PELATIHAN BERBASIS EKSPERIENTIAL LEARNING SEBAGAI PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA PELATIHAN:Studi Deskriptif Pada Program Pesantren Alam yang Diselenggarakan oleh ELTAPS Training & Consulting.

(1)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ...v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... D. Pertanyaan Penelitian ... E. Defenisi Operasional ... F. Tujuan Penelitian ... G. Manfaat Penelitian ... H. Kerangka Pemikiran ... 1 6 8 8 9 10 11 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan dan Pelatihan ... B. Manajemen Program Pelatihan ... C. Model Pelatihan ... D. Eksperienial Learning ... E. Karakter ... 14 26 31 41 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 57


(2)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

ii D. Sabjek Penelitian ... E. Analisis Data ... F. Langkah - langkah penelitian ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum ... B. Perencanaan Pelatihan Berbasis eksperiential learning sebagai Proses

Pembentukan Karakter Peserta Program Salam ... C. Pelaksanaan Pelatihan Berbasis eksperiential learning sebagai Proses

Pembentukan Karakter Peserta Program Salam ... D. Evaluasi Pelatihan Berbasis eksperiential learning sebagai Proses

Pembentukan Karakter Peserta Program Salam ... E. Proses Pembentukan Karakter Pada Pelatihan Berbasis eksperiential

learning sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Program Salam ...

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

64 65 68

72

89

104

121

122 124

146 148 DAFTAR PUSTAKA


(3)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

iii

2.1 Karakter Dasar Pendidikan Karakter ... 54

3.1 Aktivitas Penelitian ... 61

4.1 Materi Kegiatan Pesantren Alam (Salam) ... 88

4.2 Konten Program Pesantren Alam (Salam) ... 89

4.3 Jadwal Kegiatan Pesantren Alam (Salam) Al – Azhar SMP TA 2011-2012 ... 91


(4)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

iv

2.1 Prosedur Komponen Program Pelatihan ... 26

2.2 Bagan Relasi Antara Eksperiential Learning dengan Aspek Pembelajaran ... 46

2.3 Lewinian Eksperiential Learning Model ... 47

2.4 Kolb’s Eksperiential Learning Cycle ... 48

2.5 Keterkaitan antara Komponen Moral dalam Pembentukan Karakter Likona ... 53

4.1 Pengelolaan Pelatihan ... 126

4.2 Siklus Eksperiential Learning ... 129


(5)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya dan bangsa yang besar, hal ini karena ditunjang dengan kekayaan sumber daya alam dan sumberdaya manusianya yang tersebar di 33 provinsinya. Oleh karena itu Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi bangsa yang maju, makmur, adil, berdaulat dan bermartabat, sebagaimana yang dicita-citakan oleh setiap bangsa di dunia ini. Untuk mewujudkan hal tersebut maka dibutuhkan sumber daya yang mampu mengolah aset tersebut, baik sumber daya alam maupun sumberdaya manusianya agar bisa menjadi jalan kesuksesan mewujudkan bangsa yang diidamkan tersebut. Kriteria atau karakter sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mencapai hal tersebut sudah sangat jelas tertera dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional yaitu “....manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”. Karakter sumberdaya yang diutarakan dalam UU no 20

tahun 2003 tersebut dapat dibentuk melalui pendidikan yang dilakukan sepanjang hayat, baik melalui jalur pendidikan formal, informal dan non formal, yang saling berkolaborasi dalam membentuk sumber daya manusia yang patut untuk mewujudkan bangsa yang adil, makmur dan sejahtera.


(6)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Singkatnya Kesuma (2011:8) menegaskan bahwa “tujuan pendidikan Nasional mengarah pada pengembangan berbagai karakter manusia Indonesia, walaupun dalam penyelenggaraannya masih jauh dari apa yang dimaksudkan dalam UU, dan seharusnya pendidikan nasional merupakan pendidikan karakter

bukan hanya pendidikan akademik semata”.

Melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, sumberdaya manusia yang diharapakan memang belum tercapai secara maksimal, karena dimana-mana masih ditemukan berbagai persoalan didalam bangsa Indonesia itu sendiri, seperti data yang di sajikan oleh Kesuma (2010:2-3) mengenai data hasil survey seks bebas dikalangan remaja di Indonesia menunjukan 63% remaja Indonesia melakukan seks bebas, hal ini juga di benarkan oleh Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, M Masri Muadz, yang menyatakan bahwa data tersebut diperoleh dari hasil survey oleh lembaga survey yang mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2008. Sedangkan remaja korban narkoba di Indonesia adalah 1,1 juta orang atau 3,9% dari total jumlah korban. Selanjutnya berdasarkan data Pusat Pengendalian Gangguan Sosial DKI Jakarta, pelajar SD, SLTP dan SLTP yang telibat tawuran mencapai 0,08 % atau sekitar 1.318 siswa dari total 1.647.835 siswa di DKI Jakarta, dan bahkan 26 siswa diantaranya meninggal. Inilah kondisi remaja Indonesia berdasarkan hasil survey, tentunya tidak tertutup kemungkinan kasus – kasus terselubung lainnya.

Indikator yang menunjukkan terjadinya dekadensi moral, tidak saja di kalangan remaja dan anak-anak, orang-orang dewasapun mengalami hal ini.


(7)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Dalam situasi formal, tata krama masih melekat dalam berbagai kegiatan dan perilaku, namun pada situasi tertentu, kondisi yang tadinya tenang dan damai, tiba-tiba berubah menjadi brutal. Salah satunya adalah tindakan anarkis yang merupakan hal yang sudah tidak asing lagi terjadi di negara ini, orang dewasapun tidak luput dari kasus keanarkisan, sebagaimana kasus tajung priok yang sempat menggemparkan negara ini, karena kisruh yang terjadi antara pihak pemerintah yang kononnya penegak ketertiban negara dengan masyarakat. Selain itu, yang tidak pernah habisnya dibicarakan diberbagai media tentang korupsi yang sangat susah diberantas dinegeri ini. Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia Tahun 2009 meningkat 0,2%, dari 2,6% pada tahun 2008 menjadi 2,8 ditahun 2009, dengan skor ini, peringkat Indonesia dalam hal korupsi mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni berada diperingkat 111 dari 180 negara (15 posisi dari tahun lalu) yang disurvey IPK-nya oleh Transparancey

International (IT).

