Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western

฀AFTAR PERTANYAAN
฀. Sudah berapa lama menikah?
2. Bisa ceritakan kembali bagaimana pertemuan awal bapak/ibu sampai menjalin
hubungan?
3. Dalam keluarga bahasa apa yang digunakan sehari-hari?
4. Tradisi apa yang dipilih untuk melangsungkan perkawinan?
5. Bagaimana penyesuaian anda dengan pasangan anda? Apakah bapak/ibu
menemukan kesulitan dalam penyesuaian?
6. Bagaimana penyesuaian diri dengan keluarga besar pasangan? Apakah ada
kesulitan penyesuaian?
7. Menurut bapak/ibu apa hal yang menjadi landasan utama dan penting dalam
membina hubungan keluarga harmonis?
8. Setelah menikah, apakah bapak/ibu menemukan hal-hal diluar dugaan yang
dilakukan oleh pasangan yang dapat menimbulkan salah paham atau konflik?
Ceritakan!
9. Bisa kasih gambaran tentang sifat pasangan bapak/ibu?
฀0. Saat anda dan pasangan anda sedang dalam salah paham atu konflik? Kirakira siapa yang mengarahkan jalan keluar terbaik?
฀฀. Apakah setelah pernikahan bapak/ibu menemukan bahwa pasangan bapak/ibu
tidak konsisten dengan perjanjian pernikahan?
฀2. Bagaimana dengan pola mendidik anak, keluarga cenderung mendidik anak
dengan nilai budaya bapak atau ibu?


HASIL WAWANCARA INFORMAN 1
Nama

: ฀iana M

Umur

: 37 Tahun

Tempat

: Kota ฀enpasar

Hari/Tanggal : Senin, 4 Januari 2016
Pukul

: 16:30-17.40 WITA
Senin, 4 Januari 20฀5, pukul ฀6:30 WITA, saya datang ke rumah Ibu Diana M


(37) sebagai informan saya. Kesan pertama saya datang ke rumah Ibu Diana pasti ada
rasa canggung, karena baru pertama kalinya saya berkunjung kerumah Ibu Diana.
Disana saya tidak langsung bertemu dengan informan karena beliau kebetulan sedang
sibuk bersama suami dan anak-anaknya, jadi ada saudaranya yang kebetulan berada
disitu sampaikan kalau ada tamu. Akhirnya Ibu Diana M keluar dari dalam rumah.
M : Oh iya maaf cari siapa?
P : Iya selamat sore kaka, maaf sudah menggangu ini (sambil jabat tangan) saya ini
Rambu Maramba Humba, mahasiswa dari Universitas Kristen Satya Wacana. Saya
sedang skripsi tentang perkawinan campuran, Tujuan saya datang sebenarnya saya
mau

tanya-tanya

sedikit

tentang

perkawinan

campuran.


Karena

informan

menunjukkan ekspresi seperti tidak percaya, saya menunjukkan surat ijin dari Dinas
Kesbangpol Kota Denpasar.
M : Oh iya saya, oke kalau begitu.
P : Kira-kira kapan kakak punya waktu untuk saya tanya-tanya?
M : Oh sekarang juga bisa langsung tanya.
P : Oh iya kaka terima kasih sebentar saya ambil beberapa daftar pertanyaan yang
sudah siapkan dulu kaka e.
M : Iya adik tidak apa-apa
P : Oh iya kakak, kaka sudah berapa tahun menikah?
M : Kami nikah gereja sudah dari 2009.

P : Kakak bisa cerita kembali bagaimana pertemuan awal kakak dengan suami, proses
pendekatan, pacaran sampai menikah?
M : Jadi, kami awal kenal dulu waktu saya kerja di Hotel. Kebetulan suami sering
pulang-balik Bali untuk urusan bisnis dan dia sering menginap di hotel tempat saya

