PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DENGAN AKUNTABILITAS PUBLIK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN)

(1)

(Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Sleman)

THE EFFECT OF PERFORMANCED BASED BUDGETING AND CLARITY OF BUDGET TARGET ON REGIONAL WORK UNIT PERFORMANCE

WITH PUBLIC ACCOUNTABILITY AS AN INTERVENING VARIABLE

(Study on Regional Work Unit in Local Government of Sleman)

Oleh

DICKY ORZA NOVRIANDY 20130420165

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

KERJA PERANGKAT DAERAH DENGAN AKUNTABILITAS PUBLIK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Sleman)

THE EFFECT OF PERFORMANCED BASED BUDGETING AND CLARITY OF BUDGET TARGET ON REGIONAL WORK UNIT PERFORMANCE

WITH PUBLIC ACCOUNTABILITY AS AN INTERVENING VARIABLE

(Study on Regional Work Unit in Local Government of Sleman)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Program Studi Akuntansi

Univeritas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

DICKY ORZA NOVRIANDY 20130420165

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan sebaliknya jika kamu

berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri pula”

(QS. Al-

Isra’: 7).

“Mintalah kepada Allah sedang kamu yakin akan terkabulnya (do’amu itu), dan ke

tahuilah, Allah

tidak mengabuli do’a daripada hati yang lalai dan bimbang”

(Riwayat Imam Tirmidzi dan Hakim)

Menjadi diri sendiri jauh lebih baik dari pada berpura-pura menjadi orang lain dan jangan takut

untuk mencoba, karena ketika kita takut untuk mencoba kita tidak akan berhasil dan hanya kepada

allahlah kita meminta pertolongan

(Dicky Orza Novriandy)


(5)

Allah Shubhanallah wa taala yang selalu memberikan keimanan, kesehatan, keamanan,

keselamatan, kemudahan, kebarokahan, serta semua nikmatNya yang tanpa henti, sehingga dapat

menyelesaikan segala tugas pada jenjang ini dengan lancar dan tepat waktu. Terima kasih Ya Allah,

engkau selalu membimbing hamba dalam ketenangan & kekuatan.

Kedua Orang tua saya yang tercinta yang telah membesarkanku hingga saya bisa ke jenjang sarjana

ini dan telah memberikan dukungan maupun doa agar saya menjadi orang yang baik, dan kelak

semoga akan menjadi orang yang mampu berguna bagi keluarga maupun orang lain.

Kakak tercinta yang hanya satu satunya, yang selalu memberikan dukungan dan motivasi agar

cepat selesai kuliahnya.

Dina Mardiana S.Kep.,Ns yang selalu ada saat susah maupun senang menghadapi skripsi ini

Teman-teman seperjuangan dan teman jalan atau nongki yang selalu ada untuk menghilangkan

beban pikiran yang berat dalam menjalani hidup.

Dosen pembimbing, Pak Suryo Pratolo, terimakasih telah membimbing dan mengajarkan saya

selama ini, dengan kesabaran bapakdan motivasi bapak yang diberikan membuat saya semangat

untuk mengerjakan skripsi ini. Semoga Bapak sekeluarga selalu diberikan kebahagiaan

dunia-akhirat oleh Allah Shubhanallah wa taala.

Dosen-dosen akuntansi tercinta, yang telah memberikan saya ilmu, semoga ilmu tersebut

bermanfaat bagi kehidupan saya,terima kasih atas semuanya semoga bapak/ibu dosen yang telah

mengajari saya diberikan kebahagian yang luar biasa baik di dunia maupun akhirat oleh Allah

Shubhanallah wa taala.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai ALMAMATER yang saya banggakan beserta

semua kenangan didalamnya :)


(6)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERSEMBAHAN... ... vi

INTISARI... ... vii

ABSTRACT... ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 13

A. Landasan Teori ... 13

1. Teori Pelayanan (Stewardship Theory)... 13


(7)

Anggaran Berbasis Kinerja………....

7. Kejelasan Sasaran Anggaran ... 24

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis... ... 26

C. Model Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 35

A. Obyek/Subyek Penelitian ... 35

B. Jenis Data ... 35

C. Populasi ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 38

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 41

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data... ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 47

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 50

C. Hasil Analisis Regresi ... 55

D. Uji Hipotesis ... 59

E. Pembahasan ... 61

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN.. ... 65

A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 66

C. Keterbatasan Penelitian ... 67 DAFTAR PUSTAKA


(8)

1.1. Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Provinsi 2015 ... 5

1.2. Anggaran Belanja SKPD Kabupaten Sleman 2013-2015 ... 8

3.1. Daftar Nama SKPD ... 36

3.2. Skala Pengukuran ... 38

3.3. Operasionalisasi Variabel ... 40

4.1. Jumlah Kuesioner ... 47

4.2. Karakteristik Responden ... 48

4.3. Statistik Deskriptif ... 49

4.4. Hasil Uji Validitas ... 50

4.5. Hasil Uji Reabilitas ... 52

4.6. Hasil Uji Normalitas ... 53

4.7. Hasil Uji Multikolinieritas ... 54

4.8. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 55

4.9. Hasil Analisis Regresi Tahap 1... 56


(9)

4.1. Diagram Jalur Analisis Regresi Tahap I ... 56 4.2. Diagram Jalur Analisis Rgresi Tahap II ... 58 4.3. Diagram Jalur Total ... 58


(10)

(11)

(12)

vii

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan Akuntabilitas Publik sebagai Variabel Intervening di Kabupaten Sleman. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan atau pegawai di bidang keuangan yang bekerja di Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten Sleman.

Penelitian ini menggunakan pengumpulan data primer yang menggunakan metode survey, yaitu dengan membagikan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada seluruh responden. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 48 responden dengan mengunakan seluruh populasi. Metode analisis dari penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan program SPSS v.20.0.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja dan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas publik. Kemudian, hasil selanjutkan bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja, kejelasan sasaran anggaran dan akuntabilitas publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja SKPD.

Kata kunci : Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja, Kejelasan Sasaran Anggaran, Akuntabilitas Publik, Kinerja SKPD


(13)

viii

Subjects in this study is an employee or an employee in the financial sector who work in the regional work units Sleman district.

This study uses primary data collection using survey methods, namely by sharing research instrument was a questionnaire to all respondents. In this study, a sample of 48 respondents using the entire population. The method of analysis of this study using multiple linear regression using SPSS v.20.0.

Based on the analysis that has been done shows that the application of performance-based budgeting and budget goal clarity positive and significant impact on public accountability. Then, the results selanjutkan that the application of performance-based budgeting, budget goal clarity and public accountability positive and significant impact on the performance of regional work units.

Keywords: Implementation of Performance-Based Budgeting, Goal Clarity Budget, Public Accountability, Performance regional work units


(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Organisasi sektor publik adalah organisasi yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan hukum.Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menggunakan dana masyarakat, seperti: Organisasi Pemerintah Pusat, Organisasi Pemerintah Daerah, Organisasi Partai Politik dan Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Yayasan, Organisasi Pendidikan dan Kesehatan (puskesmas, rumah sakit, dan sekolah), Organisasi Tempat Peribadatan (masjid, gereja, vihara, kuil). Namun, dari berbagai jenis organisasi sektor publik yang paling besar pertanggungjawabannya yaitu Pemerintah. Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan dalam bentuk( penerapan hukum dan undang-undang) di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan mereka. Pemerintah diberi amanah untuk menyejahterakan masyarakatnya dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan publik.

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 oleh pemerintah, mengenai Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, berimplikasi pada tuntutan otonomi yang lebih luas dan akuntabilitas publik yang nyata


(15)

yang harus diberikan kepada pemerintah daerah (Halim, 2007). Pemerintah pusat dan daerah dalam menjalankan pemerintahan memiliki perencanaan dalam bentuk anggaran yang disusun serta akan dijadikan pedoman dalam melaksanakan berbagai urusan pemerintahan. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Hak, Wewenang, dan Kewajiban Daerah, yang artinya Pemerintah Daerah mengarahkan seluruh daerah yang ada di Indonesia untuk mampu mengelola segala hal yang berkaitan dengan daerah secara mandiri, serta UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Hal ini mengakibatkan pemerintah daerah semakin dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan Al-Quran surat An- Nisa ayat 58 dikatakan:

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha


(16)

Sebagai organisasi yang memberikan pelayanan kepada umum/ masyarakat, pemerintah daerah dituntut untuk memiliki kinerja yang berfokus pada kepentingan masyarakat serta mendorong pemerintah untuk memperhatikan lingkungannya, dengan tujuan untuk memberikan pelayanan terbaik secara berkualitas dan transparan. Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai pencapaian sasaran atau tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi instansi yang mencerminkan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai terhadap program serta kebijakan yang ditetapkan.