Kondisi diatas tentu tidak bisa dibiarkan saja dan harus menjadi perhatian bagi setiap pihak yang mengingginkan kemajuan bangsa ini dalam mencapai tujuan pembangunan bangsa, terutama apabila menilik pendapat Thomas Lickona:

“bahwa terdapat sepuluh tanda perilaku manusia yang menunjukan arah kehancuran suatu bangsa, yaitu: meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, ketidak jujuran yang membudaya, semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru dan figur pemimpin, pengaruh peer group terhadap tindak kekerasan, meningkatnya kecurigaan dan kebencian, penggunaan bahasa yang buruk, penurunan etos kerja, menurunya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, meningkatnya perilaku


(8)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Berbagai pihak menanggapi fenomena diatas, kritikan terhadap sistem pendidikan dan pembelajaranpun dilayangkan. Pendidikan yang dijalani terlalu menonjolkan kognisi dan minus kecerdasan emosional dan moral. Hal ini terlihat pada standarisasi kelulusan siswa ketika mengikuti pendidikan disekolah, siswa dinyatakan telah menyelesaikan pendidikan apabila sudah memenuhi standar kelulusan pada setiap mata pelajaran yang telah ditetapkan, tanpa memperhatiakan aspek moral para lulusan, dan mata pelajaran pendidikan agama serta pendidikan kewarganegaraan tidak termasuk dalam kualifikasi mata pelajaran yang dinilai sebagai standar kelulusan.

Pendidikan karakter merupakan suatu keharusan dalam dunia pendidikan di negara ini, baik itu dilingkungan pendidikan formal, non formal dan bahkan informal.

Melihat kondisi tersebut, Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar sebagai pihak penyelenggara pendidikan formal dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Tingkat Atas (SMA) mencoba memperbaiki sistem pendidikan dengan melakukan kerjasama dengan lembaga ELTAPS (Experiential Learning Through

Adventure ProgramS) Training and Consulting melalui program Pesantren Alam

yang selanjutnya disingkat dengan SALAM.

Program SALAM merupakan salah satu bentuk pendidikan karakter dalam rangka pembentukan karakter yang dilaksanakan melalui kegiatan pelatihan yang diselenggarakan selama tiga hari. Peserta dilatih kedisiplinan, kemandirian, kepemimpinan dan kerjasama tim. Program ini memadukan unsur alam dan lingkungan sosial yang mampu menstimulasi secara alami respon perilaku dan


(9)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

aspek fisik, mental, emosional dan spiritual secara simultan sebagaimana manusia sehari-hari hidup secara alami sehingga diperoleh nilai pembelajaran yang alami. Metodologi pelatihan yang digunakan dalam kegiatan pelatihan yaitu Experiential

Learning through Adventure ProgramS (disingkat Eltaps) yang merupakan

perpaduan experiential learning dan adventure program. Metode ELTAPS memberikan kesempatan peserta mempraktekkan secara langsung materi pelatihan sehingga peserta mendapatkan pengalaman dari materi, bukan hanya sekadar teori. Materi tersebut adalah pengalaman nyata dari kehidupan sehari-hari yang di

setting sesuai tujuan pelatihan dan disubstitusi menjadi aktivitas seperti

permainan, simulasi, maupun outbound. Dalam kegiatan pelatihan peserta akan dilatih kedisiplinan, kemandirian, kepemimpinan dan kerjasama tim. Program ini memadukan unsur alam dan lingkungan sosial yang mampu menstimulasi secara alami respon perilaku dan aspek fisik, mental, emosional dan spiritual secara simultan sebagaimana manusia sehari-hari hidup secara alami sehingga diperoleh nilai pembelajaran yang alami.

Pendekatan ini diharapkan mampu membentuk generasi muda yang unggul secara fisik ( Physical Quotient: PQ ), mental ( Intelectual Question: IQ), emosi ( Emotional Question: EQ) dan spiritual ( Spiritual Question: SQ). Peserta juga akan dilatih tiga kompetensi dasar yang sangat berperan penting dalam pembentukan akhlak mulia, yakni: kreativitas, adaptabilitas dan visioner. Aktivitas yang dilakukan berupa pembiasaan shalat berjamaah, mentoring, talk

show, outbond, kegiatan sosial, dan kedisiplinan 3TBR (Tertib, Teratur, Tepat


(10)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Materi dalam program Salam dibagi menjadi tiga, yaitu klasikal (individu), kelompok, dan outdoor. Materi klasikal terbagi menjadi talkshow, penyelenggaraan jenazah, serta muhasabah. Sedangkan kegiatan belajar kelompok terdiri dari mentoring, review, dan diskusi. Kegiatan selanjutnya yaitu outting, terdiri dari journey dan hiking.

Pelaksanaan program ini bisa dikatakan berhasil dalam mencapai tujuannya, terlihat dari waktu jalinan kerjasama yang telah dijalin oleh Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar dengan pihak ELTAPS, yang pada tahun ini (2012) kurang lebih sudah terhitung delapan tahun. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyowati (2010) melalui penelitian yang telah dilakukan, beliau menyimpulkan bahwa program salam sudah baik dalam pembentukan akhlak peserta. Kondisi inilah yang menjadi latar belakang pentingnya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang program pelatihan berbasis experiential learning sebagai salah satu sarana pembentukkan karakter.

B. Identifikasi Masalah

Pada pendidikan karakter, peserta didik haruslah diberi kesempatan untuk dapat mempraktekkan semua nilai-nilai yang telah mereka peroleh melalui kegiatan pembelajaran. Prinsipnya, dalam pendidikan karakter tidak cukup hanya dengan teori saja, namun juga dibutuhkan aplikasi agar nilai-nilai tersebut bisa menjadi karakter dalam diri peserta didik. Namun kondisi pendidikan saat ini, hanya mengutamakan aspek kognisi dan jauh dari capaian moral yang nantinya bermuara pada karakter yang baik. Dengan demikian, perlu adanya kegiatan pendidikan yang dapat menfasilitasi pengembangan karakter dengan pelaksanaan


(11)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

yang baik dan sesuai dengan kebutuhan peserta, efektif dan efesien serta menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang tepat sehingga dapat menumbuhkan karakter-karakter yang baik dalam diri peserta didik yang didukung dengan sarana dan prasaranayang memadai.

