Peran Perempuan Mollo dalam Konservasi Sumberdaya Alam di Desa Fatumnasi Nusa Tenggara Timur

PERA
AN PEREM
MPUAN MOLLODALAM KONSER
RVASI
SU
UMBERD
DAYA AL
LAM DI DESA
D
FA
ATUMNA
ASI
N
NUSA
TE
ENGGAR
RA TIMUR
R

MEIL
LATI LIG

GARDINII MANGG
GALA

DEPA
ARTEMEN
NKONSERVASI SU
UMBERD
DAYA HUT
TAN DAN
N EKOWISATA
FAKULT
TAS KEH
HUTANAN
N
P
IAN BOGO
OR
INSTITUT PERTANI
BOGOR
2014


PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Perempuan
Mollo dalam Konservasi Sumberdaya Alam di Desa Fatumnasi Nusa Tenggara
Timur adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014
Meilati Ligardini Manggala
NIM E34100064

ABSTRAK
MEILATI LIGARDINI MANGGALA. Peran Perempuan Mollo dalam
Konservasi Sumberdaya Alam di Desa Fatumnasi Nusa Tenggara Timur.

Dibimbing oleh ARZYANA SUNKAR dan SITI AMANAH.
Konservasi penting dilakukan semua kalangan,tapi kenyataannya masih terdapat
kesenjangan peran antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi peran perempuan dalam konservasi dan faktor-faktor yang
memengaruhi gerakan konservasi oleh perempuan. Penelitian dilakukan pada
Februari-Maret 2014 di Desa Fatumnasi Nusa Tenggara Timur dengan metode
wawancara mendalam, focus group discussion, observasi lapang, dan studi
literatur.Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis gender harvard dan
analisis deskriptif kualitatif.Peran perempuan Mollo dalam konservasi dapat
dibedakan menjadi konservasi pada tingkat genetik yaitu dalam pengawetan
kultivar lokal; pada tingkat spesies yaitu dalam penggunaan sumberdaya; dan
pada tingkat ekosistem yaitu dalam pengetahuan-pengetahuan mengenai
ekosistem itu sendiri dan pendidikan konservasi yang mereka lakukan sebagai
ibu.Faktor yang mendasari gerakan konservasi perempuan Mollo dibagi menjadi
faktor internal yaitu sifat-sifat dasar perempuandan faktor eksternal yang datang
dari lingkungan mereka.
Kata kunci: konservasi sumberdaya alam, peran perempuan, perempuan Mollo

ABSTRACT
MEILATI LIGARDINI MANGGALA. Role of Women in Natural Resources

Conservation in Fatumnasi Village of East Nusa Tenggara.Supervised by ARZYANA
SUNKAR and SITI AMANAH.
Conservation is important to be undertaken by all levels of mankind,
although in reality, there are still gaps in the percepted rolesof men and women.
This research was intented to identify the role of women in conservation of natural
resources and to analyze the underlying factors that motivated and affected the
conservation movement by women. Data collection was conducted fromFebruaryMarch 2014 in Fatumnasi Village of East Nusa Tenggara Province through indepth interview, focus group discussion, observation and literature study.Research
results were analyzed using Gender Framework Analysis and qualitative
descriptive analysis. The role of Mollo women in the conservation of natural
resources could be differentiated into three levels, namely the conservation at
genetic level with regards to local cultivars preservation; conservation at
specieslevel in the use of resources; and conservation atecosystem level related
their knowledges about the ecosystem,and also they do conservation education in
their role asa mother. The underlying factors that motivatedthe Mollo women
conservation movement and its success is divided into internal factors namely
women’s basic traits,and external factors that come from their surroundings.
Keywords:Mollo women, natural resources conservation,women’s role

PERAN PEREMPUAN MOLLO DALAM KONSERVASI
SUMBERDAYA ALAM DI DESA FATUMNASI

NUSA TENGGARA TIMUR

MEILATI LIGARDINI MANGGALA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMENKONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

: Peran Pcrempuan Mollo dalam Konservasi Sumbcrdaya Aln di
Dcsa Fatumnasi Nusa Tenggara Timur

: Meilati Ligardini Manggala
: E34100064

Disctujui oleh

Dr If Siti Amanah. MSc

Dr If Ar.'ana Sunkar. MSc

Pembimbing II

Pembimbing I

��

�.Dt

If Sambas Basuni. MS

Ketua Depart:men


Tanggal Lulus:

'1 1 S:P Z814

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
peran konservasi, dengan judul Peran Perempuan Mollo dalam Konservasi
Sumberdaya Alam di Desa Fatumnasi Nusa Tenggara Timur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Arzyana SunkarMSc dan
Ibu Dr Ir Siti Amanah MSc selaku pembimbing.Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Maman Surahman, MSi beserta jajarannya di
Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) NTT,
Bapak Gabriel Nino dan Bapak Soleman Totopolisi hutan Resort Mutis BBKSDA
NTT, Bapak Matheos Anin dan keluarga, dan juga tim PKLP Cagar Alam Mutis,
Dewi Jully Anna, Lyan Lavista Greise Aendwi, Syahru Ramdhoni, dan M Ahda
Agung Arifian yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada papa, mama, serta seluruh keluarga dan temanteman Nepenthes rafflesiana, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Meilati Ligardini Manggala

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN


1

LatarBelakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE


3

Lokasi dan Waktu

3

Alat dan Instrumen

3

Jenis Data yang Dikumpulkan

4

Metode Pengambilan Data

5

Analisis Data


5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Peran Perempuan Mollo Desa Fatumnasi

5

Akses Perempuan Mollo terhadap Sumberdaya Alam

12

Peran Perempuan Mollo dalam Konservasi Sumberdaya Alam

15

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Gerakan Perlawanan Perempuan
Mollo terhadap Keberadaan Tambang Marmer
SIMPULAN DAN SARAN

17
19

Simpulan

19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

23

vii
DAFTAR TABEL

1 Jenis data yang dikumpulkan
2 Profil aktivitas masyarakat Mollo
3 Profil akses dan kontrol masyarakat Mollo terhadap sumberdaya alam di Desa
Fatumnasi
4 Peran perempuan Mollo dalam konservasi sumberdaya alam

4
6
12
15

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6

Aktivitas pengumpulan kayu bakar
Tangki penampungan air Desa Fatumnasi
Aktivitas penanaman benih
Aktivitas produksi kerajinan tenun
Grafik profil akses dan kontrol perempuan Mollo terhadap sumberdaya alam
Curahan waktu kerja perempuan Mollo

8
8
9
10
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Kuisioner profil aktivitas
Kuisioner profil akses dan kotrol
Panduan wawancara informan tokoh adat
Panduan wawancara responden

