KESENIAN TAYUB DI LINGKUNG SENI “MEKAR PUSAKA GENTRA BUANA” DESA KOSAR II KECAMATAN CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG.

(1)

KESENIAN TAYUB DI LINGKUNG SENI “MEKAR

PUSAKA GENTRA BUANA” DESA

KOSAR II

KECAMATAN CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Tari

Oleh

Prastyca Ries Navy Triesnawati 0907288

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

KESENIAN TAYUB DI LINGKUNG SENI

“MEKAR PUSAKA GENTRA BUANA”

DESA KOSAR II KECAMATAN

CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

Oleh

Prastyca Ries Navy Triesnawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi pendidikan seni tari

© Prastyca Ries Navy Triesnawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto copy, atau cara lainnya tanpa izin penulis.


(3)

PRASTYCA RIES NAVY TRIESNAWATI 0907288

KESENIAN TAYUB DI LINGKUNG SENI “MEKAR PUSAKA GENTRA

BUANA” DESA KOSAR II KECAMATAN CIPEUNDEUY KABUPATEN

SUBANG Pembimbing I

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen., M.Si. NIP. 19571018 198503 2 001

Pembimbing II

Ace Iwan Suryawan, S.Pd.,M.Hum. NIP. 19720304 200112 1 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen., M.Si. NIP. 19571018 198503 2 001


(4)

ABSTRAK

KESENIAN TAYUB DI LINGKUNG SENI “MEKAR PUSAKA GENTRA BUANA” DESA KOSAR II KECAMATAN CIPEUNDEUY KABUPATEN

SUBANG

Kesenian Tayub di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana Desa Kosar II Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang memiliki ciri khas tersendiri, terletak pada iringan, gerakan, bentuk kostum, atau pun pertunjukannya. Yang melatarbelakangi peneliti karena Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana memiliki perkembangan dan perubahan dari periode kepemimpinan yang satu ke periode berikutnya yang kemudian menjadi pola baku tersendiri pertunjukannya sebagai ciri khas. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan dan perkembangan yang dilakukan oleh Lingkung Seni ini, sehingga dapat diketahui berbagai unsur yang berada didalamnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Metode ini dilakukan untuk melaporkan kejadian yang da dilapangan atau mendeskripsikan kejadian sebenarnya sesuai dengan fakta dilapangan dan kemudian data yang sudah terkumpul diolah melalui proses analisis. Berdasarkan hasil penelitian dari pertunjukan Tayub yang menjadi objek peneliti ditemukan adanya berbagai perubahan dan perkembangan dari Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana mulai pergantian kepemimpinan, musik dan kostum sehingga menjadi ciri khas tersendiri sebagai identitas dari Lingkung Seni ini, bentuk pertunjukan Tayub di Lingkung Seni ini terdiri dari segi struktur pertunjukan yang digunakan, adanya pembuka, isi, dan penutup. Hingga saat ini kesenian Tayub di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana tetap bisa mempertahankan eksistensinya dalam acara yang di selenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat seperti hajatan. Dari hasil penelitian, peneliti berharap adanya tindak lanjut untuk diteliti lagi, dari penelitian ini dilihat dari segi struktur pertunjukan yang semakin hari semakin ada perkembangan dan terjadi banyak perubahan-perubahan, karena struktur pertunjukan Tayub merupakan suatu susunan pertunjukan yang dikemas agar terlihat menarik.

Kata Kunci : Kesenian Tayub, Mekar Pusaka Gentra Buana, Kosar II, Subang


(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kesenian Tradisional ... 10

B. Istilah Kesenian Tayub ... 14

C. Seni Pertunjukan Kesenian Tayub ... 16

D. Kedudukan Seni Tayub di Masyarakat Subang………17

E. Struktur Pertunjukan……….18

BAB III METODE PENELITIAN... 22

A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 22

B. Metode Penelitian... 22

C. Definisi Operasional... 23

D. Instrument Penelitian ... 23

E. Teknik Pengumpulan Data………25

F. Analisis Data……….31

G. Tahap-Tahap Penelitian ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Gambaran Umum dan Asal Mula Kesenian Tayub ... 36

1) Masa Kepemimpinan Abah Cangkod ... 43


(6)

3) Masa Kepemimpinan Abah H Omo ... 48

4) Masa Kepemimpinan Ibu Dedeh ... 51

B. Struktur Penyajian Kesenian Tayub ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 73


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra saat pertunjukan……..53

Gambar 4.2 Kostum Pada Saat Pertunjukan………..56 Gambar 4.3 Saat Pertunjukan ………69 Gambar 4.4Saat Penutupan Pada Kesenian Tayub ………


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seni tidak bisa lepas dari produknya yaitu karya seni, karena kita baru bisa menikmati seni setelah seni tersebut diwujudkan dalam suatu karya konkrit, macam-macam seni yang dihasilkan oleh masyarakat melalui hasil kebudayaan yang ada antara lain seni rupa, seni musik, seni teater, seni tari dan kerajinan tangan. Dalam pemahaman umum, seni sering diartikan hanya sebagai bentuk hiburan bagi manusia saja. Konotasi inilah yang perlu kita perjelas, karena pada dasarnya seni tidak hanya sebatas sebagai media hiburan bagi manusia saja tetapi dalam pemahaman luas seni dapat juga diartikan sebagai tindakan kreatif dari seseorang yang bisa dipertanggung jawabkan dan memiliki fungsi secara khusus baik untuk kebutuhan bathin ataupun untuk kebutuhan fisik manusia itu sendiri.

Seni dalam pemahaman yang lebih kompleks dapat merupakan sarana legitimasi bagi seseorang ataupun sebuah komunal masyarakat, sebagai contoh di Indonesia ketika sebuah karya seni itu tercipta atau berada di dalam lingkungan istana (kraton) maka karya seni tersebut sudah menjadi sebuah identitas bagi kelompok masyarakat yang mengusungnya. Soedarsono mengemukakan dalam Seni Pertunjukan di Era Globalisasi (1997 : 21) bahwa: “fungsi utama seni pertunjukan dalam kebudayaan masyarakat di Indonesia ada tiga, yaitu seni pertunjukan untuk kepentingan upacara ritual, seni pertunjukan sebagai sarana hiburan pribadi, dan seni pertunjukan sebagai presentasi nilai etestis atau tontonan”.