Eltaps bekerjasama dengan Yayasan Pendidikan Islam Al- Azhar, mengadakan dan menyelenggarakan program pengembangan karakter dalam bentuk pelatihan yang dinamakan Pesantren Alam atau SALAM, Metodologi pelatihan yang digunakan dalam kegiatan pesantren alam (SALAM) adalah gabungan antara eksperiential learning dan Adventure di alam terbuka, memberikan kesempatan kepada peserta untuk mendapatkan pengalaman dari materi yang telah mereka peroleh. Melalui kegiatan pelatihan yang diselenggarakan peserta dilatih dan dibiasakan untuk disiplin, mandiri, memiliki jiwa kepemimpinan dan memiliki kemampuan untuk berkerjasama dalam sebuah tim. Karena prinsip dari penyelenggaraan pendidikan karakter dinyatakan berhasil apabila peserta didik telah menunjukan habit atau kebiasaan berperilaku baik.

Namun hingga saat ini, belum ada laporan penelitian yang memberikan gambaran tentang pelaksanaan manajemen program pelatihan yang diselenggarakan oleh ELTAPS melalui SALAM, terkait dengan perencanaan program, pelaksanaan dan evaluasi program dari SALAM. Sehubungan dengan itu perlu dikaji bagaimana penyelenggaraan program SALAM, baik pada aspek perencanaan, pelaksanaan hingga aspek evaluasi program sebagai salah satu bentuk pendidikan dalam rangka pembentukan karakter peserta SALAM.


(12)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimulai dengan deskripsi pelatihan Pesantren Alam (SALAM), yang dilanjutkan dengan bagaimana pelaksanaan analisis kebutuhan program yang dilanjutkan dengan penyusunan program pembelajaran pada program pelatihan berbasis eksperiential learning sebagai proses pembentukan karakter, penyelenggaraan program dan pendidikan karakter melalui pelatihan berbasis eksperiential learning pada program Salam yang diselenggarakan oleh Eltaps. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah pelaksanaan program pelatihan berbasis

eksperiential learningmelalui kegiatan pesantren alam (SALAM) sebagai proses pembentukan karakter peserta pelatihan”

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah gambaran program Pesantren Alam (SALAM) yang diselenggarakan oleh ELTAPS Consultant Training?

2. Bagaimanakah proses perencanaan pelatihan berbasis experiential learning sebagai proses pembentukan karakter melalui program SALAM ?

3. Bagaimanakah proses pelaksanaan pelatihan berbasis experiential learning sebagai proses pembentukan karakter melalui program SALAM ?

4. Bagaimanakah proses evaluasi pelatihan berbasis experiential learning sebagai proses pembentukan karakter melalui program SALAM ?

5. Aspek pendidikan karakter apa saja yang terdapat pada pelatihan berbasis

experiential learning sebagai proses pembentukan karakter melalui program


(13)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

E. Defenisi Operasional 1. Pelatihan

Pelatihan merupakan suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja, terorganisir dan sistematis diluar sistem pendidikan persekolahan dalam rangaka memberikan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu kepada peserta didikdalam jangka waktu yang relatif singkat. 2. Pesantren Alam (SALAM)

Pesantren Alam yang disingkat dengan Salam merupakan program pelatihan yang selenggarakan atas kerjasama antara Yayasan Pendidikan Islam Al-azhar dengan lembaga ELTAPS (Experiential Learning Through Adventure

ProgramS) Training and Consultinguntuk siswa Yayasan Pendidikan Islam

Al-Azhar mulai dari tingkat SD (Sekolah Dasar) kelas lima, SMP (Sekolah Tingkat Pertama) kelas delapan dan SMA (Sekolah Tingkat Atas) kelas sebelas selama tiga hari.

3. Eksperiential Learning

Experiential learning menurut Association for Experiential Education (AEE), experiential learning merupakan falsafah dan metodologi dimana pendidik terlibat langsung dalam memotivasi peserta didik dan refleksi difokuskan untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan sikap peserta didik. Experiential learning mendorong siswa dalam aktivitasnya untuk berpikir lebih banyak, mengeksplor,bertanya, membuat keputusan, dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari, sehingga mereka memperoleh pembelajaran melalui pengalaman pendidikan yang telah mereka lakukan.


(14)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Experiential learning merupakan kegiatan pembelajaran dengan 4 siklus

kegiatan pembelajaran yaitu; concrete experiance, reflective observation,

abstrak conceptualisation, active eksperimental.

4. Karakter

Karakter dapat dimaknai sebagai kehidupan yang berperilaku baik terhadap diri sendiri dan terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia dan alam semesta). Pembentukan karakter terjadi melalui pendidikan, pendidikan dalam rangka pembentukan karakter dinamakan pendidikan karakter, pendidikan karakter merupakan sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadan seseorang sehingga menjadi suatu perilaku kehidupan individu tersebut.

5. Pendidikan karakter

Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan pendidikan untuk membantu peserta didik supaya peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai dan etika. Dalam hal ini, peserta didik bisa menilai mana yang benar, sangat mempedulikan kebenaran, melakukan kebenaran walaupun ada tekanan dari luar atau godaan dari dalam dirinya sendiri.

F. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pelatihan berbasis eksperiential learning sebagai proses pembentukan karakter peserta Pesantren Alam (Salam) yang diselenggarakan oleh ELTAPS


(15)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh gambaran umum program Pesantren Alam (Salam) yang diselenggarakan oleh ELTAPS Consultan trainning

b. Memperoleh gambaran proses perencanaan pelatihan berbasis

experiential learning sebagai proses pembentukan karakter melalui

program SALAM ?

c. Memperoleh gambaran proses penyelenggaraan program pelatihan berbasis experiential learning sebagai proses pembentukan karakter melalui program SALAM

d. Memperoleh gambaran evaluasi program pelatihan berbasis experiential

learning sebagai proses pembentukan karakter melalui program SALAM

e. Mengetahui aspek dan unsur pendidikan karakter pada program pelatihan berbasis experiential learning melalui program SALAM?

G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis, Menambah khasanah ilmu mengenai model pelatihan partisipatif berbasis experience learning dalam pengembangan karakter 2. Manfaat praktis, Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi pihak

PT. ELTAPS Training and Consulting sebagai pertimbangan untuk penyusunan program pelatihan selanjutnya.