23
24
24
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konservasi merupakan sebuah ilmu dan alat untuk pengelolaan biosfer
secara bijaksana dalam memenuhi kebutuhan manusia, sehingga menghasilkan
manfaat secara berkelanjutan.Konservasi kemudian menjadi penting dilakukan
oleh setiap kalangan karenapada dasarnya konsep alam dan manusia sama-sama
memiliki nilai dalam kehidupan (Kumar 1999, Melchias 2001, Dyke 2003,
Alikodra 2012).Konservasitelah dilakukan baik oleh pemerintah dan elemen
masyarakat lainnya baik laki-laki maupunperempuan. Menurut William de-Vries
(2006), banyak program-program pemberdayaan di daerah yang masih belum
memasukkan komponen gender, sehingga ketimpangan gender masih
ditemukan.Data anggota Kader Konservasi (PHKA 2013) menunjukkan bahwa
dari 41 972 anggota kader konservasi di seluruh Indonesia, 70% adalah lakilaki.Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa orientasi pemenuhan kebutuhan
perempuan belum menjadi fokus program, sehingga partisipasi mereka untuk
berperan menurut pengalaman, aspirasi, dan pengetahuan dalam konservasi
sumberdaya alam masih tergolong rendah.
Shiva dan Mies (2005) menyimpulkan bahwa ketidakterlibatan perempuan
dalam pengambilan keputusan mendorong mereka melakukan pergerakanpergerakan melawan perusakan lingkungan, dilatarbelakangi oleh rasa tanggung
jawab untuk memelihara dan melindungi sumber alam serta menghentikan
kerusakan lingkungan.Agrawal et al. (2006) menyatakan bahwa perempuan
berperan sebagai pengumpul dan pengolah sumberdaya hutan (non-kayu) dalam
pemenuhan kebutuhan rumah tangga.Perempuan, khususnya yang tinggal di
sekitar hutan, lebih peka terhadap keseimbangan alam yang rusak (Shiva 1988,
Aryal dan Zoebisch 2004, Agarwal 2009).Di sisi lain laki-laki adalah pengambil
keputusan dan perencana pengelolaan terkait pemanfaatan sumberdaya hutan.
Banyak bukti nyata keberhasilan gerakan perempuan dalam memerjuangkan
pelestarian alam (Shiva dan Mies 2005). Keberhasilan gerakan konservasi
perempuan juga dijumpai di Indonesia, di antaranya adalah perempuan adat Toro
(Toheke dan Pelea 2005), perempuan Desa Nyuncung Jawa Barat (Hidayati
2007), dan gerakan menenun perempuan Mollo untuk menolak tambang marmer
di daerah Mollo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (Arvhian dan Seo 2012).
Gerakan konservasi yang menunjukkan pentingnya peran perempuan dalam
konservasi harus diapresiasi oleh publik dan pemerintah pada
khususnya.Kesuksesan keberhasilan gerakan perempuan dalam konservasi
tersebut dan minimnya pemberdayaan perempuan dalam bidang konservasi
membuat peranan perempuan dalam konservasi dan faktor pendorong gerakannya
menarik untuk dikaji.

Perumusan Masalah
Indonesia pada saat ini masih banyak mengalami permasalahan terkait
konservasi sumberdaya alam.Menurut Purwanto (2003)dan Alikodra (2012) akar
pokok permasalahan konservasi saat ini adalah pembangunan yang belum diikuti

2
dengan upaya nyata terhadap perlindungan dan pelestarian sumberdaya alam dan
lingkungannya.Selain itu menurut Agrawal et al. (2006) dan Agarwal (2009),
konservasi saat ini belum bisa merangkul setiap kalangan terutama kaum
perempuan.Hal tersebut menjadi sebuah permasalahan karena menurut Agarwal
(2010) pemberian peran yang lebih besar terhadap perempuan dalam konservasi
membuat konservasi berjalan lebih sukses bila dibandingkan dengan keterbatasan
perempuan hanya sebagai pengumpul dan pengguna sumberdaya.
Suku Mollo di Desa Fatumnasi, Nusa tenggara Timur, merupakan salah satu
suku di Indonesia yang menganut budaya patriarki dimana pengambilan
keputusan dikuasai oleh kaum laki-laki(Sasnida 2012).Masyarakat Mollo
memiliki pembagian kerja yang jelas dalam kehidupan mereka yaitu perempuan
bekerja di rumah untuk mengurus pekerjaan rumah tangga dan anak, sementara
laki-laki bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah.Sementara dalam gerakan
menolak penambangan marmer yang terjadi pada tahun 2006 di desa mereka, para
perempuan melakukan gerakan menggantikan perjuangan laki-lakiyang tidak
berhasil.Sementara para perempuan berjuang dengan melakukan aktivitas
menenun massal, laki-laki mengambil alih peran perempuan denganmengurus
rumah(Arvhian dan Seo 2012).Berdasarkan hal di atas,masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Peran apa yang dimiliki oleh perempuan Mollo dalam konservasi sumberdaya
alam?
2. Apa motivasi perempuan Mollo dalam melakukan gerakan konservasi menolak
pertambangan?
3. Apa faktor-faktor pendorong keberhasilan gerakan para perempuan Mollo?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi peran perempuan Mollo dalam kegiatan konservasi
sumberdaya alam.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mendasari inisiasi gerakan konservasi oleh
perempuan Mollo dan keberhasilannya.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan mengenai peranan perempuan dalam
kegiatan konservasi.
2. Pemberdayaan perempuan dalam upaya konservasi.

3

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Desa Fatumnasi Kecamatan Fatumnasi Kabupaten
Timor Tengah Selatan (TTS)Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam waktu
satu bulan setengah mulai dari awal Februari 2014 sampai dengan pertengahan
Maret 2014. Desa Fatumnasi dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan
satu-satunya desa yang menolak adanya kegiatan penambangan dari awal tambang
masuk di desa mereka.

Alat dan Instrumen
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, perekam suara,
dan kamera. Sedangkan instrumen penelitian adalah panduan wawancara dan alat
analisis gender Harvard yaitu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil
gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan,
yang menekankan pentingnya interelasi antara komponen profil aktivitas, akses,
dan kontrol (Overholt et al. 1986 dalam Handayani dan Sugiarti 2008).
Profil aktivitas dirinci melalui daftar aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat dalam tiga sektor yaitu:sektor reproduksi, sektor produksi, dan sektor
sosial (Lampiran 1).Sementara profil akses dan kontrol terbagi ke dalam akses
terhadap sumberdaya dan manfaat yang diperoleh (Lampiran 2).Profil tersebut
dibuat dalam bentuk tabel diisi dengan nilai tidak ada, rendah, sedang, tinggi, dan
tinggi sekali berdasarkan kriteria berikut:
1. Tidak ada (0)
: bila salah satu pihak (laki-laki atau perempuan) tidak
melakukan aktivitas apapun dalamaktivitas domestik,
produksi, dan sosial, serta tidak memiliki akses dan kontrol
apapun terhadap sumberdaya alam dan manfaat yang
diperoleh.
2. Rendah (1)
: bila salah satu pihak memiliki intensitasdalam aktivitas
domestik, produksi, dan sosial yang dilakukan, serta akses
dan kontrol terhadap sumberdaya alam dan manfaat yang
diperoleh75%.
5. Tinggi sekali (4) : bila aktivitas domestik, produksi, dan sosial selalu
dilakukan oleh salah satu pihak,serta akses dan kontrol
terhadap sumberdaya alam dan manfaat yang diperoleh
hanya dapat diperoleh oleh salah satu pihak.

