Analisis pemanfaatan dan potensi sumberdaya tumbuhan di taman wisata alam ruteng, Nusa Tenggara Timur

ANALISIS PEMANFAATAN
DAN POTENSI SUMBERDAYA TUMBUHAN
DI TAMAN WISATA ALAM RUTENG,
NUSA TENGGARA TIMUR

ELISA ISWANDONO

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Analisis
Pemanfaatan dan Potensi Sumberdaya Tumbuhan di Taman Wisata Alam Ruteng,
Nusa Tenggara Timur” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor,

Desember 2007

Elisa Iswandono
NRP. E.051054055

ABSTRACT
ELISA ISWANDONO. Analysis of Utilization and the Potency of Plant
Resources in Ruteng Recreation Park, East Nusa Tenggara Province. Under
supervise AGUS HIKMAT and AGUS PRIYONO KARTONO
Local people in surrounding area of Ruteng Recreation Park needs many
plant resources for their daily life. Therefore, objectives of this study were: a) to
identify utilization systems, kind of species, harvesting and intensity economic
value of plant resources by local people and also time budgeting during one year,
b) to analyze the independency level of people to plant resources in the Ruteng
Recreation Park and c) to analyze the potential utilization of plant resources by
local people.
This research was carried in Ruteng Recreation Park. Respondens were

local people arround the park. The analysis of species and community was
approached by vegetation analysis, Index of Shanon, Index of Similarity, and
Evennes Index.
The result indicated that 133 speciese in 67 famili were used by local people
for medicine, food, pesticide, wood building, firewood, etc. People used plant
resources throughout the year and the intencity become less in March-April and
September–October due to farm activities. The economic value of fire wood was
21,78% contributed to total family income and from wood building was 50,36%
contributed to total family income. The level of people independency to plant
forest resource were high (68,22%). The equation for the independency was Y =
0,708 + 0,0261X3 + 0,0216 X4 – 0,162 X8; where Y was the independency level
of people to the forest, X3 was number of family burden, X4 was the main
occupation and X8 was the distance between home and forest. The potency of
plant used for people is still high in the forest area.
Keyword: utilization plant, local people, Ruteng recreation park.

RINGKASAN
ELISA ISWANDONO. Analisis Pemanfaatan dan Potensi Sumberdaya
Tumbuhan di Taman Wisata Alam Ruteng, Nusa Tenggara Timur. Dibimbing
oleh AGUS HIKMAT dan AGUS P. KARTONO.

Masyarakat sekitar kawasan TWA Ruteng yang memiliki ketergantungan
hidup pada sumberdaya tumbuhan hutan. Diperlukan penelitian mengenai tingkat
ketergantungan dan spesies tumbuhan yang dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi pola pemanfaatan sumberdaya tumbuhan oleh masyarakat
sekitar TWA Ruteng yang ditinjau dari segi spesies tumbuhan yang dimanfaatkan,
waktu, intensitas dan nilai ekonomi dari hasil hutan yang diambil, menentukan
tingkat ketergantungan masyarakat sekitar TWA Ruteng terhadap kawasan dan
menentukan potensi sumberdaya tumbuhan TWA Ruteng.
Metode penelitian secara garis besar terdiri dari 2 (dua) kegiatan utama,
yaitu pengumpulan data primer berupa inventarisasi potensi sumberdaya
tumbuhan dan wawancara, pengisian kuesioner dan pengumpulan data sekunder.
Masyarakat sekitar TWA Ruteng memanfaatkan 133 spesies dalam 67
famili tumbuhan yang ada di dalam hutan untuk kebutuhan tumbuhan obat 69
spesies (44 famili), pangan 38 spesies (17 famili), bahan bangunan 28 spesies (16
famili), pakan ternak 8 spesies (4 famili), pestisida nabati 4 spesies (4 famili),
tumbuhan hias 4 spesies (4 famili), bahan tali dan kerajinan 3 spesies (3 famili),
adat/budaya 3 spesies (3 famili), pewarna 2 spesies (2 famili), kayu bakar 2
spesies (2 famili), minuman 1 spesies dan lainnya 2 spesies (2 famili), serta 8
spesies tumbuhan potensial untuk kegunaan pewarna 6 spesies, pestisida nabati 1
spesies dan aromatik 1 spesies. Pemanfaatan sumberdaya tumbuhan hutan

dilakukan sepanjang waktu selama satu tahun dengan intensitas kegiatan yang
lebih rendah selama 4 bulan, yaitu: pada bulan Maret – April dan September –
Oktober yang disebabkan oleh kegiatan menanam dan memanen padi pada lahan
pertanian.
Kayu bakar memberikan rata-rata kontribusi terhadap total pendapatan
keluarga sebesar 22,23% untuk kayu bakar dan kayu bangunan sebesar 50,4%.
Frekuensi pengambilan hasil hutan sebagian besar adalah pengambilan kayu
bakar, yaitu sebesar 58% dan kayu untuk bahan bangunan sebesar 12%,
selebihnya sebesar 30% adalah untuk kebutuhan lainnya seperti pangan, pakan
ternak, bahan tali dan kerajinan minuman dan kebutuhan lainnya. Sebagian besar
masyarakat yang mendapatkan kontribusi pendapatan dari hasil hutan sebesar 10 –
20 juta dan lebih dari 20 juta per tahunnya berada di wilayah pegunungan.
Sebagian besar masyarakat mendapatkan kontribusi dari hasil hutan sebesar 0-2
juta pertahun tinggal di dataran rendah.
Hasil perhitungan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan
diperoleh nilai antara 20% sampai dengan 87% dengan nilai rata-rata 68,22%.
Masyarakat yang tingkat ketergantungannya terhadap sumberdaya hutan sangat
tinggi (81-100%) yang terbanyak adalah yang tinggal di wilayah pegunungan,
sedangkan tingkat ketergantungan sangat rendah (0-20%) adalah yang berada di
wilayah dataran rendah. Hasil analisis regresi diperoleh persamaan: Y= 0,708 +

