MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING DENGAN APLIKASI MOODLE UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BELAJAR MANDIRI PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI MA/SMA KOTA BANDAR LAMPUNG.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN PERSEMBAHAN

MOTTO

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR BAGAN ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR GRAFIK ... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 11

C. Batasan Masalah ... 11

D. Defenisi Operasional ... 12

E. Pertanyaan Penelitian ... 13

F. Tujuan Penelitian ... 14


(2)

BAB II LANDASAN TEORI ... 17

A. Model Pembelajaran ... 17

B. Teori Belajar dalam Pembelajaran E-learning ... 22

C. Pembelajaran Berbasis E-learning... 23

1. Konsep E-learning ... 23

2. Pengertian E-learning ... 26

3. Strategi Pengembangan Model-model E-learning ... 27

D. Aplikasi Moodle ... 31

1. Sejarah Moodle ... 31

2. Model E-learning dengan Pendekatan Moodle ... 35

3. Filosofi Moodle ... 37

4. Fitur Moodle ... 38

5. Desain Moodle ... 38

6. Manajemen Moodle ... 39

7. Modul Moodle ... 43

8. Aplikasi E-learning dalam Pembelajaran ... 48

9.Aplikasi E-learning Berbasis Open Source Moodle ... 49

E. Belajar Mandiri ... 51

1. Pengertian Belajar Mandiri ... 51

2. Model-model Pembelajaran Mandiri ... 52

3. Bahan Belajar Mandiri ... 54

4. Karakteristik dan Kelebihan Belajar Mandiri ... 55

5. Proses Belajar Mandiri ... 57

6. Belajar Mandiri Berbasis E-learning ... 58


(3)

F. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Teknologi (TIK) ... 60

1. Konsep Pembelajaran Teknologi ... 60

2. Tujuan Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan ... Komunikasi (TIK) ... 62

3. Pemanfaatan TIK Sebagai Media Pembelajaran ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 65

A. Metode Penelitian ... 65

1. Pendekatan dan Metode ... 65

2. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 74

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 75

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 79

5. Prosedur Penelitian ... 81

B. Penelitian Uji Pendahuluan……… ... 82

Hasil Studi Pendahuluan ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 139

A. Hasil Penelitian ... 139

1. Perencanaan dan Pengembangan Model ... 139

2. Uji Coba Model ... 146

B. Pendapat Siswa Mengenai Model Pembelajaran E-learning ... Menggunakan Aplikasi Moodle Untuk Mengembangkan Kemampuan Belajar Mandiri ... 237

C. Pendapat Guru Mengenai Model Pembelajaran E-learning Menggunakan Aplikasi Moodle ... 262

D. Lembar Observasi ... 273


(4)

F. Pembahasan ... 276

1. Kondisi Pembelajaran Teknologi Informasi dan ... Komunikasi (TIK) ... 276

2. Perencanaan dan Pengembangan Model ... 279

3. Hasil Kemampuan Belajar Mandiri ... 283

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 291

A. Simpulan ... 291

1. Studi Pendahuluan ... 291

2. Perencanaan dan Pengembangan ... 292

3. Hasil Uji Coba Model ... 292

B. Rekomendasi ... 294

DAFTAR PUSTAKA ... 295


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan.

Sehubungan dengan kondisi tersebut, seharusnya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni didayagunakan untuk mempengaruhi pola dan sikap serta gaya hidup masyarakat, terutama bagi masyarakat pedesaan guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan. Hal ini penting, mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia hidup di pedesaan dan masih banyak ketimpangan antara masyarakat yang hidup di desa dan di kota, baik dalam bidang ekonomi maupun pendidikan; sedangkan teknologi, terutama teknologi informasi semakin lama semakin otonom. Otonomi tersebut mempengaruhi kehidupan dan perkembangan masyarakat baik sekarang maupun di masa depan, agar terbentuk masyarakat madani yang hanya dapat diwujudkan, bila berbagai aspek (religi, budaya, ekonomi, dan teknologi) menunjukkan eksistensi yang mantap (Mulyasa, 2006).

Menghadapi kondisi masyarakat Indonesia sebagaimana diuraikan di atas, pembangunan pendidikan nasional didasarkan pada visi dan misi: (Mulyasa: 2006:17-18).


(6)

Pertama, meningkatkan pemerataan dan perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang bersamaan dengan peningkatan mutu. Bersamaan dengan upaya perluasan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, semakin kuat pula tuntutan masyarakat dan pembangunan nasional akan perlunya pendidikan yang lebih bermutu, relevan, adil, manusiawi, dengan menjangkau semua orang dalam semua lapisan dan golongan masyarakat.

Kedua, pengembangan wawasan persaingan dan keunggulan bangsa Indonesia harus memiliki keunggulan sehingga dapat bersaing secara global. Kuncinya adalah ketersediaannya pendidikan yang bermutu. Wawasan keunggulan diperlukan karena masyarakat Indonesia dan dunia terus berubah dalam irama yang semakin cepat. Salah satu aspek dari wawasan keunggulan ialah bahwa bangsa Indonesia perlu melihat posisinya di tengah bangsa-bangsa lain.

Ketiga, memperkuat keterkaitan pendidikan agar sepadan dengan kebutuhan pembangunan. Pendidikan Nasional harus memiliki keterkaitan dengan pembangunan nasional, agar dapat menunjang pembangunan nasional melalui penyediaan sumber daya manusia yang lebih bermutu dan dalam jumlah yang memadai.

Keempat, mendorong terciptanya masyarakat belajar. Masyarakat Indonesia masa depan, tanpa memandang usia dan tingkat pendidikannya, adalah masyarakat yang memiliki kehendak, kemauan, kemampuan untuk belajar atas prakarsanya sendiri secara terus menerus dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan pengusaannya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kelima, Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi masa kini dan sekaligus masa depan. Hal ini berarti bahwa proses pendidikan yang dilakukan pada saat ini bukan semata-mata untuk hari ini, melainkan untuk masa depan.

Keenam, Pendidikan merupakan sarana untuk memperkuat jati diri bangsa dalam proses industrialisasi dan mendorong terjadinya perubahan masyarakat Indonesia dalam memasuki era globalisasi di abad 21. Pembangunan pendidikan harus mampu memantapkan jati diri bangsa Indonesia di tengah pergaulan dengan bangsa lain, sehingga dalam keadaan bagaimanapun, tetap tampil sebagai bangsa Indonesia dengan segala kepribadiannya.

Sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UUSPN Tahun 2003 pasal 3).


(7)

Menghadapi perkembangan era globalisasi dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam kegiatan pembelajaran. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menentukan pendidikan sebuah bangsa di mana tuntutan globalisasi menuntut berbagai kesiapan dalam penguasaan ilmu dan teknologi, kemampuan dan keterampilan bekerja, kemampuan bersaing, mempunyai kompetensi profesional serta memiliki komitmen yang tinggi terhadap nilai sosial, budaya, moral dan agama, serta mempersiapkan pembelajar menghadapi tantangan dan pengalaman dalam kehidupan nyata (Munir, 2009).

Menurut Stewart, Keagen dan Holmberg (Juhari, 1990) belajar mandiri pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh pandangan bahwa setiap individu berhak mendapat kesempatan yang sama dalam pendidikan. Proses pembelajaran hendaknya diupayakan agar dapat memberikan kebebasan dan kemandirian kepada pembelajar dalam proses belajarnya. Pembelajar bebas secara mandiri untuk menentukan atau memilih materi pembelajaran yang akan dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya. Dalam pembelajaran konvensional lebih banyak berkomunikasi dengan manusia yaitu pengajar atau pembelajar lainnya. Pembelajaran jarak jauh lebih banyak berkomunikasi secara intrapersonal berupa informasi atau materi pembelajaran dalam bentuk elektronik, cetak maupun non cetak. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan menerapkan e-learning di antaranya untuk pembelajaran online. Dengan demikian e-learning mampu mengembangkan cara belajar mandiri sehingga dapat membentuk sikap kemandirian dan daya kritis dari pembelajar dengan


(8)

memanfaatkan modul Content Management Service (CMS) dengan menerapkan aplikasi e-learning berbasis Open Source Moodle (Munir:179-180)

Visi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yaitu agar siswa dapat menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap inisiatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan yang baru (Kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia:2010).

Pada hakekatnya, mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menyiapkan siswa agar dapat terlibat pada perubahan yang pesat dalam dunia kerja maupun kegiatan lainnya yang mengalami penambahan dan perubahan dalam variasi penggunaan teknologi. Siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara kreatif namun bertanggungjawab. Siswa belajar bagaimana menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) agar dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan masyarakat, komunitas, dan budaya. Penambahan kemampuan karena penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri, sehingga siswa dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan di mana penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan di masa yang akan datang.


(9)

Dengan memasukkan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah, akan membantu siswa untuk belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dan menggunakan segala potensi yang ada untuk pengembangan kemampuan diri. Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan memberikan motivasi dan kesenangan kepada siswa untuk belajar dan bekerja secara mandiri. Selain itu penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan meningkatkan proses pembelajaran pada semua tingkatan atau jenjang, dengan menjangkau disiplin ilmu mata pelajaran lain.

Tujuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara umum yaitu agar siswa memahami alat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara umum termasuk komputer (computer literate) dan memahami informasi (information literate). Artinya siswa mengenal istilah-istilah yang digunakan pada Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan pada komputer yang umum digunakan. Siswa juga menyadari keunggulan dan keterbatasan komputer, serta dapat menggunakan komputer secara optimal. Di samping itu memahami bagaimana dan di mana informasi dapat diperoleh, bagaimana cara mengemas/mengolah informasi dan bagaimana cara mengkomunikasikannya. (Kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia:2010)

Secara khusus, tujuan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah:

1. Menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi yang terus berubah sehingga siswa termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.


(10)

2. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dan lebih percaya diri.

3. Mengembangkan kompetensi siswa dalam penggunaan Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan berbagai aktifitas dalam aspek kehidupan sehari-hari.

4. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK), sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal, dan terampil dalam berkomunikasi, mengorganisasi informasi, belajar, dan bekerjasama.

5. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif,

kreatif, dan bertanggungjawab dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan masalah. (Kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia:2010).

Sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional dalam Rencana Strategis Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) 2010-2014 diuraikan bahwa pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) diyakini dapat menunjang upaya peningkatan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan, serta tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk pendidikan oleh Departemen Pendidikan Nasional dapat memperbaiki akses dan mutu serta sekaligus meningkatkan efektifitas tata kelola.

Mulai tahun 2006 Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) berkomitmen untuk menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara massal, baik untuk keperluan e-pembelajaran maupun e-administrasi. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara besar-besaran tersebut ditandai dengan dioperasikannya Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) untuk mensosialisasikan berbagai kebijakan terbaru Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) atau pun modul-modul pembelajaran.


(11)

Dengan terbangunnya infrastruktur Jardiknas ini, tantangan ke depan adalah bagaimana mengembangkan isi e-pembelajaran dan e-administrasi didukung melalui berbagai kegiatan:

a. Perluasan akses Jardiknas, TV Edukasi dan pengembangan konten

pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

b. Peningkatan kemampuan SDM untuk mendukung pendayagunaan Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) di pusat dan daerah.

c. Pengembangan pusat sumber belajar (learning resources center) berbasis

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada pendidikan dasar dan menengah.

d. Pengembangan sistem dan model pembelajaran berbasis Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK) baik pada pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.

Peran teknologi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan

memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Sekolah. Hal ini dapat dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar di Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan memanfaatkan fasilitas e-learning dengan menggunakan aplikasi yang mendukung. Fakta yang ada di lapangan di mana belum optimalnya memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam menunjang kegiatan belajar dan mengajar untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri adalah sebagai berikut (Chaeruman , 2009) :

1. Jika mengacu pada level pemanfaatan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) di sekolah, maka Indonesia masih dalam tahap applying menuju integrating. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam konteks pembelajaran di sekolah masih dijadikan sebagai obyek yang dipelajari artinya menjadi mata pelajaran yang diajarkan di


(12)

sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam mata pelajaran nasional.

2. Problematika Pembelajaran di sekolah, secara umum, fakta yang terjadi

adalah masih bersifat teacher-centered. Di mana guru masih menjadi pemain utama, sementara siswa menjadi penonton utama (datang, duduk, catat, dengar, ujian, lulus/tidak) sehingga siswa sulit untuk mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri.

3. E-learning telah menjadi trend pembelajaran abad 21. Bidang ini merupakan peluang tersendiri bagi para teknolog pembelajaran. Dari sisi kawasan desain, teknolog pembelajaran berperan dalam melakukan analisis kebutuhan e-learning, desain sistem pembelajaran e-learning, dan lain-lain. Dari sisi kawasan pengembangan, teknolog pembelajaran dapat berperan sebagai pengembang e-learning content atau lebih dikenal sebagai learning object (baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based). dari sisi pengelolaan, teknolog pembelajaran berperan dalam mengelola e-learning baik dalam institusi sekolah maupun organisasi (corporate).

Teknologi pendidikan meliputi berbagai aspek yang berhubungan dengan pembelajaran dan proses belajar. Pengertian yang dirumuskan oleh Association for Educational Communications and Technology (AECT) adalah seperti berikut: Teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang menghubungkan manusia, prosedur, ide, alat dan organisasi. Proses tersebut meliputi merencanakan, mengelola data, menganalisis data dan menilai untuk membuat suatu kesimpulan (Wilkinson, 1980). Pengembangan aplikasi e-learning berbasis open source moodle di Indonesia telah dirintis dan sampai saat ini masih terus berlangsung di beberapa institusi perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.

Didukung juga dengan penelitian yang sudah ada yaitu mengenai pengembangan model LMS (Learning Management System) dengan prinsip pedagogis untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran fisika kelas X MA (Ghufron, 2009), menunjukkan hasil pembelajaran


(13)

MA Muhammadiyah sejumlah 36 orang siswa, MA NU Banat sejumlah 43 orang siswa, dan MAN 2 Kudus sejumlah 28 orang siswa. SMA 1 Bogor (www.sma1bogor.sch.id) juga sudah menggunakan aplikasi moodle dalam kegiatan pembelajaran.

The Oxford Institute of Legal Practice (‘‘Oxilp’’) membuka pembelajaran menggunakan moodle yang dipergunakan pada tahun 2002. Moodle ini direkomendasikan untuk dipergunakan guru privat yang mengajar di kursus sehingga dapat terlihat umpan balik dari siswa. Tingkat keberhasilan di Oxford Brookes University dalam perkembangan penilaian sangat baik karena dilengkapi sistem yang baik dengan ditandai dengan waktu sehingga data siswa dalam mengerjakan tugas dapat termonitor dengan guru.

The Universities of Heidelberg (by Dorothea Fischer-Hornung) and Stuttgart (by Wolfgang Holtkamp) in Germany, and subsequently with students from Universities in Australia, Italy, Russia, Switzerland and the United States menggunakan pembelajaran internet untuk pendidikan internasional, dalam kegiatannya siswa berada diberbagai lokasi untuk mendikusikan materi dalam batas ruang dan waktu dengan mengikuti serangkaian kursus secara online. Selama orientasi awal murid boleh mengakses silabus, melihat fitur-fitur seperti menu ujian, materi kursus, memanfaatkan fitur komunikasi, forum, email, chat dan mengakses tugas-tugas yang diberikan, dengan tingkat keberhasilan yang sangat baik.

Universitas Maya Cambridge Mikroskop Elektron membaca sekilas (VSEM) adalah satu rangkaian dari internetbased perangkat lunak mendisain


(14)

untuk menyediakan pengajaran dan pelatihan untuk user yang berpengalaman dengan berbasis komputer yang menyelenggarakan Content Management Service (CMS), moodle kursus dengan menggunakan Konten Objek Shareable Model referensi (SCORM) dimana objek pengajaran yang dapat ditransfer dibangun dengan menempatkan simulator dan ensiklopedia ke dalam Modul SCORM bidang pendidikan sesuai konten. Moodle mengisi modul ini, dengan ilmu pengetahuan tentang teknik pelatihan canggih. Contoh seorang murid membahas teori dan kemudian diuji dengan langsung, hasil penilaian disimpan secara otomatis untuk mengetahui kemajuan peserta latihan. Umpan balik murid akan dikumpulkan melalui satu survei online.

Berikut ini merupakan data institusi perguruan tinggi yang

mengembangkan e-learning berbasis open source moodle. Tabel 1.1

Tabel Institusi Perguruan Tinggi Di Indonesia Yang Mengembangkan E-Learning Berbasis Open Source Moodle

No Nama Perguruan Tinggi Alamat Website

1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta http://www.feunj.ac.id/moodle

2 Scele Universitas Indonesia http://scele.cs.ui.ac.id/s1

3 Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada http://www.mipa.ugm.ac.id/moo

dle

4 Digital Learning Institut Teknologi Bandung http://kuliah.itb.ac.id

5 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA

Universitas Negeri Yogyakarta

http://www.math.uny.ac.id

6 Fakultas Psikologi Universitas Unika Atma

Jaya

http://fpsi.atmajaya.ac.id/moodle

7 Fakultas Teknik Universitas Unika Atma

Jaya

http://ft.atmajaya.ac.id/moodle

8 E-learning Petra Christian University http://debian.petra.ac.id/moodle

9 Program Study Arsitektur Institut Teknologi

Bandung

http://www.ar.itb.ac.id/moodle

10 E-learning Institut Teknologi Sepuluh

November

http://elearning.its.ac.id


(15)

Fakta yang terjadi di lapangan bahwa pembelajaran masih bersifat teacher-centered dimana guru masih menjadi pemain utama, sementara siswa menjadi penonton utama, masih adanya guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) belum mahir dalam membuat media pembelajaran e-learning menggunakan aplikasi moodle, dan kemauan siswa dalam belajar mandiri masih sangat kurang. Melihat fakta-fakta yang ada, maka diperlukan sebuah model pembelajaran dengan memanfaatkan e-learning dalam kegiatan belajar mengajar sehingga diharapkan siswa mampu belajar mandiri dengan menggunakan aplikasi moodle sebagai media proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Model pembelajaran e-learning bagaimanakah yang cocok untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri dengan aplikasi moodle pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah yaitu:

1. Penelitian dilaksanakan pada Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah

Atas di Bandar Lampung pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) jenjang SMA/MA kelas XI.


