UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KREATIVITAS BERPIKIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BILAH BARAT.
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KREATIVITAS
BERPIKIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN
KONSEP PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1
BILAH BARAT
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
SINTONG NAINGGOLAN
NIM 081188730049
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
ABSTRAK
SINTONG NAINGGOLAN. NIM. 081188730049. Upaya Meningkatkan
Pemahaman Konsep Dan Kreativitas Berpikir Melalui Model Pembelajaran
Pencapaian Konsep Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat. Tesis
Program Studi Pendidikan Matematika. Pasca Sarjana Universitas Negeri
Medan. 2013
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan pemahaman konsep matematika
melalui penerapan model pencapaian konsep pada siswa kelas VII SMP Negeri 1
Bilah Barat. (2) meningkatkan kreatifitas berpikir siswa pada mata pelajaran
matematika melalui penerapan model pencapaian konsep pada siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Bilah Barat. (3) mendeskripsikan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran pencapaian konsep
berlangsung. (4) mengetahui proses penyelesaian masalah pemahaman konsep dan
kreativitas berpikir setelah penerapan model pembelajaran pencapaian konsep.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Populasi penelitian ini adalah
siswa kelas VII–A SMP Negeri 1 Bilah Barat tahun pelajaran 2012/ 2013.
Instrumen yang digunakan tes pemahaman konsep dan tes kreativitas berpikir,
Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar
observasi kemampuan guru mengajar. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan
oleh validator dan berdasarkan perhitungan maka instrumen tersebut dinyatakan
telah memenuhi syarat. Anlisis data yang digunakan adalah analisis secara
deskriptif terhadap kemampuan pemahaman konsep dan kreativitas berpikir
dengan kriteria “Sangat Kurang, Kurang, Cukup, Baik, Sangat Baik”. Analisis
kemampuan pemahaman konsep dan kreativitas berpikir dilakukan pada setiap
akhir siklus pembelajaran. Penelitian dihentikan ketika tingkat kemampuan
pemahaman dan kreativitas berpikir siswa secara klasikal minimal 80% berada
pada kategori minimal cukup. Hasil penelitian pada siklus I secara klasikal tingkat
pemahaman konsep sebesar 75% atau 24 orang siswa dan tingkat kreativitas
berpikir sebesar 62,5% atau 20 orang. Pada siklus II secara klasikal tingkat
pemahaman konsep sebesar 96,875% atau 30 orang siswa dan tingkat kreativitas
berpikir sebesar 90,625% atau 29 orang. Kesimpulan penelitian ini adalah (1)
Penerapan pembelajaran model pencapaian konsep dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika dan kreativitas berpikir siswa kelas VII-A SMP
Negeri 1 Bilah Barat. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada guru
khususnya guru mata pelajaran matematika agar pembelajaran model pencapaian
konsep dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran di kelas.
ABSTRACT
Sintong Nainggolan. NIM. 081188730049. Endeavour to Improve
Understanding Concepts And Creative Thinking Through Learning Model
Concept Achievement In Seventh Grade Students of SMP Negeri 1 Bilah
Barat. Thesis Mathematics Education Program. Graduate University of
Medan. 2013
This study aims to: (1) improve the understanding of mathematical concepts
through the application of the concept attainment model of class VII students of
SMP Negeri 1 Bilah Barat. (2) improve students' creative thinking in mathematics
achievement through the application of the concepts in class VII student of SMP
Negeri 1 Bilah Barat. (3) describe the activities of the students during the learning
process is to apply the concept attainment model of learning. (4) understand the
process of problem solving and creative thinking conceptual understanding after
the application of the concept of learning achievement . This research is a class
act. The study population was a student of class VII - A SMP Negeri 1 Bilah
Barat of the school year 2012/2013. Instruments used test understanding of
concepts and creative thinking test, Student Worksheet, observation of student
activity sheets, and a teacher's ability to teach observation sheet. Based on the
results of the validation performed by the validator and is based on the calculation
of the instrument has been declared qualified. Anlisis data used is descriptive
analysis of the ability of understanding the concept and creative thinking with the
criteria "Very Less, Less, Enough, Good, Very Good". Analytical skills and
understanding of the concept of creativity thinking is done at each end of the
learning cycle. The study was stopped when the level of understanding of
students' thinking and creativity in the classical minimum of 80 % in the category
of pretty minimal . The results in the first cycle in the classical level of
understanding of the concept of 75% or 24 students and the level of creativity to
think of 62.5 % or 20 people . In the second cycle in the classical level of
understanding of the concept of 96.875 % or 30 students and the level of creativity
to think of 90.625 % or 29 people . The conclusion of this study is ( 1 ) The
application of the concept attainment model study can improve understanding of
mathematical concepts and creative thinking class VII - A SMP Negeri 1 Bilah
Barat. Based on the results of this study suggested to the teachers, especially
teachers for learning mathematics achievement concept models can be used as an
alternative model of learning in the classroom.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan pada Tuhan Yang Mahaesa yang telah
memberikan kesehatan, kesempatan, dan kekuatan bagi saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul Upaya Meningkatkan Pemahaman
Konsep Dan Kreativitas Berpikir Melalui Model Pembelajaran Pencapaian
Konsep Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat, disusun
untuk
melengkapi tugas untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Proggram Pasca
Sarjana, Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang tulus dan
penghargaan yang setingi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
peneliti hingga selesainya tesis ini. Semoga Tuhan Yang Mahaesa memberkati
mereka, amin. Terimakasih dan penghargaan khusus peneliti sampaikan kepada :
1. Istri saya tercinta Duma Veronika Manik, anak-anakku tersayang Josua
Gaolus Nainggolan, Walter Felix Nainggolan, Sintia Geni Audi Nainggolan
yang senantiasa mendoakan, memberi dukungan moril dan materil dengan
penuh kesabaran pada peneliti hingga selesainya studi dan tesis ini.
2. Ayahanda St. Guntur Nainggolan (ϯ) dan Ibunda Radoim Manik (ϯ) yang
tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan bagi peneliti
ketika dimasa hidupnya.
3. Bapak Mertua Djahirim Manik (ϯ) dan ibu mertua Roslina Simarmata yang
telah memberi dukungan moril dan materik bagi peneliti hingga selesainya
studi dan tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku dosem pembimbing I yang telah
membimbing peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.
5.
Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku dosem pembimbing II yang telah
membimbing peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Pasca Sarnaja UNIMED yang telah memberikan arahan bagi
peneliti hinga selesainya tesis ini.
7. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Matematika Pasca Sarnaja UNIMED yang telah memberikan
arahan bagi peneliti hinga selesainya tesis ini
8. Bapak Dapot Tua Manullang, SE. M,.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan
Matematika Pasca Sarnaja UNIMED yang telah memberikan semangat dan
bantuan administrasi bagi peneliti hinga selesainya tesis ini.
9. Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Bilah Barat: Drs. Mahmudin Siregar,
M.Pd., Ibu Tuty Dariani, M.Pd., Bapak Amri, S.Pd., Bapak Drs. Jonny
Nababan yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti dalam
melanjutkan studi ke tingkat pasca sarjana (S-2).
10. Teman satu angkatan (angkatan ke IV Prodi Pendidikan Matematika)
khususnya Adi Suarman Situmorang, M.Pd., Adrianto Beni Pasaribu yang
telah memberikan dukungan bagi peneliti hingga selesainya teisis ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan
dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan yang Mahaesa Sang Maha Pencipta dan Maha Pemurah
memberkati dan memberikan kesehatan dan umur yang panjang bagi Bapak dan
Ibu sekalian. Dengan segenap keamampuan yang dimiliki, peneliti telah berupaya
menyelesaikan tesis ini, namun peneliti menyadari masih banyak kelemahan baik
dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini, kiranya isi
tesis ini bermanfaat dalam ilmu pendidikan.
Medan, November 2013
Peneliti
Sintong Naninggolan
NIM. 081188730049
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
i
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Definisi Operasional
1
12
13
13
13
14
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Belajar
2.2. Belajar Matematika
2.3. Pemahaman Konsep
2.3.1. Pencapaian Konsep
2.4. Kreativitas
2.4.1. Pengukuran Kreativitas
2.5. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dan
Penerapannya
2.5.1. Pengertian Model Pembelajaran Pencapaian Konsep
2.5.2. Tujuan Penggunaan Model Pencapaian Konsep
2.5.3. Merencanakan Pelajaran Model Pencapaian Konsep
2.5.4. Penerapan model Pencapaian Konsep
2.5.5. Strategi-Strategi Penemuan Konsep
2.6. Struktur Pengajaran Model Pencapaian Konsep
2.7. Tingkat-Tingkat Pencapaian Konsep
2.8. Teori Belajar Pendukung
2.9. Penelitian Tindakan Kelas
2.9.1. Kelebihan dan Kekurangan PTK
2.9.2. Proses Penelitian Tindakan Kelas
2.10. Obsevasi Kegiatan Tindakan
2.11. Materi Bangun Datar Segi Empat di SMP
2.12. Penelitian Yang Relevan
2.13. Kerangka Berpikir
2.14. Hipotesis Tindakan
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
3.3. Variabel Penelitian
3.4. Mekanisme dan Rancangan Penelitian
3.5. Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Tes
17
18
21
27
29
31
33
33
35
35
37
39
41
45
46
48
50
51
54
55
57
59
63
65
65
66
66
77
78
3.5.2. Lembar Observasi
3.5.3. Uji Coba Instrumen
3.6. Teknik analisis Data
BAB. IV
4.1
4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.1.4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
Hasil Tes Pemahaman Konsep
Hasil Tes Kreativitas berpikir
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengkelola
Pembelajaran
4.2
Hasil Refleksi Siklus I
4.2.1 Proses Penyelesaian Masalah
4.2.1.1 Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep
4.2.1.2 Analisis Kemampuan Kreativitas Berpikir
4.2.2 Revisi RPP
4.3
Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
4.3.1 Hasil Tes Pemahaman Konsep
4.3.2 Hasil Tes Kreativitas berpikir
4.3.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siswa Siklus II
4.3.4 Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengkelola
Pembelajaran Sklus II
4.4
Hasil Refleksi Siklus II
4.4.1 Proses Penyelesaian Masalah
4.4.1.1 Analisis Proses Penyelesaian Masalah Pemahaman
Konsep
4.4.1.2 Analisis Proses Penyelesaian Masalah Kreativitas berpikir
4.4.2 Aktivitas siswa
4.4.3 Kemampuan Guru dalam Mengkelola Pembelajaran
4.5
Temuan Penelitian
4.6
Pembahasan Hasil Penelitian
4.6.1 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa
4.6.2 Peningkatan Kreativitas berpikir
4.6.3 Aktivitas Aktif Siswa
4.6.4 Kemampuan Guru dalam Mengkelola Pembelajaran
81
84
88
97
96
99
103
107
110
111
113
121
132
140
140
143
148
152
153
153
155
162
170
170
171
173
173
174
175
176
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
178
170
DAFTAR PUSTAKA
180
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data perolehan nilai Ujian Nasional Matemtaika di SMP
Negeri 1 Bilah Barat
4
Tabel 2.1. Struktur Pengajaran Model Pencapaian Konsep
42
Tabel 3.1 Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran
72
Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep
79
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Kreativitas Berpikir
80
Tabel 3.4. Validitas Butir Soal Pemahaman Konsep Matematika
86
Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran Butir Soal
87
Tabel 3.6 Daya Pembeda untuk butir soal
88
Tabel 3.7 Persentase Waktu Ideal (PWI) Aktivitas Siswa
94
Tabel 4.1 Skor Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa (SKPK 1)
Siklus I
99
Tabel 4.2. Skor Tes Kreativitas berpikir Siswa (SKKB 1) Siklus 1
103
Tabel 4.3 Kadar Aktivitas Siswa Siklus I
104
Tabel 4.4 Kemampuan Guru Mengkelola Pembelajaran Siklus I
109
Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Pemahaman Konsep
112
Tabel 4.6 Tingkat Kreativitas Berpikir Siswa
113
Tabel 4.7 Revisi Perangkat Pembelajaran Siklus II Berdasarkan Hasil
Refleksi Siklus
133
Tabel 4.8
Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa (SKPK) Siklus II 143
Tabel 4.9
Skor Kemampuan Kreativitas Berpikir Siswa (SKKB) Siklus II
147
Tabel 4.10 Kadar Aktivitas Siswa Siklus II
149
Tabel 4.11 Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Siklus II
154
Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Kreativitas Berpikir Siswa Siklus II
155
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Sampel Jawaban siswa pada tes pemahaman konsep
5
Gambar 1.2. Sampel Jawaban siswa pada tes kreativitas
7
Gambar 2.1.