4
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer yang
menjadi data utama yang diambil dalam penelitian dan data sekunder yang
mendukung data primer dalam pengolahan data. Rincian jenis data yang
dikumpulkan tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan
No
1

Parameter
Adat istiadat
Perempuan
Mollo

Variabel

Jenis Data

Sumber Data

Metode

Tradisi adat
perempuan Mollo
dalam
memanfaatkan
sumberdaya hutan

Primer

Tokoh adat
Mollo

Wawancara
dan
Observasi
Lapang

Bentuk dan
intensitas aktivitas
pemanfaatan hutan
oleh perempuan
Mollo dari sisi mata
air, flora, dan
fauna.

Primer

Perempuan
Mollo

Wawancara
dan
Observasi
Lapang

Faktor-faktor yang
mengawali dan
mendorongperemp
uan Mollo
melakukangerakan
konservasi

Primer

PerempuanM
ollo

Wawancara
dan
observasi
lapang

2.

Proses gerakan
konservasi
Masyarakat
Mollo

Motif perempuan
Mollo dalam
gerakan konservasi

Primer
dan
Sekunder

Perempuan
Mollo dan
dokumen

Wawancara,
observasi
lapang, dan
data
sekunder

3.

Program
Pemberdayaan
Perempuan

Bentuk program
pemberdayan
masyarakat yang
dilakukan di Desa
Fatumnasi

Sekunder

Pelaksana
program
(LSM atau
Pemerintah)

Wawancara
dan
observasi
lapang

4.

Kondisi Desa

Jumlah Penduduk,
Letak geografis,
Kondisi sosial
ekonomi desa

Sekunder

Masyarakat
Mollo dan
dokumen
profil Desa
Fatumnasi

Wawancara,
observasi
lapang, dan
studi pustaka

Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data dilakukan melalui pendekatan triangulasi yaitu
menggunakan kombinasi tigametoda sebagai berikut:

5
1. Studi literatur untuk mendapatkan data dan informasi mengenai gambaran
umum lokasi penelitian yaitu dari hasil penelitian yang pernah dilakukan dan
pustaka berupa teori yang berkaitan dengan penelitian, dan juga informasi
berita kasus konflik di Mollo dari internet dan koran.
2. Wawancara: (a)wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara
(Lampiran 3 dan Lampiran 4).Wawancara mendalam dilakukan kepada
informan kunci yaitu satu orang tetua adat dan tiga orang perempuan pelopor
gerakan konservasi Fatumnasi, dan 13 orang responden perempuan yang
dipilih dengan caraconvenience sampling. Dasar penggunaan sampling ini
adalah pemilihan responden dibatasi oleh waktu penelitian; (b) Focus Group
Discussion (FGD) dilakukan bersama kelompok ibu-ibu dari Kelompok
Pariwisata dan Kelompok Tenun Desa Fatumnasi sebanyak 14 orang dengan
tema diskusi peran perempuan Mollo dalam rumah tangga, publik, dan
konservasi.
3. Observasi partisipatif yaituobservasi terhadap subjek pengamatan dengan
langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan
subjek pengamatan. Sehingga pengamat mengambil bagian dalam kehidupan
budaya subjek pengamatan.

Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif dengan poin analisis
yang dilakukan diantaranya adalah :
1. Analisis peran perempuan dan laki-laki adat Mollo dalam rumah tangga dan
konservasi menggunakan teknik analisis gender Harvard atau sering disebut
Gender Framework Analysis (GFA).
2. Analisis faktor penyebab gerakan konservasi yang dilakukan dan analisis
dukungan dan hambatan yang dihadapi perempuan dalam konservasidengan
cara mendeskripsikan seluruh data yang telah diperoleh secara kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Peran Perempuan Mollo Desa Fatumnasi
Masyarakat Fatumnasi merupakan masyarakat yang masih bergantung pada
sumberdaya alam khususnya hasil hutan.Masyarakat menggunakan kayu bakar,
mengambil air yang bersumber dari mata air di dalam hutan, dan menambah
bahan makanan dari sumberdaya alam di dalam hutan berupa tumbuhan liar.Selain
itu masyarakat juga beternak lepas di dalam hutan dan memanen madu hutan
untuk dijual sebagai komoditi andalan untuk menambah penghasilan rumah
tangga.Kondisi tersebut disebabkan oleh letak geografis Desa Fatumnasi yang
dikelilingi kawasan hutan Mutis. Menurut Colfer et al. (1999) akses ke dalam
hutan yang lebih mudah dibanding akses ke pasar atau kota akan menyebabkan
masyarakat lebih memilih bergantung terhadap hutan dibanding memenuhi
kebutuhan dari pasar. Levang (2002) menyebutkan bahwa terbatasnya
aksesibilitas sama dengan hutan yang terlindungi karena kondisi tersebut

6
memungkinkan masyarakat menggunakan sumberdaya alam dengan intensitas
tinggi.
Pemanfaatan sumberdaya alam di Desa Fatumnasi dilakukan baik oleh lakilaki dan perempuan.Wiliam-de Vries (2006) mendefinisikan peran gender sebagai
peran yang diciptakan oleh masyarakat bagi laki-laki dan perempuan yang
terbentuk melalui berbagai sistem nilai-nilai adat, pendidikan, agama, politik,
ekonomi, dan lain sebagainya.Berdasarkan hal tersebut, pembagian peran gender
di Fatumnasi tercipta berdasarkan nilai-nilai adat yang berlaku bagi masyarakat
Mollo(Tabel 2)yang juga ditemukanpada masyarakat adat Toro di Sulawesi
Tengah (Toheke dan Pelea 2005).
Tabel 2 Profil aktivitas masyarakat Mollo
Dewasa
L

Aktivitas
A. Aktivitas Domestik
Mencuci
Mengambil air
Mengumpulkan kayu bakar
Menyiapkan makanan
Mengasuh anak
Bersih-bersih
Memperbaiki lopo
Menjaga kesehatan keluarga
B. Aktivitas Produksi
Pertanian
Mengolah tanah
Menanam benih
Pemeliharaan tanaman
Pemanenan
Pembersihan lahan
Pemilihan calon benih
Pemagaran ladang
Pengolahan hasil panen
Peternakan
Memberi makan ternak besar
Memberi makan ternak kecil
Memantau ternak di hutan
Hasil hutan non kayu
Madu
Kerajinan Tenun

P

Anak-anak
L
P

 

 

1
1
0
0
0
4
0
 
 
3
0
2
2
3
0
4
0
 
3
0
4
2
0

1
4
0


0
3
0
0
4
0
0
 
 
0
0
0
1
1
0
0
0
 
0
1
0

2
4

1
0

4
3
3
4
4
4
0
4

1
4
2
2
1
4
0
4

2
0
3
2
0
1
0
0

0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1

Tabel 2 Profil aktivitas masyarakat Mollo (lanjutan)
Dewasa
Anak-anak
Aktivitas
L
P
L
P
 
