Agrowisata Kopi Luwak di Petang, Badung.

LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dalam Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Periode Februari 2016

AGROWISATA KOPI LUWAK DI PETANG,
BADUNG

OLEH :
I PUTU DEDY SUMANTRA
1204205032

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR (REGULER)
2016

LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dalam Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Periode Februari 2016


AGROWISATA KOPI LUWAK DI PETANG,
BADUNG

PEMBIMBING :
Dr. Ir. Ni Ketut Ayu Siwalatri., MT.
Ir. I Ketut Muliawan Salain., MT.

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR (REGULER)
2016

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR
Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali
 (0361) 703384, 703320 Fax : 703384
www.ar.unud.ac.id


PERNYATAAN

Judul Tugas Akhir
Nama
NIM
Program Studi
Periode

: Agrowisata Kopi Luwak di Petang, Badung
: I Putu Dedy Sumantra
: 1204205032
: Arsitektur
: Pebruari 2016

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak terdapat karya pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan di dalam daftar pustaka.


Denpasar, 18 April 2016

I Putu Dedy Sumantra
NIM. 1204205032

ABSTRAK

ABSTRACT
Coffee is a brewed drink that made from roasted coffee beans. In the process of
coffee beans, there are some unique method to procees it such as wet process, dry
process and civet process. Coffee beans that processed by civet, it will produce a
product called civet coffee. Civet coffee is most expensive coffee because its
processed by civet naturally and got fermentation in civet’s stomach. Petang is a
place with a large of coffee plantation include arabica and robusta coffee. This is
a good way to make a agrotourism that focussed on coffee plantation and use
green architecture concept on its building to improve preservation of coffee
plantation in Petang. This agrotourism hoped can facilitate visitor who want to do
recreation and learn about civet coffee processed.
Keyword : coffee, civet coffee, coffee plantation, agrotourim, green architecture.


ABSTRAK
Kopi merupakan jenis minuman yang berasal hasil sangrai biji tanaman kopi.
Dalam pengolahan biji kopi terdapat berbagai metode pengolahan seperti
pengolahan basah dengan fermentasi ragi, pengolahan kering tanpa fermentasi
serta pengolahan biji kopi dengan menggunakan media hewan luwak sebagai
media fermentasi. Kopi luwak merupakan olahan kopi termahal karena proses
fermentasinya dilakukan secara alami di dalam perut luwak. Di daerah Petang
terdapat banyak perkebunan kopi mencakup kopi arabika dan kopi robusta. Hal
ini memberikan peluang besar dalam pengadaan sebuah agrowisata yang
terfokus pada produk kopi. Agrowisata ini lebih menonjolkan olahan kopi luwak
sebagai olahan utama. Pengadaan sebuah agrowisata yang menerapkan konsep
green arsitektur juga dapat membantu dalam pelestarian perkebunan kopi di
Kecamatan Petang. Agrowisata ini diharapkan mampu memfasilitasi masyarakat
yang ingin berwisata sekaligus menikmati alam perkebunan kopi dan
mempelajari proses pengolahan kopi luwak secara baik dan benar.
Kata Kunci: kopi, kopi luwak, perkebunan kopi, agrowisata, green arsitektur.
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat-Nyalah Laporan Seminar Tugas Akhir Arsitektur mengenai
“Agrowisata Kopi Luwak di Petang, Badung” ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Dalam

penyusunan

laporan

ini,

penulis

mendapatkan

bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan dan
penyelesaian laporan ini khususnya kepada :
1. Bapak Ir. I Wayan Meganada, MS. Ars. selaku Dosen Pembimbing I Mata
Kuliah Seminar Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Udayana.
2. Ibu Dr. Ir. Ni Ketut Ayu Siwalatri MT. Selaku Dosen Pembimbing I Mata
Kuliah Studio Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Udayana.
3. Bapak Ir. I Ketut Muliawan Salain, MT. selaku dosen pembimbing II Mata
Kuliah Seminar dan Studio Tugas akhir, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Udayana.
4. Bapar Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP. selaku Dosen Koordinator mata kuliah
Seminar Tugas Akhir
5. Bapak Ir. I Nyoman Surata, MT selaku Dosen Koordinator mata kuliah Studio
Tugas Akhir
6. Keluarga yang selalu memberikan dukungan moral, doa maupun material bagi
kelancaran penyusunan tugas akhir ini
7. Bapak I Wayan Dira selaku pemilik kopi luwak UD. Cipta Lestari Tabanan
yang telah memberikan informasi mengenai


kopi luwak beserta proses

pembuatannya.
8. Bapak I Gede Selamet selaku petani kopi di Plaga, Petang yang telah
memberikan informasi mengenai keadaan perkebunan kopi di daerah Plaga.

ii

9. Sahabat, Wayan Cakra Yudha yang selalu memberikan semangat dalam
mengerjakan studio tugas akhir ini.
10. Sahabat seperjuangan, Nadia, Ayuk, Bella, Betha, Tari, Jerry dan Adhi yang
selalu memberikan dukungan dan saran dalam mengerjakan tugas akhir ini.
11. Rekan, Angga Wiyana, Ewik, Trisa yang selalu memberikan solusi dalam
mengerjakan tugas akhir ini.
12. Teman-teman arsitektur Udayana 2012 serta rekan-rekan lain yang telah
membantu penyelesaian laporan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi laporan
ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


Denpasar, 18 April 2016
Penulis

I Putu Dedy Sumantra
NIM. 1204205032

iii

DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1

Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2


Rumusan Masalah ............................................................................... 3

1.3

Tujuan ................................................................................................. 3

1.4

Metode Perancangan ........................................................................... 3

BAB II PEMAHAMAN AGROWISATA KOPI LUWAK ................................. 6
2.1

Pemahaman Tentang Agrowisata ........................................................ 6
2.1.1 Pengertian Agrowisata .............................................................. 6

2.2

Pemahaman Mengenai Kopi ............................................................... 7

2.2.1 Pemahaman Mengenai Kopi Secara Umum .............................. 7
2.2.2 Pemahaman Mengenai Kopi Arabika dan Kopi Robusta .......... 8
2.2.3 Tinjauan Kopi Luwak ................................................................ 9

2.3

Pemahaman Mengenai Hewan Luwak ................................................ 11