Namun seiring dengan perkembangan jaman, selanjutnya seni dapat pula berfungsi sebagai sarana pendidikan bagi manusia, media terapi, atau sebagai sarana komunikasi. Masing-masing fungsi tersebut dapat berkembang secara terpisah tanpa mengurangi makna dan tujuan penciptanya, sehingga dalam penciptaan karya seni hal yang paling terpenting yaitu kreatifitas manusia sebagai pencipta karya seni itu sendiri dapat terwujudkan.


(9)

Secara umum fungsi kesenian di dunia ini yaitu fungsi religi/keagamaan, fungsi pendidikan, fungsi komunikasi, fungsi rekreasi, fungsi artistik, fungsi guna (seni terapan), fungsi kesehatan (terapi). Seperti pada pengertian Seni, terdapat kalimat yang mengatakan bahwa keindahan adalah seni karena menyentuh kedalaman rasa pada seorang manusia dan dapat berkembang sesuai dengan fungsi kesenian itu sendiri. Jika kita kaji lebih jauh, maka akan kita lihat betapa manusia tidak dapat dipisahkan dengan kata seni dimana setiap detik nafas kehidupan merupakan keindahan bagi setiap insan manusia yang merasakannya.

Ada semacam keinginan yang sangat mendasar dimana keindahan menjadi faktor utama didalam menentukan sebuah kwalitas kehidupan. Walaupun tidak dapat diukur dengan tepat, tetapi seperti ada kesepakatan yang menggambarkan nilai-nilai keindahan mempengaruhi setiap langkah kemajuan jaman, Kemungkinan berkembangnya seni dan budaya dipengaruhi oleh: (1) faktor internal, yaitu kreativitas manusia yang tumbuh dari dalam dirinya yang melahirkan ide-ide baru yang original. Berdasarkan kesadaran terhadap dirinya dan karena pengalaman hidupnya, maka manusia mampu menciptakan sesuatu yang baru secara berkelanjutan untuk kepentingan hidupnya, (2) faktor eksternal, yaitu faktor lingkungan hidup yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya, faktor sosial dan budayalah yang biasanya berpengaruh besar terhadap perkembangan seni dan budaya.

Perjalanan kesenian selalu sejalan dengan wajah realitas sosial, dimana seni itu tumbuh dan berkembang, seni dapat berkembang dimana saja secara luas dan setiap daerah memiliki potensi unik dan dapat disajikan menarik, kesenian lokal tersebut dapat digali dan di maksimalkan. Wujudnya bisa yang memiliki nilai seni atau pun seni pertunjukan ( seni tari-tarian atau pun kesenian khas suatu daerah), misalnya kesenian Tayub yang berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Yogyakarta.

Tayub merupakan salah satu kesenian yang mengandung unsur

keindahan dan keserasian gerak. Unsur keindahan diikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tarian ini biasa digelar pada


(10)

acara pernikahan, khitanan serta acara kebesaran misalnya di kalangan bangsawan. Perayaan kemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari sinden penata gamelan serta penari khususnya wanita. Penari tari Tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam 09.00 sampai dengan jam 03.00 pagi.

Penari tarian Tayub lebih dikenal dengan ledhek, Tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat. Beberapa tokoh agama islam menganggap Tayub melanggar etika agama, disebabkan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. Pada saat menarikan tari Tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak menari tersebut. Serinng terjadi persaingaan antara penari pria yang satu dengan penari pria lainnya, persaingan ini ditunjukkan dengan cara memberi uang kepada Tledek (istilah penari Tayub wanita). Persaingan ini sering menimbulkan perselisihan antara penari pria.

Tayub dalam pengertian umum yaitu kesenian tradisional yang bentuk

penyajiannya merupakan penyajian tari-tarian yang diiringi oleh musik gamelan. Dalam kesenian Tayub penyajian tari-tarian ini spontanitas maksudnya selama penyajian tari berlangsung penonton bisa tampil sebagai penari dan selain itu juga penari bisa menari sekehendak hati atau bisa disebut dengan istilah tari pergaulan. Ciri dalam kesenian Tayub tidak pernah lepas dari tiga unsur perlengkapan pertunjukannya yaitu ronggeng, minuman keras dan uang. Menurut Sujana (2002:2) arti Tayub sendiri keterangan dari mangkunegaraan kata Tayub terbentuk dari dua kata yaitu mataya yang berarti tari dan guyub yang berarti rukun beragama. Seiring perkembangan jaman istilah Tayub kini mulai berubah dari kata mataya dan guyub=Tayub dan berubah menjadi nayub. Sementara itu di Priangan yang juga menjadi daerah penyebarluasan Tayuban, kata Tayub merujuk kepada kedua peryataan


(11)

di atas yang pada hakekatnya mengandung makna tari, atau dengan kata lain

Tayub diartikan sebagai ngibing pada keramain ada ronggeng dan sayubnya.

Kesenian Tayubanpun kemudian mulai muncul dan berkembang di daerah Provinsi Jawa Barat, sehingga kesenian ini kemudian dapat menyebar ke berbagai pelosok daerah Jawa Barat dan salah satunya adalah Kabupaten Subang. Sebagai salah satu Kabupaten yang berada di wilayah Jawa Barat, Kabupaten Subang merupakan salah satu wilayah yang memiliki banyak sekali kesenian tradisional dengan keberagaman identitas muncul berbagai macam karya seni, baik itu dikelola secara individu maupun kelompok, dan hal inipun merupakan sebuah khasanah seni yang ada di wilayah Jawa Barat.

