PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR.

(1)

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

DISERTASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Doktor Ilmu Pendidikan

pada Bidang Pendidikan Luar Sekolah

Oleh :

ABDUL KARIM HALIM NIM : 0907830

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2


(2)

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI:

Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M.Ed. NIP : 1955198101011001

Ko-Promotor Merangkap Sekretaris

Prof. Dr.H Ishak Abdulhak, M.Pd NIP. 194902271977031002

Anggota

Prof . H Ace Suryadi, M.Sc. Ph.D NIP. 195107251978031000

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Luar Sekolah,

Dr. Jajat Sudrajat Ardiwinata, M.Pd NIP. 19590826 198603 1 003


(3)

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi dengan judul : Pengembangan Model Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Wirausahawan Baru Pada Sanggar Kegiatan Belajar Di Kabupaten Bogor ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko / sangsi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung … Agustus 2015. Yang Membuat Pernyataan,

Abdul Karim Halim NIM 0907830.


(4)

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Halim, Abdul Karim, 2015, Pengembangan Model Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Untuk Meningkatkan Kemampuan Wirausahawan Baru Di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh tingginya angka kemiskinan, pengangguran dan urbanisasi yang melahirkan berbagai permasalahan pada masyarakat perdesaan dan perkotaan. Kursus wirausaha perdesaan bertujuan memberi kesempatan kepada masyarakat agar memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk memumbuh kembangkan sikap mental kreatif, inovatif, tanggung jawab, serta sikap berani menghadapi resiko dalam mengelola potensi diri dan lingkungannya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.

Secara umum penelitian ini bertujuan mengembangkan model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru, dan secara khusus untuk ; a) mendeskripsikan kondisi faktual program kursus wirausaha perdesaan b) mendeskripsikan kemampuan peserta didik kursus wirausaha perdesaan, c) mengembangkan konsep model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik, d) memperoleh gambaran pelaksanaan pengembangan model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta, dan e) mengkaji efektifitas pelaksanaan pengembangan model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru.

Seorang wirausahawan mutlak harus memiliki kemampuan berupa pengetahuan, dan keterampilan berwirausaha serta sikap selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi, keberhasilan dan kegagalan merupakan konsekuensi pribadi wirausahawan, lebih mementingkan otonomi dalam bertindak, mengambil keputusan dan dalam memilih berbagai kegiatan untuk mencapai tujuannya dalam berwirausaha. Dengan menggunakan prinsip pendidikan orang dewasa, pengelola program berusaha memenuhi kebutuhan peserta didik untuk mencapai kemandirian emosi (emotional autonomy), kemandirian perilaku (behavioral

autonomy) dan kemandirian nilai (Value autonomy) dalam melakukan kegiatan

kewirausahaannya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and

development), dengan mengambil sampel sebanyak 60 orang peserta didik yang terbagi atas 30

orang sebagai sampel pada kelompok eksperimen dan 30 orang lagi dijadikan sampel pada kelompok kontrol. Setelah mengikuti pelatihan, responden pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pendampingan dalam pengembangan pasar, diserfikasi produk dan jaringan usaha melalui kegiatan inkubasi bisnis.

Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada uji banding hasil test ranking antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, didapat data pada aspek pemahaman terhadap makna berwirausaha, aspek kemandirian dalam berwirausaha dan aspek kemandirian psikologis dalam berwirausaha para peserta didik pada kelompok eksperimen memiliki skor lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik secara efektif dapat meningkatkan kemampuan wirausahawan baru. Atas dasar hal tersebut maka peneliti merekomendasi hasil penelitian ini untuk dapat didesiminasikan oleh para pengelola program kursus wirausaha perdesaan di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor.

Kata kunci : Kursus wirausaha perdesaan, kebutuhan peserta didik, kemandirian, Sanggar Kegiatan Belajar, inkubasi bisnis


(5)

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Halim, Abdul Karim, 2015, Developing Learners-based Rural Entrepreneurship Course Models to Improve the Competence of Novice Entrepreneurs at Learning Activities Center, Bogor district.

This research was inspired by the high level of poverty, unemployment and urbanization in rural areas that had produced and brought problems for both rural community and urban areas. Rural Entrepreneurship Course is basically aimed at providing people opportunities to obtain knowledge and skills on building creativity, innovation, responsibility and risk-taking attitude in order to manage individual and natural resources for the sake of gaining better quality of life.

The general purpose of this present research was to develop learners-based rural entrepreneurship course models in improving the competence of novice entrepreneurs. Specifically, This research was aimed at a) describing the factual conditions of the programs, b) describing the factual condition of the learners, c) developing the concept of learners-based rural entrepreneurship course models, d) obtaining pictures of the implementation of learners-based rural entrepreneurship course models, and e) reviewing the effectiveness of learners-based rural entrepreneurship course models to improve the competence of novice entrepreneurs.

Employing Research and Development (R&D) approach, this research used total sampling technique involving 60 learners as sample. The sample was then divided into two groups: 30 learners in the experimental group and the rest 30 in the control group. After completing the course, 30 learners in the experimental group were given ongoing assistance as special treatment.

The finding of the research was mainly based on the comparative test results ranked between the control group and the experimental group. It was revealed that the learners in the experimental group gained higher scores than those in the control group. This conclusion was obtained from the data analysis on the aspect of the learners’ understanding on the principles of entrepreneurship, the independence in entrepreneurship, and the psychological independence in entrepreneurship. This result indicated that the learners-based rural entrepreneurship course models had effectively improved the competence of novice entrepreneurs. Therefore, the researcher recommends that the result of this research could be disseminated by the program managers of rural entrepreneurial course at Learning Activities Center in Bogor district.

Keywords: rural entrepreneur course, learners’ needs, independence, Learning


(6)

(7)

9

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendahuluan 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 11

C. Tujuan Penelitian 15

1. Tujuan Umum 15

2. Tujuan Khusus 15

D. Manfaat Penelitian 15

1. Manfaat Teoritis 15

2. Manfaat Praktis 16

E. Sistematika Penulisan 16

A. Hakekat Kemandirian 18

1. Pengertian Kemandirian 18

2. Aspek-Aspek Kemandirian 19

3. Kondisi Yang Mempengaruhi Kemandirian 25

4. Nilai-Nilai Sosial Dalam Pembentukan Kemandirian 31

5. Proses Pembentukan Kemandirian 32

B. Hakekat Kewirausahaan 42

1. Pengertian Kewirausahaan 42

2. Tujuan Kewirausahaan 43

3. Karakteritik Wirausahawan 44

4. Faktor-Faktor Pendorong Seseorang Menjadi Wirausahawan 54

HALAMAN JUDUL

Daftar Isi

Hal. HALAMAN PERSETUJUAN PERNYATAAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ii iii iv v vi viii ix xii xiii xvii

BAB I :


(8)

1 0

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Unsur-Unsur dan Komponen Manajemen Kewirausahaan 63 6. Peran Wirausahawan Dalam Pertumbuhan Ekonomi Negara 72 7. Hakekat Kemandirian Dalam Berwirausaha Masyarakat

Perdesaan 75

8. Strategi Membangun Motivasi Berwirausaha Pada

Masyarakat Perdesaan 76

C. Model Kursus Wirausaha Perdesaan 85 1. Latar Belakang Lahirnya Kursus Wirausaha Perdesaan 86 2. Pengertian dan Tujuan Kursus Wirausaha Perdesaan 86 D. St tegi Pembelajaran Berbasis Kebutuhan Peserta Didik 93

1. Hakekat Strategi Pembelajaran kursus 93

2. Tujuan Strategi Pembelajaran Kursus 94

3. Manfaat Strategi Pembelajaran Kursus 96

4. Program Pembelajaran Kursus 103

5. Penyusunan Kurikulum dan Perumusan materi Kursus 109 6. Merumuskan Strategi, Metode, Media dan Sarana

Pembelajaran 119

7. Faktor-fakktor Yang Berpengaruh Terhadap Strategi

Pembelajaran Berbasis Kebutuhan 121

E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan 123

F. Kerangka Pemikiran 135

BAB III : METODE PENELITIAN 143

A. Lokasi dan Subyek Penelitian 143

B. Desain Penelitian 146

C. Pendekatan dan Metode Penelitian 149

D. Instrumen Penelitian 153

E. Teknik Pengumpulan Data 154

F. Analisis Data Hasil Penelitian 159

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 163

A. Hasil Penelitian 163 1. Kondisi Faktual Program Kursus Wirausa Perdesaan

di Kabupaten Bogor 163 2. Kondisi Faktual Kemampun Peserta Didik Kursus Wirausaha


(9)

1 1

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perdesaan di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor 184 3. Konsep Model Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis

Kebutuhan Peserta Didik 192

4. Pelaksanaan Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis

Kebutuhan Peserta Didik 204

5. Efektifitas Model Kursus Wirausaha Perdesaan

Berbasis Kebutuhan Peserta Didik 232

B. Pembahasan Hasil Penelitian 247 1. Pembahasan Kondisi Faktual Program Kursus Wirausaha

Perdesaan di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor 247 2. Pembahasan Kondisi Kemampuan Peserta Didik Kursus

Wirausaha Perdesaan di Kabupaten Bogor 254

3. Pembahasan Konsep Pengembangan Model Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Untuk Meningkatkan

Kemampuan Wirausahawan Baru 256

4. Pembahasan Implementasi Model Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Untuk Meningkatkan

Kemampuan Wirausahawan Baru 265

BAB V : SIMPULANDAN REKOMENDASI 273

A. Simpulan 273

B. Rekomendasi 275

DAFTAR PUSTAKA 281 LAMPIRAN 288


(10)

xii

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR No. Gambar

2. 1

Nama Gambar

Skema Terinci Kecakapan Hidup

Hal

37

2. 2 Jenis – Jenis Inovasi 59

2. 3 Hubungan Fungsional Antar Komponen Manajemen 66

2. 4 Model Analisis SWOT 84

2.5 Model Format Sumber Kebutuhan Belajar Masyarakat (SKBM) 96 2.6 Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Kursus Wirausaha Perdesaan

Berbasis Kebutuhan 142

3.1 Alur P en gem ban ga n Model P en eliti an 148

4.1 Pola Pendekatan Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan

Masyarakat 179

4. 2 Model Faktual Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat 180

4. 3 Visualisasi Model Kursus Wiausaha Perdesaan di SKB

Kab. Bogor 203

4. 4 Validasi Empirik Konsep Pengembangan Model Kursus


(11)

13

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

No. Tabel Nama Tabel Halaman

2. 1 Nilai-Nilai Kemandirian 32

2. 2 Indikator Kecakapan Hidup 34

2. 3 Scadule Amaliyah harian (Lampiran 1) 51

2. 4 Elemen Kemandirian 54

2. 5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 113

2. 6 Materi Pembelajaran Kursus Wirausaha perdesaan Berbasis

Kebutuhan Belajar Peserta Didik (Lampiran 7 ) 119

3. 1 Profil Subyek Penelitian 143

3. 2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kursus Wirausaha Perdesaan

3.3

Sebelum Diuji Reliabilitas dan Validitas (Lampiran 2) Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pelaksanaan Kursus

156

Wirausaha Perdesaan Setelah Diuji Reliabilitas dan Validitas

(Lampiran 2) 157

3. 4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Peningkatan Kemampuan Wirausahawan Baru Sebelum Diuji Reliabilitas dan Validitas

3.5

(Lampiran 2)

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Peningkatan Kemampuan

157

Wirausahawan Baru Setelah Diuji Realibilitas

dan Validitas (Lampiran 2) 159

3.6 One-Group Pretest- Posttest Design 161

4.1 Jumlah Anggota Masyarakat Peserta Pendidikan Kewirausahaan 166 4.2 Alokasi Dana Pendidikan Kewirausahaan Tahun 2012 175 4. 3 Alokasi Dana Pendidikan Kewirausahaan Tahun 2014 178 4. 4 Jadwal Pelatihan Kewirausahaan Budi Daya Ternak Lele

(Lampiran 7) 183

4. 5 Persentase dan Klasifikasi Tingkat Pemahaman Peserta Didik


(12)

14

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(13)

14 14

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. 7 Kondisi Faktual Tingkat Pemahaman Peserta Didik Terhadap

Program Kursus Wirausaha Pesrdesaan 188

4. 8 Tingkat Pemahaman Peserta Didik Terhadap Aspek

Kemandirian 190

4. 9 Daftar Kebutuhan Belajar Peserta Didik Berdasarkan Hasil

4. 10

Angket SKBM

Faktor Penghambat dan Akternatif Pemecahannya Dalam Pengembangan Model Kursus Wirausaha Perdesaan

224

231

4. 11 Deskripsi Statistik Parametrik 232

4. 12 Korelasi Antar variabel Berdasarkan Hasil Uji t 232 4. 13 Analisis Gabungan Koefiosien Korelasi X1, X2, X3

Terhadap Variabel Y 232

4. 14 Uji Anova 232

4. 15 Regresi Linier Berganda dan Uji t 232

4. 17 Deskripsi Statistik Skor Responden Dalam Perencanaan Kursus 234 4. 18 Wilcoxom signed Rank Test Skor Perencanaan Kursus 235 4. 19 Uji Banding Skor Perencanaan Sebelum Dilaksanakan Kursus 235 4. 20 Deskripsi Statistik Skor Responden Untuk Kelompok Kontrol

Dan Kelompok Eksperimen 235

4. 21 Wilcoxom signed Rank Test Skor Pelakasnaan Kursus 236 4. 22 Uji Banding Skor Pelaksanaan Kursus Untuk Kelompok

Kontrol dan Kelompok Eksperimen Sebelum Dilaksanakan

4. 23

Kursus

Deskripsi Statistik Skor Responden Untuk Kelompok Kontrol

236

dan Kelompok Eksperimen Dalam Aspek Penilaian Kursus 236 4. 24 Wilcoxom signed Rank Test Skor Penilaian Kursus 237 4. 25 Uji Banding Skor Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Tentang Penilaian Terhadap pelaksanaan Kursus 237 4. 26 Deskripsi Statistik Skor Responden Untuk Kelompok Kontrol


(14)

15 15

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(15)

16 16

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. 27 Wilcoxom signed Rank Test Skor Aspek Pemahaman

Tentang Makna Berwirausaha 238

4. 28 Uji Banding Skor Aspek Pemahaman tentang Makna

Berwirausaha 238

4. 29 Deskripsi Statistik Skor Responden Untuk Kelompok Kontrol Dan Kelolmpok Eksperimen Dalam Aspek Kemandirian

4. 30

Berwirausaha

Wilcoxom signed Rank Test Skor Aspek Kemandirian

239

Dalam Berwirausaha 239

4. 31 Uji Banding Skor Aspek Kemandirian Dalam Berwirausaha 239 4. 32 Deskripsi Statistik Skor Responden Untuk Kelompok Kontrol

Dan Kelolmpok Eksperimen Dalam Aspek Kemandirian

4. 33

Psikologis

Wilcoxom signed Rank Test Skor Aspek Kemandirian

240

4. 34

Psikologis Untuk Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Uji Banding Skor Kemandirian Psikologis Untuk Kelompok

240

4. 35

Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Deskripsi Statistik Skor Responden Dalam Perencanaan

240

Kursus Wirausaha Perdesaan Untuk Kelompok Kontrol

Dan Kelolmpok Eksperimen 241

4. 36 Wilcoxom signed Rank Test Skor Perencanaan Kursus 241 4. 37 Uji Banding Skor Perencanaan Untuk Kelompok

4. 38

Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Deskripsi Statistik Skor Responden Dalam Aspek

242

Pelaksanaan Kursus Wirausaha Perdesaan Untuk

Kelompok Kontrol Dan Kelolmpok Eksperimen 242

4. 39 Wilcoxom signed Rank Test Skor Pelakasanaan Kursus 242 4. 40 Uji Banding Skor Pelaksanaan Kursus Wirausaha Perdesaan


(16)

17 17

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. 41 Deskripsi Statistik Skor Responden Dalam Aspek Penilaian Kursus Wirausaha Perdesaan Untuk Kelompok Kontrol

Dan Kelolmpok Eksperimen 243

4. 42 Wilcoxom signed Rank Test Skor Perencanaan Kursus 243 4. 43 Uji Banding Skor Penilaian Kursus Untuk Kelompok

Kontrol dan Kelompok Eksperimen 244

4. 44 Deskripsi Statistik Skor Responden Dalam Aspek Pemahaman Makna Berwirausaha Untuk Kelompok Kontrol

Dan Kelolmpok Eksperimen 244

4. 45 Wilcoxom signed Rank Test Skor Aspek Pemahaman Tentang

4. 46

Makna Berwirausaha

Uji Banding Skor Pemahaman Tentang Makna Berwirausaha

245

4. 47

Untuk Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Deskripsi Statistik Skor Responden Dalam Aspek Kemandirian

245

Dalam Berwirausaha Untuk Kelompok Kontrol Dan

Kelolmpok Eksperimen 245

4. 48 Wilcoxom signed Rank Test Skor Aspek Kemandirian

Dalam Berwirausaha 246

4. 49 Uji Banding Skor Aspek Kemandirian Dalam Berwirausaha

Untuk Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen 246 4. 50 Deskripsi Statistik Skor Responden Dalam Aspek Kemandirian

Dalam Berwirausaha 246

4. 51 Wilcoxom signed Rank Test Skor Kemandirian Psikologis 247 4. 52 Uji Banding Skor Kemandirian Psikologis Untuk Kelompok


(17)

xvii

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

: Tabel 3. 2 : Kisi-Kisi Istrumen Penelitian Pelaksanaan Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Sebelum Diuji

Validitas dan Reliabilitas 289

Tabel 3. 3 : Kisi-Kisi Istrumen Penelitian Peningkatan Kemampuan Wirausahawan Baru Peserta Didik Kursus Wirausaha Perdesaan

Sebelum Diuji Validitas dan Reliabilitas 290 Tabel 3. 4 : Kisi-Kisi Istrumen Penelitian Pelaksanaan

Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Sesudah Diuji

Validitas dan Reliabilitas 291

Tabel 3. 5 : Kisi-Kisi Istrumen Penelitian Peningkatan Kemampuan Wirausahawan Baru Peserta Didik Kursus Wirausaha Perdesaan

Sesudah Diuji Validitas dan Reliabilitas 292

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran Nama Lampiran

1. : Tabel 2.3 : Scedule Amaliyah Harian. 288

2.