2.4

Pemahaman Mengenai Pengolahan Kopi luwak .................................. 16

2.5

Studi Banding dengan Pusat Pengolahan Kopi Sejenis ...................... 17
2.5.1 UD. Cipta Lestari Tabanan ........................................................ 17
2.5.2 Pengolahan Kopi Kintamani Desa Catur Bangli ........................ 20
2.5.3Doi Chaang Coffee and Wild Civet Coffee ................................ 22
2.5.4 Kesimpulan dari Studi Banding ................................................. 24


2.5

Spesifikasi Umum Pusat Pengolahan Kopi ......................................... 25
2.6.1 Pengertian, Fungsi dan Tujuan ................................................... 25
2.6.2 Kegiatan ..................................................................................... 25
2.6.3 Fasilitas ...................................................................................... 26
2.6.4 Sistem Pengelolaan .................................................................... 26

BAB III STUDI PENGADAAN AGROWISATA KOPI LUWAK
DI PETANG, BADUNG ........................................................................... 28

iv

3.1

Studi Pengadaan Wilayah Perencanaan .............................................. 28
3.1.1 Kondisi Kabupaten Badung Sebagai Wilayah Perencanaan ...... 29
3.1.2 Studi Pengadaan Lokasi Perencanaan ........................................ 33
3.1.3 Kondisi Umum Kecamatan Petang ............................................ 33

3.2

Analisa S.W.O.T. Pengolahan Kopi Luwak di Petang, Badung ....... 38
3.2.1 Kekuatan (Strength) ................................................................... 38
3.2.2 Kelemahan (Weakness) .............................................................. 39
3.2.3 Peluang (Opportunity) ................................................................ 39
3.2.4 Tantangan (Threatning) ............................................................. 40
3.2.5 Kesimpulan Anilisis S.W.O.T .................................................... 40

3.3

Spesifikasi Khusus Pengolahan Kopi Luwak di Petang, Badung ...... 42

BAB IV TEMA DAN PEMROGRAMAN ........................................................... 46
4.1

Tema ................................................................................................... 46
4.1.1 Pendekatan Pemilihan Tema ...................................................... 46
4.1.2 Penentuan Tema ......................................................................... 46
4.1.3 Perwujudan Tema ....................................................................... 47

4.2

Program Ruang ................................................................................... 48
4.2.1 Program Fungsional ................................................................... 48
4.2.2 Program Performansi ................................................................. 53
4.2.3 Program Arsitektural ................................................................. 57

4.3

Program Tapak ................................................................................... 71
4.3.1 Analisa Kebutuhan Ruang tapak ................................................ 71
4.3.2 Analisa Pemilihan Tapak ........................................................... 71
4.3.3 Analisa Tapak ............................................................................ 74

BAB V KONSEP PERANCANGAN .................................................................... 85
5.1

Konsep Perancangan Tapak ............................................................... 85
5.1.1 Konsep Entrance Tapak ............................................................. 86
5.1.2 Konsep Zoning pada Tapak ........................................................ 88
5.1.3 Konsep Pola Massa .................................................................... 89
5.1.4 Konsep Bentuk Massa Bangunan .............................................. 91
5.1.5 Konsep Sirkulasi dan parkir ........................................................ 93
5.1.6 Konsep Ruang Luar .................................................................... 95

v

5.1.7 Konsep Utilitas Tapak ................................................................ 98
5.2

Konsep Perancangan Bangunan .......................................................... 102
5.2.1 Konsep Entrance Bangunan ....................................................... 102
5.2.2 Konsep Zoning Bangunan ......................................................... 104
5.2.3 Konsep Ruang Dalam Bangunan ............................................... 106
5.2.4 Konsep Tampilan Bangunan ...................................................... 107
5.2.5 Konsep Struktur Bangunan ........................................................ 110
5.2.6 Konsep Utilitas Bangunan .......................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 117

vi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1

Diagram Metode Perancangan ............................................................ 5

Gambar 2.1

Sketsa Pohon Kopi Arabika ................................................................ 8

Gambar 2.2

Sketsa Pohon Kopi Robusta ................................................................ 9

Gambar 2.3

Bentuk kopi dan kotoran luwak .......................................................... 10

Gambar 2.4

Hewan Luwak ..................................................................................... 12

Gambar 2.5

Produk UD. Cipta Lestari Tabanan ..................................................... 18

Gambar 2.6

Kandang Luwak UD. Cipta Lestari Tabanan ...................................... 18

Gambar 2.7

Alat Tester Kopi UD. Cipta Lestari Tabanan....................................... 19

Gambar 2.8

Pekerja pada UD. Cipta Lestari Tabanan ............................................ 19

Gambar 2.9

Ruang Pemasaran dan Gudang Kopi ................................................... 20

Gambar 2.10 Entrance Agrowisata Bhuana Amertha Sari ....................................... 20
Gambar 2.11 Bhuana Amertha Sari .......................................................................... 21
Gambar 2.12 Jalur Trecking Bhuana Amertha Sari .................................................. 21
Gambar 2.11 Bhuana Amertha Sari .......................................................................... 21
Gambar 2.12 Jalur Trecking Bhuana Amertha Sari .................................................. 21
Gambar 2.13

Cafe Bali Amertha Sari ...................................................................... 22

Gambar 2.14 Industri dan Agrowisata Doi Chaang .................................................. 23
Gambar 2.15 Petani Doi Chang menemukan feses luwak liar .................................. 23
Gambar 3.1

Peta Pulau Bali .................................................................................... 29

Gambar 3.2

Peta Kabupaten Badung ...................................................................... 29

Gambar 3.3

Peta Kabupaten Badung ...................................................................... 34

Gambar 3.4

Peta Kecamatan Petang ....................................................................... 34

Gambar 3.5

Air terjun Nungnung dan Jembatan Tukad Bangkung ......................... 37

Gambar 3.6

Diagram Tujuan Agrowisata Kopi Luwak ........................................... 43

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Pengolahan Kopi Luwak di Petang ..................... 50

Gambar 4.2

Alur Kegiatan Pengunjung .................................................................. 51

Gambar 4.3

Alur Kegiatan Pengelola ..................................................................... 52

Gambar 4.4

Alur Barang Kopi Luwak Pengolahan Kopi Luwak .......................... 53

Gambar 4.7

Kelompok Ruang Makro ..................................................................... 65

Gambar 4.8

Hubungan Ruang Mikro Ruang Produksi ........................................... 65