Munculnya karya seni yang beragam di Kabupaten Subang salah satunya didasari oleh letak geografis Kabupaten Subang yang memiliki bermacam-macam daerah berbeda yaitu daerah pegunungan, daerah pedataran dan sampai pada daerah pantai. Letak geografis ini bisa saja menjadi salah satu faktor penting untuk memunculkan sebuah keberagaman, karena dari letak geografis itu sendiri bisa membentuk karakter-karakter yang beragam pula dari keberagaman kesenian yang terletak di Kabupaten Subang.

Keberagaman kesenian yang ada di wilayah Kabupaten Subang meliputi seni topeng, sisingaan, doger kontrak, belentuk ngapung, bajidoran, gembyung banjet dan lakin-lain, jumlah ini sangatlah banyak jika dibandingkan dengan Kabupaten yang lain di wilayah Jawa Barat. Dari sekian banyak jenis kesenian yang terus tumbuh dan berkembang di Kabupaten Subang salah satunya yaitu kesenian Tayuban, kesenian ini bisa dikatakan diterima diberbagai kalangan dalam masyarakat Kabupaten Subang karena memiliki beberapa kesamaan dengan kesenian Bajidoran yang ada di wilayah ini sehingga penyebarannya dapat dikatakan lebih mudah. Diantara sekian banyak grup kesenian tayub yang berada di Kabupaten Subang, Lingkung Seni Tayub Mekar Pusaka Gentra Buana adalah salah satunya.

Perubahan dari waktu ke waktu telah merubah bentuk penyajian kesenian Tayub di Kabupaten Subang. Jika pada awalnya kesenian Tayub masih tampak sederhana, maka pada saat ini kesenian sisingaan telah berubah


(12)

disesuaikan dengan perkembangan jaman. Sebagai contoh dalam penyajian

Tayub dulu tidak menggunakan alat musik terlalu berlebihan maka pada saat

ini sudah banyak alat musik tambahan yang dipergunakan.

Fungsi kesenian Tayub ini pun ikut mengalami perubahan seiring dengan perkembangan jaman, awalnya kesenian ini hanya untuk menghibur dalam acara anak yang dikhitan dengan cara melakukan hiburan di depan rumah atau Balandongan, akan tetapi sekarang kesenian Tayub mempunyai fungsi yang beragam, antara lain kesenian Tayub dapat ditampilkan di profesi penyambutan pejabat atau tamu terhormat, pada pagelaran panggung dan arena terbuka secara eksklusif berdasarkan sekenario dan acara-acara yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Dengan berbagai pertimbangan di atas maka Peneliti sangat tertarik dengan salah satu kesenian tradisi Kabupaten Subang, yaitu kesenian Tayub. Peneliti tertarik dan ingin mencoba untuk meneliti tentang bagaimana lata belakang, perkembangan dan struktur penyajian di lingkung seni “Mekar Pusaka Gentra Buana”. Selain itu Lingkung Seni ini dianggap dapat mewakili secara keseluruhan dari Lingkung Seni di wilayah Kabupaten Subang. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk menggali masalah ini lebih dalam yang diangkat kedalam judul “Kesenian Tayub di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang”.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Asal Mula Kesenian Tayub di Lingkung Seni “Mekar Pusaka Gentra Buana” Desa Kosar II Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang? 2. Bagaimana Struktur Pertunjukan Tayub di lingkung seni “Mekar Pusaka


(13)

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh gambaran secara secara jelas tentang proses lahir dan berkembangnya Kesenian Tayub di lingkung seni “Mekar Pusaka Gentra Buana” Desa Kosar II Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang.

2. Mendeskripsikan Struktur Pertunjukan Kesenian Tayub di lingkung seni “Mekar Pusaka Gentra Buana” Desa Kosar II Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang nyata bagi pihak yang membutuhkan, dalam hal ini:

1. Bagi peneliti

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang luas mengenai kesenian Tayub

b. Untuk mengetahui perkembangan kesenian Tayub yang ada di wilayah Subang

2. Bagi Lembaga

a. Dapat menambah khasanah kepustakaan khususnya di Jurusan Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia.

b. Dapat melestarikan kebudayaan yang ada dan mempertahankannya 3. Bagi Masyarkat umum

a. Memperkaya khasanah seni budaya yang ada di Indonesia khususnya kabupaten Subang.

b. Sebagai bahan apresiasi bagi masyarakat terhadap kesenian, khususnya kesenian Tayub di Kabupaten Subang.

4. Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana

a. Menjadi motivasi untuk lebih mempertahankan bentuk pertunjukan

Tayub.


(14)

E. Sistematika Penulisan Judul

Halaman Pengesahan Pernyataan

Kata Pengantar Ucapan Terima Kasih Abstrak

Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab ini berisi tentang latar belakang; yang membahas fenomena kesenian dan kebudayaan yang ada di daerah Jawa Barat. Membahas tentang masalah-maslah yang diteliti oleh peneliti diantaranya bagaimana latar belakang kesenian Tayub di lingkung seni Mekar Pusaka Gentra Buana Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang, bagaimana Perkembangan Kesenian Tayub di lingkung seni Mekar Pusaka Gentra Buana Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang, dan bagaimana struktur penyajian kesenian Tayub. Di dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan gambaran secara jelas tentang kesenian Tayub secara keseluruhan, dan memberi manfaat penelitian ini tertuju untuk berbagai pihak misalnya, peneliti, lembaga UPI, masyarakat umum, dan lingkungan seni Mekar Pusaka Gentra Buana.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori yang melandasi penelitian ini di antaranya: kesenian tradsional, istilah kesenian Tayub, seni pertunjukan kesenian Tayub, kedudukan kesenian Tayub masyarakat Subang dan struktur pertunjukan kesenian Tayub.


