Studi Potensi Lanskap Perdesaan Untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat Di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor.

(1)

STUDI POTENSI LANSKAP PERDESAAN UNTUK

PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS MASYARAKAT

DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

ALIYA FAIZAH FITHRIYAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

Aliya Faizah Fithriyah


(4)

(5)

ABSTRAK

ALIYA FAIZAH FITHRIYAH. Studi Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI.

Banyak lahan pertanian yang dialihfungsikan, terutama untuk lahan industri dan kawasan permukiman. Lahan pertanian dinilai kurang menguntungkan secara ekonomi, padahal merupakan aspek penting bagi Indonesia sebagai negara agraris. Lahan pertanian membutuhkan nilai tambah untuk mempertahankan eksistensinya. Hal tersebut dapat dicapai dengan agrowisata melalui jasa wisata dan pemasaran produk pertanian yang lebih baik. Studi ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Studi ini menganalisis aspek fisik-biofisik, aspek sosial-budaya, aspek wisata, dan aspek legal dengan menggunakan tiga metode analisis, yaitu analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata, analisis persepsi dan preferensi, dan analisis penilaian keberlanjutan masyarakat. Studi ini menemukan empat belas potensi atraksi wisata dengan tujuh diantaranya berpotensi untuk agrowisata. Studi ini juga menunjukkan bahwa desa yang sangat berpotensi untuk agrowisata adalah Desa Pasir Eurih dan Desa Tamansari, sementara Desa Sukaluyu dan Desa Sukajadi berpotensi untuk agrowisata. Dalam penilaian keberlanjutan masyarakat, keempat desa tersebut telah menunjukkan awal yang baik menuju keberlanjutan. Pasir Eurih memiliki skor tertinggi, diikuti oleh Sukaluyu, Tamansari, dan Sukajadi secara berurutan. Direkomendasikan untuk mengembangkan agrowisata berbasis masyarakat di Desa Pasir Eurih.

Kata kunci: agrowisata, agrowisata berbasis masyarakat, lanskap perdesaan, nilai tambah pertanian, potensi agrowisata

ABSTRACT

ALIYA FAIZAH FITHRIYAH. Study of Rural Landscape for Community Based Agrotourism’s Development at Tamansari Sub-district Bogor Regency. Supervised by TATI BUDIARTI.

A lot of agricultural lands are converted especially for industry and settlement. Agriculture land is seen to be not so important and not so valuable economically. This condition threats agriculture land’s existence and its vital function. Agricultural land needs additional value to be preserved which can be obtained by agrotourism through its tourism service and better marketing for agricultural products. This study takes place in Tamansari Sub-district, Bogor Regency towards its eight villages. This study analyzed physic and bio-physic aspect, social-cultural aspect, agrotourism aspect, and legal aspect using three analyzing methods. The methods are suitability and feasability for agrotourism analysis, perception and preference analysis, and CSA (Community Sustainability Assessments) analysis. The study found fourteen potential tourism attraction which seven of it are potential for agrotourism. The study also showed that the very potential village for agrotourism are Pasir Eurih and Tamansari while the potential


(6)

villages mentioned are categorized as already showing a good start to sustainability. Pasir Eurih got the biggest score, followed by Sukaluyu, Tamansari, and Sukajadi orderly. It is recommended to develop community based agrotourism in Pasir Eurih. Keywords: agriculture’s added value, agrotourism, agrotourism’s potential,


(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

STUDI POTENSI LANSKAP PERDESAAN UNTUK

PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS MASYARAKAT

DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

® Hak cipta milik IPB, tahun 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpaizin IPB.


(9)

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul Studi Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan gelar Sarjana Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada

1. Orangtua tercinta, Bapak Nursyamsu Mahyuddin dan Ibu Euis Sunarti, kakak tersayang, Tafdhila Rahmaniah dan Tessa Oktaramdani, adik tersayang, Maulana Rausyan Fikri dan Muhammad Fathudzikri Aulia, ponakan tersayang, Ameera, dan nenek terkasih, Hj. Eyeh Rohayaningsih, serta seluruh keluarga atas kasih sayang, bantuan, dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan; 2. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku pembimbing skripsi atas perhatian, bimbingan,

arahan, saran, dan kritik yang diberikan selama penyelesaian skripsi ini; 3. Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku dosen pembimbing akademik atas perhatian dan

saran yang diberikan selama penulis menjalani masa perkuliahan;

4. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr, Ir. Qadarian Pramukanto, M.Si, Dr. Ir. Nizar Narsullah, M.Agr. dan Dr. Ir. Kaswanto, SP, M.Si atas saran dan kritik yang diberikan untuk kemajuan skripsi ini;

5. Bapak Deni dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, serta Bapak Deden, Mulyana, Idas, dan pengurus desa wisata Pasir Eurih lainnya yang telah banyak membantu selama penelitian;

6. Jajaran aparat pemerintah kecamatan dan aparat pemerintah kedelapan desa, serta seluruh masyarakat Kecamatan Tamansari atas segala informasi yang diberikan terkait penelitian ini;

7. Indra Bachtiar atas segala bantuan, dukungan, doa, dan pengorbanan yang diberikan tanpa pamrih;

8. Teman-teman seperjuangan Debra Cadrina, Gerry Holgiando, Prajana Paramita, Safia, Azwinur, dan Shara Zen yang saling mendukung dan mendoakan; 9. Nira Lir Rasmi, Ega Aprindah Utami, Nur Faizah Rani, Iffah Rahmaniyah,

Harsalina Eka Saraya, Oldiazka Syahrida, serta teman-teman ARL 47, 48, 49, dan 50 atas pertemanan yang hangat, bantuan, dan dukungan yang diberikan; 10.Seluruh dosen dan staff Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu dan

dukungan yang diberikan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Bogor, Oktober 2015