 
C. Aktivitas Sosial

7
Gerakan konservasi
Pemberdayaan masyarakat

1
3

3
1

0
0

0
0

Keterangan :0 tidak ada, 1 rendah, 2 sedang, 3 tinggi, 4 tinggi sekali

Tabel 2 menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat Mollo dapat dibagi
menjadi tiga yaitu aktivitas domestik atau aktivitas yang berhubungan dengan
rumah tangga, aktivitas produksi, dan aktivitas sosial.Terdapat delapan jenis
aktivitas domestik yang teridentifikasi dilakukan oleh masyarakat Mollo di Desa
Fatumnasi. Sebanyak lima dari delapan aktivitas domestik tersebut hanya
dilakukan oleh perempuan dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembagian
peran gender di Desa Fatumnasi, tugas utama perempuan adalah sebagai ibu
rumah tangga yang khusus bekerja di sektor domestik atau rumah tangga.Hal
tersebut juga ditunjukkan olehperan anak perempuan yang juga lebih banyak
dibandingkan peran anak laki-laki. Menurut teori belajar sosial (social-learning
theory) berdasarkan konsep nature-nurturer perbedaan peran gender merupakan
hasil dari tuntutan dan harapan lingkungan (Sadli 2010). Maka dari itu anak
perempuan di Mollo diarahkan untuk menjadi ibu rumah tangga sebagai tuntutan
dan harapan dari lingkungan dengan pemberian tugas yang berbeda dengan anak
laki-laki.
Perempuan Mollo juga dilibatkan hampir di seluruh aktivitas produksi yang
ada di Desa Fatumnasi.Selain itu dari dua aktivitas dalam bidang sosial,
perempuan berkontribusi lebih banyak dalam gerakan konservasi dan sedikit
dilibatkan dalam program pemberdayaan masyarakat.Maka dari itu dalam
kehidupan masyarakat Mollo peran perempuan lebih banyakdengan intensitas
yang tinggi di seluruh aktivitas.Walaupun demikian hal tersebut tidak menutup
peran laki-laki yang terlihat sedikit dalam Tabel 2.Laki-laki Mollo berperan tinggi
dalam aktivitas produksi pertanian dan peternakan, waktu mereka habis untuk
kedua aktivitas tersebut karena biasanya dilakukan di lokasi yang jauh dari rumah.
Perempuan dan laki-laki Mollo bekerja sama dalam setiap aktivitas tergantung
pada waktu yang mereka miliki untuk mengerjakan aktivitas-aktivitas tersebut.
Peran Perempuan Mollo dalam Rumah Tangga
Ibu rumah tangga Mollo memiliki tugas mencuci, mengambil air,
mengumpulkan kayu bakar, menyiapkan makanan, mengasuh anak,
membersihkan rumah, dan menjaga kesehatan keluarga.Kegiatan rumah tangga
tersebut banyak berhubungan dengan sumberdaya alam terutamadalam kegiatan
memasak.Wan et al. (2011) menyebutkan bahwa sebagian besar perempuan di
dalam hutan bekerja sebagai pengumpul dan pemakai sumberdaya untuk
digunakan dalam peran mereka sebagai penyedia makanan di rumah.Bahan
makanan yang digunakan oleh perempuan Mollo didapatkan dari kebun, pasar,
dan juga tumbuhan liar di dalam hutan.Selain bahan makanan, perempuan Mollo
juga menggunakan sumberdaya untuk bahan obat-obatan dan bahan
tenun.Perempuan Mollo di Desa Fatumnasi melakukan kegiatan memasak dimulai
dari mengumpulkan bahan makanan sampai memasak makanan menggunakan
kayu bakar.Kayu bakar yang sering diambil adalah kayu kering dari rantingranting dan dahan-dahan pohon yang jatuh ke lantai hutan ataupun dari pohon
kayu yang mati di hutan.Kayu bakar merupakan bahan bakar utama untuk
memasak di Desa Fatumnasi.Kayu bakar lebih banyak digunakan karena lebih

8
mudah didapatkan dan lebih murah dibanding minyak tanah.Ketergantungan
terhadap hutan dapat tercermin dari pemanfaatan hutan sebagai sumber
pendapatan keluarga dan sumber keperluan domestik.
Perempuan Mollo biasa mengambil kayu bakar secara berkelompok dengan
tetangga mereka, ataupun dengan anak-anak mereka seperti terlihat pada Gambar
1.Pekerjaan ini biasa dilakukan oleh seluruh anggota keluarga, namun perempuan
dan anak-anak lebih sering melakukannya dibanding laki-laki.Hal yang berbeda
ditemui di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani(Sukardi et al.2008) yang
menyebutkan bahwa interaksi dengan sumberdaya hutan dalam rumah tangga
umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki yang dibantu oleh kaum perempuan.

Gambar 1 Aktivitas pengumpulan kayu bakar
Pemanfaatan sumberdaya lainnya oleh perempuan Mollo adalah
pemanfaatan air.Shiva dan Mies (2005) menyebutkan bahwa air merupakan hal
yang paling penting bagi perempuan terutama ibu rumah tangga, karena seluruh
kegiatannya berhubungan dengan air.Perempuan Mollo menggunakan air hampir
dalam seluruh kegiatan rumah tangga yaitu mencuci, memasak, dan mengisi air
kamar mandi.Air yang didapat umumnya dari tangki air desa yang ditempatkan
sebanyakan satu buah untuk setiap 10 rumahseperti tergambar dalam Gambar
2.Sementara masyarakat memanfaatkan sungai yang mengalir dari dalam hutan
untuk aktivitas mencuci.

Gambar 2Tangki penampungan air Desa Fatumnasi
Peran Perempuan Mollo dalam Aktivitas Produksi
Aktivitas produksi di Desa Fatumnasi terbagi ke dalam 4 kegiatan utama
yaitu pertanian, peternakan, pengolahan hasil hutan madu, dan kerajinan
tenun.Pertanian merupakan produk utama dalam peningkatan pendapatan Desa

9
Fatumnasi.Semua desa di sekitar Gunung Mutis merupakan daerah pemasok
utama sayur-sayuran di Pulau Timor terutama Desa Fatumnasi.Wilayah Gunung
Mutis memiliki tanah yang lebih subur dibandingkan tanah di daerah lainnya di
Pulau Timor sehingga sayuran tumbuh lebih subur (Farram 2004).Pertanian yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Fatumnasi adalah pertanian tanaman pangan
meliputi sayur-sayuran dan jagung, di antaranya wortel, kentang, daun bawang,
dan bawang putih.
Aktivitas berladang dimulai dari pemilihan benih sampai dengan
pemanenan hasil.Perempuan Mollo memiliki tugas utama dalamseleksi benih,
penanaman benih (Gambar 3), dan pengolahan pasca panen, sedangkan pekerjaan
lainnya dilakukan secara bersama-sama dengan laki-laki.Peran serupa juga
dijumpai di Tana Toraja(Dungga 2007) dan Guatemala (Lara dan Azurdia
2002).Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran perempuan dalam
pertanian sangat erat kaitannya dengan pengelolaan benih.

