PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELA

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI
MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI TK ABA KALIBULUS ROGOBANGSAN
BIMOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN
Setiani
Alumni PAI FAI UCY
Difla Nadjih
Dosen FAI UCY
abstract
The efforts of kindergarten teachers in instilling character of early
childhood through Islamic Education were studied at ABA Kalibulus
Kindergarten, Rogobangsan, Bimomartani Ngemplak, Sleman District.
This qualitative research takes respondents from teachers and principals
of the existing number of ABA Kalibulus kindergarten through interviews.
Observation and documentation are also used in data retrieval. The data
then analyzed inductively with the approach of Islamic Education. The
conclusion reveals that the instilled childhood character above are
Religious, Discipline, Tolerance, Hard Work, Creative, Independent,
Friendly / Communicative, Reading, Responsibility, Leadership and Polite.
In addition, teacher learning efforts in instilling the character of children
are conducted by eating together with nutritious foods, taking advantage

of the PHBI (Memorial Days of Islam) moment for moral development,
Java Game songs, Field trip or out-of-school learning experience, and
writing a story book. The method used is the Method of Habituation,
Storytelling Method, Conversation Method, Exemplary Method, Method of
Giving Task, Demonstration Method. The suggestion says that teachers of
Kindergarten ABA Kalibulus and related parents are to consider improving
cooperation between school and parents / guardians of students so that
there will emerge strong conformity in the instilling children character.
Keywords: effort, teacher, character, Islamic Education

A. Pendahuluan
Pembentukan karakter anak di Indonesia merupakan amanat dasar
Pancasila dan UUD 1945. Secara spesifik, amanat tersebut ditegaskan
dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 3. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakater serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

SETIANI DAN DIFLA NADJIH


nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Lickona juga
menegaskan karakter yang baik meliputi memahami, peduli, dan
berperilaku berdasarkan nilai-nilai etika dasar. Pendidikan karakter
memiliki peran membantu siswa dan komunitas sekolah untuk memahami
nilai-nilai yang baik dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai tersebut.
Karakter kemduian diartikan oleh Suyatno sebagai nilai- nilai, sikap, dan
perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat luas.2
Majid dan Dian Andayani menyimpulkan bahwa pendidikan
karakter sebaiknya menggunakan pendekatan agama karena setiap agama
berujung pada pembentukan karakter. Pendidikan agama Islam (PAI)
kepada anak sejak usia dini kemudian menjadi suatu hal yang penting
dilakukan karena anak diarahkan pada perkembangan jasmani dan
rohani, sehingga membentuk kepribadian utama yang sesuai dengan
ajaran agama Islam.3 Haryani dan Hallawani kemudian melanjutkan
bahwa nilai-nilai agama telah tertanam kuat pada diri seorang anak maka
mereka akan tumbuh dan berkembang dengan memiliki kemampuan
untuk mencegah dan menangkal serta membentengi diri mereka dari

berbagai pengaruh negatif. Sebaliknya jika nilai-nilai keagamaan itu tidak
ditanamkan dan dikembangkan secara maksimal maka yang akan muncul
adalah perilaku-perilaku yang akan kurang baik dan cenderung
menyimpang dari aturan agama. Oleh karena itu, tidaklah heran kalau
akhir-akhir ini makin disadari betapa pentingnya pendidikan bagi anak
usia dini karena perkembangan kepribadian, sikap mental dan intelektual
sangat ditentukan dan banyak dibentuk pada usia ini.4
Penelitian bertujuan menggali upaya guru TK dalam menanamkan
karakter melalui PAI di sekolahnya, khususnya TK ABA Kalibulus. TK
sebgai bagian dari pendidikan usia dini telah diakui oleh Suyatno dalam
peran besarnya dalam pendidikan karakter. Pendidikan anak usia dini
merupakan investasi bangsa; jika ingin mengembangkan bangsa
Indonesia, menjadi bangsa dengan nasionalisme, integritas, dan karakter
yang kuat, maka dimulai sejak anak usia dini. 5
TK Kalibulus sendiri telah memiliki prestasi membanggakan.
Kepala sekolah pernah menjadi guru berprestasi se-Kecamatan Ngemplak.
pendidiknya juga ada yang berhasil menjadi guru berprestasi sekecamatan
Ngemplak sekaligus juara 5 dalam lomba guru berprestasi se-Kabupaten
Sleman pada tahun 2012.
B. Metode Penelitian