0,0261 X3 + 0,0216 X4 – 0,162 X8. Hasil analisis korelasi Pearson diketahui
bahwa nilai korelasi (r) untuk X 8, yaitu antara tingkat ketergantungan dengan jarak

antara tempat tinggal dengan sumber daya hutan adalah sebesar -80,6%. Faktor
jumlah tanggungan keluarga (X3) memberikan dampak yang lebih kecil dengan
nilai korelasi (r) sebesar 40,6%. Jenis mata pencaharian pokok (X4) sebesar
20,97%.
Di wilayah TWA Ruteng ditemukan sebanyak 219 spesies yang termasuk
kedalam 160 genera dan 80 famili yang tercatat pada 13 transek pada berbagai
ketinggian. Jumlah spesies tertinggi ditemukan pada ketinggian 1600 sebanyak
109 spesies. Jumlah spesies terendah pada ketinggian 2100 sebanyak 44 spesies.
Pada ketinggian 600 m dpl ditemukan jumlah spesies yang rendah yaitu sejumlah
69 spesies yang disebabkan lokasi kawasan yang relatif lebih mudah dijangkau
oleh masyarakat. Pada wilayah hutan sub pegunungan yaitu pada ketinggian 900
sampai dengan 1.300 m dpl, jumlah spesies tertinggi ditemukan pada ketinggian
900 m dpl yaitu sejumlah 98 spesies. Jumlah spesies ini terus menurun seiring
dengan penambahan ketinggian dan jumlah spesies terendah ditemukan pada
ketinggian 1.300 m dpl yaitu sejumlah 74 spesies. Pada wilayah hutan
pegunungan ketinggian 1.500 sampai dengan 2.100 m dpl, wilayah yang terdekat
dengan pemukiman penduduk adalah pada ketinggian 1.500 m dpl dan di wilayah

ini ditemukan jumlah spesies yang rendah, yaitu hanya sebanyak 80 spesies.
Sebagian besar tumbuhan dominan di wilayah TWA Ruteng adalah yang
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kegunaan. Nilai indeks
keanekaragaman spesies (H’) tergolong tinggi yaitu antara 3 sampai 4 pada
berbagai ketinggian kecuali pada ketinggian 2.100 m dpl sebesar 2,477 atau
katagori sedang. Nilai keanekaragaman spesies tertinggi pada ketinggian 1000 m
dpl yaitu nilai rata-rata 3,620, nilai tertinggi untuk pohon 3,480 dan pancang
3,805 serta pada ketinggian 900 m dpl yaitu rata-rata 3,476, nilai tertinggi untuk
tiang 3,575 dan pada tingkat anakan dan tumbuhan bawah sebesar 3,678. Nilai
Tingkat keanekaragaman tumbuhan tertinggi untuk keseluruhan tingkat
pertumbuhan adalah yang berada pada wilayah ketinggian 1.000 m dpl, yaitu
sebesar 3,620 dan yang terendah adalah yang berada pada ketinggian 2.100 m dpl
yang hanya sebesar 2,477.
Kawasan TWA Ruteng yang memiliki nilai indeks kemerataan terendah
adalah yang berada pada ketinggian 1.500 m dpl sebesar 0,899. Nilai kemerataan
yang rendah menandakan keseimbangan komunitas yang paling rendah
dibandingkan wilayah ketinggian yang lain. Nilai indeks kemerataan yang
tertinggi adalah yang berada pada ketinggian 2.000 m dpl sebesar 0,947, cukup
banyak spesies dengan nilai dominansi yang hampir sama.
Dilihat dari kesamaan komunitasnya, kelompok hutan di TWA Ruteng

dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok hutan dengan kesamaan komunitasnya
yaitu: ketinggian antara 600 sampai dengan 900 m dpl, ketinggian antara 1.000
sampai 1.700 m dpl dan yang terakhir adalah ketinggian lebih dari 1.800 m dpl.
Pengelolaan kawasan TWA Ruteng selama sepuluh tahun terakhir sebagian
besar (57%) untuk memotivasi masyarakat melakukan konservasi tanpa aspek
pemanfaatan. Program kegiatan sejumlah 35% diarahkan untuk mengetahui dan
memperbaiki potensi kawasan dan yang sudah mulai terbuka terhadap
pemanfaatan sebanyak 8%.
Kata Kunci: Pemanfaatan tumbuhan, masyarakat sekitar, TWA Ruteng

© Hak cipta milik IPB, tahun 2007
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


ANALISIS PEMANFAATAN
DAN POTENSI SUMBERDAYA TUMBUHAN
DI TAMAN WISATA ALAM RUTENG,
NUSA TENGGARA TIMUR

ELISA ISWANDONO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesi Kehutanan pada
Sub Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS


Judul Thesis

: ANALISIS PEMANFAATAN DAN POTENSI
SUMBERDAYA TUMBUHAN DI TAMAN WISATA
ALAM RUTENG, NUSA TENGGARA TIMUR

Nama Mahasiswa

: Elisa Iswandono

Nomor Pokok

: E.051054055

Program Studi

: Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Sub Program Studi


: Konservasi Keanekaragaman Hayati

Disetujui:
Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Agus P. Kartono, M.Si
Anggota

Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc
Ketua

Diketahui:
Ketua Program Studi

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.F
NIP: 131 760 834

Tanggal ujian:

Dekan Sekolah Pascasarjana


Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
NIP:

Tanggal Lulus:

KATA PENGANTAR

Penulis mengucap syukur kepada Tuhan karena atas berkat anugerah-Nya
penelitian dan penulisan tesis berjudul “Analisis Pemanfaatan dan Potensi
Sumberdaya Tumbuhan di Taman Wisata Alam Ruteng, Nusa Tenggara Timur”
ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng dan masyarakat di
sekitarnya.
Tesis ini menguraikan tentang pola pemanfaatan sumberdaya tumbuhan oleh
masyarakat sekitar TWA Ruteng yang ditinjau dari segi spesies tumbuhan yang
dimanfaatkan, waktu, intensitas dan nilai ekonomi dari hasil hutan yang diambil,
tingkat ketergantungan masyarakat sekitar TWA Ruteng terhadap sumberdaya
hutan dan potensi sumberdaya tumbuhan TWA Ruteng yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya, baik isi
maupun cara penyajiannya.

Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan tesis ini.

Bogor,

Desember 2007

Elisa Iswandono

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis

menyampaikan

terima

kasih

dan

penghargaan

yang

sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Agus Hikmat, MSc selaku ketua Komisi dan
Dr. Ir. Agus P. Kartono, M.Si selaku anggota komisi yang telah memberikan
saran dan bimbingan sehingga tesis ini dapat diselesaikan serta Dr. Ir. Ervizal
A.M. Zuhud, M.S selaku dosen penguji luar komisi.
Terima kasih kepada orang tua, anak dan isteri yang telah memberikan
dukungan moral dan material selama belajar di Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal
PHKA yang telah memberikan kesempatan berupa bea siswa untuk mengikuti
pendidikan pascasarjana, Dekan Sekolah Pascasarjana beserta staf atas fasilitas
yang diberikan selama pendidikan, Kepala Balai KSDA NTT II beserta staf atas
segala bantuannya, teman, kerabat dan relasi yang telah membantu selama penulis
menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah bungsu dari enam bersaudara keluarga Bapak Soedigdo dan
Ibu Soeparmi yang dilahirkan di Kediri pada tanggal 3 Maret 1976. Menikah
pada tanggal 8 Januari 2005 dengan isteri tercinta Hariany Siappa, S.Si dan saat
ini telah dikaruniai satu orang putera bernama Elia Immanuel Iswandono yang
dilahirkan di kota Malang pada tanggal 21 Februari 2006.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN Jember Kidul X pada tahun
1988, SMPN 9 Malang pada tahun 1991, SMAN I Malang pada tahun 1994 dan
kemudian menyelesaikan Program Studi S-1 di Fakultas Perikanan Universitas
Brawijaya pada tahun 1998.
Pada tahun 1999 hingga saat ini penulis bekerja di Balai Konservasi Sumber
Daya Alam Nusa Tenggara Timur II di Ruteng – Flores – Nusa Tenggara Timur
yang saat ini telah menjadi Balai Besar Konservasi. Tujuh tahun kemudian, yaitu
pada bulan Juni 2006 penulis mendapat kesempatan berupa beasiswa dari
Departemen Kehutanan untuk mengikuti program Magister Profesi (S2) pada Sub
Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati, Program Studi Ilmu
Pengetahuan Kehutanan (IPK), Sekolah Pascasarjana-Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................

i

DAFTAR TABEL ....................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR …………………………………………...............

vii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………...........

x

PENDAHULUAN ………………………………………………………
Latar belakang ………………………...……………………………
Tujuan Penelitian ..........................................................................…
Manfaat Penelitian ......................……....…………………………..

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ………………...………………………………
Pengertian Sumberdaya Tumbuhan ................……………………...
Pengertian Masyarakat Sekitar Hutan dan Kebutuhannya .................
Pengelolaan Kawasan Konservasi ......................................................
Daerah Penyangga ............................................................................

4
4
5
7
8

KONDISI UMUM LOKASI
……………...........……………………
Letak dan Luas ....................…………….........……………………
Topografi ............................................................................................
Iklim .......................…………………………..……………………
Tanah …................……………………….....………...........………
Potensi Flora dan Fauna ..................................…………….....….....
Jumlah Penduduk dan Matapencaharian ...........................................
Sarana dan Prasarana ..........................................................................
Sosial Budaya Masyarakat ..................................................................
Asal Usul Orang Manggarai .......................................................
Pusat Budaya Manggarai .............................................................
Kepemimpinan Adat ....................................................................
Pembentukan Wilayah dan Pengelolaan Lahan ..........................
Kepemilikan Tanah Adat ............................................................
Upacara Adat dan Ikatan Perkawinan .........................................
Pembagian Pekerjaan Dalam Rumah Tangga ..............................
Sikap dan Penilaian Terhadap Hutan.............................................
Sistem Permukiman dan Budidaya ...............................................
Pengelolaan Taman Wisata Alam Ruteng .........................................

11
11
11
12
12
13
14
15
16
16
17
17
18
20
21
21
21
22
22

METODOLOGI ……………...........……………………........................
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................…………….........……
Alat dan Bahan …………………..……………………...................
Perumusan Masalah ..........................................................................
Kerangka Pemikiran ..........................................................................
Pengumpulan Data Pemanfaatan Hasil Hutan ...................................

24
24
24
25
26
27

Halaman
Pengumpulan Data Potensi Tumbuhan ..............................................
Analisis Vegetasi .........................................................................
Pembuatan Herbarium .................................................................
Klasifikasi Pemanfaatan Tumbuhan ............................................
Pengumpulan Data Sekunder .............................................................
Analisis Data Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan Hutan ...............
Nilai Ekonomi Hasil Hutan ..........................................................
Kontribusi Hasil Hutan Terhadap Pendapatan Total
Keluarga .......................................................................................
Kalender Musim ...........................................................................
Analisis Data Potensi Tumbuhan .......................................................
Komposisi dan Dominasi Spesies .......................................................
Keanekaragaman Spesies ....................................................................
Kemerataan Spesies ............................................................................
Kesamaan Komunitas .........................................................................
Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Hutan .......................
Analisis Kebijakan Pengelolaan .......................................................