3. : Data Hasil Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Untuk Variabel X (Pelaksanaan Kursus Wirausaha Perdesaan

Berbasis Kebutuhan Peserta Didik) 293

Data Hasil Perhitungan Realibilitas dan Validitas Untuk Variabel Y (Peningkatan Kemampuan Wirausahawan

Baru) 298

4. : Angket Instrumen Penelitian : Pelaksanaan Program Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan


(18)

181 818

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Angket Instrumen Penelitian : Peningkatan Kemampuan Wirausahawan Baru Peserta Didik Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Sebelum Diuji Reliabilitas

dan Validitas 319

5. : Angket Instrumen Penelitian : Pelaksanaan Program Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Sesudah Diuji Reliabilitas dan Validitas. 338 Angket Instrumen Penelitian Peningkatan

Kemampuan Wirausahawan Baru Peserta Didik Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Sesudah

Diuji Reliabilitas dan Validitas. 352

6. : Hasil Perhitungan dan Analisis Statistik; Efektifitas Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Peningkatan kemampuan Wirausahawan Baru

Untuk Variabel X Kelompok Kontrol. 367

Hasil Perhitungan dan Analisis Statistik; Efektifitas Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Peningkatan kemampuan Wirausahawan Baru

Untuk Variabel X Kelompok Eksperimen. 371

Hasil Perhitungan dan Analisis Statistik; Efektifitas Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Peningkatan kemampuan Wirausahawan Baru Untuk Variabel Y Kelompok Kontrol 375 Hasil Perhitungan dan Analisis Statistik; Efektifitas

Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Peningkatan kemampuan Wirausahawan

Baru Untuk Variabel Y Eksperimen 380

Data Skor Nilai Responden Sebelum dan Sesudah Pengembangan Model Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Peserta Didik Untuk variabel X


(19)

19

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. : Tabel: 2. 9 ; Daftar Materi Pembelajaran Kursus Wirausaha Perdesaan di Sanggar Kegiatan Belajar

Kabupaten Bogor 392

Tabel 4. 6 ; Jadual Pelatihan Budi Daya Ternak

Lele Jumbo 395

8. : 8.1 Hasil Perhitungan Statistik Parametrik 399 8.2 Hasil Perhitungan Statistik Nonparametrik 406 9. : SURAT KEPUTUSAN REKTOR TENTANG

PENUNJUKAN PROMOTOR PENULISAN DISERTASI 409 10. : Surat Permohonan dan Ijin Penelitian 411

11. : Riwayat Hidup 413


(20)

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bercermin pada situasi dan kondisi yang sedang terjadi di negeri ini yaitu masih tingginya angka kemiskinan, pengangguran dan urbanisasi/migrasi masyarakat perdesaan ke perkotaan dan/atau keluar negeri hanya sekedar untuk menjadi buruh kasar dengan predikat sebagai pejuang devisa. Fenomena ini seharusnya menjadi kehawatiran seluruh anak bangsa, terlebih lagi tingginya angka tenaga kerja informal di perkotaan dan/atau ke luar negeri tanpa perlindungan hukum yang memadai, sehingga kita tidak mampu berbuat banyak walaupun hanya untuk membantu mereka yang terkena masalah hukum terutama mereka yang bekerja di luar negeri, sebagaimana banyak dialami para tenaga kerja Indonesia di negara-negara Timur Tengah atau Malaysia dan negara-negara Asia lainnya yang memiliki perbedaan system hukum.

Berkenaan dengan hal itu Badan Pusat Statistik melaporkan, perbulan september 2014 jumlah angka kemiskinan di Indonesia mencapai 27.727.780 jiwa (10,96 %) dan angka pengangguran mencapai 7,39 % dari jumlah angkatan kerja sebanyak 118.190 juta orang. Sementara itu BNP2TKI melaporkan, perbulan september 2013 mereka yang eksodus keluar negeri untuk menjadi tenaga kerja sebanyak 512.168 orang, 226.871 orang (44 %) bekerja pada sektor informal yang tanpa membutuhkan keterampilan khusus, seperti tenaga penyelia rumah tangga. 285.197 orang (56 %) bekerja pada sektor formal dengan mengandalkan berbagai keterampilan yang dimilikinya. Dengan makin diminatinya bekerja pada sektor informal dan membanjirnya urbanisasi, berdampak pada makin terlantarnya sumber daya perdesaan, terutama lahan dan pertanian.

Sementara itu, dipihak lain lembaga-lembaga pendidikan formal cenderung menghasilkan calon-calon tenaga kerja potensial yang hanya siap latih dan tidak siap


(21)

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

kerja, konon sebagian besar dari mereka adalah lulusan dari Sekolah Menengah Kejuruan dan Diploma yang pada akhirnya menjadi pengangguran terdidik. Dalam


(22)

2

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fenomena seperti ini, kehadiran lembaga kursus dan pelatihan seperti Kursus Wirausaha Perdesaan seharusnya mampu memberikan solusi. Namun demikian ternyata tidak dapat diandalkan sepenuhnya. Apa sebenarnya yang menjadi faktor penyebab ? Bagaimana menanggulanginya ? Itulah yang ingin dicari, dengan mencoba membangun teori yang dapat memberikan solusi untuk menumbuhkan kembali berbagai kekuatan lokal yang dapat membangkitkan minat masyarakat dalam membangun desa, melalui pengembangan model Kursus Wirausaha Perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik Untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru. Program sejenis selama ini diprakarsai oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Sanggar Kegiatan Belajar di setiap Kabupaten seluruh Indonesia.

Program ini dilatar belakangi oleh kondisi obyektif masyarakat di perdesaan sebagaimana dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik bahwa pada awal tahun 2011 (Kemendiknas, 2010:5) tingkat pengangguran terbuka berdasarkan pendidikan terakhir, adalah sebagai berikut :

Jumlah pengangguran terbuka pada bulan Februari 2011 mencapai 8, 1 juta orang atau 6,80 % dari total angkatan kerja sebesar 119,4 juta orang. Bila dilihat dari latar belakang pendidikannya para penganggur terbuka tersebut terdiri dari 3,81 % berpendidikan Sekolah Dasar ke bawah. 7,45 % berpendidikan Sekolah Menengah Pertama, 11,90 % berpendidikan Sekolah Menengah Atas. 11,87 % berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. 12,78 % berpendidikan Diploma I/II/III dan 11, 92 % berpendidikan Universitas. Kalau pun terjadi penurunan angka pengangguran terbuka sebesar 4,29 % dibandingkan dengan bulan agustus 2010, bukan akibat naiknya angka orang yang berwirausaha tetapi karena adanya penerimaan Pegawai Negeri Sipil pada jenjang Pendidikan Tinggi.

Pernyataan bahwa, ‘penurunan angka pengangguran terbuka sebesar 4,29 %’ bukan akibat naiknya angka orang yang berusaha karena semangat kewirausahaannya, tetapi karena adanya penerimaan pegawai negeri sipil pada jenjang pendidikan tinggi’. Ini menunjukkan bahwa para sarjana kita belum memiliki kemampuan untuk mandiri dalam berwirausaha, buktinya setelah lulus mereka memilih untuk menjadi bagian dari masyarakat yang menjadi beban negara dari pada berkontribusi untuk meringankan beban negara, padahal harapan bangsa ini agar para


(23)

3

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lulusan perguruan tinggi mampu hidup lebih mandiri dan bergerak dalam bidang kewirausahaan dengan memanfaatkan berbagai sektor yang menjadi kekayaan negeri ini, sehingga mampu membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Syarief Hasan (Merlinda Riska, Nasional.Kontan.co.id; Indonesia Seharusnya Punya 9 Juta Wirausahawan. Diposting; Jum’at, 8 Juni 2012 Pkl 14.57) mengatakan;

Setiap negara idealnya memiliki wirausahawan minimal sebanyak 2 % dari total jumlah penduduknya, sementara negara kita, Indonesia baru mencapai 0,8 % (+ 400.000 orang) dari total 230 juta penduduk, sedangkan negara-negara industri seperti Jepang, Singapura, USA, Korea, bahkan saat ini Malaysia dan China sudah memiliki 5 sampai dengan 15 % wirausahawan dari jumlah populasi penduduknya.