Untuk menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai Pemerintah harus memiliki kejelasan sasaran anggaran yang berimplikasi pada aparat. Kejelasan sasaran anggaran akan menuntun pegawai untuk mencapai kinerja yang diinginkan, dengan mengetahui sasaran anggaran yang jelas maka tingkat kinerja dapat tercapai dengan yang diharapkan. Terdapatnya sasaran anggaran yang jelas akan mempermudah mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas organisasi untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya (Kenis, 1979 dalam Syafrial, 2009).

Untuk tercapainya suatu tugas organisasi, kejelasan sasaran anggaran harus berhasil dan sesuai sehinggi akan terwujudnya akuntabilitas publik. Akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban dimana proses penganggaran dimulai dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan harus benar-benar dilaporkan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada DPRD


(17)

dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut tetapi juga berhak untuk mengetahui anggaran tersebut.

Menurut Halim (2007) untuk melaksanakan hak dan kewajibannya serta untuk melaksanakan tugas yang dibebankan oleh rakyat, pemerintah harus mempunyai suatu rencana yang matang untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan. Rencana-rencana tersebut nantinya dipakai sebagai pedoman dalam setiap langkah pelaksanaan tugas Negara. Oleh karena itu, rencana- rencana pemerintah untuk melaksanakan keuangan Negara/daerah perlu dibuat rencana dalam bentuk anggaran. Kebijakan anggaran dapat mengimplementasikan komitmen pemerintah kepada warganya secara konkrit. Dalam skala regional, pemerintah daerah merupakan organ yang menentukan, pemerintah daerah terdiri dari berbagai lembaga yang dikenal dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Halim (2007) menyatakan bahwa anggaran berbasis kinerja adalah merupakan metode penganggaran bagi majemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatankegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Dengan menggunakan anggaran berbasis kinerja maka setiap pemerintah daerah akan diketahui kinerjanya. Kinerja ini akan tercermin pada laporan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan prestasi kerja satuan kerja pemerintah daerah (SKPD).


(18)

Fenomena yang terjadi saat ini dari laporan akuntabilitas kinerja pemerintah Provinsi tahun 2015 tabel 1.1 :

Tabel 1.1

Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Provinsi Tahun 2015

N O.

INSTANSI PEMERINTAH NILAI PREDI KAT 2015

1 PROVINSI DI YOGYAKARTA 80.68 A

2 PROVINSI JAWA TIMUR 80.04 A

3 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 76.30 BB

4 PROVINSI BALI 75.39 BB

5 PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 75.15 BB

6 PROVINSI SUMATERA SELATAN 75.11 BB

7 PROVINSI JAWA TENGAH 72.09 BB

8 PROVINSI SUMATERA BARAT 70.52 BB

9 PROVINSI JAWA BARAT 70.06 BB

10 PROVINSI KEPULAUAN RIAU 68.62 B

11 PROVINSI BENGKULU 63.74 B

12 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 62.42 B

13 PROVINSI SULAWESI UTARA 61.00 B

14 PROVINSI BANGKA BELITUNG 60.96 B

15 PROVINSI KALIMANTAN BARAT 60.85 B

16 PROVINSI SULAWESI TENGAH 60.85 B

17 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 60.69 B

18 PROVINSI DKI JAKARTA 58.57 CC

19 PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 58.65 CC

20 PROVINSI ACEH 58.24 CC

21 PROVINSI SUMATERA UTARA 58.00 CC

22 PROVINSI SULAWESI SELATAN 56.25 CC

23 PROVINSI MALUKU 55.62 CC

24 PROVINSI GORONTALO 55.15 CC

25 PROVINSI RIAU 54.73 CC

26 PROVINSI JAMBI 52.87 CC

27 PROVINSI LAMPUNG 51.13 CC

28 PROVINSI BANTEN 51.12 CC

29 PROVINSI SULAWESI TENGGARA 50.56 CC

30 PROVINSI SULAWESI BARAT 50.23 CC

31 PROVINSI PAPUA 46.03 C

32 PROVINSI PAPUA BARAT 32.81 C

33 PROVINSI MALUKU UTARA 31.24 C

34 PROVINSI KALIMANTAN UTARA 25.34 D


(19)

Berdasarkan tabel diatas masih banyak kinerja Pemerintah Provinsi yang mendapatkan nilai di bawah B (Baik). Dari 34 Provinsi, yang mendapat predikat A (2), BB (7), B (8), CC (13), C (3) dan D (1). Nilai tertinggi hasil kinerja di berikan kepada D.I Yogyakarta (80,68), dan yang terendah yaitu Kalimantan Utara (25,34). Provinsi D.I Yogyakarta mendapatkan nilai kinerja Pemerintah terbaik di Indonesia. Tetapi pada kenyataanya, jumlah penduduk miskin masih sangat tinggi dan meningkat yaitu penduduk yang konsumsinya berada di bawah garis kemiskinan, pada Maret 2015 di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 550,23 ribu orang. Bila dibandingkan keadaan Maret 2014 yang jumlah penduduk miskinnya mencapai 544,87 ribu orang, maka selama satu tahun terjadi peningkatan sebesar 5,34 ribu jiwa (BPS Provinsi D.I.Yogyakarta).

Provinsi D.I Yogyakarta memiliki 4 kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, Bantul, Kulonprogo dan Gunung Kidul serta 1 kota yaitu Yogyakarta. Peneliti lebih tertarik melakukan penelitian di Kabupaten Sleman dikarekan memiliki Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terbanyak di Provensi D.I.Y dan terdapat beberapa permasalahan yang terjadi saat ini mengenai kinerja SKPD. Dari hasil pemeriksaan ditinjau dari beberapa aspek yang dijumpai sebagai berikut : tugas pokok dan fungsi ada 3 masalah (5,17%), aspek keuangan terdapat 14 masalah (24,13%), aspek sarana dan prasrana ditemukan 40 masalah (68,96%) dan metode kerja terdapat 1 masalah (1,74%) (slemankab.go.id, 2015).


(20)

Kemudian Bupati Sleman, Sri Purnomo mengungkapkan bahwa dari data tahun 2014, jumlah pertumbuhan ekonomi di Sleman mengalami peningkatan 5,7% menjadi 5,81%. Namun demikian angka putus sekolah pada semua jenjang pendidikan mengalami peningkatan. Jenjang SD meningkat 13, jenjang SMP 4 dan SMA/SMK menjadi 13. Dari data tersebut dapat diasumsikan bahwa, terdapat faktor-faktor lain selain pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi angka putus sekolah.

Dari permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja SKPD Kabupaten Sleman belum optimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja SKPD dapat dilihat dalam menerapkan anggaran . Di dalam penerapan anggaran belanja di Kabupaten Sleman, anggaran belanja pegawai jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anggaran untuk kepentingan publik (Tabel 1.2). Serta di dalam perhitungan dan analisis kinerja Pemerintah Kabupaten Sleman yang dilakukan dengan cara membandingkan antara rencana kinerja dengan tingkat realisasi, ternyata tingkat capaian kinerja atas kegiatan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman persentasi realisasinya lebih rendah (87,85%) dari targetnya (95%) Hal ini dikarenakan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dilakukan bersamaan dengan Penyusunan Pengukuran Kinerja (PKK), sehingga menyebabkan tingkat kecenderungan dalam melakukan penilaian/ pengukuran kinerja menjadi bias atau kurang objektif.


(21)

Tabel 1.2 Kabupaten Sleman

Satuan Kerja Perangkat Daerah

Anggaran Belanja Rutin Pemda Kabupaten Sleman Tahun 2013-2015 (dalam ribuan)

Uraian Anggaran 2013 Anggaran 2014 Anggaran 2015

Belanja 1.946.380.363 2.288.645.856 2.770.682.731

Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Bunga

Belanja Subsidi Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial Belanja Modal 1.116.524.368 250.125.006 144.000 34.745.931 129.419.872 28.581.731 260.990.406 1.288.392.920 402.709.029 144.000 0 59.195.408 41.701.077 387.231.175 1.387.739.543 520.520.553 1.500.000 0 53.179.657 42.208.268 540.160.271

Adapun hasil penelitian-penelitian sebelumnya tentang kinerja pemerintah daerah yaitu Putra (2013) yang meneliti mengenai pengaruh akuntabilitas publik dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah (studi empiris pada satuan kerja perangkat daerah kota Padang). Hasil menunjukkan akuntabilitas publik berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial dan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah. Penelitian lain tentang kinerja juga dilakukan oleh Alamri (2014) dan Verasvera (2016) yang meneliti tentang pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Anggaran berbasis kinerja memiliki hubungan positif yang kuat dan searah, artinya jika anggaran berbasis kinerja diterapkan


(22)

dengan baik maka efektivitas pengendalian akan meningkat, sebaliknya apabila anggaran berbasis kinerja tidak diterapkan dengan baik maka efektivitas pengendalian tidak akan berjalan dengan baik (lemah).