Alur Dalam Penelitian Tindakan Kelas
53
Gambar 2.2
Model bangun datar jajargenjang
55
Gambar 2.3
Model bangun datar persegipanjang
56
Gambar 2.4
Model bangun datar persegi
56
Gambar 2.5
Model bangun datar layang-layang
56
Gambar 2.6
Model bangun datar belah ketupat
57
Gambar 2.7
Model bangun datar trapesium
57
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Grafik persentase kemampuan pemahaman konsep pada
siklus I
Tingkat Pemahaman Konsep Siklus I
97
100
Gambar 4.3
Grafik persentase kemampuan kreativitas berpikir no. 1 siklus I
100
Gambar 4.4
Grafik persentase kemampuan kreativitas berpikir no. 2 siklus I
101
Gambar 4.5
Grafik persentase kemampuan kreativitas berpikir no. 3 siklus I
101
Gambar 4.6
Grafik persentase rata-rata kemampuan kreativitas berpikir siklus 102
Gambar 4.7
Tingkat kreativitas berpikir Siswa Siklus I
103
Gambar 4.8
Grafik Kadar Aktivitas Siswa Siklus I
108
Gambar 4.9
Tingkat Kemampuan Guru Mengkelola Pembelajaran Siklus I
110
Gambar 4.40 Grafik persentase kemampuan pemahaman konsep siklus I
142
Gambar 4.41 Tingkat Pemahaman Konsep Matematika Siswa Siklus II
144
Gambar 4.43
Grafik kemampuan kreativitas berpikir no. 1 siklus II
145
Gambar 4.44
Grafik kemampuan kreativitas berpikir no. 2 siklus II
145
Gambar 4.45
Grafik kemampuan kreativitas berpikir no. 3 siklus II
146
Gambar 4.46
Grafik persentase kemampuan kreativitas berpikir siklus II
147
Gambar 4.47 Tingkat Kemampuan Kreativitas Berpikir Siklus II
148
Gambar 4.48 Kadar Aktivitas Siswa Siklus II
150
Gambar 4.49 Kemampuan Guru Mengajar Siklus II
153
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
181
Lampiran A2 Hasil Uji Coba Instrumen Tes
183
Lampiran A3 Pedoman Penilaian Proses Jawaban Kemampuan Pemahaman
Konsep
193
Lampiran A4 Pedoman Penilaian Proses Jawaban Kreativitas Berpikir Siswa 195
Lampiran A5 Tes Pemahaman Konsep
196
Lampiran A6 Tes Pemahaman Konsep
198
Lampiran B1 RPP Siklus I
200
Lampiran B2 RPP Siklus II
221
Lampiran C1 Buku Guru Siklus I
249
Lampiran C2 Buku Guru Siklus II
268
Lampiran C3 Buku Siswa Siklus I
283
Lampiran C4 Buku Siswa Siklus II
292
Lampiran D1 LKS Siklus I
301
Lampiran D2 LKS Siklus II
319
Lampiran E1 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Kemampuan Pemahaman
Konsep Siklus I
333
Lampiran E2 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Kreativitas Berpikir Siklus I 334
Lampiran E3 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Pemahaman Konsep Siklus II 335
Lampiran E4 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Kreativitas Berpikir Siklus II 336
Lampiran F1 Skor Aktivitas Siswa Siklus I
337
Lampiran F2 Skor Aktivitas Siswa Siklus II
339
Lampiran G1 Skor Kemampuan Guru Mengajar Siklus I
341
Lampiran G2 Skor Kemampuan Guru Mengajar Siklus II
342
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menghadapi tantangan atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
yang semakin kompleks dan juga makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan
unsur yang paling penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Melalui
pendidikan manusia akan dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
meningkatkan sumber daya manusia, dan dapat menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. Hal ini sejalan dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem
pendidikan
nasional
bahwa
pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencedaskan kehidupan bangsa (UU No. 20 Tahun
2003)
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Trianto (2010: 1) mengatakan bahwa
“Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan
budaya kehidupan”. Trianto (2010: 5) menyebutkan “Pendidikan hendaknya
melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di
masa yang akan datang”. Sementara menurut Buchori dalam Trianto (2009: 5)
1
2
bahwa menyatakan “Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari”.
Hal ini berarti bahwa pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. Oleh
karena itu pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kecakapan
hidup manusia.
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang turut
dalam memajukan pendidikan, oleh karena itu mempelajari matematika sangat
penting. Sejalan dengan ini NRC (National Research Council) dari Amerika
Serikat yang dikutip Fadjar Shadiq (2010) telah menyatakan pentingnya
matematika dengan pernyataan sebagai berikut Mathematics is the key to
opportunity. Matematika adalah kunci ke arah peluang-peluang. Masih menurut
NRC, bagi seorang siswa keberhasilan mempelajarinya akan membuka pintu karir
yang cemerlang. Bagi para warganegara, matematika akan menunjang
pengambilan keputusan yang tepat. Bagi suatu negara, matematika akan
menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi di bidang ekonomi dan
teknologi.
Sedemikian pentingnya mempelajari matematika sehingga matematika
dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan seseorang. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan Shadiq yaitu “Jika seorang siswa berhasil mempelajari matematika
dengan baik maka ia diprediksi akan berhasil juga mempelajari mata pelajaran
lain. Begitu juga sebaliknya, seorang anak yang kesulitan mempelajari
matematika akan kesulitan juga mempelajari mata pelajaran lain. Peran penting
3
matematika diakui Cockcroft (dalam Shadiq: 2010) yang menulis It would be very
difficult – perhaps impossible – to live a normal life in very many parts of the
world in the twentieth century without making use of mathematics of some kind
yang berarti Akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup
di bagian bumi ini pada abad ke-20 ini tanpa sedikitpun memanfaatkan
matematika.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa matematika menyatu dengan
pola kehidupan manusia atau matematika adalah bagian dari hidup manusia,
sehingga matematika sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan sehari-hari. Oleh
karena itu sudah menjadi keharusan kalau pengetahuan tentang matematika harus
ditingkatkan bagi setiap individu khususnya para pembelajar, karena dengan
penguasaan terhadap matematika akan sangat menunjang dalam meraih tujuan
hidupnya termasuk pekerjaan yang layak. Sejalan dengan pernyataan NRC dalam
Shadiq (2010) yaitu: “Communication has created a world economy in which
working smarter is more important …. Jobs that contribute to this world economy
require workers who are mentally fit—workers who are prepared to absorb new
ideas, to adapt to change, to cope with ambiguity, to perceive patterns, and to
solve unconventional problems”, yang berarti di masa kini dan masa yang akan
datang, di era komunikasi dan teknologi canggih, dibutuhkan para pekerja cerdas
(smarter) daripada pekerja keras (harder). Dibutuhkkan para pekerja yang telah
disiapkan untuk mampu mencerna ide-ide baru (absorb new ideas), mampu
menyesuaikan terhadap perubahan (to adapt to change), mampu menangani
ketidakpastian (cope with ambiguity), mampu menemukan keteraturan (perceive
4
patterns), dan mampu memecahkan masalah yang tidak lazim (solve
unconventional problems).
Kenyataan adalah suatu hal yang mengecewakan di mana prestasi belajar
matematika tidak seperti yang diharapkan, mutu pendidikan Indonesia terutama
dalam mata pelajaran matematika masih rendah. Hal ini didukung oleh: Data
UNESCO yang menunjukkan bahwa peringkat matematika Indonesia berada di
deretan 34 dari 38 negara. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian tim
Programme of International Student Assessment (PISA) yang menyatakan
Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41 negara pada kategori literatur
matematika. Selanjutnya hasil penelitian Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) yang menyatakan bahwa matematika Indonesia berada di
peringkat ke-34 dari 38 negara (data UNESCO).
Secara lokal hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika juga relatif
sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai perolehan siswa pada ujian nasional
di SMP Negeri 1 Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu dari tahun 2005 sampai
tahun 2009, seperti pada tabel 1.1. berikut :
Tabel 1.1. Data perolehan nilai ujian nasional matematika di SMP Negeri 1
Bilah Barat.
MATA
PELAJARAN
Matematika
2005
5,25
TAHUN / NILAI
2006
2007
2008
5,00
4,50
4,85
2009
5.30
Selain dari data hasil ujian nasional di atas, data skor perolehan siswa pada
tes try out yang dilaksanakan menjelang Ujian Nasional bagi siswa kelas IX di
SMP Negeri 1 Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2008 sampai
tahun 2010, masih rendah. Rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan
oleh rendahnya tingkat pemahaman siswa pada konsep-konsep matematika. Hal
5
ini terlihat dari fakta yang menunjukkan jika siswa diminta untuk menggambar
model persegi ternyata yang tergambar adalah persegi panjang atau jajargenjang,
dengan kata lain tidak memenuhi sisfat-sifat atau ciri-ciri persegi. Demikian juga
sebaliknya jika siswa diminta untuk menggambar model persegi panjang, ternyata
yang tergambar bukan persegi panjang, melainkan persegi atau jajargenjang, atau
trapesium. Untuk mendukung tentang rendahnya kemampuan dan pemahaman
siswa pada mata pelajaran matematika, telah dilakukan tes pendahuluan terhadap
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat. Tes yang diberikan adalah untuk
mengetahui tingkat pemahaman konsep dan krativitas berpikir siswa. Materi tes
adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, dimana materi ini telah
dipelajari siswa ketika siswa duduk di tingkat SD. Hasil tes menunjukkan siswa
tidak paham tentang konsep matematika, dan tingkat kreativitas berpikirnya masih
rendah. Dari 30 orang siswa hanya 4 orang yang menjawab benar, selainnya siwa
menjawab salah atau tidak menjawab. Berikut ini diberikan sampel jawaban
siswa:
Gambar 1.1: Sampel Jawaban siswa pada tes pemahaman
konsep
Berdasarkan jawaban siswa di atas diketahui bahwa pemahaman siswa terhadap
konsep matematika masih rendahnya:
6
Jawaban siswa untuk soal No 1:
Siswa tidak mampu mengurutkan bilangan dengan benar. Ini berarti bahwa
siswa tidak dapat menggolongkan objek (bilangan bulat) menurut sifatsifatnya dengan benar. Kesalahan jenis ini dilakukan oleh 22 orang.