(16)

2. Model pembelajaran e-learning yang dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

D. Defenisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama yaitu model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle, dan pengembangan kemampuan belajar mandiri yang dikemukakan sebagai defenisi operasional sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran E-learning dengan Aplikasi Moodle

Moodle (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment) merupakan Course Management System (CMS), juga dikenal sebagai Learning Management System (LMS) atau Virtual Learning Environtmen (VLE) adalah paket perangkat lunak yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis web atau internet yang menggunakan prinsip pedagogy. Moodle merupakan salah satu aplikasi dari konsep dan mekanisme belajar mengajar yang memanfaatkan teknologi informasi, yang dikenal dengan konsep e-learning dan memiliki fitur-fitur pembelajaran elektronik dengan prinsip-prinsip pedagogis antara lain:

a. Fitur manajemen matapelajaran/bahan ajar, penambahan matapelajaran,

pengurangan atau pengubahan matapelajaran/bahan ajar, silabus, materi pelajaran, daftar referensi dan bahan bacaan yang berbasis text atau multimedia.

b. Tersedianya banyak plugin atau modul tambahan yang dapat digunakan untuk


(17)

forum (forum diskusi dan komunikasi), modul untuk jurnal, modul untuk survey dan workshop.

c. Fitur ujian dan penugasan berupa modul kuis, ujian online, tugas mandiri,

rapor dan penilaian.

2. Pengembangan Kemampuan Belajar Mandiri

Pengembangan kemampuan belajar mandiri adalah kemampuan yang didasarkan pada beberapa indikator yaitu minat, inisiatif, dan keinginan pembelajar sendiri, sehingga belajar mandiri dapat dilakukan secara sendiri ataupun berkelompok, seperti dalam kelompok tutorial. Belajar mandiri adalah peningkatan kemauan dan keterampilan pembelajar dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain. Tugas pengajar hanya sebagai fasilitator atau yang memberikan kemudahan atau bantuan kepada pembelajar. Bantuan itu sifatnya terbatas seperti dalam merumuskan tujuan belajar, memilih materi pembelajaran, menentukan media pembelajaran, serta memecahkan masalah yang dihadapi pembelajar.

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas diperlukan klarifikasi permasalahan penelitian yang dirumuskan dalam sebuah pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi dan situasi pembelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) di Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) saat ini?


(18)

2. Apakah model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle dapat meningkatkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)?

a. Bagaimana desain model pembelajaran e-learning dengan aplikasi

moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)?

b. Bagaimana Implementasi model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)?

c. Bagaimana hasil pembelajaran model pembelajaran e-learning

dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)?

3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat apa yang dapat

mempengaruhi dalam model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)?

F. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Memperoleh informasi, data dan situasi mengenai pembelajaran Teknologi


(19)

2. Menghasilkan suatu produk, yaitu model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

a. Menghasilkan desain model Model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). b. Menerapkan model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle

untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

c. Menghasilkan output belajar yang baik bagi siswa dengan model

pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk

mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

3. Menemukan faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dapat

memengaruhi dalam model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan dan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi sekolah, dapat memberikan kontribusi dengan adanya sebuah

produk yang dihasilkan berupa model Model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).


(20)

2. Bagi guru, berguna untuk membantu memecahkan masalah belajar mengajar dengan menggunakan model Model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

3. Bagi siswa, dengan metode-metode pembelajaran yang baru berguna untuk

membantu siswa dalam proses pembelajaran dan terjadi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility) dengan menggunakan model Model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

4. Bagi Kementrian Agama, diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan

kualitas pendidikan dan pelatihan.

5. Bagi program pengembangan mata pelajaran, berguna untuk dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

6. Bagi peneliti, diharapkan mampu mengaplikasikan dan

mengimplementasikan konsep dan produk hasil pengembangan model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Metode

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Research and Development. Pendekatan ini dipakai karena peneliti bermaksud mengembangkan dengan memanfaatkan model pembelajaran e-learning menggunakan aplikasi moodle di mana penelitian Research and Development merujuk pada teori Borg & Gall (1979) dalam bukunya “Applying Educational Research: A Practical Guide for Teachers”. Dalam buku tersebut Borg dan Gall mendefinisikan pendekatan penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai “a process used to development and validate educational products”. Adapun dalam mengembangkan untuk memanfaatkan model yang kita harapkan adalah dengan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Penelitian pengumpulan informasi termasuk di dalam review

literature, dan observasi kelas.

2. Perencanaan, termasuk di dalamnya mendefinisikan keterampilan,

menetapkan tujuan, menentukan urutan pembelajaran dan uji kemungkinan dalam skala kecil.

3. Mengembangkan bentuk produk pendahuluan termasuk di

dalamnya persiapan materi belajar, buku-buku yang digunakan dan evaluasi.

4. Uji coba pendahuluan melibatkan sekolah dalam jumlah terbatas.

Dalam hal ini dilakukan analisis data berdasarkan angket, hasil wawancara, dan observasi.

5. Revisi terhadap produk utama, didasarkan atas hasil uji coba


(22)

6. Uji coba utama melibatkan sekolah dalam jumlah tertentu. Data kualitatif berupa pretest dan postest dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan, dan jika memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan kontrol.

7. Revisi produk operasional dilakukan berdasarkan hasil uji coba

utama

8. Uji coba operasional yang melibatkan sekolah dalam jumlah

tertentu. Pada langkah ini dikumpulkan data angket, observasi dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.

9. Revisi produk terakhir berdasarkan hasil uji coba operasional

10. Disseminasi dan distribusi, pada langkah ini dilakukan monitoring

sebagai kontrol terhadap kualitas produk. (Borg & Gall, 1979:626) Tahapan-tahapan yang penulis lakukan hanya sampai pada tahapan tujuh dari sepuluh tahap Brog dan Gall yang dimodifikasi dalam tiga tahap yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) pengembangan model dan (3) uji model (Sukmadinata, 2008:167).

Berdasarkan tahap-tahap pelaksanaan penelitian di atas, maka pengembangan model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada kelas XI Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandar Lampung dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Studi Pendahuluan

1. Studi Survei

Survei merupakan metode penelitian yang cukup populer dan banyak digunakan dalam penelitian. Survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi,


(23)

lembaga, organisasi, unit-unit kemasyarakatan, dan lain-lain. Ada tiga karakteristik utama dari survei yaitu:

1. Informasi dikumpulkan dari kelompok besar orang untuk

mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti: kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi.

2. Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (lisan) dari suatu

populasi.

3. Informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi.

Dalam pendidikan dan kurikulum-pembelajaran, survei digunakan untuk menghimpun data tentang siswa, seperti: sikap, minat dan kebiasaan belajar, hubungan dan pergaulan antar siswa, hobi dan penggunaan waktu senggang, cita-cita dan rencana karir. Survei juga dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang guru, seperti: latar belakang sosial-ekonomi, pendidikan, dan pengalaman, sikap, minat dan kepedulian mereka tentang masalah-masalah pendidikan, kinerja mereka dalam pelaksanaan mengajar, membimbing dan memberikan latihan pada siswa, pelaksanaan tugas-tugas administratif, pengabdian dan kerjasama dengan masyarakat.

Ada tiga hal yang melatarbelakangi popularitas dan banyaknya digunakan metode survei yaitu sebagai berikut:

1. Survei bersifat serbaguna (versatility), dapat digunakan untuk

menghimpun data hampir dalam setiap bidang dan permasalahan. Survei juga banyak dilakukan dalam penelitian bagi penentuan kebijakan, penyusunan rencana dan pengembangan program, monitoring dan


(24)

evaluasi pelaksanaan kegiatan, serta evaluasi hasil atau dampak dari program, bukan saja bidang pendidikan, tetapi juga di bidang-bidang lain. Penggunaan survei terutama dilakukan dalam penelitian-penelitian evaluatif dan penelitian tindakan, tetapi dalam penelitian dasar dan terapanpun survei seringkali digunakan.

2. Penggunaan survei cukup efisien (efficiency) dapat menghimpun

informasi yang dapat dipercaya dengan biaya yang relatif murah. Penelitian survei dapat dilakukan melalui perantaraan pos, biaya penelitian melalui pos hanya seperlima kali melalui telepon dan sepersepuluh kali penelitian melalui wawancara. Dibandingkan dengan model-model penelitian lain seperti eksperimen, penelitian historis, kualitatif dan penelitian survei tetap lebih murah.