Faktor apa sebenarnya yang menjadi penyebab ketidak berhasilan dunia pendidikan kita mewujudkan kemampuan dan kemandirian para lulusananya dalam berwirausaha sehingga dapat melahirkan lebih banyak lagi wirausahawan baru ? Jawaban atas pertanyaan tersebut dikatakan oleh Muhammad Yamin (2009:94) sebagai berikut :

Ada kesalahan dari bangsa kita dalam menghargai hasil pendidikan, sebagian besar masyarakat kita hanya memberikan penghargaan pada prestasi seseorang bila memberikan nilai material, bernilai ekonomi produktif, dan dapat dimanfaatkan bagi kehidupan praktis secara teknis. Oleh karena itu sangat wajar apabila produk-produk pendidikan diarahkan untuk menjadi pekerja, sehingga setelah tamat dari bangku pendidikan mereka berlomba untuk masuk ke dunia kerja dan siap menjadi kuli untuk diperintah atasan. Maka pendidikan bukan lagi melahirkan para terdidik yang siap mengabdi kepada bangsa dan negara guna melakukan perubahan, tetapi mereka berada dibawah kendali para penguasa, pengusaha dan elemen bangsa lainnya yang memiliki modal besar.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003 :12) telah ditetapkan, bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(24)

4

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mencermati isi dari pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka selayaknya system pendidikan nasional kita mampu memenuhi berbagai tuntutan peran yang multi dimensional. Secara umum pendidikan nasional harus mampu menghasilkan manusia yang; 1. Memiliki kepribadian kuat, religius dan menjunjung tinggi budaya luhur bangsa; 2. Memiliki kesadaran berdemokrasi, sadar bahwa dirinya lahir dilengkapi dengan berbagai perbedaan dengan orang lain yang sebangsa dan setanah air, lebih mengedepankan musyawarah untuk mencapai mufakat demi tercapainya cita-cita bangsa yang merdeka, berdaulat serta memiliki tanggung jawab untuk menciptakan perdamaian dunia; 3. Memiliki kesadaran moral dan hukum yang tinggi untuk mampu hidup lebih tertib dan aman antar sesama anak bangsa, serta; 4. Memiliki kehidupan yang lebih subur, makmur dan sejahtera. Suatu kehidupan yang mandiri, mampu mencari, menemukan dan melaksanakan hal-hal baru, inovatif dan

inventif untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan individu, masyarakat,

bangsa dan negara.

Agar mampu memenuhi tuntutan tersebut di atas, maka selayaknya sistem pendidikan kita meratifikasi 4 (empat) pilar pendidikan secara terpadu, sebagaimana dicanangkan oleh UNESCO (Fasli Jalal dalam Dedi Supriyadi, 2001:67; Soedijarto, 2007:22-23; dan Ace Suryadi, 2009:137) yang menyatakan: “Pendidikan hendaknya mengembangkan kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do), belajar menjadi seseorang (learning to be) dan belajar menjalani kehidupan bersama (learning to live together)“. Dalam kontek sistem pendidikan di Indonesia, penerapan konsep ini mengandung arti bahwa negara berkewajiban untuk mempersiapkan seluruh warga negaranya agar berperan aktif dalam semua sektor kehidupan guna mewujudkan masyarakat yang cerdas, aktif, kreatif, dan mandiri.

Untuk mampu memenuhi harapan seperti yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional dan konsep yang digagas oleh UNESCO tersebut tidak mungkin hanya ditanggulangi oleh Subsystem pendidikan persekohan (pendidikan formal), akan tetapi membutuhkan juga peran aktif dari Subsystem pendidikan luar sekolah


(25)

5

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang terdiri dari pendidikan nonformal dan informal. Pendidikan luar sekolah memiliki fungsi (Djudju Sudjana, 2004: 74) yang dapat ditampilkan dalam:

Pemecahan masalah yang dihadapi pendidikan persekolahan adalah sebagai pelengkap (complementary education); Mengandung arti pendidikan luar sekolah dapat menyajikan berbagai mata pelajaran atau kegiatan belajar yang belum termuat dalam kurikulum pendidikan sekolah sedangkan materi pelajaran atau kegiatan belajar tersebut sangat dibutuhkan oleh anak didik dan masyarakat yang menjadi layanan sekolah tersebut. Sebagai penambah (suplementary education); Pendidikan luar sekolah dapat memberi kesempatan tambahan pengalaman belajar dalam mata pelajaran yang sama yang ditempuh di sekolah kepada mereka yang masih bersekolah atau mereka yang telah menamatkan jenjang pendidikan sekolah, tambahan pengalaman belajar ini dilakukan di tempat yang sama atau di tempat lain dengan waktu yang berbeda. Sebagai pengganti (substitute education); Pendidikan luar sekolah dapat menggantikan fungsi sekolah di daerah-daerah yang karena berbagai alasan, penduduknya belum terjangkau oleh pendidikan sekolah.

Demikian pula halnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelengaraan Pendidikan (Wisnu Setiawan, 2010:77) dikatakan;

Pendidikan nonformal bertujuan membentuk manusia yang memiliki kecakapan hidup, keterampilan fungsional, sikap dan kepribadian profesional, dan mengembangkan jiwa wirausaha yang mandiri serta kompetensi untuk bekerja dalam bidang tertentu, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pernyataan tersebut di atas didukung oleh isi dari pada Rencana Aksi Dakkar yang dideklarasikan di Senegal pada bulan april 2000. Rencana aksi tersebut berisi tujuan dan tekad negara-negara peserta dan komunitas internasional untuk mencapai

‘Pendidikan dasar yang bermutu’ bagi setiap warga negara dari negara yang hadir dalam Forum Pendidikan Dunia dari tahun 2002 hingga 2015. Deklarasi tersebut (Kusnadi, 2005:27) bertujuan untuk:

1. Memperluas dan memperbaiki perawatan dan pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) secara konprehensif, khususnya anak yang paling rawan dan kurang beruntung; 2. Menjamin semua anak pada tahun 2015, khususnya anak perempuan dan anak dalam keadaan susah dan anak-anak kelompok minoritas, harus mendapat akses dan menyelesaikan pendidikan dasar yang bermutu dengan gratis; 3. Menjamin semua kebutuhan belajar bagi anak-anak muda dan orang dewasa terpenuhi melalui kesempatan yang sama untuk memperoleh program-program pembelajaran dan keterampilan kehidupan (life skill); 4. Mencapai perbaikan


(26)

6

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tingkat keaksaraan orang dewasa sebesar 50 % pada tahun 2015 khususnya wanita dan kesamaan akses pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa; 5. Menghilangkan perbedaan gender dalam pendidikan yang bermutu; dan 6. Memperbaiki semua aspek mutu pendidikan dan menjamin keunggulan semua sehingga hasil belajar yang diakui dan terukur dapat dicapai oleh semua, khususnya dalam keaksaraan, keterampilan berhitung dan keterampilan hidup.

Menindaklanjuti kesepakatan tersebut di atas Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan baik dalam bentuk Undang-Undang, Instruksi Presiden, dan/atau Peraturan Pemerintah, seperti Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2011 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan lain-lain. Sehingga setiap tahunnya Indek Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Developmen Index (HDI) Indonesia diharapkan terus meningkat.

Pada tanggal 4 november 2011 (Taufiq Hanafi, Edukasi Kompas.com/rea/2011/11/1715426/Indeks Pembangunan Manusia Indonesia, diposting jum’at 4 november 2011 Pkl 17.17 Wib) dilaporkan Indek Pembangunan Manusia Indonesia ada pada urutan 124 (skor 0,617) dari 187 negara, skor yang diperoleh menunjukkan kenaikan walaupun sangat tipis yaitu dari 0,600 ke 0,617. Nampak jelas IPM bangsa kita masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga sekali pun. Bagaimana dengan IPM Kabupaten Bogor? Bappeda Kabupaten Bogor (2015) melaporkan bahwa pada tahun 2013 IPM Kabupaten Bogor baru mencapai 73,92 dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 74,25. Berdasarkan pencapaian angka IPM ini Kabupaten Bogor berada pada

tingkatan status Menengah Atas (66 ≤ IPM ≤ 80). Indeks Pembangunan Manusia

merupakan agregasi dan kombinasi dari nilai-nilai komponen pendukungnya, sehingga perkembangan IPM sangat ditentukan oleh perkembangan komponennya,


(27)

7

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang meliputi Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Hurup (AMH) orang dewasa dan Pengeluaran Penduduk Perkapita (Purchasing Power Parity – PPP). Selama 7 (tujuh) tahun, sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2014 Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bogor telah meningkat, dari 68,03 menjadi 70,35. Dibidang pendidikan, Angka Melek Huruf (AMH) orang dewasa meningkat dari 93,59% menjadi 96,98%. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) meningkat dari 7,20 menjadi 8,04. Sementara itu, bidang ekonomi yang diwakili oleh komponen Pengeluaran Perkapita Penduduk (purchasing power parity - PPP) mengalami peningkatan dari 627.740.000 menjadi sebesar 639.660.000.

