, Gosong, Rita, Avie, Luluk dan seluruh mahasiswa Akuntansi khususnya angkatan tahun 2010.


(6)

11.Serta bantuan dan dukungan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menghargai segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun karena hal itu sangat membantu dalam penyempurnaan Skripsi ini.

Surabaya, 28 Februari 2014


(7)

DAFTAR ISI ………. iv

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

ABSTRAK ………. xii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Rumusan Masalah ………... 6

1.3. Tujuan Penelitian ………... 7

1.4. Manfaat Penelitian ………... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ……….. 9

2.1.1. Perberdaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Sebelumnya …………... 12

2.2. Landasan Teori ………... 14

2.2.1. Auditing ………. 14

2.2.1.1. Pengertian Auditing ………... 14

2.2.1.2. Standar Auditing ……… 15


(8)

2.2.1.7. Jenis Pendapat Auditor ………... 26

2.2.1.8. Perbedaan Akuntan Publik dan Auditor Independen ………. 28

2.2.2. Perbedaan Akuntansi dengan Auditing ……….. 29

2.2.3. Pengalaman Kerja ……….. 30

2.2.4. Independensi ……….. 31

2.2.5. Obyektifitas ……… 33

2.2.6. Integritas ………. 35

2.2.7. Kompetensi ……… 36

2.2.8. Akuntabilitas ……….. 38

2.2.9. Kualitas Hasil Audit ………... 39

2.2.10.Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit ……… 39

2.2.11.Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit ……… 40

2.2.12.Pengaruh Obyektifitas Terhadap Kualitas Audit ……….. 41

2.2.13.Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Audit ……….. 42

2.2.14.Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit ………. 42

2.2.15.Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit ……… 43

2.3. Kerangka Pikir ………... 44


(9)

3.2.1. Definisi Operasional ………... 48

3.2.2. Teknik Pengukuran Variabel ……….. 52

3.3. Teknik Penentuan Sampel ………. 53

3.3.1. Populasi ……….. 53

3.3.2. Sampel ……… 53

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……… 55

3.4.1. Jenis dan Sumber Data ………... 55

3.4.2. Metode Pengumpulan Data ……… 56

3.5. Uji Kualitas Data ………... 56

3.5.1. Uji Validitas ………... 56

3.5.2. Uji Reliabilitas ………... 57

3.5.3. Uji Normalitas ……… 57

3.6. Asumsi Klasik ……… 58

3.7. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ………. 59

3.7.1. Teknik Analisis ……….. 59

3.7.2. Uji Hipotesis ………... 60

3.7.2.1. Uji Kesesuaian Model atau Uji F ………. 60


(10)

4.2.1. Uji Analisis Data ……….. 71

4.2.1.1. Uji Validitas ………... 71

4.2.1.2. Uji Reliabilitas ………... 76

4.2.1.3. Uji Normalitas ………... 77

4.2.2. Uji Asumsi Klasik ………... 78

4.2.3. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda ……… 81

4.2.4. Uji Hipotesis ………. 83

4.2.4.1. Uji Kesesuaian Model atau Uji F ……….. 83

4.2.4.2. Uji Parsial atau Uji t ……….. 85

4.3. Pembahasan ………... 86

BAB V : PENUTUP 5.1. Kesimpulan ……… 89

5.2. Saran ……….. 90

5.3. Keterbatasan dan Implikasi ………... 91

5.3.1. Keterbatasan Penelitian ……… 91

5.3.2. Implikasi Penelitian ……….. 92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

Oleh :

Arief Hidayatullah Khamainy

ABSTRAK

Pemakai laporan keuangan selalu melakukan pemeriksaan dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan perusahaan, cara yang umum dapat ditempuh adalah dilakukannya audit secara independen agar informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan lengkap, akurat, dan tidak bias. Tanpa menggunakan jasa auditor independen, manajemen perusahaan tidak dapat meyakinkan pihak luar bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan berisi informasi yang dipercaya, sehingga mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas hasil audit yang dihasilkan. tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Hasil Audit pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Wilayah Surabaya Timur.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder untuk mengetahui jumlah KAP dan Auditor yang ada di Surabaya Timur yang diperoleh dari Directory Kantor Akuntan Publik serta data primer yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner. Responden penelitian ini adalah seluruh Auditor yang bekerja pada KAP wilayah Surabaya Timur yang berjumlah 85 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa secara parsial Pengalaman Kerja dan Akuntabilitas berpengaruh negatif terhadap Kualitas Hasil Audit, sedangkan Independensi, Obyektifitas, Integritas, dan Kompetensi berpengaruh positif terhadap Kualitas Hasil Audit.

Kata Kunci : Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi, Akuntabilitas, Kualitas Hasil Audit


(12)

1.1. Latar Belakang

Sehubungan dengan semakin berkembangnya perekenomian di Indonesia maka semakin berkembangnya pula pertumbuhan perusahaan yang go publik. Salah satu persyaratan untuk memperkuat keabsahan dari suatu laporan keuangan perusahaan yang go publik yaitu harus mempunyai opini dari akuntan publik yang telah melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Namun, meskipun perusahaan tersebut tidak go publik, audit dapat juga dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu. Menurut Agoes (2012 : 2) Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang akhli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan arus kas.

Para pemakai laporan keuangan akan selalu melakukan pemeriksaan dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan perusahaan. Cara yang umum dapat ditempuh untuk mendapatkan informasi yang handal adalah dengan mengharuskan dilakukan audit secara independen agar informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan lengkap, akurat, dan tidak bias. Tanpa menggunakan jasa auditor independen, manajemen perusahaan tidak akan dapat meyakinkan pihak luar bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan berisi informasi yang dapat dipercaya. Karena dari


(13)

sudut pandang pihak luar, manajemen juga mempunyai kepentingan baik kepentingan manajemen maupun kepentingan lainnya. Biasanya manajemen akan meminta agar auditor memberikan jaminan kepada para pemakai bahwa laporan keuangan bisa dihandalkan. (Ardini, 2010 : 329). Jaminan yang diberikan kepada pemakai inilah merupakan suatu kepercayaan yang besar kepada akuntan publik. Dengan adanya kepercayaan yang sangat besar kepada akuntan publik inilah yang mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas hasil audit yang dihasilkan.