3. Survei menghimpun data tentang populasi yang cukup besar dari sampel

yang relatif kecil. Dalam interprestasi dan penyimpulan hasil survei,

peneliti mengadakan generalisasi, dan penarikan generalisasi

dimungkinkan karena sampel mewakili populasi. Kredibilitas atau kepercayaan hasil survei dapat dijamin oleh dua hal, pertama sampel yang representatif atau mewakili populasi, dan kedua butir-butir pertanyaan dalam angket cukup valid.

Pengumpulan data dalam survei dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu wawancara langsung, wawancara melalui telepon, pengedaran angket kepada kelompok secara langsung, pengiriman angket melalui pos. Wawancara langsung merupakan cara yang cukup efektif, sebab data akan


(25)

diperoleh secara lengkap, pertanyaan yang kurang jelas atau meragukan dapat dijelaskan dan hasilnya dapat diperoleh saat itu juga. Kesulitan wawancara langsung adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang besar sebab cakupan daerah dalam survei biasanya cukup luas.

Pengedaran angket kepada kelompok merupakan cara yang sangat ampuh sebab dalam waktu yang relatif singkat jawaban dari sejumlah responden dapat diperoleh. Pengedaran angket kepada kelompok dapat dilakukan apabila respondennya guru, siswa, karyawan dalam suatu perusahaan atau kelompok-kelompok masyarakat yang bertemu secara rutin, seperti kelompok pengajian, kelompok belajar, dan latihan.

Agar diperoleh data atau informasi yang diharapkan, ada beberapa langkah yang sebaiknya ditempuh oleh peneliti dalam mengumpulkan data survei terutama yang menggunakan jasa pos (McMillan & Schumacher, 2001) yaitu:

1. Merumuskan tujuan umum berisi rumusan yang lebih bersifat umum

tentang apa yang ingin dicapai dengan penelitian ini dan tujuan khusus berisi rumusan tentang sasaran-sasaran lebih spesifik yang ingin dicapai.

2. Memilih sumber dan populasi target yang ingin dicapai. Kekuasaan

wilayah, penyebaran populasi dan besarnya populasi akan mempengaruhi waktu, dana, dan jumlah personil yang diperlukan. Berbagai jenis sumber daya ini perlu dirumuskan bersamaan dengan penentuan populasi target.


(26)

3. Pemilihan teknik dan pengembangan instrumen pengumpulan data dengan mendapatkan data yang objektif dan akurat diperlukan instrumen yang valid atau menghimpun data yang benar-benar ingin dihimpun dengan menggunakan teknik wawancara dan angket.

4. Petunjuk pengisian sangat penting di dalam pelaksanaan survei, karena

dalam survei umumnya pengisian instrumen dilakukan tanpa kehadiran peneliti.

5. Penentuan sampel. Pemilihan dan penarikan sampel sangat penting dalam

survei untuk mewakili populasi baik dalam jumlah maupun

karateristiknya.

6. Pembuatan alamat harus jelas dan mudah dijangkau.

7. Uji coba sebaiknya diadakan terlebih dahulu terhadap kelompok orang

(sampel) dari populasi target, tetapi tidak termasuk sampel yang akan mengisi instrumen pada penelitian sesungguhnya.

8. Tidak lengkap dan tidak mengembalikan jumlah angket

9. Tidak lanjut apabila kembali dan terjawab lengkap kurang dari 70%.

2. Langkah studi pendahuluan

Pada langkah ini dilakukan mengkaji teori-teori media yang berkaitan dengan pembelajaran, teknologi khususnya mengenai e-learning dan aplikasi moodle yang tersedia pada fasilitas di internet di mana pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tersebut sudah relevan belum untuk mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri siswa kelas XI pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).


(27)

Kemudian melakukan kajian-kajian yang pernah dilakukan peneliti sebelumnya sudah baik atau belum serta peneliti melakukan kegiatan pra survei di MA/SMA tertentu yang dapat dilaksanakan uji coba model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

b. Perencanaan dan Pemanfaatan Model

Pada langkah ini diperlukan persiapan desain dan konten yang sesuai dengan kebutuhan dari pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) apakah sudah sesuai dengan mata pelajaran. Dilakukan juga pembuatan flowchart atau alur penyajian pemanfaatan aplikasi moodle yang ada di

internet, dalam pemanfaatan aplikasi moodle tersebut diperlukan

pengembangan desain yang sesuai dengan bahan ajar dan flowchart baik pengembangan model yang interaktif dan adanya alat evaluasi.

c. Uji Model

1. Penelitian Evaluatif

Penelitian evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematik untuk menentukan nilai atau manfaat (worth) dari suatu praktik (pendidikan). Nilai atau manfaat dari suatu praktik pendidikan didasarkan atas hasil pengukuran atau pengumpulan data dengan didasarkan atas hasil pengukuran atau pengumpulan data dengan menggunakan standar atau kriteria tertentu yang


(28)

digunakan secara absolut ataupun relatif. Praktik pendidikan dapat berupa program kurikulum, pembelajaran, kebijakan, regulasi administratif, manajemen, struktur organisasi, produk pendidikan ataupun sumber daya penunjangnya. Praktik pendidikan dapat berlangsung dalam lingkup kelas, sekolah, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, ataupun nasional, menyangkut satu komponen atau aspek pendidikan, beberapa atau banyak komponen atau seluruh komponen atau aspek pendidikan.

2. Pendekatan Evaluatif

Pendekatan evaluasi merupakan strategi untuk memfokuskan kegiatan evaluasi agar bisa menghasilkan laporan yang bernilai guna. McMillan dan Schumacher (2001) mengemukakan enam pendekatan yang digunakan dalam penelitian evaluatif, yaitu:

1. Evaluasi berorientasi tutjuan (objectives-oriented approaches), diarahkan

pada mengukur tingkat ketercapaian tujuan dalam pelaksanaan program atau kegiatan oleh kelompok sasaran, atau mengukur hasil pelaksanaan program/kegiatan.

2. Evaluasi berorientasi pengguna (consumer-oriented approaches),

menekankan pada hasil atau produk, yaitu hasil yang dapat memenuhi harapan atau memuaskan kebutuhan pengguna. Contoh produk dapat berupa produk perangkat lunak berupa program pembelajaran dengan menggunakan komputer dengan pengguna produk tersebut adalah guru, siswa.mahasiswa, sekolah, orangtua dan lain-lain.


(29)

3. Evaluasi berorientasi keahlian (Expertise-oriented evaluation), ini menggunakan standar keahlian, diarahkan pada mengevaluasi program atau komponen-komponen pendidikan dengan menggunakan kriteria atau standar yang telah dirumuskan oleh para ahli sebagai suatu program atau komponen yang baik.

4. Evaluasi berorientasi keputusan (decision-oriented evaluation), memiliki

lingkup yang lebih luas dan ke dalamnya memasukan teori perubahan pendidikan. Evaluasi ini diarahkan pada proses penentuan jenis keputusan yang akan diambil, pemilihan, pengumpulan dan analisis data yang dibutuhkan untuk penentuan keputusan, dan penyampaian hasil (laporan) pada penentu keputusan.

5. Evaluasi berorientasi lawan (adversary-oriented approaches), berbeda

dengan pendekatan-pendekatan lainnya yang semuanya menggunakan landasan kriteria yang sejalan dengan program atau kegiatan yang dievaluasi. Untuk menguji keampuhan suatu program atau kegiatan harus dibandingkan dengan program lain atau standar lain yang berlawanan.

6. Evaluasi berorientasi partisipan-naturalistik (naturalistic-participant

evaluation), pendekatan dari evaluasi ini bersifat holistik atau menyeluruh, menggunakan aneka instrumen dan aneka data, agar diperoleh pemahaman yang utuh dari sudut pandang dan nilai-nilai yang berbeda tentang pelaksanaan pendidikan menurut perspektif atau sudut pandang para partisipan.


(30)

3. Uji Coba Yang Dilakukan

a. Uji coba ini dilakukan dengan uji coba terbatas yang dilakukan pada

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Tanjung Karang dimana uji coba terbatas ini dilaksanakan dengan skala kecil meliputi kegiatan yang dilakukan seorang guru dapat diamati, dilihat dari kekurangan ataupun kelemahan, penyimpangan juga respon dan aktivitas dan kemajuan siswa diamati dan dicatat.

b. Dalam uji coba terbatas hasil dari temuan tersebut kemudian peneliti

mengadakan revisi atas model untuk diuji coba kembali

c. Setelah diadakan uji coba kembali maka peneliti dapat melihat

kesempurnaan atau tidak adanya kekurangan yang berarti dan masukan dari guru, maka diadakan uji coba dengan skala lebih luas untuk menghasilkan model yang diharapkan. Pelaksanaan tersebut dilaksanakan pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bandar Lampung (sekolah kategori tinggi), SMA YP. UNILA Bandar Lampung (sekolah kategori sedang), dan SMA MUHAMMADIYAH 2 Bandar Lampung (sekolah kategori rendah) yang ditentukan sampel dalam penelitian ini.