H. Kerangka Pemikiran

Kegiatan pelatihan SALAM, merupakan kerjasama antara pihak YPAI Al-Azhar yang memasukan program kedalam kurikulum pembelajaran sekolah dengan pihak penyelenggara yaitu ELTAPS Training & Consulting. Dimana,


(16)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

siswa-siswi Al-Azharlah yang menjadi Input dari progam ini, penyelenggaraannya sepenuhnya diserahkan oleh pihak sekolah kepada pihak ELTAPS, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga tahap evaluasi proses dan program pelatihan SALAM. Dalam penyelenggaraan pembelajaran pada kegiatan pelatihan ini, pihak ELTAPS menjadikan eksperiance sebagai basis kegiatan, yang dikenal dengan istialah eksperiential learning, yang dilakukan dalam setaiap tahap pembelajaran, baik didalam ruangan ataupun kegiatan diluar ruangan. Berdasarkan hal tersebut, kerangka pemikiran dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut :


(17)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Raw Input

Siswa-siswa YPI Al-Azhar terhadap pendidikan pada

aspek pembentuk dan atau pengembangan karakter 3.Krisis SDM yang

berkarakter untuk membangun bangsa kearah bangsa yang bermartabat

Proses Pelaksanaan pelatihan berbasis

Eksperiential Learningsebagai proses pembentukan karakter padapada kegiatan Salam :

- Concrete Experience

- Reflecting Observation

- Abstract Conceptualisation

- Active experimentation

Environmental Input :

Pihak yayasan YPA Al-Azhar, Pihak Guru, Orang Tua, kondisi alam

Instrumental Input :

Pelatih, kurikulum, bahan pelatihan, sarana prasarana pelatihan, metode dan teknik pelatihan, alat evaluasi

Output

Perubahan sikap peserta Program Salam yang sesuai dengan pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai yang telah diperoleh yang mencerminkan sumberdaya manusia yang memiliki karakter yang baik

Environmental Input :

Pihak yayasan YPA Al-Azhar, Pihak Guru, Orang Tua, kondisi alam


(18)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu


(19)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara sistematis, berdasarkan fakta atau prinsip-prinsip tertentu sebagai suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Pada hakekatnya Moleong (2001) menyatakan bahwa penelitian merupakan suatu upaya menemukan kebenaran. Untuk melakukan suatu penelitian maka dibutuhkan sebuah pendekatan atau meode, dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kulaitatif. Metode kulaitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositvisme, digunakan untuk meneliti kkondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai insrtumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.

Bogdan dan Biklen (1982) dalam Sugiyono (2010: 21) menyelaskan beberapa karakteristik penelitian dengan pendekatan kualitatif, antara lain sebagai berikut :

(a). Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and researcher is the key instrument, (b) Qualitative research is descriptive. The data collected is in the from the words of picture rather than number, (c) Qualitaive research are concerned with process rather than simplywith outcomes or products, (d) Qualitative research than to analyze their data inductively, (e) “Meaning” is of essential to the qualitative approach.


(20)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dikemukakan di sini bahwa penelitian kualitatif :

a. Dilakukan pada kondisi alamiah, langsung kesumber data dan peneliti adalah instrumen kunci

b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar sehingga tidak menekankan pada angka c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk

atau outcome

d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif

e. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna (data dibalik kondisi yang diamati).

Selanjutnya Erikson masih dalam Sugiono menyatakan bahwa ciri-ciri peneliian kualitatif adalah sebagai berikut :

(a).intensive, long term participation in field setting, (b) careful recording of what happens in the setting by writing field notes and interview notes by collecting other kinds of documentary evidence, (d) reporting the result by means of detailed descriptions, direct quotes from interview and interpretative commentary.

Berdasarkan uraian diatas, dikemukan bahwa metode penelitian kualitatif dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.

Penggunaan pendekatan atau metode kualitatif dalam penelitian ini didasari oleh beberapa alasan, pertama: penelitian yang fokus pada proses


(21)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

implementasi metode experiential learning pada pelatihan partisipatif dalam kegiatan Pesantren Alam (Salam) yang diselenggarakan oleh ELTAPS Consultan

and Training. Kegiatan pengamatan dilakukan mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi program Salam.

Kedua: informasi yang dikumpulkan melalui penelitian ini berusaha untuk

mengungkap kebermaknaan dari proses kegiatan Salam sebagai proses pembentukan karakter peserta. Dalam hal ini sangat tepat menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara studi kasus sebagaiman diutarakan oleh Stake(1995) dalam Creswell (2010: 20), kualitatif studi kasus merupakan strategi penelitian yang menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu.

B. Lokasi Penelitian dan waktu penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat diselenggarakannya program Salam, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program yang dilakukan di kantor operasional ELTAPS di Jalan Suka Haji, Geger Kalong Bandung, dan di gedung diklat Yayasan Pendidikan Islam Al-azhar Cigombong, Bogor, Jawa Barat.

Penentuan lokasi penelitian tersebut didasarkan data atau informasi yang hendak diperoleh, situasi dan konteks dipandang memenuhi kriteria yang dimaksudkan dan menjadi tujuan penelitian. Karena program salam merupakan kerjasama yang dilakukan oleh pihak ELTAPS dengan Yayasan Pendidikan Islam Al-azhar maka penyelenggaraan program Salam diselenggarakan untuk setiap


(22)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

jenjang pendidikan yang ada di Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar, yaitu kelas lima (5) SD untuk, kelas delapan (VIII) SLTPdan kelas XI untuk SLTA.

Penelitian dilaksanakan selama enam (6) bulan dari bulan Januari 2012 samapai dengan Juni 2012, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.1 Aktifitas penelitian

No Aktivitas Penelitian Bulan (2012)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pendalaman konsep pelatihan partisipatif, eksperiential learning dan pembentukan karakter dalam proses pembelajaran

2 Pengumpulan data tentang pelaksanaan program pesantren alam mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

3 Observasi kegiatan pesantren alam mulai dari perencanaan hinga kegiatan evaluasi

4 Pengolahan data dari sumber penelitian

5 Penyelesaian tesis: teori dasar, metode, sebagian pengolahan data dan pembahasan

6 Penyelesaian tesis: penyelesaian, pengolahan data dan pembahasan

7 Sidang tesis

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik triagulasi, dengan peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian (human instrument).

Triangulasi diartikan sebagai pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada, peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama dan serempak.


(23)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Dalam hal triangulasi Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2010:330) menyatakan bahwa “ the aim is not determine the truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is into increase one’s

understandingof what ever is being investigated”. Tujuan dari triangulasi bukan

untuk mencari kebenarantentang beberapa fenomena, akan tetapi lebih kepada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Tujuan penelitian kualitatif bukan hanya mencari kebenaran, akan tetapi lebih kepada pemahaman subjek terhadap dunia sekitarnya. Selanjutnya Mathinson (1988)

masih dalam Sugiyono (2010:332) mengemukakan bahwa “the value of triangulation lies in providing evidence – whether convergent, inconsistent or

contradictionary”. Penggunaan teknik triangulasi aadalah untuk mengetahui data

yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu diharapkan dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.