Menurut Knoers dan Haditono dalam Saripudin, dkk. (2012 : 7) Pengalaman kerja merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa sesorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Seorang akuntan publik yang mempunyai pengalaman yang cukup lama dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan tentunya mempunyai perlakuan yang berbeda dalam masyarakat jika dibandingkan dengan akuntan publik yang baru terjun dalam profesi ini, artinya semakin berpengalaman seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan keuangan maka seakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas hasil audit. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Saripudin dkk. (2012) yang menyatakan bahwa pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap kualitas hasil audit. Namun terlepas dari itu, terkadang akuntan publik semakin


(14)

berpengalaman dalam profesinya justru semakin mudah untuk melakukan kecurangan dan hal ini tentunya akan mempengaruhi kualitas hasil auditannya. Kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan publik baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri telah memberikan dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik. Profesi akuntan publik sebagai pihak ketiga yang independen seharusnya memberikan jaminan atas relevansi dan keandalan sebuah laporan keuangan. Skandal di dalam negeri terlihat dari adanya skandal yang terjadi pada tahun 2010 lalu antara Raden Motor dengan akuntan publik yang bernama Biasa Sitepu yang mengaudit perusahaan tersebut, skandal ini terungkap setelah terjadi kredit macet senilai Rp. 52 milyar pada Bank BRI Cabang Jambi. Biasa Sitepu terlibat karena telah membuat opini palsu terhadap laporan keuangan milik Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal dari Bank BRI Cabang Jambi tersebut (dewiayupitaloka.wordpress.com). Selain itu terjadi permasalahan auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, seperti yang terungkap juga pada skandal yang menimpa Enron,

Andersen, Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing, Adelphia dan Walt Disney (Sunarsi dalam Saripudin, dkk. 2012 : 5). Maka inti dari permasalahan

tersebut yaitu independensi auditor itu sendiri. Dengan adanya permasalahan tersebut kemudian muncul sejauh mana tingkat independensi dan kompetensi seorang auditor saat ini. Sejauh mana tingkat independensi dan kompetensi


(15)

auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas hasil audit yang dikerjakan oleh auditor itu sendiri. Kualitas audit ini sangat penting karena semakin tinggi kulitas audit yang dimiliki oleh seorang auditor maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat terhadap akuntan publik tersebut.

De Angelo dalam Saripudin dkk. (2012 : 5) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya.

Selain harus mempunyai sikap independensi, seorang auditor juga dituntut untuk mempunyai sikap obyektifitas dan integritas. Menurut Sukriah dkk. (2009 : 10) hubungan dengan klien dapat mempengaruhi obyektifitas dan dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa obyektifitas auditor tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan. Standar umum dalam Standar Audit APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah) menyatakan bahwa dengan prinsip obyektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat obyektifitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Alim dkk. dalam Sukriah (2009 : 10) menyatakan bahwa kualitas hasil audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dan hasil penelitiannya menemukan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor


(16)

sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya. Sunarto dalam Sukriah (2009 : 10) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya. menurut Kurnia dan Suhayati (2010 : 52) auditor di dalam menjalankan tugasnya harus dapat mempertahankan integritas dan obyektifitas. Harus bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of

interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada

pihak lain. Dengan mempertahankan integritas auditor akan bertindak jujur, dan tegas dengan mempertahankan obyektfitasnya, auditor akan bertindak adil, tidak memihak dalam melaksanakan pekerjaannya tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi.

Terkait dengan banyak topik yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sukriah dkk. (2009) serta penelitian dari Yulian dan Pamudji (2012). Namun, penelitian kali ini menambahkan variabel Akuntabilitas untuk dianalisa pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas hasil pemeriksaan. Pada penelitian Sukriah, pengalaman kerja, obyektifitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan, untuk independensi dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. sedangkan pada


(17)

penelitian Yulian A. Harvita dan pamudji Sugeng menyatakan bahwa pengalaman kerja dan independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit. Untuk variabel obyektifitas, integritas dan kompetensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Berdasarkan hal terebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul

“Pengaruh pengalaman kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Hasil Audit” untuk dijadikan sebagai bahan penelitian penulis.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengalaman kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas hasil audit?

2. Apakah independensi mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas hasil audit?

3. Apakah obyektifitas mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas hasil audit?

4. Apakah integritas mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas hasil audit?

5. Apakah kompetensi mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas hasil audit?


(18)

6. Apakah akuntabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas hasil audit?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas, kompetensi dan akuntabilitas terhadap kualitas hasil audit pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Wilayah Surabaya Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang dikemukakan, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)

Dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi KAP dalam memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit.

2. Bagi Universitas

Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dengan materi yang berhubungan dengan skripsi ini.

3. Bagi peneliti

Dapat dijadikan perbandingan antara teori-teori yang selama ini peneliti dapatkan selama di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada sehingga dapat diketahui masalah yang dihadapi KAP dan kesesuaian teori yang diperoleh sehingga menghasilkan suatu solusi.


(19)

4. Bagi Pihak Lain

Dapat dijadikan wacana dalam pemikiran dan penalaran untuk merumuskan masalah baru dalam penelitian selanjutnya guna memperluas pemahaman dan memperdalam pengetahuan di bidang akuntansi khususnya auditing.


(20)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitian ini, telah dilakukan oleh :

1. Sukriah dkk. (2009)

Judul : Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.

Hipotesis : Diduga pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas, dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Kesimpulan : Pengalaman kerja, obyektifitas dan kompetensi

berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan independensi dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

2. Ardini (2010)

Judul : Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, dan Motivasi Terhadap Kualitas Hasil Audit.

Hipotesis : Kompetensi, independensi, dan akuntabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.


(21)

Kesimpulan : Variabel kompetensi, independensi, akuntabilitas, dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit adalah signifikan.

3. Salsabila dan Prayudiawan (2011)

Judul : Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Audit dan Gender Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal (Studi Empiris Pada Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta). Hipotesis : Secara parsial dan secara simultan diduga akuntabilitas,

pengalaman audit dan gender berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor.

Kesimpulan : Akuntabilitas dan Pengetahuan Audit berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor, sedangkan Gender tidak mempengaruhi terhadap kualitas hasil kerja auditor. Namun akuntabilitas, pengetahuan audit, dan gender secara simultan berpengaruh siginifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor.

4. Setiawan (2012)

Judul : Pengaruh Keahlian Audit, Independensi dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya.

Hipotesis : Diduga kehalian audit, independensi, dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya.


(22)

Kesimpulan : Keahlian audit, independensi dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

5. Saripudin dkk. (2012)

Judul : Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional

Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Survei

Terhadap KAP di Jambi dan Palembang).