Gambar 4.9

Hubungan Ruang Mikro Ruang Pengelola ......................................... 67

vii

Gambar 4.10 Hubungan Ruang Mikro Ruang Penunjang ........................................ 67
Gambar 4.11 Hubungan Ruang Mikro Ruang Servis ............................................... 68
Gambar 4.12 Sirkulasi Civitas pada Pengolahan Kopi Luwak ................................ 69
Gambar 4.13 Organisasi Ruang pada Pengolahan Kopi Luwak .............................. 70
Gambar 4.14 Alternatif Tapak 1 ............................................................................... 72
Gambar 4.15 Alternatif Tapak 2 ............................................................................... 73
Gambar 4.16 Lokasi Tapak Alternatif 1 ................................................................... 74
Gambar 4.17 Bentuk site ........................................................................................... 75
Gambar 4.18 Area BUA pada Tapak ........................................................................ 76
Gambar 4.19 Iklim pada Tapak ................................................................................. 77
Gambar 4.20 Topografi Tapak, Hidrologi, Drainase Tapak ..................................... 79
Gambar 4.22 View Ke Luar Tapak ........................................................................... 86
Gambar 4.23 Kebisingan pada Tapak ........................................................................ 87
Gambar 4.24 Utilitas Tapak ...................................................................................... 88
Gambar 5.1

Entrance Tapak ................................................................................... .88

Gambar 5.2

Zoning Tapak ...................................................................................... 89

Gambar 5.3

Pola Massa Bangunan ......................................................................... 91

Gambar 5.4

Bentuk Dasar Bangunan ....................................................................... 92

Gambar 5.5

Bentuk Massa Bangunan ..................................................................... 93

Gambar 5.6

Konsep Parkir ....................................................................................... 95

Gambar 5.7

Jaringan Air Bersih ............................................................................. 97

Gambar 5.8

Sistem Penanganan Air Hujan ............................................................ 98

Gambar 5.9

Sistem Jaringan Listrik pada Tapak .................................................... 99

Gambar 5.10 Jaringan Telepon pada Tapak .............................................................. 100
Gambar 5.11 Jaringan Pemadam Kebakaran pada Tapak......................................... 101
Gambar 5.12 Entrance Bangunan Utama ................................................................. 103
Gambar 5.13 Konsep Zoning Ruang Bangunan ....................................................... 105
Gambar 5.14 Konsep Ruang Dalam pada Ruang Bangunan .................................... 109
Gambar 5.15 Tampilan Bangunan Produksi dan Green House ................................ 110
Gambar 5.16 Tampilan Bangunan Utama ................................................................. 114

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Kopi Arabika dan Kopi Robusta ..................................................... 10
Tabel 2.2 Perbandingan Proyek Sejenis ............................................................................ 25
Tabel 3.1 Kecamatan di Kabupaten Badung beserta Luas Wilayahnya tahun 2013 ........ 30
Tabel 3.2 Statistik Wisnus dan Wisman ........................................................................... 31
Tabel 3.3 Wilayah Pembangunan Kabupaten Badung ...................................................... 32
Tabel 3.4 Luas Wilayah Pengembangan Tanah Tiap Desa pada Kecamatan Petang ....... 35
Tabel 3.5 Luas Tanam Kopi Serta Hasil Produksi Kopi di Kecamatan Petang ................ 37
Tabel 3.7 Rekomendasi terhadap Hambatan dan Tantangan ............................................ 41
Tabel 4.1 Program Performansi Pengolahan Kopi Luwak di Petang, Badung ................ 54
Tabel 4.2 Studi Kapasitas Area Pengelola ........................................................................ 58
Tabel 4.3 Program Arsitektural Pengolahan Kopi Luwak di Petang Badung .................. 59
Tabel 4.4 Rekapitulasi Luasan Ruang ............................................................................... 65
Tabel 4.5 Analisa Kriteria Pemilihan Tapak ..................................................................... 73

ix

BAB I
PENDAHULUAN

Untuk memberikan gambaran umum dari isi laporan ini, maka bab ini akan
menjelaskan tentang latar belakang yang mendukung lahirnya pengadaan suatu agrowisata
kopi luwak dengan masalah dan tujuan yang ingin dicapai
1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Tak terkecuali

di bidang perkebunannya. Salah satu hasil perkebunan di Indonesia yang dapat dikagumi
adalah kopi. Di dunia perkopian internasional, posisi Indonesia dinilai cukup strategis
karena Indonesia merupakan negara pengekspor kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan
Vietnam. Produktivitas kopi Indonesia mencapai 1.250 ton per tahun lebih rendah bila
dibandingkan dengan Vietnam 22.000 ton pertahun dan Brazil 50.826 pertahun
(International Coffee Organization, 2012). Kopi di Indonesia memiliki keragaman nama
sesuai daerah tumbuhnya seperti kopi ateng catimor Sumatra, kopi sigarar utang di NTT,
1

dan kopi Bali. Namun dari keragaman nama tersebut, di Indonesia sebenarnya memiliki
dua jenis kopi yaitu kopi Arabika dan kopi robusta (Setiawati, 2007 : 2).
Kopi Luwak dikenal sebagai kopi yang paling mahal dan khas, yang sampai
sekarang diproduksi dalam jumlah terbatas (Puslitkoka, 2015). Keistimewaan dari kopi
luwak adalah sebelum kopi menjadi kering, biji kopi telah melewati pencernaan di dalam
perut luwak jenis Paradoxorus hermaphroditus, salah satu jenis Luwak Indonesia.
Menurut data Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia tahun 2015, harga kopi luwak
arabika Jawa mentah dapat mencapai 40$ atau sekitar Rp. 480.000,00 per kg. Harga yang
mahal ini dikarenakan rasa dan kualitas dari kopi luwak berbeda dengan kopi non-luwak
lainnya.
Petang merupakan daerah Kecamatan yang berlokasi di Kabupaten Badung dan
memiliki tujuh Desa diantaranya Desa Carangsari, Desa Getasan, Desa Pangsan, Desa
Petang, Desa Sulangai, Desa Pelaga dan Desa Belok. Luas areal Petang adalah 115 Km 2
dan areal perkebunannya mencapai 2.166 Ha (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2014).
Kecamatan Petang merupakan daerah dingin dan sejuk sehingga cocok dalam area tumbuh
tanaman kopi. Areal tanam kopi di Kecamatan Petang 1.758,08 Ha dan produksinya
mencapai 416,68 ton (Petang dalam Angka, 2014). Desa Pelaga dan Desa Belok adalah
dua Desa yang memiliki luas tanam dan produksi kopi terbanyak mencapai 70% dari
totalnya. Hal ini menjadikan profesi petani kopi sebagai profesi terbanyak di Desa Pelaga
dan Desa Belok. Hasil produksi kopi yang melimpah ini menjadikan Petang sebagai
penghasil kopi kelima terbesar di Bali. Petang juga memiliki pemandangan perkebunan
dan alamnya yang sangat indah. Seharusnya pemandangan indah perkebunan kopi ini
dimanfaatkan dengan baik dengan pengadaan sebuah agrowisata kopi.
Agrowisata kopi merupakan salah satu cara dalam pelestarian lingkungan
perkebunan kopi. Agrowisata kopi luwak ini menerapkan sistem luwak dikandangkan
dengan pohon kopi secara langsung. Agrowisata ini diharapkan dapat mampu
memfasilitasi masyarakat yang ingin berwisata sekaligus menikmati alam perkebunan kopi
dan mempelajari proses pengolahan kopi luwak yang baik dan benar