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Lanskap Perdesaan 2

Pariwisata 4

Agrowisata 4

METODE 5

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Alat dan Bahan 5

Metode 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Kondisi Umum 12

Aspek Fisik dan Biofisik 14

Aspek Legalitas 20

Aspek Sosial dan Budaya 22

Aspek Wisata 24

Analisis Kesesuaian dan Kelayakan Agrowisata 39

Analisis Penilaian Keberlanjutan Masyarakat 41

Analisis Persepsi dan Preferensi Masyarakat 46

Rekomendasi 48

SIMPULAN DAN SARAN 49

Simpulan 49

Saran 50


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis dan sumber data 6

Tabel 2 Kriteria analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata 7

Tabel 3 Penilaian kesesuaian dan kelayakan agrowisata 9

Tabel 4 Penilaian Keberlanjutan Masyarakat 11

Tabel 5 Luas wilayah Kecamatan Tamansari 12

Tabel 6 Data iklim wilayah Bogor 2014 18

Tabel 7 Mata pencaharian penduduk Kecamatan Tamansari 23

Tabel 8 Atraksi wisata di Kecamatan Tamansari 25

Tabel 9 Penilaian KKA Kecamatan Tamansari 40

Tabel 10 Penilaian keberlanjutan masyarakat Kecamatan Tamansari 41 Tabel 11 Penilaian keberlanjutan masyarakat Desa Pasir Eurih 43

Tabel 12 Penilaian keberlanjutan masyarakat Desa Sukaluyu 44

Tabel 13 Penilaian keberlanjutan masyarakat Desa Tamansari 45

Tabel 14 Penilaian keberlanjutan masyarakat Desa Sukajadi 46

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian 3

Gambar 2 Lokasi penelitian 5

Gambar 3 Peta administrasi 13

Gambar 4 Peta kemiringan lahan 15

Gambar 5 Peta jenis tanah 17

Gambar 6 Vegetasi: (a) Bromelia, (b) poh-pohan, (c) pala, (d) jamur tiram 19

Gambar 7 Sungai Cisadane 20

Gambar 8 Peta tata guna lahan 21

Gambar 9 (a) seren taun, (b) mapag tujuh gunung, (c) adu jaten berebut seeng 24 Gambar 10 (a) angklung gubrag, (b) jaipong, (c) pencak silat, (d) rengkong 25

Gambar 11 Peta atraksi wisata 26

Gambar 12 Situs Batu Tapak: (a) papan arah, (b) situs batu tapak, (c) akses menuju

tapak, (d) suasana di sekitar situs 27

Gambar 13 Sumur Sijalatunda (atas) dan Taman Sri Bagenda (bawah) 28 Gambar 14 Desa Pasir Eurih: suasana desa (a), kolam ikan (b), lapangan sebagai


(13)

Gambar 15 Kampung Budaya Sindangbarang: suasana KBS (a), 31

pasanggrahan (b), lahan pertanian (c) 31

Gambar 16 Jalan pedestrian menuju lokasi jamur tiram (a) dan budidaya jamur

tiram (b) 32

Gambar 17 Tanaman hias 33

Gambar 18 Setu Tamansari 33

Gambar 19 Saung jejamuran (a), menu (b), dan jamur tiram (c) 34

Gambar 20 Kambing PE (a) dan sapi (b) 35

Gambar 21 Petani pohan (a), lahan pohan (b), dan proses pengikatan

poh-pohan (c) 35

Gambar 22 Situs Punden Berundak 36

Gambar 23 Pintu masuk (a), curug Nangka (b) 36

Gambar 24 Pura Parahyangan Agung Jagatkarta 37

Gambar 25 Bumi perkemahan Sukamantri (BPS) 38

Gambar 26 Peta potensi agrowisata 42

Gambar 27 Limbah industri sepatu dan sandal di Desa Pasir Eurih 44 Gambar 28 Persepsi terhadap kondisi desa (a) akses, (b) jalan, (c) pemandangan,

(d) pola permukiman 47

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner persepsi dan preferensi masyarakat 52

Lampiran 2 Tabel hasil analisis persepsi dan preferensi masyarakat 54

Lampiran 3 Paket wisata Desa Wisata Pasir Eurih 56


(14)

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor penting untuk Indonesia sebagai negara agraris. Namun, seiring pesatnya pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini, kebutuhan masyarakat akan ruang pun semakin tinggi sehingga nilai lahan sebagai ruang aktivitas manusia pun meningkat pesat. Akibatnya, banyak sekali lahan pertanian yang dikonversi baik menjadi kawasan permukiman maupun kawasan industri. Lahan pertanian dipandang kurang menguntungkan secara ekonomi, padahal lahan pertanian memegang fungsi penting sebagai penyedia kebutuhan primer manusia. Salah satu upaya untuk mempertahankan lahan pertanian adalah dengan meningkatkan nilai lahan pertanian. Meningkatkan nilai lahan pertanian akan meningkatkan pendapatan pertanian sehingga lahan pertanian pun dapat dipertahankan.

Agrowisata dapat menjadi nilai tambah lahan pertanian melalui jasa wisata dan pemasaran produk pertanian yang lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Lobo dalam Avenzora dan Teguh (2013), agrowisata tidak hanya menawarkan rekreasi, namun juga dapat meningkatkan pengetahuan pertanian pengunjungnya dan mengurangi arus urbanisasi dengan memandirikan dan memajukan perekonomian setempat terutama petani. Menurut Spillane (1994), untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) terdapat 5 unsur yang harus dipenuhi, yaitu atraksi, fasilitas, infrasturktur, transportasi, dan keramahan pelayanan.

Kecamatan Tamansari telah dipilih sebagai kecamatan tematik pariwisata di Kabupaten Bogor oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor. Kecamatan Tamansari terdiri dari delapan desa dengan nuansa asri, alami, dan lahan terbuka yang masih luas. Selain memiliki potensi pertanian yang tinggi, Kecamatan Tamansari juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi peninggalan Kerajaan Pajajaran dan Pakuan. Namun, Kecamatan Tamansari juga tidak lepas dari ancaman peralihan fungsi lahan pertanian. Industri dan modernisasi telah sedikit banyak masuk dalam Kecamatan Tamansari dan sangat memungkinkan akan dikembangkan dengan mengkonversi lahan pertanian. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan agrowisata untuk mempertahankan fungsi lahan pertanian di Kecamatan Tamansari. Agrowisata tersebut harus berasal dari masyarakat setempat agar masyarakat merasakan keuntungan secara nyata dan langsung sehingga agrowisata tersebut dapat berkelanjutan.