Adapun teknik pengumpulan data yang terhimpun dalam teknik triangulasi adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Kartini Kartono (1996) dalam Handayani (2010) menjelaskan bahwa wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dimana terjadinya komunikasi secara verbal antara pewawancara dengan subjek wawancara. Dari penjelasan tersebut daatlah dikatakan bahwa wawancara atau interview merupakan komunikasi yang terjadi antara pewawancara denga


(24)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

objek yang diwawancara bisa berupa percakapan atau tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih mengenai suatu persoalan.

Teknik wawancara mendalam dengan responden dilakukan dalam benuk tanya jawab dan diskusi yang dirahkan pada kegiatan perencanaan pelatihan, pelaksanaan dan evaluasi baik itu hasil ataupun program.

Pada tahap perencanaan wawancara dilakukan dengan pihak manajemen ELTAPS Training and Consulting dan pihak-pihak terkait dalam perencanaan program pesantren Alam.

Pada tahap pelaksanaan program wawancara dilakukan dengan responden yang terlibat dalam pelaksanaan program, baik iu fasilitator, narasumber, peserta dan pihak – pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan kegiatan Pesantren Alam. Begitu juga pada tahap evaluasi, pihak yang menjadi responden dalam pengumpulan data adalah pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan Pesantren Alam.

Agar tidak menyimpang dari fokus penelitian, maka peneliti akan menggunakan pedoman wawancara sebagai teknik pengumpulan data. 2. Teknik observasi

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2010:310) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Selanjutnya Marshall (1995) masih dalam Sugiyono (2010:310)


(25)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

behavior and the meaning attached to those behavior” melalui observasi tersebut, peneliti belajar tentang perilaku dan memaknai dari perilaku tersebut.Berdasarkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu ketajaman dan pemaknaan yang mendalam terhadap perilaku yang diamati maka observasi partisipatif tepat digunakan sebagai aat pengumpulan data pada penelitan ini. Spradley, membagi observasi partisipasi menjadi empat yaitu pasive participation, moderate

participation, active participation, dan complete participation. Dengan

penjelasan sebagai berikut :

a) Pasive Participation (Partisipasi pasif) : means the research is present at the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam

hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang atau objek yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

b) Moderate Participation (Partisipasi moderat); means that the researcher maintains a balance between being insider and being outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti

menjadi orang dalam dan orang luar. Peneliti dalam pengumpulan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

c) Active Participation (Partisipasi aktif); means that the reseacher generally does what others in the setting do. Dalam observasi ini

peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap


(26)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

d) complete participation(Partisipasi lengkap); means the reseacher is a natural participant. This is highest level of involvement. Dalam

melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan oleh sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidpan yang diteliti.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan usaha penelaahan terhadap beberapa dokumen (barang-barang tertulis) atau arsip dari kegiatan pelatihan partisipatif berbasis eksperiential learning pada program pesantren alam dalam rangka pembentukan karakter. Suharsimi Arikunto (2002:206)

mengemukakan bahwa “metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulensi, agenda dan sebagainya”.

Studi dokumentasi digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dari wawancara atau observasi. Cara ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pelatihan.

D. Subjek Penelitian

Pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi Spradley dalam Sugiyono (2010:297) menyebutnya dengan istilah “Social


(27)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis, dan sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden akan tetapi narasumber, partisipan, informan. Berdasarkan hal tersebut sangatlah jelas bahwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Salam, diantaranya :

a. Pihak lembaga ELTAPS secara struktural, seperti pimpinan, pihak manajemen program Salam khususnya

b. Pihak lembaga ELTAPS dari segi fasilitator kegiatn Salam, baik fasilitator tetap ataupun fasilitator freelance

c. Pihak Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar dalam hal ini diwakili oleh guru pembimbing atau pendamping program Salam yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah

d. Pihak penyedia sarana dan prasarana pelaksanaan proram Salam e. Peserta Salam

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan usaha untuk memaknai data yang diperoleh melalui penelitian. Bogdan dalam Sugiyono

(2010:334) menyatakan bahwa “ Data Analysis is the process of systematically searching and arranging the interview trancripts, fieldnotes, and other materials that you accomulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others. Analis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat dengan mudah


(28)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit – unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Pada penelitian kualitatif, analisis data sudah dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Dalam penelitian menurut Nasution (1996) menyatakan bahwa tidak ada satu cara tertentu yang dapat dijadikan pegangan bagi semua penelitian. Salah satu cara yang dapat dianjurkan adalah mengikuti langkah-langkah berikut ini yakni a) reduksi data, b) display, c) mengambil kesimpulan. Berdasarkan pernyataan tersebut pada penelitian ini akan menggunakan analisis data model Miles dan Huberman, dengan aktivitas analisis data seperti; data reduction, data display dan

conclusion drawing/verification.

1. Reduksi Data

Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah melakukan reduksi data dengan data yang diperoleh dari lapangan, ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Tahap reduksi data dilakukan dengan meringkas dan merangkum kembali data/ catatan lapangan dengan cara memilah-milah atau mengelompokkan hal-hal pokok atau penting yang berkaitan dengan fokus masalah penelitian. Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi, dimana data tersebut berupa


(29)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

transkrip wawancara, catatan observasi dan dokumen-dokumen tertulis. Data yang telah didapat dibaca, dipelajari agar peneliti memahami data atau hasil yang telah didapatkan. Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatian yang penuh. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara dan observasi, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Melalui pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkrip wawancara, catatan observasi dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikategorikan berdasarkan kerangka analisis.

2. Dispalay Data

Display data merupakan langkah kedua dalam kegiatan analisis data. Kegiatan selanjutnya dari hal-hal pokok atau yang sifatnya berkaitan dengan fokuspenelitian, disusun/dirangkum secara lebih sistematis sehingga lebih jelastergambar polanya. Untuk memudahkan pemolaan, rangkuman tadi disajikandalam bentuk matriks. Matriks tersebut merupakan hasil pengelompokkan darireduksi data.

3. Conclusion Drawing/ verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kaulitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Pada tahap ini Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II,


(30)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai.