2

1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang didapat berdasarkan latar belakang adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana spesifikasi umum dari sebuah agrowisata kopi luwak?
b. Bagaimana spesifikasi khusus dari pengadaan agrowisata kopi luwak di Petang?
c. Bagaimana tema perancangan dan pemrograman ruang dari pengadaan agrowisata
kopi luwak di Petang?
d. Bagaimana konsep perancangan yang dapat ditransformasikan ke dalam wujud fisik
bangunan agrowisata kopi luwak di Petang?
1.3

Tujuan
Tujuan yang didapat berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat adalah

sebagai acuan dalam mendesain agrowisata kopi luwak di Petang, Badung yang kemudian
dapat ditransformasikan pada tahapan desain fisik agrowisata kopi luwak ini yang meliputi
penentuan spesifikasi umum dan spesifikasi khusus, penentuan tema, perancangan dan
pemrograman ruang serta identifikasi terhadap konsep-konsep dalam perancangan
agrowisata kopi luwak di Petang, Badung.
1.4

Metode Perancangan
Metode perancangan yang digunakan mengikuti metode perancangan yang merujuk

pada teori proses perancangan lima langkah. Proses perancangan lima langkah terdiri dari :
permulaan, persiapan, pembuatan usulan, evaluasi dan tindakan. (Snyder, 1984 : 60). Pada
proses ini juga akan terjadi proses umpan balik yang menyempurnakan hasil dari masingmasing proses tersebut. Lima tahapan proses tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahap Permulaan
Tahap permulaan merupakan proses penjabaran mengenai seluruh permasalahan yang
harus dipecahkan. Pada perancangan agrowisata kopi luwak di Petang proses ini
terdapat pada Bab I yaitu latar belakang, rumusan masalah dan tujuan. Proses
permulaan ini merupakan batasan sampai dimana permasalahan pada agrowisata kopi
luwak ini akan dipecahkan mulai dari segi fisik hingga non fisik. Dari proses
permulaan awal ini akan ditentukan seluruh informasi yang harus dikumpulkan untuk
merancang sebuah agrowisata kopi luwak.

3

2. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap pengumpulan dan analisis data mengenai
permasalahan yang harus dipecahkan. Pada perancangan agrowisata kopi luwak di
Petang tahap ini ada pada Bab II dan Bab III yaitu pemahaman mengenai proyek yang
ditinjau dari berbagai pustaka-pustaka, studi banding ke proyek sejenis serta studi
pengadaan proyek yang berkaitan dengan tinjauan lokasi.
Pada pengumpulan data terdapat dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk
menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian eksploratif,
deskriptif, maupun kausal (Hermawan, 2005 :168). Data primer dapat diperoleh
melalui wawancara mengenai proses pengolahan kopi luwak kepada Bapak I Wayan
Dira selaku pemilik industri dan wisata kopi luwak UD. Cipta Lestari di Tabanan,
Bapak Gede Selamet sebagai salah satu petani kopi di Petang dan observasi mengenai
lokasi dan tapak untuk agrowisata kopi luwak di Petang. Data sekunder merupakan
struktur data historis mengenai variabel-variabel yang telah dikumpulkan dan dihimpun
sebelumnya oleh pihak lain (Hermawan, 2005 : 168). Data sekunder diperoleh dari
studi literatur melalui buku-buku, koran, internet serta data instansional mengenai
peraturan yang berkaitan dengan pengadaan agrowisata kopi luwak di Petang.
3. Tahap Pembuatan Usulan
Tahap pembuatan usulan merupakan tahapan pengajuan usulan terhadap permasalahan
yang telah dirumuskan berdasarkan data yang ada dan hasil analisis. Pada perancangan
agrowisata kopi luwak di Petang tahapan tersebut ada pada Bab IV dan Bab V yaitu
pada penentuan tema, pemrograman dan konsep. Dari konsep tersebut akan dilanjutkan
pada rancangan akhir yang akan dikerjakan pada studio tugas akhir. Pada studio
tersebut juga akan terdapat proses evaluasi dan proses umpan balik.
4. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahapan penilaian terhadap usulan-usulan yang telah dibuat.
Tahap evaluasi sebenarnya sudah terdapat pada tahapan konsep-konsep perancangan
yaitu mengevaluasi konsep-konsep yang telah dibuat agar sesuai dengan tema dari
pengadaan agrowisata kopi luwak di Petang.

4

5. Tahap Tindakan
Tahap tindakan merupakan tahapan desain pra rancangan dan detail rancangan.
Tahapan tersebut akan dilalui pada saat memasuki studio tugas akhir. Diagram dari
proses kerja dalam laporan perancangan agrowisata kopi luwak di Petang, Badung akan
digambarkan pada Gambar 1.1.
JUDUL & IDE AWAL

PERMULAAN

KAJIAN

STUDI

PUSTAKA

BANDING

PERSIAPAN

SPESIFIKASI

LOKASI

UMUM

PROYEK

SPESIFIKASI
KHUSUS

PROGRAM RUANG

PROGRAM

(FUNGSIONAL – PERFORMANSI –

TAPAK

TEMA

ARSITEKTURAL)
PEMBUATAN
USULAN





KONSEP PERANCANGAN
KONSEP TAPAK ( ENTRANCE, ZONING, R. LUAR DAN UTILITAS)
KONSEP BANGUNAN ( ENTRANCE, ZONING, BENTUK MASA,
RUANG

DALAM,

TAMPILAN

BANGUNAN,

EVALUASI

STRUKTUR

BANGUNAN DAN UTILITAS)