Pemerintah Kabupaten Bogor diwakili oleh Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) telah menunjuk tiga desa wisata di Kecamatan Tamansari, yaitu Desa Pasir Eurih, Desa Sukajadi, dan Desa Tamansari melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Kabupaten Bogor. Desa wisata adalah objek agrowisata yang dikelola langsung oleh masyarakat suatu desa yang ditunjuk dan dibimbing serta didukung langsung oleh pemerintah daerah. Desa wisata dibentuk dengan tujuan memperbanyak destinasi wisata di Kabupaten Bogor, memperkenalkan potensi dan keunggulan kawasan perdesaan kepada warga Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung, dan memandirikan masyarakat perdesaan. Agrowisata sendiri belum disoroti secara khusus. Untuk itu diperlukan


(16)

studi potensi lanskap perdesaan di Kecamatan Tamansari sebagai dasar pengembangan agrowisata berbasis masyarakat.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. mengidentifikasi potensi lanskap perdesaan untuk pengembangan agrowisata di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor,

2. mengidentifikasi potensi sosial-budaya masyarakat untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di desa yang berpotensi agrowisata di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor,

3. mengetahui persepsi dan preferensi masyarakat desa yang berpotensi agrowisata di Kecamatan Tamansari terhadap pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Tamansari, dan

4. memberikan rekomendasi pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di beberapa desa yang berpotensi agrowisata di Kecamatan Tamansari.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalahmengetahui potensi lanskap perdesaan, serta persepsi dan preferensi masyarakat Kecamatan Tamansari sebagai dasar pengembangan agrowisata berbasis masyarakat.

Kerangka Pikir

Agrowisata merupakan salah satu cara untuk menciptakan nilai tambah lahan pertanian. Studi potensi agrowisata menjadi dasar dalam perencanaan dan pengembangan agrowisata. Kerangka pikir penelitian ini (Gambar 1) menyoroti studi potensi agrowisata di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor dengan mengidentifikasi aspek fisik dan biofisik, aspek sosial dan budaya, aspek agrowisata, dan aspek legal. Kemudian aspek-aspek tersebut dianalisis dengan metode analisis penilaian kesesuaian dan kelayakan agrowisata (Smith 1989), penilaian keberlanjutan masyarakat (GEN 2000), dan analisis deskriptif persepsi dan preferensi masyarakat. Dengan analisis tersebut dapat diketahui lanskap perdesaan yang berpotensi, desa yang memiliki potensi agrowisata serta sumber daya manusia yang berkelanjutan.

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Perdesaan

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat perdesaan, pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya, konservasi sumber daya alam, pelestarian warisan budaya lokal, pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan, dan penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan.


(17)

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menerangkan bahwa pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Simonds dan Starke (2006) menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri yang khas pada lanskap perdesaan, yaitu: 1) lahan tersedia luas; 2) suasana bebas, pandangan terbuka menuju halaman, pepohonan dan langit, merupakan kualitas lanskap penting; 3) pemilihan tapak perdesaan menunjukkan keinginan menyatu dengan alam; 4) corak lanskap mayor dapat dibentuk; 5) karakter dan suasana lanskap alami dominan; 6) tanah dan permukaan lahan merupakan elemen visual yang kuat; 7) lanskap yang menyenangkan merupakan salah satu bentuk transisi; 8) struktur merupakan elemen yang timbul di tengah lanskap; 9) lanskap perdesaan bersifat lembut dari bayangan daun, warna langit dan bayangan awan; 10) tapak perdesaan berimplikasi area yang luas dan pergerakan: pola jalur kendaraan dan pedestrian menyatu dengan batas-batas kepemilikan; 11) material indigenous dari tapak perdesaan (macam-macam batuan, kerikil, hingga mineral) membentuk karakter lanskap, penggunaan material ini menciptakan keterkaitan dengan sumber daya setempat.

Meningkatkan pendapatan pertanian

Menciptakan nilai tambah pertanian

Agrowisata

Aspek fisik-biofisik Aspek legal Aspek wisata Aspek sosial-budaya

Analisis:

Kesesuaian dan kelayakan agrowisata (Smith 1989), penilaian keberlanjutan masyarakat (GEN 2000), persepsi dan preferensi masyarakat.

Hasil:

Objek lanskap perdesaan potensial, desa berpotensi untuk agrowisata, tingkat keberlanjutan masyarakat, persepsi dan preferensi masyarakat

Identifikasi potensi lanskap perdesaan Kecamatan Tamansari Potensi Lanskap Perdesaan

Kawasan Perdesaan

Ancaman alih fungsi lahan pertanian


(18)

Pariwisata

Pariwisata adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan manusia yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya, ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggal yang didorong oleh beberapa keperluan tanpa bermaksud mencari nafkah tetap (Adisasmita 2010). Sementara itu, Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan mendefinisikan beberapa terminologi berikut:

1. wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata;

2. wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata;

3. pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut;

4. kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata;

5. usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut;

6. objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata; 7. kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau

disediakan; untuk memenuhi kebutuhan pariwisata; dan

8. menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kepariwisataan. Yoeti (2008) mengemukakan bahwa pariwisata adalah katalisator pembangunan karena dampak positif yang diberikan terhadap kehidupan perekonomian di negara tujuan wisata tersebut. Dampak positif tersebut adalah menciptakan kesempatan usaha, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat, meningkatkan pendapatan nasional, mendorong peningkatan investasi baik dari sektor pariwisata maupun sektor ekonomi lainnya, dan memperkuat neraca pembayaran. Daya tarik wisata meliputi atraksi alami, atraksi arsitektural, atraksi budaya, dan atraksi sosial.