Hipotesis : Diduga secara simultan maupun secara parsial independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit.

Kesimpulan : Secara simultan variabel independensi, pengalaman, due

professional care, dan akuntabilitas memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit.

Sedangkan secara parsial variabel independensi,

pengalaman dan akuntabilitas auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, namun due

professional care tidak berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit.

6. Yulian dan Pamudji (2012)

Judul : Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Kasus Pada Auditor Inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah).


(23)

Hipotesis : Diduga pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas, dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Kesimpulan : Pengalaman audit dan independensi tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas hasil audit, sedangkan obyektifitas, integritas dan kompetensi mempunyai pengaruh terhadap kualitas hasil audit.

2.1.1. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Sebelumnya

Adapaun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya, dapat disajikan pada tabel 2.1, sebagai berikut :

Tabel 2.1 : Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

No. Nama Judul Penelitian Variabel

1 Sukriah, dkk. (2009)

Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.

Variabel Independen:  Pengalaman Kerja ( )  Independensi ( )  Obyektifitas ( )  Integritas ( )  Kompetensi ( ) Variabel Dependen :

 Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y)

2 Ardini (2010) Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit.

Variabel Independen:  Kompetensi ( )  Independensi ( )  Akuntabilitas ( )  Motivasi ( ) Variabel Dependen :  Kualitas Hasil Audit (Y) 3 Salsabila dan

Prayudiawan (2011)

Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Audit, dan Gender Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auidtor Internal (Studi Empiris Pada

Indpektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta)

Variabel Independen:  Akuntabilitas ( )  Pengetahuan Audit ( )  Gender ( )

Variabel Dependen :

 Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal (Y)


(24)

4 Setiawan (2012)

Pengaruh Keahlian Audit, Independensi dan

Kompetensi Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya

Variabel Independen:  Keahlian Audit ( )  Independensi ( )  Kompetensi ( ) Variabel Dependen :  Kualitas Audit (Y) 5 Saripudin,

dkk. (2012)

Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Survei Terhadap Auditor KAP di Jambi dan Palembang)

Variabel Independen:  Independensi ( )  Pengalaman ( )

Due Professional Care ( )  Akuntabilitas ( )

Variabel Dependen :  Kualitas Audit (Y) 6 Yulian dan

Pamudji (2012)

Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Kasus Pada Auditor Inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah)

Variabel Independen:  Pengalaman Kerja ( )  Independensi ( )  Obyektifitas ( )  Integritas ( )  Kompetensi ( ) Variabel Dependen :  Kualitas Hasil Audit (Y) 7 Arief

Hidayatullah Khamainy (2013)

Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Hasil Audit

Variabel Independen:  Pengalaman Kerja ( )  Independensi ( )  Obyektifitas ( )  Integritas ( )  Kompetensi ( )  Akuntabilitas ( ) Variabel Dependen :  Kualitas Hasil Audit (Y)

Sumber : Penulis

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Auditing

2.2.1.1. Pengertian Auditing

Ditinjau dari sudut akuntan publik, auditing adalah suatu pemeriksaan terhadap laporan keuangan suatu organisasi atau perusahaan dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan dengan wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,


(25)

dan hasil usaha atau organisasi tersebut serta menggunakan standar yang berlaku umum.

Menurut Agoes (2012 : 4) Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajeme, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Sedangkan menurut Kurnia dan Suhayati (2010 : 1) Auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Selanjutnya menurut Mulyadi (2002 : 9) Auditing secara umum sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai informasi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan


(26)

kriteria yang telah ditetapkan, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran informasi tersebut untuk disampaikan kepada pihak yang berkepentingan.

2.2.1.2. Standar Auditing

Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2011 : 150.1-150.2) terdiri atas sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu :

a. Standar Umum

1. Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan, keterangan , dan konfirmasi sebagai


(27)

dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah diisusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi terebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat

mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan. Jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipukul oleh auditor.


(28)

2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik

Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Komite Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik (Mulyadi 2002 : 35-36), yaitu :

a. Standar Auditing

Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri dari sepuluh standard an dirinci dalam bentuk pernyataan standar auditing (PSA). Dengan demikina PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman-pedoman utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan periktana audit. Kepatuhan terhadap pernyataan standar auditing yang dikeluarkan oleh Dewan bersifat wajib (mandatory) bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik. Termasuk di dalam pernyataan Standar Auditing adalah interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSA. Dengan demikian IPSA memberikan jawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib (mandatory).


(29)

b. Standar Atestasi

Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa non audit.

c. Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.

d. Standar Jasa Konsultasi

Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi akuntan publik di dalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu simpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggungjawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asserter). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, simpulan, dan rokumendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultasi ditentukanoleh perjanjian antara praktisi dan kliennya.

e. Standar Pengendalian Mutu

Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh


(30)

Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.

2.2.1.4. Tahap-tahap Pelaksanaan Audit

Menurut Mulayadi (2002 : 121-123) tahap audit atas laporan keuangan meliputi :

a. Penerimaan Perikatan Audit

Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon klien atau untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan audit dari klien berulang.

b. Perencanaan Audit

Langkah berikutnya setelah perikatan audit diterima oleh auditor adalah perencanaan audit. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor.


(31)

c. Pelaksanaan Pengujian Audit

Tahap ketiga pekerjaan audit adalah pelaksanaan pengujiana audit.

Tahap ini juga disebut dengan “pekerjaan lapangan”. Tujuan utama

pelaksaan pekerjaan lapangan ini adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Tahap pelaksaan dan pengujian audit ini mencakup sebagian besar pekerjaan audit.

d. Pelaporan Audit

Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah pelaporan

audit. Pelaksaan tahap ini harus mengacu ke “standar pelaporan”. Ada

dua langkah penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini : (1) menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik simpulan, (2) menerbitkan laporan audit.

