Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 8

F. Asumsi Penelitian ... 9

G. Metode Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Sejarah Kesenian Sisingaan ... 11

B. Perkembangan Kesenian Sisingaan ... 14

C. Struktur Penyajian Sisingaan ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 21

B. Metode Penelitian ... 21

C. Definisi Operasional ... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ... 23

1. Observasi... 23

2. Wawancara ... 24

3. Studi Dokumentasi ... 27

4. Studi Pustaka ... 28


(2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

1. Profile Lingkung Seni Tresna wangi ... 30

a. Bentuk Pertunjukan Lingkung Seni Tresna Wangi ... 33

1) Bentuk Sisingaan ... 33

2) Kostum ... 36

3) Iringan Musik ... 38

b. Struktur Pertunjukan Lingkung Seni Tresna Wangi ... 40

2. Profile Lingkung Seni Pusaka Wangi ... 45

a. Bentuk Pertunjukan Lingkung Seni Pusaka Wangi ... 49

1) Bentuk Sisingaan ... 50

2) Kostum ... 52

3) IringanMusik ... 53

b. StrukturPertunjukanLingkungSeniPusaka Wangi ... 55

B. Pembahasan... 57

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Rekomendasi ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN……….75 RIWAYAT HIDUP


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada dasarnya selalu memiliki keinginan untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan yang menyangkut dengan kebutuhan lahir (fisik), ataupun kebutuhan yang menyangkut dengan kebutuhan bathin (psikologis). Berbagai cara akan dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya itu karena kebutuhan ini akan berdampak pada kelangsungan hidupnya, dan segala usaha yang akan dilakukan oleh manusia akan menjadi sebuah kebiasaan manusia itu sendiri yang dilakukan secara terus menerus dan turun temurun. Kebiasaan yang sudah tercipta ini pada akhirnya akan dilanjutkan dengan sendirinya oleh keturunan atau generasi berikutnya dengan menggunakan berbagai cara penyampaian, yaitu proses penyampaiannya baik dengan cara lisan ataupun menggunakan cara tulisan.

Selain menggunakan cara-cara tersebut diatas, maka manusia akan menggunakan segala kemampuannya untuk berkreasi secara terus menerus demi menjaga kelangsungan hidupnya. Kemampuan berkreasi dimulai dari sumber yang telah ada merupakan bagian dari proses pelestarian. Tetapi pada akhirnya semua proses ini akan terus berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya, sehingga manusia bisa mempertahankan kehidupan berkreasi itu sendiri.

Segala bentuk kreatifitas manusia salah satunya akan didorong oleh perasaan yang bermuara pada nilai-nilai keindahan, perasaan ini sangatlah wajar muncul pada setiap diri manusia karena dorongan pemenuhan kebutuhan lahir maupun bathin. Istilah keindahan itu


(4)

sendiri sering diartikan sebagai hasil karya manusia yang disebut seni, hal ini bisa kita lihat dari berbagai definisi dari arti kata seni yang sudah sangat banyak dikemukakan, salah satunya menurut Ki Hajar Dewantara dalam seni budaya (2008: 8) : “seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah, sehingga menggerakan jiwa perasaan manusia”.

Dari ungkapan diatas, bisa kita lihat bahwa seni sangat berkaitan dengan perasaan manusia yang diaplikasikan kedalam bentuk-bentuk karya yang dihasilkan oleh manusia itu sendiri. Sehingga pada akhirnya karya-karya inilah yang bisa menjadi tolak ukur setiap perkembangan manusia dari waktu ke waktu. Disisi lain kalimat tersebut diatas bisa dijadikan sebuah identitas baik itu ide komunitas atau personal (individu).

Kabupaten Subang salah satu wilayah yang terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan keberagaman identitas muncul berbagai macam karya seni, baik itu dikelola secara individu, dan ini merupakan sebuah khasanah seni yang ada di Jawa Barat.

Kabupaten Subang memiliki beragam kesenian ada seni topeng, sisingaan, doger kontrak, belentuk ngapung, bajidoran, tayuban, gembyung dan banjet. Salah satu kesenian yang dirasakan menjadi icon Kabupaten Subang yaitu Sisingaan yang sampai saat ini masih tumbuh dan berkembang hingga ke berbagai wilayah Kabupaten Subang bagian pesisir.

Kesenian Sisingaan adalah salah salah satu jenis kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di wilayah Kabupaten Subang. Kesenian ini mempunyai ciri khas atau identitas sepasang boneka sisingaan atau binatang yang menyerupai singa, yang dijadikan alat utama dari penyajian kesenian ini. Sisingaan mulai muncul pada saat kaum penjajah menguasai Subang, yakni pada masa pemerintahan Belanda tahun 1812. Subang pada saat itu dikenal dengan Doble Bestuur, dan dijadikan kawasan perkebunan di bawah


(5)

perusahaan P & T Lands (Pamanoekan en Tjiasem landen). Pada saat Subang di bawah kekuasaan Belanda, masyarakat setempat mulai diperkenalkan dengan lambang negara Belanda yakni crown atau mahkota kerajaan Belanda. Dalam waktu yang bersamaan daerah Subang juga berada di bawah kekuasaan Pemerintah Inggris, yang memperkenalkan lambang negaranya yakni singa. Sehingga secara administratif daerah Subang terbagi dalam dua bagian wilayah kekuasaan, yakni pertama secara politis dikuasai oleh Pemerintah Belanda dan keduan secara ekonomi dikuasai oleh Pemerintah Inggris.