Agrowisata

Sampai saat ini, agrowisata belum memiliki definisi umum yang disetujui bersama. Seperti yang dinyatakan oleh Arroyo, Barbieri, dan Rich (2012), agrowisata adalah fenomena yang diramalkan akan terus berkembang pesat namun belum memiliki pengertian yang disepakati. Arroyo, Barbieri, dan Rich (2012) menyatakan bahwa poin-poin yang perlu ada dalam definisi agrowisata adalah latar belakang pertanian, hiburan, farm, dan edukasi. Agrowisata juga meliputi pekerjaan dalam pertanian baik dipentaskan maupun asli. Menurut Adisasmita (2010), agrowisata merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, dan kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan untuk mengajak wisatawan agar ikut memikirkan sumber daya alam dan kelestariannya. Wisatawan tinggal bersama keluarga petani atau di perkebunan untuk ikut merasakan kehidupan dan kegiatan pertanian. Sementara Tirtawinata dan Fachruddin (1996) berpendapat bahwa agrowisata adalah suatu upaya dalam rangka


(19)

menciptakan produk wisata baru (diversifikasi). Kegiatan agrowisata juga merupakan kegiatan pengembangan wisata yang berkaitan dengan kegiatan perdesaan dan pertanian yang mampu meningkatkan nilai tambah kegiatan pertanian dan kesejahteraan perdesaan. Kemudian Spillane (1994) mengemukakan bahwa untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) terdapat 5 unsur yang harus dipenuhi, yaitu atraksi, fasilitas, infrasturktur, tranportasi, dan keramahan pelayanan.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor (Gambar 2). Kecamatan Tamansari dipilih karena statusnya sebagai kecamatan tematik pariwisata untuk Kabupaten Bogor dan pesona lanskap pertanian alami yang dimilikinya. Penelitian dilakukan terhadap kedelapan desa selama empat bulan sejak bulan Februari 2015 hingga bulan Mei 2015.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner persepsi dan preferensi, kamera digital, alat tulis, software berupa MS Word, MS Excel, Adobe Photoshop, AutoCAD, dan ArcGis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil kuesioner, data hasil wawancara dan pengamatan lapang, modul analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata (Smith 1989), modul penilaian keberlanjutan masyarakat yang dikeluarkan oleh Global Ecovillage Network, dan data spasial.

Gambar 2 Lokasi penelitian


(20)

Metode

Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, dan sintesis hingga dapat dirumuskan rekomendasi untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Penjelasan tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Persiapan

Tahap persiapan meliputi penyusunan proposal penelitian, pembuatan surat izin penelitian untuk pihak-pihak terkait, permohonan izin penelitian kepada pemerintah Kabupaten Bogor dan Kecamatan Tamansari, serta studi pustaka pra-penelitian.

Inventarisasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap inventarisasi adalah pengumpulan data yang dibutuhkan untuk analisis (Tabel 1). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, penyebaran kuesioner, observasi lapang, dan studi pustaka. Wawancara dan penyebaran kuesioner dilakukan terhadap pihak aparat pemerintah kecamatan, aparat pemerintah desa, dan masyarakat. Observasi lapang dilakukan dengan mengamati langsung kondisi tapak, khususnya titik-titik potensi wisata dan pertanian di seluruh daerah kecamatan. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi dasar sebagai data sekunder agar mendapatkan pengetahuan tapak yang lebih menyeluruh.

Tabel 1 Jenis dan sumber data

Aspek Jenis Data Bentuk Data Sumber Data

Fisik dan Biofisik

Administrasi tapak

Lokasi, luas, akses, dan batas wilayah tapak

Bappeda, kecamatan, desa

Kemiringan lahan Peta kemiringan lahan DTRP

Hidrologi Data hidrologi Kecamatan, survei

Tanah Peta jenis tanah DTRP

Iklim Data iklim Weather Base

Vegetasi dan Satwa

Jenis vegetasi dan satwa

penting untuk agrowisata Kecamatan, survei Tata guna lahan Peta penggunaan lahan Bappeda

Sosial dan Budaya

Demografi

masyarakat Data demografi Bappeda, Kecamatan

Kelembagaan

masyarakat Data lembaga masyarakat Kecamatan, survei

SDM Pengelola dan masyarakat Kecamatan, survei

Wisata

Sarana dan

prasarana Data sarana dan prasarana Kecamatan, survei Objek dan atraksi

wisata

Data objek dan atraksi wisata

Disbudpar, kecamatan, survei

Legal Kebijakan RTRW dan kebijakan pariwisata

Bappeda, Disbudpar, Kecamatan


(21)

Analisis Kesesuaian dan Kelayakan Agrowisata

Analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata digunakan untuk menilai potensi agrowisata pada tapak. Objek analisis adalah delapan desa di Kecamatan Tamansari. Pengumpulan data untuk analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata dilakukan melalui wawancara, observasi lapang, dan studi pustaka. Responden wawancara untuk analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata adalah aparat pemerintah – kepala desa, sekretaris desa, dan pegawai desa – kedelapan desa, sejumlah masyarakat yang ditemui saat turun lapang, dan pemiliki kegiatan pertanian maupun wisata di Kecamatan Tamansari. Wawancara dilakukan dengan tanya-jawab terbuka melalui pertanyaan yang telah disusun berdasarkan kriteria kesesuaian dan kelayakan Smith (1989) dalam Maharani (2009).

Inventarisasi analisis ini menitikberatkan pengumpulan info sebanyak mungkin untuk mengetahui seluruh potensi agrowisata tiap desa sesuai kriteria kesesuaian dan kelayakan agrowisata menurut Smith (1989) dalam Maharani (2009). Potensi agrowisata tiap desa akan dinilai dengan kriteria kelayakan agrowisata menurut Smith (1989) yang telah dimodifikasi sesuai dengan tujuan sehingga menghasilkan delapan nilai kesesuaian dan kelayakan agrowisata dari kedelapan desa. Modifikasi dilakukan pada pembobotan tiap kriteria. Dalam

bukunya “Tourism Analysis”, Smith (1989) tidak menetapkan bobot tiap poin dalam kriteria. Pengguna dipersilakan menentukan bobot secara mandiri sehingga dapat disesuaikan dengan tujuan penelitian. Pembobotan dalam studi ini dilakukan dengan perhitungan matematis sederhana sesuai dengan tingkat kepentingan tiap poin terhadap agrowisata. Kriteria penilaian kesesuaian dan kelayakan agrowisata ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kriteria analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata

No. Kriteria Nilai

1. Objek dan Atraksi Berbasis Pertanian (Bobot 20%):

Ketersediaan ragam dan keindahan area pertanian seperti sawah, perkebunan, kolam, atau keramba.