2.2.1.5. Jenis dan Tipe Audit

Menurut Kurnia dan Suhayati (2010 : 4-13) jenis audit terdiri dari tiga macam, yaitu :

a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audits)

Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan wajar, sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tertentu tersebut adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Asersi dari audit laporan keuangan ini


(32)

merupakan informasi yang ada dalam laporan keuangan. Bukti audit yang tersedia dapat berupa dokumen, catatan dan bahan bukti yang berasal dari sumber-sumber diluar perusahaan. Hasil akhir dalam bentuk opini auditor, yang dihasilkan oleh akuntan publik sebagai auditor independen. Adapun pengguna laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntan independen tersebut biasanya untuk pihak eksternal perusahaan, seperti analisis keuangan, kreditor, supplier, investor, dan pemerintah. b. Audit Operasional (Operatinal Audits)

Perkembangan bisnis membuat pemegang saham sudah tidak dapat mengikuti semua kegiatan operasi perusahaanya sehari-hari, sehingga mereka membutuhkan auditor manajemen yang profesional untuk membantu mereka dalam mengendalikan operasional perusahaan.

c. Audit Kepatuhan (Compliance Audits)

Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah auditee telah mengikuti kebijakan, prosedur, dan peraturan yang telah ditentukan pihak yang otoritasnya lebih tinggi. Manajemen bertanggungjawab untuk menjamin bahwa entitas yang dikelolanya mematuhi peraturan perudang-undangan yang berlaku atas aktivitasnya. Tanggungjawab ini mencakup pengidentifikasian peraturan yang berlaku dan penyusunan pengendalian intern yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai bahwa entitas tersebut mematuhi peraturan.

Selanjutnya menurut Agoes (2012 : 10-13) jenis dan tipe audit ditinjau berdasarkan :


(33)

a. Ditinjau dari luasnya pemeriksaan :

1. Pemeriksaan Umum (General Audit)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan, pemeriksaan terseut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) atau panduan audit entitas bisnis kecil dan memperhatikan kode etik akuntan Indonesia, kode etik profesi akuntan publik serta standar pengendalian mutu.

2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.

b. Ditinjau dari jenis pemeriksaan :

1. Pemeriksaan Manajemen (Operational Audit)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi terebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.


(34)

2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan

(manajemen, dewan komisaris) maupun pihak ekstenal

(Pemerintah, Bapepam LK, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan baik oleh KAP maupun Bagian Internal Audit.

3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP. Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak di luar perusahaan menganggap bahwa internal auditor, yang merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen.

4. Computer Audit

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) System. Ada 2 (dua) metode yang bisa dilakukan auditor :


(35)

a. Audit Around The Computer

Dalam hal ini auditor hanya memeriksa input dan output dari EDP system tanpa melakukan tes terhadap proses dalam EDP

system tersebut.

b. Audit Trough The Computer

Selain memeriksa input dan output, auditor juga melakukan tes proses EDP-nya. Pengetesan tersebut (merupakan compliance

test) dilakukan dengan menggunakan Generalized Audit Software, ACL dll. dan memasukkan dummy data (data palsu)

untuk mengetahui apakah data tersebut diproses sesuai dengan sistem yang seharusnya. Dummy data digunakan agar tidak mengganggu data asli. Dalam hal ini KAP harus mempunyai

Computer Audit Specialist yang merupakan auditor berpengalaman dengan tambahan keahlian di bidang computer

information system audit. 2.2.1.6. Jenis Auditor

Menurut Kurnia dan Suhayati (2010 : 13-15), jenis auditor dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Audit Independen (Akuntan Publik)

Auditor independen berasal dari Kantor Akuntan Publik (KAP), bertanggungjawab atas audit laporan keuangan historis auditee-nya. Independen dimaksudkan sebagai sikap mental auditor yang memiliki integritas tinggi, obyektif pada permasalahan yang timbul dan tidak


(36)

memihak pada kepentingan manapun. Persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah seorang auditor yang memiliki pendidikan dan pengalaman praktik sebagai auditor independen, dan bukan termasuk orang yang terlatih dalam profesi dan jabatan lain (auditor tidak dapat bertindak dalam kapasitas sebagai seorang penasihat hukum meskipun auditor mengetahui hukum).

b. Auditor pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor yang berasal dari lembaga pemeriksa pemerintah. Di Indonesia lembaga yang bertanggungjawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara adalah Badan Pemeriksa keuangan (BPK) sebagai lembaga pada tingkat tertinggi, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) yang ada pada departemen-departemen pemerintah.

c. Internal Auditor (Auditor Intern)

Auditor internal adalah pegawai dari suatu organisasi/perusahaan yang bekerja di organisasi tersebut untuk melakuakn audit bagi kepentingan manajemen perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan untuk membantu manajemen organisasi untuk mengetahui kepatuhan para pelaksana operasional organisasi terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.


(37)

2.2.1.7. Jenis Pendapat Auditor

Ada lima jenis pendapat akuntan yang diterbitkan oleh auditor menurut Agoes (2012 : 75-77) sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011 (PSA 29 SA Seksi 508), yaitu :

a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), seperti yang terdapat dalam standar profesional akuntan publik, dan telah mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang cukup untuk mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan material atas penyimpangan dari SAK/ETAP/IFRS, maka auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas suatu entitas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS.

b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk Baku (Unqualified Opinion

with Explanatory Langauage)

Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor.


(38)

c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Kondisi tertentu mungkin memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan.

d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS. Pendapat ini dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara

keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan

SAK/ETAP/IFRS. Apabila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, ia harus menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporannya (a) semua alasan yang mendukung pendapattidak wajar, dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan pemberian pendapat tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas, jika secara praktis untuk dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat ditentukan secara berlasan, laporan audit harus menyatakan hal itu.


(39)

e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion)

Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS. Jika auditor menyatakan tidak meberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut.

2.2.1.8. Perbedaan Akuntan Publik dan Auditor Independen

Menurut Mulyadi (2002 : 52) Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan tempat penyediaan jasa oleh profesi akuntan publik bagi masyarakat. KAP menyediakan berbagai jasa bagi masyarakat berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik. Berdasarkan standar tersebut, KAP dapat menyediakan :

a. Jasa audit atas laporan keuangan historis,

b. Jasa atestasi atas laporan keuangan porspektif atau asersi yang dicantumkan dalam laporan keuangan historis,

c. Jasa akuntansi dan review, dan d. Jasa konsultasi (consulting services).

Karena akuntan yang bekerja di KAP dapat mengerjakan berbagai penugasan dalam berbagai jenis jasa tersebut, maka perlu diadakan pembedaan istilah : akuntan publik dan auditor independen. Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam KAP, yang menyediakan berbagai jasa


(40)

yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (Auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultasi). Auditor independen adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis, yang menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik.