Masyarakat Subang pada saat itu mendapatkan tekanan secara politis, ekonomis, sosial, dan budaya dari pihak Belanda maupun Inggris. Namun masyarakat Kabupaten Subang tidak tinggal diam, mereka melakukan perlawanan dengan berbagai cara, perlawanan tersebut tidak hanya berupa perlawanan fisik saja namun juga perlawanan tersebut diwujudkan dalam bentuk perlawanan non fisik dengan salah satu caranya yaitu menggunakan media kesenian. Perlawanan dalam bentuk kesenian tersebut dipandang lebih aman dan lebih memiliki kebebasan karena dalam kesenian pesan perjuangan bisa disampaikan dengan kandungan Silib (yakni pembicaraan yang tidak langsung pada maksud dan tujuan), Sindir (ironi atau sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan), Siloka (kiasan atau melambangkan), dan Sasmita (contoh cerita yang mengandung arti atau makna). Dengan demikian masyarakat Subang bisa mengekspresikan atau mewujudkan perasaan mereka secara terselubung, melalui sindiran, perumpamaan yang terjadi atau yang menjadi kenyataan pada saat itu. (Ragam Budaya Kabupaten Subang: Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Subang 2008:01) Munculnya karya seni yang beragam di Kabupaten Subang didasari oleh letak geografis Kabupaten subang yang memiliki bermacam-macam daerah berbeda yaitu daerah pegunungan, daerah pedataran dan sampai pada daerah pantai. Letak geografis ini bisa saja menjadi salah satu faktor penting untuk memunculkan sebuah keberagaman, karena dari letak geografis itu sendiri bisa membentuk karakter-karakter yang beragam pula dari keberagaman kesenian yang terletak di Kabupaten Subang.


(6)

Salah satu perwujudan atau bentuk ekspresi jiwa kemarahan masyarakat Subang terhadap penjajah dengan menciptakan salah satu bentuk kesenian yang kemudian dikenal dengan nama Sisingaan, kesenian ini adalah bentuk sindiran terhadap pemerintahan Belanda dan pemerintahan Inggris. Selain itu kesenian ini adalah salah satu bentuk pesan perjuangan bagi seluruh masyarakat, sehingga kesenian ini tujuan dasarnya adalah sebagai pesan penyemangat terhadap perjuangan rakyat Kabupaten Subang pada khususnya serta rakyat Indonesia pada umumnya dalam melawan penjajah.

Kesenian Sisingaan merupakan bentuk ungkapan rasa ketidakpuasan, ketidaksenangan, atau upaya pemberontakan dari masyarakat Kabupaten Subang kepada pihak penjajah. Perwujudan dari rasa ketidak senangan tersebut digambarkan dalam bentuk sepasang sisingaan, yaitu melambangkan kaum penjajah Belanda dan Inggris. Kedua Negara penjajah tersebut menindas masyarakat Subang, yang dianggap bodoh dan dalam kondisi miskin, sehingga para seniman berharap suatu saat nanti generasi muda harus bisa bangkit, mengusir penjajah dari tanah air dan masyarakat bisa menikmati kehidupan yang sejahtera dan merdeka.

Terlepas dari segala hal yang melatar belakangi terlahirnya kesenian sisingaan di Kabupaten Subang, perubahan dari waktu ke waktu telah merubah bentuk penyajian sisingaan di Kabupaten Subang. Jika pada awalnya kesenian sisingaan masih tampak sederhana, maka pada saat ini kesenian sisingaan telah berubah disesuaikan dengan perkembangan jaman. Sebagai contoh dalam penyajian sisingaan dulu tidak menggunakan bentuk-bentuk patung selain singa, maka pada saat ini sudah banyak bentuk-bentuk selain patung singa dipergunakan. Rachmatulah Ading Affandi dalam deskripsi kesenian Jawa


(7)

Barat mengemukakan : “Dalam perkembangan bentuknya Sisingaan, dari bentuk Singa Kembar yang sederhana, semakin lama disempurnakan, baik bahan maupun rupanya, semakin gagah dan menarik”. Selain itu lebih jauh Affandi mengungkapkan bahwa : “Demikian pula dengan penataan gerak tarinya dari hari ke hari semakin ditata dan disempurnakan. Juga musik pengiringnya, sudah ditambahkan dengan berbagai perkusi lain, seperti bedug, genjring dan gitar”.