Penelitian mengenai akuntabilitas publik antara lain Anjarwati (2012), Rohmawati (2015), dan Susilowati (2014) menemukan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah daerah, yang artinya semakin baik dan ada kejelasan sasaran anggaran, maka akuntabilitas kinerja juga akan semakin meningkat. Adapun hasil dari Laksana dan Handayani (2014) menyatakan kejelasan sasaran anggaran, pengawasan fungsional, serta pelaporan kinerja secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap akuntabilitas publik dan secara simultan ketiga variabel ini berpengaruh terhadap akuntabilitas publik. Rohmawati (2015), Endrayani, Adiputra, dan Darmawan (2014) menemukan hasil bahwa penganggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja. artinya penganggaran berbasis kinerja yang baik, maka akan mengakibatkan akuntabilitas kinerja juga akan menjadi meningkat.

Penelitian ini merupakan replikasi dari Putra (2013). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel dan populasi. Penelitian ini mengubah akuntabilitas publik menjadi variabel intervening dikarenakan variabel tersebut mampu dipengaruhi oleh kejelasan sasaran anggaran dan penerapan anggaran berbasis kinerja serta mempengaruhi kinerja SKPD. Kemudian, menambah variabel penerapan anggaran berbasis kinerja karena dari penelitian sebelumnya dapat mempengaruhi akuntabilitas publik dan


(23)

kinerja SKPD. Populasi dan sampel penelitian sebelumnya yaitu SKPD Provinsi Padang sedangkan penelitian ini di SKPD Kabupaten Sleman.

Berdasarkan latar belakang penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Dengan Akuntabilitas Publik Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Di Kabupaten

Sleman)”

B. Rumusan Masalah Penelitian

1. Apakah terdapat Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Publik ?

2. Apakah terdapat Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Akuntabilitas Publik ?

3. Apakah terdapat Pengaruh Penerapan Anggaran berbasis Kinerja terhadap Kinerja SKPD ?

4. Apakah terdapat Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja SKPD ?

5. Apakah terdapat Pengaruh Akuntabilitas Publik terhadap Kinerja SKPD ?


(24)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang : 1. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap

Akuntabilitas Publik.

2. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Akuntabilitas Publik. 3. Pengaruh Penerapan Anggaran berbasis Kinerja terhadap Kinerja

SKPD.

4. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja SKPD. 5. Pengaruh Akuntabilitas Publik terhadap Kinerja SKPD.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang Akuntansi Sektor Publik dan diharapkan juga dapat memperluas pengetahuan penganggaran khususya yang akan meneliti dalam bidang anggaran di Satuan Kerja Perangkat Daerah.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi dunia pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan referensi untuk penelitian selanjutnya khususnya dalam bidang akuntansi sektor publik di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).


(25)

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan penelitian ini menjadi masukkan kepada SKPD di Kabupaten Sleman dalam mengetahui pengaruh akuntabilitas publik terhadap kinerja manajerial SKPD, menambah pengetahuan tentang pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja dan kejelasan sasaran anggaran terhadap akuntabilitas publik serta kinerja SKPD dan membantu menentukan langkah-langkah perbaikan, sehingga kinerja SKPD dapat maksimal dan dapat memperlancar dalam pencapaian target kerja.


(26)

13

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Pelayanan (Stewardship Theory)

Teori stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi, sehingga teori ini mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif sebagai steward termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan prinsipal, selain itu perilaku steward tidak akan meninggalkan organisasinya sebab steward berusaha mencapai sasaran organisasinya. Teori ini didesain bagi para peneliti untuk menguji situasi dimana para eksekutif dalam perusahaan sebagai pelayan dapat termotivasi untuk bertindak dengan cara terbaik pada principalnya (Donaldson dan Davis, 1989, 1991 dalam Anton 2010).

Berdasarkan teori stewardship kedua kelompok yaitu principal dan steward bekerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan sesuai keinginan mereka. Principals merekrut pegawai berdasarkan kemampuan mereka dalam menggerakkan sumber daya organisasi guna memaksimalkan stakeholder benefit, Berdasarkan asumsi teori stewardship yang menyatakan bahwa manajer akan berusaha mengelola sumber daya secara maksimal dan mengambil keputusan


(27)

yang terbaik bagi kepentingan organisasi dan bekerja berdasarkan pemikiran bahwa keuntungan (pemenuhan kebutuhan) steward dan principal berasal dari perusahaan yang kuat secara organisasi dan secara ekonomi.

Steward yang sukses dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan mampu memuaskan sebagian besar organisasi yang lain, karena sebagian besar shareholder memiliki kepentingan yang telah dilayani dengan baik melalui peningkatan kemakmuran yang didapatkan organisasi. Steward yang berkomitmen dengan organisasi termotivasi untuk memaksimumkan kinerja perusahaan, disamping dapat memberikan kepuasan kepada kepentingan shareholder.

Tetapi pada akhirnya eksekutif bekerja untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan sosiologis mereka sendiri. Eksekutif tidak berusaha meningkatkan nilai bagi pihak stakeholder, oleh karena itu, nilai tambah seperti pembayaran bunga kepada kreditor dan pembayaran pajak kepada pemerintah merupakan hal diluar keinginan stakeholder. Dilain sisi, nilai tambah tersebut dianggap sebagai efek samping dari usaha meningkatkan kesejahteraan pemilik dan keuntungan manajer. Dari hal ini akan timbul keagenan (agency theory).


(28)

2. Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency theory menjabarkan tentang hubungan antara pihak prinsipal dan agen, dimana prinsipal adalah pihak yang memberikan amanah kepada pihak agen. Prinsipal menyerahkan tanggung jawab pengambilan keputusan kepada agen dimana hak dan kewajiban kedua belah pihak dijelaskan dalam suatu perjanjian kerja yang saling menguntungkan. Pemilik menjadi prinsipal ketika mereka mengkontrak eksekutif untuk mengurus perusahaannya. Sebagai agen, eksekutif secara moral bertanggung jawab memaksimalisasikan kegunaan pemegang saham. Eksekutif menerima status agen karena anggapan pada peluang memaksimalkan kegunaannya.

Hubungan keagenan ialah sebuah kontrak dimana satu atau lebih (prinsipal) menyerahkan wewenang kepada orang lain (agen) untuk kepentingan mereka (Jensen dan Meckling, 1976). Permasalahan hubungan keagenan ini menyebabkan terjadinya informasi asimetris (information asymmetry) dan konflik kepentingan (conflict of interest) (Wertianti dan Dwirandra, 2013).

Keterkaitan agency theory dalam penelitian ini dapat dilihat melalui hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam penyaluran dana perimbangan dan juga hubungan antara masyarakat yang diwakili oleh DPRD (prinsipal) dengan pemerintah daerah (agen). Pemerintah pusat melakukan pelimpahkan wewenang kepada pemerintah daerah dalam mengatur secara mandiri segala


(29)

aktivitas pemerintah daerahnya. Oleh karena itu sebagai akibat dari pelimpahan wewenang tersebut, pemerintah pusat menurunkan dana perimbangan yang bertujuan untuk membantu pemerintah daerah baik dalam mendanai kebutuhan pemerintahan sehari-hari maupun memberi pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat (Wertianti dan Dwirandra, 2013).

Selain itu, teori keagenan terlihat dalam hubungan pemerintah daerah dengan masyarakat. Masyarakat sebagai prinsipal telah memberikan sumber daya kepada daerah berupa pembayaran pajak, retribusi dan sebagainya untuk dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Pemerintah daerah sebagai agen dalam hal ini, sudah seharusnya memberikan timbal balik kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan publik semaksimal mungkin yang didanai oleh pendapatan daerah itu sendiri (Wertianti dan Dwirandra, 2013).

3. Surat an- Nisa ayat 58

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang


(30)

sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi

Maha melihat”.

4. Kinerja

Kinerja merupakan sebuah hasil prestasi kerja seorang pegawai. Menurut Mahsun (2006), kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian, pelaksanaan suatu kegiatan /program /kebijakan dalam mencapai tujuan, sasaran, misi dan visi organisasi yang tercantum dalam strategic planning di suatu organisasi.

Lembaga Administrasi Negara (2003) mendefinisikan kinerja sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program, kegiatan, kebijakan dalam mencapai tujuan, sasaran, misi dan visi suatu organisasi. Menurut Mulyadi (2001), mengukur kinerja terbagi menjadi dua, yaitu ukuran kinerja keuangan dan ukuran kinerja non-keuangan. Kinerja keuangan biasanya diukur dari anggaran yang telah dibuat, yaitu dengan memeriksa selisih atau perbedaan antara kinerja aktual terhadap yang dianggarkan. Sedangkan kinerja non-keuangan dilihat dari kedisiplinan, kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan dan sebagainya. Mulyadi (2001) mengungkapkan bahwa pengukuran kinerja keuangan merupakan penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian dari organisasi serta karyawannya yang berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria sebelumnya.