kerja. Kami sering ketemu tapi tidak saling bategur karena belum saling kenal.
Akhirnya waktu itu suami langsung minta kenalan dengan saya. Pas sudah saling
kenal, suami omong sama saya kalau ternyata dia sudah sering perhatikan saya di
tempat kerja dan dia saya bilang sama saya kalau dia suka sama saya. Habis dia
omong kalau dia suka sama saya, sebenarnya saya tidak tertarik dengan bule tapi saya
pikir tidak ada salahnya saya coba dulu jalani, jadi waktu itu saya bilang sama dia
kalau saya juga suka sama dia. Akhirnya, kami dekat selama dua bulan untuk saling
kenal kepribadian masing-masing. Setelah PDKT selama 2 bulan dan kami dua rasa
cocok akhirnya kami sepakat untuk nikah gereja di Melolo, Sumba Timur pada tahun
2009.
P: Saat komunikasi sehari-hari kaka dengan suami biasanya pakai bahasa apa?
Bahasa Inggris atau bahasa Indonesia?
M : Kalau untuk komunikasi dalam keluarga saya dengan suami pakai bahasa inggris
karena saya fasih bahasa inggris jadi kami sering pakai bahasa inggris, kalau anakanak kalau omong sama mereka punya bapa mereka pake bahasa inggris, kalau
dengan saya mereka pakai bahasa Indonesia sehari-hari.
P : Waktu nikah kakak dengan suami pilih pakai tradisi nikahnya siapa? Tradisi nikah
Sumba atau Australia?
M : Saat nikah saya dengan suami sepakat untuk pake tradisi nikah orang Sumba, jadi
saya dengan dia waktu itu kenoto.
P : Bagaimana penyesuaian dengan keluarga suami? Apa kakak punya kesulitan

dalam penyesuaian diri dengan keluarga suami?
M : Kalau dengan keluarga dari suami tidak ada kendala sih, karena kami sudah
hidup masing-masing dan jauh dari keluarga sejauh ini tidak ada masalah soal
penyesuaian dengan keluarga.

P : Menurut kakak pribadi, apa hal yang menjadi landasan utama dan penting dalam
membina hubungan keluarga yang harmonis?
M : Menurut saya hal yang penting dalam membina hubungan rumah tangga yang
harmonis kita harus saling terbuka. Harus bisa lebih sabar hadapi orang yang beda
budaya dengan kita karena kita punya budaya, pola pikir juga kebiasaan hidup pasti
jelas beda dengan mereka jadi kita perlu menyesuaikan diri. Kadang memang saya
kita punya pola pikir dengan kebiasaan hidupnya mereka tidak sesuia tapi saya coba
untuk belajar pahami mereka punya pola pikir proses itu memang butuh kesabaran.
P : Apa kakak sama suami pernah punya salah paham atau konflik? Kalau ada, bisa
kakak cerita biasanya salah paham karena apa?
M : Kami sering konflik masalah kebiasaannya suami kalau pulang malam dengan
mabuk dia suka ajak bertengkar. Saya orangnya sabar dan tidak mau perpanjang
masalah setiap kali kami bertengkar. Saya hanya diam karena saya tau dia dalam
kondisi tidak sadar jadi saya tidak tanggapi apa yang dia omong.
P : Saat kakak dengan suami ada salah paham atau konflik, kira-kira siapa yang lebih

punya dominasi arahkan jalan keluar terbaik? Kakak atau suami?
M : Pas ada masalah biasanya siapa yang buat salah dia sudah yang minta maaf
begitu lebih dahulu. Kami orangnya sama-sama saling cepat untuk minta maaf dan
cepat untuk kasih maaf kalau ada masalah
P : Setelah menikah apakah kakak temukan kalau suami tidak konsisten dengan
perjanjian pernikahan? Bisa kakak cerita?
M : Sejauh ini yang saya lihat suami saya sangat konsisten dengan komitmen
pernikahan kami, dia orangnya setia walaupun dia tidak selalu sama-sama dengan
saya di Bali karena dia kerja di Australia, dia datang satu bulan satu kali. Kami tidak
pernah punya masalah perselingkuhan baik dari saya maupun suami.
P : Bagaimana dengan pola mendidik anak, kakak dengan suami cenderung mendidik
anak dengan nilai budaya apa? Budaya Sumba atau Australia?
M : Karena kami tinggal di Indonesia, kami didik anak-anak juga dengan budaya
Indonesia.