2. Lokasi dan Subyek Penelitian

Sarana dan prasarana dalam melakukan penelitian ini sangatlah penting mengingat tidak semua sekolah mempunyai ketersedian sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Dalam penelitian ini harus memperhatikan karakteristik, homogenitas dan heterogenitas MA/SMA yang ada di kota Bandar Lampung, termasuk memperhatikan keterbatasan yang ada baik itu


(31)

berupa guru dan siswa yang akan diteliti serta diuji coba dengan mempertimbangkan kualifikasi rendah, sedang dan tinggi dalam penerapan model tersebut di MA/SMA di Kota Bandar Lampung mengingat guru dan siswa yang akan diteliti pada uji lapangan lebih luas ini adalah siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bandar Lampung, SMA YP. UNILA Bandar Lampung, dan SMA MUHAMMADIYAH 2 Bandar Lampung.

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data a. Tahap I: Studi Pendahuluan

Dalam tahapan ini peneliti mengamati kegiatan guru, siswa, ketersediaan fasilitas pendukung dan pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung di MA/SMA yang sedang diteliti. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Data tentang kegiatan siswa dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK).

2. Data tentang kegiatan guru dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK).

3. Data tentang ketersediaan sumber/media dalam pembelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK).

4. Data tentang faktor pendukung dan penghambat pemanfaatan pengembangan

pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menggunakan aplikasi moodle.

5. Data tentang perkembangan kemampuan belajar mandiri yang diperoleh


(32)

b. Tahap II: Perencanaan dan Pemanfaatan Pengembangan Draf Model

Pada tahap ini peneliti menyusun draf model pembelajaran e-learning menggunakan aplikasi moodle, data yang diperlukan adalah :

1. Data untuk model pembelajaran e-learning

a. Data mengenai bagaimana guru mengembangkan perencanaan dan

implementasi pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini.

b. Data mengenai kemampuan dan aktivitas belajar siswa.

c. Data mengenai kemampuan belajar mandiri siswa pada saat proses

pembelajaran berlangsung.

d. Data mengenai kemampuan dan kinerja guru.

e. Data mengenai pemanfaatan sarana, fasilitas, dan lingkungan yang

mendukung pembelajaran selama ini.

2. Data untuk aplikasi moodle

a. Data hasil evaluasi analisis konsep pengembangan bahan ajar

b. Data hasil evaluasi flowchart view penyajian bahan ajar dalam bentuk

aplikasi moodle

c. Data hasil evaluasi desain aplikasi moodle

d. Data hasil uji coba evaluasi terhadap aplikasi moodle yang telah


(33)

c. Tahap III: Uji Coba Draft Model

Berdasarkan pada draft model yang telah dibuat, pada tahap ini penulis mengujicobakan draft model. Data yang dibutuhkan pada tahap ini adalah:

1. Data tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan aplikasi moodle.

2. Data tentang pandangan guru mengenai aplikasi moodle yang disediakan

internet.

3. Data tentang penilaian siswa dan guru mengenai aplikasi moodle.

4. Data tentang faktor pendukung dan penghambat penggunaan aplikasi moodle

tersedia di internet.

5. Data tentang efektifitas penggunaan aplikasi moodle pada pengembangan

kemampuan belajar mandiri siswa.

Berdasarkan data tersebut di atas teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: kuesioner, skala penilaian, wawancara, observasi, dan test. Teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang

berhubungan dengan kegiatan siswa dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Di mana ketersediaan sumber/media dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), faktor pendukung dan faktor penghambat penggunaan dilihat dari pandangan siswa dan guru

terhadap model pembelajaran e-learning dengan aplikasi moodle untuk

mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dikembangkan.


(34)

2. Skala Penilaian digunakan untuk memperoleh data tentang hasil evaluasi analisis konsep, flowchart view, desain, pemanfaatan dan pengembangan e-learning dengan menggunakan aplikasi moodle.

3. Wawancara digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang

berhubungan dengan kegiatan siswa dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), ketersediaan sumber/media dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), penilaian guru terhadap e-learning dengan menggunakan aplikasi moodle, faktor pendukung dan penghambat penggunaan e-learning dengan menggunakan aplikasi moodle untuk melengkapi kuesioner.

4. Test/Penilaian digunakan untuk memperoleh data tentang hasil evaluasi

analisis prestasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan e-learning dengan menggunakan aplikasi moodle.

5. Observasi digunakan untuk mengungkap data dan informasi yang

berhubungan dengan proses pembelajaran.

6. Untuk pengumpulan data yang dibutuhkan diperlukan dan disusun alat

pengumpul data atau instrumen. Sebelum instrumen penelitian disusun maka dibuat dahulu kisi-kisi penyusunan instrumen yang meliputi variabel dan sub variabel, aspek yang diukur, responde dan teknik pengumpulan data.


(35)

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Berdasarkan data yang diperoleh, teknik analisa data yang dipergunakan adalah:

a. Statistik Deskriptif

Digunakan untuk pengolahan data yang bersifat nominal dan ordinal dengan menggunakan teknik persen yang disajikan dalam bentuk tabel dengan data sebagai berikut:

1. Data tentang kegiatan siswa dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK).

2. Data tentang kegiatan guru dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK).

3. Data tentang ketersediaan sumber/media dalam pembelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK).

4. Data tentang faktor pendukung dan penghambat pengembangan e-learning

menggunakan aplikasi moodle.

5. Data tentang hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang selama ini berlangsung.

6. Data evaluasi terhadap analisis konsep pengembangan bahan ajar

7. Data hasil evaluasi terhadap flowchart view penyajian bahan ajar dalam

e-learning menggunakan aplikasi moodle.

8. Data hasil evaluasi terhadap desain e-learning menggunakan aplikasi moodle.

9. Data hasil evaluasi terhadap e-learning menggunakan aplikasi moodle yang


(36)

10. Data tentang kegiatan pembelajaran dengan e-learning menggunakan aplikasi moodle.

11. Data tentang pandangan guru terhadap pembelajaran e-learning

menggunakan aplikasi moodle.

12. Data tentang penilaian guru dan siswa terhadap pembelajaran e-learning

menggunakan aplikasi moodle yang dikembangkan.

13. Data tentang faktor pendukung dan penghambat penggunaan pembelajaran

e-learning menggunakan aplikasi moodle.

Berikut langkah-langkah pengolahan data dengan statistik deskriptif adalah:

1. Pemeriksaan data

2. Klasifikasi data

3. Tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang telah dibuat sebelumnya

4. Menghitung frekwensi jawaban data

5. Penghitungan data dengan menggunakan teknik statistik yang dipilih

6. Memvisualisasikan data melalui grafik, tabel dan lainnya

7. Menganalisis dan menafsirkan data sesuai dengan pertanyaan penelitian

b. Statistik Inferensial

Digunakan untuk memperoleh data hasil tes dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science) Statistics 17.0 dengan membandingkan hasil pada kondisi sebelum dengan sesudah penerapan model pembelajaran menggunakan aplikasi moodle.


(37)

5. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dalam prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

a. Studi Pendahuluan, Mencangkup Kegiatan:

1. Studi literatur (kajian teoritis), yaitu meliputi bidang ilmu, metode penelitian

dan hasil penelitian.

2. Studi lapangan, yaitu mencakup kondisi bagaimana model pembelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) selama ini, model yang akan dikembangkan, dan faktor pendukung/penghambat.

b. Perencanaan dan Penyusunan Model

Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Analisis konsep, untuk mempersiapkan bahan ajar digital, bahan aja multimedia menggunakan aplikasi moodle, bahan ajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang disesuaikan dengan kurikulum yang dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri.

2. Pembuatan flowchart, membuat diagram alur penyajian bahan ajar digital, bahan aja multimedia menggunakan aplikasi moodle, bahan ajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang disesuaikan dengan kurikulum yang dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri.

3. Pembuatan storyboard, mengembangkan desain bahan ajar dengan menggunakan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri sesuai dengan bahan ajar dan flowchart.

4. Pengembangan draft awal model, pengembangan menggunakan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri.


(38)

c. Uji Lapangan

Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Uji lapangan skala terbatas, dilaksanakan uji coba model pembelajaran

e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada skala lebih kecil yaitu di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Tanjung Karang.

2. Perbaikan draft model yaitu meliputi perbaikan draft model berdasarkan hasil

uji coba terbatas.

3. Uji lapangan skala lebih luas dengan melakukan uji coba model pembelajaran

e-learning dengan aplikasi moodle untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri pada skala lebih kecil dilakukan di beberapa MA/SMA yang telah ditentukan.

B. Penelitian Uji Pendahuluan

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development) dengan menggunakan beberapa tiga tahapan yaitu studi pendahuluan, perencanaan dan penyusunan model, dan uji coba model di lapangan. Pada bab 3 berikut ini dijelaskan hasil dari penelitian uji pendahuluan yang sudah dilakukan peneliti sebagai berikut:

1. Hasil Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada 4 sekolah sejumlah 146 siswa yang terdiri dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bandar Lampung sebanyak 46 siswa, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Tanjung Karang sebanyak 30 siswa, SMU YP. UNILA sebanyak 40 siswa, dan


(39)

SMU Muhammadiyah 2 Bandar Lampung sebanyak 30 siswa, berikut guru mata pelajaran pada bidang studi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebanyak 11 orang guru.