(15)

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana pimpinan Bapak Omo yang beralamat di Desa Kosar II Rt 10/ Rw 04 Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang dan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan instrument penelitian yang di dalamnya terdapat pedoman observasi, pedoman wawancara dan studi dokumentasi, terdapat pula tehnik pengumpulan data diantaranya observasi, wawancara, studi dokumentasi, studi pustaka, dan menggunakan pendekatan analisis data yang dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada bab ini membahas tentang latar belakang kesenian

Tayub dilingkung seni Mekar Pusaka Gentra Buana Desa Kosar II Kecamatn

Cipeundeuy Kabupaten Subang, perkembangan kesenian Tayub, dan struktur penyajian. Kesenian Tayub merupakan kesenian tradisi yang berasal dari kalangan menak yang kini kesenian Tayub berubah menjadi kesenian tradisi rakyat, awal kesenian Tayub berada di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana sejak tahun 1975 yang didirikan oleh Bah Cangkod yang berdomisili di Kampung Ciracas. Seiring perkembangan jaman kesenian inipun turun temurun kepada penurus kedua yaitu Bah Kasum pada tahun 1997, kemudian kesenian ini berhenti selama beberapa tahun dan mulai berkembang lagi yang dipimpin oleh Abah H Omo pada tahun 2004 tetapi setelah Abah H Omo kini dipimpin oleh Ibu Dedeh. Tayuban menjadi kegemaran rakyat di tatar sunda khusunya masyarkat sekitar Desa Kosar II kesenian ini semakin berkembang dari mulai kostum hingga bentuk penyajian. Kesenian Tayub pada umunya memiliki ciri yang tidak pernah lepas dari tiga unsur perlengkapan pertunjukan yaitu ronggeng, minuman keras, dan uang. Dalam kesenian Tayub unsur penaripun sangat penting tetapi dalam Tayub gerak tari pada kesenian ini tidak berpola sehingga ronggeng bisa bergerak seenak hati,


(16)

pada babak pertama yaitu persiapan atau pembukaan babak kedua pelaksanan pertunjukan, dan babak ketiga yaitu penutup.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana pimpinan Bapak Omo (Alm) dan sekarang oleh Ibu Dedeh yang beralamat di Desa Kosar II Rt 10 / Rw 04 Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang. Lingkung seni Mekar Pusaka Gentra Buana ini merupakan salah satu lingkung seni yang berada di Kabupaten Subang yang masih melestraikan kesenian Tayub hingga saat ini.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode deskriptif

analisis adalah “penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan menurut apa adanya pada

saat penelitian dilakukan” (Arikunto 2005:45)

Pada penelitian ini, metode yang digunakan disesuaikan dengan sifat dan kenyataan masalah serta tujuan penelitian, sehingga penelitian ini dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Metode yang dipilih dalam penelitian ini yaitu dengan metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kulaitatif, karena dianggap sesuai dengan penelitian ini, dalam hali ini Sugiyono (2009:22), mengungkapkan bahwa “Metode kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpatisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail”.

Dari paparan di atas menunjukan bahwa penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bersifat natural yakni peneliti melakukan analisis data yang diperoleh secara real tanpa adanya manipulasi terhadap data yang diperoleh dalam penelitian, selanjutnya peneliti menyusun, mengolah,


(18)

dan mendeskripsikan data yang diperoleh, Diharapkan penggunaan metode ini akan menghasilkan penelitian yang berkualitas dengan akurasi data yang lebih baik.

C.Definisi Operasional

Kesenian Tayub dalam pengertian umum menunjuk kepada jenis kesenian tradisional yang dilihat dari segi bentuk dan teknis penyajiannya merupakan penyajian tari-tarian yang diiringi oleh musik gamelan. Penyajian tari-tarian maksudnya penyajian tarian yang dibawakan seorang diri, berpasangan antara perempuan dengan laki-laki dan menari secra bersama-sama, sedangkan musik gamelan maksudnya hidangan vokal instrumental dari seperangkat gamelan yang masuk kedalamnya sinden. Sujana, Anis (2002:1-2)

Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana merupakan kelompok seni atau padepokan seni Tayub yang dipimpin oleh Bapak Omo (Alm) dan kini dipimpin oleh Ibu Dedeh.

Desa Kosar II Cipeundeuy Subang merupakan nama salah satu kampung yang terletak di Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang, yang digunakan sebagai lokasi penelitian yang menurut peneliti masih berkembang kesenian Tayub.

D. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian ialah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif instrument penelitianya adalah peneliti sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Nasution, dalam Sugiyono (2011:233), bahwa:

Dalam penelitian kualaitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasanya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan bahkan hasil yang diharapkan itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.


(19)

Dari pemaparan di atas menjelaskan dalam penelitian kualitatif instrument utamanya ialah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas maka instrument penelitian akan dikembangkan, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan dari hasil penelitian.

Agar data yang dikumpulkan sesuai dengan kepentingan penelitian dan tujuan yang diharapkan maka dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrument penelitian.

a. Pedoman Observasi

Pedoman Observasi merupakan kerangka penelitian terhadap subjek yang akan diamati. Dalam penelitian ini yang akan diamati meliputi (tempat atau suasana), kegiatan yang dilakukan antara peneliti dan narasumber serta waktu yang diperlukan untuk melakukan pengamatan.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah: 1. Pada saat penari melakukan latihan

2. Pada saat melakukan pertunjukan di Desa Kosar II kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian dan mengumpulkan beberapa data yang terkait dalam kesenian tayub di lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana.

b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan daftar yang berisi butir-butir pertanyaan untuk mendapatkan jawaban atau informasi dari narasumber dilakukan secara langsung menggunakan pertanyaan terstrukur seperti berikut.

1. Bagaimana latar belakang kesenian Tayub di lingkung seni Mekar pusaka Gentra Buana.

2. Bagaimana perkembangan Kesenian Tayub di lingkung seni Mekar Pusaka Gentra Buana.


(20)

4. Bagaiman sejarah kesenian Tayub di lingkung seni ini. c. Studi Dokumentasi

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan pula studi dokumentasi. Melalui studi dokumentasi peneliti dapat mengkaji dan menganalisis hasil penelitian. Dokumentasi yang akan dijadikan bahan penelitian ini adalah:

1. Rekaman video

2. Foto-foto baik pada saat latihan maupun pada saat pementasan.

Hal ini dilakukan untuk melengkapi data yang terkait dalam proses penelitian sebagai gambaran kesenian tayub yang akan peneliti kaji lebih luas sehingga dapat lebih memudahkan dalam menyusun, mengolah dan mengklasifikasikan data.