HASIL WAWANCARA INFORMAN 2
Nama

: Yosina H


Umur

: 42 Tahun

Tempat

: Kota ฀enpasar

Hari/Tanggal : Senin, 18 Januari 2016
Pukul

: 10.40-12.20 WITA

Saat saya berkunjung kerumah informan dua, saya disambut hangat sama
pasangan informan 2 yang akrab saya sapa Mamu (Bibi). Informan 2 ini saya kenal
karena kebetulan dia kenal keluarga saya di Sumba dan kami sering saling menyapa
lewat media sosial facebook.
P : Selamat sore mamu.
H : Selamat sore rambu, apa kabar rambu? Sampe Bali sudah dari kapan?
P : Baru datang kemarin tanggal ฀0 Desember mamu.

H : Ha kenapa tidak datang main di mamu punya rumah juga rambu?
P : Ini sudah mamu makanya saya datang.
H : Iya, bagaimana kabar kuliah rambu?
P : Baik mamu, ini saya datang karena ada perlu sama mamu sudah ini, mau
tanya-tanya tentang perkawinan campuran.
H : Yeha, iya rambu, tanya saja rambu apa yang rambu mau tanya.
P : Iya ini mamu saya mau tanya mamu dengan suami sudah berapa lama
menikah?
H : Kami nikah ฀8 April 200฀ jadi sudah hampir ฀5 tahun rambu.
P : Mamu bisa cerita kembali bagaimana pertemuan awal mamu dengan suami,
proses pendekatan, pacaran sampai menikah?
H : Saya dengan suami saling kenal bulan Juli tahun 2000, kami bertemu di Bali
kebetulan saya ke Bali untuk kursus komputer dan bahasa inggris. Ada teman saya
Melly waktu itu yang kerja di restaurant dia yang kasih kenal dengan suami saya

waktu itu. Pas kenalan kita rame-rame waktu itu, jadi saya punya suami ini traktir
kami semua minum bir. Tapi dia lihat saya tidak ikut minum bir jadi dia tanya, kamu
tidak minum bir? Saya bilang sama dia saya tidak minum, minuman beralkohol jadi
dia langsung beli kasih saya fanta sudah. Habis ketemu di restaurant, suami ajak saya
untuk ketemu lagi besoknya. Tapi karena saya salah tempat dan kami dua tidak saling

komunikasi, kami akhirnya tidak ketemu. Malamnya dia telepon lewat Melly dan
omong dengan saya, dia marah-marah karena dia bilang saya ingkar janji, saya juga
marah karena saya juga tunggu dan saya pikir dia tidak datang, karena dia tidak
percaya saya minta Melly jelaskan sama dia, akhirnya Melly jelaskan sama dia dan
dia minta maaf sudah waktu itu. Akhirnya dia minta untuk ketemu lagi besoknya di
Legian. Pas kami dua ketemu di Legian, kita saling cerita, dia sudah yang banyak
tanya baru dia minta email dan nomor telepon karena dia tinggal 2 hari mau pulang
ke Jerman. Setelah dia pulang ke Jerman dia kirim email kasih saya setiap hari
kadang juga dia telepon. Pas dia di Jerman dia kirim email untuk saya setiap hari,
kadang juga dia telepon saya tapi lewat nomor HPnya Melly. Nah, pas satu kali dia
kirim email dia bilang kalau suka sama saya. Waktu itu saya masih tidak percaya
karena saya pikir dia selama ini naksir dengan Melly, tapi dia bilang saya suka sama
kamu, dia kirim saya punya foto lewat email dan dia bilang kalau dia naksir dengan
saya. Saya langsung bilang suka juga sama dia. Jadi bulan oktober 200฀ dia datang
Jerman ke Bali selama dua minggu untuk ketemu saya. Dia datang supaya kami dua
bisa saling kenal satu sama lain dan supaya tahu kami dua cocok atau tidak. Karena
saya dengan suami sudah rasa dekat dan saling mencintai, suami suruh saya bikin
passport dan tahun 200฀ saya berangkat ke Jerman tanpa satu kata bahasa Jerman.
Saya hanya dapat visa 3 bulan saja dan ฀8 April 200฀ kami menikah di pemerintahan
di Jerman karena sistem disini harus menikah pertama di pemerintah dulu baru di

gereja jadi kami menikah secara pemerintahan dulu habis itu kami nikah gereja bulan
Mei.