Fungsi kesenian Sisingaan ini pun ikut mengalami perubahan seiring dengan perkembangan jaman, awalnya kesenian Sisingaan ini hanya untuk menghibur anak yang dikhitan dengan cara melakukan helaran keliling kampung. Akan tetapi sekarang kesenian Sisingaan mempunyai fungsi yang beragam, antara lain sisingaan dapat ditampilkan di profesi penyambutan pejabat atau tamu terhormat, pada pagelaran panggung dan arena terbuka secara eksklusif berdasarkan skenario.

Penulis sangat tertarik dengan salah satu kesenian tradisi Kabupaten Subang, yaitu kesenian Sisingaan. Ada banyak padepokan atau Lingkung Seni sisingaan di daerah Kabupaten Subang yang mengembangkan dan melestarikan sisingaan diantaranya yaitu Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi. Ke dua kelompok ini didaerah Kabupaten Subang sangatlah popular, dimana masing-masing menonjolkan ciri khas dan identitas dalam setiap penyajiannya.

Dari ke dua kelompok yang memiliki ciri khas dan identitas peneliti tertarik dan ingin mencoba untuk meneliti tentang bagaimana perbedaan dan persamaan tentang struktur penyajian dari ke dua Lingkung Seni tersebut. Selain itu peneliti beranggapan bahwa ke dua Lingkung Seni tersebut memiliki sifat yang berbeda, artinya Lingkung Seni Tresna Wangi


(8)

masih kukuh dengan system pertunjukan yang diwariskan oleh leluhurnya, sedangkan Lingkung Seni Pusaka Wangi sudah banyak perubahan jika dilihat dari system pertunjukannya. Selain itu kedua Lingkung Seni ini dianggap dapat mewakili secara keseluruhan dari Lingkung Seni Sisingaan di wilayah Kabupaten Subang, karena kedua Lingkung Seni ini memiliki karakter yang berbeda dan kedua-duanya memiliki dominasi yang kuat di berbagai event maupun pasanggiri yang dilaksanakan di Kabupaten Subang. Dalam penelitian ini, peneliti merasa tertarik untuk menggali masalah ini lebih dalam dari kedua Lingkung Seni ini dan ingin melakukan sebuah study komparasi terhadap keduanya. Sehingga penulis memilih judul : “Study Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkung

Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang”. Melalui

penelitian ini diharapkan peneliti mampu menemukan berbagai permasalahan yang terjadi terhadap sisingaan, khususnya yang terjadi dalam kesenian sisingaan pada saat ini.

B. Rumusan Masalah

Guna membatasi masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka beberapa masalah diidentifikasi sebagai fokus penelitian, meliputi :

1. Bagaimana bentuk seni pertunjukan di Lingkung Seni Tresna Wangi Blok Cicadas Desa Dangdeur Kecamatan Subang Kabupaten Subang dan Lingkung Seni Pusaka Wangi Dusun Pasung Desa Karang Hegar Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang ?

2. Bagaimana struktur pertunjukan Lingkung Seni Tresna Wangi Blok Cicadas Desa Dangdeur Kecamatan Subang Kabupaten Subang dan Lingkung Seni Pusaka Wangi Dusun Pasung Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang ?


(9)

Tujuan yang diharapkan dicapai oleh penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk pertunjukan di Lingkung Seni Tresna Wangi Blok Cicadas Desa DAngdeur Kecamatan Subang Kabupaten Subang dan Lingkung Seni Pusaka Wangi Desa Karanghegar Desa Pasung Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang

2. Untuk Mengetahui struktur pertunjukan di Lingkung Seni Tresna Wangi Blok Cicadas Desa Dangdeur Kecamatan Subang Kabupaten Subang dan untuk mengetahui latar belakang dan struktur pertunjukan di Lingkung Pusaka Wangi Dusun Pasung Desa Karang Hegar Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang

D. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang nyata bagi pihak-pihak terkait, dalam hal ini :

1. Bagi penulis

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang luas

b. Untuk mengetahui perkembangan kesenian sisingaan yang ada di wilayah subang c. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan sisingaan sesuai dengan perkembangan

jaman 2. Bagi Lembaga

a. Dapat menambah khasanah kepustakaan khususnya di Jurusan Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia.

b. Dapat melestarikan kebudayaan yang ada dan mempertahankannya 3. Bagi Masyarkat umum

a. Memperkaya khasanah seni budaya yang ada di Indonesia khususnya kabupaten Subang


(10)

b. Sebagai bahan apresiasi bagi masyarakat terhadap kesenian, khususnya kesenian Sisingaan di Kabupaten Subang

4. Bagi seniman Sisingaan

a. Dapat dijadikan sebuah pendokumentasian kesenian sisingaan khususnya di wilayah Kabupaten Subang

b. Dapat dijadikan sebagai referensi pertunjukan sisingaan khususnya bagi seniman sisingaan di Kabupaten Subang