Beragam objek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan

pertanian (tiga objek pertanian atau lebih)

Cukup beragam objek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan

sekitarnya (dua objek pertanian)

Cukup beragam objek dan aktivitas pertanian namun keindahan pemandangan

sekitarnya kurang (dua objek pertanian)

Kurang beragam dan tak indah (kurang dari dua objek)

4 3 2 1

2. Objek dan Atraksi Alami (Bobot 10%):

Keindahan pemandangan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, suhu yang nyaman, dll)

 Beragam objek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (tiga objek

alami atau lebih)

 Cukup beragam objek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (dua

objek alami)

 Beragam objek alami dengan keindahan dan kenyaman buatan atau rekayasa

(dua objek alami)

 Objek alami kurang Bergama dengan keindahan dan kenyaman buatan atau

rekayasa (kurang dari dua objek alami)

4 3 2 1


(22)

Tabel 2 Kriteria analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata (lanjutan)

No. Kriteria Nilai

3. Objek dan Atraksi Budaya/Sosial (Bobot 5%):

Perdesaan, perkotaan, bentukan arsitektur vernakular, festival, dan atraksi budaya lokal.

 Ada lebih dari satu, bernilai lokal tinggi, dilestarikan

 Ada lebih dari satu, bernilai lokal tinggi, kurang diperhatikan

 Ada, bernilai lokal tinggi, kurang diperhatikan

 Tidak memiliki aset budaya lokal

4 3 2 1

4. Objek dan Atraksi Sejarah (Bobot 5%):

Peninggalam kuno (kerajaan, situs-situs dan bangunan sejarah/arkeologis), upacara keagamaan, lokasi historikal yang penting (kolonial, battle fields)

 Bersejarah, dijaga kelestariaannya

 Bersejarah, kurang diperhatikan

 Bersejarah, tidak dilestarikan

 Tidak bernilai sejarah

4 3 2 1

5. Akses (Bobot 10%): Kemudahan mencapaian lokasi, ketersediaan jalan

 Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum

beragam, kondisi baik

 Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas

 Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum

 Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum

4 3 2 1

6. Sumber Daya Rekreasi dan Tempat Perbelanjaan (Bobot 10%):

Tempat Olah raga, piknik, belanja, taman, museum, galer seni/budaya

Tersedia, lengkap, kualitas baik, dan terawat

Ada beberapa, cukup terawat

Ada beberapa, kurang terawat

Tidak tersedia

4 3 2 1

7. Letak dari Jalan Utama (Bobot 10%): Kedekatan dengan jalur jalan utama wilayah

 Dekat (< 1 km)

 Sedang (1 - 3 km)

 Cukup jauh (3 – 5 km)

 Sangat jauh (> 5 km)

4 3 2 1

8. Sarana Wisata (Bobot 10%): Utilitas. Sarana kesehatan, air bersih, fasilitas dan penginapan

 Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat

 Ada beberapa, cukup terawat

 Ada beberapa, kurang terawat

 Tidak tersedia

4 3 2 1

9. Pengelolaan Agrowisata (Bobot 10%): Pengelolaan dan Kelembagaan Agrowisata

 Masyarakat mengelola dan ada lembaga masyarakat

 Masyarakat mengelola, tidak ada lembaga masyarakat

 Dikelola investor, ada kelembagaan masyarakat

 Dikelola investor dan tidak ada lembaga masyarakat

4 3 2 1

10. Program dan Aktivitas Agrowisata (Bobot 10%)

4 3 2 1

Ada paket kunjungan, pelatihan, dan membuka kesempatan magang

Ada paket kunjungan, pelatihan, tidak ada kesempatan magang

Ada paket kunjungan, tetapi tidak ada pelatihan dan kesempatan magang

Tidak ada paket kunjungan, pelatihan dan kesempatan magang


(23)

Nilai kesesuaian dan kelayakan agrowisata tiap desa dihitung dengan rumus berikut:

∑KKA = ∑Sij.Aij,

dengan KKA adalah nilai total kelayakan kawasan agrowisata, Sij adalah kriteria

agrowisata tiap kawasan, dan Aij adalah bobot kriteria agrowisata. Hasil

perhitungan dengan rumus di atas dirangkum dalam Tabel 3. Berdasarkan nilai hasil perhitungan tersebut, seluruh desa diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menggunakan rumus berikut:

R = Smax – Smin.

K

R adalah nilai rentang antarkelas, Smax adalah nilai kesesuaian dan kelayakan agrowisata paling tinggi, Smin adalah nilai yang terendah, dan K adalah jumlah kelas yang diinginkan. Jumlah kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga, yaitu sangat berpotensi, berpotensi, dan cukup berpotensi untuk agrowisata. Tabel 3 Penilaian kesesuaian dan kelayakan agrowisata

Kesesuaian dan Kelayakan Agrowisata

Jumlah Terbobot

KKA

Desa 0.2 0.1 0.05 0.05 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sumber: Maharani (2009), dimodifikasi sesuai dengan tujuan

Analisis Persepsi dan Preferensi

Analisis persepsi dan preferensi digunakan untuk mengetahui pandangan dan keinginan pihak-pihak terkait mengenai pengetahuan, pandangan terhadap potensi dan kondisi desa, serta akseptibilitas mengenai pengembangan agrowisata berbasis masyarakat. Data diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada berbagai pihak yang terkait. Responden dipilih sebanyak 30 orang dengan menggunakan metode stratified random sampling, yaitu 10 orang kelompok aparat pemerintahan desa, 10 orang kelompok yang terlibat dan potensial terlibat dalam kegiatan agrowisata, serta 10 orang kelompok masyarakat.

Analisis Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM)

Analisis Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM) atau Community Sustainability Assessment (CSA) adalah sebuah analisis yang dikeluarkan oleh

Global Ecovillage Network (2000) untuk menilai tingkat keberlanjutan suatu masyarakat. Kriteria penilaian dirumuskan dalam modul penilaian PKM yang juga dikeluarkan oleh Global Ecovillage Network berdasarkan hasil penelitian para ahli. Penilaian meliputi aspek ekologis, sosial, dan spiritual. Tiap aspek memiliki tujuh subaspek dan tiap subaspek terdiri dari pertanyaan-pertanyaan rinci mengenai kondisi aktual masyarakat berdasarkan kriteria yang dinilai. Tiap pertanyaan dilengkapi beberapa pilihan jawaban dengan skor yang berbeda-beda. Skor tiap pertanyaan dijumlahkan sehingga didapatkan skor subaspek yang menunjukkan tingkat keberlanjutan dalam subaspek tersebut. Skor subaspek pun dijumlahkan kembali hingga didapatkan skor aspek yang menunjukkan tingkat keberlanjutan masyarakat pada aspek tersebut. Kemudian skor tiga aspek tersebut dijumlahkan


(24)

kembali hingga didapatkan skor akhir yang menyimpulkan tingkat keberlanjutan masyarakat tersebut.