E.Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Observasi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah jenis observasi partisipasi, yaitu peneliti terjun secara langsung kedalam proses dan kegiatan yang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap. Seperti yang dikemukakan Sugiyono (2011:227), bahwa observasi “partisipasi pasif dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut”.

Pemaparan di atas menjelaskan bahwa peneliti terjun langsung kedalam proses latihan ataupun pertunjukan yang dilakukan oleh


(21)

Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana, sehingga peneliti dapat dengan leluasa untuk mengikuti proses latihan secara menyeluruh. Dengan menjadi observer partisipan maka data yang dibutuhkan untuk penelitian ini dapat terserap dengan baik, sehingga penelitian ini diharapkan dapat tepat sasaran dan memiliki tingkat akurasi yang sangat maximal.

Observasi ini peneliti tempuh dengan jalan melakukan beberapa pengamatan langsung di antaranya:

a. Pengamatan terhadap lokasi subjek penelitian dengan tujuan mengetahui letak geografis keberadaan seni pertunjukan Tayub.

b. Pengamatan terhadap subjek penelitiannya itu lingkung seni Tayub yang di dalamnya terdapat seniman-seniman yang akan memberikan informasi tentang kesenian tersebut.

c. Pengamatan terhadap lokasi Dispudparpora dengan tujuan mencari informasi baik lisan maupun data sejarah seperti dokumen-dokumen mengenai seni pertunjukan Tayub, dengan demikian peneliti dapat memperoleh data-data yang diperlukan sesuai dengan keadaan di lapangan.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Wawancara merupakan kegiatan pengambilan informasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian ataupun para tokoh yang dianggap memiliki informasi penting untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini, dalam proses ini peneliti secara langsung mengajukan berbagai pertanyaan yang dianggap sangat penting untuk memberikan berbagai jawaban terhadap rumusan masalah penelitian.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dengan melakukan wawancara maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi dimana hal


(22)

ini tidak bisa ditemukan dalam observasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang kan diperoleh. Oleh Karena itu, dalam melakukan wawancara peneliti telah menyiapakan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabnya pun telah disiapkan. Dengan melakukan wawancara terstruktur setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Dalam melakukan wawancara selain harus membawa instrument sebagai pedoman untuk wawancara maka peneliti juga dapat menggunakan alat bantu seperti, hp, alat perekam dan yang lainnya untuk membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada pimpinan grup, koreografer, beberapa penari, dan pengrawit. Jika diperlukan peneliti pun akan melakukan wawancara dengan beberapa seniman ataupun tokoh-tokoh kesenian Tayub di Kabupaten Subang, sebagai sumber-sumber yang dianggap menunjang pada penelitian ini.

Sumber-sumber penelitian ini antara lain adalah : a. Ibu Dedeh

Ibu Dedeh adalah pimpinan Lingkung seni Mekar Pusaka Gentra Buana, pada tanggal 31 Desember 2012, beliau merupakan leader dari Lingkung Seni ini. Menurut pendapat peneliti beliau merupakan sosok sentral bagi kelangsungan hidup Lingkung Seni ini, sehingga beliau dianggap sebagai nara sumber utama dari penelitian ini.

b. Bapak Ayo Sunarya

Bapak Ayo Sunarya adalah salah satu tokoh seniman Subang yang berdomisili di Kecamatan Subang, beliau sangat mengetahui sejarah dan perkembangan kesenian Tayub yang ada di Kabupaten Subang, Sehingga peneliti beranggapan bahwa beliau memiliki kemampuan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.


(23)

Bapak Herawan selaku ketua dewan kesenian Subang sekaligus budayawan, Beliau sangat mengetahui sejarah kesenian-kesenian Subang, sehingga peneliti beranggapan bahwa beliau memiliki kemampuan yang dibutuhkan dalam penelitian.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Dalam penelitian ini pendokumentasiannya dengan menggunakan alat perekam suara, kamera foto, dan handycam. Dokumentasi yang akan dijadikan bahan penelitian ini adalah rekaman video dan foto baik pada saat latihan maupun pada saat pementasan. Hal ini dilakukan karena dengan pengumpulan data yang dilakukan dalam waktu yang lama maka data yang terkumpul akan sangat banyak, sehingga untuk mengindari data yang terlewat dan hilang saat poses analisis maka data yang dihasilkan harus diinventarisir dan disimpan kedalam berbagai bentuk penyimpanan data.

Data yang akan dibutuhkan untuk kepentingan penyusunan hasil penelitian maka peneliti dengan mudah bisa mengambil data tersebut. Selain itu sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, video, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, rekaman, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data diserver dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain. Dengan demikian penelitian ini terjamin akurasi datanya, terhindar dari kesalahan data, dan dapat memiliki bukti yang kuat terhadap keaslian data penelitiannya.


(24)

4. Studi Pustaka

Dari sekian banyak permasalahan yang ada, beberapa diantaranya menjadi bahan reverensi bagi pemetaan permasalahan yang terdapat dalam kesenian Tayub. Diantaranya:

Seni pertunjukan Indonesia berangkat dari suatu kedaan dimana ia tumbuh dalam lingkungan-lingkungan etnik yang berbeda satu sama lain. Dalam lingkungan-lingkungan etnik ini, adat atau kesepakatan bersama yang turun-temurun mengenai perilaku, mempunyai wewenang yang amat besar untuk menentukan rebah bangkitnya kesenian, seni pertunjukan pada pertunjukan. Sedyawati, Edi (1981:52)

Seni pertunjukan terutama yang berupa tar-tarian dengan iringan bunyi-bunyian, sering merupakan pengembangan dari kekuatan-kekuatan magis yang diharapkan hadir, tetapi tidak jarang merupakan semata-mata tanda syukur pada terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu. Satu hal lain yang mungkin juga merupakan ciri umum adalah anggapan bahwa seni baru hadir dan berarti apabila ia dihayati dalam kelompok.