Gambar 3 Aktivitas penanaman benih
Aktivitas produksi lainnya yang melibatkan perempuan terkait peternakan.
Ternak utama di Gunung Mutis dulu ada tiga yaitu kerbau, kuda, dan sapi.Namun
saat ini sapi dirasa lebih mudah untuk dipelihara dan lebih mudah
dikembangbiakkan dibanding kerbau, sehingga masyarakat sudah tidak lagi
beternak kerbau.Sekarang ini, hanya satu orang di Desa Fatumnasi yang masih
memiliki kerbau.Selain tiga hewan tersebut, masyarakat Fatumnasi juga
memelihara ternak babi dan ayam.Masyarakat memiliki tradisi melepasliarkan
ternak sapi dan kuda di hutan agar mereka tidak perlu mencari pakan untuk ternak
mereka (WWF 2010).Sementara ternak babi dan ayam dikandangkan dekat
rumah.
Perempuan biasanya bertangung jawab terhadap ternak babi dan ayam
karena lokasinya yang dekat rumah, sehingga memudahkan perempuan untuk
mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya(Dungga 2007).Selain itu pakan
untuk ternak babi dan ayam yang diberikan berupa makanan sisa dapur, sehingga
perempuan tidak perlu melakukan pekerjaan dua kali untuk mencari pakan ternak
babi dan ayam. Selain tugas utama mengurus ternak kecil, perempuan juga
memiliki tugas lain mengurusi ternak besar saat laki-laki tidak ada di rumah.
Aktivitas produksi lainnya adalah produksi madu hutan yang dilakukan
secara tradisional dengan unsur-unsur adat yang masih melekat kuat.Pemanenan

10
madu hutan di Gunung Mutis dilakukan dua kali dalam setahun dengan waktu
yang telah ditentukan oleh dewan adat.Peran perempuan dalam produksi madu
adalah menyiapkan keperluan adat untuk ritual pemanenan madu hutan dan juga
memasak makanan untuk bekal selama ritual panen madu hutan
berlangsung.Dungga (2007) menyatakan bahwa peran perempuan lebih dominan
dalam pekerjaan yang berhubungan dengan pengolahan makanan dalam acaraacara adat.
Pemanenan madu hutan di masyarakat Mollo utamanya di Fatumnasi
dilakukan oleh keluarga besar satu marga.Ritual dilaksanakan oleh tetua adat yang
bisa membaca mantra-mantra adat, sementara pemanenan madu dilakukan oleh
seorang pemanjat.Seorang pemanjat biasanya merupakan ahli yang tidak harus
merupakan anggota keluarga tersebut.Ritual tersebut berbeda dengan ritual
pemanenan madu di daerah Taman Nasional Teso Nilo (TNTN) (Anggraheni
2012).Pemanenan madu hutan di TNTN dilakukan hanya oleh kelompok pemanjat
dan tetua adat yang biasanya kaum laki-laki.
Pekerjaan produksi utama yang hanya dilakukan oleh perempuan Mollo
adalah menenun (Gambar 4).Tenun bagi masyarakat NTT pada dasarnya dibuat
bukan untuk dijual, melainkan utamanya digunakan untuk keperluan adat (Oktora
2011).Menenun merupakan sebuah keterampilan yang wajib dikuasai oleh
perempuan Mollo pada masa lalu, karena merupakan salah satu syarat perempuan
Mollo diizinkan menikah.Dalam kebudayaan Mollo, perempuan harus
membuatkan perlengkapan pakaian calon suaminya sebelum menikah.

Gambar 4 Aktivitas produksi kerajinan tenun
Salu (2013) mengatakan bahwa sejumlah nilai luhur dari kegiatan tenun
tradisional sudah terkikis oleh modernisasi sehingga angkatan muda sudah tidak
lagi mengenal kain tenun tradisional apalagi memiliki pengetahuan mengenai cara
pembuatannya. Beberapa perempuan Mollo di Fatumnasi masih mengajarkan
anak perempuan mereka menenun walaupun baru dimulai di usia remaja setelah
lulus sekolah SMP atau SMA. Namun sebagian lagi sudah tidak mewajibkan
anak-anak perempuan mereka belajar tenun karena dalam budaya pernikahan
zaman sekarang pun kewajiban perempuan untuk membuatkan seperangkat
pakaian laki-laki sudah bergeser nilainya.Sekarang perempuan yang masih
menenun merupakan mereka yang menggantungkan pendapatan rumah tangganya
dari penjualan hasil tenun.Karena harga kain tenun ikat tradisional bisa mencapai
minimal Rp 500000 per lembar (Oktora 2011), dan dengan lokasi desa yang juga

11
menjadi salah satu tujuan wisata lokal dan internasional penjualan hasil tenun ini
dapat meningkatkan pendapatan.
Peran Perempuan Mollo dalam Aktivitas Sosial
Pada tahun 2006 gerakan konservasi untuk menolak tambang marmer
dilakukan oleh masyarakat Desa Fatumnasi di Batu Fautlik, salah satu lokasi batu
marmer di Desa Fatumnasi.Gerakan konservasi di Desa Fatumnasi dipelopori oleh
seorang ibu yang tinggal tepat di bawah Batu Fautlik.Gerakan ini dilatarbelakangi
oleh adanya kerusakan lingkungan akibat pertambangan marmer, kebutuhan
terhadap sumberdayaalam, dan pemikiran keberlanjutan pemanfaatan bagi
generasi mendatang.Gerakan konservasi di Fautlik merupakan gerakan ke-dua di
daerah Mollo untuk menolak pertambangan marmer.Gerakan konservasi
sebelumnya terjadi di Desa Lelobatan yaitu gerakan Batu Nausus dan Batu
Anjaf.Pertambangan batu marmer di Kecamatan Mollo Utara berlokasi di tiga
desa yaitu Desa Tunua, Lelobatan, dan Fatumnasi.Pengalaman di dua desa
sebelumnya menjadi inspirasi bagi masyarakat Fatumnasi untuk menolak tambang
marmer.Setelah pertambangan marmer dilakukan di Tunua dan Lelobatan
terjadidegradasi lingkungan diantaranya longsor dan kekeringan.Kejadian ini
mendorong masyarakat Fatumnasi melakukan gerakan konservasi menolak
pertambangan marmer untuk menjaga lingkungan mereka yang belum rusak
akibat tambang marmer.Peran perempuan yang besar dalam gerakan ini adalah
untuk membantu keberhasilan gerakan menolak tambang marmer.
Perempuan yang berperan penting dalam memelopori gerakan konservasi
tersebut adalah mereka yang tinggal dekat dengan lokasi pertambangan marmer
dan juga mereka yang berasal dari marga-marga yang merupakan pemiliki batu
namapada lokasi pertambangan marmer tersebut. Perempuan-perempuan tersebut
kemudian mengajak perempuan-perempuan lainnya untuk melakukan gerakan
konservasi menolak pertambangan marmer.Shiva dan Mies (2005) menyatakan
bahwa gerakan-gerakan melawan perusakan lingkungan yang dilakukan oleh
perempuan di seluruh dunia pada dasarnya dilakukan karena solidaritas
perempuan yang tinggi terhadap sesamanya.
Aktivitas sosial lainnya adalah pemberdayaan masyarakat. Teridentifikasi
sebanyak empat program pemberdayaan masyarakat, yaitu pemberdayaan
masyarakat mitra polhut, pemberdayaan pertanian dan peternakan, pemberdayaan
kelompok pariwisata, dan pemberdayaan kelompok tenun ikat.Program yang
terfokus pada perempuan adalah program pemberdayaan tenun ikat, sisanya
perempuan juga mengikuti program pemberdayaan kelompok pariwisata. Untuk
program pemberdayaan lainnya perempuan tidak dilibatkan sama sekali. Hal ini
disebut sebagai program yang belum berperspektif gender (William de-Vries
2006) karena tidak dilibatkannya salah satu pihak dalam program.Walaupun
perempuan berperan dalam setiap aktivitas yang ada di desa, namun pelibatannya
tidak ada di setiap program pemberdayaan yang ada.