Penelitian kualitatif ini menggunakan responden dari para guru dan
kepala sekolah sesuai jumlah yang ada TK ABA Kalibulus. Pengumpulan

125

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI
MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data
kemuduian dianalisis. Moeleong mengatakan bahwa analisis data
merupakan pengorganisasian data, yaitu mengatur, mengurutkan
memberi kode, mengelompokkan dan mengkategorikan.6 analisis data
dilaksankan melalui pendekatan PAI secara induktif.
C. Pembahasan
Proses pembentukan karakter yang diteliti difokuskan pada yang
telah ada dalam rencana kegiatan harian kelas A dan B TK ABA Kalibulus,
peneliti mendapatkan beberapa poin nilai pendidikan karakter bagi anak
usia dini. Hal penting itu antara lain; nilai karakter yang dikembangkan,

upaya pembelajaran serta metode yang dipergunakan.
1. Karakter Anak di TK ABA Kalibulus
Dari proses pembentukan karakter yang terdapat di dalam rencana
kegiatan harian kelas A dan B TK ABA Kalibulus, peneliti mendapatkan
beberapa poin nilai pendidikan karakter untuk dikembangkan menjadi
suatu pembentukan karakter yaitu antara lain :
a. Religius
Dalam pengamatan dapat diketahui bahwa keseharian anak diajarkan;
1. Kegiatan doa sebelum dan sesudah belajar, terwujud dari peserta didik
membaca doa sebelum dan sesudah belajar serta menghafalkan surat
pendek, bacaan salat dan asmaul husna.
2. Mengucapkan rukun islam secara urut, peserta didik mengenal rukun
islam.
wawancara dengan guru nurbaiti yaitu :
“Dalam menanamkan nilai religius salah satunya anak
dibiasakan untuk selalu berdoa sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan. Apabila dalam berdoa ada anak yang
tidak berdoa maka guru wajib mendekati dan mengajak untuk
berdoa. Dengan pembiasaan seperti ini diharapkan peserta
didik dapat membiasakan diri untuk selalu mengingat Allah,

dimana saja dan kapan saja”.7
b. Kedisiplinan
Hasil observasi;
1. Kegiatan awal masuk sekolah tepat waktu, peserta didik tidak ada yang
terlambat dan saat bel berbunyi peserta didik langsung berbaris
sebelum masuk kelas.
2. Kegiatan doa sebelum dan sesudah belajar, terwujud dari sikap peserta
didik yang setelah dipimpin untuk berdoa langsung mengikuti berdoa.
3. Kegiatan mencuci tangan, peserta didik dapat mengantri ketika mau
mencuci tangan.
Wawancara dengan ibu Tutik Wahyuni;
“Guru disini melatih peserta didiknya agar disiplin, agar kelak

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016

126

SETIANI DAN DIFLA NADJIH

saat dewasa mereka terbiasa dengan perilaku yang baik dan

tidak menjadi orang yang pemalas. Mendidik anak supaya
disiplin tidak gampang, harus dilatih secara konsisten dan
guru harus memberikan suri tauladan agar anak dapat
menirukannya. Misalnya ada anak yang sedang berlarian tidak
mau baris saat bel sudah berbunyi, guru di sini tidak hanya
memanggil-manggil anak saja tetapi juga harus mengajak dan
mencontohkan saat bel berbunyi guru langsung siap untuk
baris di depan kelas.”8
c. Toleransi
Hasil pengamatan oleh peneliti berupa Kegiatan berbaris sebelum
masuk kelas dan sebelum cuci tangan, anak yang terlambat baris
dibelakang, tidak berebut untuk baris di depan.
Ibu Sriasih menjelaskan dalam wawancara sebagai berikut;
“Sikap toleransi sangat penting dikembangkan sejak masih
TK, agar ketika dewasa nanti anak terbiasa. Selain dalam
kegiatan inti disekolah, ada kegiatan spontan yang dilakukan
agar sikap toleransi ini dimiliki oleh anak. Seperti contohnya
yang dilakukan di sekolah kami adalah ketika puasa
ramadhan peserta didik dianjurkan untuk zakat fitrah di
sekolah. Semua anak di data, apabila ada anak yang kurang