2.2.2. Perbedaan Akuntansi dengan Auditing

Perbedaan akuntansi dengan auditing menurut Kurnia dan Suhayati (2010 : 3-4) adalah sebagai berikut :

a. Akuntansi

Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, penggolongan, peringkasan, pengukuran dari suatu transaksi ekonomi untuk dapat menghasilkan informasi ekonomi yang berguna bagi pihak yang membutuhkan informasi. Agar penyajian laporan keuangan tepat, seorang akuntan harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai kriteria dan aturan penyusunan informasi akuntansi, harus pula dapat mengembangkan sistem yang dapat menjamin semua peristiwa ekonomi yang terjadi dalam perusahaan dapat tercatat pada waktu tepat dan biaya yang pantas.

b. Auditing

Pokok auditing adalah proses penentuan apakah informasi telah mencerminkan dengan benar kejadian ekonomi pada periode akuntansi. Kriteria pada proses ini adalah aturan-aturan akuntansi yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka auditor harus dapat memahami


(41)

aturan-aturan tersebut dengan baik. Selain itu juga auditor harus mampu mengumpulkan dan menafsirkan bahan bukti.

Tabel 2.2 : Perbedaan Akuntansi dan Auditor

Akuntansi Auditing

Metode Mengidentifikasi,

mengukur, mencatat, meng-klasifikasikan, & mengikhtisarkan peristiwa & transaksi ekonomi

Mengumpulkan & mengevaluasi bukti

mengenai informasi dalam laporan keuangan serta verifikasi kewajaran penyajiannya.

Tujuan Mengkomunikasikan

informasi keuangan yang relevan & reliable untuk pengambilan keputusan.

Meningkatkan kredibilitas laporan keuangan yang dibuat manajemen.

Kriteria Standar Akuntansi

keuangan

Standar Auditing

Hasil Laporan Keuangan Laporan Auditor (Opini)

Tanggungjawab Manajemen

bertanggungjawab atas laporan keuangan yang dibuat.

Auditor bertanggungjawab atas pernyataan pendapat yang diberikan.

Sumber : Auditing, Kurnia rahayu dan Suhayati, 2010.

2.2.3. Pengalaman Kerja

Marinus dkk. dalam Sukriah dkk. (2009 : 6) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman kerja dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Purnamasari dalam Sukriah (2009: 6) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya :

a. Mendeteksi kesalahan, b. Memahami kessalahan, dan


(42)

Menurut Knoers dan Hadianto dalam Saripudin dkk. (2012 : 7) pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau juga bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lenih tinggi.

Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan dan tugas yang didapat, sebagi suatu proses yang akan membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

2.2.4. Independensi

Menurut Mulyadi (2002 : 26 – 27) Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya. Disamping itu, auditor tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap mental independen, tetapi ia harus menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan mayarakat meragukan independensinya. Dengan demikian, disamping auditor


(43)

harus benar-benar independen, ia masih juga harus menimbulkan persepsi di kalangan masyarakat bahwa ia benar-benar independen. Sikap mental independen auditor menurut persepsi masyarakat inilah yang tidak mudah pemerolehannya.

Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang sering kali menggangu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2002 : 27) :

a. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.

b. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan kliennya.

c. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien.

Menurut Ardini (2010 : 332) sikap Independensi auditor dapat disimpulkan : 1) Independensi merupakan syarat penting bagi auditor dalam melaksanakan prosedur audit yang bertujuan untuk menilai kewajaran laporan keuangan, 2) Akuntan publik dipercaya oleh pemakai laporan keuangan sebagai pihak independen untuk memberikan jaminan memadai mengenai asersi manajemen, 3) Independensi merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas audit.


(44)

Menurut Setiawan (2012 : 24) Independensi adalah merupakan suatu sikap auditor yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Independensi adalah sebuah sikap mental profesional yang bebas dari pengaruh untuk tetap menjalankan tugas atau pekerjaannya sesuai dengan peraturan dan etika profesionalnya.

2.2.5. Obyektifitas

Pusdiklatwas BPKP dalam Sukriah dkk. (2009 : 7), menyatakan obyektifitas sebagai bebasnya seesorang dari pengaruh pendangan subyektif pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat mengemukakan pendapat menurut apa adanya. Unsur perilaku yang dapat menujukkan obyektifitas antara lain :

a. Dapat diandalkan dan dipercaya,

b. Tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan lain dan atau pekerjaan-pekerjaan lain yang merupakan tugas operasional obyek yang diperiksa,

c. Tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang lain,

d. Dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang resmi, serta

e. Dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis.


(45)

Obyektifitas menurut Mulyadi (2002 : 57) adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektifitas mengaruskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur serta intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan dan etika sehubungan dengan obyektifitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap faktor berikut :

a. Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan inidapat mengganggu obyektifitasnya.

b. Adakalanya tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi dimana tekanan-tekanan mungkin terjadi. Ukuran kewajaran (reasonableness) harus digunakan dalam menentukan standar untuk mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak obyektifitas anggota.

c. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk melanggar obyektiftas harus dihindari.

d. Anggota memiliki kewajaran untuk memastikan bahwa orang-orang yang terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektfitas.

e. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau

entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap


(46)

orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.

Dapat disimpulkan bahwa obyektifitas merupakan sebuah sikap dimana seseorang tidak akan melakukan sebuah penilaian terhadap pihak-pihak tertentu yang meyebabkan seseorang akan mengurangi sikap profesionalnya terhadap tindakan yang dilakukan dan dituntut untuk bertindak adil, tidak memihak, jujur serta intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.

2.2.6. Integritas

Menurut Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia dalam Mulyadi (2002 : 56) Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur, dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan tanggungjawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu


(47)

diperlukan untuk memabangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal. (Pusdiklatwas BPKP dalam Sukriah dkk. 2009 : 7).

2.2.7. Kompetensi

Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia dalam Mulyadi (2002 : 58) menyatakan bahwa :

a. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seyogyanya tidak menggambarkan dirinya memiliki keandalan atau pengalaman yang tidak mereka punyai. Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggungjawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan oleh Prinsip Etika. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah :

1) Pencapaian kompetensi profesional. Pencapaian kompetensi

profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.

2) Pemeliharaan kompetensi profesional.

 Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk

belajar dan melakukan peningkatan profesional secara


(48)

 Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk diantaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.

 Anggota harus menetapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisiten dengan standar nasional dan internasional.

b. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggungjawab untuk menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk tanggungjawab yang harus dipenuhinya.