Dalam teori ekonomi pembangunan, dikatakan bahwa pendidikan dan kesehatan merupakan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan produktivitas sumber daya manusia. Pendidikan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas tenaga kerja, stimulasi inovasi dan riset serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Kapabilitas individu dalam menetapkan pilihannya merupakan hal yang penting untuk kesejahteraan manusia. Terdapat korelasi positif yang tinggi antara faktor pendidikan dan kesehatan dengan

output perkapita atau GNP perkapita. Pada waktu bersamaan, hubungan sebab

akibatnya adalah pendapatan perkapita yang tinggi mendorong penduduk membelanjakan lebih banyak pendapatannya untuk pendidikan dan kesehatan.

Mengacu pada beberapa pernyataan dan upaya yang dilakukan pemerintah tersebut di atas, maka peranan pendidikan luar sekolah menjadi sangat strategis sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar memiliki daya saing dalam menghadapi era globalisasi dengan menguasai berbagai keterampilan fungsional, yaitu keterampilan hidup yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, sehingga mereka mampu hidup dengan kemandiriannya.

Adapun bentuk-bentuk keterampilan dimaksud berkaitan dengan keterampilan kerumahtanggaan atau keterampilan jasa seperti; penguasaan teknologi komputer dan

informatika, perbengkelan, menjahit, pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan,


(28)

8

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan fungsional tersebut warga masyarakat diharapkan mampu mengaflikasikan keterampilan yang dimilikinya dalam kehidupannya sehari-hari untuk kepentingan dirinya dan/atau masyarakat, dengan cara mentransfer berbagai ilmu dan keterampilan yang dimilikinya kepada pihak lain yang membutuhkan dalam kedudukannya sebagai instruktur, pelatih, tutor, pengajar atau bahkan menjadi tenaga ahli. Apabila dicermati dengan lebih bijak maka peran pendidikan luar sekolah dalam memberikan keterampilan dan kecakapan hidup kepada masyarakat nampak sekali kegunaan dan manfaatnya, dalam upaya meningkatkan kemandirian hidup seseorang atau bahkan bangsa dan negara.

Namun demikian lebih dari setengah abad negeri ini merdeka, ternyata bangsa kita masih belum mampu mandiri dalam banyak hal yang mendasar, seperti digambarkan oleh Sudiarto (2007:18), yaitu :

1. Makin tergantungnya tenaga kerja Indonesia pada kesempatan kerja di luar negeri; 2. Terus meningkatnya impor hasil bumi dan peternakan (beras, gula, kedelai, terigu, bahkan garam, daging ayam dan sapi bakalan); 3. Sebagian besar potensi sumber daya alam dan ekonomi (seperti kelapa sawit, emas, tembaga, minyak dan gas bumi dan perbankan) kita secara ekonomi sudah dikuasai asing; 4. Masih banyaknya rakyat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan; 5. Tingginya angka Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di seluruh lapisan masyarakat Indonesia; 6. Rentannya rasa persatuan dan kesatuan bangsa serta gotong royong; 7. Rendahnya budaya demokrasi politik dan musyawarah untuk mufakat; 8. Belum ada persepsi yang sama tentang makna kepentingan nasional diantara para elite politik dan para pemimpin negara; dan 9. Menurunnya kualitas budaya dan bekerja mandiri, terutama dikalangan generasi muda.

Kondisi tersebut di atas sangat berhubungan dengan hasil dari pada praktek pendidikan di Indonesia, khususnya pada sektor pendidikan formal yang mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dibandingkan dengan pendidikan

nonformal. Belajar dari kekurang berhasilan pendidikan formal dalam menghasilkan

masyarakat yang mandiri, pendidikan luar sekolah (nonformal & informal education) diharapkan mampu memperkecil kelemahan daripada pendidikan persekolahan (formal education), melalui berbagai program dan satuan pendidikannya, salah satu diantaranya adalah program Kursus Wirausaha Perdesaan (KWD). Program ini diharapkan mampu mengeliminir berbagai permasalahan yang ada di masyarakat


(29)

9

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khususnya di perdesaan, antara lain tingginya; 1. angka pengangguran tenaga kerja potensial; 2. angka kemiskinan masyarakat perdesaan; 3. angka migrasi dan

urbanisasi sumber daya manusia perdesaan; 4. keterlantaran lahan dan sumber daya

alam, sumber daya manusia, serta sumber daya sosial masyarakat perdesaan dan 5. angka ketergantungan hidup masyarakat perdesaan yang diakibatkan oleh rendahnya kemampuan dan kemandirian berwirausaha.

Harapan yang tinggi kepada program pendidikan luar sekolah untuk memecahkan permasalahan sebagaimana tersebut di atas, melalui kursus wirausaha perdesaan ternyata belum sepenuhnya dapat diandalkan. Berdasarkan data yang terekam di Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan

Nonformal/Informal (P2 PAUDNI) Regional I Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung

Barat yang penulis analisis pada tanggal 21 juli 2011. Dari laporan yang disampaikan oleh 12 (dua belas) Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Se Jawa Barat penyelenggara kursus wirausaha perdesaan tahun anggaran 2010, terdapat 226 (dua ratus dua puluh enam) orang warga belajar yang mengikuti berbagai bentuk keterampilan kecakapan hidup untuk wilayah perdesaan seperti pertanian, peternakan, perikanan, pengolahan hasil pertanian dan usaha perdesaan lainnya, tidak terbaca ada lulusan kursus wirausaha perdesaan yang menjadi wirausahawan baru. Mereka hanya tercatat lebih dari setengahnya (52,21 %) orang sebagai pelaku usaha kecil/mikro, sehingga tidak mampu membantu memberdayakan orang lain sebagaimana layaknya karakter seorang wirausahawan dan yang lainnya masing-masing sebagian kecil (20,3 %) bekerja pada perusahaan mitra kerja program, 28,7% tidak jelas, apakah mereka bekerja atau tidak, dan lainnya 3,10 % tidak dapat mengikuti proses pembelajaran sampai tuntas/selesai.

Demikian pula kondisi faktual kursus wirausaha perdesaan yang dilakukan oleh Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor, penulis mendapatkan beberapa data dan informasi dari lapangan bahwa para peserta didik yang pernah mengikuti kegiatan tersebut pada umumnya;

1. Hampir tidak ada satu orang pun diantara mereka yang masih menekuni usaha yang dirintisnya setelah mengikuti program Kursus wirausaha perdesaan,


(30)

10

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tidak mampu mengelola usaha bersama kelompok.

3. Tidak mampu mengembangkan usaha yang dimodali dengan dana bantuan pemerintah yang mereka dapatkan selepas mengikuti kursus, sebagai modal kelompok.

4. Tidak mampu melepaskan diri dari keterikatan kepada pengusaha inti tempat mereka dimagangkan oleh pengelola program, hal ini dikarenakan mereka tidak mampu mencari pasar baru dari barang yang diproduksinya.

5. Tidak mampu mengembangkan ragam produk yang dihasilkan.

Agar pendidikan kecakapan hidup yang diberikan kepada mereka tepat sasaran dan berdaya guna, Ace Suryadi ( 2009 : 138 ) memberikan petunjuk sebagai berikut : 1. Target peserta didik adalah masyarakat perdesaan yang budaya hidupnya

sederhana dan mempunyai ketergantungan pada kondisi alam.

2. Tingkat pendidikan penduduk rata-rata rendah, sehingga desain pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup yang diberikan harus sederhana dan disesuaikan dengan pemanfaatan potensi unggulan daerah yang ada seperti, pertanian, perkebunan, budi daya perikanan, peternakan, kehutanan dan kerajinan.

3. Tingkat kekerabatan masyarakatnya tinggi, sehingga partisipasi aktif tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemegang kekuasaan ekonomi desa (local

entrepreneur) setempat harus diintegrasikan.

4. Jenis keterampilan yang akan diberikan kepada masyarakat sasaran sebagian besar diorientasikan untuk membangun kemandirian berusaha dalam memanfaatkan potensi desa khususnya dibidang pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kerajinan.