Akses Perempuan Mollo terhadap Sumberdaya Alam

12
Akses terhadap sumberdaya menunjukkan informasi mengenai siapa
memperoleh apa dan siapa menikmati apa dari akses tersebut, sementara yang
dimaksud dengan kontrol adalah siapa yang berperan sebagi pengambil keputusan
dan kontrol terhadap penggunaan sumberdaya (Handayani dan Sugiarti 2008)
(Tabel 3). Sumberdaya yang diamati dalam penelitian ini terbatas pada
sumberdaya alam.Undang-undang No 32 tahun 2009 menyebutkan sumberdaya
alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumberdaya hayati dan
nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem.Alikodra
(2012) menambahkanbahwa sumberdaya alam sebagai sumber-sumber alam yang
masih tersimpan dan belum dikelola dan/atau yang sudah diketahui dan
dimanfaatkan.
Tabel 3 menunjukkan bahwa akses dan kontrol perempuan Mollo terhadap
sumberdaya alam lebih banyak atau lebih sering dibanding laki-laki. Hal ini sama
seperti yang ditemukan oleh YTNF (2006) dalam Wasa dan Beribe (2009) bahwa
perempuan memiliki akses dan kontrol yang tinggi terhadap sumberdaya
khususnya sumber pangan. Akses dan kontrol yang tinggi ini disebabkan oleh
perempuan yang lebih sering memanfaatkan sumberdaya tersebut dibanding lakilaki.
Tabel 3Profil akses dan kontrolmasyarakat Mollo terhadap sumberdaya alam di
Desa Fatumnasi
Akses
Kontrol
Sumberdaya Alam
L
P
L
P
Hayati
Kayu
Bahan bakar
1
3
1
2
Bahan bangunan
2
0
1
1
Non Kayu
Tumbuhan liar
Bahan makanan
1
3
1
2
0
3
1
2
Bahan tenun
1
3
1
2
Obat-obatan
Satwa liar
0
0
1
1
Madu
2
2
1
1
Non Hayati
Air
1
3
1
1
Batu marmer
0
0
1
1
Manfaat
Kebutuhan dasar
2
2
1
3
Pemilikan kekayaan
2
2
2
2
Pendapatan
2
2
2
2
Keterangan : 0 tidak ada,1 rendah,2 sedang,3 tinggi,4 tinggi sekali

Akses dan kontrol perempuan Mollo terhadap sumberdaya alam secara lebih
jelas terlihat pada Gambar 5.Perempuan selalu memiliki kontrol setidaknya 1 atau
rendah untuk setiap sumberdaya. Sementara akses mereka terhadap lima jenis

13
sumberdaya alam tinggi, akses terhadap madu hutan sedang, dan tidak ada akses
untuk kayu bangunan dan batu marmer. Keputusan dan kontrol terhadap
sumberdaya alam di Fatumnasi dipegang oleh hukum adat yang diwariskan secara
turun temurun, sedangkan kontrol terhadap hutan dipegang oleh peraturan
kehutanan Indonesia karena hampir seluruh hutan yang mengelilingi Desa
Fatumnasi adalah hutan negara terdiri dari hutan lindung dan cagar alam. Namun
secara tidak langsung perempuan memiliki kontrol sendiri terhadap beberapa
sumberdaya alam seperti bahan makanan, kayu bakar, bahan tenun, dan obatobatan karena mereka memiliki akses pemanfaatan sumberdaya yang lebih
tinggi.Hal ini sejalan dengan Agrawal et al. (2006) yang menyatakan bahwa
perempuan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang memaksimalkan
sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
4
3
2
1
0

Akses
Kontrol

Gambar 5 Grafik profil akses dan kontrol perempuan Mollo terhadap
sumberdaya alam
Wan et al. (2011) menyebutkan bahwa perempuan dengan peran utamanya
sebagai penyedia makanan di rumah memiliki keinginan yang lebih kuat untuk
menjaga sumber makanan lokal agar tetap lestari.Keinginan kuat tersebut yang
membuat perempuan secara tidak langsung memiliki kontrol lebih dibanding lakilaki untuk menjaga kelestarian sumberdaya tersebut. Seperti yang disebutkan oleh
Shiva dan Mies (2005), bahwa dalam sebagian besar kebudayaan yang ada,
perempuan telah menjadi pelindung dan pemelihara keanekaragaman hayati
dengan cara memproduksi, mengembangkan kembali, mengkonsumsi, dan
melestarikan keanekaragaman hayati tersebut. Maka dari itu, perempuan secara
tidak langsung merupakan pembuat keputusan saat akan mengakses sumberdaya
tersebut.Mereka akan membuatkeputusan mengenai jumlah kayu bakar yang
boleh diambil per harinya untuk memenuhi kebutuhan semua orang di desa, juga
dalam mengumpulkan bahan makanan liar yang ditemukan seperti jamur dan
selada air yang tumbuh hanya dalam kondisi-kondisi tertentu. Berdasarkan hasil
wawancara, para perempuan mengaku hanya mengambil bahan makanan yang
mereka temukan secukupnya agar bahan makanan masih dapat diambil keesokan
harinya atau juga memberikan kesempatan kepada perempuan lain yang juga
membutuhkan bahan makanan tambahan. Jelas sekali bahwa perempuan Mollo
memegang peran penting sebagai pelestari alam.

14

Curahan waktu kerja perempuan Mollo
Berdasarkan peran-peran yang telah dipaparkan sebelumnya diperoleh
curahan waktu kerja perempuan Mollo seperti pada Gambar 6.Dalam waktu 24
jam, perempuan Mollo melakukan pekerjaan reproduksi sebesar 50% dan
pekerjaan produksi 29%, sedangkan sisanya sebesar 21% dilakukan untuk
istirahat.Hal tersebut menunjukkan peran ganda yang dimiliki oleh perempuan
karena bekerja di dua sektor yaitudomestik dan produksi.