Dari empat sekolah tersebut dibagi menjadi tiga kategori yaitu a) kategori sekolah tinggi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bandar Lampung, b) kategori sekolah sedang SMU YP. UNILA Bandar Lampung, dan c) kategori sekolah rendah SMU Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

Sebelum pengolahan data, terlebih dahulu dilakukan verifikasi terhadap kuesioner yang telah dibagikan untuk memperoleh data penelitian yang akurat. Setelah dilakukan verifikasi dari 146 siswa kuesioner maka dilanjutkan pengolahan data dan kesiapan untuk dijadikan subyek penelitian. Sedangkan kuesioner yang dibagikan ke 11 guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) diikutsertakan dalam pengolahan data penelitian, berikut penjabaran hasil penelitian yang sudah dilakukan:

a. Pandangan siswa terhadap pembelajaran

Tabel 3.1

Tabel Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran TIK

NO ASPEK PERTANYAAN f %

1 Minat siswa

terhadap mata

pelajaran TIK

1. Apakah anda menyukai mata

pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

a. Tidak menyukai

b. Kurang menyukai

c. Cukup menyukai

d. Menyukai

e. Sangat menyukai

0 2 31 82 31

0 1 21 56 21


(40)

Grafik 3.1

Grafik Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran TIK

NO ASPEK PERTANYAAN f %

2 Minat siswa

terhadap mata

pelajaran TIK

2. Alasan anda menyukai mata

pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

a. Pelajarannya menarik

b. Pembelajarannya

menyenangkan

c. Cara gurunya mengajar tidak

membosankan

d. Kegiatan belajar ada

prakteknya di laboratorium komputer

e. Informasi mudah didapat

melalui internet

14 16

25

55

36

10 11

17

38

25


(41)

Grafik 3.2

Grafik Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran TIK

NO ASPEK PERTANYAAN f %

3 Minat siswa

terhadap mata

pelajaran TIK

3. Alasan anda tidak menyukai

mata pelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK)

a. Gurunya tidak menyenangkan

b. Jarang praktek di

laboratorium komputer

c. Materi yang diberikan

membosankan

d. Ketika praktek menjenuhkan

e. Komputer sering error

0 0

0

0 0

0 0

0

0 0

Jumlah 0 0

Tabel dan grafik di atas menunjukkan minat siswa terhadap mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebanyak 82 siswa (56%) mengatakan menyukai terhadap pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), 31 siswa (21%) sangat menyukai, 31 siswa mengatakan cukup menyukai, 2 orang siswa (1%) kurang menyukai, dan tidak menyukai 0% siswa. Alasan siswa


(42)

menyukai mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengatakan 55 siswa (38%) karena kegiatan belajar ada prakteknya di laboratorium komputer, 36 siswa (25%) mengatakan informasi mudah didapat melalui internet, 25 siswa (17%) mengatakan cara gurunya mengajar tidak membosankan, 16 siswa (11%) mengatakan pembelajarannya menyenangkan, dan 14 siswa (10%) mengatakan karena pelajarannya menarik.

b. Pandangan siswa cara mempelajari pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK)

Tabel 3.2

Tabel Cara/Metode Siswa Mempelajari Pelajaran TIK

NO ASPEK PERTANYAAN f %

1 Cara/Metode

Pembelajaran

4. Bagaimana cara anda

mempelajari mata pelajaran

Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK)

a. Dipahami

b. Menghafal

langkah-langkahnya

c. Menggunakan komputer

d. Membuat catatan

e. Mempraktekan materi yang

sudah disampaikan

20 7

36 8 75

14 5

25 5 51


(43)

Grafik 3.3

Grafik Cara/Metode Pembelajaran

Tabel dan grafik di atas menggambarkan pandangan siswa terhadap cara mempelajari pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah 75 siswa (51%) mempraktekan materi yang sudah disampaikan, 36 siswa(25%) mengatakan dengan cara menggunakan komputer, 20 siswa (14%) dengan cara dipahami, 8 orang siswa (5%) menggunakan komputer, dan 7 orang siswa (5%) mengatakan dengan cara menghafal langkah-langkahnya.

c. Pandangan siswa tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru

Tabel 3.3

Tabel Metode Pembelajaran Yang Dilakukan Guru

NO ASPEK PERTANYAAN f %

1 Pandangan siswa

terhadap proses

pembelajaran (Metode Pembelajaran)

5. Guru menyampaikan

kegiatan pembelajaran

menggunakan metode apa?

a. Ceramah

b. Diskusi

c. Demonstrasi

d. Siswa yang aktif

e. Praktek

8 8 21

8 101

5 5 14

5 69


(44)

Grafik 3.4

Grafik Metode Pembelajaran

NO ASPEK PERTANYAAN f %

2 Metode

Pembelajaran

6. Bagaimana cara yang

gurumu gunakan untuk

pembelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK)

a. Model E-learning

b. Berbasis internet

c. Berbasis offline

menggunakan device

d. Belajar mandiri

e. Model konvensional

32 60 22

19 13

22 41 15

13 9

Jumlah 146 100

Grafik 3.5


(45)

Tabel dan grafik di atas menggambarkan pandangan siswa tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah 101 orang siswa (69%) mengatakan praktek, 21 orang siswa (14%) mengatakan guru melakukan demonstrasi, 8 orang siswa (5%) mengatakan guru ceramah, 8 orang siswa (5%) mengatakan guru diskusi, dan 8 orang siswa (5%) guru melakukan ceramah.

Dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) guru menggunakan berbagai cara dalam pembelajaran yaitu 60 siswa (41%) menjawab guru menggunakan cara berbasis internet, 32 siswa (22%) menggunakan cara model e-learning, 22 siswa (15%) dengan cara berbasis offline menggunakan device, 19 siswa (13%) belajar mandiri, dan 13 siswa (9%) menggunakan cara model konvensional.

d. Pandangan siswa tentang penggunaan media pembelajaran

Tabel 3.4

Pandangan Siswa Tentang Penggunaan Media Pembelajaran

NO ASPEK PERTANYAAN F %

1 Penggunaan

Media

7. Apakah penggunaan media

pembelajaran dilakukan oleh gurumu dalam pembelajaran

Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK)

a. Tidak pernah

b. Jarang menggunakan media

c. Kadang-kadang

d. Menggunakan media

e. Selalu menggunakan media

1 3 20 64 58

1 2 14 44 40


(46)

Grafik 3.6

Grafik Penggunaan Media

NO ASPEK PERTANYAAN f %

2 Penggunaan

Media

7.a.Bagaimanakah dalam

pembelajaran, guru anda

menggunakan media

pembelajaran dengan

memanfaatkan internet seperti website, aplikasi moodle dan lain sebagainya

a. Tidak suka

b. Tidak paham

c. Membingungkan

d. Sangat membantu dalam

proses pembelajaran

e. Sangat suka

3 4 13 102

24

2 3 9 70

16


(47)

Grafik 3.7

Grafik Penggunaan Media

NO ASPEK PERTANYAAN f %

3 Penggunaan

Media

8. Jenis Media apakah yang

digunakan guru dalam

pembelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi

(TIK)

a. Komputer

b. Menggunakan fasilitas

internet

c. Televisi

d. OHP

e. Modul

91 37

1 8 9

62 25

1 5 6


(48)

Grafik 3.8

Grafik Penggunaan Media

NO ASPEK PERTANYAAN f %

4 Penggunaan

Media

8.a. Apakah guru pernah

berkomunikasi dengan anda

melalui fasilitas internet (chat, YM, FB, e-mail)

a. Tidak

b. Ya

c. Jarang sekali

d. Sering

e. Cukup sering

62 51 17 4 12

42 35 12 3 8

Jumlah 146 100

Grafik 3.9


(49)

Tabel dan grafik di atas menggambarkan pandangan siswa terhadap penggunaan media pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), 64 siswa (44%) mengatakan menggunakan media, 58 siswa (40%) mengatakan guru selalu menggunakan media, 20 siswa (14%) mengatakan guru kadang-kadang menggunakan media, 3 siswa (2%) mengatakan guru jarang menggunakan media, dan 1 siswa (1%) mengatakan guru tidak pernah menggunakan media dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran guru menggunakan media pembelajaran dengan memanfaatkan internet, website, aplikasi moodle dan lain sebagainya menurut siswa menyatakan 102 siswa (70%) menjawab sangat membantu dalam proses pembelajaran, 24 siswa (16%) mengatakan sangat suka, 13 siswa (9%) mengatakan membingungkan, 4 siswa (3%) mengatakan tidak paham, dan 3 siswa (2%) mengatakan tidak suka.

Jenis media yang digunakan guru dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yaitu 91 siswa (62%) menjawab komputer, 37 siswa (25%) menjawab menggunakan fasilitas internet, 9 siswa (6%) menjawab menggunakan modul, 8 siswa (5%) menjawab menggunakan OHP, dan 1 siswa (1%) menjawab guru menggunakan televisi.