mampu atau warga sekitar tempat tinggal anak ada yang
kurang mampu maka zakat fitrah akan diberikan mbak.
Itulah salah satu contoh sekolah kami dalam menanamkan
sikap toleransi.9
d. Kerja keras
Beberapa praktek yang diamati yang mendorong anak untuk siap
melakukan kerja keras. Kegiatan tersebut anatara lain;
1. Kegiatan mewarnai gambar gunung dan mengisi gambar letusan
gunung dengan guntingan kertas, peserta didik bisa menyelesaikan
semua pekerjaan yang diberikan pendidik.
2. Kegiatan memberi angka pada benda. Peserta didik bisa mengerjakan
tanpa bantuan pendidik.
3. Kegiatan membuat kupu-kupu dengan botol bekas milkuat. Peserta
didik dapat membuat hasil karya tersebut.
Hasil wawancara langsung dengan guru ibu Sriasih; yaitu :
“Kami di sini selalu menerapkan sikap kerja keras di dalam
melaksanakan kegiatan. Anak dibiasakan untuk berusaha, tidak
pantang menyerah dalam melakukan kegiatan. Contoh dalam
kerja keras tersebut yaitu saat membuat kupu-kupu dari botol
bekas milkuat, peserta didik terlihat bersusah payah dalam

membuatnya. Tetapi setelah mereka bersusah payah akhirnya
berhasil juga. Guru disini berperan memberikan semangat
pantang menyerah pada peserta didik. Kalau mau berhasil ya
harus bekerja keras, jangan pantang menyerah.”10
e. Kreatif
127

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI
MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pengamatan dalam pengembangan kreatifitas berupa;
1. Kegiatan mewarnai gambar gunung. Hasil mewarnai peserta didik
terlihat bagus.
2. Kegiatan mewarnai gambar kereta api. Hasil mewarnai peserta didik
terlihat menarik, sangat kreatif.
3. Kegiatan mencetak dengan jari. Peserta didik bebas berkreasi membuat
gambar apa saja dari jarinya.
4. Kegiatan membuat kupu-kupu dari botol bekas milkuat. Peserta didik

belajar berkreasi dengan memanfaatkan barang bekas.
Berikut hasil wawancara dengan ibu Wartiyem yaitu :
“Kreativitas anak tergantung dari kreativitas guru, kalau guru tidak
mau kreatif dalam pembelajaran, maka akan mematikan kreativitas
anak. Guru harus berusaha sekreatif mungkin, kami di sini
berusaha kreatif dengan cara membuat sendiri alat peraga edukatif
untuk memudahkan dalam pengajaran. Misalnya membuat kupukupu dari bekas botol milkuat. Hal ini dapat menambah kreativitas
anak juga. Karena mereka menggunakan barang-barang bekas
dalam pembuatannya”.11
f. Mandiri
Pengamatan memberikan gambaran sebagai berikut;
1. Kegiatan melompat dengan dua kaki. Peserta didik dapat melakukan
sendiri tanpa dibantu pendidik.
2. Kegiatan mewarnai gambar. Peserta didik dapat mengambil peralatan
sendiri di rak masing-masing.
3. Kegiatan mengurutkan gambar kambing. Peserta didik dapat
mengerjakan sendiri tanpa dibantu dan setelah selesai di taruh di meja
guru dengan diberi nama masing-masing.
wawancara dengan ibu Nurbaiti; yaitu :
“Kemandirian anak sebaiknya diterapkan sejak masih dini agar

setelah dewasa nanti mereka terbiasa dengan sikap mandiri.
Memberikan arahan kepada peserta didik TK harus sabar dan
dibiasakan setiap hari. Dan yang penting guru harus selalu
mengawasi dan memantau anak. Misalnya saja saat kegiatan
mewarnai, dulu peserta didik tidak mau mengambil crayon,
majalah di rak masing-masing, tapi atas kesabaran dan pembiasaan
yang terus menerus akhirnya peserta didik sekarang ini sudah
mandiri mengambil peralatannya sendiri di rak masing-masing”.12
g. Bersahabat / komunikatif
Dalam pengamatan ditemukan;
1. Kegiatan bercerita tentang gunung meletus. Peserta didik dapat
mengungkapkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pendidik.
2. Kegiatan bermain. Peserta didik bermain bersama, tidak mengganggu
teman lain.
3. Kegiatan menirukan gerakan burung terbang. Peserta didik
Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016