F. Langkah - langkah penelitian 1. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan merupakan langkah awal dalam pelaksananaan pnelitian. Pada tahap ini, peneliti membuat atau menyusun rancangan atau proposal penelitian yang diajukan pada sidang proposal tesis. Setelah rancangan atau proposal penelitian disetujui kemudian dikonsultasikan kepada pihak pembimbing, yaitu dosen yang telah ditunjuk untuk membimbing dalam pelaksanaan penelitian. Kemudian mengurus perijinan yang dimulai dari lingkungan jurusan, akademisi sampai lembaga yang terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap penggalian informasi untuk mengumpulkan data yang dibutukan terkait dengan penelitian yang dilakukan. Pada tahap ini merupakan tahapan yang paling utama dalam suatu penelitian yang terdiri atas pengumpulan dan analisis data terhadap data yang telah diperoleh.

3. Laporan

Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut :

a. Triangulasi, yaitu pengecekan kembali, pemeriksaan data yang telah didapat dilapangan untuk memperoleh keabsahan data. Pada tahap ini


(31)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dilakukan kegiatan membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi serta hasil dokumentasi.

b. Penyusunan laporan, setelah dilakukan triangulasi langkah selanjutnya adalah menyusun laporan penelitian.

c. Memperpanjang masa pengamatan

d. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri – ciri dan unsur – unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal tersebut secara rinci

e. Peer Debriefing (membicarakan dengan pihak lain) yaitu mengekspos

hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dlam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.


(32)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Program Pesantren Alam ( Salam ) merupakan salah satu bentuk pendidikan karakter pada jalur pendidikan nonformal berupa pelatihan yang berbasis eksperiential learning yang diselenggarakan selama tiga hari, oleh lembaga ELTAPS training & consulting yang berkerjasama dengan Yayasan Pendidikan Islam Al-azhar.Peyelenggaraan program Salam yang berbasis eksperiential learning sebagai proses pembentukan karakter peserta adalah jenis pelatihan partisipatif, yang melibatkan peserta secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Perencanaan program diawali dengan kegiatan identifikasi kebutuhan yang dilakukan oleh pihak penyelenggara terhadap yayasan YPI Al –Azhar dan orang tua sebagai sumber informasi terkait kebutuhan belajar. Perumusan tujuan program pelatihan dilakukan oleh pihak penyelenggara, pelatihan untuk para pelatih dilakukan dalam bentuk rapat kerja yang dilakukan oleh fasilitator, rapat kerja yang dilakukan sebagai proses pengorganisasian dan penyusunan komponen program dalam mencapai tujauan yang telah ditetapkan.

3. Pada pelaksanan pembelajaran diawali dengan pembangunan keakraban diantara peserta dengan peserta dan peserta dengan fasilitator. Setiap kegiatan baik aktivitas yang dilakukan didalam ruangan dan diluar ruangan dilakukan dengan empat siklus eksperiential learning yaitu;


(33)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

proses pembelajaran bermula dari adanya suatu pengalaman nyata (concrete eksperiance) yang diobservasi dan direfleksikan (reflection

observation) oleh peserta. Dari hasil proses tersebut, individu akan

membentuk konsep-konsep abstrak (abstract Conceptualization) yang kemudian diaplikasikan ( active eksperiment) pada berbagai situasi baru, demikian seterusnya proses pembelajaran berlangsung, seperti sebuah siklus. Pelaksanaan pembelajaran menekankan pada aktivitas peserta secara aktif baik secara fisik, emosional dan psikologikal yang dilakukan aktivitas didalam ruangan dan diluar ruangan. Peran dari fasilitator dalam kegiatan pembelajaran berbasis pengalaman ini, adalah sebagai pihak yang menfasilitasi antara peserta dengan pengetahuan yang peserta peroleh dari pengalaman belajar yang dilakukan.

4. Kegiatan evaluasi dilakukan pada proses pembelajaran dan diakhir kegiatan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukan secara formatif, yaitu selama pelatihan berlangsung, melalui pengamatan terhadap perubahan sikap peserta dan diskusi yang dilakukan secara kelompok ataupun kolosal. Sedangkan untuk evaluasi program terkait materi, strategi, sarana dan prasarana dilakukan oleh fasilitator menggunakan angket yang setiap itemya diberi skala sampai satu sampai lima.

5. Pendidikan karakter berlangsung include dalam setiap aktiviatas pembelajaran baik indoor activity, outdoor activity dan peserta difasilitasi untuk mengaplikasikannya dalam aktivitas pembiasaan pada keseharian. Karakter utama yang ditanamkan adalah tertip, teratur, tepat waktu, bersih


(34)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dan rapi (3TBR) dan salam, sapa, sopan, santun dan ramah, yang secara implisit mengandung karakter : (1)cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, (2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan santun, (5) kasih sayang, peduli dan kerjasama, (6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, (7) keadilan dan kepemimpinan, (8) baik dan rendah hati, serta (9) toleransi, cinta damai dan persatuan.

B. Saran

Untuk menindak lanjuti hasil penelitian ini, penulis memberikan rekomendasi kepada pihak – pihak terkait diantaranya kepada yayasan pendidikan Islam Al-Azhar, Eltaps sebagai lembaga penyelenggara, fasilitator yang menjadi sumber belajar dalam program Salam, dan peneliti selanjutnya.

1. Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar, berdasarkan hasil pengamatan, hasil dari pelatihan berbasis eksperiential learning sebagai proses pembentukan karakter peserta pada program Salam, dengan waktu yang relatif singkat yaitu tiga hari, telah bisa memberikan perubahan sikap menuju karakter yang baik bagi peserta, untuk itu diharapkan adanya

follow up dilingkungan sekolah yang dapat mengembangkan hal

tersebut, karena dalam pembentukan karakter dibutuhkan pengkondisian lingkungan agar terbentuknya karakter yang diinginkan pada diri peserta didik.

2. Badan Diklat YPI Al-azhar

Badan diklat yang berperan dalam penyediaan sarana prasarana yang mendukung terselenggaranya program Salam, untuk dapat


(35)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

meningkatkan kauantitas dan kualitas sarana dan prasarana kegiatan salam, seperti kapasitas aula yang terkadang belum bisa menampung jumlah peserta, dan sarana prasaran pendukung lainnya, sehingga pelaksanaan progra salam dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan sebagaiman yang duharapkan.

3. Lembaga ELTAPS taraining & consulting

Lembaga ELTAP sebagai penyelenggara diharapkan untuk dapat lebih maksimal dalam identifikasi kebutuhan belajar peserta, yang melibatkan peserta secara langsung dalam identifikasi kebutuhan belajar tersebut.