Jawaban siswa untuk soal No 2:
Siswa tidak mampu menghitung selisih antara suhu pada lemari es pertama
dan suhu pada lemari es kedua, yang dikerjakan siswa tidak ada kaitannya
dengan selisih kedua suhu lemari es. Ini berarti bahwa siswa tidak mampu
mengaplikasikan konsep selisih dalam meyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Kesalahan jenis ini dilakukan oleh 20 orang dan
terdapat 8 orang tidak menjawab.
Jawaban siswa untuk soal No. 3:
Siswa tidak mampu menghitung skor total perolehan siswa dalam tes. Ini
berarti bahwa siswa tidak mampu mengaplikasikan konsep penjumlahan,
pengurangan dan perkalian dalam meyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Kesalahan jenis ini dilakukan oleh 12 orang dan terdapat 13
orang tidak menjawab.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa siswa kurang menguasai konsep
dalam mata pelajaran matematika.
Dari hasil tes pendahuluan juga diketaui bahwa kreativitas siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika juga masih rendah. Berikut ini adalah
jawaban siswa dalam tes kreativitas (soal 4 dan 5):
7
Gambar 1.2. : Sampel Jawaban siswa pada tes kreativitas
Untuk soal No. 4:
Pada soal ini diharapkan siswa memberikan ide atau gagasan atau argumentasi
dalam menentukan posisi Ani pada anak tangga, misalnya dengan
mengambarkan sketsa tangga dan posisi Ani mula-mula, kemudian naik tiga
anak tangga dan tiga anak tangga yang keduakalinya. Jawaban siswa salah,
siswa hanya memberikan penyelesaian akhir dengan alasan yang salah.
Jawaban siswa tidak menunjukkan kelancaran, fleksibelitas, dan keaslian.
Kesalahan jenis ini dilakukan oleh 18 orang dan 9 orang tidak memberikan
jawaban.
Untuk soal No. 5:
Pada soal ini diharapkan siswa memberikan ide atau gagasan atau argumentasi
posisi kota A, B, dan C, misalnya dengan mengambarkan sketsa, kemudian
mengitung jarak antara kota A dan C. Jawaban siswa benar, namun tidak
menunjukkan fleksibelitas dan keaslian. Bentuk jawaban jenis ini dilakukan
oleh 15 orang dan 15 orang lainnya tidak memberikan jawaban.
Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya tingkat pemahaman dan
kreativitas berpikir siswa antara lain, pembelajaran yang terlaksana cenderung
berpusat pada guru, guru memberikan rumus-rumus dan memberi contoh soal dan
8
penyelesaian. Kegiatan siswa hanya diseputar mengerjakan soal berdasarkan
rumus yang ada dan berdasarkan contoh yang pernah diberikan oleh guru tanpa
mengetahui dari mana datangnya rumus, siswa tidak dilibatkan dalam proses
pemahaman konsep dan penemuan rumus, melainkan langsung diberikan oleh
guru. Siswa tidak diberi kesempatan untuk berkreasi dan mengemukankan ideidenya. Dengan pembelajaran yang berpusat pada guru pemahaman terhadap
konsep matematika tidak berkembang, siswa tidak kreatif dalam memecahkan
masalah, dan siswa menggolongkan matematika sebagai pelajaran yang tidak
menyenangkan.
Pembelajaran yang diterapkan guru di kelas dalam menyampaikan materi
pelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang terlaksana
adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, guru mendominasi pembelajaran
sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih sangat kurang.
Sejalan dengan itu Abdurrahman (2003:38) mengemukakan bahwa :
Yang menjadi faktor penyebab rendahnya atau kurangnya
pemahaman peserta didik terhadap konsep matematika, salah satu
diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh
pengajar. Misalnya, dalam pembelajaran yang berorientasi pada
pendekatan tradisional yang menempatkan peserta didik dalam
proses belajar mengajar sebagai pendengar”.
Dari kutipan di atas diketahui bahwa proses pembelajaran yang terlaksana di kelas
berpusat pada guru. Oleh karena itu siswa tidak memahami apa yang diajarkan
oleh guru karena siswa hanya sebatas menerima apa yang disampaikan oleh guru
saja.
Pada pembelajaran yang berpusat pada guru (dalam penelitian ini disebut
sebagai pembelajaran konvensional), metode pembelajaran yang digunakan guru
adalah metode ceramah/ ekspository, siswa duduk dengan tertib mendengarkan
9
penjelasan guru. Siswa bukan lagi sebagai subyek pembelajaran melainkan obyek
pembelajaran. Siswa diajari dan bukan dibelajarkan, siswa cenderung pasif dan
hanya menunggu perintah oleh guru. Keadaan seperti ini sangat mempengaruhi
perkembangan kreativitas berpikir siswa .
Pemahaman konsep yang baik akan turut mempengaruhi daya kreativitas
berpikir siswa terhadap pemecahan masalah matematika. Oleh karena itu jika
siswa tidak memahami konsep matematika dengan baik, maka siswa tidak dapat
menganalisa permasalahan, sehingga siswa tidak mampu untuk menyelesaikan
masalahnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Chen & Dachler, Lesgold,
(dalam Slavin: 2009) bahwa ”Salah satu metode penyelesaian soal kreatif yang
sering diusulkan ialah menganalisa dan menjajarkan ciri-ciri utama dan unsurunsur khusus suatu soal”. Sementara itu pemahaman konsep diperlukan untuk
melahirkan ide-ide ataupun gagasan baru maupun karya nyata. Untuk
menumbuhkan kreatifitas siswa, sajian materi perlu memuat beragam strategi,
pemberian soal-soal yang tidak rutin atau latihan pemecahan masalah. Soal yang
tidak rutin adalah soal yang tipenya berbeda dengan contoh atau soal latihan yang
telah disajikan. Dalam pemecahan masalah (problem solving) yang meliputi
memahami masalah, merancang model, memecahkan model, memeriksa hasil
(mencari solusi yang layak) dan menafsirkan solusi yang diperoleh juga
diperlukan pemahaman konsep yan baik.
Joyce (2009; 131) menyatakan “Jika siswa sudah mengetahui suatu
konsep tertentu, mereka dapat dengan mudah belajar menamakannya”. Dari
pendapat tersebut dapat dipahami bahwa siswa yang telah memahami suatu
konsep mampu menjelaskan sebuah definisi dengan kata-kata sendiri menurut
10
sifat-sifat/ ciri-ciri yang esensial, mampu membuat/ menunjukkan contoh dan
yang bukan contoh, dan mampu mendeskripsikan pemikirannya dalam
menyelesaikan masalah. Sejalan dengan itu Depdiknas (2003) memberikan
pedoman mengenai beberapa kompetensi yang perlu diperhatikan guru dalam
melakukan
penilaian,
yaitu:
(1)
pemahaman
konsep:
siswa
mampu
mendefinisikan konsep, mengidentifikasi, dan memberi contoh atau bukan contoh
dari konsep tersebut; (2) prosedur: siswa mampu mengenali prosedur atau proses
menghitung yang benar dan tidak benar; (3) komunikasi: siswa mampu
menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis atau
mendemonstrasikan; (4) penalaran: siswa mampu memberikan alasan induktif dan
deduktif sederhana; (5) pemecahan masalah: Siswa mampu memahami masalah,
memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah.
Arends (2008: 328) menyatakan bahwa ”Pengajaran konsep adalah salah
satu cara untuk memberikan ide-ide baru dan memperluas serta mengubah
skemata yang sudah ada”. Pencapaian konsep merupakan proses mencari dan
mendaftar sifat-sifat yang dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh
yang tepat dengan contoh-contoh yang tidak tepat dari berbagai katergori”
Dalam model pencapaian konsep ini guru sangat berperan penting dan
diantaranya yang harus diperhatikan yaitu; menciptakan suatu lingkungan
sedemikian sehingga siswa merasa bebas untuk berpikir dan menduga tanpa rasa
takut dari kritikan dan ejekan. Pencapaian konsep itu juga harus dijelaskan dan
diilustrasikan bagaimana model pencapaian konsep itu berlangsung. Siswa
dibimbing dalam proses itu serta mengartikan pemikiran-pemikiran mereka.
Model pembelajaran pencapaian konsep memberi dampak instruksional pada
11
siswa yaitu memahami hakikat konsep dan strategi pembentukan konsep yang
akan bermuara pada analisis strategi berpikir melalui penalaran induktif, sehingga
diidentifikasikan bahwa penerapan model pembelajaran pencapaian konsep dan
penalaran induktif siswa yang akan meningkatkan kreatifitas siswa.
Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran pencapaian konsep memiliki
keunggulan dari model pembelajaran lainnya yaitu dapat mendukung peningkatan
kreativitas berpikir siswa dan meningkatkan kemampuan untuk belajar dengan
cara lebih mudah dan lebih efektif dalam memahamkan dan pembentukan konsep
pada siswa. Untuk mencapai pemahaman terhadap suatu konsep matematika perlu
diterapkan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pencapaian konsep.
Siswa diarahkan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya tentang suatu
konsep tertentu dengan menyebutkan contoh dan yang bukan contoh dari suatu
konsep yang dipelajari, menemukan dan mengembangkan kemampuannya serta
dapat mengungkapkan dalam bahasa sendiri tentang apa yang diterima dan diolah
selama pembelajaran berlangsung.
Sehubungan dengan uraian di atas tentang rendahnya pemahaman konsep
dan kreativitas berpikir siswa pada mata pelajaran matematika perlu adanya suatu
model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman konsep dan
kreativitas berpikir pada mata pelajaran matematika. Model pembelajaran
pencapaian konsep merupakan salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan
pemahaman konsep dan kreatifitas siswa. Berdasarkan uraian di atas, perlu
dilakukan suatu penelitian tentang model pembelajaran pencapaian konsep
dengan judul “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kreativitas
12
Berpikir Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Bilah Barat”.
1.2. Identifikasi Masalah
Untuk memberikan arahan terhadap penelitian ini maka perlu dilakukan
identifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut:
1.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah.
2.
Nilai perolehan siswa dalam ujian nasional di SMP Negeri 1 Bilah Barat
untuk mata pelajaran matematika masih tergolong rendah
3.
Tingkat pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.
4.
Kemampuan siswa kelas VII menyebutkan definisi dengan kata-kata sendiri,
menyebutkan contoh dan yang bukan contoh, dan kemampuan siswa untuk
menyelesaikan masalah matematika berkaitan dengan pemahaman konsep
sangat rendah.
5.