128

SETIANI DAN DIFLA NADJIH

bergandengan bersama membuat lingkaran.
Hasil wawancara dengan ibu Tutik Wahyuni adalah sebagai berikut:
“Dalam menerapkan sikap komunikatif anak diajak untuk
terbiasa menceritakan pengalamannya ketika selesai
melakukan kegiatan. Misalnya saja menceritakan pengalaman
saat liburan atau saat rekreasi”.13
h. Gemar membaca
Gemar membaca terlihat pada waktu kegiatan istirahat, ada
beberapa anak kelas B membaca majalah dan buku cerita yang ada di
kelas. Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru
kelas B2. Berikut hasil wawancaranya:
“Agar peserta didik kami gemar membaca, usaha yang kami
lakukan adalah dengan membuat buku cerita sendiri, buku tersebut
kami gambar, warnai sendiri dan ditulis dengan tulisan yang
sederhana dan gampang dibaca oleh anak.”14
i. Peduli lingkungan
Pengamatan dilakukan hingga menmukan hal-hal berikut;
1. Kegiatan istirahat. Peserta didik dapat membuang sampah pada
tempatnya.
2. Kegiatan bercakap-cakap tentang banjir. Pendidik memberikan contoh
mengambil dan membuang sampah pada tempatnya.
3. Kegiatan mencetak dengan jari. Peserta didik tidak mengotori meja
maupun tembok.
j. Tanggung Jawab
Dalam observasi kegiatan yang menjadi nilai tanggung jawab adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah makan. Peserta didik dapat
bertanggung jawab membuang sampah.
2. Kegiatan membuat kupu-kupu dari botol bekas milkuat. Peserta didik
mengambil sampah yang berserakan setelah selesai membuat kupukupu.
Pembentukan karakter peduli lingkungan dan tanggung jawab ini
erat hubungannya. Karena di TK ABA Kalibulus penerapan tanggung
jawab berhubungan dengan menjaga kebersihan dan peduli lingkungan.
Hasil wawancaranya menguatkan;
“Penerapan tanggung jawab di TK ABA Kalibulus ini seperti dalam
kegiatan yaitu: setelah selesai istirahat, guru mengajak untuk
menyapu kelas terlebih dahulu agar kelas menjadi bersih kembali
setelah tadi digunakan untuk beraktivitas. Dalam hal ini guru juga
memberi contoh mbak, tidak hanya menyuruh saja kepada anak.
Dengan kebiasaan menjaga kebersihan maka akan tercipta rasa
peduli lingkungan dan tanggung jawab.”15
k. Kepemimpinan
Nilai kepemimpinan terlihat ketika kegiatan awal masuk kelas, ada

129

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI
MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

salah satu anak maju untuk memimpin barisan. wawancara dengan guru
kelas A menghasilkan;
“Saya melatih kepemimpinan dengan cara sebelum masuk kelas
memberikan kesempatan kepada anak untuk maju, berani
memimpin di depan barisan. Selain itu kami di sini melatih
kepemimpinan anak dengan cara pada waktu upacara bendera
petugas upacaranya adalah peserta didik”.16
l. Sopan santun
Dalam observasi, kegiatan bernilai sopan santun adalah;
1. Kegiatan sebelum masuk sekolah. Peserta didik bersalaman dan
mengucapkan salam dengan pendidik ketika sampai di sekolah.
2. Kegiatan baris. Setelah baris dan sebelum masuk kelas bersalaman
dengan pendidik masing-masing kelas.
3. Kegiatan bermain. Setelah bermain membereskan dan mengembalikan
mainan pada tempatnya.
4. Kegiatan praktek langsung mengucapkan terima kasih bila mendapat
hadiah. Ketika anak mendapat hadiah, mereka dapat mengucapkan
terima kasih.
Wawancara dengan kepala sekolah berisi:
“Nilai sopan santun memang harus diajarkan sejak TK, jika anak
sudah mengenal nilai sopan santun dari kecil, maka mereka dapat
menghargai orang lain. Sekolah kami mempunyai Profil 5S mbak,
maksudnya adalah senyum, sapa, salam, sopan, dan santun. Kelima
profil inilah yang selalu kami lakukan agar anak juga terbiasa
melakukannya. Guru memberikan contoh 5S tersebut ketika
bertemu dengan warga sekolah. Dan Alhamdulillah atas kerjasama
dari guru, wali murid dan semua warga sekolah, peserta didik setiap
pagi terbiasa setelah sampai di sekolah langsung menemui guru
untuk menyapa dan bersalaman dengan guru”.17
2. Kegiatan Pembelajaran Karakter Anak Di TK ABA Kalibulus
Bentuk upaya guru dalam membentuk karakter anak di TK ABA
Kalibulus adalah sebagai berikut:
1. Makan bersama dengan makanan yang bergizi.
Pemenuhan kebutuhan gizi yang baik diharapkan dapat
meningkatkan kekuatan serta kecerdasan anak. Pemberian makan
dilaksanakan setiap hari sabtu. Dalam kegiatan makan bersama ini,
penanaman nilai karakter yang dapat diajarkan tentang religius, mandiri
dan empati.
2. Memanfaatkan moment PHBI (Peringatan Hari Besar Islam untuk
pembinaan akhlak.
Bentuk kegiatan peringatan hari besar islam ini misalnya peringatan
hari raya idul adha. Peserta didik dilatih iuran bersama-sama untuk
membeli kambing. Daging kambing dimasak dengan orang tua/wali
peserta didik. Sementara daging di masak, peserta didik diberikan