Sementara itu target yang dijadikan ukuran keberhasilam dari sebuah kegiatan Kursus Wirausaha Perdesaan yaitu harus menunjukan adanya; 1. Perkembangan pada penguatan kelembagaan, yang meliputi administrasi dan teknis, 2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik pada pengelola program atau pun masyarakat yang menjadi sasaran, 3. Terdapat program unggulan yang dihasilkan oleh proses kursus dan latihan, 4. Terdapat produk barang atau jasa yang dihasilkan secara berkesinambungan, 5. Pemanfaatan sarana/Prasarana (fasilitas) yang lebih mengutamakan sumber daya lokal, 6. Terjalin jaringan kemitraan dalam pengembangan dan pemasaran produk barang dan/atau jasa yang dihasilkan, 7. Terjadi proses pengendalian mutu dengan melakukan pemantauan, penilaian dan


(31)

11

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembinaan terhadap proses dan hasil produksi barang dan/atau jasa secara berkesinambungan, dan 8. Terjadinya pengembangan/perputaran anggaran dari hasil produksi barang dan/atau jasa, sehingga terjadi proses kemandirian dalam pengembangan dana/anggaran untuk kegiatan selanjutnya dengan tidak lagi hanya mengandalkan atau tergantung pada anggaran dan bantuan pemerintah. 9. Melahirkan para wirausahawan baru yang memiliki kreatifitas dan inovasi serta mewujudkannya dengan meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarganya, serta berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kesembilan kriteria keberhasilan program tersebut di atas tidak nampak secara transparan dalam keseluruhan laporan, sehingga penulis menganggap perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap proses pelaksanaan program tersebut agar dapat diukur dan diketahui tingkat keberhasilannya, yaitu dapat melahirkan peserta didik yang mampu dan mandiri dalam berwirausaha setelah selesai mengikuti proses pembelajaran pada kursus wirausaha perdesaan.

Mengacu pada banyak faktor yang menjadi ukuran keberhasilan peserta didik dalam berwirausaha setelah mengikuti program Kursus wirausaha perdesaan, penulis bermaksud melakukan penelitian tentang kemampuan dan kemandirian wirausahawan baru yang sebelumnya telah mengikuti proses pembelajaran pada Kursus wirausaha perdesaan yang diselenggarakan oleh Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor, sekaligus mencari alternative solusi dengan melakukan pengembangan model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru. Hasil dari penelitian dan pengembangan model ini nantinya akan penulis rekomendasikan dengan harapan dapat dipergunakan oleh Sanggar Kegiatan Belajar dalam melaksanaan program kursus wirausaha perdesaan, khususnya di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah.

Sebagaimana dimaklumi bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di wilayah perdesaan, tetapi memiliki kesempatan dan fasilitas yang lebih sedikit untuk mendapatkan akses pembangunan. Hampir disemua sektor pembanguan, masyarakat desa selalu tertinggal. Dalam bidang pendidikan, masyarakat perdesaan jauh


(32)

12

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tertinggal oleh masyarakat perkotaan, bila kondisi seperti ini dibiarkan bukan hanya akan melahirkan generasi muda yang buta ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga akan menghasilkan generasi muda yang tidak memiliki keterampilan/kecakapan hidup yang akan menjadi modal dalam mengelola berbagai sumber daya yang ada di sekitarnya.

Dengan modal pendidikan yang rendah seseorang akan banyak ketinggalan dalam menikmati hasil-hasil pembangunan, bahkan akan mengalami banyak masalah walau pun hanya untuk sekedar berpartipasi dalam pembanguan bangsa dan negara sekali pun, karena mereka tidak memiliki keberdayaan dalam bidang idilogi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Jangankan untuk menjadi pegawai pemerintah, untuk menjadi pegawai swasta pun banyak kesempatan yang tertutup. Peluang yang mungkin masih terbuka untuk mereka adalah menjadi buruh atau pegiat ekonomi sektor informal, namun demikian meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi turut menggeser kesempatan mereka untuk menjadi buruh atau pelaku usaha sektor informal. Untuk menjadi buruh tani, selain lahannya yang sudah makin menyusut, peran mereka sudah tergantikan oleh mekanisasi alat-alat pertanian. Untuk menjadi buruh mencuci pakaian sudah tergantikan oleh usaha laundry. Meningkatnya jumlah penduduk negeri ini, menyebabkan bertambahnya jumlah rumah terbangun dan menambah sempitnya lahan pekarangan mereka yang dapat dijadikan ladang usaha.

Namun demikian dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka seyogyanya kita dapat mencari usaha alternative yang dapat melahirkan pola kerja lebih efektif dan efisien sehingga kita dapat memanfaatkan sumber daya perdesaan yang tersedia yaitu dengan memberikan nilai tambah pada sumber daya alam tersebut sehingga dapat meningkatkan produktifitasnya baik secara kualitas maupun kuantitasnya serta memiliki nilai jual yang lebih baik dan barokah. Ada beberapa contoh teknologi tepat guna yang dapat dipergunakan oleh masyarakat perdesaan dalam memanfaatkan lahan sempit, padat karya dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga, antara lain; usaha budi daya ternak lele jumbo dalam kolom plastik, beternak cacing lumricus,


(33)

13

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beternak jangkrit, bertani jamur tiram, membuat makanan jajanan berbasis bahan baku hasil pertanian, membuat berbagai kerajinan tangan (handycraf). bertani

hidroponyk, budi daya tanaman hias, dan lain-lain.

Para pengelola program yang merupakan sumber belajar pada setiap Sanggar Kegiatan Belajar sebenarnya sudah mengikuti ketentuan tersebut di atas, namun demikian dalam prakteknya mereka menemukan kesulitan untuk menghasilkan seorang wirausahawan baru yang lebih mampu dan mandiri dalam berwirausaha, para lulusan program ini pada umumnya belum dapat memanfaatkan hasil belajarnya secara optimal. Hal ini terjadi karena para pelaksana program kursus wirausaha perdesaan lebih mengutamakan kecakapan vocasional, belum memperhatikan pengembangan kecakapan lainnya, yaitu kecakapan kepribadian, kecakapan sosial dan kecakapan akademik, yang harus dimiliki oleh peserta didik secara terpadu, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk memasarkan produk barang dan/atau jasa yang dihasilkan serta berani dan mampu untuk hidup mandiri.

Masalah lainnya adalah model pembelajaran yang mereka pergunakan belum sinkron dengan strategi pembelajaran kewirausahaan, tetapi masih fokus pada pendidikan keterampilan produktif yaitu pendidikan keterampilan untuk menghasilkan barang dagangan, belum sampai pada pendidikan kecakapan hidup yang dapat mengembangkan produk barang/jasa, marketing, diversifikasi usaha, penggalian sumber modal, pengembangan jaringan kemitraan dan manajerial. Model pembelajaran yang saat ini dilakukan hanya mampu menghasilkan masyarakat pekerja (worker society) bukan wirausahawan (entrepreneur). Seharusnya para pamong belajar menggunakan dan mengembangkan metode pembelajaran yang mampu memunculkan pergeseran orientasi dari hanya sekedar menjadi produsen (penghasil) barang dan/atau jasa kepada saller (penjual/pedagang) barang dan/atau jasa atau lebih jauh dari itu, yaitu menghasilkan wirausahawan, pencipta lapangan pekerjaan (employee society).

Model pembelajaran yang dipergunakan dalam pengelolaan kursus wirausaha perdesaan seharusnya mampu menghasilkan wirausahawan yang mandiri dan memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya sosial


(34)

14

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan sumber daya manusia potensial perdesaan yang belum terolah menjadi lebih menarik, sehingga mereka menjadi lebih tertarik untuk mengembangkan berbagai sumber daya yang dimilikinya sebagai sumber pekerjaan berbasis sumber daya lingkungan dan pada akhirnya mereka tidak melakukan migrasi atau urbanisasi.

Kondisi sumber daya alam, sumber daya sosial dan sumber daya manusia di perdesaan memiliki keragaman dan berpengaruh terhadap keragaman kebutuhan hidup manusianya yang pada akhirnya akan berpengaruh pula terhadap kebutuhan belajar manusianya. Strategi, metode, dan teknik pembelajaran, kemampuan menggali kebutuhan belajar, pendampingan yang tidak optimal dan banyak hal yang menjadikan pelaksanaan proses pembelajaran pada kursus wirausaha perdesaan tidak efektif dan tidak efisien. Para pengelola program dan pamong belajar yang bekerja lebih berorientasi pada pemenuhan target lembaga, tetapi kurang memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik, maka dapat dipastikan pelaksanaan kursus wirausaha perdesaan tersebut hasilnya akan lebih memperhatikan tertib administrasi dan hanya akan menghasilkan calon tenaga kerja yang siap dipekerjakan di perusahan milik pemerintah atau swasta dan pada umumnya berada di perkotaan.