Aktivitas siswa cenderung pasif dan hanya menunggu perintah oleh guru
untuk dikerjakan.
6.
Siswa tidak mampu menggambar model persegi atau persegi panjang dengan
tepat.
7.
Kemampuan berpikir kreatif siswa sangat rendah.
8.
Pembelajaran yang terlaksana cenderung berpusat pada guru.
9.
Kegiatan siswa hanya diseputar mengerjakan soal berdasarkan rumus
10. Pemahaman dan kreativitas siswa tidak berkembang dan menggolongkan
matematika sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan.
13
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dilakukan berkaitan dengan terbatasnya kemampuan
yang dimiliki. Dengan demikian dapat dibatasi masalah yaitu:
1. Pemahaman konsep matematika siswa rendah
2. Kemampuan berpikir kreatif siswa rendah
3. Aktivitas siswa cenderung pasif dan hanya menunggu perintah oleh guru
1.4. Rumusan Masalah
Untuk memberikan arahan penelitian ini lebih spesifik maka dibuat
rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep matematika siswa SMP Negeri
1 Bilah Barat setelah penerapan pembelajaran model pencapaian konsep ?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP Negeri 1
Bilah Barat setelah penerapan pembelajaran model pencapaian konsep ?
3. Bagaimana penerapan pembelajaran model pencapaian konsep selama
proses pembelajaran berlangsung ?
4. Bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang menerapkan
pembelajaran model pencapaian konsep berlangsung ?
5. Bagaimana proses penyelesaian masalah pemahaman konsep dan kreativitas
berpikir setelah penerapan pembelajaran model pencapaian konsep ?
1.5. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah dapat dijabarkan beberapa tujuan penelitian sebagai
berikut:
14
1.
Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika melalui penerapan model
pencapaian konsep pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat.
2.
Untuk meningkatkan kreativitas berpikir siswa pada mata pelajaran matematika
melalui penerapan model pencapaian konsep pada siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Bilah Barat.
3.
Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran pencapaian konsep berlangsung.
4.
Untuk mengetahui proses penyelesaian masalah pemahaman konsep dan
kreativitas berpikir setelah penerapan model pembelajaran pencapaian
konsep.
1.6. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
pendidik, pengembang pendidikan yang bersifat teoritis dan praktis:
1.
Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan
pemikiran bagi guru-guru, pengelola, pengembang, dan lembaga-lembaga
pendidikan dalam dinamika pelaksanaan pembelajaran matematika, bahan
perbandingan bagi peneliti yang lain yang membahas dan meneliti
permasalahan yang sama.
2.
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermafaat untuk memperluas
wawasan guru dan pengembang pendidikan khususnya guru-guru matematika
agar dapat lebih mengembangkan model pembelajaran dengan baik. Bagi
siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika sekaligus
untuk menumbuhkan kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dengan argumentasi yang benar.
15
1.7. Definisi Operasional
1.
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan
klasifikasi atau penggolongan yang pada umunya dinyatakan dengan suatu
istilah atau rangkaian kata. menjelaskan sebuah definisi dengan kata-kata
sendiri
2.
Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk menyebutkan sebuah definisi
berdasarkan ciri-ciri serta memberikan contoh dan yang bukan contoh yang
jelas dari konsep itu.
3.
Kreativitas adalah kemampuan siswa memberikan hasil penyelesaian masalah
dengan ukuran lancar, fleksibel, dan, keaslian. Kemampuan pemecahan
masalah didasari pemahaman konsep oleh siswa.
4.
Model pembelajaran pencapaian konsep adalah suatu proses pembelajaran
yang menekankan pada pemahaman konsep, proses pembelajaran yang
diawali dengan menyajikan data atau contoh dan yang bukan contoh,
kemudian mengidentifikasi ciri-ciri/ karakteristik dari contoh yang diberikan
dan selanjutnya menyebutkan definisi berdasarkan ciri-ciri/ karakteristik yang
ditemukan.
5.
Aktivitas siswa adalah segala kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
model pencapaian konsep meliputi diskusi kelompok, mengidentifikasi
karakteristik dari contoh dan noncontoh yang diberikan guru, menyelesaikan
masalah, mempresentasikan hasil diskusi, memberi tanggapan, membuat
kesimpulan, latihan individual yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
16
6.
Peningkatan pemahaman konsep adalah perubahan kemampan atau prestasi
pemahaman konsep yang dicapai siswa dari skor kurang baik menjadi
minimal cukup baik.
7.
Peningkatan kreativitas berpikir adalah perubahan kemampan siswa dalam
menyelesaikan masalah yang menunjukkan kelancaran, keluwesan, dan
kebaruan dari skor kurang baik menjadi minimal cukup baik.
8.
Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran model pencapaian konsep
adalah kesanggupan guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran sesuai
dengan sintaks model pencapaian konsep dan kesanggupan guru melibatkan
siswa dalam kegiatan pembelajaran hingga tercapai tujuan pembelajaran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan hasil analisis data penelitian, dapat dikemukakan
beberapa simpulan sebagai berikut:
1) Penerapan pembelajaran model pencapaian konsep memberikan peningkatan
pemahaman konsep matematika siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Bilah Barat
sebesar 21,8%. Pada siklus I rata-rata kemampuan pemahaman konsep
sebesar 65,89 dan pada siklus II rata-rata kemampuan pemahaman konsep
sebesar 88,54. Persentase peningkatan kemampuan pemahaman konsep
dengan kategori minimal cukup adalah dari 75% pada siklus I menjadi 96,8%
pada siklus II. Peningkatan yang paling besar pada aspek “Menjelaskan ulang
sebuah definisi menurut sifat-sifat/ ciri-ciri yang esensial” dan peningkatan
yang paling rendah adalah aspek “Mengaplikasikan konsep atau alogaritma
dalam penyelesaian masalah”.
2) Penerapan pembelajaran model pencapaian konsep memberikan peningkatan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Bilah Barat
sebesar 28,1%. Pada siklus I rata-rata kemampuan kreativitas berpikir sebesar
61,00 dan pada siklus II rata-rata kemampuan kreativitas berpikir sebesar
78,82. Persentase peningkatan kemampuan kreativitas berpikir dengan
kategori minimal cukup adalah dari 62,5% pada siklus I menjadi 90,6% pada
siklus II. Dari tiga aspek kreativitas berpikir (fluency, flexibility, dan
originality) ternyata aspek yang paling meningkat adalah “flexibility atau
179
180
kelancaran” dan peningkatan yang paling rendah adalah aspek “originality
atau kebaruan”.
3) Selama proses pembelajaran berlangsung tahapan pembelajaran sebagai
berikut:
a) Guru menyajikan contoh, baik contoh positif maupun contoh negatif.
b) Siswa membandingkan ciri-ciri pada contoh positif dan contoh negatif
c) Siswa menyebutkan definisi tentang konsep atas ciri-ciri (atribut) utama/
esensial
d) Siswa mengidentifikasi contoh tambahan yang tidak diberi label dengan
menyatakan “ya” atau “bukan”
e) Siswa mengungkapkan pikirannya
f) Guru menegaskan hipotesis, nama konsep dan menyatakan kembali
definisi konsep sesuai dengan ciri-ciri yang esensial.
4) Aktivitas aktif siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Bilah Barat melalui
Penerapan model pencapaian konsep adalah baik sesuai dengan kriteria
pembelajaran model pencapaian konsep. Hal ini diketahui dari hasil observasi
aktivitas siswa pada tindakan siklus I terdapat 2 (dua) dari 6 (enam) kriteria
pengamatan aktivitas siswa berada pada batas toleransi sementara pada siklus
II terdapat 6 (enam) atau semua kategori pengamatan aktivitas aktif siswa
telah berada pada batas toleransi.
5) Setelah
penerapan
model
pembelajaran
pencapaian
konsep
proses
penyelesaian masalah masalah untuk pemahaman konsep dikategorikan
sangat baik dan proses penyelesaian masalah untuk kreativitas berpikir
dikategorikan sangat baik.
181
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukan
beberapa saran sebagai berikut:
1) Dalam penelitian ini yang diteliti adalah kemampuan pemahaman konsep dan
kreativitas berpikir. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk meneliti
kemampuan lain yang belum terjangkau peneliti, seperti kemampuan
penalaran dan kemampuan berfikir kritis melalui penerapan model
pencapaian konsep.
2) Dalam penelitian ini perkerjaan siswa melalaui hasil tes pemahaman konsep
dan tes kreativitas berpikir dalam bentuk kertas dan pensil. Bagi penelitian
berikutnya disarankan menggunakan penilaian Portofolio baik secara
kelompok maupun individu.
3) Dalam penelitian ini subjek yang penulis teliti adalah siswa SMP kelas VIII.
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti subjek pada tingkat yang
lain dan tentang tingkat kemampuan pada aspek fluency dengan aspek
originality.
4) Bagi guru matematika model pencapaian konsep dapat menjadi salah satu
alternatif dikelas yang dinilai dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
kreativitas berpikir serta aktivitas belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Akbar, R., (2001), Kreativitas, Jakarta. Grasindo.
Ansari, Bansul, (http://wangmuba.com/2009/04/19/Pemahaman-konsep)
Arends, Richard. I., (2008), Learning To Teach, Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S., (1999), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, RW., (1988), Teori-Teori Belajar, Jakarta: P2LPTK
Evans, James R,. (1991). Creative thinking in the decision and management
sciences. United States of America. Collage Devision South-Western
Publising Co.
Hudoyo, H., (1998), Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud.
Joyce, Bruce. (2009), Models Of Teaching, Yokyakarta: Pustaka Pelajar
Nuharini, D., Wahyuni, T., (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya Untuk
SMP Kelas VIII, Jakarta: Usaha Makmur.
Nurkancana, Wayan dkk. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha
Nasional
Russefendi. E.T. (1979). Dasar-dasar Matematika Modern, Bandung: Tarsito.
Shadiq, F., (2010), Pentingnya Matematika, www.fadjarp3g.wordpresss.com.
Situmorang, M., (2010), Penelitian Tindakan Kelas PTK Untuk Mata Pelajaran
Kimia, Medan: FMIPA Unimed.
Slameto., (1980), Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Cetakan
ke dua, Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert. E., (2009), Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta.
Indeks.
Soedjadi, R., (2000), Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Jakarta:
Depdikbud.
Sudjana., (1984), Metoda Statistika, Bandung: Tarsito
179
180
Sumarmo,U. (2002). Pengukuran dan Evaluasi dalam Pendidikan. Makalah.
Bandung : PPS UPI
Suryosubroto, B., (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka
Cipta.
Suyitno, (2004), Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika, Semarang
Syah, Muhibbin. (2010), Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,
Bandung. Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus., (1995), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Tim PLPG, (2009), Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru(PLPG) bidang
diklat matematika SMP ed. Revisi, UNIMED, Medan.
TIMMS., (2011), Mutu Pendidikan, http://zainurie.wordpress.com.
Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Prograsif , Jakarta:
Kencana.
Thoha, C.M. (2003). Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Torrance, E. Paul., (1963). Education And The Creative Potential, United States
Of America. The University of Minnesota Press.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional, Bandung: Citra Umbara.