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016

130

SETIANI DAN DIFLA NADJIH

kegiatan bercerita tentang hari raya idul adha.
3. Permainan lagu-lagu jawa
Macam-macam permainan lagu-lagu jawa seperti sluku-sluku
bathok, dakon, dan cublak-cublak suweng. Karakter yang diajarkan dalam
permainan lagu-lagu jawa ini diantaranya adalah religius dalam
permainan sluku-sluku bathok, kejujuran dalam dakon, dan cublak-cublak
suweng.
4. Field trip atau pengalaman belajar di luar sekolah
Field trip ini dilaksanakan sebulan sekali. Hal ini dilaksanakan agar
anak dapat belajar secara langsung, tidak bosan dengan kegiatan yang
hanya monoton di kelas saja. Pengalaman belajar ini dilaksanakan dengan
mengunjungi beberapa tempat misalnya kandang sapi, pasar, melihat cara
pembuatan telur asin, cara pembuatan tahu dan cara pembuatan emping.
Nilai karakter yang dapat diajarkan pada anak diantaranya mandiri,
kreatif, peduli lingkungan, peduli sosial, sopan santun, percaya diri,
toleransi, dan kerja keras. Dengan diadakannya field trip ini diharapkan
pendidikan karakter dapat langsung dirasakan oleh peserta didik.
5. Pembuatan buku cerita
Dalam menanamkan gemar membaca pada peserta didik, maka
upaya guru yang dilakukan adalah dengan membuat buku cerita sendiri.
Buku cerita digambar dan dibuat sendiri oleh guru, dengan kata-kata yang
sederhana, mudah dibaca dan dipahami oleh anak.
3. Metode Pembelajaran Karakter Anak Di TK ABA Kalibulus
Metode merupakan faktor penting yang tidak boleh diabaikan dalam
pembelajaran. Dengan metode yang tepat guna, sesuai kebutuhan peserta
didik, maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai. Beberapa metode
yang digunakan di TK ABA Kalibulus dalam upaya membentuk karakter
adalah sebagai berikut:
1. Metode Pembiasaan
Karakter dapat dibentuk melalui pembiasaan, pembiasaan bersikap
dan berbuat sesuai dengan ajaran agama atau suri tauladan guru atau
orang tua. Di TK ABA Kalibulus, metode pembiasaan yang dilakukan
dalam kegiatan berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum dan
sesudah makan, mencuci tangan, membuang sampah pada tempatnya,
profil 5S (senyum, sapa, salam, sopan, dan santun). 18
2. Metode Bercerita
Kegiatan bercerita merupakan kegiatan menuturkan suatu
informasi yang berisi tentang suatu hal. Metode ini digunakan untuk
mengembangkan perilaku dan kemampuan dasar pada anak usia dini.
Dengan cerita maka secara tidak langsung kita mengajak anak untuk
berkomunikasi yang akan menambah kreativitas dan daya fantasi anak
serta dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak.