Namun kenyataan menunjukan bahwa seni pertunjukan yang berasal dari lingkungan-lingkungan etnik itu kebanyakan mendapatkan pengembangannya di kota-kota, suatu tempat kedudukan yang mempunyai sekelompok cirri umum yang selalu terdapat di mana-mana yaitu berhubungan dengan kesenian saja, yaitu

a) Adanya tempat yang tetap untuk mempergelarkan kesenian

b) Adanya system imbala jasa berupa uang untuk seniman yang mempergelarkan kesenian

c) Adanya dasar kesepakataan harga sebagai landasan untuk mempergelarkan kesenian

d) Adanya kecenderungan pengkhususan dalam memilih bidang kegiatan kesenimanan cenderung untuk dikejar sebagai profesi.


(25)

Ciri-ciri umum ini tidak selalu dikenal dalam konteks-konteks etnik dari mana salah satu jenis pertunjukan berasal, di samping tidak juga masing-masing cirri itu selalu sama sekali asing. Dalam lingkungan-lingkungan etnik itu terdapat macam-macam corak hubungan kesenian dalam masyarakat. Bila dihubungkan dengan penelitian, kesenian tayub sangat tepat, karena pada bab ini akan mengungkap bentuk pertunjukan kesenian tayub.

Pengertian seni erat hubungannya dengan kerja sehari-hari, karena seni tidak lepas dari kegiatan hidup sehari-hari. Seni merupakan bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat, seni memasuki segala segi kehidupan manusia dan masyarakat luas. Seni pertunjukan adalah kegiatan di luar kegiatan kerja sehari-hari. Seni dan kerja di pisahkan seni adalah kegiatan di waktu senggang yang berarti kegiatan di luar jam-jam kerja,

Dalam masyarakat seni pertunjukan tidak terikat tempat dan juga tidak terikat waktu. Pertunjukan bisa dilakukan dimana saja, bahkan sering kali di temapt-tempat yang jarang dikunjungi manusia, seperti di tepi sawah, tepi jurang, di kebun, di sumber air, di bidang tanah yang tidak dipakai dan sebagainya, jadi boleh dikatakan bahwa bahwa semua jenis seni pertunjukan Indonesia lama dipentaskan di alam terbuka baik malam hari maupun siang hari.

1. Seni pertunjukan bukanlah seni yang “membeda”. Sebuah seni pertunjukan dimulai dan selesai dalam waktu tertentu dan tempat tertentu pula, sesudah itu tidak ada lagi wujud seni pertunjukannya. Sebuah seni pertunjukan hanya sekali saja, pertunjukan yang lain adalah

“wujud” seni yang lain. Meski materinya tetap sama juga. Sumardjo, Jakob, dkk (2001:1-4). Tayuban dalam pengertian umum menunjuk kepada jenis kesenian tradisional yang dilihat dari segi bentuk dan teknis penyajiannya merupakan penyajian tari-tarian yang diiringi oleh musik gamelan. Penyajian tari-tarian maksudnya penyajian tarian yang dibawakan seorang diri, berpasangan antara perempuan dengan laki-laki dan menari secra bersama-sama, sedangkan musik gamelan maksudnya


(26)

hidangan vokal instrumental dari seperangkat gamelan yang masuk kedalamnya sinden. Tayub tidak pernah lepas dari tiga unsur pelengkap pertunjukan yaitu ronggeng, minuman keras, dan uang. Ronggeng adalah pelaku wanita yang ememrankan fungsi ganda yaitu penyanyi dan menari sebagai partner penari laki-laki, minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol baik yang diramu secara tradisional maupun berupa kemasan baru, sedangkan uang baik berbentuk koin maupun lebar kertas adalah benda yang diberikan oleh penari maupun penonton kepada ronggeng dan nayaga sebagai nadzar. 2. Tayuban merupakan gambaran kehidupan yang diwarnai azas-azas,

selain juga gambaran tentang kemegahan dan pemborosan sebagai prinsip yang dipegang oleh elit pribumi pada waktu itu. Dalam hal ini

tayub dapat dipandang sebagai kultus kemegahan, kehadiran Tyaub di

tengah-tengah seni pertunjukan lainya dan juga dengan segala sifat karakteristiknya dapat dikatakan sebagai alat kebesaran bupati karena ia merupakan kekayaan yang turut memberikan konstribusi dalam menegakan kemegahan bupati. Kini perkembangan tayub di pedesaan bukan hanya orientasi budaya kecil terhadap budaya kota semata tapi mengandung tujuan menegaskan legitimasi penguasa untuk melestarikan tertib dan pelapisan sosial. Bila dihubungkan dengan penelitian, Tayub sangat tepat, Karena pada bab ini akan mengungkap tentang kesenian Tayub. Sujana, Anis (2002: 1-2), Tayuban Kalengenan Menak Priangan.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan dilapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dengan cara mengorganisasikan data dan membuat kesimpulan. Analisis kualitatif suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan.


(27)

Dalam hal ini Nasution dalam buku Sugiyono (2011) menyatakan bahwa

“Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum

terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis yang dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data, data yang dihimpun secara global atau menyeluruh, dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian yang di lakukan di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana. Selain itu proses analisis data ini merupakan proses pemilihan data yang dibutuhkan oleh peneliti, dengan tujuan agar data yang diperoleh dari hasil penelitian mampu menjawab rumusan masalah yang di buat dalam pertanyaan penelitian.

G. Tahap-Tahap Penelitian. 1. Persiapan Penelitian

Untuk membantu proses penelitian dilapangan, peneliti merumuskan dan mengikuti langkah-langkah sebelum melakukan penelitian, Langkah-langkah yang ditempuh dalam persiapan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pemilihan topik atau judul

Dalam hal ini peneliti mencari topik atau permasalahan yang akan dikaji dan dijadikan sebagai bahan untuk penelitian. Selanjutnya peneliti merekomendasikan atau topik yang akan diteliti kepada dewan skripsi selanjutnya peneliti memberikan anggapan sementara mengenai topik yang akan diteliti.

b. Penyusunan Proposal Penelitian

Penyusunan proposal penelitian dilakukan setelah mendapatkan tema masalah penelitian yang jelas pada waktu dilaksanakannya orientasi penelitian. Selanjutnya proposal ini disusun melalui proses bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi. Setelah proposal disetujui dan ditandatangani oleh dosen pembimbing dan ketua jurusan, kemudian diajukan ke fakultas untuk mendapatkan SK.