Winkel ,W.S., (1996), Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.
BERPIKIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN
KONSEP PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1
BILAH BARAT
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
SINTONG NAINGGOLAN
NIM 081188730049
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
ABSTRAK
SINTONG NAINGGOLAN. NIM. 081188730049. Upaya Meningkatkan
Pemahaman Konsep Dan Kreativitas Berpikir Melalui Model Pembelajaran
Pencapaian Konsep Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat. Tesis
Program Studi Pendidikan Matematika. Pasca Sarjana Universitas Negeri
Medan. 2013
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan pemahaman konsep matematika
melalui penerapan model pencapaian konsep pada siswa kelas VII SMP Negeri 1
Bilah Barat. (2) meningkatkan kreatifitas berpikir siswa pada mata pelajaran
matematika melalui penerapan model pencapaian konsep pada siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Bilah Barat. (3) mendeskripsikan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran pencapaian konsep
berlangsung. (4) mengetahui proses penyelesaian masalah pemahaman konsep dan
kreativitas berpikir setelah penerapan model pembelajaran pencapaian konsep.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Populasi penelitian ini adalah
siswa kelas VII–A SMP Negeri 1 Bilah Barat tahun pelajaran 2012/ 2013.
Instrumen yang digunakan tes pemahaman konsep dan tes kreativitas berpikir,
Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar
observasi kemampuan guru mengajar. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan
oleh validator dan berdasarkan perhitungan maka instrumen tersebut dinyatakan
telah memenuhi syarat. Anlisis data yang digunakan adalah analisis secara
deskriptif terhadap kemampuan pemahaman konsep dan kreativitas berpikir
dengan kriteria “Sangat Kurang, Kurang, Cukup, Baik, Sangat Baik”. Analisis
kemampuan pemahaman konsep dan kreativitas berpikir dilakukan pada setiap
akhir siklus pembelajaran. Penelitian dihentikan ketika tingkat kemampuan
pemahaman dan kreativitas berpikir siswa secara klasikal minimal 80% berada
pada kategori minimal cukup. Hasil penelitian pada siklus I secara klasikal tingkat
pemahaman konsep sebesar 75% atau 24 orang siswa dan tingkat kreativitas
berpikir sebesar 62,5% atau 20 orang. Pada siklus II secara klasikal tingkat
pemahaman konsep sebesar 96,875% atau 30 orang siswa dan tingkat kreativitas
berpikir sebesar 90,625% atau 29 orang. Kesimpulan penelitian ini adalah (1)
Penerapan pembelajaran model pencapaian konsep dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika dan kreativitas berpikir siswa kelas VII-A SMP
Negeri 1 Bilah Barat. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada guru
khususnya guru mata pelajaran matematika agar pembelajaran model pencapaian
konsep dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran di kelas.
ABSTRACT
Sintong Nainggolan. NIM. 081188730049. Endeavour to Improve
Understanding Concepts And Creative Thinking Through Learning Model
Concept Achievement In Seventh Grade Students of SMP Negeri 1 Bilah
Barat. Thesis Mathematics Education Program. Graduate University of
Medan. 2013
This study aims to: (1) improve the understanding of mathematical concepts
through the application of the concept attainment model of class VII students of
SMP Negeri 1 Bilah Barat. (2) improve students' creative thinking in mathematics
achievement through the application of the concepts in class VII student of SMP
Negeri 1 Bilah Barat. (3) describe the activities of the students during the learning
process is to apply the concept attainment model of learning. (4) understand the
process of problem solving and creative thinking conceptual understanding after
the application of the concept of learning achievement . This research is a class
act. The study population was a student of class VII - A SMP Negeri 1 Bilah
Barat of the school year 2012/2013. Instruments used test understanding of
concepts and creative thinking test, Student Worksheet, observation of student
activity sheets, and a teacher's ability to teach observation sheet. Based on the
results of the validation performed by the validator and is based on the calculation
of the instrument has been declared qualified. Anlisis data used is descriptive
analysis of the ability of understanding the concept and creative thinking with the
criteria "Very Less, Less, Enough, Good, Very Good". Analytical skills and
understanding of the concept of creativity thinking is done at each end of the
learning cycle. The study was stopped when the level of understanding of
students' thinking and creativity in the classical minimum of 80 % in the category
of pretty minimal . The results in the first cycle in the classical level of
understanding of the concept of 75% or 24 students and the level of creativity to
think of 62.5 % or 20 people . In the second cycle in the classical level of
understanding of the concept of 96.875 % or 30 students and the level of creativity
to think of 90.625 % or 29 people . The conclusion of this study is ( 1 ) The
application of the concept attainment model study can improve understanding of
mathematical concepts and creative thinking class VII - A SMP Negeri 1 Bilah
Barat. Based on the results of this study suggested to the teachers, especially
teachers for learning mathematics achievement concept models can be used as an
alternative model of learning in the classroom.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan pada Tuhan Yang Mahaesa yang telah
memberikan kesehatan, kesempatan, dan kekuatan bagi saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul Upaya Meningkatkan Pemahaman
Konsep Dan Kreativitas Berpikir Melalui Model Pembelajaran Pencapaian
Konsep Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat, disusun
untuk
melengkapi tugas untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Proggram Pasca
Sarjana, Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang tulus dan
penghargaan yang setingi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
peneliti hingga selesainya tesis ini. Semoga Tuhan Yang Mahaesa memberkati
mereka, amin. Terimakasih dan penghargaan khusus peneliti sampaikan kepada :
1. Istri saya tercinta Duma Veronika Manik, anak-anakku tersayang Josua
Gaolus Nainggolan, Walter Felix Nainggolan, Sintia Geni Audi Nainggolan
yang senantiasa mendoakan, memberi dukungan moril dan materil dengan
penuh kesabaran pada peneliti hingga selesainya studi dan tesis ini.
2. Ayahanda St. Guntur Nainggolan (ϯ) dan Ibunda Radoim Manik (ϯ) yang
tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan bagi peneliti
ketika dimasa hidupnya.
3. Bapak Mertua Djahirim Manik (ϯ) dan ibu mertua Roslina Simarmata yang
telah memberi dukungan moril dan materik bagi peneliti hingga selesainya
studi dan tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku dosem pembimbing I yang telah
membimbing peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.
5.
Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku dosem pembimbing II yang telah
membimbing peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Pasca Sarnaja UNIMED yang telah memberikan arahan bagi
peneliti hinga selesainya tesis ini.
7. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Matematika Pasca Sarnaja UNIMED yang telah memberikan
arahan bagi peneliti hinga selesainya tesis ini
8. Bapak Dapot Tua Manullang, SE. M,.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan
Matematika Pasca Sarnaja UNIMED yang telah memberikan semangat dan
bantuan administrasi bagi peneliti hinga selesainya tesis ini.
9. Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Bilah Barat: Drs. Mahmudin Siregar,
M.Pd., Ibu Tuty Dariani, M.Pd., Bapak Amri, S.Pd., Bapak Drs. Jonny
Nababan yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti dalam
melanjutkan studi ke tingkat pasca sarjana (S-2).
10. Teman satu angkatan (angkatan ke IV Prodi Pendidikan Matematika)
khususnya Adi Suarman Situmorang, M.Pd., Adrianto Beni Pasaribu yang
telah memberikan dukungan bagi peneliti hingga selesainya teisis ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan
dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan yang Mahaesa Sang Maha Pencipta dan Maha Pemurah
memberkati dan memberikan kesehatan dan umur yang panjang bagi Bapak dan
Ibu sekalian. Dengan segenap keamampuan yang dimiliki, peneliti telah berupaya
menyelesaikan tesis ini, namun peneliti menyadari masih banyak kelemahan baik
dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini, kiranya isi
tesis ini bermanfaat dalam ilmu pendidikan.
Medan, November 2013
Peneliti
Sintong Naninggolan
NIM. 081188730049
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
i
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Definisi Operasional
1
12
13
13
13
14
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Belajar
2.2. Belajar Matematika
2.3. Pemahaman Konsep
2.3.1. Pencapaian Konsep
2.4. Kreativitas
2.4.1. Pengukuran Kreativitas
2.5. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dan
Penerapannya
2.5.1. Pengertian Model Pembelajaran Pencapaian Konsep
2.5.2. Tujuan Penggunaan Model Pencapaian Konsep
2.5.3. Merencanakan Pelajaran Model Pencapaian Konsep
2.5.4. Penerapan model Pencapaian Konsep
2.5.5. Strategi-Strategi Penemuan Konsep
2.6. Struktur Pengajaran Model Pencapaian Konsep
2.7. Tingkat-Tingkat Pencapaian Konsep
2.8. Teori Belajar Pendukung
2.9. Penelitian Tindakan Kelas
2.9.1. Kelebihan dan Kekurangan PTK
2.9.2. Proses Penelitian Tindakan Kelas
2.10. Obsevasi Kegiatan Tindakan
2.11. Materi Bangun Datar Segi Empat di SMP
2.12. Penelitian Yang Relevan
2.13. Kerangka Berpikir
2.14. Hipotesis Tindakan
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
3.3. Variabel Penelitian
3.4. Mekanisme dan Rancangan Penelitian
3.5. Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Tes
17
18
21
27
29
31
33
33
35
35
37
39
41
45
46
48
50
51
54
55
57
59
63
65
65
66
66
77
78
3.5.2. Lembar Observasi
3.5.3. Uji Coba Instrumen
3.6. Teknik analisis Data
BAB. IV
4.1
4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.1.4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
Hasil Tes Pemahaman Konsep
Hasil Tes Kreativitas berpikir
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengkelola
Pembelajaran
4.2
Hasil Refleksi Siklus I
4.2.1 Proses Penyelesaian Masalah
4.2.1.1 Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep
4.2.1.2 Analisis Kemampuan Kreativitas Berpikir
4.2.2 Revisi RPP
4.3
Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
4.3.1 Hasil Tes Pemahaman Konsep
4.3.2 Hasil Tes Kreativitas berpikir
4.3.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siswa Siklus II
4.3.4 Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengkelola
Pembelajaran Sklus II
4.4
Hasil Refleksi Siklus II
4.4.1 Proses Penyelesaian Masalah
4.4.1.1 Analisis Proses Penyelesaian Masalah Pemahaman
Konsep
4.4.1.2 Analisis Proses Penyelesaian Masalah Kreativitas berpikir
4.4.2 Aktivitas siswa
4.4.3 Kemampuan Guru dalam Mengkelola Pembelajaran
4.5
Temuan Penelitian
4.6
Pembahasan Hasil Penelitian
4.6.1 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa
4.6.2 Peningkatan Kreativitas berpikir
4.6.3 Aktivitas Aktif Siswa
4.6.4 Kemampuan Guru dalam Mengkelola Pembelajaran
81
84
88
97
96
99
103
107
110
111
113
121
132
140
140
143
148
152
153
153
155
162
170
170
171
173
173
174
175
176
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
178
170
DAFTAR PUSTAKA
180
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data perolehan nilai Ujian Nasional Matemtaika di SMP
Negeri 1 Bilah Barat
4
Tabel 2.1. Struktur Pengajaran Model Pencapaian Konsep
42
Tabel 3.1 Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran
72
Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep
79
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Kreativitas Berpikir
80
Tabel 3.4. Validitas Butir Soal Pemahaman Konsep Matematika
86
Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran Butir Soal
87
Tabel 3.6 Daya Pembeda untuk butir soal
88
Tabel 3.7 Persentase Waktu Ideal (PWI) Aktivitas Siswa
94
Tabel 4.1 Skor Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa (SKPK 1)
Siklus I
99
Tabel 4.2. Skor Tes Kreativitas berpikir Siswa (SKKB 1) Siklus 1
103
Tabel 4.3 Kadar Aktivitas Siswa Siklus I
104
Tabel 4.4 Kemampuan Guru Mengkelola Pembelajaran Siklus I
109
Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Pemahaman Konsep
112
Tabel 4.6 Tingkat Kreativitas Berpikir Siswa
113
Tabel 4.7 Revisi Perangkat Pembelajaran Siklus II Berdasarkan Hasil
Refleksi Siklus
133
Tabel 4.8
Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa (SKPK) Siklus II 143
Tabel 4.9
Skor Kemampuan Kreativitas Berpikir Siswa (SKKB) Siklus II
147
Tabel 4.10 Kadar Aktivitas Siswa Siklus II
149
Tabel 4.11 Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Siklus II
154
Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Kreativitas Berpikir Siswa Siklus II
155
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Sampel Jawaban siswa pada tes pemahaman konsep
5
Gambar 1.2. Sampel Jawaban siswa pada tes kreativitas
7
Gambar 2.1.