DESAIN

TINDAKAN

Gambar 1.1 Diagram proses kerja perancangan agrowisata kopi luwak di Petang, Badung

5

BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP AGROWISATA KOPI LUWAK

Untuk mengetahui dan memahami maksud dari tujuan pengadaan agrowisata kopi
luwak, maka dari itu pertama-tama perlu dibuat suatu pemahaman terhadap proyek.
Pemahaman terhadap proyek meliputi pemahaman tentang agrowisata, pemahaman tentang
kopi secara umum, pemahaman tentang luwak, pemahaman tentang pengolahan kopi
luwak, studi banding ke proyek sejenis, serta spesifikasi umum tentang agrowisata kopi
luwak.
2.1

Pemahaman Tentang Agrowisata
Terdapat berbagai pengertian mengenai agrowisata yang ditulis dalam berbagai

sumber, antara lain :
1. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian
(agro) sebagai objek wisata (Departemen Pertanian, http://database.deptan.go.id)

6

2. Agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk
pengembangan pariwisata sekaligus pertanian dalam kaitannya dengan pelestarian
lingkungan dan peningkatan kesejahteraan petani. (Sutjipta, 2001)
3. Agritourism is basically where agriculture and tourism intersect, as farms and ranches
invite the public onto their property to experience the out of doors, the leisure pace,
and the healthy and nutritious produce that is only possible when it is fresh picked at
the peak of perfection.
Artinya : Agrowisata merupakan pergabungan antara perkebunan dan wisata rekreasi,
mengajak pengunjung untuk menikmati wisata perkebunan mereka secara out-door
kemudian melakukan pemetikan produk perkebunan langsung secara alami dan sehat.
(Eckert, 2015)
Dapat disimpulkan bahwa agrowisata merupakan kegiatan wisata perkebunan
dimana pengunjung diajak untuk merasakan nuansa perkebunan alami serta menikmati
langsung produk perkebunan tersebut.
2.2

Pemahaman Mengenai Kopi
Dalam pemahaman mengenai kopi akan dibahas terkait pemahaman kopi secara

umum serta pemahaman mengenai kopi luwak.
2.2.1 Pemahaman Mengenai Kopi Secara Umum
Kopi adalah minuman yang diekstrasi dari penyangraian biji kopi dan berasal dari
pohon kopi. Dua varietas pohon kopi yang dikenal oleh masyarakat secara umum yaitu
Kopi Robusta (Coffea Canephora) dan Kopi Arabika (Coffea Arabica).
Klasifikasi kopi secara ilmiah termasuk dalam Kingdom Plantae, Ordo Gentianales,
Famili Rubiaceae, Upafamili Ixoroideae, Bangsa Coffeeae, dan Genus Coffea. Dalam
sejarahnya kopi sebenarnya bermula di Afrika. Era penemuan biji kopi dimulai sekitar
tahun 800 SM. Pada saat itu banyak orang Etiopia mengonsumsi biji kopi yang
dicampurkan dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh
dan protein. Penemuan kopi sebenarnya tidak sengaja, ketika pengembala bernama Khalid
(seorang Abyssinia) mengamati kawanan kambing gembalanya yang tetap terjaga bahkan
setelah matahari terbenam, setelah memakan sejenis buah beri. Ia pun mencoba memasak

7

dan memakannya dengan cara konvensional hingga akhirnya kebiasaan ini berkembang
dan menyebar ke berbagai negara di Afrika hingga ke dunia.
Di arab sendiri biji kopi tidak hanya dimasak namun juga direbus untuk diambil
sarinya. Pada abad ke-13 umat muslim banyak mengonsumsi kopi sebagai minuman
penambah energi saat beribadah di malam hari. Kepopulerannya pun turut meningkat
seiiring dengan penyebaran agama islam pada saat itu.
Biji kopi dibawa masuk ke Eropa pertama kali secara resmi pada tahun 1615 oleh
saudagar Venesia. Ia mendapatkan pasokan biji kopi dari orang Turki, namun jumlah ini
tidaklah

mencukupi

kebutuhan

pasar.

Oleh

kerena

itu,

bangsa

Eropa

mulai

membudidayakannya pada tahun 1616. Dari sinilah dimulai perkembangan budidaya
tanaman kopi di Eropa. Kemudian pada tahun 1690, biji kopi dibawa ke Pulau Jawa untuk
dikultivasi secara besar-besaran. Pada saat itu, Indonesia masih merupakan negara jajahan
kolonial Belanda.
Kopi memiliki berbagai jenis, nama dan varietas. Dari sekian banyak biji kopi yang
dijual di pasaran, hanya terdapat dua jenis varietas utama yaitu kopi Arabika dan kopi
robusta yang masing-masing varietas ini memiliki keuikannya masing- masing dan
pasarnya sendiri. (https//en.wikipedia.com/coffee.html, diakses tanggal 7 Oktober 2015)
A.

Kopi Arabika – Coffea abarica L.
Kopi Arabika atau yang di dalam dunia

ilmiahnya dikenal dengan nama Coffea arabica
termasuk dalam suku kopi-kopian. (Setiawati, 2007 :
6) Tanamannya merupakan perdu yang tinggi dan
bisa mencapai 10 m apabila tidak dipangkas.
Batangnya berwarna agak kelabu dan bercabangcabang banyak. Daunnya bundar telur memanjang
dengan bagian ujung yang runcing. Warna daun
hijau, mengkilap pada permukaan atasnya. Sketsa
bentuk tanaman kopi arabika dapat dilihat pada
Gambar 2.1. Bunganya tersusun dalam bulir yang
keluar dari ketiak daun cabang yang mekar secara

Gambar 2.1 Sketsa pohon kopi arabika
Sumber : Setiawati , 2007 : 4

bergiliran. Warna bunganya putih bersih, harum
8

baunya. Buahnya adalah buah batu, berwarna hijau pada waktu muda dan merah keunguunguan bila telah masak, dan berubah hitam sesudah dikeringkan.
Jenis ini tumbuh baik pada tanah yang gembur dan mengandung banyak humus.
Curah hujan harus cukup dengan masa kering 3-4 bulan. Kopi Arabika sangat peka
terhadap penyakit cacar daun, Hemelia Vastatrix. Penyakit ini terutama menyerang
pertanaman kopi di dataran rendah sampai kepada ketinggian 1000 m dpl. Oleh karena itu
kopi Arabika umumnya ditanam di daerah pegunungan pada ketinggian 1000-1700 m dpl.
(Setiawati, 2007 : 5).
B.