5. Lingkung Seni Tresna Wangi

a. Menjadi bahan perbandingan struktur pertunjukan dengan lingkung seni lain khususnya Lingkung Seni Pusaka Wangi

b. Menjadi motivasi untuk lebih mempertahankan bentuk pertunjukan sisingaan c. Memeperbaiki segala sesuatu kekurangan yang dirasakan selama ini

6. Lingkung Seni Pusaka Wangi

a. Menjadi bahan perbandingan struktur pertunjukan dengan lingkung seni lain khususnya Lingkung Seni Tresna Wangi

b. Menjadi motivasi untuk lebih mempertahankan bentuk pertunjukan sisingaan c. Memperbaiki segala sesuatu kekurangan yang dirasakan selama ini

E. Definisi Operasional

Studi Komparasi Struktur Pertunjukan

Merupakan perbandingan perbedaan dan persamaan dalam penyajian pertunjukan sisingaan dari kedua lingkung seni


(11)

Lingkung Seni Tresna Wangi

Merupakan kelompok seni atau padepokan seni sisingaan yang dipimpin oleh Bapak Amo Darmo

Lingkung Seni Pusaka Wangi

Merupakan kelompok seni atau padepokan seni sisingaan yang dipimpin oleh Bapak Asep Aca

F. Asumsi Penelitian

Pertunjukan sisingaan di Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi merupakan suatu pertunjukan sisingaan yang berbeda, tetapi di dalamnya juga terdapat beberapa persamaan.

G. Metode Penelitian

Pada penelitian ini digunakan metode kualitatif, lebih tepatnya menggunakan deskriptif analisis, yaitu metode yang digunakan untuk mendeskrepsikan data sebagaimana adanya, karena penelitian ini bersifat naturalistik dan bukan merupakan hasil-hasil manipulasi atau ekpsperimen yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil dari penelitian studi komparasi antara Lingkung Seni Tresna Wangi dengan Lingkung Seni Pusaka Wangi.

1. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Blok Cicadas Rt 09/ Rw 20 Desa Dangdeur Kecamatan Subang Kabupaten Subang dan di Dusun Pasung Rt 01/ Rw 01 Desa Karang Hegar Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang.


(12)

Populasi dalam penelitian ini adalah pertunjukan sisingaan Lingkung Seni Tresna Wangi dengan Lingkung Seni Pusaka Wangi

2. Teknik Analisis a. Observasi

Observasi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah jenis observasi partisipasi, yaitu peneliti terjun secara langsung kedalam proses latihan ataupun pertunjukan yang dilakukan oleh Lingkung seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi, sehingga peneliti dapat dengan leluasa untuk mengikuti proses latihan secara menyeluruh dan mengetahui kompleksitas dari proses penggarapan sajian di Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi ini. Dengan menjadi observer partisipan maka data yang dibutuhkan untuk penelitian ini dapat terserap dengan baik, sehingga penelitian ini diharapkan dapat tepat sasaran dan memiliki tingkat akurasi yang sangat maximal.

b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah kegiatan pengambilan informasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian ataupun para tokoh yang dianggap memiliki informasi penting untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini, dalam proses ini peneliti secara langsung mengajukan berbagai pertanyaan yang dianggap sangat penting untuk memberikan berbagai jawaban terhadap rumusan masalah penelitian


(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Lingkung Seni Tresna Wangi pimpinan Bapak Amo yang beralamat di Blok Cicadas Rt 09 / Rw 20 Desa Dangdeur Kecamatan Subang Kabupaten Subang, tempat penelitian ini sendiri dilakukan di kediaman beliau. Karena Lingkung Seni Tresna Wangi melakukan latihan rutin setiap persiapan pertunjukan pun dilakukan disini, yang secara kebetulan kediaman Bapak Amo Darmo bersebelahan dengan lapangan sepak bola. Kemudian lokasi berikutnya adalah di Lingkung Seni Pusaka Wangi yang beralamat di Dusun Pasung Rt 01 / Rw 01 Desa Karang Hegar Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang, sama halnya dengan Lingkung Seni Tresna Wangi maka penelitian di Lingkung Seni Pusaka Wangi pun dilakukan dikediaman Bapak Asep Aca selaku pimpinan dari Lingkung Seni Pusaka Wangi yang merupakan tempat latihan bagi Lingkung Seni Pusaka Wangi.

B. Metode Penelitian

Secara etimologi, metode penelitian artinya adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan. Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa : Metodologi Penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta menganalisis dan menyimpulkan data-data, sehingga dapat dipergunakan untuk menentukan, mengembangkan dan menguji kebenaran sesuatu pengetahuan berdasarkan bimbingan Tuhan.