Berdasarkan pada pokok permasalahan tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini, penulis rumuskan menjadi; “Bagaimana Model Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan Peserta Didik untuk Meningkatkan Kemampuan Wirausahawan Baru di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor ?“. Perumusan masalah tersebut di atas penulis rinci menjadi beberapa batasan masalah yang dikemukakan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut;

1. Bagaimana kondisi faktual program kursus wirausaha perdesaan di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana kondisi faktual kemampuan wirausahawan peserta didik kursus wirausaha perdesaan di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor?

3. Bagaimana model konseptual kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor?


(35)

15

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Bagaimana pelaksanaan pengembangan model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor?

5. Bagaimana efektifitas pelaksanaan pengembangan model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupatem Bogor .

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model program kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pada penelitian ini adalah untuk;

a. Mendeskripsikan kondisi faktual program kursus wirausaha perdesaan di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor.

b. Mendeskripsikan kondisi faktual kemampuan wirausahawan peserta didik kursus wirausaha perdesaan di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor?

c. Mengembangkan konsep model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor?

d. Memperoleh gambaran pelaksanaan pengembangan model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peseta didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor.

e. Mengkaji efektifitas pelaksanaan pengembangan model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor.

D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis.

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk kepentingan pengembangan konsep teoritis maupun kepentingan-kepentingan praktis. Dari sudut


(36)

16

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pandang teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan bahan kajian empiric yang memungkinkan dikembangkan lebih lanjut menjadi teori guna menambah khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pendidikan luar sekolah ( nonformal/informal).

2. Manfaat Praktis.

Secara praktis, temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, masukan dan alternative yang tepat bagi satuan-satuan pendidikan luar sekolah baik yang dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat seperti Pusat Pengembangan Pendididikan Anak Usia Dini, Pendidikan Nonformal/Informal (P2-PAUDNI), Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan

Nonformal/Informal (BP2-PAUDNI), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan Satuan Pendidikan Nonformal/Informal lainnya untuk meningkatkan kualitas program kursus wirausaha perdesaan yang berorientasi pada menghasilkan peserta didik yang memiliki kecakapan akademik, kecakapan sosial, kecakapan personal dan kecakapan vocasional untuk meningkatkan kemandirian wirausahawan baru sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Peserta didik yang memiliki keempat kecakapan hidup tersebut akan mampu mandiri dalam lingkungan sosialnya termasuk didalamnya memiliki kemampuan berwirausaha (entrepreneurship).

E. Sistimatika Penulisan

Penulisan Disertasi ini disusun berdasarkan sistimatika sebagai berikut;

Bab I : Pendahuluan, terdiri dari; A. Latar Belakang Masalah. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah. C. Tujuan Penelitian. D. Manfaat Penelitian dan E. Sistimatikan Penulisan.

Bab II : Landasan Teoritik, terdiri dari; A. Hakekat Kemandirian. B. Hakekat Kewirausahaan. C. Strategi Pembelajaran Berbasis Kebutuhan. D. Penelitian Terdahulu yang Relevan dan E. Kerangka Pemikiran.

Bab III : Metode Penelitian, terdiri dari; A. Lokasi dan Subyek Penelitian. B. Desain Penelitian. C. Pendekatan dan Metode Penelitian. D. Instrumen Penelitian. E. Teknik Pengumpulan Data. F. Analisis Data Hasil Penelitian.


(37)

17

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari; A. Kondisi Faktual Program Kursus Wirausaha Perdesaan. B. Kondisi Faktual Kemampuan Wirausahawan Peserta Didik Kursus Wirausaha Perdesaan. B. Perencanaan Pengembangan Model Kursus Wirausaaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan. C. Uji Coba Model Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan D. Uji Efektifitas Model Kursus Wirausaha Perdesaan Berbasis Kebutuhan, E. Pembahasan

Bab V : Simpulan dan Rekomendasi, terdiri dari; A. Simpulan dan B. Rekomendasi.


(38)

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

143 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 4 (empat) Kelompok Usaha Bersama Lele Jumbo yang merupakan binaan Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor. Pada keempat Kelompok Usaha Bersama tersebut terdapat 99 orang anggota, tetapi hanya ada 60 orang yang aktif dan sekaligus dijadikan sampel dalam penelitian ini. Secara rinci keadaan mereka dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1

Profil Subyek Penelitian

Kelompok Usaha Bersama Peternak Lele Jumbo Binaan SKB Kabupaten Bogor

No. Kelompok Usaha Bersama Jumlah

Anggota (orang) Aktif Tidak

Aktif 1.

2.

3.

4.

KUB “P2MKP Jumbo Lestari” , Kp. Babakan II Rt / 01 Desa Babakan Kec. Ciseeng Kabupaten Bogor.

KUB “Hamparan Rezeki” Kp. Babakan Rt 02/01 Desa Babakan Kec. Ciseeng kabupaten Bogor. KUB “Taruna” Kp. Babakan Sabrang RT 03 /01 Desa Babakan Kec. Ciseeng Kabupaten Bogor. KUB Posdaya Mandiri, Desa Cikarawang Kec. Dramaga Kabupaten Bogor.

10

20

10

20

17

5

15

2

Jumlah 60 39

Sumber : Analisis Data Peneliti, 2014.

Alasan dipilihnya keempat Kelompok Usaha Bersama (KUB) Lele Jumbo


(39)

144

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertama, Keempat kelompok usaha bersama ini lahir dari program kursus

wirausaha perdesaan yang dibidani dan berada di wilayah kerja Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor.

Kedua, Tiga dari kelompok usaha bersama lele jumbo tersebut, yaitu KUB

P2MKP Jumbo Lestari, KUB Hamparan Rezeki dan KUB Taruna berada dalam satu wilayah Desa Babakan Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, yang merupakan salah satu wilayah sentra pengembangan ikan air tawar, khususnya ternak ikan lele jumbo terbesar di Kabupaten Bogor. Pada saat ini kelompok usaha bersama Jumbo Lestari sudah mendapatkan predikat sebagai Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2 MKP) Pemula dan berada di bawah pembinaan Kementrian Kelautan dan perikanan.

Ketiga, Kelompok Usaha Bersama lele jumbo Posdaya Mandiri, merupakan

kelompok rintisan Laboratoriun Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ibn Khaldun Bogor. Seorang alumni Prodi PLS FKIP – UIKA telah berhasil mengelola kelompok swadaya masyarakat dengan bendera Posdaya Mandiri yang pada saat ini sedang kami rintis menjadi laboratorium lapangan Progam Studi Pendidikan Luar Sekolah. Atas dasar kondisi sumber daya air yang cukup melimpah, kelompok ini sedang dikembangkan untuk menjadi pusat latihan pembenihan dan pembesaran ikan lele jumbo, untuk melengkapi keberhasilannya dalam mengembangkan pertanian jambu kristal, sayuran organik dan pembibitan ikan gurame dan program-program pemberdayaan keluarga lainnya.

Keempat, Kecamatan Ciseeng merupakan sentra pembibitan dan pembesaran lele

jumbo, setidaknya terdapat 34 (tiga puluh empat) sentra pembibitan dan pembesaran ikan air tawar di Kecamatan ini. Kabupaten Bogor memiliki beberapa Kecamatan yang dikembangkan sebagai sentra pengembangan ikan air tawar, seperti Kecamatan Kemang, Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Tenjolaya, Kecamatan Gunung Sindur, dan Kecamatan Tajur Halang.


(40)

145

Abdul Karim Halim, 2015

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelima, Berbagai program kegiatan yang mereka lakukan seperti kursus, latihan,

magang, pengembangan usaha dan ekonomi kerakyatan merupakan bagian dari program dan satuan Pendidikan Luar sekolah yang bertujuan untuk mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan bangsa, sehingga layak untuk dikembangkan dan disebar luaskan demi kemaslahatan ummat dan kejayaan bangsa.

Kegiatan eksplorasi difokuskan kepada para anggota kelompok usaha bersama yang pernah menjadi peserta didik kursus wirausaha perdesaan, pengelola program, kondisi lingkungan atau daya dukung penyelenggaraan program kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik. Identifikasi terhadap kelompok sasaran dilakukan agar dapat diketahui secara pasti karakteristik peserta didik , keluarga, serta kelompok yang akan dijadikan mitra dalam memberikan perlakukan. Aspek-aspek tersebut meliputi ; aspek sosial budaya, geografis, potensi wilayah, sebagai landasan untuk mengembangkan model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kemandirian wirausahawan baru.

Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan rumus, sebagai berikut :

n = Jumlah sampel yang diambil N = Populasi sampel

e = error margin (0,05) , maka ;

Dengan demikian jumlah minimal sampel yang layak diuji dalam penelitian ini adalah sebanyak 39 orang peserta didik kursus wirausaha perdesaan, namun demikian agar lebih ideal dan memberikan hak yang sama kepada semua anggota populasi yang menjadi sasaran penelitian dan secara kebetulan jumlahnya kurang dari 100 (seratus orang) sebaiknya diambil keseluruhan anggota populasi untuk menjadi sampel penelitian, atas dasar hal tersebut dan untuk memberikan peluang dan hak yang sama


(1)

Abdul Karim Halim, 2015

Djudju Sudjana, 2010, Pendidikan Nonformal, Bandung, Fallah Production.