Dalam hal berkomunikasi antara guru dan siswa apakah menggunakan fasilitas internet, 62 siswa (42%) menjawab tidak, 51 siswa (35%) menjawab ya, 17 siswa (12%) menjawab cukup sering, dan 4 siswa (3%) menjawab sering berkomunikasi melalui fasilitas internet.


(50)

NO ASPEK PERTANYAAN f %

5 Penggunaan

Media

9. Berapakah komputer yang tersedia

di Laboratorium sekolah anda a. 1 – 5

b. 6 – 10

c. 11 – 15

d. 16 – 20

e. > 20

0 14 14 39 79 0 10 10 27 54

Jumlah 146 100

Grafik 3.10

Grafik Penggunaan Media

NO ASPEK PERTANYAAN f %

6 Penggunaan

Media

10. Apakah anda mengalami

kesulitan dengan menggunakan

media komputer dalam

pembelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi

(TIK)

a. Ya

b. Cukup sulit

c. Lambat mengetik

d. Kurang paham

e. Tidak

5 5 26 23 87 3 3 18 16 60


(51)

Grafik 3.11

Grafik Penggunaan Media

Tabel dan grafik di atas menggambarkan laboratorium sekolah dilengkapi dengan komputer dimana 79 siswa (54%) mengatakan sekolahnya memiliki lebih dari 20 komputer, 39 siswa (275) mengatakan 16-20 komputer, 14 siswa (10%) mengatakan 11-15 komputer, 14 siswa (10%) mengatakan 6-10 komputer, dan 0% siswa mengatakan 1-5 komputer yang tersedia.

Kegiatan pembelajaran apakah siswa mengalami kesulitan dengan menggunakan media komputer, 87 siswa (60%) menjawab tidak, 26 siswa (18%) menjawab lambat mengetik, 23 siswa (16%) menjawab kurang paham, 5 siswa (3%) menjawab cukup sulit, dan 5 siswa (3%) menjawab ya.


(52)

e. Faktor pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Tabel 3.5

Tabel Faktor Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran

NO ASPEK PERTANYAAN F %

1 Pemahaman

siswa terhadap materi

pembelajaran

11. Apakah anda mengetahui aplikasi

moodle dalam pembelajaran

Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK)

a. Tidak

b. Kurang mengetahui

c. Cukup mengetahui

d. Mengetahui tapi tidak paham

e. Mengetahui

50 55 26 8 7

34 38 18 5 5

Jumlah 146 100

Grafik 3.12


(53)

NO ASPEK PERTANYAAN F %

2 Pemahaman

siswa terhadap materi

pembelajaran

12. Apakah anda mampu memahami

materi dengan menggunakan aplikasi moodle

a. Tidak mampu

b. Kurang mampu

c. Cukup mampu

d. Mampu

e. Sangat mampu

36 60 37 13 0 25 41 25 9 0

Jumlah 146 100

Grafik 3.13

Grafik Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran

NO ASPEK PERTANYAAN f %

3 Pemahaman

siswa terhadap materi

pembelajaran

13. Bagaimana pemahaman anda

terhadap materi pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sudah disampaikan oleh guru

a. Tidak paham

b. Kurang paham

c. Cukup paham

d. Paham

e. Sangat paham

1 5 58 74 8 1 3 40 51 5


(54)

Grafik 3.14

Grafik Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran

NO ASPEK PERTANYAAN f %

4 Pemahaman

siswa terhadap materi

pembelajaran

14. Alasan siswa memahami pelajaran

Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK)

a. Guru menguasai materi dan

menyenangkan

b. Materi mudah dipahami karena

guru menggunakan media

c. Metode pembelajaran yang

diberikan tidak membosankan

d. Ketika praktek selalu

menggunakan komputer

e. Tugas-tugas yang diberikan bisa

melalui fasilitas internet

20

59

12

39

16

14

40

8

27

11


(55)

Grafik 3.15

Grafik Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran

NO ASPEK PERTANYAAN f %

5 Pemahaman

siswa terhadap materi

pembelajaran

15. Alasan anda tidak memahami materi

pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

a. Gurunya tidak menguasai materi

dan tidak menyenangkan

b. Tidak menggunakan media

pembelajaran

c. Dalam kegiatan pembelajaran

berpusat pada guru

d. Tugas-tugas yang diberikan

terlalu banyak

e. Jarang praktek di laboratorium

komputer

6

14

76

17

33 4

10

52

12

23


(56)

Grafik 3.16

Grafik Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran

NO ASPEK PERTANYAAN f %

6 Pemahaman

siswa terhadap materi

pembelajaran

16. Apa yang dilakukan guru, bila anda

belum memahami mata pelajaran

Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK)

a. Guru tidak memberikan

penjelasan lebih mendalam

b. Guru memberikan tugas

tambahan

c. Siswa disuruh mencari sumber

lain yang berkaitan dengan materi

d. Mengulang kembali pelajaran

e. Mengadakan pelatihan

5

13

18

91 19

3

9

12

62 13

Jumlah 146 100

Grafik 3.17


(57)

NO ASPEK PERTANYAAN f %

7 Pemahaman

siswa terhadap materi

pembelajaran

16.a.Bagaimanakah penekanan

pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) selama ini

a. Menggunakan laboratorium

komputer

b. Menggunakan fasilitas internet

c. Belajar mandiri dalam

memahami konsep, prinsip dan strategi

d. Mendorong belajar mandiri,

inisiatif, keinginan, minat

melalui permasalahan yang disampaikan

85

22

13

26

58

15

9

18

Jumlah 146 100

Grafik 3.18


(58)

Tabel dan grafik di atas menggambarkan, terkait dengan tema penelitian apakah siswa mengetahui aplikasi moodle dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), 55 siswa (38%) menjawab kurang mengetahui, 50 siswa (34%) menjawab tidak mengetahui, 26 siswa (18%) menjawab cukup mengetahui, 8 siswa (5%) menjawab mengetahui tapi tidak paham, dan 7 siswa (5%) menjawab mengetahui aplikasi moodle.

Dalam memahami materi apakah siswa mampu dengan menggunakan aplikasi moodle, 60 siswa (41%) menjawab kurang mampu, 37 siswa (25%) menjawab cukup mampu, 36 siswa (25%) menjawab tidak mampu, 13 siswa (9%) menjawab mampu, dan 0% siswa menjawab sangat mampu.

Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sudah disampaikan oleh guru, 74 siswa (51%) menjawab paham, 58 siswa (40%) menjawab cukup paham, 8 siswa (5%) menjawab sangat paham, 5 siswa (3%) menjawab kurang paham, dan 1 siswa (1%) menjawab tidak paham.

Alasan siswa memahami pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah 59 siswa (40%) menjawab materi mudah dipahami karena guru menggunakan media, 39 siswa (27%) menjawab ketika praktek selalu menggunakan komputer, 20 siswa (14%) menjawab guru menguasai materi dan menyenangkan, 16 siswa (11%) menjawab tugas-tugas yang diberikan bisa melalui fasilitas internet, dan 12 siswa (8%) menjawab metode pembelajaran yang diberikan tidak membosankan.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Albert Hoser. (2008), Mengintegrasikan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Ke Dalam Proses Pembelajaran.

Tanggal Akses: 6 November 2010.

http://www.scribd.com/doc/37651849/Mengintegrasikan-Teknologi-Informasi-Dan-Komunikasi

.

Amudino. (2008). Jurnal Pembelajaran Berbasis TIK dan Soft Skills, Tanggal akses: 9 November 2010

http://www.psb-psma.org/content/artikel/pembelajaran-berbasis-tik-dan-soft-skills.

Arsyad. (2009). Media Pembelajaran, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Ausubel, D., Novak, J., & Hanesian, H. (1978). Educational Psychology: A Cognitive View (2nd Ed.), New York: Holt, Rinehart & Winston.

Tanggal akses: 11 Nopember 2010 http://tip.psychology.org/ausubel.html.

B. Eli Cohen. (2008). Belajar Objek dan E-Learning: Menginformasikan sebuah Perspektif Sains, Institut Ilmu menginformasikan, Santa Rosa, CA, USA Eli Cohen (ajnformingScience.org Malgorzata Nycz University of Wroclaw Ekonomi, Wroclaw, Polandia nyczOnanacter.ae.wroc.pl.

Burhanuddin. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Ar-Ruzz Media Grup.

Dahar, R.W. (1988). Teori-teori Belajar, Departemen Pendidikan

Dan Kebudayaan Dirketorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta. Dorothea Fischer-Hornung, Christiane Brosius, Marianne Hundt And Rajend

Mesthrie.(2009). Moodling beyond Bollywood: e-teaching the language, literature and culture of the Indian diaspora, Cambridge University Press, http://journals.cambridge.org Downloaded: 27 Jan 2011.

Ghufron, Muhammad. (2009). Pengembangan model LMS (Learning Management System) dengan prinsip pedagogis untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran fisika kelas X MA, Tesis, Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Glover, D. dan Law, S. (2002). Improving Learning: Professional Practice in Secondary School, Philadelphia: Open University Press.