Istirahat
21%
Domestik
50%

Produksi
29%

Membersihkan rumah

Menyiapkan makanan

Mengambil kayu bakar

Mencuci

Mengambil air

Mengasuh anak

Memberi makan ternak Bekerja di ladang
Menenun

Istirahat

Gambar 6 Curahan waktu kerja perempuan Mollo
Aktivitas domestik yang membutuhkan waktu terbanyak adalah menyiapkan
makanan dan mengasuh anak.Hal ini disebabkan oleh proses menyiapkan
makanan yang cukup lama dari mulai pengambilan bahan makanan di pekarangan
atau di ladang sampai memasak makanan di atas tungku. Sementara itu dalam
sektor produksi pekerjaan yang paling lama dilakukan adalah pekerjaan di ladang,
disebabkan oleh jarak ladang yang biasanya jauh dari rumah.Pekerjaan memberi
makan ternak paling cepat dilakukan karena makanan ternak babi dan ayam tidak
memerlukan pengolahan yang lama dan kandang babi dan ayam berada di dekat
rumah.
Pada dasarnya seluruh responden perempuan Mollo cenderung lebih
menyukai pekerjaan sektor domestik dan juga aktivitas produksi tenun karena
sama-sama dilakukan di dalam rumah.Perempuan Mollo harus memilih antara
bekerja tenun dan bekerja di kebun.Hal ini disebabkan oleh waktu dan tenaga
mereka yang terbatas untuk mengerjakan keduanya.Apabila memilih antara

15
bekerja tenun dan berkebun sebagian besar perempuan Mollo yang bertenun lebih
memilih bekerja tenun dibandingkan harus pergi ke kebun.Namun ketahanan
pangan keluarga mereka bergantung pada kebun yang mereka kelola sendiri,
sehingga antara bekerja tenun dan kebun bukanlah sebuah pilihan keduanya harus
mereka kerjakan sebisa mereka. Perempuan Mollo yang bertenun untuk
pendapatan tambahan rumah tangga mereka akan selalu mengusahakan waktu
luang mereka untuk tenun.
Setyowati dan Adi (2008) menyatakan bahwa perempuan di pedesaan
terutama yang bekerja di sektor pertanian biasanya mempunyai tanggung jawab
ganda yang relatif besar. Perempuan wajib membantu suami dalam kegiatan
produksi sumber makanan keluarga, di sisi lain pekerjaannya sebagai ibu rumah
tangga sudah menyita waktu banyak.Namun hal tersebut belum diakui sebagai
pekerjaan yang berpengaruh untuk pembangunan ataupun konservasi karena pada
kenyataannya pekerjaan yang dilakukan perempuan tersebut merupakan tugas ibu
rumah tangga (Lara dan Azurdia 2002). Di sisi lainCI (2008) menyatakan bahwa
peran perempuan tersebut berpengaruh pada pengetahuan mereka mengenai
sumberdaya alam yang akan memengaruhipemanfaatansumberdaya alam dan juga
pelestariannya.

Peran Perempuan Mollo dalam Konservasi Sumberdaya Alam
Konservasi merupakan sebuah ilmu dan alat untuk pengelolaan biosfer
secara bijaksana untuk memenuhi kebutuhan manusia, sehingga menghasilkan
manfaat secara berkelanjutan bagi generasi kini dan generasi mendatang dengan
dasar konsep alam dan manusia yang sama-sama memiliki nilai dalam kehidupan
(Kumar 1999, Melchias 2001, Dyke 2003, Alikodra 2012). Primack(2007)
menyebutkan bahwa perlindungan keanekaragaman hayati merupakan pusat dari
konservasi.Berdasarkan hal tersebut Primack (2007) menggolongkan
keanekaragaman hayati ke dalam tiga tingkatan yaitu keanekaragaman genetik,
spesies, dan ekosistem.Peran perempuan Mollo dalam konservasi berdasarkan tiga
tingkatan tersebut dijelaskan dalam Tabel 4.

No
1
2
3

Tabel 4 Peran perempuan Mollo dalam konservasi sumberdaya alam
Tingkatan Konservasi
Peran Perempuan
Konservasi tingkat genetik
Pengawetan kultivar lokal
Konservasi tingkat spesies
Pengumpul dan pengguna spesies
Konservasi tingkat ekosistem
Pengumpul dan pengguna jasa
lingkungan
Peran penting dalam pendidikan
konservasi

Berdasarkan Tabel 4, maka dapat disimpulkan bahwa perempuan Mollo
melakukan konservasi di seluruh tingkat keanekaragaman hayati.Perempuan
Mollo menjadi kunci dalam pengawetan kultivar lokal yang berpengaruh pada
ketahanan pangan lokal.Penggunaan spesies untuk kebutuhan sehari-hari menjadi
penting karena dapat mempertahankan nilai lokal spesies tersebut untuk terus
dilindungi, diawetkan, dan digunakan secara berkelanjutan.Penggunaan spesies-

16
spesies penting tersebut juga berpengaruh pada pemeliharaan ekosistem sebagai
tempat tumbuh spesies-spesies yang dibutuhkan tersebut.Perempuan Mollo juga
berperan penting dalam pendidikan konservasi dalam keluarga untuk menularkan
budaya-budaya memelihara alam kepada anak-anak.Shiva dan Mies (2005)
menyebutkan bahwa perempuan telah menjadi pelindung dan pemelihara
keanekaragaman hayati hampir di seluruh kebudayaan yang ada di dunia.Peran
perempuan dalam konservasi keanekaragaman hayati ini menjadi penting karena
memelihara lingkungan yang sehat berarti menjaga semua komponennya dalam
keadaan baik: ekosistem, komunitas, spesies, populasi, dan variasi genetik
(Primack 2007).
Peran Perempuan Mollo dalam Konservasi Genetik
Perempuan Mollo biasa memanen sayuran seperti wortel, kentang, dan
bawang setiap akan digunakan untuk kebutuhan memasak dan bila waktu panen
sudah tiba. Masyarakat dengan kebun yang luas menghasilkan lebih banyakhasil
panen sehinggadijual ke pasar di luar kota, sementara yang memiliki kebun yang
tidal luas akanmenjualnya di pasar lokal atau hanya menjadi bahan barter dengan
tetangga. Hasil tanaman yang dijual ke pasar merupakan hasil yang bentuk dan
ukurannya seragam sementara hasil yang ukurannya lebih besar dipisahkan untuk
benih tanam selanjutnya.Pemilihan bibit unggul ini menurut Lara dan Azurdia
(2002) merupakan peran perempuan dalam pertanian yang juga merupakan
peranan kunci dalam konservasi sumberdaya genetik.
Panen jagung dilakukan setahun sekali dan setiap hasil panen digunakan
untuk persediaan makanan selama satu tahun.Benih yang dipilih merupakan
jagung-jagung yang memiliki bulir yang seragam dan bagus dalam satu tongkol.
Peran perempuan dalam pertanian jagung sama seperti dalam pertanian sayuran,
yaitu utamanya dalam pengelolaan benih. Pengetahuan perempuan tentang benih
mungkin juga dimiliki oleh kaum laki-laki tapi menurut Shiva dan Mies (2005)
pengetahuan yang dimiliki oleh perempuan berbeda, karena oleh perempuan,
keanekaragaman sumberdaya tersebut diproduksi dan dilestarikan melalui
reproduksi dan pelestarian budaya. Hal tersebut terjadi pada perempuan Mollo.
Mereka memproduksi benih dengan cara menanam sampai memanen, dan
memanfaatkan benih tersebut untuk kebutuhan memasak. Pengetahuan perempuan
tersebut menurut Shiva dan Mies (2005) tidak dianggap sebagai pengetahuan
dalam ilmu pengetahuan, selain itu juga kerja mereka tidak memiliki nilai dalam
ekonomi yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi konservasi kultivar lokal
unggul.Menurut Faesal dan Suryawati (2011) kultivar jagung lokal yang masih
bisa dijumpai di beberapa tempat berarti jenis jagung tersebut terkonservasi di
alam dalam kurun waktu yang panjang di suatu lokasi tertentu.Kultivar tersebut
dapat dipertahankan menjadi kultivar unggul lokal karena memiliki daya adaptasi
yang tinggi terhadap lingkungan dan memiliki karakter unik yang disenangi
petani.