131

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI
MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Di TK ABA Kalibulus, metode bercerita ini sangat menarik
perhatian peserta didik karena mereka lebih memahami materi yang akan
disampaikan. Metode ini digunakan guru untuk mengenalkan tentang
tolong menolong, manfaat menjaga lingkungan, dan bahaya-bahaya dari
gejala alam seperti gunung meletus, dan banjir. Peserta didik terlihat
terbawa oleh cerita yang dibacakan guru, setiap ada pertanyaan langsung
ada yang menjawab. Setelah dibacakan cerita guru menanyakan tentang
apa yang tadi sudah disampaikan, dan rata-rata anak bisa menjawab. 19
3. Metode Bercakap-cakap
Salah satu cara anak untuk belajar adalah bercakap-cakap. Pada
saat bercakap-cakap anak juga akan belajar bagaimana bahasa yang
digunakan untuk menyampaikan pesan. Informasi yang sesuai dengan
usia, kebutuhan, tingkat kemampuan kognitif anak akan membantu anak
dalam memahami dan mengatasi masalah yang dihadapi.
Di TK ABA Kalibulus, salah satu metode bercakap-cakap digunakan
untuk menyampaikan informasi tentang banjir. Bagaimana asal terjadinya
banjir, bahaya banjir dan bagaimana bila saudara kita mengalami banjir. 20
4. Metode Keteladanan
Metode keteladanan sering digunakan dalam rangka mengenalkan
nilai-nilai pendidikan islam, karena pada anak usia dini dikenal sebagai
peniru ulung, artinya anak mudah meniru semua perilaku yang ada di
lingkungan sekitarnya. Metode ini juga dikenal ampuh daripada hanya
diberikan nasihat. Contoh dari metode keteladanan adalah guru datang ke
sekolah tepat waktu, kegiatan mencuci tangan, membuang sampah pada
tempatnya. 21
5. Metode Pemberian Tugas
Metode ini diberikan pada waktu pengajaran klasikal. Contohnya
kegiatan mewarnai gambar kereta api, disini peserta didik disuruh
mewarnai yang sudah dicontohkan oleh guru, akan tetapi warnanya
terserah pada anaknya. 22
6. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan
cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan
mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang
didemonstrasikan. Contohnya adalah dalam kegiatan pembuatan kupukupu dari botol bekas milkuat. Di sini anak melihat, mendengarkan dan
meniru cara membuat kupu-kupu dengan botol bekas milkuat, tetapi
dalam pembuatan sayap kupu-kupu sesuai dengan kreativitas anak.23
Temuan di atas berbeda jauh dari kajian Suyatno. Penanaman
karakter perlu diperkenalkan kepada anak sejak usia dini karena
perlakuan yang diberikan akan terpateri kuat di dalam diri anak. Karakter
itu meliputi nilai-nilai universal dan nasionalisme dengan cara-cara

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016

132

SETIANI DAN DIFLA NADJIH

sederhana yang mudah dilakukan anak. TK disarankan untuk
mencanangkan karakter yang dikembangkan di sekolah dan
disosialisasikan kepada guru dan orangtua. Guru selanjutnya memodelkan karakter yang baik agar dapat dicontoh dan ditiru oleh anak-anak.
Pembentukan karakter juga dapat dilakukan melalui kegiatan pembiasaan
sehari-hari dan melalui kegiatan inti. Saran lainnya, Pendidikan karakter
dilakukan melalui pembelajaran terpadu dalam tema-tema yang ada.
Penilaian karakter hendaknya otentik melalui pengamatan secara periodik
dan terencana.24
D. Kesimpulan
Pembentukan karakter anak usia dini di TK ABA Kalibulus
disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakter Anak yang dibentuk adalah Religius, Kedisiplinan, Toleransi,
Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Bersahabat / komunikatif, Gemar
membaca, Tanggung Jawab, Kepemimpinan, Sopan santun
2. Upaya pembelajaran guru dalam membentuk karakter anak dengan
cara : makan bersama dengan makanan yang bergizi, memanfaatkan
moment PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) untuk pembinaan akhlak,
Permainan lagu-lagu jawa, Field trip atau pengalaman belajar di luar
sekolah, dan Pembuatan buku cerita.
3. Metode yang digunakan adalah Metode Pembiasaan, Metode Bercerita,
Metode Bercakap-cakap, Metode Keteladanan, Metode Pemberian
Tugas, Metode Demonstrasi.
Pendidik TK ABA Kalibulus dan orang tua terkait dalam
pembentukan karakter anak disarankan lebih meningkatkan kerjasama
antara pihak sekolah dengan orang tua/wali peserta didik agar pendidikan
dan pemantuan perkembangan anak sesuai dengan apa yang diajarkan di
sekolah, sehingga pembentukan karakter dapat tercapai dengan baik.
Catatan Akhir
Undang-undang No 20 Tahun 2003, Himpunan Peraturan Perundangundangan RI Tahun 2003, Jakarta: CV Eko Jaya, 2004, h. 7.
2 Slamet Suyanto, “Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini,” Jurnal
Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012, h. 1-10
3 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, Bandung: Rosdakarya, 2005, h. 139.
4 Sri Haryani dan ABA Firdaus al-Hallawani, Mendidik Anak Sejak Dini,
Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2003, h. 87.
5 Suyanto, “Pendidikan Karakter…”
6 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rusdakarya, 2000, h. 103.
7 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Nurbaiti, selaku guru kelas A di TK
ABA Kalibulus pada tanggal 20 Mei 2013.
8 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Tutik Wahyuni, selaku guru kelas B1 di
TK ABA Kalibulus pada tanggal 21 Mei 2013.
9 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Sriasih, selaku guru kelas B2 di TK
ABA Kalibulus pada tanggal 22 Mei 2013.
1

