Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western T1 362011069 BAB VI
A VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa uraian yang telah dibahas, dapat dilihat bahwa komunikasi
antarpribadi yang dilakukan oleh pasangan perkawinan campuran etnis Sumba dan estern.
Setelah penulis melakukan penelitian dengan pembahasan melalui observasi, studi pustaka dan
wawancara mengenai komunikasi antarpribadi pasangan perkawinan campuran di Kota
Denpasar, penulis dapat memberikan kesimpulan berdasarkan analisa data dan pembahasan
sebagaiberikut:
1.
Proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan pasangan etnis Sumba dan estern terjadi
dalam siklus tahapan-tahapan hubungan antarpribadi mulai dari tahap perkenalan (tahap
orientasi) hingga pada tahap kebersamaan (tahap pertukaran stabil). Sikap keterbukaan
merupakan kunci dari komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh pasangan etnis Sumba
danestern.SikapketerbukaaninidimanfaatkanolehpasanganetnisSumbadanWestern
untuk membuka lapisan yang lebih dalam pasangannya atau untuk mengenal lebih dekat
kepribadian pasangannya. Sikap keterbukaan ini juga dimanfaatkan pasangan etnis Sumba
danesternuntukmengenalbudayapasangannyapadasaatperkenalan.Halinidilakukan
pasangan etnis Sumba dan estern dengan mulai memasuki siklus tahapan hubungan
antarpribadi dan tahap penetrasi sosial. Puncak dari kedua tahapan yaitu tahapan siklus
hubungan dan tahapan penetrasi sosial adalah kebersamaan yang ditandai dengan
pernikahan.
2.
Dalam prosesnya komunikasi antapribadi yang dilakukan oleh pasangan etnis Sumba dan
Western dilakukan dalam konteks komunikasi lintas budaya. Pada proses komunikasi
antarpribadi dalam hubungan perkawinan campuran atau perkawinan lintas budaya,
pasangan etnis Sumba dan estern akan melakukan proses penyesuaian diri. Penyesuaian
diri yang dilakukan oleh pasangan etnis Sumba dan estern dilakukan agar tidak terjadi
kejutanbudayajugauntukmenyelesaikankonflikyangterjadidalamkeluarga.
6.2. Saran
1.
Bagimasyarakatumumkhususnyapasanganyangakanmelakukanperkawinancampuran
agar dapat memahami komunikasi antarpribadi yang dilakukan pasangan perkawinan
campurandalamkontekskomunikasilintasbudayadenganmelakukanpengenalanbudaya
pasanganmasing-masingterlebihdahulusebelummasukpadatahapperkawinansehingga
tidak terjadi kejutan budaya maupun konflik yang melatarbelakangi perbedaan budaya
dalamhubunganperkawinan.
2.
Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan melihat faktor-faktor maupun
dampak yang mempengaruhi proses komunikasi antarpribadi pasangan perkawinan
campuranetnis-etnislainyangadadikotaDenpasar.Haliniperludilakukanuntukmelihat
faktor-faktor maupun dampak dari komunikasi yang mempengaruhi proses komunikasi
antarpribadiyangdilakukanpasanganperkawinancampuran.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa uraian yang telah dibahas, dapat dilihat bahwa komunikasi
antarpribadi yang dilakukan oleh pasangan perkawinan campuran etnis Sumba dan estern.
Setelah penulis melakukan penelitian dengan pembahasan melalui observasi, studi pustaka dan
wawancara mengenai komunikasi antarpribadi pasangan perkawinan campuran di Kota
Denpasar, penulis dapat memberikan kesimpulan berdasarkan analisa data dan pembahasan
sebagaiberikut:
1.
Proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan pasangan etnis Sumba dan estern terjadi
dalam siklus tahapan-tahapan hubungan antarpribadi mulai dari tahap perkenalan (tahap
orientasi) hingga pada tahap kebersamaan (tahap pertukaran stabil). Sikap keterbukaan
merupakan kunci dari komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh pasangan etnis Sumba
danestern.SikapketerbukaaninidimanfaatkanolehpasanganetnisSumbadanWestern
untuk membuka lapisan yang lebih dalam pasangannya atau untuk mengenal lebih dekat
kepribadian pasangannya. Sikap keterbukaan ini juga dimanfaatkan pasangan etnis Sumba
danesternuntukmengenalbudayapasangannyapadasaatperkenalan.Halinidilakukan
pasangan etnis Sumba dan estern dengan mulai memasuki siklus tahapan hubungan
antarpribadi dan tahap penetrasi sosial. Puncak dari kedua tahapan yaitu tahapan siklus
hubungan dan tahapan penetrasi sosial adalah kebersamaan yang ditandai dengan
pernikahan.
2.
Dalam prosesnya komunikasi antapribadi yang dilakukan oleh pasangan etnis Sumba dan
Western dilakukan dalam konteks komunikasi lintas budaya. Pada proses komunikasi
antarpribadi dalam hubungan perkawinan campuran atau perkawinan lintas budaya,
pasangan etnis Sumba dan estern akan melakukan proses penyesuaian diri. Penyesuaian
diri yang dilakukan oleh pasangan etnis Sumba dan estern dilakukan agar tidak terjadi
kejutanbudayajugauntukmenyelesaikankonflikyangterjadidalamkeluarga.
6.2. Saran
1.
Bagimasyarakatumumkhususnyapasanganyangakanmelakukanperkawinancampuran
agar dapat memahami komunikasi antarpribadi yang dilakukan pasangan perkawinan
campurandalamkontekskomunikasilintasbudayadenganmelakukanpengenalanbudaya
pasanganmasing-masingterlebihdahulusebelummasukpadatahapperkawinansehingga
tidak terjadi kejutan budaya maupun konflik yang melatarbelakangi perbedaan budaya
dalamhubunganperkawinan.
2.
Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan melihat faktor-faktor maupun
dampak yang mempengaruhi proses komunikasi antarpribadi pasangan perkawinan
campuranetnis-etnislainyangadadikotaDenpasar.Haliniperludilakukanuntukmelihat
faktor-faktor maupun dampak dari komunikasi yang mempengaruhi proses komunikasi
antarpribadiyangdilakukanpasanganperkawinancampuran.