(31)

Solikin (2006) menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan kinerja kegiatan operasional dalam bidang keuangan. Berdasarkan definisi-definisi dari peneliti dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan suatu ukuran mengenai keberhasilan organisasi mencapai target-target yang telah ditetapkan dalam anggarannya guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Anggaran dan laporan keuangan merupakan sumber informasi dalam menilai kinerja keuangan suatu organisasi. Pengukuran kinerja keuangan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) ukuran kinerja, (2) ukuran efisiensi operasi, (3) ukuran kebijakan keuangan. Ukuran-ukuran kinerja mencerminkan keputusan-keputusan strategis, operasi, dan pembiayaan. Ukuran efisiensi operasi mencerminkan pengelolaan penggunaan berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya. Sedangkan ukuran keuangan mengukur kemampuan organisasi dalam memenuhi kewajibannya dan mengukur total aktiva dibiayai oleh modal sendiri dibandingkan dengan pembiayaan oleh kreditor.

Kinerja keuangan instansi di pemerintah harus dinilai dari sisi output, input, dan outcome dengan cara bersama-sama. Agar dalam menilai kinerja keuangan instansi di pemerintah dapat dilakukan secara objektif, maka diperlukan indikator kinerja. Menurut

Mardiasmo (2002) “Value for money” adalah inti pengukuran kinerja keuangan pada instansi di pemerintah. Kinerja keuangan instansi di


(32)

pemerintah harus dinilai dari sisi output, input, dan outcome secara bersama-sama.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan indikator kinerja keuangan sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif, karena indikator untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan (Mardiasmo, 2002).

5. Akuntabilitas Publik

Akuntabilitas dalam arti sempit dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjelasan yang mengarah kepada siapa organisasi (atau pekerja individu) yang bertanggung jawab. Dalam pengertian luas akuntabilitas publik dapat dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjelasan, menyiapkan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjelasan (Mahsun, 2006).

Akuntabilitas (accountability) adalah berfungsinya seluruh komponen penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan kewenangannya masing-masing. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber daya publik dan yang


(33)

bersangkutan untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawabannya (Susilowati, 2014).

Untuk terlaksananya akuntabilitas secara baik dan sesuai dengan keinginan tentunya perlu adanya prinsip yang menjadi acuannya, menurut Lembaga Administrasi Negara yang tercantum dalam BPKP (2007) prinsip-prinsip akuntabilitas instansi publik meliputi:

a. Terdapatnya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf yang bersangkutan.

b. Suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

d. Berorientasi pencapaian visi, misi, hasil serta manfaat yang diperoleh.

e. Objektif , jujur, , transparan, dan akurat.

f. Menyajikan keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: a. Akuntabilitas Vertikal (vertical accountability)

Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) merupakan pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban


(34)

unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.

b. Akuntabilitas Horizontal (Horizontal Accountability).

Pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) adalah pertanggungjawaban yang ditujukan kepada masyarakat luas.

Menurut Ellwood (1993) dalam Mardiasmo (2001) ada beberapa bentuk dimensi pertanggungjawaban publik oleh pemerintah daerah, yaitu empat dimensi akuntabilitas publik yang harus dipenuhi, adalah: a. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum

Akuntabilitas kejujuran (accountability for probity) berkaitan dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas hukum (legal accountability) terkait dengan adanya jaminan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam menggunakan dana publik.

b. Akuntabilitas Proses

Akuntabilitas proses terkait dengan prosedur yang digunakan terhadap pelaksanaan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan akuntabilitas proses dapat


(35)

dilakukan dengan cara misalnya memeriksa ada tidaknya mark up dan pungutan-pungutan lain di luar yang telah ditetapkan, serta sumber-sumber pemborosan yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan dalam pelayanan. c. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan mengenai tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang dapat memaksimal hasil dengan biaya yang minimal.

d. Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.

6. Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran berbasis kinerja ( Perfomance based budgeting ) pada dasarnya adalah sebuah sistem penganggaran yang berorientasi pada output. Menurut Abdul Halim (2007) anggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapain hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kinerja


(36)

Anggaran berbasis kinerja memiliki manfaat bagi instansi pemerintahan, Mardiasmo (2009) mengemukakan manfaat tersebut adalah (1) anggaran adalah alat untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat bagi pemerintah, (2) anggaran diperlukan karena adanya keinginan dan kebutuhan yang tak terbatas dan terus berkembang oleh masyarakat, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of resources), pilihan (choice), dan trade offs, (3) adanya anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap masyarakat.

Tahap-tahap penyusunan anggaran berbasis kinerja menurut Nordiawan (2006) yaitu penetapan strategi di organisasi, pembuatan tujuan, penetapan aktivitas, evaluasi serta pengambilan keputusan. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) di Buku 2 Pedoman Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja dalam Bahri (2012) langkah-langkah pokok dalam penerapan anggaran berbasis kinerja yaitu: penyusunan rencana strategi, penyesuaian, penyusunan kerangka acuan, perumusan atau penetapan indikator kinerja, pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja.

Menurut Pedoman Penyusunan Anggaran Berbasisi Kinerja (Deputi IV BPKP), kondisi yang harus disiapkan sebagai penyebab


(37)

pemicu keberhasilan implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja, yaitu :

a. Kepemimpinan dan komitmen yang terdapat dari seluruh komponen organisasi.

b. Fokus penyempurnaan administrasi secara berkelanjutan.

c. Usaha penyempurnaan harus memiliki sumber daya yang cukup (uang,waktu dan orang).

d. Adanya kejelasan penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang diberikan.

e. Keinginan untuk berhasil sangat kuat.

Evaluasi kinerja adalah memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja terhadap proses penilaian dan pengungkapan mengenai implementasi kebijakan, baik dari sisi efisiensi dan efektifitas dari suatu program maupun kegiatan. Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil terhadap target yang telah dicapai (dari sisi efektivitas) dan realisasi terhadap pemanfaatan sumber daya (dilihat dari sisi efisiensi). Hasil dari evaluasi kinerja merupakan gambaran dan pelajaran serta umpan balik (feed back) bagi suatu organisasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya.

7. Kejelasan Sasaran Anggaran

Menurut Noerdiawan (2008), anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan


(38)

sumber daya yang dimiliki pada kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (the process of allocating resources to unlimited demands). Anthony dan Govindarajan (2005) mengemukakan bahwa anggaran merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi.

Kejelasan sasaran anggaran adalah penggambaran seberapa luas sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas, spesifik, dan dipahami oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiannya. Kejelasan anggaran diharapkan dapat membantu para manajer dalam pencapaian tujuan suatu perusahaan. Sehingga dapat diketahui kemana arah sasaran atau tujuan anggaran, serta dapat mengetahui seberapa besar peran manajer atau karyawan dalam pencapaian tujuan.

Kenis (1979) dalam Gede (2014) kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran itu dipahami oleh orang yang bertanggung jawab atas anggaran tersebut. Oleh karena itu, sasaran anggaran pemerintah daerah dinyatakan secara jelas, spesifik dan mudah dipahami oleh mereka yang bertanggung jawab


(39)

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Publik

Dalam pengertian luas akuntabilitas publik dapat dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjelasan, menyiapkan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjelasan (Mahsun, 2006).

Dengan anggaran berbasis kinerja akan terlihat hubungan yang jelas antara pemasukan, pengeluaran dan hasil yang diharapkan serta mendukung terciptanya sistem pemerintahan yang baik. Dengan pendekatan kinerja akan terwujud tanggungjawab (accountability) dan keterbukaan (transparancy) dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat (Alamri, 2014)

Jika suatu organisasi menerapkan anggaran berbasis kinerja yang kurang memadai, maka akan menimbulkan hambatan dan akhirnya informasi akuntansi kualitasnya memburuk yang akan mempengaruhi ketepatan pengambilan keputusan. Dengan kurang memadainya penerapan anggaran berbasis kinerja, hal tersebut dapat mempengaruhi akuntabilitas publik yang kurang baik. Laporan akuntabilitas publik merupakan hal yang penting bagi organisasi untuk


(40)

memberikan gambaran mengenai tingkatan pencapaian kinerja, sasaran program dan kegiatan serta indikator makro baik keberhasilan-keberhasilan kinerja yang telah dicapai maupun kegagalan pada periode tahun tertentu kepada masyarakat (Endrayani, Adiputra, dan Darmawan, 2014)

Penelitian Endrayani, Adiputra, dan Darmawan, (2014) menemukan akuntabilitas kinerja istansi pemerintah yang ada pada Dinas Kehutanan UPT KPH Bali Tengah dipengaruhi oleh anggaran berbasis kinerja. Pengaruh positif yang signifikan antara penerapan anggaran berbasis kinerja dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan anggaran berbasis kinerja berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Ketika penerapan anggaran berbasis kinerja dilakukan semakin baik, maka semakin besar pula akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Rohmawati (2015) menemukan bahwa penganggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja. Artinya penganggaran berbasis kinerja yang baik, maka akan mengakibatkan akuntabilitas kinerja juga akan menjadi meningkat.