Adapun Suraida dalam Setiawan (2012 : 27) menyatakan, kompetensi adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, symposium dan lain-lain seperti :


(49)

b. Dalam negeri (Indonesia) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik) c. PBB (Pendidikan Profesi Berkelanjutan)

d. Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern

e. Keiuktsertaan dalam seminar, simposium dan lain-lain

Semakin banyak sertfikat yang dimiliki dan semakin sering

mengikuti pelatihan seminar/simposium diharapkan auditor yang

bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya.

2.2.8. Akuntabilitas

Menurut Ardini (2010 : 333) Akuntabilitas merupakan dorongan psiologis sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya

yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya. Dalam

melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional setiap auditor harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

Menurut Tetclock dalam Saripudin dkk. (2012 : 8) menyatakan bahwa Akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya.

Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntanbilitas adalah sebuah dorongan psikologi sosial yang dimiliki sesorang untuk mempertanggungjawabkan semua tindakannya kepada lingungannya.


(50)

2.2.9. Kualitas Hasil Audit

De Angelo dalam Saripudin (2012 : 8) mengemukakan bahwa kualitas hasil audit adalah sebagai kemungkinan (probability) dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.

2.2.10.Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit

Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya. Arens dalam Sukriah dkk. (2009 : 8).

Seorang auditor yang telah mempunyai banyak pengalaman dalam melakukan pemeriksaannya pastinya mempunyai keterampilan yang berbeda jika dibandingkan dengan auditor yang baru terjun dalam dunia pemeriksaan. Berbagai jenis perusahaan, tipe perusahaan dan beberapa hal yang membedakan antara perusahaan atau organisasi yang satu dengan yang lain pastinya akan memberikan pengetahuan baru bagi auditor dan hal ini terkait dengan seberapa lama pengalaman kerja auditor terrsebut dalam melakukan pemeriksaan. Menurut Christiawan dalam Sukriah dkk. (2009 : 8) pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang


(51)

diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing.

Hasil penelitian Saripudin dkk. (2012) menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan maka semakin meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya.

2.2.11.Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit

Akuntan publik tidak dapat memberikan opini yang obyektif jika ia tidak independen. Meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang cukup, masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Dapat disimpulkan bahwa seorang akuntan publik harus selalu mempertahankan sikap mental independennya dalam setiap melaksanakan audit, dengan pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia maka akuntan publik dapat memberikan kualitas audit yang dapat dipercaya sesuai dengan harapan para pemakai laporan keuangan. (Setiawan, 2012 : 32-33).

Kepercayaan masyarkat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa


(52)

independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat juga menurun disebabkan oleh keadaan yang oleh mereka yang berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independen tersebut (SA Seksi 220 dalam SPAP 2001). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Saripudin dkk. (2012) dan penelitian Ardini (2010) yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.

2.2.12.Pengaruh Obyektifitas Terhadap Kualitas Audit

Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi obyektifitas dan dapat mmengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa obyektifitas auditor tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan. Standar umum dalam standar audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) menyatakan bahwa dengan prinsip obyektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromosikan kualitas. (Sukriah dkk., 2009 : 10).

Penelitian yang dilakukan oleh Sukriah (2009), Yulian dan Pamudji (2012), semuanya menyatakan bahwa obyektifitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit, bahkan dari kedua penelitian tersebut tingakt obyektifitas auditor merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kualitas hasil audit dari pada variabel yang lain. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat obyektifitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.


(53)

2.2.13.Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Audit

Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggungjawab dalam melaksanakan audit. Yulian dan Pamudji (2012 : 4). Dengan mempunyai sikap integritas yang tinggi auditor diharapkan akan memperoleh kepercayaan yang tinggi dari masyarakat terkait dengan hasil pemeriksaannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Yulian dan Pamudji (2012) menunjukkan bahwa sikap integritas seorang auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil audit. Hal ini menunjukkan bahwa auditor akan selalu menjaga sikap integritas yang dimilikinya untuk tetap memperoleh kepercayaan di hati masyarakat atas laporan pemeriksaannya.

2.2.14.Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit

Kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motifasi, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Kamus LOMA dalam Ardini (2010 : 334).

Menurut Sukriah (2009 : 11) Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan audit yaitu pengetahuan dan kemampuan. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian auditor harus


(54)

memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam menganalisa permasalahan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ardini (2010) menunjukkan bahwa secara parsial variabel kompetensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil audit. Hal ini menunjukkan dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh auditor akan menunjang kualitas audit yang mereka hasilkan. Semakin tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula tingkat kualitas audit yang mereka hasilkan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang juga dilakukan oleh Sukriah (2009), Yulian dan Pamudji (2012), dan Setiawan (2012) yang juga menyatakan bahwa kompetensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil audit.

2.2.15.Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit

Akuntabilitas merupakan suatu bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya. Tetclock dalam Saripudin dkk. (2012 : 8). Sikap ini tumbuh dari masing-masing auditor itu sendiri, dengan sikap akuntabilitas yang tinggi maka auditor akan senantiasa menggunkan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

Menurut Mardisar D. dan R. Nelly sari dalam Ardini (2010 : 333) Seseorang dengan akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh supervisor/manajer/pimpinan


(55)

dibandingkan dengan seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah. Akuntabilitas (tanggungjawab) yang harus dimiliki auditor, yaitu : tanggungjawab kepada klien dan tanggungjawab terhadap rekan seprofesi. Penelitian yang dilakukan oleh Ardini (2010) menunjukkan bahwa akuntabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil audit. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kecermatan yang tinggi dalam memeriksa laporan yang akan diaudit, serta mengerjakan tugas audit seoptimal mungkindengan penuh tanggungjawab akan menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas. Hasil penelitian Saripudin dkk. (2012) juga mendukung terhadap hasil dari penelitian ini.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya, untuk memudahkan analisis, serta untuk pendukung hasil penelitian, maka dapat digambarkan dalam suatu bagan kerangka pikir. Dalam pemikiran teoritis kerangka pikir tersebut menunjukkan Pengaruh dari Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas hasil Audit yang disajikan pada gambar 2.1, sebagai berikut :


(56)

Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir

Uji Statistik Regresi Linier Berganda Pengalaman Kerja ( )

Independensi ( )

Obyektifitas ( )

Integritas ( )

Kompetensi ( )

Akuntabilitas ( )

Kualitas Hasil Audit (Y)


(57)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

: Diduga pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas audit

: Diduga independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit : Diduga obyektifitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit : Diduga integritas berpengaruh positif terhadap kualitas audit : Diduga kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah keperilakuan seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar dalam Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang berada di Surabaya yang berkaitan dengan Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi, dan Akuntabilitas auditor untuk diteliti pengaruhnya terhadap Kualitas Hasil Audit yang dihasilkannya. Dengan keterbatasan waktu dan tenaga maka penulis hanya menggunakan KAP yang berada di cakupan wilayah Surabaya Timur saja dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan wilayah penulis saat ini berada. Berdasarkan pengamatan penulis, 10 KAP dari 46 KAP yang ada di Surabaya berada pada wilayah Surabaya Timur. Berikut merupakan uraian singkat mengenai KAP yang berada di wilayah Surabaya Timur.