P: Saat komunikasi sehari-hari mamu dengan suami biasanya pakai bahasa apa?
bahasa Inggris, bahasa Jerman atau bahasa Indonesia?
H : Sehari-hari saya dengan suami pakai bahasa Jerman kadang juga pakai Inggris.
Kalau anak dia bisa pakai bahasa Indonesia, bahasa Jerman sama bahasa Inggris.
P : Waktu nikah mamu dengan suami pilih pakai tradisi nikahnya siapa? Tradisi
nikah Sumba atau Jerman?
H : Waktu nikah kami tidak pake tradisi Sumba atau Jerman, kami nikah secara
pemerintahan Jerman. Habis itu baru pemberkatan nikah di gereja begitu rambu.
P : Oh iya mamu, baru bagaimana penyesuaian diri mamu dengan suami?
H : Pengalaman pertama kali mamu hidup di Jerman rasanya seperti hidup di penjara
rambu karena bahasanya sulit sekali. Setelah satu minggu saya di Jerman suami
bilang harus mulai kursus bahasa Jerman. Pas pulang kembali di Indonesia suami lagi
yang menyesuaikan diri dengan budayanya kita, tapi sejauh yang saya lihat dia sudah
bisa menyesuaikan diri.
P : Bagaimana penyesuaian dengan keluarga suami? Apa mamu punya kesulitan
dalam penyesuaian diri dengan keluarga suami?
H : Kalau penyesuaian diri dengan keluarga suami sejauh ini baik-baik saja rambu.

Waktu awal saya di Jerman keluarga tidak terlalu ikut campur soal pacaran,
tergantung dari anak kalau cocok atau tidak, apalagi anak laki-laki tidak sama dengan
orang sumba kita harus tau asal-usul keluarga suami atau istri, dia anaknya siapa,
keturunan apa, orang Jerman tidak begitu, mereka yang penting cocok. Jadi bebas
pilih pasangan hidup dan keluarga tidak terlalu ikut campur.
P : Menurut mamu pribadi, apa hal yang jadi landasan utama dan penting dalam
membina hubungan keluarga yang harmonis?
H : Kalau menurut saya pribadi hal yang paling penting dalam hubungan perkawinan,
saling terbuka juga jujur satu sama lain. Saling terbuka kalau ada sikap atau kata kami
yang tidak sesuai kami saling omong jujur satu sama lain. Hal penting lain juga kita
harus bisa sama-sama saling menyesuaikan diri dengan budaya masing-masing.

P : Apa ada kesamaan antara mamu dengan suami yang bisa munculkan satu
kesepakatan untuk jalan keluar dari konflik?
H : Kami punya hobi yang sama, kadang kalau saya tidak suka suami juga tidak suka.
Dari situ saya dan dia belajar saling mengerti satu sama lain.
P : Apa mamu sama suami pernah punya salah paham atau konflik? Kalau ada, bisa
mamu cerita biasanya salah paham karena apa?
H : Biasanya kami salah paham masalah anak saja, tau sendiri orang sumba, kalau
anak salah sedikit kita main pukul. Suami bilang tidak boleh, dia bilang harus
jelaskan namanya juga anak-anak, jadi kalau ada salah harus dijelaskan begitu, jangan
langsung marah atau pukul begitu itu saja. Kalau masalah cemburu atau orang ketiga
tidak ada.
P: Saat mamu dengan suami ada salah paham atau konflik, kira-kira siapa yang lebih
punya dominasi arahkan jalan keluar terbaik? Mamu atau suami?
H : Kalau ada masalah, harus selesaikan dengan empat mata sudah sampai tuntas.
Saya orangnya keras kepala, jadi kalau ada salah paham selalu suami sudah yang
mengalah.
P : Setelah nikah apa mamu temukan suami tidak konsisten dengan perjanjian
pernikahan? Bisa mamu cerita?
H : Suami sangat konsisten dengan dengan komitmen pernikahan, dia setia dan
selama ini kami tidak pernah punya masalah orang ketiga
P : Bisa mamu kasih gambaran tentang sifat suami?
H : Suami sifatnya pendiam, penyayang, dan sabar.
P : Bagaimana dengan pola mendidik anak, mamu dengan suami cenderung mendidik
anak dengan nilai budaya apa? Budaya Sumba atau Jerman?
H : Kalau soal didik anak, saya dengan suami sepakat kami sebagai orangtualah yang
jadi panutan budaya bagi anak kami.