30
30
31
32
32
32
33

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
Pemanfaatan Tumbuhan Hutan ...........................................................
Tumbuhan Obat ............................................................................
Tumbuhan Sumber Pangan ...........................................................
Tumbuhan Penghasil Pewarna .....................................................
Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati .........................................
Tumbuhan Hias .............................................................................
Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak ............................................
Tumbuhan Penghasil Bahan Tali dan Anyaman Kerajinan .........
Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar ................................................
Tumbuhan Penghasil Minuman ...................................................
Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan ........................................
Tumbuhan untuk Pemenuhan Adat/Budaya .................................
Tumbuhan untuk Penggunaan Lainnya ........................................
Tumbuhan Potensial ....................................................................
Spesies Endemik dan Memiliki Status Perlindungan ..................
Pola Waktu Pemanfaatan ...........................................................
Intensitas Pemanfaatan ...............................................................
Nilai Ekonomi Hasil Hutan .........................................................
Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Hutan ..................
Potensi Tumbuhan di Taman Wisata Alam Ruteng .......................
Struktur dan Komposisi Flora ......................................................
Jumlah Spesies .......................................................................
Kerapatan ..............................................................................
Kelas Diameter .......................................................................
Basal Area .............................................................................
Indeks Nilai Penting ..............................................................
Keragaman Spesies Tumbuhan ....................................................
Kemerataan Spesies Tumbuhan ..................................................

38
38
43
47
52
52
53
54
55
56
57
58
62
63
64
65
67
68
72
74
77
79
79
84
86
89
93
122
124

33
34
34
34
35
35
36
36
37

Halaman
Tingkat Keanekaragaman di Beberapa Wilayah Lainnya di
di Indonesia ..................................................................................
Kesamaan Komunitas .................................................................
Kebijakan Pengelolaan .......................................................................
Program dan Kegiatan 10 tahun terakhir ......................................
Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan TWA
Ruteng ke depan ..........................................................................
Prioritas Konservasi ...................................................................

125
127
129
129
131
132

SIMPULAN DAN SARAN
................................................................
Simpulan …………............………………...............................……
Saran ………………….................………….........................………

139
139
140

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................……

141

LAMPIRAN .............................................................................................

145

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Rata-rata curah hujan dan hari hujan dan suhu harian di
wilayah Ruteng dan sekitarnya mulai tahun 1994 sampai
dengan Maret 2007 ........................................................................

12

Jumlah desa, rumah tangga, penduduk dan rata-rata anggota
rumah tangga sekitar TWA Ruteng tahun 2005 ..............................

15

Persentase yang berobat pada berbagai fasilitas kesehatan
selama tahun 2004 .........................................................................

16

4.

Stratifikasi pengumpulan data primer

29

5.

Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan

..................................

32

6.

Jumlah spesies dan famili tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar TWA Ruteng ...................................................

39

Pemanfaatan sumberdaya tumbuhan hutan oleh masyarakat
sekitarnya di beberapa wilayah di Indonesia ..................................

40

Jumlah spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di berbagai daerah ......................................................

45

Spesies tumbuhan obat yang paling sering dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar TWA Ruteng ....................................................

46

Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar TWA
Ruteng ............................................................................................

47

Spesies tumbuhan hutan yang dimanfaatkan masyarakat
sekitar TWA Ruteng sebagai sumber karbohidrat ..........................

48

Spesies tumbuhan hutan TWA Ruteng yang dimanfaatkan
sebagai sayuran oleh masyarakat di sekitarnya ................................

50

Spesies tumbuhan hutan TWA Ruteng yang dimakan
buahnya oleh masyarakat di sekitarnya ...........................................

51

Spesies tumbuhan TWA Ruteng yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai pestisida nabati ...............................................

53

Spesies tumbuhan TWA Ruteng yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai tumbuhan hias ...............................................

54

Spesies tumbuhan TWA Ruteng yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai bahan tali dan kerajinan ..................................

56

Spesies tumbuhan TWA Ruteng yang disukai masyarakat
oleh masyarakat sebagai penghasil kayu bakar .............................

57

Spesies tumbuhan TWA Ruteng yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai papan bangunan .............................................

60

2.
3.

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

..........................................

Halaman
19.
20.
21.

Spesies tumbuhan TWA Ruteng yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai balok bangunan ...............................................

61

Spesies tumbuhan TWA Ruteng yang dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk penggunaan lainnya ............................................

64

Spesies tumbuhan di TWA Ruteng yang memiliki potensi
Sebagai pewarna .............................................................................

22.

65

Spesies yang memiliki memiliki status perlindungan dan
Endemik di TWA Ruteng ...............................................................

66

Pola pemanfaatan waktu kegiatan masyarakat sekitar TWA
Ruteng ..........................................................................................

67

Jenis-jenis pemanfaatan tumbuhan hutan dan nilai
kontribusinya terhadap total pendapatan keluarga .........................

73

25.

Jumlah spesies pada berbagai ketinggian di TWA Ruteng .............

80

26.

Kerapatan pada berbagai tingkat pertumbuhan di TWA
Ruteng .............................................................................................

84

27.

Penyebaran kelas diameter di TWA Ruteng ...................................

87

28.

Basal area per tingkat pertumbuhan di TWA Ruteng .....................

91

29.

Beberapa spesies tumbuhan berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan INP ketinggian 600 m dpl ...................................

95

Beberapa spesies tumbuhan berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan INP ketinggian 900 m dpl ...................................

97

Beberapa spesies tumbuhan berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan INP ketinggian 1.000 m dpl...................................