(28)

Instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Dengan masing-masing pengertian kata tersebut di atas maka instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan yang digunakan untuk mengumpulkan data-data penelitian. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian.

Penyusunan instrumen penelitian dilakukan dengan cara peneliti terjun langsung mengadakan observasi ke lapangan. Dengan demikian teknik dan alat untuk mengumpulkan data adalah teknik wawancara terbuka dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian, dengan tujuan untuk memperoleh data-data yang diperlukan secara lengkap. Pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut dirumuskan dalam pedoman wawancara penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian a. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kediaman Ibu Dedeh yang beralamat di Desa Kosar II Rt 10 / Rw 04 Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan alasan karena terdapat beberapa keunikan dari penyajian kesenian Tayub yang terdapat di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana Kabupaten Subang.

b. Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian di lapangan, kurang lebih dilakukan selama enam bulan, terhitung dari bulan April 2013 sampai dengan bulan september 2013. Dalam jangka waktu selama enam bulan tersebut, diharapkan peneliti dapat memperoleh data yang diperlukan secara lengkap dalam proses penelitian.


(29)

c. Media Penelitian

Media yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat tulis, yang berguna untuk mencatat baik dalam pelaksanaan maupun hasil wawancara penelitian. Selain alat tulis, dalam penelitian ini juga digunakan pedoman wawancara supaya mempermudah proses wawancara. Selain itu, peneliti juga menggunakan dua buah kamera digital dan satu buah handphone yang digunakan sebagai alat dokumentasi, baik berupa foto maupun video. d. Objek Penelitian

Objek yang di pilih dalam penelitian ini yaitu latar belakang dan sejarah yang terdapat dalam kesenian Tayub di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana Kabupaten Subang, secara operasional kemudian objek penelitian tersebut di spesipikasikan sesuai dengan fokus penelitian yang disusun dalam rumusan masalah yaitu tentang perkembangan kesenian Tayub dan struktur pertunjukan Tayub.

3. Penutup

Setelah melakukan tahapan-tahapan penelitian yang mencakup persiapan penelitian dan pelaksanaan penelitian, selanjutnya peneliti menyusun, mengolah dan mengklasifikasi data penelitian yang telah diperoleh dari penelitian yang telah dilaksanakan, kemudian hasil penelitian akan di ujiankan setelah data yang dioleh sudah berbentuk karya ilmiah yang memenuhi syarat. Untuk lebih jelas dalam hal ini peneliti membuat bagan desain penelitian sebagai berikut:


(30)

Bagan 3.1 Tahap-Tahap Penelitian

Persiapan

Pemilihan topic atau judul Penyusunan Proposal Penelitian Penyusunan instrumen penelitian

Pelaksanaan Penelitian

Lokasi dan Subjek Penelitian

Waktu Penelitian

Penutup

Peneliti menyusun, mengolah dan

mengklasifikasi data penelitian yang telah diperoleh dari penelitian yang telah

dilaksanakan, kemudian hasil penelitian akan di ujiankan setelah data yang dioleh sudah

berbentuk karya ilmiah yang memenuhi syarat Media penelitian


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Menurut hasil pengolahan data tentang Kesenian Tayub di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana Desa Kosar II Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang, peneliti menemukan beberapa hal yang bisa dijadikan kesimpulan. Selain itu juga saran-saran penting yang akan bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Pertunjukan Tayub di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana Desa Kosar II Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang kini sudah mengalami beberapa perubahan dan perkembangan, baik dari bentuk musik, kostum atau pun pertunjukannya. Perubahan dan perkembangan ini pada dasarnya tidak terlepas dari pergantian pimpinan yang dilakukan, karena pimpinan pada Lingkung Seni ini merupakan leader yang memiliki kemampuan dalam mengelola kesenian Tayub di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana.

Perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam pertunjukan kesenian Tayub di Lingkung Seni Mekar Pusaka Getra Buana dilakukan dalam setiap periode kepemimpinan, kemudian dibakukan dan selanjutnya dijadikan pijakan untuk perubahan dan perkembangan selanjutnya.

Lingkung Seni Mekar pusaka Gentra Buana walapun tergolong muda kini grup ini dapat mensejajarkan diri dengan gru memanfaatkan jasa grup lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana untuk kepentingan hiburan.

B.Saran

1. Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana

Untuk tetap mempertahankan bentuk pertunjukan Tayub agar menjadi salah satu bentuk keragaman sajian kesenian Tayub di Kabupaten Subang, dan agar lebih berkreasi mengembangkan bentuk pertunjukan yang ada tetapi tidak meninggalkan bentuk asli dari pertunjuksn Tayub seperti saat ini,


(32)

sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi keragaman bagi kesenian tradisional khususnya Tayub di wilayah Kabupaten Subang.

2. Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya landasan karya ilmiah berupa skripsi yang peneliti buat diharapkan ada peneliti-peneliti berikutnya untuk meneliti sisi lain dari Kesenian Tayub dengan menggali lebih dalam tentang kesenian Tayub.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Caturwati, Endang. (2007). Tari Di Tatar Sunda. Bandung: Sunan Ambu Press.

Dahlan, Dadang. 2002. Tayub Pati Dan Ledeknya. Jakarta: Pusat Pembukuan Depdiknas.

Narawati, Tati. 2003. Wajah Tari Sunda Dari Masa Ke Masa. Bandung: P4ST UPI.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

Sujana, Anis. 2002. Tayuban Kalangenan Menak Priangan. Bandung: STSI Press Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumardjo, Jakob. 2001. Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung: STSI Press Bandung.