Unit penilaian adalah empat desa yang berpotensi untuk agrowisata menurut hasil analisis KKA, yaitu Desa Pasir Eurih, Desa Tamansari, Desa Sukaluyu, dan Desa Sukajadi. Pengumpulan data untuk analisis ini dilakukan melalui wawancara, observasi lapang, dan studi pustaka. Wawancara dilakukan terhadap aparat pemerintah – kepala desa, sekretaris desa, dan pegawai desa – keempat desa, sejumlah masyarakat yang ditemui saat turun lapang, dan beberapa orang yang mengenal dan mengetahui kondisi sosial desa secara mendalam seperti kokolot

desa, ketua kelompok tani, kiyai, dan lain-lain. Jumlah responden wawancara tidak ditentukan. Pengumpulan data dilakukan sampai peneliti mendapat cukup informasi dan memahami secara mendalam kultur budaya dan sosial masyarakat tiap desa sesuai dengan kebutuhan modul penilaian PKM. Penilaian dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam modul penilaian dengan pilihan jawaban yang telah disediakan sesuai dengan kondisi aktual desa sehingga menunjukkan nilai keseluruhan tingkat keberlanjutan desa. Penilaian keberlanjutan masyarakat ditampilkan pada Tabel 4. Penilaian dilakukan oleh peneliti secara objektif berdasarkan hasil observasi menyeluruh terhadap kondisi masyarakat dan wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat yang mengetahui dan memahami kondisi masyarakat.

Sintesis

Dari hasil analisis terhadap aspek fisik-biofisik, aspek sosial-budaya, aspek wisata, dan aspek legal, dapat diketahui objek lanskap perdesaan yang berpotensi menjadi objek wisata, baik hanya atraksi wisata, sebagai objek agrowisata, maupun sebagai objek pendukung agrowisata. Dengan analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata menurut Smith (1989) dalam Maharani (2009), dapat diketahui desa yang berpotensi untuk agrowisata sehingga dapat dilakukan perbandingan apakah desa tersebut sesuai dengan desa yang ditunjuk oleh pemerintah Kabupaten Bogor. Melalui analisis penilaian keberlanjutan masyarakat dapat diketahui tingkat keberlanjutan masyarakat desa di Kecamatan Tamansari. Dengan analisis tersebut juga dapat diketahui potensi dan ancaman sosial dan budaya di Kecamatan Tamansari. Dengan analisis persepsi dan preferensi masyarakat, dapat diketahui persepsi, preferensi, dan akseptibilitas masyarakat Kecamatan Tamansari. Semua temuan dari hasil analisis dapat menjadi dasar pengembangan agrowisata di Kecamatan Tamansari.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis dan sintesis yang telah dilakukan, dirumuskan rekomendasi strategis secara deskriptif untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.


(25)

Tabel 4 Penilaian Keberlanjutan Masyarakat

Parameter Nilai

Aspek Ekologis

1. Perasaan terhadap tempat *

2. Ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan *

3. Infrastruktur, bangunan dan transportasi *

4. Pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat *

5. Air-sumber, mutu dan pola penggunaan *

6. Limbah cair dan pengelolaan polusi air *

7. Sumber dan penggunaan energi *

Total Nilai Aspek Ekologis **

Aspek Sosial

1. Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan; ruang bersama *

2. Komunikasi-aliran gagasan dan informasi *

3. Jaringan pencapaian dan jasa *

4. Keberlanjutan sosial *

5. Pendidikan *

6. Pelayanan kesehatan *

7. Keberlanjutan ekonomi-ekonomi lokal yang sehat *

Total Nilai Aspek Sosial **

Aspek Spiritual

1. Keberlanjutan budaya *

2. Seni dan kesenangan *

3. Keberlanjutan spiritual *

4. Keterikatan masyarakat *

5. Gaya pegas masyarakat *

6. Holografik baru, pandangan dunia *

7. Perdamaian dan kesadaran global *

Total Nilai Aspek Spiritual **

Total Nilai Keseluruhan ***

Keterangan:

1. Penilaian parameter dalam satu kriteria:

* 50+ : Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan 24-49 : Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan 0-24 : Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan 2. Penilaian parameter dalam satu aspek:

** 333+ : Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan 166-332 : Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan 0-165 : Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan 3. Penilaian parameter dalam tiga aspek:

*** 999+ : Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan 500-998 : Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan 0-449 : Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan


(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Secara geografis, Kecamatan Tamansari terletak di 6°37’25” Lintang Selatan

– 6°42’36” Lintang Selatan dan 106°43’44” Bujur Timur – 106°46’24” Bujur Timur dengan ketinggian 220 – 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kecamatan Tamansari termasuk ke dalam Kabupaten Bogor Tengah dan berbatasan dengan Kecamatan Ciomas di sebelah Utara, Kecamatan Tenjolaya di sebelah Barat, Kabupaten Sukabumi di sebelah Selatan, dan Kecamatan Cijeruk di sebelah Timur seperti yang ditampilkan pada Gambar 3. Kecamatan Tamansari terhampar seluas 3 394 hektar dan terbagi dalam delapan desa, yaitu Desa Pasir Eurih, Desa Sirnagalih, Desa Sukajadi, Desa Sukajaya, Desa Sukaluyu, Desa Sukamantri, Desa Sukaresmi, dan Desa Tamansari (Monografi Kecamatan Tamansari 2014) dengan pembagian luas diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Luas wilayah Kecamatan Tamansari

Desa Luas Wilayah (Ha)

Pasir Eurih 285,394

Sirnagalih 177,180

Sukajadi 304,139

Sukajaya 427,665

Sukaluyu 310,150

Sukaresmi 350,000

Sukamantri 639,000

Tamansari 900,350

Sumber: Monografi Kecamatan Tamansari tahun 2014

Desa Sirnagalih merupakan desa pusat pertumbuhan (DPP) Kecamatan Tamansari menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bogor. Jarak antara pusat pemerintahan Kecamatan Tamansari dengan Cibinong, ibukota Kabupaten Bogor, adalah 30 km, sedangkan dengan pusat Kota Bogor adalah 10 km. Kecamatan Tamansari dapat diakses melalui jalan kabupaten, yaitu Jalan Raya Ciapus dari Pasir Kuda Kecamatan Ciomas dan beberapa jalan desa. Jalan di Kecamatan Tamansari sudah hampir seluruhnya beraspal, tetapi pada umumnya tidak begitu lebar untuk dua jalur kendaraan roda empat. Kendaraan umum yang tersedia adalah angkutan umum (angkot) sebanyak 1 500 mobil untuk dua trayek, yaitu jurusan Ciapus dan jurusan Sindang Barang (SBR) dan ojek sebanyak 900 buah. Namun, kendaraan umum ini tidak meliputi Kecamatan Tamansari secara keseluruhan melainkan hanya di DPP dan sekitarnya saja.