Alur Dalam Penelitian Tindakan Kelas
53
Gambar 2.2
Model bangun datar jajargenjang
55
Gambar 2.3
Model bangun datar persegipanjang
56
Gambar 2.4
Model bangun datar persegi
56
Gambar 2.5
Model bangun datar layang-layang
56
Gambar 2.6
Model bangun datar belah ketupat
57
Gambar 2.7
Model bangun datar trapesium
57
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Grafik persentase kemampuan pemahaman konsep pada
siklus I
Tingkat Pemahaman Konsep Siklus I
97
100
Gambar 4.3
Grafik persentase kemampuan kreativitas berpikir no. 1 siklus I
100
Gambar 4.4
Grafik persentase kemampuan kreativitas berpikir no. 2 siklus I
101
Gambar 4.5
Grafik persentase kemampuan kreativitas berpikir no. 3 siklus I
101
Gambar 4.6
Grafik persentase rata-rata kemampuan kreativitas berpikir siklus 102
Gambar 4.7
Tingkat kreativitas berpikir Siswa Siklus I
103
Gambar 4.8
Grafik Kadar Aktivitas Siswa Siklus I
108
Gambar 4.9
Tingkat Kemampuan Guru Mengkelola Pembelajaran Siklus I
110
Gambar 4.40 Grafik persentase kemampuan pemahaman konsep siklus I
142
Gambar 4.41 Tingkat Pemahaman Konsep Matematika Siswa Siklus II
144
Gambar 4.43
Grafik kemampuan kreativitas berpikir no. 1 siklus II
145
Gambar 4.44
Grafik kemampuan kreativitas berpikir no. 2 siklus II
145
Gambar 4.45
Grafik kemampuan kreativitas berpikir no. 3 siklus II
146
Gambar 4.46
Grafik persentase kemampuan kreativitas berpikir siklus II
147
Gambar 4.47 Tingkat Kemampuan Kreativitas Berpikir Siklus II
148
Gambar 4.48 Kadar Aktivitas Siswa Siklus II
150
Gambar 4.49 Kemampuan Guru Mengajar Siklus II
153
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
181
Lampiran A2 Hasil Uji Coba Instrumen Tes
183
Lampiran A3 Pedoman Penilaian Proses Jawaban Kemampuan Pemahaman
Konsep
193
Lampiran A4 Pedoman Penilaian Proses Jawaban Kreativitas Berpikir Siswa 195
Lampiran A5 Tes Pemahaman Konsep
196
Lampiran A6 Tes Pemahaman Konsep
198
Lampiran B1 RPP Siklus I
200
Lampiran B2 RPP Siklus II
221
Lampiran C1 Buku Guru Siklus I
249
Lampiran C2 Buku Guru Siklus II
268
Lampiran C3 Buku Siswa Siklus I
283
Lampiran C4 Buku Siswa Siklus II
292
Lampiran D1 LKS Siklus I
301
Lampiran D2 LKS Siklus II
319
Lampiran E1 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Kemampuan Pemahaman
Konsep Siklus I
333
Lampiran E2 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Kreativitas Berpikir Siklus I 334
Lampiran E3 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Pemahaman Konsep Siklus II 335
Lampiran E4 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Kreativitas Berpikir Siklus II 336
Lampiran F1 Skor Aktivitas Siswa Siklus I
337
Lampiran F2 Skor Aktivitas Siswa Siklus II
339
Lampiran G1 Skor Kemampuan Guru Mengajar Siklus I
341
Lampiran G2 Skor Kemampuan Guru Mengajar Siklus II
342
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menghadapi tantangan atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
yang semakin kompleks dan juga makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan
unsur yang paling penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Melalui
pendidikan manusia akan dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
meningkatkan sumber daya manusia, dan dapat menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. Hal ini sejalan dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem
pendidikan
nasional
bahwa
pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencedaskan kehidupan bangsa (UU No. 20 Tahun
2003)
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Trianto (2010: 1) mengatakan bahwa
“Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan
budaya kehidupan”. Trianto (2010: 5) menyebutkan “Pendidikan hendaknya
melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di
masa yang akan datang”. Sementara menurut Buchori dalam Trianto (2009: 5)
1
2
bahwa menyatakan “Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari”.
Hal ini berarti bahwa pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. Oleh
karena itu pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kecakapan
hidup manusia.
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang turut
dalam memajukan pendidikan, oleh karena itu mempelajari matematika sangat
penting. Sejalan dengan ini NRC (National Research Council) dari Amerika
Serikat yang dikutip Fadjar Shadiq (2010) telah menyatakan pentingnya
matematika dengan pernyataan sebagai berikut Mathematics is the key to
opportunity. Matematika adalah kunci ke arah peluang-peluang. Masih menurut
NRC, bagi seorang siswa keberhasilan mempelajarinya akan membuka pintu karir
yang cemerlang. Bagi para warganegara, matematika akan menunjang
pengambilan keputusan yang tepat. Bagi suatu negara, matematika akan
menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi di bidang ekonomi dan
teknologi.
Sedemikian pentingnya mempelajari matematika sehingga matematika
dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan seseorang. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan Shadiq yaitu “Jika seorang siswa berhasil mempelajari matematika
dengan baik maka ia diprediksi akan berhasil juga mempelajari mata pelajaran
lain. Begitu juga sebaliknya, seorang anak yang kesulitan mempelajari
matematika akan kesulitan juga mempelajari mata pelajaran lain. Peran penting
3
matematika diakui Cockcroft (dalam Shadiq: 2010) yang menulis It would be very
difficult – perhaps impossible – to live a normal life in very many parts of the
world in the twentieth century without making use of mathematics of some kind
yang berarti Akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup
di bagian bumi ini pada abad ke-20 ini tanpa sedikitpun memanfaatkan
matematika.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa matematika menyatu dengan
pola kehidupan manusia atau matematika adalah bagian dari hidup manusia,
sehingga matematika sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan sehari-hari. Oleh
karena itu sudah menjadi keharusan kalau pengetahuan tentang matematika harus
ditingkatkan bagi setiap individu khususnya para pembelajar, karena dengan
penguasaan terhadap matematika akan sangat menunjang dalam meraih tujuan
hidupnya termasuk pekerjaan yang layak. Sejalan dengan pernyataan NRC dalam
Shadiq (2010) yaitu: “Communication has created a world economy in which
working smarter is more important …. Jobs that contribute to this world economy
require workers who are mentally fit—workers who are prepared to absorb new
ideas, to adapt to change, to cope with ambiguity, to perceive patterns, and to
solve unconventional problems”, yang berarti di masa kini dan masa yang akan
datang, di era komunikasi dan teknologi canggih, dibutuhkan para pekerja cerdas
(smarter) daripada pekerja keras (harder). Dibutuhkkan para pekerja yang telah
disiapkan untuk mampu mencerna ide-ide baru (absorb new ideas), mampu
menyesuaikan terhadap perubahan (to adapt to change), mampu menangani
ketidakpastian (cope with ambiguity), mampu menemukan keteraturan (perceive
4
patterns), dan mampu memecahkan masalah yang tidak lazim (solve
unconventional problems).
Kenyataan adalah suatu hal yang mengecewakan di mana prestasi belajar
matematika tidak seperti yang diharapkan, mutu pendidikan Indonesia terutama
dalam mata pelajaran matematika masih rendah. Hal ini didukung oleh: Data
UNESCO yang menunjukkan bahwa peringkat matematika Indonesia berada di
deretan 34 dari 38 negara. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian tim
Programme of International Student Assessment (PISA) yang menyatakan
Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41 negara pada kategori literatur
matematika. Selanjutnya hasil penelitian Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) yang menyatakan bahwa matematika Indonesia berada di
peringkat ke-34 dari 38 negara (data UNESCO).
Secara lokal hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika juga relatif
sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai perolehan siswa pada ujian nasional
di SMP Negeri 1 Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu dari tahun 2005 sampai
tahun 2009, seperti pada tabel 1.1. berikut :
Tabel 1.1. Data perolehan nilai ujian nasional matematika di SMP Negeri 1
Bilah Barat.
MATA
PELAJARAN
Matematika
2005
5,25
TAHUN / NILAI
2006
2007
2008
5,00
4,50
4,85
2009
5.30
Selain dari data hasil ujian nasional di atas, data skor perolehan siswa pada
tes try out yang dilaksanakan menjelang Ujian Nasional bagi siswa kelas IX di
SMP Negeri 1 Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2008 sampai
tahun 2010, masih rendah. Rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan
oleh rendahnya tingkat pemahaman siswa pada konsep-konsep matematika. Hal
5
ini terlihat dari fakta yang menunjukkan jika siswa diminta untuk menggambar
model persegi ternyata yang tergambar adalah persegi panjang atau jajargenjang,
dengan kata lain tidak memenuhi sisfat-sifat atau ciri-ciri persegi. Demikian juga
sebaliknya jika siswa diminta untuk menggambar model persegi panjang, ternyata
yang tergambar bukan persegi panjang, melainkan persegi atau jajargenjang, atau
trapesium. Untuk mendukung tentang rendahnya kemampuan dan pemahaman
siswa pada mata pelajaran matematika, telah dilakukan tes pendahuluan terhadap
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat. Tes yang diberikan adalah untuk
mengetahui tingkat pemahaman konsep dan krativitas berpikir siswa. Materi tes
adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, dimana materi ini telah
dipelajari siswa ketika siswa duduk di tingkat SD. Hasil tes menunjukkan siswa
tidak paham tentang konsep matematika, dan tingkat kreativitas berpikirnya masih
rendah. Dari 30 orang siswa hanya 4 orang yang menjawab benar, selainnya siwa
menjawab salah atau tidak menjawab. Berikut ini diberikan sampel jawaban
siswa:
Gambar 1.1: Sampel Jawaban siswa pada tes pemahaman
konsep
Berdasarkan jawaban siswa di atas diketahui bahwa pemahaman siswa terhadap
konsep matematika masih rendahnya:
6
Jawaban siswa untuk soal No 1:
Siswa tidak mampu mengurutkan bilangan dengan benar. Ini berarti bahwa
siswa tidak dapat menggolongkan objek (bilangan bulat) menurut sifatsifatnya dengan benar. Kesalahan jenis ini dilakukan oleh 22 orang.