--- 2000, Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Bandung, Fallah Production.

--- 2000, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif Dalam

Pendidikan Luar Sekolah, Bandung, Fallah Production.

---, (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung, PT Remaja Rosda Karya Offset

Dwi Suwiknyo, 2009. Tarbiyah Finansial, Yogyakarta, Diva Press.

E. Mulyasa, 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung. Remaja Rosdakarya Elias, Jonhn L and Sharan Merriam. 1984. Fhilosophical Fooundations Of Adult

Education. Malabar, Florida, Robert E Krieger Publishing Company.

Feldman, Ruth Duskin, dkk, 2013. Human Development, Jakarta, Salemba.

Fukuyama, Francis. 1995. Trust: Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta. Qalam.

---. 1999. The End of History and The Last Man: Kemenangan

Kapitalisme dan Demokrasi Liberal. Yogyakarta. Qalam.

Gross, R. (1991). Peak Learning. A Master Course in Learning How to Learn. New York : Jeremy P Tarcher/Putnam a member of Penguin Putman Inc. Hardika. 2011. Pembelajaran Transformatif Berbasis Learning How to Learn.

Malang, UMM Press.

Harry Hikmat, 2013. Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung, Humaniora. Hasibuan, Malayu SP, 1994. Pengantar Manajemen (teori dan Praktek) , Jakarta,


(2)

Hisrick, Robert D, Michael P. Peters, Dean A Shepherd, 2008. Kewirausahaan, Jakarta, Salemba Empat.

Hurlock, Elizabeth B. 2014, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Kehidupan, Jakarta, Erlangga.

Ibn Asy’ ats, Sulaeman dan Abu Dawud Assahsani Al Ardy. Tanpa tahun, Sunan

Abu Dawud, Beirut, Daarul Fiqri.

Jalaluddin Rahmat, 2007. Belajar Cerdas Berbasis Otak, Bandung, Mizan Learning Centre.

Jousairi Hasbullah, 2006. Sosial Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia

Indonesia). Jakarta. MR United Press.

Kementrian Pendidikan Nasional, 2010. Pedoman Blockgrant 2010 Kursus

Wirausaha desa, Jakarta. Dir. Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Dirjen

PNFI – Kemendiknas RI.

---, 2002. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) Melalui

Broad-Based Education (BBE), Jakarta. Dir.Jendral Pendidikan Luar

sekolah Pemuda.

____________________, 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tetang

Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, Bandung, Nuansa Aulia.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Petunjuk Teknis bantuan Sosial

Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat, Jakarta. Direktorat Pembinaan

Kursus dan Kelembagaan Ditjen PAUDNI.

---, 2014. Kurikulum dan Strategi Pembelajaran Program

Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat Melalui Kursus dan Pelatihan.

Jakarta. Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Ditjen PAUDNI. Kerlinger, Fred N. 1992. Azas-Azas Penelitian Behavioral, Jogyakarta. Gajah

Mada Univrsity Press.

Kiyosaki, Robert T. 2010. The Cashflow Quadrant – Panduan Ayah Kaya Menuju Kebebasan Finansial. Jakarta. Gramedia.


(3)

Abdul Karim Halim, 2015

---. 2009.Business School - For People Who Like Helping

People . Jakarta. Gramedia.

Kusnadi. 2005. Pendidikan Keaksaraan, Jakarta, Direktorat Pendidikan Masyarakat – Ditjen PNFI Kemendiknas.

Martinis Yamin, 2007. Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta, Gaung Persada Press. Muhammad Ismail Yusanto,. Muhammad karebet Widjajakusuma,

Memasyakatkan Bisnis Islami, Jakarta, Gema Insani Press.

Muhammad Ridlo Zarkasyi,, 2013, Entrepreneur Radikal, Jakarta, Rene Book. Muhammad Suwaid,2003, Mendidik Anak Bersama Nabi, Pustaka Arofah,

Surakarta.

Muhammad Yamin, 2009. Menggugat Pendidikan Indonesia, Jogyakarta, AR-RUZZ MEDIA.

Mustofa Kamil, 2012. Model Pendidikan dan Pelatihan, Bandung, Alfabeta. Mohammad Aliffudin, 2011. Kebijakan Pendidikan Nonformal, Jakarta,

MAGNAScript.

Rae, Leslie, 2005. Using Activitites In Training and Development (Melibatkan

Pembelajar Secaara Aktif dalam Pendidikan dan Latihan, Jakarta,

Gramedia.

---, 2005. Effektif Planning (Perencanaan Efektif), Jakarta, Gramedia.

---, 2005. Using Evaliation in Training and Development (Teknik

Mengevaluasi Pelatihan dan Pengembangan) Jakarta, Gramedia.

Rahardjo Adisasmita, 2006. Pembangunan Perdesaan dan Perkotaan, Jogyakarta, Graha Ilmu.


(4)

Rambat Lupiyoadi, 2007. Entrepreneurship, Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Rogers, Everett M, 1983. Diffussion of Innovation, Third Edition, USA, The Free Press

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran, Bandung, Rajawali Press.

Santrock, John W. 2003. Adolecence (edisi ke enam), Jakarta, Erlangga.

Soedijarto, 2007, Kurikulum Yang Mencerdaskan, Visi 2030 Dan Pendidikan

Alternatif, Jakarta. Penerbit Buku Kompas.

Sudarwan Danim, 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi, Bandung, Alfabeta.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung, Alfabeta.

--- 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung, Alfabeta.

--- 2012. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung, Alfabeta.

Suharyadi, Arissetyanto Nugroho, Purwanto SK, Maman faturohman,

Kewirausahaan – Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda, Jakarta,

Salemba Empat.

Suharsimi Arikunto, 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Bina Aksara.

Sumpeno, W, 2008. Menjadi Fasilitator Genius – Kiat-kiat mendampingi Masyarakat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.


(5)

Abdul Karim Halim, 2015

Syamsul Arifin, 2011. 27 Jurus Jitu Meraih Impian, Bogor, Al-Azhar.

Thorne, Kaye, 2005. Coaching For Change (Peran Pelatih Dalam Proses

perubahan Manusia dan Organisasi, Jakarta, Gramedia.

Tim Decentralized Basic Education (DBE) 3, 2007. Integrasi Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran, Tim BDE3, Jakarta.

Uyoh Sadullah, 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, Alfabeta.

Wisnu Setiawan, 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang

Perubahan atas Peratuan Pemerintah Nomor 17 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta, Sekretariat Negara RI.

Zimmerer, Thomas W., Norman M. Scarborough. 1996. Entrepreneurship And


(6)

Sumber Dari Skripsi dan Disertasi ;

Badawi, 2010, Pengembangan Model Kursus Wirausaha Perdesaan Pembibitan

Karet Unggul, Bandung, Disertasi, SPs UPI.

Dayat Hidayat, 2014, Pengembangan Model Pelatihan Kewirausahaan Berbasis

Potensi Lokal Dalam Meningkatkan Kompetensi Kewirausahaan Warga Belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di Kabupaten Karawang, Bandung

Desertasi, SPs UPI.

Nasution, RM, 2011, Gambaran Kemandirian Pada Remaja Dengan Pola Asuh

Permasip, Medan, Skripsi Psikologi, Universitas Sumatra Utara,

Sumber Dari Internet ;

Clara, Mutiara Bijaksana.com//2013/12/03/ Tips Memberi Nama Bayi Yang

Islami, dipostining tanggal 2 desember 2013 Pkl 3.35 Wib.

http://eprints.unsri.ac.id/3998/1/ Penggunaan Statistis Nonparametrik Dalam Penelitian .pdf, diposting tanggal 11 Mei 2015

Rogers dalam Ambo Upe (Sosiologi Politik Kontemporer, diunduh tanggal 16 maret 2014 pukul 16.00 WIB).

Syarief Hasan (Merlinda Riska, Nasional.Kontan.co.id; Indonesia Seharusnya

Punya 9 Juta Wirausahawan. Diposting: Jum’at, 8 Juni 2012 Pkl 14.57

Wib.

Taufiq Hanafi, Edukasi Kompas.com/rea/2011/11/1715426/Indeks Pembangunan

Manusia Indonesia, diposting Jum’at 4 November 2011 Pkl 17.17 WIB. www. VOA.Islam.com/red/Tsaqofah/2012/12/31/22571. Inilah Alasan Mengapa

Orang Islam Haram merayakan Tahun Baru Masehi. Diposting tanggal 1 Januari 2013 Pkl 01.30),