HASIL WAWANCARA INFORMAN 3
Nama

: Herlina F

Umur

: 30 Tahun

Tempat

: Kota ฀enpasar

Hari/Tanggal : Selasa, 19 Januari 2016
Pukul

: 11.13-12.23 WITA
Saat saya berkunjung pertama kali kerumah informan 3, saya disambut hangat

oleh keluarga ini karena kebetulan sebelum saya berkunjung, saya dikenalkan terlebih
dahuluu via telepon oleh kakak saya yang kebetulan satu SMA dengan informan 3.
Setelah saling kenal ditelepon dan saya jelaskan saya ingin ketemu dan tanya-tanya
tentang pernikahan campuran akhirnya dia dengan senang hati mau menerima
kedatangan saya.
P : Tok, tok, tok. Halo selamat sore ibu, apa betul ini rumahnya ibu Herlina…?
F : Iya, saya ibu Herlina maaf siapa dan ada perlu apa ya?
P : Oh iya ini saya rambu yang tadi telepon kaka.
F : Oh maaf adik, saya tidak tau kalau adik yang nama rambu
P : Hehehehe, Tidak apa-apa kaka.
F : Ayo masuk adi, maaf sudah kakak tidak tahu kalau ini adik rambu
P : Oh iya kaka tidak apa-apa kakak.
F : Jadi, bagaimana adi? Apa ada yang bisa kakak bantu?
P : Oh begini kakak saya kesini sebenarnya mau tanya-tanya soal perkawinan
campuran.
F : Oke adik silahkan mau tanya apa?
P : Kalau boleh tau sudah berapa lama kakak menikah?
F : Kami nikah gereja dari 20฀3
P : Kakak bisa cerita kembali bagaimana pertemuan awal kakak dengan suami, proses
pendekatan, pacaran sampai menikah?

F : Dulu saya dengan suami saling kenal karena ketemu di Panti Asuhan Hammu
Pangia di Sumba tahun 20฀2. Waktu itu, suami datang di Sumba untuk kerja sebagai
relawan sosial (฀olunteer) dalam rangka pelayanan sosial selama tiga bulan. Waktu
itu kepala pengurus panti asuhan Hammu Pangia itu saya, jadi kami saling kenalan
sudah waktu itu, begitu sudah awal kami dua saling kenal. Pas sudah dua bulan kenal,
suami omong kalau dia suka sama saya, saya sebenarnya secara pribadi tertarik
dengan dia karena yang saya lihat dia orangnya baik hati dan sangat tulus. Waktu dia
bilang kalau dia suka dengan saya, saya juga bilang saya suka sama dia. Jadi waktu
itu kami dua pacaran. Sebelum dia pulang ke Belanda, kami dua saling tukar nomor
telepon dan id skype supaya bisa terus berkomunikasi. Pas dia di Belanda,
komunikasi kami lancar setiap hari telepon dan videocall lewat skype selama
beberapa bulan sebelum dia datang kembali lagi ke Sumba. Sebelum pulang ke
Belanda suami ngomong dengan saya secara personal kalau dia akan kembali ke
Sumba. Dia kasih saya mamuli mas Sumba sebagai ikatan hubungan dan janji antara
saya dan dia, mamuli ini juga tanda pengikat supaya saya jangan nikah dengan
oranglain. Selama kami komunikasi walaupun long distance kami dua merasa ada
kecocokan diantara kami, Jadi tahun 20฀3 suami saya datang ke Sumba sama-sama
dengan dia punya keluarga dari Belanda untuk masuk minta dan ikut prosesi adat
pernikahan Sumba. Setelah proses adat selesai, bulan Oktober tahun 20฀4 kami nikah
gereja.
P : Kalau komunikasi sehari-hari kakak dengan suami biasanya pakai bahasa apa?
bahasa Inggris, bahasa Belanda atau bahasa Indonesia?
F : Saya dengan suami kalau komunikasi biasanya pake bahasa Indonesia, kadang
juga pake bahasa Inggris, karena suami gampang menyesuaikan diri
P : Waktu nikah kakak dengan suami pilih pakai tradisi nikahnya siapa? Tradisi nikah
Sumba atau Belanda?
F : Saat menikah kami sepakat untuk ikut tradisi pernikahan Sumba Timur. Dia punya
keluarga angkat di Sumba sebenarnya menawarkan untuk tidak perlu repot-repot cari
hewan karena dia bukan orang sumba yang mengerti budaya sumba. Tapi dia bilang