(14)

Pada penelitian ini, metode yang digunakan disesuaikan dengan sifat dan kenyataan masalah serta tujuan penelitian, sehingga penelitian ini dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Peneliti mengambil salah satu metode yang dipilih dan dianggap sesuai dengan penelitian ini, yaitu metode kualitatif. Hal ini didukung oleh pernyataan Nasution bahwa :

penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, disebut kualitatif karena sifat dan data bercorak kualitatif bukan kuantitatif karena situasi dilapangan bersifat “natural” atau wajar sebagaimana adanya, tidak dimanipulasi, tidak diatur dengan eksperiment atau test.(1988:18)

Hal senada juga di ungkapkan oleh Sugiyono yang mengemukakan bahwa :

Metode kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpatisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.(2009:22)

Mengacu pada ungkapan Nasution yang diperkuat oleh Sugiyono, dan karena data-data penelitian bersifat deskriptif yang berupa kata-kata atau lisan dari para informan dilapangan, maka penelitian ini lebih tepat dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis.

Alasan lain tentang penggunaan metode tersebut diatas, karena penelitian ini lebih bersifat naturalistik dan bukan merupakan hasil-hasil manipulasi atau eksperimen. Diharapkan penggunaan metode ini akan menghasilkan penelitian yang berkualitas dengan akurasi data yang lebih baik.

C. Definisi Operasional

Studi Komparasi Struktur Pertunjukan

Merupakan perbandingan perbedaan dan persamaan dalam penyajian pertunjukan sisingaan dari kedua lingkung seni


(15)

Lingkung Seni Tresna Wangi

Merupakan kelompok seni atau padepokan seni sisingaan yang dipimpin oleh Bapak Amo Darmo

Lingkung Seni Pusaka Wangi

Merupakan kelompok seni atau padepokan seni sisingaan yang dipimpin oleh Bapak Asep Aca

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.

Observasi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah jenis observasi partisipasi, yaitu peneliti terjun secara langsung kedalam proses latihan ataupun pertunjukan yang dilakukan oleh Lingkung seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi, sehingga peneliti dapat dengan leluasa untuk mengikuti proses latihan secara menyeluruh dan mengetahui kompleksitas dari proses penggarapan sajian di Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi ini. Dengan menjadi observer partisipan maka data


(16)

yang dibutuhkan untuk penelitian ini dapat terserap dengan baik, sehingga penelitian ini diharapkan dapat tepat sasaran dan memiliki tingkat akurasi yang sangat maximal.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah kegiatan pengambilan informasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian ataupun para tokoh yang dianggap memiliki informasi penting untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini, dalam proses ini peneliti secara langsung mengajukan berbagai pertanyaan yang dianggap sangat penting untuk memberikan berbagai jawaban terhadap rumusan masalah penelitian.

Peneliti akan melakukan wawancara dengan pimpinan grup, koreografer, beberapa penari, dan nayaga. Jika diperlukan peneliti pun akan melakukan wawancara dengan beberapa seniman ataupun tokoh-tokoh kesenian sisingaan di Kabupaten Subang, sebagai sumber-sumber yang dianggap menunjang pada penelitian ini.

Sumber-sumber penelitian ini antara lain adalah : a. Bapak Amo Darmo

Bapak Amo Darmo adalah pimpinan Lingkung Seni Tresna Wangi, beliau merupakan leader dari Lingkung Seni ini. Menurut pendapat peneliti beliau merupakan sosok sentral bagi kelangsungan hidup Lingkung Seni ini, sehingga beliau dianggap sebagai nara sumber utama dari penelitian ini.

b. Bapak Asep Aca

Bapak Asep Aca adalah putra dari abah Datem sebagai pendiri lingkung seni Pusaka Wangi dan merupakan pimpinan dari lingkung seni ini. Sehingga beliau memiliki berbagai informasi penting yang dibutuhkan oleh peneliti dalam pengumpulan data, dan dianggap sebagai nara sumber utama dalam penelitian ini.


(17)

c. Bapak Yadi

Bapak Yadi adalah pemain tarompet dan penata gending dalam Lingkung Seni Tresna Wangi, sehingga oleh peneliti dianggap memiliki fungsi yang cukup vital dalam pertunjukan Lingkung Seni Tresna Wangi. Karena beliau merupakan arranger lagu yang digunakan dalam iringan tari sisingaan dalam pertunjukan Lingkung Seni Tresna wangi, selain itu beliau juga menguasai berbagai lagu yang digunakan dalam pertunjukan sisingaan di Lingkung Seni Tresna Wangi.

d. Bapak Agus

Bapak Agus merupakan peñata musik dalam Lingkung Seni Pusaka Wangi, beliau memiliki tugas untuk menyusun dan menata gending yang dibutuhkan dalam setiap pertunjukan sisingaan Lingkung Seni Pusaka Wangi. Dengan demikian peneliti memiliki pandangan bahwa beliau merupakan sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini, dan dapat memberikan informasi yang sangat berguna bagi penelitian ini.

e. Bapak Endang Jaya

Bapak Endang Jaya merupakan salah satu tokoh atau seniman sisingaan yang berdomisili di wilayah Pabuaran dan merupakan salah satu pegawai Disbudpora Kabupaten Subang, dengan posisi ini beliau dapat memberikan informasi yang berguna mengenai perkembangan pertunjukan sisingaan di Lingkung Seni Pusaka Wangi, Karena beliau menyaksikan langsung perkembangan yang terjadi di Lingkung Seni Pusaka Wangi ini.