Kopi Robusta – Coffea canephora Pierre ex Froehner.
Di Indonesia selain kopi arabika, ditanam pula kopi robusta. Nama botaninya yang

lama ialah Coffea Robusta, yang berasal dari kata “robust” yang berarti kekar, tercermin
pada perawakannya yang kokoh dan kuat. Nama baru untuk jenis ini adalah Coffea
Canephora.
Di perkebunan tingginya biasanya tidak lebih
dari 4 m karena selalu dipangkas. Apabila tidak
dipangkas tinggi pohon bisa mencapai 2-3 kali lipat.
Batangnya lebih besar bila dibandingkan dengan
batang kopi arabika. Sketsa bentuk pohon arabika
dapat dilihat pada Gambar 2.2. Daunnya berbentuk
lonjong, lebar, dengan bagian pangkal yang tumpul
atau membundar, sedangkan ujungnya meruncing.
Bunganya

muncul

pada

cabang-cabang

yang

mendatar, menggerombol, umumnya terdiri atas 2-4
bunga yang tak bertangkai pada setiap gerombol.
Warna bunga putih dan baunya sangat harum.

Gambar 2.2 Sketsa pohon kopi Robusta
Sumber : Setiawati, 2007 : 6

Buahnya termasuk buah batu, berwarna merah coklat
kebiruan kalau sudah masak.
Seperti juga kopi arabika, kopi ini dapat diperbanyak dengan biji, setek atau
sambungan. Bibit kopi ditanam dalam lubang-lubang dengan jarak 2.5 x 2.5 atau 3 x 3 m.
Pemangkasan juga diperlukan untuk mengatur produksi, dan membentuk pohon yang

9

serasi, untuk mempermudah pemetikan atau untuk tujuan peremajaan. Tanaman peneduh
juga diperlukan, misalkan lamtoro, sengon dan lain-lain. (Setiawati, 2007 : 6).
Kopi Arabika dan kopi robusta memiliki perbedaan yang khas, mulai dari bentuk
pohon hingga rasa dari kopi itu sendiri. Secara detail perbedaan dari kopi Arabika dan kopi
robusta dapat dilihat di Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan Kopi Arabika dan Kopi Robusta
Tahun Ditemukan
Kromosom (2n)
Waktu dari berbunga sampai berbuah
Berbunga
Buah matang
Produksi (kg/ha)
Akar
Temperatur optimal (rata2 /tahun)
Curah hujan Optimal
Pertumbuhan maksimum
Kandungan Kafein
Bentuk biji
Karaktek rebusan

ARABIKA
1753
44
9 bulan
Setelah hujan
Jatuh
1500 -3000
Dalam
15-24oC
1500 2000 mm
1000-2000 m
0.8 – 1.4 %
Datar
Asam

ROBUSTA
1895
22
10-11 bulan
Tidak tetap
Di pohon
2300 – 4000
Dangkal
24-30oC
2000-3000 mm
0-700 m
1.7-4.0 %
Oval
Pahit

Sumber International Coffee Organization 2015

2.2.2. Pemahaman Kopi Luwak.
Kopi luwak merupakan kopi yang memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran
baik tingkat lokal, regional maupun internasional. Kopi luwak (Civet Coffee) adalah jenis
kopi dari biji kopi yang telah dimakan oleh binatang sejenis musang bernama luwak
(Paradoxurus Hermaphodirus), buah kopi tersebut kemudian mengalami proses fermentasi
secara alami di dalam sistem pencernaan luwak (Aysah, 2013). Bentuk kotoran luwak
sebagai bahan utama kopi luwak dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Bentuk kopi luwak dari kotoran luwak
Sumber : www.refreshingpage.com/kopiluwak.

10

Proses fermentasi alami yang terjadi dalam perut luwak mengakibatkan terjadinya
perubahan komposisi kimia pada biji kopi dan meningkatkan kualitas rasa kopi, karena
selain berada pada suhu fermentasi optimal juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang
ada pada pencernaan luwak. Kopi luwak mengandung kafein yang sangat rendah hanya
0.5-1 persen. Rendahnya kadar kafein kopi luwak ini disebabkan oleh proses fermentasi
dalam sistem pencernaan luwak yang mampu mengurangi kadar kafein kopi sehingga
dapat menciptakan kenikmatan pada kopi luwak dan aroma yang sangat harum.
Kopi luwak ini telah terkenal sampai luar negeri. Kopi ini sangat terkenal karena
harganya yang sangat mahal. Di hongkong sekitar Rp. 300.000,00 – Rp. 400.000,00 di
Jerman sekitar Rp. 240.000,00 di Denpasar Bali sekitar Rp 250.000,00 sementara di
Inggris kopi luwak dijual dengan harga hampir Rp 1.000.000,00 per cangkirnya (Buldani,
2011)
Melihat hal inilah banyak masyarakat yang mulai untuk mengembangkan
penangkaran luwak sebagai agrowisata kopi luwak. Jika luwak dibiarkan dikurung dalam
kandang kecil dan dipaksa untuk memakan biji kopi tanpa kehendak dari luwak tersebut
maka luwak akan merasa stress dan terluka jika dikurung dalam kandang. Untuk itu lah
sebuah program anti penangkaran luwak untuk kopi luwak liar sebenarnya lebih efektif
untuk mendapatkan kopi luwak yang berkualitas. Luwak tidak dipaksa dan dilepaskan
untuk memilih dan menyortir biji kopi pada pohon kopi langsung. Sehingga akan
didapatkan kualitas biji kopi luwak yang lebih bermutu. Hal inilah yang mulai
dikembangkan oleh world animal protection dalam kampanyenya yang berjudul Civet
coffee: campaigning for cage-free. Kampanye ini menyatakan bahwa luwak yang
dimanfaatkan untuk produksi kopi luwak tidak sebaiknya dikurung dalam kandang kecil
karena hal ini akan membuat luwak stres dan mudah mati.
2.3 Pemahaman Mengenai Hewan Luwak
Dalam pemahaman mengenai hewan luwak akan dijabarkan beberapa poin penting
mulai dari ciri-ciri hewan luwak, kebiasaan hingga status konservasi dari hewan luwak.
1.