133

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI
MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Ibid.
Hasil wawancara langsung dengan Ibu Wartiyem, selaku guru pendamping
kelas B2 di TK ABA Kalibulus pada tanggal 22 Mei 2013.
12 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Nurbaiti, selaku guru kelas A di TK
ABA Kalibulus pada tanggal 20 Mei 2013.
13 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Tutik Wahyuni, selaku guru kelas B1
di TK ABA Kalibulus pada tanggal 21 Mei 2013.
14 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Sriasih, selaku guru kelas B2 di TK
ABA Kalibulus pada tanggal 22 Mei 2013.
15 Ibid.
16 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Nurbaiti, selaku guru kelas A di TK
ABA Kalibulus pada tanggal 20 Mei 2013.
17 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Eka Indarti selaku kepala sekolah, di
TK ABA Kalibulus pada tanggal 23 Mei 2013.
18 Ibid.
19 Wawancara dengan ibu Nurbaiti dan observasi langsung di kelas A, pada
tanggal 20 Mei 2013 di TK ABA Kalibulus.
20Ibid.
21 Wawancara dengan kepala sekolah dan observasi, pada tanggal 24 Mei 2013
di TK ABA Kalibulus.
22 Wawancara dengan ibu Tutik Wahyuni dan observasi langsung di kelas B1,
pada tanggal 21 Mei 2013 di TK ABA Kalibulus.
23 Wawancara dengan ibu Sri Asih dan observasi langsung di kelas B2, pada
tanggal 22 Mei 2013 di TK ABA Kalibulus.
24 Suyanto, “Pendidikan Karakter…”
10
11

Daftar Pustaka
Undang-undang No 20 Tahun 2003. Himpunan Peraturan Perundangundangan RI Tahun 2003. Jakarta: CV Eko Jaya, 2004.
Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung: Rosdakarya, 2005
Lexy J. Moeloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rusdakarya, 2000
Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung: Rosdakarya, 2005.
__________. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011
Ali Nugraha,dkk., Kurikulum dan Bahan Belajar TK. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007.
Dapartemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Hibana S. Rahman. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: PGTKI Press, 2002
Kementerian Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), tahun 2010
__________, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.74 Tahun
2008 tentang Guru (Jakarta: CV. Eko Jaya, 2008)
Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Pedoman Pelaksanaan
Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemnedinas, 2011

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016

134

SETIANI DAN DIFLA NADJIH

Lexy J. Moeloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rusdakarya, 2000
M. Furqon Hidayatullah. Guru Sejati: Membangun Insan Karakter Kuat
& Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka, 2009
Ngainun Naim. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009
Slamet Suyanto, “Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini,” Jurnal
Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012, h. 1-10
Soegeng Santoso. Dasar-Dasar Pendidikan TK, Jakarta: Universita
Terbuka, 2006.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik
edisi V. Jakarta, Rineka Cipta, 2002.

135

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016