H1 : Penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif terhadap akuntabilitas publik


(41)

2. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Akuntabilitas Publik

Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Kenis (1979) yang dikutip dalam Laksana dan Handayani (2014) mengatakan kejelasan sasaran anggaran disengaja untuk mengatur perilaku karyawan. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja. Hal tersebut menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak pasti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kejelasan sasaran anggaran sangat berpengaruh terhadap akuntabilitas publik yang implikasinya terhadap kinerja aparat pemerintah serta dapat dipertanggungjelaskan kepada publik atas apa yang telah dikerjakan yang berhubungan dengan kejelasan sasaran anggaran.

Penelitian sebelumnya Anjarwati (2012), Rohmawati (2015) dan Susilowati (2014) menemukan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap akuntabilitas publik, Artinya semakin baik dan ada kejelasan sasaran anggaran, maka akuntabilitas publik juga akan semakin meningkat.

H2 : Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap akuntabilitas publik.


(42)

3. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja SKPD

Anggaran berbasis kinerja adalah metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan hasil yang diharapkan, sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatannya. Secara tidak langsung dalam menerapkan anggaran berbasis kinerja menggunakan prinsip value for money. Value for money menurut Mardiasmo (2009) merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Efisiensi: pencapaian otput yang maksimum dengan input tertentu untuk penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.

Verasvera (2016) menyebutkan dalam menyusun anggaran berbasis kinerja, organisasi ataupun unit organisasi tidak hanya diwajibkan menyusun anggaran atas dasar fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja tetapi juga menetapkan kinerja yang ingin dicapai. Kinerja tersebut antara lain dalam bentuk keluaran dari kegiatan yang akan dilaksanakan dan hasil dari program yang telah ditetapkan. Apabila telah ditetapkan prestasi (kinerja) yang hendak dicapai,


(43)

kemudian dihitung pendanaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan keluaran atau hasil yang ditargetkan sesuai rencana kinerja.

Penelitian Alamri (2014) menemukan bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo Utara. Kemudian penelitian dari Verasvera (2016) anggaran berbasis kinerja memiliki hubungan positif yang kuat dan searah, artinya jika anggaran berbasis kinerja diterapkan dengan baik maka efektivitas pengendalian akan meningkat, sebaliknya apabila anggaran berbasis kinerja tidak diterapkan dengan baik maka efektivitas pengendalian tidak akan berjalan dengan baik (lemah).

H3 : Penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif terhadap kinerja SKPD

4. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja SKPD Kejelasan sasaran anggaran adalah penggambaran seberapa luas sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas, spesifik, dan dipahami oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiannya. Kejelasan anggaran diharapkan dapat membantu para aparat dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Sehingga dapat diketahui kemana arah sasaran atau tujuan anggaran, serta dapat mengetahui seberapa besar peran aparat dalam pencapaian tujuan.


(44)

Pada pemerintah daerah, sasaran anggaran tercakup dalam strategi daerah dan program pembangunan daerah. Dengan adanya sasaran anggaran yang jelas, aparat pelaksana anggaran juga akan terbantu dalam perealisasian target-target anggaran. Selanjutnya target-target anggaran yang disusun akan sesuai dengan sasaran yang akan dicapai oleh pemerintah daerah. Salah satu penyebab tidak efektif dan efisiennya anggaran dikarenakan ketidak jelasan sasaran anggaran yang mengakibatkan aparat pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam menyusun target-target anggaran. Ketidakjelasan sasaran anggaran aparat akan memiliki sedikit informasi mengenai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan organisasi untuk mencapai tujuan dan target-target yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dengan adanya sasaran anggaran yang jelas diharapkan aparat pemerintah daerah mampu meningkatkan kinerjanya sesuai dengan target yang telah ditetapkan (Putra, 2013).

Kejelasan sasaran anggaran berimplikasi pada aparat, untuk menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin di capai dalam penelitian terdahulu kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja. Putra (2013) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Kemudian, Nugraheni (2016) menemukan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh


(45)

siginifikan terhadap kinerja Manajerial Satuan kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Jember.

H4 : Kejelasan sasan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja SKPD

5. Pengaruh Akuntabilitas Publik terhadap Kinerja SKPD

Akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban yang berarti bahwa proses penganggaran dimulai dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Masyarakat memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut dan menuntut pertanggungjawaban atas rencana atau pelaksanaan anggaran (Mardiasmo, 2009). Hal ini menegaskan pentingnya akuntabilitas publik dalam peningkatan kinerja manajerial, karena dengan adanya akuntabilitas kepada masyarakat, masyarakat mengetahui anggaran tersebut dan mengetahui pelaksanaan kegiatan yang dianggarkan sehingga pemerintah daerah berusaha dengan baik dalam melaksanakan seluruh perencanaan yang ada karena akan dinilai dan diawasi pemerintah. Adanya akuntabilitas publik, pemerintah daerah memberikan pertanggungjawaban semua kegiatan yang dilaksanakan sehingga kinerja pemerintah daerah dapat dinilai oleh pihak internal maupun eksternal, sebab itu akuntabilitas publik mempengaruhi peningkatan kinerja pemerintah daerah (Noerdiawan, 2010)


(46)

Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas publik. Pengukuran kinerja menunjukkan seberapa besar kinerja manajerial dicapai, seberapa bagus kinerja finansial organisasi dan kinerja lainnya yang menjadi dasar penelitian akuntabilitas. Kinerja tersebut harus diukur dan dilaporkan dalam bentuk laporan kinerja. Pelaporan informasi kinerja tersebut sangat penting baik bagi pihak internal maupun eksternal. Bagi pihak internal, manajer membutuhkan laporan kinerja dari staffnya untuk meningkatkan akuntabilitas manajerial dan akuntabilitas kinerja. Bagi pihak eksternal, informasi kinerja digunakan untuk mengevaluasi kinerja organisasi, menilai tingkat transparasi dan akuntabilitas publik (Noerdiawan, 2010)

Penelitian sebelumnya Susanto (2015) menemukan terdapat pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja UPK Kecamatan di Kabupaten Situbondo dengan memiliki arah yang positif dan siginifikan. Kemudian, Nugraheni (2016) dan Riswanto (2016) menemukan bahwa akuntabilitas publik berpengaruh siginifikan terhadap kinerja Manajerial Satuan kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Jember, Hal ini membuktikan bahwa akutabilitas yang dilakukan secara baik, sesuai, dipertanggungjawabkan, dan diawasi dalam prosesnya maka akan meningkatkan kinerja pemerintah daerah. H5 : Akuntabilias publik berpengaruh positif terhadap kinerja SKPD


(47)

C. Model Penelitian

Gambar 2.1

Model Penelitian Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja SKPD dengan Akuntabilitas Publik Sebagai

Variabel Intervening Penerapan Anggaran

Berbasis Kinerja H1+

Kinerja SKPD Akuntabilitas

Publik

H5+

H4+ Kejelasan Sasaran

Anggaran

H3+


(48)

35

METODE PENELITIAN

A.

Obyek/Subyek Penelitian

Obyek pada penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terdapat di Kabupaten Sleman. Subyek dari penelitian ini adalah karyawan atau pegawai di bidang keuangan yang bekerja di SKPD kabupaten Sleman sampai saat penelitian dilaksanakan.

B. Jenis Data

Data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer. Pengumpulan data primer menggunakan metode survey, yaitu dengan membagikan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada seluruh responden. Instrumen kuesioner mencakup pertanyaan yang berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini juga mengunakan data sekunder yang diperoleh dari media masa serta jurnal yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian.

C. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran penelitian. Populasi terdiri atas sekumpulan obyek yang menjadi pusat perhatian,yang dari padanya terkandung informasi yang ingin diketahui (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah SKPD Kabupaten Sleman. Jumlah SKPD di wilayah Kabupaten Sleman sebanyak 49 SKPD dengan kriteria responden sebagai berikut :


(49)

1. Pegawai yang bekerja di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Kabupaten Sleman.

2. Pegawai PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Kabupaten Sleman.

3. Pegawai PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) yang aktif atau tidak sedang cuti kerja selama penelitian berlangsung. Berikut ini daftar rincian SKPD di wilayah Kabupaten Sleman:

Tabel 3.1 Daftar Nama SKPD

No Nama Instansi

1 Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan 2 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

3 Badan Keuangan dan Aset Daerah 4 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 5 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 6 Dinas Kebudayaan

7 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 8 Dinas Kesehatan

9 Dinas Komunikasi dan Informatika

10 Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 11 Dinas Lingkungan Hidup

12 Dinas Pariwisata

13 Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Pemukiman PA/KPA

14 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

15 Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

16 Dinas Pemuda dan Olahraga

17 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu 18 Dinas Pendidikan

19 Dinas Perhubunggan

20 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 21 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan 22 Dinas Pertanahan dan Tata Ruang


(50)

No Nama Instansi 23 Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan 24 Dinas Sosial