(www.iapi.or.id) :

Tabel 3.1. Daftar Kantor Akuntan Publik Wilayah Surabaya Timur. No.

Nama Kantor Akuntan Publik

(KAP)

Nomor Izin Usaha Alamat

1.

KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan. (Cabang)

1431/KM.1/2012 Komplek Ruko Rungkut Megah Raya Blok M-27, Jl. Kalirungkut No.1-3, Kel. Panjangjiwo, Tenggilis Mejoyo, Surabaya 60229


(59)

2.

KAP Drs.Arief H. P. 200/KM. 1/2010 Perumahan Pondok Nirwana, Jl. Baruk Utara VIII/6 (B-201), Surabaya 60298

3.

KAP Drs. Bambang Siswanto

KEP-630/KM.17/1998 Jl. Rungkut Asri Tengah III No.7-9, Surabaya 60293

4.

KAP Bambang, Sutjipto, Ngumar & Rekan (Cabang)

KEP-065/Km.6/2001 Jl. Pandugo Timur XIII Blok K No.2, Surabaya 60297

5.

KAP Budiman, Wawan, Pamudji & Rekan (Cabang)

719/KM.1/2007 Medokan Ayu I Blok D-16, Surabaya 60295

6.

KAP Buntaran & Lisawati

885/KM.1/2012 Jl. Rungkut Mapan Timur VI Blok EE No.3,

Surabaya 60293 7.

KAP Dra. Dian Hajati D.

KEP-189/KM.6/2003 Komplek Ruko Rungkut Megah Raya Blok Q/6, Jl. Raya Kalirungkut No.1-3, Surabaya 60293

8.

KAP Robby Bumulo KEP-934/KM.17/1998 Pertokoan Rungkut Megah Raya Blok L 39, Jl. Raya Kalirungkut 5, Surabaya 60293 9. KAP Hadori, Sugiarto,

Adi & Rekan

444/KM.1/2009 Jl. Manyar Rejo IV No.4, Surabaya 60118

10.

KAP Richard

Risambessy & Rekan

KEP-206/KM.6/2003 Jl. Tenggilis Timur Dalam No.12, Surabaya 60295

Sumber : www.iapi.or.id

3.2. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel 3.2.1. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan 6 (enam) variabel independen (X) yaitu Pengalaman Kerja ( ), Independensi ( ), Obyektifitas ( ), Integritas ( ), Kompetensi ( ), dan Akuntabilitas ( ), sedangkan variabel dependennya yaitu Kualitas Hasil Audit (Y).

Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut :


(60)

a. Variabel Independen (X) 1) Pengalaman Kerja ( )

Merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Knoers dan Haditono dalam Saripudin dkk. (2012 : 7).

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang pernah digunakan sebelumnya oleh Sukriah dkk. (2009) dengan 8 (delapan) item pernyataan dengan indikator sebagai berikut : a) Lamanya bekerja sebagai auditor.

b) Banyaknya tugas pemeriksaan.

2) Independensi ( )

Merupakan kebebasan posisi auditor baik dalam sikap maupun penampilan dalam hubungannya dengan pihak lain yang terkait dengan tugas audit yang dilaksanakannya. Sukriah dkk. (2009:13).

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang pernah digunakan sebelumnya oleh Sukriah dkk. (2009) dengan 9 (sembilan) item pernyataan dengan indikator sebagai berikut : a) Independensi penyusunan program.


(61)

c) Independensi pelaporan.

3) Obyektifitas ( )

Obyektifitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektifitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain. (Prinsip etika, Kode etik IAI).

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang pernah digunakan sebelumnya oleh Sukriah dkk. (2009) dengan 8 (delapan) item pernyataan dengan indikator sebagai berikut : a) Bebas dari benturan kepentingan.

b) Pengungkapan kondisi sesuai fakta.

4) Integritas ( )

Merupakan sikap jujur, berani, bijaksana, dan

tanggungjawab auditor dalam melaksanakan audit. Sukriah dkk. (2009 : 13)

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang pernah digunakan sebelumnya oleh Sukriah dkk. (2009) dengan 14 (empat belas) item pernyataan dengan indikator sebagai berikut : a) Kejujuran auditor.

b) Keberanian auditor. c) Sikap bijaksana auditor.


(1)

95

auditor bersikap adil, tidak memihak, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain,

sehingga dapat mengemukakan pendapat menurut apa adanya.

Ketidaksignifikanan terjadi mungkin disebabkan oleh menerimanya auditor terhadap penugasan audit bila pada saat bersamaan sedang mempunyai hubungan kerjasama dengan pihak yang diperiksa (pernyataan nomor 2), selain itu juga mungkin disebabkan oleh terpengaruhnya auditor terhadap pandangan subyektif pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat mengemukakan pendapat menurut apa adanya, selain itu adanya auditor yang berpendapat bahwa dalam menjalankan tugas, auditor terkadang hanya bermaksud untuk mencari-cari kesalahan yang dilakukan oleh obyek pemeriksaan (pernyataan nomor 5 dan 6).

Hasil uji statistik secara parsial menunjukkan bahwa Integritas berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit, hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriah dkk. (2009), namun hasil penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian dari Yulian dan Pamudji (2012) yang menyatakan bahwa Integritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit. Berdasarkan distribusi jawaban responden, Integritas yang diukur dalam bentuk kejujuran, keberanian, sikap bijaksana dan rasa tanggungjawab auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya dengan presentase jawaban setuju dan sangat setuju sangat tinggi namun kemungkinan ada pernyataan-pernyataan sensitif yang dapat menimbulkan ketidaksignifikanan hasil, hal


(2)

96

ini dapat dilihat dari presentase jawaban responden yang memberikan pendapat netral atau ragu-ragu serta jawaban tidak setuju dengan presentase yang cukup tinggi utamanya pada jawaban responden pada pernyataan nomor 1,5,8.9 dan 10 disebabkan karena auditor mempertimbangkan keadaan pribadi/sekelompok orang atau organisasi untuk membernarkan perbuatan melanggar ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku, serta bila obyek pemeriksaan melakukan kesalahan maka auditor bersikap menyalahkan yang dapat menyebabkan kerugian orang lain.