(27)

G

am

ba

r

3

P

et

a

admi

n

is

tra


(28)

Berdasarkan data monografi Kecamatan Tamansari 2014, fasilitas kesehatan yang dimiliki Kecamatan Tamansari adalah tujuh rumah bersalin, satu poliklinik, tiga puskesmas, satu puskesmas pembantu, sembilan orang dokter umum, tiga belas bidan praktik, dua dukun sunat, 25 dukun bayi atau paraji, satu toko obat, dan tiga klinik keluarga berencana (KB). Fasilitas kesehatan tersebut tidak tersebar secara merata di seluruh desa. Terdapat desa dengan fasilitas kesehatan memadai, namun ada juga desa yang kekurangan fasilitas kesehatan. Fasilitas pendidikan yang dimiliki adalah lima taman kanak-kanak, 29 sekolah dasar negeri, tiga madrasah, tiga sekolah menengah pertama (SMP) negeri, tiga SMP swasta umum, tiga SMP swasta islam, satu sekolah menengah atas negeri, dan satu sekolah tinggi swasta. Kemudian, fasilitas keagamaan yang dimiliki adalah 115 mesjid, 232 musholla, sepuluh surau, satu vihara, dan satu pura. Dalam hal ekonomi, terdapat 400 industri kecil, 74 home industri, dua penginapan besar, dan lima belas restoran di Kecamatan Tamansari.

Aspek Fisik dan Biofisik Kemiringan Lereng

Kondisi kemiringan lereng di Kecamatan Tamansari bervariasi mulai dari 0% hingga lebih dari 40% dengan ketinggian 200 – 700 mdpl (Gambar 4). Hal ini disebabkan oleh lokasi tapak yang berada di kaki gunung Salak. Kemiringan sebesar 0 – 3% atau topografi datar terhampar di bagian utara kecamatan, yaitu di ujung bagian utara desa Sirnagalih, desa Sukaresmi, dan desa Sukaluyu seluas 16 hektar atau 0.4% dari total luas kecamatan. Kemiringan 3 – 8% yaitu permukaan bergelombang, terhampar mendominasi di seluruh desa dengan luas total lebih dari 2 485 hektar atau 72.2% dari luas kecamatan. Kemiringan 8 – 15% atau landai, tersebar di tiga desa, yaitu desaTamansari, desa Sukajadi, dan desa Sukaluyu seluas lebih dari 685 hektar atau 20% dari luas kecamatan. Kemudian, kemiringan 15 – 25% yaitu agak curam, kemiringan 25 – 40% atau curam, dan kemiringan lebih dari 40% yaitu sangat curam hanya ditemukan di desa Tamansari, yaitu di kawasan hutan lindung Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) dengan luasan secara berurutan dan persentase dari total luas kecamatan sebesar 75 hektar atau 2.2%, 96 hektar atau 2.8% dan 80 hektar atau 2.3%. Kelas lereng curam hingga sangat curam beresiko kejadian longsor, namun kelas lereng tersebut hanya terdapat di dalam TNGHS sehingga tidak menjadi ancaman signifikan bagi penduduk.

Kecamatan Tamansari didominasi oleh kemiringan 3 – 8% yang terhampar di seluruh desa yang meliputi lokasi-lokasi atraksi agrowisata. Hal ini menandakan bahwa pada lokasi tersebut ancaman longsor tidak terlalu tinggi sehingga kegiatan agrowisata dapat dijalankan dengan aman. Namun, akan lebih baik lagi jika kegiatan agrowisata juga berorientasi pada alam sehingga keberlanjutannya lebih terjaga.


(29)

G

am

ba

r

4

P

et

a k

em

iri

ngan

la

ha


(30)

Kondisi Tanah

Kecamatan Tamansari dibentuk oleh tiga jenis tanah, yaitu Andosol, Latosol Coklat, dan Regosol, tetapi juga terdapat area dengan jenis tanah hasil asosiasi Latosol Coklat dan Regosol (Gambar 5). Dalam konsep jenis tanah sistem Dudal dan Soepraptohardjo (1957) dalam Rachim dan Arifin (2011), tanah Andosol adalah tanah berwarna hitam atau cokelat tua hingga kuning dengan corak struktur remah, licin jika dipirit dengan konsistensi gembur, horison nyata, solum agak tebal, tekstur lempung hingga debu dengan liat menurun, dan membentuk pasir semu yang ireversibel jika kering. Sifat dari tanah Andosol adalah agak asam hingga netral, daya adsorpsi sedang, unsur hara sedang, kadar bahan organik tinggi, permeabilitas sedang, dan peka terhadap erosi. Tanah Andosol hanya ditemukan pada bahan volkanik yang tidak padu pada ketinggian hingga 3000 mdpl. Umumnya tanah Andosol ditemukan di dataran tinggi dengan iklim dingin dan curah hujan tinggi di daerah iklim tropika basah. Tanah Andosol cocok untuk penanaman sayuran, bunga-bungaan, teh, kopi, kina, hutan pinus, dan objek turisme.

Sama dengan tanah Andosol, tanah Latosol juga umumnya terdapat pada bahan induk volkanik di daerah beriklim tropika basah dengan curah hujan 2 500 – 7 000 mm per tahun dan ketinggian hingga 900 mdpl. Tanah Latosol adalah tanah yang sudah terlapuk lanjut, sangat tercuci, dan batas horizon baur. Corak tanah Latosol adalah bersolum tebal, berwarna merah hingga kuning, bertekstur liat yang tetap dari atas hingga ke bawah, berstruktur remah hingga gumpal lemah, dan berkonsistensi gembur. Sifat tanah Latosol adalah masam hingga agak masam, zat organik rendah hingga agak sedang, kejenuhan basa rendah hingga sedang, daya adsorpsi sedang, unsur hara sedang hingga rendah, permeabilitas tinggi, dan kepekaan erosi kecil. Tanah Latosol umumnya berasosiasi dengan tanah Podsolik Merah Kuning, Andosol, Regosol, laterit air tanah, dan aluvial. Tanah Latosol cocok dipakai untuk padi sawah, jagung, umbi, karet, kelapa sawit, cokelat, cengkeh, kopi, dan hutan tropik.