25 Dinas Tenaga Kerja 26 Inspektorat Kabupaten 27 Kecamatan Berbah 28 Kecamatan Cangkringan 29 Kecamatan Depok 30 Kecamatan Gamping 31 Kecamatan Godean 32 Kecamatan Kalasan 33 Kecamatan Minggir 34 Kecamatan Mlati 35 Kecamatan Moyudan 36 Kecamatan Ngaglik 37 Kecamatan Ngemplak 38 Kecamatan Pakem 39 Kecamatan Prambanan 40 Kecamatan Seyegan 41 Kecamatan Sleman 42 Kecamatan Tempel 43 Kecamatan Turi 44 RSUD Prambanan 45 RSUD Sleman

46 Satuan Polisi Pamong Praja

47 Sekretariat Daerah (Kantor Bupati) 48 Sekretariat DPRD

Sumber : Dinas Kominfo Kabupaten Sleman

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini mengumpulkan data yang bersumber dari data primer dengan menggunakan metode survey yang dibantu dengan instrumen kuesioner. Di dalam kuesioner terdapat daftar pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kuesioner yang digunakan disusun berdasarkan dari variabel-variabel penelitian yaitu Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja, Kejelasan Sasaran Anggaran, Akuntabilitas Publik dan


(51)

Kinerja Pemerintah Daerah. Penyusunan instrument kuesioner didasarkan pada skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Setelah kuesioner diisi oleh responden, peneliti menginput data kemudian mengolah data tersebut.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan model skala likert yaitu dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan kuesioner

Tabel 3.2 Skala Pengukuran

No Keterangan Skor

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Netral 3

4 Tidak Setuju 2

5 Sangat Tidak Setuju 1

Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (X1) dan Kejelasan Sasaran Anggaran (X2), satu variabel intervening yaitu Akuntabilitas Publik (I) dan satu variabel dependen yaitu Kinerja SKPD (Y). Untuk menghindari kekeliruan penafsiran terhadap variabel, kata dan istilah teknis yang terdapat dalam judul, maka perlu dicantumkan definisi operasional dari penelitian ini. Judul penelitian ini adalah Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Dengan


(52)

Akuntabilitas Publik Sebagai Variabel Intervening (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Sleman) dengan pengertian antara lain:

1. Penerapan anggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut (Halim, 2007).

2. Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Oleh sebab itu sasaran anggaran pemerintah daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya (Nugraheni, 2016).

3. Akuntabilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2009)

4. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan kegiatan sesuai terhadap program serta kebijaksanaan


(53)

dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang teruang dalam perumusan skema strategi perencanaan suatu organisasi (Maryanto, 2012)

Table 3.3

Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala

Ukur

Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja,

1. Money Follow Function

- Visi, Misi dan Tujuan - Inidikator Kinerja - Target kinerja

Ordinal

2. Value For Money

- Uraian Belanja - Standar Belanja - Standar satuan harga Kejelasan

Sasaran Anggaran, Locke dalam Putra (2012)

1. Tujuan dan standar kinerja

- Tujuan umum tugas yang dikerjakan - Menetapkan kinerja

- target yang ingin dicapai

Ordinal

2. Sasaran utama dan waktu yang jelas

- Menetapkan jangka waktu - Menetapkan sasaran yang prioritas

Akuntabilitas Publik, Mardiasmo (2002) Mahmudi (2010) 1. Akuntabilitas hukum dan kejujuran

- Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

- Pelaksanaan kegiatan organisasi yang sehat

Ordinal

2. Akuntabilitas proses

- Proses penganggaran - Alokasi dana sesuai prosedur 3. Akuntabilitas

program

- Pemilihan alternatif program - Pelaksanaan program mendukung

pencapaian tujuan organisasi

- Pelaksanaan program dirasakan manfaatnya

4. Akuntabilitas kebijakan

- Bertanggung jawab

- Adanya penetapan anggaran Kinerja

SKPD, Mardiasmo (2002)

1. Ekonomis - Harga - Kuantiti

Ordinal

2. Efisiensi - SDM (Sumber Daya Manusia) - Waktu

3. Efektivitas - Program - Kegiatan


(54)

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis data yang merupakan suatu teknik atau prosedur untuk menguji hipotesis penelitian. Metode ini menggunakan pengujian penelitian seperti, analisis statistik deskriptif, uji kualitas data (uji validitas dan uji reabilitas) serta uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas. Penelitian ini juga menggunakan uji hipotesis dan uji F.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif ini bertujuan untuk memberikan penjelasan gambaran umum demografi responden penelitian serta deskripsi tentang variabel-variabel penelitian untuk mengetahui distribusi frekuensi absolut yang menunjukkan nilai minimal, maksimal, rata-rata (mean), median, dan penyimpangan baku (standar deviasi) dari setiap variabel yang digunakan oleh peneliti. Metode deskriptif adalah metode analisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul tanpa membuat kesimpulan secara general sehingga analisis deskriptif membantu peneliti dalam memahami objek penelitiannya.

2. Pengujian Kualitas Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner maka kualitas kuesioner dan kesanggupan kuesioner dalam menjawab pertanyaan merupakan hal yang sangat penting. Teknik


(55)

yang digunakan untuk mengukur kuaitas data ada dua konsep yaitu validitas dan reabilitas. Teknik ini digunakan untuk menghindari penelitian menghasilkan kesimpulan yang bias.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menguji tingkat valid tidaknya kuisioner penelitian atau keahlian suatu instrument, sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diukurnya. Untuk melihat validitas dari masing-masing item kuesioner digunakan corrected item-total correlation. Jika r hitung > r table maka dapat dikatakan valid,dimana r table untuk n=30 adalah 0,361.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang dugunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun berkali-kali diuji. Hasil uji reabilitas dengan bantuan SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha untuk melihat tingkat reliabilitas dari setiap instrumen kuesioner yang digunakan. Suatu instrumen diakatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar atau sama dengan 0,70 (Sekaran, 2006).


(56)

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan sebagai alat prediksi yang baik. Uji asumsi klasik yang akan dilakukan adalah Uji Normalitas, Autokorelasi, Multikolonieritas, dan Heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau sebaliknya. Data dikatakan baik apabila data berdistribusi normal, yaitu apabila nilai Asymp.sig (2 tailed) > Alpha (0,05). Uji normalitas data menggunakan One-sample Kolmogrov-smirnov Test untuk menguji apakah variabel dalam penelitian memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011).

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukannya korelasi antar variabel bebas (independen). Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dengan cara melihat nilai Tolerance and Variance Inflation Factor (VIF). Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai VIF dari suatu variabel < 10 maka tidak terdapat multikoleniaritas diantara variable independen, sedangkan nilai tolerance > 0,1 (Ghozali, 2011).


(57)

c. Uji Heteroskesdastisitas

Uji heteroskedasitisitas adalah uji penelitian untuk menguji tentang sama atau tidaknya suatu varian dari residual observasi yang satu pada observasi yang lain. Residual varian memiliki varian yang sama maka disebut homokedastisitas, apabila varian tidak sama maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi dapat dikatakan baik apabila tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas maka peneliti menggunakan uji glejser yaitu dengan meregresi variabel dependen dengan nilai absolute dari residual (Abs_Res). Dikatakan tidak terjadi heteroskedasitas apabila nilai sig > 0,05.

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja SKPD dengan Akuntabilitas publik sebagai variabel intervening. Persamaan regresi linier berganda meliputi:

I = α + β1X1+ β2X2 + e

Y = α + β1X1+ β2X2 +β3I1 + e

Keterangan :

Y = Kinerja Pemerintah Daerah

X1 = Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja


(58)

rX1Y

rX2Y

rX1I

rX2I

rIY I = Akuntabilitas Publik

α = Konstanta

β1,β2,β3 = Koefisiensi masing-masing variabel

e = Koefisien eror

Diagram Jalur Path Analisis

Y = Kinerja Pemerintah Daerah

X1 = Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

X2 = Kejelasan Sasaran Anggaran

I = Akuntabilitas Publik  Regresi Tahap 1

 Regresi Tahap 2 X1

X2

X1

I Y

X1

X2

X2 Y

I


(59)

Hipotesis diterima, jika nilai signifikansi t < 0,05 (nilai sig), serta nilai koefisiensi menunjukkan arah yang searah, maka hipotesis diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Adapun pengujian pengaruh langsung dan tidak langsung untuk menguji apakah variabel tersebut mempengaruhi melalui variabel mediasi. Jika pengaruh langsung > pengaruh tidak langsung maka variabel tersebut berpengaruh tanpa dimediasi oleh variabel mediasi tersebut, sebaliknya jika pengaruh langsung < pengaruh tidak langsung maka variabel tersebur berpengaruh melalui variabel mediasi.


(60)

46

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Obyek Penelitian

Objek penelitian ini adalah seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Sleman. Penelitian ini mengunakan metode sensus pada seluruh SKPD di Kabupaten Sleman. Pada bulan januari 2017 SKPD di Kabupaten Sleman terdapat perubahan-perubahan nama instansi. Pada tahun 2016 jumlah SKPD di Kabupaten Sleman sebanyak 49, dan sekarang jumlahnya menjadi 48 SKPD.