Hasil uji statistik secara parsial menunjukkan bahwa Kompetensi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit, hal ini sependapat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukriah dkk. (2009), Ardini (2010), serta penelitian Yulian dan Pamudji (2012) yang menyatakan bahwa tingkat kemampuan yang dimiliki auditor akan menunjang kualitas audit yang mereka hasilkan, semakin tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula tingkat kulitas audit yang mereka hasilkan. Ketidaksignifikanan terjadi mungkin disebabkan karena adanya keraguan pada beberapa auditor pada pernyataan nomor 2 (Auditor harus dapat menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah, serta menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subyektif) serta sedikit keraguan pada pernyataan nomor 9 (Auditor harus memahami ilmu statistic serta mempunyai keahlian menggunakan computer) dan pernyataan nomor 10 (Auditor harus memiliki kemampuan untuk menulis dan mempresentasikan laporan dengan baik).


(3)

97

Hasil uji statistik secara parsial menunjukkan bahwa Akuntabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit, hal ini bertentangan dengan hasil penelitian dari Ardini (2010), Salsabila dan Prayudiawan (2011), serta penelitian dari Saripudin dkk. (2012) yang menyatakan bahwa tingkat kecermatan yang tinggi dalam memeriksa laporan yang akan diaudit, serta mengerjakan tugas audit seoptimal mungkin dengan penuh tanggungjawab akan menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas. Pertentangan ini mungkin disebabkan oleh adanya keraguan responden terhadap motivasi yang dimilikinya untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik serta adanya keraguan auditor dalam memberikan respon yang tepat dan melaporkan keputusan yang lebih realistis dalam setiap penugasan audit yang dilakukan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks :

Agoes, Sukrisno, 2012, Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh

Akuntan Publik Edisi 4 Buku1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Anonim, 2013, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Program

Studi Akuntansi,Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Bungin, Burhan, 2013, Metodolgi penelitian Sosial dan Ekonomi : Format-format

Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran, Edisi Pertama, Penerbit Kencana

Prenada Media Group, Jakarta.

Cryer & Miller, 1994, Statistics for Business Data Analysis and Modeling, International Thomson Publishing, California.

Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Terjemahan : Zain, Sumarno, Penerbit Erlangga, Jakarta.

IAI, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Kurnia, Rahayu Siti dan Suhayati Ely, 2010, Auditing : Konsep Dasar dan Pedoman

Pemeriksaan Akuntansi Publik, Cetakan Pertama, Penerbit Graha Ilmu,

Yogyakarta

Mulyadi, 2002, Auditing Buku 1, Edisi keenam Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Nazir, Moh, 1988, Metode Penelitian, Cetakan Ketiga, Penerbit Galia Indonesia, Jakarta

Noor, Juliansyah, 2011, Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya

Ilmiah, Cetakan Pertama, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Paramtetik, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.


(5)

Sudrajat, 1988, Mengenal Ekonometrika Pemula, Cetakan Kedua, Penerbit CV. Armico, Bandung.

Sugiyono, 2010, Metode penelitian Bsnis : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Supardi, 2005, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, UII Press, Yogyakarta. Umar, Husein, 2009, Metode Penelitian Untuk Skripsi danTesis Bisnis, Rajawali

Pers, Jakarta.

Jurnal :

Ardini, Lilis, 2010, “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit”, Majalah Ekonomi Tahun XX, No.3

Desember, Hal. 329-349.

Salsabila, Ainia, dan Prayudiawan, Hepi, 2011, “Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Audit dan Gender Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal (Studi Empiris Pada Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta)”, Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol.4 No.1 Juli, Hal. 155-175. Saripudin dkk., 2012, “Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional

Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Survei Terhadap Auditor KAP di Jambi dan Palembang)”, e-Jurnal Binar Akuntansi Vol.1

September, Hal. 1-13.

Sukriah, Ika, dkk., 2009, “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,

Obyektifitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil

Pemeriksaan”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) 12, Palembang.

Yulian, Harvita Ayuningtyas dan Pamudji, Sugeng, 2012, “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Kasus Pada Auditor Inspektorat

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah)”, Diponegoro Journal Of Accounting

Vol.1 No.1, Hal. 1-10. Skripsi :

Riani, Febri, 2013, Pengaruh Pengetahuan Audit, Akuntabilitas dan Independensi

Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor (Studi Empiris Pada Auditor BPK-RI Perwakilan Wilayah Sumbar), Skripsi, Program Studi Akuntansi


(6)

Setiawan, Arief, 2012, Pengaruh Keahlian Audit, Independensi dan Kompetensi

Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya,

Skripsi, Program Studi Akuntansi fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya. Sumber Lain :

dewiayupitaloka.wordpress.com/2012/10/11/kasus-pelanggaran-kode-etik-pada sebuah-kantor-akuntan-publik diakses tanggal 7 Desember 2013.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS, DAN KOMPETENSI Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Empiris Pada Auditor Inspektorat Daerah Kota Surakart

0 2 14

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS, DAN KOMPETENSI Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Empiris Pada Auditor Inspektorat Daerah Kota Surakart

0 4 19

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas Dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Empiris Pada Auditor Inspektorat Daerah Kota Salatiga

0 2 13

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI DAN Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Hasil Audit ( Studi Empiris pada Kantor Inspektorat Kota/K

0 3 15

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI DAN Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Hasil Audit ( Studi Empiris pada Kantor Inspektorat Kota/K

0 2 17

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Dam kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta dan

0 4 14

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI TERHADAP Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Dam kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Kota Surak

0 4 16

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, OBYEKTIFITAS,INDEPENDENSI, KOMPETENSI, AKUNTABILITAS DAN Pengaruh Pengalaman Kerja, Obyektifitas, Independensi, Kompetensi, Akuntabilitas Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Kasus pada KAP di Surakarta dan Yog

0 1 14

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, OBYEKTIFITAS, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, AKUNTABILITAS DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP Pengaruh Pengalaman Kerja, Obyektifitas, Independensi, Kompetensi, Akuntabilitas Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Kasus pada

0 2 15

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT (Studi Empiris Pada Auditor di KAP Wilayah Surabaya Timur) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh

0 1 19