9

Beberapa spesies tumbuhan berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan INP ketinggian 1.100 m dpl...................................

101

Beberapa spesies tumbuhan berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan INP ketinggian 1.200 m dpl...................................

103

Beberapa spesies tumbuhan berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan INP ketinggian 1.300 m dpl...................................

105

Beberapa spesies tumbuhan berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan INP ketinggian 1.500 m dpl...................................

107

Beberapa spesies tumbuhan berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan INP ketinggian 1.600 m dpl...................................

109

Beberapa spesies tumbuhan berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan INP ketinggian 1.700 m dpl...................................

111

Beberapa spesies tumbuhan berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan INP ketinggian 1.800 m dpl...................................

113

23
24.

30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.

Halaman
39.

Beberapa spesies tumbuhan berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan INP ketinggian 1.900 m dpl...................................

115

Beberapa spesies tumbuhan berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan INP ketinggian 2.000 m dpl...................................

117

Beberapa spesies tumbuhan berdasarkan tingkat
pertumbuhan dan INP ketinggian 2.100 m dpl...................................

119

42.

Nilai INP famili di TWA Ruteng ....................................................

121

43.

Indeks Keanekaragaman Shanon Tumbuhan di TWA Ruteng

......

123

44.

Indeks kemerataan tumbuhan di TWA Ruteng ...............................

125

45.

Tingkat keanekaragaman tumbuhan di beberapa wilayah di
Indonesia ...........................................................................................

126

46.

Indeks kesamaan komunitas tumbuhan di TWA Ruteng ..................

128

47.

Program dan kegiatan aktual di TWA Ruteng sepuluh tahun
terakhir ...............................................................................................

129

48.

Frekuensi pemanfaatan tumbuhan hutan responden .........................

133

49.

Frekuensi pemanfaatan dan total volume pengambilan
sumberdaya tumbuhan TWA Ruteng ................................................

134

Potensi kerapatan tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat
di hutan pegunungan TWA Ruteng ...................................................

134

Potensi kerapatan tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat
di hutan sub pegunungan TWA Ruteng ............................................

135

Potensi kerapatan tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat
di hutan dataran rendah TWA Ruteng .............................................

136

Spesies tumbuhan penghasil kayu bangunan yang memiliki
sebaran dan kelimpahan tinggi di TWA Ruteng ...............................

137

40.
41.

50.
51.
52.
53.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Peta wilayah Taman Wisata Alam Ruteng .....................................

11

2.

Rumah Raja Mangggarai .................................................................

17

3.

Sistem pembagian lahan pertanian di Manggarai (lingko)
yang menyerupai sarang laba-laba ..................................................

19

4.
5.

6.

Lokasi pengambilan sampel di TWA Ruteng .................................
Kerangka pemikiran analisis pemanfaatan dan potensi
sumberdaya tumbuhan di TWA Ruteng, Nusa Tenggara
Timur ..............................................................................................

24

27

Skema penempatan transek dan petak-petak pengukuran
pada analisis vegetasi dengan metode garis berpetak di
Taman Wisata Alam Ruteng .........................................................

30

Jumlah spesies bagian tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar TWA Ruteng ....................................................

41

Persentase jumlah responden mengenai upaya
membudidayakan spesies hutan ......................................................

41

9.

Persentase bagian tumbuhan sebagai tumbuhan obat .....................

44

10.

Spesies tumbuhan sumber pangan di TWA Ruteng ........................

48

11.

Kulit kayu berkebo dan umbi raut sebagai pestisida nabati ............

53

12.

Beberapa spesies di TWA Ruteng untuk tumbuhan hias ................

54

13.

Kerajinan dari wua (Calamus heteracanthus) yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TWA Ruteng ......................

56

Penjualan kayu bakar kayu larang dan kebutuhan kayu bakar
untuk kota Ruteng ...........................................................................

57

Persentase frekuensi pemanfaatan tiap jenis hasil hutan
TWA Ruteng ....................................................................................

69

Persentase pemanfaatan kayu bangunan dan kayu bakar di
wilayah TWA Ruteng ......................................................................

69

Frekuensi pemanfaatan tumbuhan TWA Ruteng selama
setahun ............................................................................................

70

Rata-rata frekuensi dan persentase frekuensi per individu
pemanfaatan sumberdaya tumbuhan hutan di wilayah TWA
Ruteng ..............................................................................................

71

Kontribusi pendapatan dari hasil hutan masyarakat sekitar
TWA Ruteng ...................................................................................

74

20.

Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan ......................

75

21.

Wilayah hutan TWA Ruteng ...........................................................

78

7.
8.

14.
15.
16.
17.
18.

19.

Halaman
22.

Jumlah spesies pada berbagai ketinggian di TWA Ruteng

..........

80

23.

Jumlah spesies tingkat pohon pada berbagai ketinggian di
TWA Ruteng ...................................................................................

81

Jumlah spesies tingkat tiang pada berbagai ketinggian di
TWA Ruteng ...................................................................................

82

Jumlah spesies tingkat pancang pada berbagai ketinggian di
TWA Ruteng ...................................................................................

82

Jumlah spesies anakan dan tumbuhan bawah pada berbagai
ketinggian di TWA Ruteng ..............................................................

83

Kerapatan tingkat pohon pada berbagai ketinggian di TWA
Ruteng ............................................................................................

85

Kerapatan tingkat tiang pada berbagai ketinggian di TWA
Ruteng ............................................................................................

85

Kerapatan tingkat pancang pada berbagai ketinggian di
TWA Ruteng ...................................................................................

86

Kerapatan tingkat anakan dan tumbuhan bawah pada
berbagai ketinggian di TWA Ruteng ..............................................

86

Penyebaran kelas diameter pada ketinggian 600 m dpl di
TWA Ruteng .................................................................................