Penelitian ini mengunakan data primer dengan menyebar kuesioner. Kuesioner ditujukan kepada karyawan yang bekerja di bagian keuangan atau perencanaan dan evaluasi pada SKPD yang diteliti. Adapun jumlah kuesioner yang disebar dan dikembalikan dapat dilihat dalam tabel 4.1.

TABEL 4.1 Jumlah Kuesioner

Keterangan Total Persentase(%)

Populasi 48 100%

Kuesioner dibagikan 48 100%

Kuesioner yang kembali 44 91,66%

Kuesioner yang diolah 44 91,66%

Sumber: Perhitungan jumlah responden

Dari tabel di atas, diketahui bahwa dari jumlah sampel awal, kuisioner yang dapat diolah ialah 91,66% (44 kuesioner).


(61)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 44 SKPD, adapun karakteristik responden yang di dapatkan antara lain yaitu Usia, Jenis Kelamin, Jenjang Pendidikan dan Jabatan ditunjukkan pada table sebagai berikut :

TABEL 4.2

Karakteristik Responden

No Karakteristik N %

1 Usia

a. 20-30 tahun 2 4,5 %

b. 31-40 tahun 8 18,2 %

c. 41-50 tahun 13 29,5 %

d. 51-60 tahun 6 13,6 %

e. Tidak Mengisi 15 34,1 %

Total 44 100 %

2 Jenis Kelamin

a. Laki-Laki 10 22,7 %

b. Perempuan 25 56,8 %

c. Tidak Mengisi 9 20,5 %

Total 44 100 %

3 Jenjang Pendidikan

a. Diploma 1 2,3 %

b. S1 20 45,4 %

c. S2 12 27, 3 %

d. S3 0 0 %

e. Tidak Mengisi 11 25 %

Total 44 100 %

4 Jabatan

a. Kasubbag Keuangan 18 40,9 %

b. Staf Keuangan 4 9,1 %

c. Kasubbag Perencanaan & Evaluasi 13 29,5 %

d. Tidak Mengisi 9 20,5 %

Total 44 100 %


(62)

2. Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif ini bertujuan untuk memberikan penjelasan gambaran umum demografi responden penelitian serta deskripsi tentang variabel-variabel penelitian untuk mengetahui distribusi frekuensi absolut yang menunjukkan nilai minimal, maksimal, rata-rata (mean), median, dan penyimpangan baku (standar deviasi) dari setiap variabel yang digunakan oleh peneliti. Adapun statistik deskriptif disajikan dalam tabel 4.3.

TABEL 4.3 Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation Penerapan Anggaran

Berbasis Kinerja

44 20,00 36,00 29,25 4,216 Kejelasan Sasaran

Anggaran

44 15,00 25,00 20,34 2,632 Akuntabilitas Publik 44 29,00 45,00 36,39 4,277 Kinerja SKPD 44 19,00 35,00 28,39 3,749 Valid N (listwise) 44

Sumber : Output SPSS v.20.0.

Statistik deskriptif yang terdapat pada tabel 4.3 memberikan informasi mengenai setiap sampel dan variabel penelitian. Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah sampel, nilai terendah, tertinggi, rata-rata dan simpangan baku setiap variabel penelitian.

Jumlah sampel penelitian ialah 44 dengan 4 variabel. Variabel penerapan anggaran berbasis kinerja memiliki nilai rata-rata 29,25 dengan simpangan baku 4,216. Nilai rata-rata variabel kejelasan sasaran anggaran adalah 20,34 dan simpangan bakunya 2,632.


(63)

Variabel akuntabilitas publik dari hasil rekapitulasi kuisioner, diperoleh nilai rata-rata 36,39 dengan simpangan baku 4,277. Variabel yang terakhir yaitu kinerja SKPD dengan nilai rata-rata 28,39 dengan simpangan baku 3,749.

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Validitas

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 20. Dalam uji validitas ini, apabila nilai r hitung > r tabel, maka item pertanyaan tersebut dikatakan valid. Jika nilai r hitung < r table, maka item pernyataan tersebut tidak valid dimana r tabel untuk n=30 adalah 0,361. Hasil pengujian disajikan dalam tabel 4.4.

TABEL 4.4 Hasil Uji Validitas

Variabel Pernyataan r hitung r tabel keterangan

Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

Item_1 0,785 0,361 valid

Item_2 0,825 0,361 valid

Item_3 0,901 0,361 valid

Item_4 0,673 0,361 valid

Item_5 0,726 0,361 valid

Item_6 0,804 0,361 valid

Item_7 0,740 0,361 valid

Item_8 0,852 0,361 valid

Kejelasan Sasaran Anggaran

Item_1 0,803 0,361 valid

Item_2 0,781 0,361 valid

Item_3 0,687 0,361 valid

Item_4 0,842 0,361 valid


(64)

Variabel Pernyataan r hitung r tabel keterangan

Akuntabilitas Publik

Item_1 0,468 0,361 valid

Item_2 0,654 0,361 valid

Item_3 0,635 0,361 valid

Item_4 0,623 0,361 valid

Item_5 0,660 0,361 valid

Item_6 0,678 0,361 valid

Item_7 0,596 0,361 valid

Item_8 0,711 0,361 valid

Item_9 0,628 0,361 valid

Kinerja SKPD

Item_1 0,607 0,361 valid

Item_2 0,636 0,361 valid

Item_3 0,682 0,361 valid

Item_4 0,490 0,361 valid

Item_5 0,774 0,361 valid

Item_6 0,739 0,361 valid

Item_7 0,380 0,361 valid

Berdasarkan tabel di atas, r hitung seluruh hasil uji validitas lebih besar dari r table (0,361) yang berarti seluruh item dalam kuesioner tersebut valid dalam mengukur variabel penelitian.

2. Uji Reabilitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam mengukur suatu konstruk yang sama atau stabil jika digunakan dari waktu ke waktu. Untuk menguji reabilitas dilihat pada Cronbach Alpha (α), Jika nilai koefisien alpha > 0,70 maka disimpulkan bahwa intrumen penelitian tersebut handal atau reliabel. Uji yang digunakan untuk membuktikan keandalan data adalah uji statistik Cronbach Alpha dengan bantuan software SPSS versi 20. Hasil pengujian disajikan dalam tabel 4.5.


(65)

TABEL 4.5 Hasil Uji Reabilitas

Variabel Crombach's Alpha Keterangan

Penerapan Anggaran

Berbasis Kinerja 0,908 reliabel

Kejelasan Sasaran Anggaran 0,802 reliabel

Akuntabilitas Publik 0,807 reliabel

Kinerja SKPD 0,729 reliabel

Berdasarkan hasil uji reliabilitas di atas, semua variabel memiliki nilai crombach’s alpha lebih dari 0,70 yang berarti variabel penelitian tersebut reliabel (handal).

3. Uji Normalitas

Pengujian ini untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak dalam model persamaan, dilakukan dengan One Sample Kolmogorov Smirnov dengan bantuan software statistik SPSS v.20.0. Data apabila nilai signifikansi dari hasil uji nilai Asymp.sig (2 tailed) > Alpha (0,05)maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal. Hasil pengujian disajikan dalam tabel 4.6.


(66)

TABEL 4.6 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 44

Normal Parametersa,b Mean -.0367706

Std. Deviation 2.51360402

Most Extreme Differences

Absolute .105

Positive .105

Negative -.074

Kolmogorov-Smirnov Z .695

Asymp. Sig. (2-tailed) .719

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Output SPSS v.20.0

Tabel 4.6 diatas menunjukkan hasil uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov. Dari nilai yang ditunjukkan, pada pengujian ini sudah berdistribusi secara normal. Hal ini dibuktikan dari nilai Asymp.sig (2 tailed) (0,719) > Alpha (0,05).

4. Uji Multikolinieritas

Pengujian ini untuk mengetahui ada-tidaknya multikolinearitas dalam model persamaan, dilakukan dengan melihat nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka data bebas dari multikolinearitas. Hasil pengujian disajikan dalam tabel 4.7.


(67)

TABEL 4.7

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Tolerance VIF Hasil

Kejelasan Sasaran

Anggaran 0,824 1,214

Tidak terjadi multikolinieritas Penerapan Anggaran

Berbasis Kinerja 0,878 1,139

Tidak terjadi multikolinieritas Akuntabilitas Publik

0,732 1,366 Tidak terjadi multikolinieritas

a. Dependent Variable: Kinerja SKPD

Sumber: Output SPSS v.20.0

Pada tabel 4.7 menunjukkan hasil uji multikolinieritas pada penelitian. Hasilnya adalah dari ketiga variabel (Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Akuntabilitas Publik) tidak ditemukan adanya multikolinieritas. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai Tolerance setiap variabel > 0,01 serta nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10.