Dalam hal evaluasi pembelajaran, pihak penyelenggara belum melakukan secara maksimal dan belum memiliki standar yang jelas mengenai capaian tujuan program, diharapkan untuk selanjutnya pihak penyelenggara bisa menyediakan standarisasi yang jelas dan menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan yang akan diukur dari perubahan sikap menuju pembentukan karakter peserta.

4. Fasilitator

Fasililator sebagai pihak yang langsung berhubungan dalam pembelajaran peserta, diharapkan memiliki standarisasi yang jelas terkait pelaksanaan pembelajaran berbasis pengalaman, karena berdasarkan observasi lapangan yang telah peneliti lakukan, terdapat perbedaan standarisasi pelaksanaan tahapan aplikasi eksperiential


(36)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

5. Peneliti selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilakukan penelitian berkenaan dengandampak pembelajaran experiential learning terhadap pembentukan dan pengembagan karakter, pembentukan perilaku ataupun peningkatan kemampuan peserta pelatihan. Sehingga peran pendidikan luar sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan dalam pembentukan karakter bangsa semakin berkembang.


(37)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Handayani, M.N. 2010. Implementasi Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan

Pengalaman (Eksperiential Learning) di TK Sekolah Alam. Tesis.

Sekolah Pasca Sarjana UPI: Bandung.

Handayani, S. 2010. Model Pendidikan Karakter Berbasis Lingkungan Alam. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana UPI: Bandung.

Kamil, M. 2002. Model Pembelajaran Magang Bagi Peningkatan Kemandirian

Warga Belajar (Studi Pada Sentra Industri Kecil Rajutan dan Bordir di Daerah Priangan Timur). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana UPI:

Bandung.

---. 2007. Mengembangkan Pendidikan Nonformal Melalui PKBM di

Indonesia. Program Report by Visiting Foreign Research Fellows no.12

---. 2010. Model Pendidikan dan Latihan (konsep dan aplikasi). Alfabeta: Bandung

Kesuma, D.dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teoridan Praktik di Sekolah. Remaja Rosdakarya: Bandung

Musfiroh, T. 2008. Pengembangan Karakter Anak Melalui Pendidikan Karakter. dalam Arismantoro. Tinjauan Berbagai Aspek Charakter Building,

Bagaiamana Mendidik Anak Berkarakter. Tiara Wacana: Yogyakarta

Mulyadi, S. 2008.Peranan Pendidikan dalam Membangun Karakter Anak. Dalam Arismantoro. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building: Bagaimana

Mendidik Anak Berkarakter?. Tiara Wacana: Yogyakarta

Sudewo, E. (2011). Best Practice Character Building Menuju Indonesia Lebih

Baik. Republika: Jakarta

Sudjana, D. (2010). Sistem & Manajemen Pelatihan Teori dan Aplikasi. Falah Production Bandung.

--- (2010). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Falah Production Bandung.

---(2010). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Falah Production Bandung.


(38)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

--- (2010). Pendidikan Nonformal Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung, Asas. Falah Production

Bandung.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuanitaif,

kualitatif dan R&D). Alfabeta: Bandung.

Sulistiowati, I. (2010). Penerapan Experiential Learning oleh Eltaps Training and Consulting Bandung dalam Pesantern Alam (Salam). Skripsi tidak dipublikasikan. FIKOM UNPAD: Bandung

Yus. A. 2008. Pengembangan Karakter Melalui Hubungan Anak-Kakek-Nenek. Dalam Arismantoro. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building:

Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter?. Tiara Wacana: Yogyakarta Sumber Internet

Kamil, M (2010) http://kamilunkamil.blogspot.com/2010/03/model-model-pelatihan.html. (27 Maret 2012)

Kolb,D.A. 1984. Experiential Learning: experence as the source of learning and

development.URL:http://www.learningfromexperience.com/image/uploa

d/process-of-experiential-learning.pdf

http://007indien.blogspot.com/2012/03/pembelajaran-experiential-learning.html

http://albyjmahfudz.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-experiential.html

( http://www.scribd.com/doc/49194724/HANDBOOK-OF-MORAL-AND-CHARACTER)

http://langkahkebebasan.blogspot.com/2012/05/pendidikan-karakter-melalui-tri-pusat.html. diunduh 14 juli 2012

http://grahalcc.wordpress.com/tag/karakter-tanggung-jawab-siapa/ . diunduh 13 Juli 2012

http://abiechuenk.wordpress.com/2012/01/17/pendidikan-dan-pembentukan-karakter/. diunduh tanggal 14 Juli 2012.

http://kitadhokoesoemo.blogspot.com/2011/11/aplikasi-dan-hasil-pelaksanaan-metode.html diunduh tanggal 14 Juli 2012.


(1)

proses pembelajaran bermula dari adanya suatu pengalaman nyata (concrete eksperiance) yang diobservasi dan direfleksikan (reflection observation) oleh peserta. Dari hasil proses tersebut, individu akan membentuk konsep-konsep abstrak (abstract Conceptualization) yang kemudian diaplikasikan ( active eksperiment) pada berbagai situasi baru, demikian seterusnya proses pembelajaran berlangsung, seperti sebuah siklus. Pelaksanaan pembelajaran menekankan pada aktivitas peserta secara aktif baik secara fisik, emosional dan psikologikal yang dilakukan aktivitas didalam ruangan dan diluar ruangan. Peran dari fasilitator dalam kegiatan pembelajaran berbasis pengalaman ini, adalah sebagai pihak yang menfasilitasi antara peserta dengan pengetahuan yang peserta peroleh dari pengalaman belajar yang dilakukan.

4. Kegiatan evaluasi dilakukan pada proses pembelajaran dan diakhir kegiatan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukan secara formatif, yaitu selama pelatihan berlangsung, melalui pengamatan terhadap perubahan sikap peserta dan diskusi yang dilakukan secara kelompok ataupun kolosal. Sedangkan untuk evaluasi program terkait materi, strategi, sarana dan prasarana dilakukan oleh fasilitator menggunakan angket yang setiap itemya diberi skala sampai satu sampai lima.

5. Pendidikan karakter berlangsung include dalam setiap aktiviatas pembelajaran baik indoor activity, outdoor activity dan peserta difasilitasi untuk mengaplikasikannya dalam aktivitas pembiasaan pada keseharian. Karakter utama yang ditanamkan adalah tertip, teratur, tepat waktu, bersih


(2)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dan rapi (3TBR) dan salam, sapa, sopan, santun dan ramah, yang secara implisit mengandung karakter : (1)cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, (2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan santun, (5) kasih sayang, peduli dan kerjasama, (6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, (7) keadilan dan kepemimpinan, (8) baik dan rendah hati, serta (9) toleransi, cinta damai dan persatuan.