(18)

f. Bapak Waway

Bapak Waway adalah salah satu tokoh seniman sisingaan yang berdomisili di Kecamatan Subang, beliau sangat mengetahui sejarah dan perkembangan kesenian sisingan yang ada di Kabupaten Subang. Sehingga peneliti beranggapan bahwa beliau memiliki kemampuan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

3. Study Dokumentasi

Dokumentasi yang akan dijadikan bahan penelitian ini adalah rekaman video dan foto baik pada saat latihan maupun pada saat pementasan. Hal ini dilakukan karena dengan pengumpulan data yang dilakukan dalam waktu yang lama maka data yang terkumpul akan sangat banyak, sehingga untuk mengindari data yang terlewat dan hilang saat poses analisis maka data yang dihasilkan harus diinventarisir dan disimpan kedalam berbagai bentuk penyimpanan data. Sehingga saat data yang ada dibutuhkan untuk kepentingan penyusunan hasil penelitian maka peneliti dengan mudah bisa mengambil data tersebut. Selain itu sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, video, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, rekaman, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain. Dengan demikian penelitian ini terjamin akurasi datanya, terhindar dari kesalahan data, dan dapat memiliki bukti yang kuat terhadap keaslian data penelitiannya.


(19)

Dari sekian banyak permasalahan yang ada, beberapa diantaranya menjadi bahan reverensi bagi pemetaan permasalahan yang terdapat dalam sisingaan. Diantaranya : Mas Nanu Munajar (1986) yang mengangkat permasalahan tentang Tinjauan Deskriptif Pertunjukan Sisingaan di Desa Tambak Mekar Kacamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang (pola penyajian kesenian sisingaan), Rohaendi (1997) tentang Kesenian Sisingaan (suatu kajian deskirptif dalam upaya bahan pengajaran kesenian daerah untuk mengisi kurikulum muatan local pendidikan dasar SMP tahun 1994 di Kabupaten Subang), Supartini Permata (2004) tentang Kesenian Singa Depok Puspa Kencana di Desa Sukamanah Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung, Rini Suciawati (2007) tentang Sisingaan Wanita "Lingkung Seni Setia Wargi 6” di Desa Tambakan Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang.

E. Analisis Data

Pendekatan ini menggunakan pendekatan analisis data yang dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data, data yang dihimpun sebanyak mungkin secara global atau menyeluruh, dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian dan kemudian dilakukan sebuah perbandingan atau study komparasi terhadap kedua data yang sudah terkumpul untuk mengetahui persamaan dan perbedaan struktur pertunjukan yang di lakukan oleh Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka wangi. Selain itu proses analisis data ini merupakan proses pemilahan data yang dibutuhkan oleh peneliti, sehingga data yang disampaikan merupakan data yang benar-benar akurat sebagai jawaban dari rumusan masalah penelitian. Selain itu hal ini juga dimaksudkan agar data yang diambil


(20)

tidak tercampur dengan data-data lain dan mengerucut serta merujuk pada data-data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.


(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Menurut hasil pengolahan data tentang study komparasi struktur pertunjukan sisingaan Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi Kabupaten Subang, peneliti menemukan beberapa hal yang bias dijadikan kesimpulan. Selain itu, juga saran-saran penting yang akan bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Pertunjukan sisingaan di Kabupaten Subang pada saat ini sudah mengalami beberapa perubahan dan perkembangan, semua ini terjadi karena adanya pengaruh kesenian-kesenian yang sejenis dengan media yang lain seperti halnya kesenian burok dari Kabupaten Indramayu seperti dalam unsure bentuk boneka yang diusung, iringan music dan kostum yang dipergunakan.

Bentuk seni pertunjukan sisingaan telah banyak mengalami berbagai perubahan baik dari segi bentuk boneka singa, instrument yang digunakan oleh kedua Lingkung Seni yang telah diamati oleh peneliti, dari segi busana yang digunakan untuk pentas dan lagu yang dipergunakan dalam pertunjukan Dalam segi struktur pertunjukan dari kedua Lingkung seni ada beberapa perbedaan yaitu dari awal dimulainya pertunjukan sisingaan, pertunjukan helaran, penutup dalam pertunjukan dan jugal agu-lagu yang disajikan oleh kedua Lingkung Seni yang telah diteliti


(22)

Perubahan dan perkembangan pada kesenian sisingaan terjadi hampir di seluruh wilayah Kabupaten Subang terutama wilayah utara, namun demikian masih ada Lingkung Seni Sisingaan yang secara konsisten mempertahankan bentuk pertunjukan yang sesuai dengan bentuk pertunjukan sisingaan buhun sehingga Lingkung Seni inipun masih tetap memiliki daya tarik karena terlihat berbeda dengan Lingkung Seni Sisingaan yang lain.