5. Uji Heteroskesdastisitas

Pengujian ini untuk mengetahui ada-tidaknya heteroskedastisitas dalam model persamaan. Heteroskedastisitas dilihat melalui uji Glesjer, jika probabilitas signifikansi masing-masing variabel independen > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Hasil pengujian disajikan dalam tabel 4.8.


(1)

REGRESI KEDUA

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Akuntabilitas Publik, Penerapan Anggaran Berbasis

Kinerja, Kejelasan Sasaran Anggaranb . Enter

a. Dependent Variable: Kinerja SKPD b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .750a .563 .530 2.570

a. Predictors: (Constant), Akuntabilitas Publik, Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja, Kejelasan Sasaran Anggaran

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 340.158 3 113.386 17.162 .000b

Residual 264.273 40 6.607

Total 604.432 43

a. Dependent Variable: Kinerja SKPD

b. Predictors: (Constant), Akuntabilitas Publik, Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja, Kejelasan Sasaran Anggaran

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -1.623 4.248 -.382 .705 Kejelasan Sasaran

Anggaran .562 .164 .395 3.427 .001 Penerapan Anggaran

Berbasis Kinerja .214 .099 .240 2.154 .037 Akuntabilitas Publik .339 .107 .386 3.160 .003 a. Dependent Variable: Kinerja SKPD


(2)

REKAPITULASI HASIL KUESIONER

Penerapan Anggaran Berbasis kinerja (X1)

No Penerapan ABK (X1)

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 Total

1 4 4 4 4 4 4 4 4 32

2 4 4 4 4 4 4 4 4 32

3 4 4 3 3 3 3 3 3 26

4 4 4 5 5 4 4 4 4 34

5 4 3 4 3 3 3 3 3 26

6 4 4 4 4 4 4 4 4 32

7 3 3 4 5 5 4 4 4 32

8 4 4 4 4 4 4 4 4 32

9 4 4 4 4 5 5 5 5 36

10 4 4 3 3 3 3 2 2 24

11 4 4 4 4 4 4 4 4 32

12 4 4 4 4 3 3 3 3 28

13 4 4 3 3 3 3 3 3 26

14 4 3 3 3 3 3 3 2 24

15 3 3 3 4 4 3 3 3 26

16 5 4 5 4 4 4 4 4 34

17 4 4 4 4 3 3 3 3 28

18 4 4 4 4 3 3 3 3 28

19 4 4 4 4 3 3 3 3 28

20 5 5 5 5 4 4 4 4 36

21 4 4 4 4 4 4 4 4 32

22 4 4 4 4 4 4 4 4 32

23 5 5 4 4 5 5 4 4 36

24 4 4 4 4 4 4 4 4 32

25 4 4 4 4 3 4 4 3 30

26 5 5 5 5 4 4 4 4 36

27 4 4 4 4 4 4 4 4 32

28 4 4 4 4 4 4 4 4 32

29 4 3 4 3 3 3 3 3 26

30 4 3 3 3 3 3 3 2 24

31 4 3 4 3 3 4 3 3 27

32 4 4 4 4 3 4 4 3 30

33 4 3 3 3 3 3 3 2 24


(3)

36 4 2 3 3 2 2 2 2 20

37 4 3 3 3 2 3 2 2 22

38 4 3 3 3 3 3 3 2 24

39 4 3 3 4 3 4 4 3 28

40 5 5 4 4 5 5 4 4 36

41 4 3 4 3 3 2 3 2 24

42 4 4 4 4 3 3 3 3 28

43 4 4 4 4 4 4 4 4 32

44 4 4 4 4 4 4 4 4 32

Kejelasan Sasaran Anggaran (X2)

No Kejelasan (X2)

X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 Total

1 5 5 4 5 4 23

2 5 5 5 5 5 25

3 4 4 4 4 4 20

4 5 5 5 5 5 25

5 5 5 5 5 5 25

6 4 4 4 4 4 20

7 4 4 4 5 5 22

8 4 4 4 4 4 20

9 4 4 4 5 5 22

10 5 5 5 5 5 25

11 3 4 4 4 3 18

12 4 4 3 4 3 18

13 4 4 4 4 4 20

14 4 4 4 5 5 22

15 4 4 4 4 4 20

16 5 5 4 5 4 23

17 4 4 4 3 3 18

18 5 5 4 5 4 23

19 4 4 4 5 5 22

20 4 4 4 4 4 20

21 5 5 5 5 5 25

22 4 3 3 4 3 17

23 5 4 4 4 5 22

24 4 3 2 3 3 15

25 4 3 3 4 3 17


(4)

28 4 4 3 3 4 18

29 4 4 4 4 4 20

30 4 4 4 4 4 20

31 4 4 4 3 3 18

32 4 3 3 4 3 17

33 4 4 3 4 3 18

34 4 3 4 4 3 18

35 4 4 4 4 4 20

36 4 4 4 4 4 20

37 5 4 4 5 4 22

38 4 4 4 3 3 18

39 5 5 4 5 4 23

40 5 4 4 5 4 22

41 4 3 3 4 3 17

42 5 5 4 5 4 23

43 4 4 3 4 3 18

44 4 4 4 3 3 18

Akuntabilitas Publik (I)

No Akuntabilitas (I)

Z1.1 Z1.2 Z1.3 Z1.4 Z1.5 Z1.6 Z1.7 Z1.8 Z1.9 Total

1 4 4 4 4 4 4 5 5 4 38

2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43

5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

7 4 5 4 5 5 5 4 5 4 41

8 5 4 4 4 4 3 4 3 3 34

9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45

11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

12 4 3 4 3 3 3 3 3 3 29

13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

14 5 4 4 4 5 4 4 4 4 38

15 5 4 5 4 4 4 3 4 3 36

16 5 5 4 4 4 4 4 4 4 38

17 5 4 5 5 4 3 4 4 4 38


(5)

20 4 4 4 4 3 3 3 3 3 31

21 5 5 5 5 5 5 4 5 4 43

22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

23 5 5 5 5 4 4 4 4 4 40

24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

26 5 5 5 5 5 5 4 5 4 43

27 5 5 5 5 4 4 4 4 4 40

28 4 4 4 4 3 3 3 3 3 31

29 4 3 4 3 3 3 3 3 3 29

30 5 4 4 4 4 3 4 3 3 34

31 4 4 3 3 4 3 4 4 3 32

32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

35 4 4 4 4 4 3 3 3 3 32

36 4 3 4 3 3 3 3 3 3 29

37 4 4 4 3 3 4 4 3 3 32

38 5 4 5 5 4 4 3 4 4 38

39 4 3 4 3 3 3 3 3 3 29

40 5 4 5 4 4 4 4 4 4 38

41 4 4 3 3 4 4 4 3 3 32

42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

44 5 4 5 5 4 4 3 4 4 38

Kinerja SKPD (Y)

No Kinerja (Y)

Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Total

1 4 4 5 5 5 5 5 33

2 5 5 5 4 4 5 5 33

3 4 4 4 4 4 4 4 28

4 5 5 5 5 5 5 5 35

5 4 4 4 4 4 4 4 28

6 4 4 4 4 4 4 4 28

7 5 5 5 5 4 5 4 33

8 4 4 4 4 4 4 4 28

9 4 4 4 4 4 4 4 28


(6)

12 4 4 4 4 4 3 3 26

13 4 4 4 3 3 3 2 23

14 4 4 5 5 5 5 5 33

15 4 4 4 4 4 4 4 28

16 5 5 5 5 4 5 4 33

17 4 4 4 4 4 4 4 28

18 4 4 4 4 4 4 4 28

19 5 5 5 5 5 4 4 33

20 4 4 4 4 3 4 3 26

21 5 5 5 5 5 5 5 35

22 4 3 4 3 3 3 3 23

23 5 5 5 5 4 5 4 33

24 4 4 4 4 3 4 3 26

25 4 3 4 4 2 3 3 23

26 5 5 5 4 4 3 4 30

27 5 5 5 5 4 5 4 33

28 4 4 4 4 3 4 3 26

29 5 5 5 5 4 5 4 33

30 4 4 4 4 4 4 4 28

31 4 4 4 4 4 4 4 28

32 4 3 4 3 3 3 3 23

33 4 4 4 4 4 4 4 28

34 4 4 4 4 4 4 4 28

35 4 4 4 4 4 4 4 28

36 3 3 4 2 2 3 2 19

37 4 4 4 3 3 3 2 23

38 4 4 4 4 4 4 4 28

39 4 4 4 4 3 4 3 26

40 5 5 5 4 5 5 4 33

41 4 3 4 3 3 3 3 23

42 4 4 4 4 4 4 4 28

43 4 4 4 4 3 4 3 26


Dokumen yang terkait

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

1 6 99

PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAGELANG.

1 8 15

PENDAHULUAN PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAGELANG.

0 3 9

PENGARUH AKUNTABILITAS, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KOTA DENPASAR.

1 1 45

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

0 0 13

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

0 1 3

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

0 0 8

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

1 2 18

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

0 1 3

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

0 1 17