Ciri-ciri
Musang Luwak adalah hewan menyusu (mamalia) yang termasuk ke dalam suku
musang dan garangan (Viverridae). Nama ilmiah musang luwak adalah Paradoxurus
hermaphroditus. Di Indonesia kerap dinamai sebagai musang luwak sedangkan di
11

Malaysia dikenal dengan musang pulut. Musang luwak memiliki tubuh sedang
dengan panjang total sekitar 90 cm termasuk ekor. Musang luwak memiliki warna
abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam coklat mulus. Wujud dari musang luwak
dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Hewan Luwak

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Musang_luwak

Musang luwak memiliki sisi tubuh atas abu kecoklatan dengan variasi coklat merah
tua hingga kehijauan. Pada areal punggung biasanya terdapat jalur tiga atau lima
garis gelak yang terputus-putus membentuk deretan bintik besar. Sisi samping dan
bagia perut musang luwak lebih pucat dari sisi atasnya. Wajah , kaki dan ekor
musang luwak berwarna coklat gelap hingga hitam. Dahi dan sisi samping wajah
hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan layaknya uban. Untuk posisi
kelamin musang betina dekat dengan anus dan memiliki tiga pasang puting susu,
sedangkan posisi kelamin musang jantan dekat dengan pusar musang tersebut.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Musang_luwak, diakses 28 November 2015)
2.

Jenis kekerabatan dan Penyebarannya
Musang luwak memiliki nama ilmiah Paradoxurus hermaphroditus. Ada empat
spesies musang dari marga Paradoxurus, antara lain:
a. Paradoxurus hermaphroditus, musang luwak, yang menyebar luas mulai
dari India dan bagian utara Pakistan di barat, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Asia
Tenggara, Tiongkok selatan, Semenanjung Malaya hingga ke Filipina.
12

b. Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka.
c. Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India selatan.
d. Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Musang_luwak, diakses 28 November 2015)
3.

Habitat
Musang luwak sebenarnya dapat hidup di berbagai habiatat termasuk di areal
perkotaan seperti taman, perkebunan dan kebun buah-buahan. Namun secara alami
habitat luwak adalah di daerah tropis dan sub tropis. Habitat luwak bergantung
kepada ketersediaan makanan dan ketersediaan ruang bagi mereka untuk
bergelantungan dan beristirahat seperti di pohon, cekungan batu dan di dedaunan
lebat. Luwak bersifat arboreal yaitu hewan yang menghabiskan waktu mereka di
pohon-pohon besar. Luwak lebih memilih pohon-pohon dengan buah yang banyak
serta daun yang lebat sehingga mereka dapat bersembunyi untuk berlindung dari
musuh.
(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Paradoxurus_hermaphroditus/,
diakses 28 November 2015)

4.

Reproduksi
Luwak merupakan hewan nocturnal yaitu hewan yang aktif pada malam hari. Pada
malam hari mereka bergerak secara rahasia sehingga perilaku perkawinan mereka
belum diketahui pasti. Musang luwak memiliki daun telinga sebagai tanda hewan ini
adalah Vivipar yaitu hewan yang melahirkan anaknya. Musang luwak biasanya
berkumpul dan beristirahat pada pohon atau tempat yang sama untuk melakukan
perkawinan dalam jangka waktu 1-15 hari. Luwak menemukan pasangannya
menggunakan tanda aroma dari kelenjar anal mereka. Musang luwak memiliki masa
kehamilan dua bulan. Kemudian luwak melahirkan 2-5 anak pada cekungan pohon.
Masing-masing anak luwak yang baru lahir memiliki berat berkisar 80 gram dan pada
hari ke-11 setelah dilahirkan, mata anak luwak sudah dapat terbuka. Selama 3 bulan
luwak akan mengalami pertumbuhan yang cepat namun belum siap untuk
bereproduksi. Luwak dapat bereproduksi kembali setelah satu tahun. Umur luwak

13

bergantung kepada cuaca, ketersediaan makanan dan predator. Secara alami luwak
dapat hidup 15 sampai 24 tahun.
(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Paradoxurus_hermaphroditus/,
diakses 28 November 2015)
5.

Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan Luwak
Predator dan ketersediaan pangan merupakan faktor utama dari keberlangsungan
hidup musang luwak. Luwak merupakan hewan nocturnal yaitu hewan yang aktif
pada malam hari. Kebiasaan luwak untuk mencari makan aktif mulai senja hingga
fajar. Ketika senja luwak akan mencari makanan dari pohon satu ke pohon lainnya.
Pada siang hari luwak memilih untuk beristirahat tidur pada pohon atau dedaunan
lebat. Luwak sangat pandai memanjat pohon karena memiliki cakar yang tajam.
Namun gerak luwak sebenarnya tidak lincah dikarenakan mereka memiliki ekor yang
panjang dan berlekuk. Karena gerak yang lambat inilah luwak tidak pandai
melompat. Mereka lebih senang berpindah dari pohon satu ke pohon lainnya dengan
melewati cabang-cabang.
Makanan luwak sebenarnya bukan kopi saja. Luwak merupakan hewan Omnivora
yaitu hewan yang memakan buah dan daging. Selain biji kopi luwak juga suka makan
buah-buahan dan getah bunga pohon aren (Arenga pinnata), Nektar dari bunga pohon
kapas (Ceiba petandra). Musang luwak juga pemakan daging dalam artian bukan
daging sembarangan, melainkan tikus, serangga, cacing, kalajengking, reptil, siput,
dan burung. Namun secara alami luwak lebih suka makan buah-buahan terlebih lagi
buah kopi yang matang.
(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Paradoxurus_hermaphroditus/,
diakses 28 November 2015)

6.

Status Konservasi Luwak
Luwak sebenarnya belum dianggap dalam bahaya kepunahan namun di daerah asli
mereka seperti Malaysia , India dan Cina, mereka memiliki perlindungan hukum. Di
India luwak dilindungi oleh Undang-Undang Perlindungan Satwa Liar India. Namun
penggunaan luwak dalam agrowisata kopi luwak sebenarnya mendapat kecaman
keras dari World Animal Protection dikarenakan penggunaan penangkaran yang
14

justru menyiksa luwak dari kehidupan alaminya. Beberapa sayembara dari World
Animal Protection adalah melindungi luwak dari sistem penangkaran kandang karena
dianggap hanya memanfaatkan luwak tanpa menghargai kehidupan luwak sendiri.
(http://www.worldanimalprotection.org/our-work/animals-wild/civet-coffeecampaigning-cage-free. Diakses Tanggal 8 Oktober 2015.)
7.