kalau dia pakai sistem yang gampang itu sama seperti dia pergi beli makanan dipasar
katanya. Dia mau dia lewati proses yang orang sumba buat, supaya saya tahu benar
yang namanya belis istri katanya, jadi dia langsung antusias untuk ikut budaya
sumba. Jadi dia cari hewan dimana-mana, memang saya juga ikut bantu begitu, dia
beli hewan disekitar Haharu dan dia bangga karena dia mampu untuk beradaptasi
dengan budaya dengan melewati proses adat, orangtuanya juga ikut itu proses dari
pagi sampai sore.
P : Oh iya kakak, bagaimana penyesuaian diri kakak dengan suami?
F : Dalam keluarga kami sama-sama menyesuaikan diri, kami sama-sama belajar sifat
dan karakter masing-masing. Karena keluarga dia ada di luar Belanda, jadi lebih
banyak dia yang beradaptasi dengan keluarga saya. Saya tidak mau ikut dia ke
Belanda, karena saya punya tugas pelayanan di Bali yang tidak bisa saya tinggal. Jadi
kami tinggal di Bali. Dia orangnya gampang untuk beradaptasi dengan budaya
Sumba, kalau ada acara adat keluarga dia selalu ikut. Tapi saya susah adaptasi dengan
budayanya dia.
P : Bagaimana penyesuaian dengan keluarga suami? Apa kakak punya kesulitan
dalam penyesuaian diri dengan keluarga suami?
F : Kalau penyesuaian diri dengan keluarga suami, saya dan mertua sangat dekat
dekat. Saya punya bapa dengan mama mantu perlakukan saya seperti anak kandung
mereka sendiri. Mereka sangat care sama saya, mertua saya sudah seperti mama
kandung saya begitu juga dengan kakak ipar saya, kami sangat akrab satu dengan
yang lain. Begitu juga sebaliknya, suami saya saya sangat akrab dengan papa mama
dan keluarga saya yang lain.
P : Menurut kakak pribadi, apa hal yang menjadi landasan utama dan penting dalam
membina hubungan keluarga yang harmonis?
F : Kalau menurut saya pribadi, hal yang paling penting dalam membina hubungan
keluarga yang harmonis menurut saya harus saling percaya, saling jujur terbuka, dan
terus berkomunikasi dalam mengkomunikasikan apa yang menjadi masalah masingmasing.

P : Apa ada kesamaan antara kakak dengan suami dalam yang bisa munculkan satu
kesepakatan untuk memutuskan jalan keluar dari konflik?
F : Kami sama-sama pelupa, sama-sama punya rasa empati dan sama-sama suka
membantu sesama. Kami juga punya selera musik yang sama, sama-sama suka musik
klasik, hehehe. Sama-sama suka alam terbuka dan pegunungan.
P : Apa kakak sama suami pernah punya salah paham atau konflik? Kalau iya, bisa
kakak cerita biasanya salahpaham karena apa?
F : Kami sering salah paham masalah komunikasi. Suami orangnya kritis, banyak
tanya dan selalu pake logika. Jadi kesannya dia seperti selalu melawan dengan apa
yang saya omong, kalau menurut dia tidak berlogika dia akan terus tanya dan protes.
Kami juga sering salah paham soal kebiasaan, suami orangnya tidak suka yang terlalu
rapi-rapi sedangkan saya orangnya perfectionis, segala sesuatu dirumah harus perfect,
bersih, rapi dan segala rencana kedepan harus terlebih dahulu di agendakan.
Perbedaan inilah yang kadang-kadang buat kami salahpaham, tapi saya percaya
bahwa saya punya hubungan rumah tangga dengan dia akan baik-baik saja, saya tahu
bahwa ada beda budaya pasti ada konflik tapi saya sudah siap untuk itu sebaliknya
juga, saya bersyukur selama ini kami tidak pernah punya masalah rumah tangga yang
serius.
P : Saat kakak dengan suami ada salah paham atau konflik, kira-kira siapa yang
mendominasi arahkan jalan keluar terbaik? Kakak atau suami?
F : Suami paling cepat mengalah dan cepat membuat suasana jadi tenang. Tapi kami
tidak pernah ribut sampai masalah besar, paling adu mulut habis itu selesai sudah.
Dia orangnya suka lucu jadi kadang sementara ribut begitu dia omong-omong lucu ya
sudah selesai. Dia hampir tidak pernah marah. Dia marah hanya saat saya cerewet
berlebihan berlebihan, kalau dia marah saya cepat menangis dan minta maaf. Paling
ributnya cuman 5 menit. Kami punya prinsip masalah tidak boleh sampai besok dan
tidak boleh saling diam.
P: Setelah nikah apa kakak temukan suami tidak konsisten dengan perjanjian
pernikahan? Bisa kakak cerita?