B. Rekomendasi

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka peneliti dalam hal ini menyarankan kepada Lingkung Seni Tresna Wangi untuk tetap mempertahankan bentuk pertunjukan sisingaan buhun sebagai identitas khas kesenian sisingaan Kabupaten Subang, dan kepada Lingkung Seni Pusaka Wangi untuk lebih berkreasi mengembangkan bentuk pertunjukan yang ada tetapi tidak meninggalkan bentuk asli dari sisingaan Kabupaten Subang sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi keragaman bagi kesenian sisingaan di Kabupaten Subang.


(23)

74

Mela Sri wahyuni, 2012

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.Chaedar. (2000). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya Anton, M.Mulyono, dkk. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Asdi, Armin AHS. (2001). Sisingaan Kesenian Rakyat Subang. Subang: Pemerintah Kabupaten Subang

Hendarsah, Drs. M. Khadar, dkk. (2008). Ragam Budaya Kabupaten Subang (Pendokumentasian Seni dan Budaya). Subang: Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Subang

Kurnia, Ganjar. (2003). Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat.

Prihartini, Noni Sri. (2010). Genjring Bonyok Dalam Penyajian Kesenian Sisingaan Lingkung Seni Setia Wargi 1 di Desa Tambak Mekar Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Skripsi Jurusan Seni Musik Bandung: Tidak di terbitkan.

Soedarsono, R.M. (1998). Seni Pertunjukan di Era Globalisasi. Jakarta: Pustaka Karya Soepandi, Atik et all. (1994). Ragam Cipta. Bandung: CV. Sampurna

Sulastianto, Harry dkk. (2006). Seni dan Budaya. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama

Permata, Supartini. (2004). Kesenian Singa Depok Puspa Kencana Di Desa Sukamanah Kecamatan Majalaya. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari Bandung: Tidak diterbitkan Suciawati, Rini. (2007). Sisingaan Wanita “Lingkung Seni Setiawargi 6” Di Desa Tambakan

Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari: Tidak Diterbitkan

Darmo, Amo. (2012, 10 Agustus). Wawancara Aca, Asep. (2012, 24 September). Wawancara Waway. (2012,28 Agustus). Wawancara


(1)

Mela Sri wahyuni, 2012

Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkungan Seni Tresna Wangi dan Lingkungan Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

f. Bapak Waway

Bapak Waway adalah salah satu tokoh seniman sisingaan yang berdomisili di Kecamatan Subang, beliau sangat mengetahui sejarah dan perkembangan kesenian sisingan yang ada di Kabupaten Subang. Sehingga peneliti beranggapan bahwa beliau memiliki kemampuan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

3. Study Dokumentasi

Dokumentasi yang akan dijadikan bahan penelitian ini adalah rekaman video dan foto baik pada saat latihan maupun pada saat pementasan. Hal ini dilakukan karena dengan pengumpulan data yang dilakukan dalam waktu yang lama maka data yang terkumpul akan sangat banyak, sehingga untuk mengindari data yang terlewat dan hilang saat poses analisis maka data yang dihasilkan harus diinventarisir dan disimpan kedalam berbagai bentuk penyimpanan data. Sehingga saat data yang ada dibutuhkan untuk kepentingan penyusunan hasil penelitian maka peneliti dengan mudah bisa mengambil data tersebut. Selain itu sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, video, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, rekaman, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain. Dengan demikian penelitian ini terjamin akurasi datanya, terhindar dari kesalahan data, dan dapat memiliki bukti yang kuat terhadap keaslian data penelitiannya.


(2)

Mela Sri wahyuni, 2012

Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkungan Seni Tresna Wangi dan Lingkungan Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari sekian banyak permasalahan yang ada, beberapa diantaranya menjadi bahan reverensi bagi pemetaan permasalahan yang terdapat dalam sisingaan. Diantaranya : Mas Nanu Munajar (1986) yang mengangkat permasalahan tentang Tinjauan Deskriptif Pertunjukan Sisingaan di Desa Tambak Mekar Kacamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang (pola penyajian kesenian sisingaan), Rohaendi (1997) tentang Kesenian Sisingaan (suatu kajian deskirptif dalam upaya bahan pengajaran kesenian daerah untuk mengisi kurikulum muatan local pendidikan dasar SMP tahun 1994 di Kabupaten Subang), Supartini Permata (2004) tentang Kesenian Singa Depok Puspa Kencana di Desa Sukamanah Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung, Rini Suciawati (2007) tentang Sisingaan Wanita "Lingkung Seni Setia Wargi 6” di Desa Tambakan Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang.