B. Saran

Untuk menindak lanjuti hasil penelitian ini, penulis memberikan rekomendasi kepada pihak – pihak terkait diantaranya kepada yayasan pendidikan Islam Al-Azhar, Eltaps sebagai lembaga penyelenggara, fasilitator yang menjadi sumber belajar dalam program Salam, dan peneliti selanjutnya.

1. Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar, berdasarkan hasil pengamatan, hasil dari pelatihan berbasis eksperiential learning sebagai proses pembentukan karakter peserta pada program Salam, dengan waktu yang relatif singkat yaitu tiga hari, telah bisa memberikan perubahan sikap menuju karakter yang baik bagi peserta, untuk itu diharapkan adanya follow up dilingkungan sekolah yang dapat mengembangkan hal tersebut, karena dalam pembentukan karakter dibutuhkan pengkondisian lingkungan agar terbentuknya karakter yang diinginkan pada diri peserta didik.

2. Badan Diklat YPI Al-azhar

Badan diklat yang berperan dalam penyediaan sarana prasarana yang mendukung terselenggaranya program Salam, untuk dapat


(3)

meningkatkan kauantitas dan kualitas sarana dan prasarana kegiatan salam, seperti kapasitas aula yang terkadang belum bisa menampung jumlah peserta, dan sarana prasaran pendukung lainnya, sehingga pelaksanaan progra salam dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan sebagaiman yang duharapkan.

3. Lembaga ELTAPS taraining & consulting

Lembaga ELTAP sebagai penyelenggara diharapkan untuk dapat lebih maksimal dalam identifikasi kebutuhan belajar peserta, yang melibatkan peserta secara langsung dalam identifikasi kebutuhan belajar tersebut.

Dalam hal evaluasi pembelajaran, pihak penyelenggara belum melakukan secara maksimal dan belum memiliki standar yang jelas mengenai capaian tujuan program, diharapkan untuk selanjutnya pihak penyelenggara bisa menyediakan standarisasi yang jelas dan menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan yang akan diukur dari perubahan sikap menuju pembentukan karakter peserta.

4. Fasilitator

Fasililator sebagai pihak yang langsung berhubungan dalam pembelajaran peserta, diharapkan memiliki standarisasi yang jelas terkait pelaksanaan pembelajaran berbasis pengalaman, karena berdasarkan observasi lapangan yang telah peneliti lakukan, terdapat perbedaan standarisasi pelaksanaan tahapan aplikasi eksperiential learning dalam program Salam sebagai proses pembentukan karakter.


(4)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

5. Peneliti selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilakukan penelitian berkenaan dengandampak pembelajaran experiential learning terhadap pembentukan dan pengembagan karakter, pembentukan perilaku ataupun peningkatan kemampuan peserta pelatihan. Sehingga peran pendidikan luar sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan dalam pembentukan karakter bangsa semakin berkembang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Handayani, M.N. 2010. Implementasi Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Pengalaman (Eksperiential Learning) di TK Sekolah Alam. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana UPI: Bandung.

Handayani, S. 2010. Model Pendidikan Karakter Berbasis Lingkungan Alam. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana UPI: Bandung.

Kamil, M. 2002. Model Pembelajaran Magang Bagi Peningkatan Kemandirian Warga Belajar (Studi Pada Sentra Industri Kecil Rajutan dan Bordir di Daerah Priangan Timur). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana UPI: Bandung.

---. 2007. Mengembangkan Pendidikan Nonformal Melalui PKBM di Indonesia. Program Report by Visiting Foreign Research Fellows no.12 ---. 2010. Model Pendidikan dan Latihan (konsep dan aplikasi).

Alfabeta: Bandung

Kesuma, D.dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teoridan Praktik di Sekolah. Remaja Rosdakarya: Bandung

Musfiroh, T. 2008. Pengembangan Karakter Anak Melalui Pendidikan Karakter. dalam Arismantoro. Tinjauan Berbagai Aspek Charakter Building, Bagaiamana Mendidik Anak Berkarakter. Tiara Wacana: Yogyakarta Mulyadi, S. 2008.Peranan Pendidikan dalam Membangun Karakter Anak. Dalam

Arismantoro. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter?. Tiara Wacana: Yogyakarta

Sudewo, E. (2011). Best Practice Character Building Menuju Indonesia Lebih Baik. Republika: Jakarta

Sudjana, D. (2010). Sistem & Manajemen Pelatihan Teori dan Aplikasi. Falah Production Bandung.

--- (2010). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Falah Production Bandung.

---(2010). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Falah Production Bandung.


(6)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

--- (2010). Pendidikan Nonformal Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung, Asas. Falah Production Bandung.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuanitaif, kualitatif dan R&D). Alfabeta: Bandung.

Sulistiowati, I. (2010). Penerapan Experiential Learning oleh Eltaps Training and Consulting Bandung dalam Pesantern Alam (Salam). Skripsi tidak dipublikasikan. FIKOM UNPAD: Bandung

Yus. A. 2008. Pengembangan Karakter Melalui Hubungan Anak-Kakek-Nenek. Dalam Arismantoro. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter?. Tiara Wacana: Yogyakarta Sumber Internet

Kamil, M (2010)

http://kamilunkamil.blogspot.com/2010/03/model-model-pelatihan.html. (27 Maret 2012)

Kolb,D.A. 1984. Experiential Learning: experence as the source of learning and development.URL:http://www.learningfromexperience.com/image/uploa d/process-of-experiential-learning.pdf

http://007indien.blogspot.com/2012/03/pembelajaran-experiential-learning.html

http://albyjmahfudz.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-experiential.html

(

http://www.scribd.com/doc/49194724/HANDBOOK-OF-MORAL-AND-CHARACTER)

http://langkahkebebasan.blogspot.com/2012/05/pendidikan-karakter-melalui-tri-pusat.html. diunduh 14 juli 2012

http://grahalcc.wordpress.com/tag/karakter-tanggung-jawab-siapa/ . diunduh 13

Juli 2012

http://abiechuenk.wordpress.com/2012/01/17/pendidikan-dan-pembentukan-karakter/. diunduh tanggal 14 Juli 2012.