F : Suami saya sangat konsisten terlebih masalah kepercayaan dan kesetiaan. Sampai
saat ini belum pernah kami bermasalah karena orang ketiga. Tahun lalu kami sempat
LDR selama satu tahun karena suami kerja di Belanda. Kami tetap saling setia dan
saling mendoakan hubungan kami supaya Tuhan menjaga hati kami masing-masing
P : Bisa kaka kasih gambaran tentang sifat suami?
F : Menurut saya suami orangnya sedikit keras kepala, dia orangnya juga mudah
berempati, sangat baik hati, pemaaf, rendah hati, gampang bergaul dan punya hati
suka empati bukan hanya simpati sama orang tapi ada tindakan untuk menolong
oranglain. Dia juga adalah malaikat untuk saya, dia selalu minta minta maaf untuk
hal-hal yang bukan kesalahannya. Contoh kalau saya frustasi atau marah karena
masalah pekerjaan dia selalu bilang, “sayang, itu bukan kamu punya salah, maaf
karena saya belum mampu jaga kamu dengan benar”. Hal yang paling berkesan
sampai sekarang, ketika dia mempraktekkan cintanya dengan cara yang sangat
sederhana. Kalau saya batuk dia langsung inisiatif untuk ambil air minum untuk saya.
Dan setiap malam dia selalu bilang terima kasih untuk apapun yang saya buat
sepanjang hari.
P : Bagaimana dengan pola mendidik anak, mamu dengan suami cenderung mendidik
anak dengan nilai budaya apa? Budaya sumba atau Belanda?
F : Sampai sekarang Tuhan belum kasih kami anak, tapi kami punya rencana kalau
kami besok punya anak, anak kami akan kami didik dengan budaya Indonesia saja.
Kalau budaya bapaknya mungkin nanti bisa dia pelajari setelah dia besar dan
mengerti.
P : Oh iya kakak, begitu saja dulu saya punya pertanyaan, nanti kalau ada pertanyaan
tambahan saya bisa kesini lagi toh kakak? Atau saya bisa hubungi kakak via telepon?
F : Oh iya adik bisa nanti mau ke sini juga boleh mau via telepon juga boleh. Adik
kan sudah simpan saya punya nomor handphone toh?
P : Iya kaka, saya langsung pamit pulang kaka e. Terima kasih banyak kakak sudah
mau membantu. Tetap langgeng ya kakak dan Tuhan memberkati kakak sekeluarga.
F : Amin adi, terima kasih doanya adik ya, hati-hati di jalan & sukses buat skripsinya.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western T1 362011069 BAB I

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western T1 362011069 BAB II

0 0 22

T1 362011069 BAB III

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western T1 362011069 BAB IV

0 4 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western T1 362011069 BAB V

0 1 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western T1 362011069 BAB VI

0 0 2

T1 362011069 Daftar Pustaka

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Stereotip Etnis Sabu, Sumba, Timor, dan Alor terhadap Etnis Rote di Kota Kupang

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepuasan Perkawinan pada Pasangan yang Belum Memiliki Anak

0 0 2