E. Analisis Data

Pendekatan ini menggunakan pendekatan analisis data yang dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data, data yang dihimpun sebanyak mungkin secara global atau menyeluruh, dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian dan kemudian dilakukan sebuah perbandingan atau study komparasi terhadap kedua data yang sudah terkumpul untuk mengetahui persamaan dan perbedaan struktur pertunjukan yang di lakukan oleh Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka wangi. Selain itu proses analisis data ini merupakan proses pemilahan data yang dibutuhkan oleh peneliti, sehingga data yang disampaikan merupakan data yang benar-benar akurat sebagai jawaban dari rumusan masalah penelitian. Selain itu hal ini juga dimaksudkan agar data yang diambil


(3)

Mela Sri wahyuni, 2012

Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkungan Seni Tresna Wangi dan Lingkungan Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tidak tercampur dengan data-data lain dan mengerucut serta merujuk pada data-data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.


(4)

Mela Sri wahyuni, 2012

Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkungan Seni Tresna Wangi dan Lingkungan Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Menurut hasil pengolahan data tentang study komparasi struktur pertunjukan sisingaan Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi Kabupaten Subang, peneliti menemukan beberapa hal yang bias dijadikan kesimpulan. Selain itu, juga saran-saran penting yang akan bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Pertunjukan sisingaan di Kabupaten Subang pada saat ini sudah mengalami beberapa perubahan dan perkembangan, semua ini terjadi karena adanya pengaruh kesenian-kesenian yang sejenis dengan media yang lain seperti halnya kesenian burok dari Kabupaten Indramayu seperti dalam unsure bentuk boneka yang diusung, iringan music dan kostum yang dipergunakan.

Bentuk seni pertunjukan sisingaan telah banyak mengalami berbagai perubahan baik dari segi bentuk boneka singa, instrument yang digunakan oleh kedua Lingkung Seni yang telah diamati oleh peneliti, dari segi busana yang digunakan untuk pentas dan lagu yang dipergunakan dalam pertunjukan Dalam segi struktur pertunjukan dari kedua Lingkung seni ada beberapa perbedaan yaitu dari awal dimulainya pertunjukan sisingaan, pertunjukan helaran, penutup dalam pertunjukan dan jugal agu-lagu yang disajikan oleh kedua Lingkung Seni yang telah diteliti


(5)

Mela Sri wahyuni, 2012

Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkungan Seni Tresna Wangi dan Lingkungan Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Perubahan dan perkembangan pada kesenian sisingaan terjadi hampir di seluruh wilayah Kabupaten Subang terutama wilayah utara, namun demikian masih ada Lingkung Seni Sisingaan yang secara konsisten mempertahankan bentuk pertunjukan yang sesuai dengan bentuk pertunjukan sisingaan buhun sehingga Lingkung Seni inipun masih tetap memiliki daya tarik karena terlihat berbeda dengan Lingkung Seni Sisingaan yang lain.

B. Rekomendasi

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka peneliti dalam hal ini menyarankan kepada Lingkung Seni Tresna Wangi untuk tetap mempertahankan bentuk pertunjukan sisingaan buhun sebagai identitas khas kesenian sisingaan Kabupaten Subang, dan kepada Lingkung Seni Pusaka Wangi untuk lebih berkreasi mengembangkan bentuk pertunjukan yang ada tetapi tidak meninggalkan bentuk asli dari sisingaan Kabupaten Subang sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi keragaman bagi kesenian sisingaan di Kabupaten Subang.


(6)

74

Mela Sri wahyuni, 2012

Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkungan Seni Tresna Wangi dan Lingkungan Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.Chaedar. (2000). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya Anton, M.Mulyono, dkk. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Asdi, Armin AHS. (2001). Sisingaan Kesenian Rakyat Subang. Subang: Pemerintah Kabupaten Subang

Hendarsah, Drs. M. Khadar, dkk. (2008). Ragam Budaya Kabupaten Subang (Pendokumentasian Seni dan Budaya). Subang: Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Subang

Kurnia, Ganjar. (2003). Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat.

Prihartini, Noni Sri. (2010). Genjring Bonyok Dalam Penyajian Kesenian Sisingaan Lingkung Seni Setia Wargi 1 di Desa Tambak Mekar Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Skripsi Jurusan Seni Musik Bandung: Tidak di terbitkan.

Soedarsono, R.M. (1998). Seni Pertunjukan di Era Globalisasi. Jakarta: Pustaka Karya Soepandi, Atik et all. (1994). Ragam Cipta. Bandung: CV. Sampurna

Sulastianto, Harry dkk. (2006). Seni dan Budaya. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama

Permata, Supartini. (2004). Kesenian Singa Depok Puspa Kencana Di Desa Sukamanah Kecamatan Majalaya. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari Bandung: Tidak diterbitkan Suciawati, Rini. (2007). Sisingaan Wanita “Lingkung Seni Setiawargi 6” Di Desa Tambakan

Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari: Tidak Diterbitkan

Darmo, Amo. (2012, 10 Agustus). Wawancara Aca, Asep. (2012, 24 September). Wawancara Waway. (2012,28 Agustus). Wawancara