Jawaban siswa untuk soal No 2:
Siswa tidak mampu menghitung selisih antara suhu pada lemari es pertama
dan suhu pada lemari es kedua, yang dikerjakan siswa tidak ada kaitannya
dengan selisih kedua suhu lemari es. Ini berarti bahwa siswa tidak mampu
mengaplikasikan konsep selisih dalam meyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Kesalahan jenis ini dilakukan oleh 20 orang dan
terdapat 8 orang tidak menjawab.
Jawaban siswa untuk soal No. 3:
Siswa tidak mampu menghitung skor total perolehan siswa dalam tes. Ini
berarti bahwa siswa tidak mampu mengaplikasikan konsep penjumlahan,
pengurangan dan perkalian dalam meyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Kesalahan jenis ini dilakukan oleh 12 orang dan terdapat 13
orang tidak menjawab.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa siswa kurang menguasai konsep
dalam mata pelajaran matematika.
Dari hasil tes pendahuluan juga diketaui bahwa kreativitas siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika juga masih rendah. Berikut ini adalah
jawaban siswa dalam tes kreativitas (soal 4 dan 5):
7
Gambar 1.2. : Sampel Jawaban siswa pada tes kreativitas
Untuk soal No. 4:
Pada soal ini diharapkan siswa memberikan ide atau gagasan atau argumentasi
dalam menentukan posisi Ani pada anak tangga, misalnya dengan
mengambarkan sketsa tangga dan posisi Ani mula-mula, kemudian naik tiga
anak tangga dan tiga anak tangga yang keduakalinya. Jawaban siswa salah,
siswa hanya memberikan penyelesaian akhir dengan alasan yang salah.
Jawaban siswa tidak menunjukkan kelancaran, fleksibelitas, dan keaslian.
Kesalahan jenis ini dilakukan oleh 18 orang dan 9 orang tidak memberikan
jawaban.
Untuk soal No. 5:
Pada soal ini diharapkan siswa memberikan ide atau gagasan atau argumentasi
posisi kota A, B, dan C, misalnya dengan mengambarkan sketsa, kemudian
mengitung jarak antara kota A dan C. Jawaban siswa benar, namun tidak
menunjukkan fleksibelitas dan keaslian. Bentuk jawaban jenis ini dilakukan
oleh 15 orang dan 15 orang lainnya tidak memberikan jawaban.
Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya tingkat pemahaman dan
kreativitas berpikir siswa antara lain, pembelajaran yang terlaksana cenderung
berpusat pada guru, guru memberikan rumus-rumus dan memberi contoh soal dan
8
penyelesaian. Kegiatan siswa hanya diseputar mengerjakan soal berdasarkan
rumus yang ada dan berdasarkan contoh yang pernah diberikan oleh guru tanpa
mengetahui dari mana datangnya rumus, siswa tidak dilibatkan dalam proses
pemahaman konsep dan penemuan rumus, melainkan langsung diberikan oleh
guru. Siswa tidak diberi kesempatan untuk berkreasi dan mengemukankan ideidenya. Dengan pembelajaran yang berpusat pada guru pemahaman terhadap
konsep matematika tidak berkembang, siswa tidak kreatif dalam memecahkan
masalah, dan siswa menggolongkan matematika sebagai pelajaran yang tidak
menyenangkan.
Pembelajaran yang diterapkan guru di kelas dalam menyampaikan materi
pelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang terlaksana
adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, guru mendominasi pembelajaran
sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih sangat kurang.
Sejalan dengan itu Abdurrahman (2003:38) mengemukakan bahwa :
Yang menjadi faktor penyebab rendahnya atau kurangnya
pemahaman peserta didik terhadap konsep matematika, salah satu
diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh
pengajar. Misalnya, dalam pembelajaran yang berorientasi pada
pendekatan tradisional yang menempatkan peserta didik dalam
proses belajar mengajar sebagai pendengar”.
Dari kutipan di atas diketahui bahwa proses pembelajaran yang terlaksana di kelas
berpusat pada guru. Oleh karena itu siswa tidak memahami apa yang diajarkan
oleh guru karena siswa hanya sebatas menerima apa yang disampaikan oleh guru
saja.
Pada pembelajaran yang berpusat pada guru (dalam penelitian ini disebut
sebagai pembelajaran konvensional), metode pembelajaran yang digunakan guru
adalah metode ceramah/ ekspository, siswa duduk dengan tertib mendengarkan
9
penjelasan guru. Siswa bukan lagi sebagai subyek pembelajaran melainkan obyek
pembelajaran. Siswa diajari dan bukan dibelajarkan, siswa cenderung pasif dan
hanya menunggu perintah oleh guru. Keadaan seperti ini sangat mempengaruhi
perkembangan kreativitas berpikir siswa .
Pemahaman konsep yang baik akan turut mempengaruhi daya kreativitas
berpikir siswa terhadap pemecahan masalah matematika. Oleh karena itu jika
siswa tidak memahami konsep matematika dengan baik, maka siswa tidak dapat
menganalisa permasalahan, sehingga siswa tidak mampu untuk menyelesaikan
masalahnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Chen & Dachler, Lesgold,
(dalam Slavin: 2009) bahwa ”Salah satu metode penyelesaian soal kreatif yang
sering diusulkan ialah menganalisa dan menjajarkan ciri-ciri utama dan unsurunsur khusus suatu soal”. Sementara itu pemahaman konsep diperlukan untuk
melahirkan ide-ide ataupun gagasan baru maupun karya nyata. Untuk
menumbuhkan kreatifitas siswa, sajian materi perlu memuat beragam strategi,
pemberian soal-soal yang tidak rutin atau latihan pemecahan masalah. Soal yang
tidak rutin adalah soal yang tipenya berbeda dengan contoh atau soal latihan yang
telah disajikan. Dalam pemecahan masalah (problem solving) yang meliputi
memahami masalah, merancang model, memecahkan model, memeriksa hasil
(mencari solusi yang layak) dan menafsirkan solusi yang diperoleh juga
diperlukan pemahaman konsep yan baik.
Joyce (2009; 131) menyatakan “Jika siswa sudah mengetahui suatu
konsep tertentu, mereka dapat dengan mudah belajar menamakannya”. Dari
pendapat tersebut dapat dipahami bahwa siswa yang telah memahami suatu
konsep mampu menjelaskan sebuah definisi dengan kata-kata sendiri menurut
10
sifat-sifat/ ciri-ciri yang esensial, mampu membuat/ menunjukkan contoh dan
yang bukan contoh, dan mampu mendeskripsikan pemikirannya dalam
menyelesaikan masalah. Sejalan dengan itu Depdiknas (2003) memberikan
pedoman mengenai beberapa kompetensi yang perlu diperhatikan guru dalam
melakukan
penilaian,
yaitu:
(1)
pemahaman
konsep:
siswa
mampu
mendefinisikan konsep, mengidentifikasi, dan memberi contoh atau bukan contoh
dari konsep tersebut; (2) prosedur: siswa mampu mengenali prosedur atau proses
menghitung yang benar dan tidak benar; (3) komunikasi: siswa mampu
menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis atau
mendemonstrasikan; (4) penalaran: siswa mampu memberikan alasan induktif dan
deduktif sederhana; (5) pemecahan masalah: Siswa mampu memahami masalah,
memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah.
Arends (2008: 328) menyatakan bahwa ”Pengajaran konsep adalah salah
satu cara untuk memberikan ide-ide baru dan memperluas serta mengubah
skemata yang sudah ada”. Pencapaian konsep merupakan proses mencari dan
mendaftar sifat-sifat yang dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh
yang tepat dengan contoh-contoh yang tidak tepat dari berbagai katergori”
Dalam model pencapaian konsep ini guru sangat berperan penting dan
diantaranya yang harus diperhatikan yaitu; menciptakan suatu lingkungan
sedemikian sehingga siswa merasa bebas untuk berpikir dan menduga tanpa rasa
takut dari kritikan dan ejekan. Pencapaian konsep itu juga harus dijelaskan dan
diilustrasikan bagaimana model pencapaian konsep itu berlangsung. Siswa
dibimbing dalam proses itu serta mengartikan pemikiran-pemikiran mereka.
Model pembelajaran pencapaian konsep memberi dampak instruksional pada
11
siswa yaitu memahami hakikat konsep dan strategi pembentukan konsep yang
akan bermuara pada analisis strategi berpikir melalui penalaran induktif, sehingga
diidentifikasikan bahwa penerapan model pembelajaran pencapaian konsep dan
penalaran induktif siswa yang akan meningkatkan kreatifitas siswa.
Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran pencapaian konsep memiliki
keunggulan dari model pembelajaran lainnya yaitu dapat mendukung peningkatan
kreativitas berpikir siswa dan meningkatkan kemampuan untuk belajar dengan
cara lebih mudah dan lebih efektif dalam memahamkan dan pembentukan konsep
pada siswa. Untuk mencapai pemahaman terhadap suatu konsep matematika perlu
diterapkan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pencapaian konsep.
Siswa diarahkan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya tentang suatu
konsep tertentu dengan menyebutkan contoh dan yang bukan contoh dari suatu
konsep yang dipelajari, menemukan dan mengembangkan kemampuannya serta
dapat mengungkapkan dalam bahasa sendiri tentang apa yang diterima dan diolah
selama pembelajaran berlangsung.
Sehubungan dengan uraian di atas tentang rendahnya pemahaman konsep
dan kreativitas berpikir siswa pada mata pelajaran matematika perlu adanya suatu
model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman konsep dan
kreativitas berpikir pada mata pelajaran matematika. Model pembelajaran
pencapaian konsep merupakan salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan
pemahaman konsep dan kreatifitas siswa. Berdasarkan uraian di atas, perlu
dilakukan suatu penelitian tentang model pembelajaran pencapaian konsep
dengan judul “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kreativitas
12
Berpikir Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Bilah Barat”.
1.2. Identifikasi Masalah
Untuk memberikan arahan terhadap penelitian ini maka perlu dilakukan
identifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut:
1.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah.
2.
Nilai perolehan siswa dalam ujian nasional di SMP Negeri 1 Bilah Barat
untuk mata pelajaran matematika masih tergolong rendah
3.
Tingkat pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.
4.
Kemampuan siswa kelas VII menyebutkan definisi dengan kata-kata sendiri,
menyebutkan contoh dan yang bukan contoh, dan kemampuan siswa untuk
menyelesaikan masalah matematika berkaitan dengan pemahaman konsep
sangat rendah.
5.