88

Penyebaran kelas diameter pada ketinggian 900 m dpl di
TWA Ruteng ...................................................................................

88

Penyebaran kelas diameter pada ketinggian 1.000 m dpl di
TWA Ruteng .................................................................................

88

Penyebaran kelas diameter pada ketinggian 1.100 m dpl di
TWA Ruteng ...................................................................................

88

Penyebaran kelas diameter pada ketinggian 1.200 m dpl di
TWA Ruteng ..................................................................................

89

Penyebaran kelas diameter pada ketinggian 1.300 m dpl di
TWA Ruteng ...................................................................................

89

Penyebaran kelas diameter pada ketinggian 1.500 m dpl di
TWA Ruteng ...................................................................................

89

Penyebaran kelas diameter pada ketinggian 1.600 m dpl di
TWA Ruteng ...................................................................................

89

Penyebaran kelas diameter pada ketinggian 1.700 m dpl di
TWA Ruteng ..................................................................................

90

Penyebaran kelas diameter pada ketinggian 1.800 m dpl di
TWA Ruteng ..................................................................................

90

24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.

Halaman
41.

Penyebaran kelas diameter pada ketinggian 1.900 m dpl di
TWA Ruteng ...................................................................................

90

Penyebaran kelas diameter pada ketinggian 2000 m dpl di
TWA Ruteng ..................................................................................

90

Penyebaran kelas diameter pada ketinggian 2.100 m dpl di
TWA Ruteng ..................................................................................

91

Basal area tingkat pohon pada berbagai ketinggian di TWA
Ruteng .............................................................................................

92

Basal area tingkat tiang pada berbagai ketinggian di TWA
Ruteng .............................................................................................

92

Basal area tingkat pancang pada berbagai ketinggian di
TWA Ruteng ...................................................................................

93

47.

Indeks nilai penting famili ketinggian 600 m dpl ............................

94

48.

Indeks nilai penting famili ketinggian 900 m dpl ............................

98

49.

Indeks nilai penting famili ketinggian 1.000 m dpl ........................

100

50.

Indeks nilai penting famili ketinggian 1.100 m dpl ........................

102

51.

Indeks nilai penting famili ketinggian 1.200 m dpl ........................

104

52.

Indeks nilai penting famili ketinggian 1.300 m dpl .........................

106

53.

Indeks nilai penting famili ketinggian 1.500 m dpl .........................

108

54.

Indeks nilai penting famili ketinggian 1.600 m dpl .........................

110

55.

Indeks nilai penting famili ketinggian 1.700 m dpl ........................

112

56.

Indeks nilai penting famili ketinggian 1.800 m dpl .........................

114

57.

Indeks nilai penting famili ketinggian 1.900 m dpl .........................

116

58.

Indeks nilai penting famili ketinggian 2.000 m dpl .........................

118

59.

Indeks nilai penting famili ketinggian 2.100 m dpl .........................

120

60.

Persentase program dan kegiatan TWA Ruteng 10 tahun
terakhir .............................................................................................

129

42.
43.
44.
45.
46.

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Indeks nilai penting untuk tingkat pohon tumbuhan di
Taman Wisata Alam Ruteng ..........................................................

146

Indeks nilai penting untuk tingkat tiang tumbuhan di Taman
Wisata Alam Ruteng .......................................................................

151

Indeks nilai penting untuk tingkat pancang tumbuhan di
Taman Wisata Alam Ruteng ..........................................................

157

Indeks nilai penting untuk tingkat anakan dan tumbuhan
bawah di Taman Wisata Alam Ruteng ............................................

163

Spesies tumbuhan yang yang dimanfaatkan oleh masyarakat
TWA Ruteng ..................................................................................

172

Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar TWA Ruteng ......................................................................

175

7.

Data responden pada lokasi penelitian di TWA Ruteng .................

178

8.

Scoring data responden penelitian di TWA Ruteng ........................

180

9.

Analisis regresi stepwise .................................................................

181

10.

Analisis regresi tingkat ketergantungan masyarakat .......................

182

11.

Jenis tumbuhan dan frekuensi pengambilan selama satu
tahun di TWA Ruteng .....................................................................

183

Jenis tumbuhan dan nilai pendapatan selama satu tahun .................

185

2.
3.
4.
5.
6.

12.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengelolaan kawasan konservasi yang dilaksanakan di Indonesia selama ini
masih menitikberatkan pada upaya perlindungan yang hanya bertujuan untuk
melindungi fungsi ekologis sehingga pemanfaatan kawasan konservasi bagi
masyarakat sekitar menjadi terkesampingkan.

Masyarakat tradisional sekitar

hutan sebagian besar masih menggantungkan hidupnya pada hasil-hasil hutan
sehingga penetapan kawasan hutan sebagai kawasan konservasi banyak
menghadapi tantangan dari masyarakat di sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh
kebutuhan dasar mereka berupa kayu bakar, rotan, obat-obatan, pangan dan
kebutuhan kayu bangunan berada di dalam kawasan, sedangkan menurut UU No.
5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya tidak
diperbolehkan mengambil sumberdaya tersebut dari dalam kawasan.
Pengelolaan kawasan konservasi yang memisahkan penduduk dengan
kawasan selama ini telah menimbulkan konflik antara pemerintah selaku
pengelola kawasan dengan masyarakat di sekitarnya. Pengelolaan demikian
terbukti gagal meningkatkan mutu kehidupan masyarakat yang berada di sekitar
kawasan. Masyarakat tidak memberikan dukungan pada program konservasi
bahkan cenderung lebih merusak karena pemanfaatan yang dianggap haram dan
tidak terkontrol.
Keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi bergantung pada dukungan
dan penghargaan masyarakat sekitarnya. Pemisahan masyarakat sekitar terhadap
kawasan dalam cara pengelolaan hampir selalu dapat dipastikan menemui
kegagalan pengelolaannya karena penduduk setempat akan menggagalkan
pelestarian (Nugraha dan Murtijo 2005). Bila pelestarian bermanfaat bagi
masyarakat sekitar maka masyarakat akan mau bekerjasama dengan pengelola
dalam rangka pelestarian. Bentuk manfaat bagi masyarakat tersebut terbatas pada
sumberdaya tertentu dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi fungsi
perlindungan kawasannya (MacKinnon et al. 1986).