Luwak dalam Agrowisata Kopi Luwak
Pemanfaatan luwak dalam agrowisata kopi luwak sebenarnya sangat menjaminkan.
Luwak dapat mencium buah kopi matang yang bermutu yang kemudian dimakan dan
mengalami fermentasi di dalam perutnya. Fermentasi pada perut luwak diuraikan
oleh enzim Proteolitik.. Hal ini menunjukan bahwa sekresi endogen pencernaan
luwak meresap ke dalam kopi dan memecahkan kandungan protein yang terdapat
pada biji kopi. Hasilnya adalah biji kopi yang melewati fermentasi di dalam perut
luwak memiliki kandungan cafein yang lebih rendah serta low acid. Kopi yang
dihasilkan justru sangat aman bagi lambung, dapat melancarkan peredaran darah,
serta meningkatkan kinerja otak. Hal inilah yang membuat harga dari kopi luwak
melambung karena kandungan kopi luwak lebih baik daripada kopi biasa. Dalam hal
pemberian makanan luwak sebenarnya membutuhkan 5 kilogram termasuk 2
kilogramnya adalah biji kopi. Dari 1 kilogram biji kopi yang dikonsumsi dapat
menghasilkan 0.3-0.4 kg biji kopi luwak.
(media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf,

diakses

28

November 2015)
Dalam perawatan luwak liar sebenarnya cukup sulit dikarenakan luwak dilepas dalam
kehidupan alaminya dan tidak dapat dikontrol dalam produksi feses luwaknya.
Namun hasil yang didapat justru akan berbeda jauh dari luwak dalam penangkaran.
Dalam perawatan luwak yang paling utama adalah pemberian vaksin setiap tahun
untuk mencegah penyakit-penyakit yang berbahaya. Setiap luwak liar sebaiknya
diberikan gelang sebagai tanda telah diberikan vaksin. Dalam pemberian pakan,
harus menyediakan pakan cadangan berupa buah-buahan. Dikarenakan buah kopi
matang panen satu tahun sekali ( Juni – November) maka diluar dari bulan tersebut,
luwak harus diberi makan buah-buahan. Dalam pemeliharaan luwak liar, luwak harus
dilatih terlebih dahulu agar mudah dalam mengontrol kehidupannya.

15

2.4

Pengolahan Kopi Luwak
Kopi luwak memanfaatkan bantuan dari luwak untuk proses fermentasi. Proses

fermentasi ini berlangsung di dalam perut luwak sehingga dihasilkan kotoran luwak.
Kotoran luwak inilah yang akan diolah menjadi tepung kopi luwak. Beberapa tahapan
kopi luwak mulai dari fermentasi oleh luwak sendiri hingga proses pembentukan tepung
kopi.
a.

Tahap Fermentasi dalam tubuh luwak
Tahap ini dilakukan oleh luwak sendiri melalui proses sortiran terhadap buah kopi
Arabika matang yang masih berada di pohon kopi. Kopi yang disortir oleh luwak
akan memiliki kualitas yang lebih baik dari sortiran petani karena penciuman luwak
yang tajam. Setelah luwak memakan buah kopi matang tejadilah fermentasi di
dalam tubuh luwak. Waktu yang dibutuhkan luwak untuk membuat kotoran dari
buah kopi tersebut kurang lebih 8-12 jam. Kotoran inilah yang akan diolah oleh
petani kopi.

b.

Tahap pencucian dan penjemuran kotoran luwak
Setelah luwak membuat kotoran kemudian para petani kopi mengumpulkan
gumpalan-gumpalan kotoran ini. Kotoran yang dikeluarkan oleh luwak berupa
gumpalan-gumpalan yang terdiri dari biji kopi yang tidak tercerna bercampur
dengan lendir. Biji kopi atau kotoran luwak (Brenjel Raw) tersebut kemudian
dijemur dibawah terik panas matahari (Full Sun Drying) hingga kadar air tersisa
20% – 25%.

c.

Penyangraian
Proses sangrai dilakukan pada kopi luwak yang kering dengan kisaran suhu sangrai
yang umum adalah antara 195 sampai 205oC. Waktu penyangraian bervariasi mulai
dari 7 sampai 30 menit tergantung pada suhu dan tingkat sangrai yang diinginkan.
Suhu 190 –195 oC untuk tingkat sangrai ringan (warna coklat muda), Suhu 200 –
205 oC untuk tingkat sangrai medium (warna coklat agak gelap), Suhu di atas 205
o

C untuk tingkat sangrai gelap (warna coklat tua cenderung agak hitam).

16

d.

Penghalusan Biji Kopi Sangrai
Biji kopi sangrai dihaluskan dengan alat penghalus (grinder) sampai diperoleh
butiran kopi bubuk dengan kehalusan tertentu. Butiran kopi bubuk mempunyai luas
permukaan yang sangat besar sehingga senyawa pembentuk citarasa dan senyawa
penyegar mudah larut saat diseduh ke dalam air panas.

2.5

STUDI BANDING DENGAN AGROWISATA KOPI LUWAK SEJENIS
Agrowisata kopi luwak sejenis yang dimaksud disini adalah agrowisata kopi

luwak dari daerah lain yang hanya bersifat agrowisata maupun agrowisata yang memiliki
fungsi industri.
2.5.1

UD. Cipta Lestari Tabanan
Dalam kajian pada objek studi banding UD. Cipta Lestari Tabanan dapat dilihat

dari aspek lokasi, aspek non arsitektural dan aspek arsitektural.
1.

Lokasi
UD. Cipta Lestari berlokasi di Banjar Margasari, Desa Pujungan, Kecamatan
Pupuan Kabupaten Tabanan, Bali. Objek ini merupakan sebuah industri kopi luwak
yang juga menerapkan agrowisata kepada para pengunjung yang ingin mempelajari
kehidupan luwak serta pengolahan kopi luwak secara langsung. Sehingga para
pengunjung dapat mencicipi kopi luwak racikan secara langsung. Objek ini dimiliki
oleh bapak I Wayan Dira. Usaha ini sudah berdiri sejak tahun 2007.

2.

Tinjauan Non Arsitektural
a. Produk
Produk utama yang ditawarkan oleh objek ini adalah kopi luwak serbuk. Kopi
luwak yang digunakan merupakan kopi luwak penangkaran dimana luwak berada
dalam kandang dan diberi pakan biji kopi. Bentuk kemasan produkyang ditawarkan
oleh objek ini dapat dilihat pada Gambar 2.5

17

Gambar 2.