Soedarsono. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Taryani, Yani. (1997). Pertunjukan Seni Tayub Bongbang Di Desa Golat

Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari: Tidak Diterbitkan

Tisna, Lindawati. (2010). Tari Dadung Dalam Upacara Seren Taun Di Kelurahan

Cigugur Kecamatan Cigugur Kabaputen Kuningan. Skripsi Jurusan

Pendidikan Seni Tari: Tidak Diterbitkan

Widaryanto, FX. 1999. Tayub Pertunjukan dan Ritus Kesuburan. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.


(1)

Instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Dengan masing-masing pengertian kata tersebut di atas maka instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan yang digunakan untuk mengumpulkan data-data penelitian. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian.

Penyusunan instrumen penelitian dilakukan dengan cara peneliti terjun langsung mengadakan observasi ke lapangan. Dengan demikian teknik dan alat untuk mengumpulkan data adalah teknik wawancara terbuka dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian, dengan tujuan untuk memperoleh data-data yang diperlukan secara lengkap. Pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut dirumuskan dalam pedoman wawancara penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian a. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kediaman Ibu Dedeh yang beralamat di Desa Kosar II Rt 10 / Rw 04 Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan alasan karena terdapat beberapa keunikan dari penyajian kesenian Tayub yang terdapat di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana Kabupaten Subang.

b. Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian di lapangan, kurang lebih dilakukan selama enam bulan, terhitung dari bulan April 2013 sampai dengan bulan september 2013. Dalam jangka waktu selama enam bulan tersebut, diharapkan peneliti dapat memperoleh data yang diperlukan secara lengkap dalam proses penelitian.


(2)

c. Media Penelitian

Media yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat tulis, yang berguna untuk mencatat baik dalam pelaksanaan maupun hasil wawancara penelitian. Selain alat tulis, dalam penelitian ini juga digunakan pedoman wawancara supaya mempermudah proses wawancara. Selain itu, peneliti juga menggunakan dua buah kamera digital dan satu buah handphone yang digunakan sebagai alat dokumentasi, baik berupa foto maupun video. d. Objek Penelitian

Objek yang di pilih dalam penelitian ini yaitu latar belakang dan sejarah yang terdapat dalam kesenian Tayub di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana Kabupaten Subang, secara operasional kemudian objek penelitian tersebut di spesipikasikan sesuai dengan fokus penelitian yang disusun dalam rumusan masalah yaitu tentang perkembangan kesenian Tayub dan struktur pertunjukan Tayub.

3. Penutup

Setelah melakukan tahapan-tahapan penelitian yang mencakup persiapan penelitian dan pelaksanaan penelitian, selanjutnya peneliti menyusun, mengolah dan mengklasifikasi data penelitian yang telah diperoleh dari penelitian yang telah dilaksanakan, kemudian hasil penelitian akan di ujiankan setelah data yang dioleh sudah berbentuk karya ilmiah yang memenuhi syarat. Untuk lebih jelas dalam hal ini peneliti


(3)

Bagan 3.1 Tahap-Tahap Penelitian

Persiapan

Pemilihan topic atau judul Penyusunan Proposal Penelitian Penyusunan instrumen penelitian

Pelaksanaan Penelitian

Lokasi dan Subjek Penelitian

Waktu Penelitian

Penutup

Peneliti menyusun, mengolah dan

mengklasifikasi data penelitian yang telah diperoleh dari penelitian yang telah

dilaksanakan, kemudian hasil penelitian akan di ujiankan setelah data yang dioleh sudah

berbentuk karya ilmiah yang memenuhi syarat Media penelitian


(4)

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Menurut hasil pengolahan data tentang Kesenian Tayub di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana Desa Kosar II Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang, peneliti menemukan beberapa hal yang bisa dijadikan kesimpulan. Selain itu juga saran-saran penting yang akan bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Pertunjukan Tayub di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana Desa Kosar II Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang kini sudah mengalami beberapa perubahan dan perkembangan, baik dari bentuk musik, kostum atau pun pertunjukannya. Perubahan dan perkembangan ini pada dasarnya tidak terlepas dari pergantian pimpinan yang dilakukan, karena pimpinan pada Lingkung Seni ini merupakan leader yang memiliki kemampuan dalam mengelola kesenian Tayub di Lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana.

Perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam pertunjukan kesenian Tayub di Lingkung Seni Mekar Pusaka Getra Buana dilakukan dalam setiap periode kepemimpinan, kemudian dibakukan dan selanjutnya dijadikan pijakan untuk perubahan dan perkembangan selanjutnya.

Lingkung Seni Mekar pusaka Gentra Buana walapun tergolong muda kini grup ini dapat mensejajarkan diri dengan gru memanfaatkan jasa grup lingkung Seni Mekar Pusaka Gentra Buana untuk kepentingan hiburan.


(5)

71

sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi keragaman bagi kesenian tradisional khususnya Tayub di wilayah Kabupaten Subang.

2. Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya landasan karya ilmiah berupa skripsi yang peneliti buat diharapkan ada peneliti-peneliti berikutnya untuk meneliti sisi lain dari Kesenian Tayub dengan menggali lebih dalam tentang kesenian Tayub.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Caturwati, Endang. (2007). Tari Di Tatar Sunda. Bandung: Sunan Ambu Press.

Dahlan, Dadang. 2002. Tayub Pati Dan Ledeknya. Jakarta: Pusat Pembukuan Depdiknas.

Narawati, Tati. 2003. Wajah Tari Sunda Dari Masa Ke Masa. Bandung: P4ST UPI.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

Sujana, Anis. 2002. Tayuban Kalangenan Menak Priangan. Bandung: STSI Press Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumardjo, Jakob. 2001. Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung: STSI Press Bandung.

Soedarsono. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Taryani, Yani. (1997). Pertunjukan Seni Tayub Bongbang Di Desa Golat Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari: Tidak Diterbitkan

Tisna, Lindawati. (2010). Tari Dadung Dalam Upacara Seren Taun Di Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur Kabaputen Kuningan. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari: Tidak Diterbitkan