Aktivitas siswa cenderung pasif dan hanya menunggu perintah oleh guru
untuk dikerjakan.
6.
Siswa tidak mampu menggambar model persegi atau persegi panjang dengan
tepat.
7.
Kemampuan berpikir kreatif siswa sangat rendah.
8.
Pembelajaran yang terlaksana cenderung berpusat pada guru.
9.
Kegiatan siswa hanya diseputar mengerjakan soal berdasarkan rumus
10. Pemahaman dan kreativitas siswa tidak berkembang dan menggolongkan
matematika sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan.
13
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dilakukan berkaitan dengan terbatasnya kemampuan
yang dimiliki. Dengan demikian dapat dibatasi masalah yaitu:
1. Pemahaman konsep matematika siswa rendah
2. Kemampuan berpikir kreatif siswa rendah
3. Aktivitas siswa cenderung pasif dan hanya menunggu perintah oleh guru
1.4. Rumusan Masalah
Untuk memberikan arahan penelitian ini lebih spesifik maka dibuat
rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep matematika siswa SMP Negeri
1 Bilah Barat setelah penerapan pembelajaran model pencapaian konsep ?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP Negeri 1
Bilah Barat setelah penerapan pembelajaran model pencapaian konsep ?
3. Bagaimana penerapan pembelajaran model pencapaian konsep selama
proses pembelajaran berlangsung ?
4. Bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang menerapkan
pembelajaran model pencapaian konsep berlangsung ?
5. Bagaimana proses penyelesaian masalah pemahaman konsep dan kreativitas
berpikir setelah penerapan pembelajaran model pencapaian konsep ?
1.5. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah dapat dijabarkan beberapa tujuan penelitian sebagai
berikut:
14
1.
Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika melalui penerapan model
pencapaian konsep pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat.
2.
Untuk meningkatkan kreativitas berpikir siswa pada mata pelajaran matematika
melalui penerapan model pencapaian konsep pada siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Bilah Barat.
3.
Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran pencapaian konsep berlangsung.
4.
Untuk mengetahui proses penyelesaian masalah pemahaman konsep dan
kreativitas berpikir setelah penerapan model pembelajaran pencapaian
konsep.
1.6. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
pendidik, pengembang pendidikan yang bersifat teoritis dan praktis:
1.
Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan
pemikiran bagi guru-guru, pengelola, pengembang, dan lembaga-lembaga
pendidikan dalam dinamika pelaksanaan pembelajaran matematika, bahan
perbandingan bagi peneliti yang lain yang membahas dan meneliti
permasalahan yang sama.
2.
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermafaat untuk memperluas
wawasan guru dan pengembang pendidikan khususnya guru-guru matematika
agar dapat lebih mengembangkan model pembelajaran dengan baik. Bagi
siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika sekaligus
untuk menumbuhkan kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dengan argumentasi yang benar.
15
1.7. Definisi Operasional
1.
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan
klasifikasi atau penggolongan yang pada umunya dinyatakan dengan suatu
istilah atau rangkaian kata. menjelaskan sebuah definisi dengan kata-kata
sendiri
2.
Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk menyebutkan sebuah definisi
berdasarkan ciri-ciri serta memberikan contoh dan yang bukan contoh yang
jelas dari konsep itu.
3.
Kreativitas adalah kemampuan siswa memberikan hasil penyelesaian masalah
dengan ukuran lancar, fleksibel, dan, keaslian. Kemampuan pemecahan
masalah didasari pemahaman konsep oleh siswa.
4.
Model pembelajaran pencapaian konsep adalah suatu proses pembelajaran
yang menekankan pada pemahaman konsep, proses pembelajaran yang
diawali dengan menyajikan data atau contoh dan yang bukan contoh,
kemudian mengidentifikasi ciri-ciri/ karakteristik dari contoh yang diberikan
dan selanjutnya menyebutkan definisi berdasarkan ciri-ciri/ karakteristik yang
ditemukan.
5.
Aktivitas siswa adalah segala kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
model pencapaian konsep meliputi diskusi kelompok, mengidentifikasi
karakteristik dari contoh dan noncontoh yang diberikan guru, menyelesaikan
masalah, mempresentasikan hasil diskusi, memberi tanggapan, membuat
kesimpulan, latihan individual yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
16
6.
Peningkatan pemahaman konsep adalah perubahan kemampan atau prestasi
pemahaman konsep yang dicapai siswa dari skor kurang baik menjadi
minimal cukup baik.
7.
Peningkatan kreativitas berpikir adalah perubahan kemampan siswa dalam
menyelesaikan masalah yang menunjukkan kelancaran, keluwesan, dan
kebaruan dari skor kurang baik menjadi minimal cukup baik.
8.
Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran model pencapaian konsep
adalah kesanggupan guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran sesuai
dengan sintaks model pencapaian konsep dan kesanggupan guru melibatkan
siswa dalam kegiatan pembelajaran hingga tercapai tujuan pembelajaran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan hasil analisis data penelitian, dapat dikemukakan
beberapa simpulan sebagai berikut:
1) Penerapan pembelajaran model pencapaian konsep memberikan peningkatan
pemahaman konsep matematika siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Bilah Barat
sebesar 21,8%. Pada siklus I rata-rata kemampuan pemahaman konsep
sebesar 65,89 dan pada siklus II rata-rata kemampuan pemahaman konsep
sebesar 88,54. Persentase peningkatan kemampuan pemahaman konsep
dengan kategori minimal cukup adalah dari 75% pada siklus I menjadi 96,8%
pada siklus II. Peningkatan yang paling besar pada aspek “Menjelaskan ulang
sebuah definisi menurut sifat-sifat/ ciri-ciri yang esensial” dan peningkatan
yang paling rendah adalah aspek “Mengaplikasikan konsep atau alogaritma
dalam penyelesaian masalah”.
2) Penerapan pembelajaran model pencapaian konsep memberikan peningkatan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Bilah Barat
sebesar 28,1%. Pada siklus I rata-rata kemampuan kreativitas berpikir sebesar
61,00 dan pada siklus II rata-rata kemampuan kreativitas berpikir sebesar
78,82. Persentase peningkatan kemampuan kreativitas berpikir dengan
kategori minimal cukup adalah dari 62,5% pada siklus I menjadi 90,6% pada
siklus II. Dari tiga aspek kreativitas berpikir (fluency, flexibility, dan
originality) ternyata aspek yang paling meningkat adalah “flexibility atau
179
180
kelancaran” dan peningkatan yang paling rendah adalah aspek “originality
atau kebaruan”.
3) Selama proses pembelajaran berlangsung tahapan pembelajaran sebagai
berikut:
a) Guru menyajikan contoh, baik contoh positif maupun contoh negatif.
b) Siswa membandingkan ciri-ciri pada contoh positif dan contoh negatif
c) Siswa menyebutkan definisi tentang konsep atas ciri-ciri (atribut) utama/
esensial
d) Siswa mengidentifikasi contoh tambahan yang tidak diberi label dengan
menyatakan “ya” atau “bukan”
e) Siswa mengungkapkan pikirannya
f) Guru menegaskan hipotesis, nama konsep dan menyatakan kembali
definisi konsep sesuai dengan ciri-ciri yang esensial.
4) Aktivitas aktif siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Bilah Barat melalui
Penerapan model pencapaian konsep adalah baik sesuai dengan kriteria
pembelajaran model pencapaian konsep. Hal ini diketahui dari hasil observasi
aktivitas siswa pada tindakan siklus I terdapat 2 (dua) dari 6 (enam) kriteria
pengamatan aktivitas siswa berada pada batas toleransi sementara pada siklus
II terdapat 6 (enam) atau semua kategori pengamatan aktivitas aktif siswa
telah berada pada batas toleransi.
5) Setelah
penerapan
model
pembelajaran
pencapaian
konsep
proses
penyelesaian masalah masalah untuk pemahaman konsep dikategorikan
sangat baik dan proses penyelesaian masalah untuk kreativitas berpikir
dikategorikan sangat baik.
181
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukan
beberapa saran sebagai berikut:
1) Dalam penelitian ini yang diteliti adalah kemampuan pemahaman konsep dan
kreativitas berpikir. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk meneliti
kemampuan lain yang belum terjangkau peneliti, seperti kemampuan
penalaran dan kemampuan berfikir kritis melalui penerapan model
pencapaian konsep.
2) Dalam penelitian ini perkerjaan siswa melalaui hasil tes pemahaman konsep
dan tes kreativitas berpikir dalam bentuk kertas dan pensil. Bagi penelitian
berikutnya disarankan menggunakan penilaian Portofolio baik secara
kelompok maupun individu.
3) Dalam penelitian ini subjek yang penulis teliti adalah siswa SMP kelas VIII.
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti subjek pada tingkat yang
lain dan tentang tingkat kemampuan pada aspek fluency dengan aspek
originality.
4) Bagi guru matematika model pencapaian konsep dapat menjadi salah satu
alternatif dikelas yang dinilai dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
kreativitas berpikir serta aktivitas belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Akbar, R., (2001), Kreativitas, Jakarta. Grasindo.
Ansari, Bansul, (http://wangmuba.com/2009/04/19/Pemahaman-konsep)
Arends, Richard. I., (2008), Learning To Teach, Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S., (1999), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, RW., (1988), Teori-Teori Belajar, Jakarta: P2LPTK
Evans, James R,. (1991). Creative thinking in the decision and management
sciences. United States of America. Collage Devision South-Western
Publising Co.
Hudoyo, H., (1998), Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud.
Joyce, Bruce. (2009), Models Of Teaching, Yokyakarta: Pustaka Pelajar
Nuharini, D., Wahyuni, T., (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya Untuk
SMP Kelas VIII, Jakarta: Usaha Makmur.
Nurkancana, Wayan dkk. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha
Nasional
Russefendi. E.T. (1979). Dasar-dasar Matematika Modern, Bandung: Tarsito.
Shadiq, F., (2010), Pentingnya Matematika, www.fadjarp3g.wordpresss.com.
Situmorang, M., (2010), Penelitian Tindakan Kelas PTK Untuk Mata Pelajaran
Kimia, Medan: FMIPA Unimed.
Slameto., (1980), Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Cetakan
ke dua, Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert. E., (2009), Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta.
Indeks.
Soedjadi, R., (2000), Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Jakarta:
Depdikbud.
Sudjana., (1984), Metoda Statistika, Bandung: Tarsito
179
180
Sumarmo,U. (2002). Pengukuran dan Evaluasi dalam Pendidikan. Makalah.
Bandung : PPS UPI
Suryosubroto, B., (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka
Cipta.
Suyitno, (2004), Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika, Semarang
Syah, Muhibbin. (2010), Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,
Bandung. Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus., (1995), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Tim PLPG, (2009), Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru(PLPG) bidang
diklat matematika SMP ed. Revisi, UNIMED, Medan.
TIMMS., (2011), Mutu Pendidikan, http://zainurie.wordpress.com.
Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Prograsif , Jakarta:
Kencana.
Thoha, C.M. (2003). Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Torrance, E. Paul., (1963). Education And The Creative Potential, United States
Of America. The University of Minnesota Press.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional, Bandung: Citra Umbara.
Winkel ,W.S., (1996), Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.