2

Masyarakat sekitar Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng sudah berinteraksi
dengan kawasan sejak sebelum ditetapkan. Interaksi masyarakat dengan kawasan
hutan TWA dilakukan terutama dalam hal pemanfaatan tumbuhan untuk berbagai
keperluan yang telah berlangsung secara turun temurun sesuai dengan budaya dan
kebutuhannya. Untuk memperoleh dukungan masyarakat dalam pengelolaan
TWA Ruteng maka perlu diberikan kebijakan pemanfaatan sumberdaya tumbuhan
yang ada di dalam kawasan. Pemanfaatan tersebut terbatas pada sumberdaya
tertentu yang relatif lestari sebagai balasan atas dukungan masyarakat pada
program konservasi.
TWA Ruteng merupakan taman wisata alam terluas di Indonesia, yakni
seluas 32.245,6 hektar yang berbatasan dengan 57 desa dan 9 kecamatan. TWA
ini dikelola melalui Proyek Konservasi Alam Terpadu (PKAT) sejak tahun 1993
sampai 1999 dan dilanjutkan pengelolaannya oleh Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA) Nusa Tenggara Timur hingga saat ini. Pengelolaan TWA lebih
banyak menekankan pada kepentingan ekologi kawasan, sedangkan kepentingan
sosial yang menyangkut pemanfaatan oleh masyarakat kurang mendapat perhatian.
Oleh karena itu diperlukan kebijakan yang dapat membuka akses pemanfaatan
terbatas bagi masyarakat lokal terhadap sumberdaya tertentu yang masih dapat
ditoleransi fungsi perlindungannya sehingga diperoleh dukungan masyarakat
sekitar bagi pengelola TWA.
Untuk melakukan kebijakan tersebut diperlukan data awal mengenai spesies
tumbuhan yang dibutuhkan, pola pemanfaatan serta potensinya di dalam kawasan
TWA Ruteng agar tercapai keseimbangan antara kepentingan ekologi dan sosial.
Untuk itu diperlukan suatu penelitian melalui survei dan wawancara dengan
masyarakat mengenai spesies-spesies tumbuhan yang dimanfaatkan dan kemudian
dilakukan juga pengukuran potensinya.
Data penelitian yang didapatkan merupakan informasi awal mengenai
berbagai kegiatan pemanfaatan tumbuhan, tingkat ketergantungan dan juga
potensinya di dalam TWA Ruteng yang diperlukan dalam pengelolaan kawasan.
Untuk mengetahui spesies tumbuhan yang dimanfaatkan, pola pemanfaatan dan
potensinya itulah maka diperlukan suatu penelitian tentang “Analisis Pemanfaatan

3

dan Potensi Sumberdaya Tumbuhan

di Taman Wisata Alam Ruteng, Nusa

Tenggara Timur”.

Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi pola pemanfaatan sumberdaya tumbuhan oleh masyarakat
sekitar TWA Ruteng yang ditinjau dari segi spesies tumbuhan yang
dimanfaatkan, waktu, intensitas dan nilai ekonomi dari hasil hutan yang
diambil.
2. Menentukan tingkat ketergantungan masyarakat sekitar TWA Ruteng terhadap
sumberdaya hutan.
3. Menentukan potensi sumberdaya tumbuhan TWA Ruteng yang dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada:
1. Pengelola TWA Ruteng sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan/keputusan yang menyangkut pelestarian hutan TWA Ruteng.
2. Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan
keseimbangan kepentingan antara ekologi dan sosial.
3. Pembangunan nasional sebagai bahan pertimbangan didalam menyusun suatu
program pelestarian hutan yang menyangkut keseimbangan kepentingan
antara ekologi dan sosial.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Sumberdaya Tumbuhan
Sumberdaya memiliki banyak pengertian.

Pengertiannya secara umum

adalah sumber persediaan, baik cadangan maupun yang baru yang dari
segi ekonomi diartikan sebagai suatu input dalam suatu proses produksi yang
selanjutnya membedakan sumberdaya alam tersebut menurut sifat kelimpahannya
ke dalam tiga golongan (Soerianegara 1977), yaitu:
1. Sumberdaya yang dapat memperbaharui dirinya secara terus menerus namun
akan

terjadi

kerusakan

yang

berakibat

keterbatasan

apabila

salah

menggunakannya. Contoh untuk hal ini adalah air dan udara yang akan rusak
oleh pencemaran.
2. Sumberdaya yang dapat diperbaharui. Contoh untuk hal ini adalah hutan yang
dapat ditanam kembali namun akan terjadi kerusakan dan bahkan kepunahan
juga apabila pemungutan hasilnya tidak lagi memperhatikan kemampuan daya
dukung ekologisnya.
3. Sumberdaya alam yang jumlahnya terbatas dan tidak terpulihkan. Contohnya
adalah minyak yang tidak dapat dikonservasi namun sebagian produknya
dapat didaur ulang untuk penghematan penggunaannya.
Chapman (1969) memberikan definisi sumberdaya sebagai hasil penilaian
manusia terhadap unsur-unsur lingkungan hidup yang dibutuhkannya yang
kemudian dibedakan menjadi:
1. Persediaan total (total stock), yaitu jumlah semua unsur lingkungan yang
mungkin merupakan sumberdaya jika seandainya dapat diperoleh.
2. Sumberdaya (resources), yaitu suatu bagian dari persediaan total yang dapat
diperoleh manusia.
3. Cadangan (reserve) ialah bagian dari sumberdaya yang diketahui dengan pasti
dapat diperoleh.
Menurut Soerianegara (1977) sumberdaya adalah unsur-unsur lingkungan
alam, baik fisik maupun hayati, yang diperlukan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan

dan

meningkatkan

kesejahteraannya.