Peran Perempuan Mollo dalam Konservasi Spesies
Wan et al. (2011) menyebutkan bahwa kebanyakan perempuan di dalam
hutan bekerja sebagai pengumpul dan pengguna sumberdaya untuk digunakan

17
dalam peran mereka sebagai penyedia makanan di rumah.Dalam menyediakan
makanan perempuan harus mengumpulkan kayu bakar, bahan makanan, dan juga
air.Selain itu perempuan Mollo juga mengakses bahan pewarna benang untuk
menenun.Hal tersebut dilakukan setiap hari, sehingga perempuan memiliki
pengetahuan lebih mengenai karakteristik sumberdaya alam dibanding lakilakikarena frekuensi pemanfaatan sumberdayaoleh perempuan lebih tinggi
dibanding laki-laki sehingga meningkatkanpengetahuan mereka mengenaicara
pengelolaan yang lebih baik dibandingkan laki-laki (Agarwal 2001). Selain itu,
intensitas pemanfaatan yang tinggi secara tidak langsungakan menyebabkan
perempuan memiliki kontrol yang tinggi terhadap sumberdaya tersebut untuk
menjaga keberlanjutan pemanfaatannya.
Peran Perempuan Mollo dalam Konservasi Ekosistem
Pekerjaan perempuan lainnya yang berimplikasi terhadap konservasi adalah
peran perempuan sebagai ibu di dalam rumah. Perempuan Mollo mengajari anakanak mereka cara bersikap dan menghargai alam sejak dini. Pendidikan tentang
hidup yang selaras alam dimulai sejak anak-anak mulai sering keluar masuk hutan
baik untuk membantu orang tua mencari kayu bakar ataupun untuk bermain di
dalam hutan.Sadli (2010) mengemukakan bahwa dalam budaya Indonesia, ibu
diharapkan memegang peran utama sebagai penyalur nilai-nilai sosial budaya
sehingga perempuan menjadi aktor utama untuk memilih dan meneruskan nilai
sosial-budaya yang dianggapnya penting.Sementara itu di dalam adat masyarakat
Toro Sulawesi Tengah perempuan tidak hanya menjadi ibu di dalam rumah bagi
anak-anaknya tetapi juga menjadi ibu kampung (Tina ngata). Seorang tina ngata
harus dapat berperan sebagai pobolia adat yang memiliki perilaku, sikap, dan
tutur kata yang dapat menjadi teladan bagi semua orang (Toheke dan Pelea 2005),
suatu peran yang menentukan kehidupan generasi mendatang. Menurut Sadli
(2010), penempatan ibu sebagai penerus pertama dan utama dari nilai-nilai budaya
berarti pula mengukuhkan kedudukan dan peran perempuan sebagai ibu, baik
dalam keluarga ataupun masyarakat sehingga membuat perempuan sadar terhadap
posisinya sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap proses
pengembangan diri seseorang yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat.
Perempuan Mollo tidak hanya mengajarkan dan mendidik anak-anak
mereka untuk menjaga hutan.Pelajaran yang paling penting adalah teknik-teknik
konservasi yang mereka lakukan seperti pengambilan kayu bakar yang sesuai,
pengetahuan mengenai sumber makanan liar yang boleh diambil, dan pengetahuan
pemilihan benih untuk penanaman kebun mereka.Tabel 2 sebelumnya
menunjukkan bahwa peran anak perempuan lebih banyak dibandingkan anak lakilaki karena orang tua telah mengarahkan tugas-tugas tersebut kepada anak
perempuan agar mereka terbiasa melakukannya.Aryal dan Zoebisch (2004)
memberikan contoh bahwa perempuan di Galaundu Pokhare Nepal yang tidak
sekolah mendapatkan pengetahuan untuk mengelola tanah pertanian mereka
utamanya dari ibu mereka dan dari pengalaman praktis yang mereka
lakukan.Sugiyo (2012) menyimpulkan bahwa pendidikan budaya pada usia dini
akan memberikan dampak pada kelestarian budaya itu sendiri karena pemberian
stimulasi dari lingkungan pada anak usia 0-8 tahun sangat berpengaruh pada
tumbuh kembang anak.

18

Faktor-faktor yang Memengaruhi Gerakan Perlawanan Perempuan Mollo
terhadap Keberadaan Tambang Marmer
Peran perempuan Mollo dalam konservasi tidak hanya diwujudkan dalam
kesehariannya tapi juga penting dalam melakukan gerakan perlawanan terhadap
ekploitasi tambang marmer di Desa Fatumnasi. Faktor-faktor yang memengaruhi
gerakan tersebut dan keberhasilannya dapat dibagi menjadi faktor internal, yaitu
berasal dari dalam diri perempuan itu sendiri dan faktor eksternal yaitu berasal
dari lingkungan.
Kaum perempuan adalah yang pertama kali merasakan dampak dari
degradasilingkungan.Perempuan Mollo sangat tergantung pada alam dan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.Bila lingkungan tempat
mereka mencari kebutuhan dasar rusak,para perempuan harus mencari tempat lain
yang dapat menggantikan sumber kebutuhan mereka.Masyarakat Fatumnasi
memenuhi hampir seluruh kebutuhan dasar mereka dari hasil alam di sekitar
rumah mereka, sehingga bila lingkungannya rusak mereka harus berjalan lebih
jauh untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Hal tersebut menjadi motivasi dalam
melakukan gerakan konservasi untuk menjaga sumber kebutuhan hidup mereka.
Motivasi lainnya adalah rasa memiliki masyarakat terhadap lahan
pertambangan batu marmer tersebut,yang merupakan tanah sejarah. Menurut
kepercayaan masyarakat Mollo, batu, tanah, dan air yang dikenal dengan istilah
“faut kanaf oel kanaf” merupakan asal-usul dari penamaan marga mereka
sehingga saat batu sejarah mereka dirusak,maka asal usul mereka akan hilang.
Selain itu tugas untuk menjaga sumber air pulau Timor dari leluhur mereka
membuat masyarakat Mollo terutama kaum perempuan merasa bertanggung
jawab atas degradasilingkungan di sekitar mereka.Perempuan Mollo menjadi
kalangan yang paling memahami alasan pentingnya menjaga lingkungan, karena
perempuan Mollo merupakan perempuan asli Mollo yang lahir dan besar di tanah
Mollo.Adat perkawinan yang masih dipegang oleh suku Mollo adalah perkawinan
masuk yang menyebabkan perempuan Mollo tidak akan pernah meninggalkan
tanah kelahiran mereka, seperti pesan leluhur mereka yang menyebutkan
“Anmone anon pah, anfeto apao luan” (Anak laki-laki boleh merantau, anak
perempuan penjaga taman).Menurut Messakh et al.(2010) masyarakat Mollo
mengan