(2)

Hamid. (2008). Evaluasi Mata pelajaran, Bandung, PT Remaja Rosdakarya. Hariyanto, Wibowo. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Menggunakan E-learning,

Jakarta. Tanggal akses: 11 Nopember 2010

http://mcdens13.wordpress.com/2010/04/25/pembelajaran-jarak-jauh-menggunakan-e-learning/.

Haryanto, Edy. (2008). Teknologi Informasi dan Komunikasi: Konsep dan Perkembangannya. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Media Pembelajaran: Wikipedia.com.

Tanggal akses: 9 Nopember 2010.

http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi Hasbullah. (2008). Perancangan Dan Implementasi Model Pembelajaran

E-Learning Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Tanggal akses: 11 Nopember 2010

http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_poster_session_pdf/Hasb ullah_Perancangan%20dan%20Implementasi%20Model%20Pembelajaran.pd f.

Henry, Praherdhiono. (2010). Kurikulum TIK Di Indonesia. Tanggal akses: 11 Nopember 2010

http://tep.ac.id/berita-118-kurikulum-tik-di-indonesia-1.html

Hergenhahn.B.R & Olson. M.H. (2008). Teories of Learning, Jakarta: Prenada Media Group.

Huang, C.C. (2007). Enggaging Learning Through The Internet, Singapore, Pearson Prentice Hall.

Irwan, Setiawan. (2009). Pengembangan Bahan Ajar Cetak dan Berbasis ICT. Tanggal akses : 6 November 2010.

Http://Www.Psb-Psma.Org/Forum/Psb-Psma/Konten-Situs- Psb/Pengembangan-Bahan-Ajar-Cetak-Dan-Berbasis-Ict. (off line). Jerome, Bruner. (2007). “Constructivist Theory”, Retrieved December 1, 2007

Tanggal akses: 11 November 2010

from http://tip.psychology.org/bruner.html.

Jimmy, Wales. (2010). Constructivist teaching methods, Wikipedia Tanggal akses: 11 Nopember 2010


(3)

Kimberly, Betz, Leahy and Ira, Yermish. (2003). Journal Information and

Communication Technology: Gender Issues in Developing Nations St. Joseph’s University, Philadelphia, PA, USA.

Tanggal akses: 6 November 2010.

http://inform.nu/Articles/Vol6/v6p143-155.pdf.

Kerby, S. (2005). Online Education and The Global Context, [Online]. Tersedia: http://www.stevekerby.com/portfolio/papers/623_skerby_01.rtf

[22 Oktober 2008]. Tanggal akses 6 November 2010. L, Vygotsky. (1978). Social Development Theory.

http://tip.psychology.org/vygotsky.html.

Legal Information Management, 7 (2007), Leading Change – Integrating E- Learning Into an Existing Coursehttp, pp. 59–63 The British and Irish Association of Law Librarians Printed in the United Kingdom, http://journals.cambridge.org Downloaded: 27 Jan 2011.

Mr G.C. Martin, Dr D.M. Holburn, Dr N.H.M. Caldwell, Mr B.C. Breton. (2007), Virtual SEM (VSEM) – Evaluation of a SEM Teaching and Training Tool, Centre for Advanced Photonics and Electronics, Department of

Engineering, University of Cambridge, Cambridge, CB3 0FA, United Kingdom, http://journals.cambridge.org Downloaded: 27 Jan 2011. Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan, Bandung, PT REMAJA ROSDAKARYA. Mulyasa, E. (2006). Mata pelajaran Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik,

Implementasi, dan Inovasi, Bandung, PT REMAJA ROSDAKARYA. Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan,

Jakarta, Persada Press Jakarta.

Munir. (2008). Mata pelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bandung, CV. ALFABETA.

Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh: Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bandung, CV. ALVABETA.

Munir. (2008:211). Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK), Bandung, CV. ALFABETA.

Musa, A. dan Wood, J.R.G. (2003). Online Learning and Learning Styles. [Online]. Tersedia: http://www.edu.salford.ac.uk/her/ [22 Oktober 2008]. Tanggal akses: 6 November 2010.


(4)

Niniwanty, Almy. (2009). Pengembangan model pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Multimedia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar (Studi pada Siswa Madrasah Aliyah Kota Pekanbaru), Tesis, Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Oetomo. (2007). Pengantar Teknologi Informasi Internet Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta, Penerbit ANDI.

Prawiradilaga dan Siregar. (2008). Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group.

Purnomo, Agung. (2006). Pengembangan Bahan Pembelajaran Mandiri

Komputasi Fisika Dengan Menggunakan “Moodle” Secara Online Di Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Pustekon. (2009). Artikel Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi Untuk Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Last Updated on Fri, 13 Nov 2009

Pustekom. (2009). Artikel Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam rangka mewujudkan Keunggulan Proses Belajar. Tanggal akses: 9 November 2010.

http://pustekkom.depdiknas.go.id/index.php?option=com_content&view=a rticle&id=96:pembelajaran-berbasis-teknologi-informasi-dan-komunikasi-

dalam-rangka-mewujudkan-keunggulan-proses-belajar&catid=41:artikel&Itemid=75.

P3 TIK Direktorat TIK Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Membangun Kelas Virtual dengan Moodle, Bandung, UPI.

Reza A.A., Wattimena. (2010). Teknologi Informasi-Komunikasi dan Pendidikan Tinggi. Tanggal akses: 9 Nopember 2010.

http://www.dapunta.com/teknologi-yang-membebaskan-manusia-teknologi-informasi-komunikasi-dan-pendidikan-tinggi.html. (online). Roger Pettersson (2006). What contributions does the information and

communication technology (ICT) make to effective learning processes? Tanggal akses: 9 November 2010.

http://www.ciea.ch/documents/s06_ref_pettersson_e.pdf.

Rosyanto. (2008). Pengembangan E-Learning Berbasis Open Source Moodle Pada Mata Kuliah Dasar Komputer, Tesis, Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).


(5)

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta, PT RajaGrafindo.

Rusman. (2009). Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran Pedoman Bagi Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung,

CV. ALFABETA.

Sanjaya. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, Kencana.

S.D. Burke, D.(2002). Helping Middle School Science Students Relate to New Concepts Physical Modeling: A Bodily-Kinesthetic Approach. [Online]. Tersedia: www.ed.psu.edu/CI/Journals/2002aets/s5_burke.rtf [21 Oktober 2008]. Tanggal akses 6 November 2010.

Seels. (2005). Instructional Technology, Washington, DC, Association for Educational Communication and Technology.

Setiawan. (2006). Seri Pemograman Web/HTML, Bandung, CV. YRAMA WIDYA.

SMA 1 Bogor.(2010). www.sma1bogor.sch.id. Tanggal akses 19 Juli 2011.

Sukmadinata. (2009). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset.

Sukmadinata. (2004). Mata pelajaran dan Pembelajaran Kompetensi Bandung, Yayasan Kesuma Karya.

Sukmadinata. (2009). Pengembangan Mata pelajaran Teori dan Praktek, Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset.

Susilana. (2006). Mata pelajaran dan Pembelajaran, Bandung, Tim Pengembang MKDP Mata pelajaran dan Pembelajaran Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia.

Syaad Patmanthara. (2006) Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Sebagai Penyedia Lingkungan Belajar. Pustekom Teknodik.


(6)

Thoms, KD. (2006). “Online Learning: Through the Eyes of a Student”. Presented

atMid-South Instructional Technology ConferenceEleventh Annual Conference“Fostering Successful Learning”Middle Tennessee State University Murfreesboro, Tennessee April 2-4, 2006 [Online]. Tersedia: Tanggal akses: 6 November 2010.

http://www.mtsu.edu/~itconf [22 Oktober 2008].

Unesco. (2009). Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam Pendidikan, Jakarta, Gaung Persada Press.

Unggul, Wahyono. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran TIK Untuk Meningkatkan Pengaturan Diri Dalam Belajar Siswa (Makalah Seminar Nasional Pendidikan).

Tanggal akses: 6 November 2010.

http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/63_Unggul% 20Wahyono_Pengembangan%20Model%20Pembelajaran%20untuk%20M eningkatkan%20Kemampuan%20Reflektif..pdf.

Uno, Hamzah, B. (2009). Model Pembelajaran Menciptakan Proses

Belajar Mengajar Yang Kretaif dan Efektif, Jakarta, PT Bumi Aksara. Uno, Hamzah, B. (2010). Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran,

Jakarta, PT Bumi Aksara.

Uwes, A. Chaeruman. (2008). Mendorong Penerapan Elearning Di Sekolah (Tantangan Pendidikan Di Era Informasi), Makalah Yang Disampaikan Dalam Seminar Pendidikan, Stkip, Serang, Banten 29 Desember 2008. Tanggal akses: 11 November 2010.

http://fakultasluarkampus.net/wpcontent/uploads/2009/11/pemanfaatan_te knologi_dalam_pembelajaran.pdf.

Uwes, A. Chaeruman. (2008). Suatu Model Pendidikan dengan Sistem Belajar Mandiri, Tanggal akses: 11 November 2010.

Website: http://www.pustekkom.go.id.

Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, Jakarta, PT RINEKA CIPTA.