Selanjutnya

lebih

rinci

5

dibedakannya sumberdaya tersebut ke dalam sumberdaya tanah, sumberdaya air
dan udara, sumberdaya energi, serta sumberdaya hayati. Keberadaan masyarakat
di sekitarnya tidak hanya berperan sebagai konsumen tetapi juga berperan sebagai
pengelola, yang hasilnya baik langsung maupun tidak langsung bermanfaat untuk
menunjang kehidupannya. Dalam pengelolaannya diperlukan suatu keseimbangan
antara kebutuhan dan ketersediaan sehingga diperoleh manfaat maksimal untuk
mencegah kerusakan.
Dari pengertian di atas maka dalam tulisan ini yang dimaksud dengan
sumberdaya tumbuhan di Taman Wisata Alam Ruteng adalah semua unsur-unsur
tumbuhan yang diperlukan oleh masyarakat di sekitar Taman Wisata Alam
Ruteng

untuk

memenuhi

kebutuhan

hidupnya

sehari-hari

serta

untuk

meningkatkan kesejahteraannya.

Pengertian Masyarakat Sekitar Hutan dan Kebutuhannya
Masyarakat secara umum mengandung pengertian sekelompok manusia
yang hidup bersama pada suatu wilayah geografis tertentu, sehingga memiliki
budaya yang sama dan dapat bertindak secara terintegrasi dalam mencapai tujuan
kolektif. Dalam kaitannya dengan hutan maka masyarakat sekitar hutan memiliki
pengertian sebagai sekelompok orang baik yang disebut masyarakat adat maupun
pendatang (baik sedaerah ataupun dari luar daerah), yang telah turun temurun
bertempat tinggal di dalam dan di sekitar hutan sehingga memiliki keterikatan
kehidupan (termasuk teknologi dan norma budaya) serta penghidupan dan atau
lahan hutan.

Apabila terjadi permasalahan internal yang menyangkut akses

sumberdaya hutan maka yang harus mendapatkan prioritas utama adalah
masyarakat adat setempat (Sardjono 2004).
Masyarakat sekitar hutan merupakan masyarakat tradisional yang masih
menjaga tradisi nenek moyangnya, baik dalam hal aturan hubungan antar manusia
maupun dengan alam di sekitarnya yang mengutamakan keselarasan dan
keharmonisan. Ciri lain yang juga menonjol dari masyarakat ini adalah tingginya
adaptasi sosial budaya serta religinya dengan mekanisme alam di sekitarnya.
Karenanya mereka juga bukan masyarakat yang statis, karena sistem pengetahuan

6

mereka juga berkembang selaras dengan dinamika permasalahan serta faktorfaktor eksternal lain yang mereka hadapi (Wiratno et al. 2004).
Sejalan dengan pengertian di atas, masyarakat sekitar hutan TWA Ruteng
adalah masyarakat suku Manggarai dan menyebut diri mereka orang Manggarai.
Walaupun

masyarakat sekitar TWA Ruteng mengakui sebagai satu budaya

namun bahasa mereka terbagi menjadi beberapa bahasa yaitu bahasa Manggarai
Ruteng, Manus, Rembong dan Rongga Koe. Mereka semua mengaku adalah
orang Manggarai dan apabila dua orang Manggarai dari bahasa yang berbeda
bertemu maka bahasa yang dipakai adalah bahasa Manggarai Ruteng yang umum
dipakai dan dikuasai oleh semua orang dalam logat atau dialek yang berbeda.
Dengan adanya kendaraan umum yang masuk desa mulai ada perkawinan dengan
orang luar desa, wilayah terdekat dalam satu wilayah Manggarai.
Masyarakat sekitar hutan termasuk ke dalam tipe masyarakat desa pertanian
ladang, memiliki ciri tingkat homogenitas yang tinggi, mulai dari mata
pencaharian, sistem pengetahuan, teknologi yang diterapkan, religi yang dianut,
organisasi sosial, kesenian maupun bahasa daerah yang digunakan. Ciri-ciri ini
diyakini mengandung nilai-nilai kearifan tradisional yang mampu menciptakan
stabilitas kondisi sosial dan kehidupan harmonis (Nugraha dan Murtijo 2005).
Nilai-nilai kearifan tradisional tersebut terbentuk dari interaksi antara
sesama anggota masyarakat dengan lingkungannya secara berulang-ulang yang
kemudian dapat mengakibatkan terbangunnya suatu sistem tatanan sosial budaya
masyarakat sekitar hutan yang menyatu dengan ekosistem lingkungan. Hutan
sebagai satu kesatuan lingkungan budaya menjadi tumpuan hidup masyarakat
sekitar hutan untuk menopang sistem kehidupannya. Budaya tersebut terbentuk
dari hubungan timbal balik yang berkesinambungan dengan lingkungan
sumberdaya hutan (Nugraha dan Murtijo 2005).
Nilai kebutuhan masyarakat meliputi sumberdaya di dalam hutan yang
diperlukan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Sumberdaya yang
diperlukan ini menyangkut kebutuhan mendasar yaitu sandang, papan dan pangan.
Kebutuhan ini seringkali bertentangan dengan kepentingan konservasi yang lebih
menitikberatkan pada aspek perlindungan kawasan.

Aspek pelestarian