Berbeda dengan tanah Andosol dan Latosol yang hanya ditemukan pada bahan volkanik, tanah Regosol juga dapat ditemukan pada mergel dan bukit pasir pantai selain pada bahan induk abu volkan. Tanah Regosol dapat ditemukan pada ketinggian bervariasi. Tanah Regosol bercorak solum tipis hingga tebal, tanpa horizon atau dengan horizon alterasi lemah, berwarna kelabu hingga kuning, tekstur pasir dengan kadar liat kurang dari 40%, struktur tanpa atau berbutir tunggal, dan kepekaan erosi besar. Tanah Regosol memiliki sifat kemasaman bervariasi, kejenuhan basa bervariasi, kadar bahan organik rendah, daya adsorpsi rendah, kandungan unsur hara bervariasi, dan permeabilitas tinggi. Tanah Regosol cocok dipakai untuk padi sawah, palawija, tebu, tembakau, sayuran, dan garung.

Tanah di Kecamatan Tamansari didominasi oleh tanah Regosol seluas 2 387 hektar atau kurang lebih 70% dari luas kecamatan. Sementara itu, tanah Andosol didapati seluas 437.8 hektar (13%), tanah Latosol Coklat seluas 51.6 hektar (1%), dan tanah asosiasi Latosol Coklat dan Regosol didapati seluas 585.5 hektar (16%). Secara umum, jenis tanah pada tapak cocok dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pertanian dan kegiatan turisme. Hal ini mendukung pengembangan agrowisata di Kecamatan Tamansari.


(31)

G

am

ba

r

5

P

et

a

je

ni

s t

ana


(32)

Iklim

Menurut rencana induk pengembangan pariwisata daerah (RIPPDA) Kabupaten Bogor 2003-2008, iklim Kecamatan Tamansari mengikuti iklim Kabupaten Bogor. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, Kecamatan Tamansari yang terletak di bagian selatan Bogor termasuk ke dalam iklim tropis tipe A, yaitu sangat basah. Suhu rata-rata berkisar antara 20o– 30oC. Kelembaban udara di wilayah ini mencapai 70% dengan rata-rata kecepatan angin cukup rendah yaitu 1,2 m/detik dan evaporasi di daerah terbuka rata-rata sebesar 146.2 mm/bulan. Curah hujan tahunan antara 2 500 mm sampai lebih dari 5 000 mm/tahun.

Menurut WeatherBase, Kecamatan Tamansari pada tahun 2014 memiliki suhu rata-rata sebesar 26.3°C, curah hujan rata-rata sebesar 335.0 mm/bulan dan kelembaban sebesar 83.8% dimana tahun 2014 tergolong tahun basah. Lokasi tapak yang berada di kaki Gunung Halimun-Salak juga mempengaruhi pada cuaca setempat yang lebih sejuk. Data iklim bulanan tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 6. Iklim berpengaruh pada kenyamanan yang dirasakan oleh manusia, dinyatakan dalam Thermal Humidity Index (THI) yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

THI = 0,8T + (RH x T/500),

dengan RH adalah kelembapan dan T adalah suhu. Nilai THI kurang dari 27 menunjukkan kondisi yang nyaman untuk pengunjung. Berdasarkan data iklim tahun 2014, diperoleh nilai rataan THI Kecamatan Tamansari sebesar 25.45 yang menunjukkan desa ini nyaman, termasuk untuk kegiatan agrowisata.

Tabel 6 Data iklim wilayah Bogor 2014

Bulan Suhu (oC) Curah hujan (mm/bulan)

Kelembaban (%)

Kecepatan angin (km/jam)

Januari 25.6 453.3 87.7 7.2

Februari 25.7 371.6 87.0 7.6

Maret 26.2 405.0 86.3 7.2

April 26.7 426.4 85.4 6.8

Mei 26.8 332.0 85.3 6.5

Juni 26.4 200.0 83.6 6.5

Juli 26.0 196.2 81.5 6.8

Agustus 26.3 263.7 80.1 7.2

September 26.5 337.6 79.6 7.6

Oktober 26.8 316.2 80.9 7.6

November 26.6 358.7 83.1 7.2

Desember 26.1 359.4 85.0 7.2

Rata-Rata 26.3 335.0 83.8 7.1

Sumber: WeatherBase, 2014

Vegetasi dan Satwa

Terhampar seluas lebih dari 3 000 hektar, Kecamatan Tamansari memiliki begitu banyak jenis vegetasi dan satwa. Vegetasi di Kecamatan Tamansari didominasi oleh tanaman hutan mengingat letak Kecamatan Tamansari yang berada di kaki Gunung Salak dan adanya Taman Nasional Gunung Halimun-Salak di Kecamatan Tamansari. Selain tanaman hutan, tanaman yang mendominasi adalah tanaman hias dan tanaman pertanian. Hal tersebut sangat mendukung


(33)

pengembangan agrowisata di Kecamatan Tamansari. Tanaman hias di Kecamatan Tamansari didominasi oleh pucuk merah (Syzigium oleana) dan berbagai jenis bromelia (Bromelia sp.). Sementara tanaman pertanian yang penting di Kecamatan Tamansari adalah padi sawah, jagung, sayur-mayur, ketela pohon, jamur tiram (Pleurotus ostreatus), poh-pohan (Pilea melastomoides), dan pala (Mystica fragrans) seperti yang ditampilkan pada Gambar 6.

Satwa yang penting untuk pengembangan agrowisata di Kecamatan Tamansari tentunya adalah hewan ternak, ikan, dan hewan pembajak, yaitu kerbau (Bubalus bubalis). Hewan ternak yang ada di Kecamatan Tamansari adalah sapi Bali (Bos sondaicus), sapi PO (Bos indicus), sapi holstein (Bos taurus), kambing ternak (Capra aegagrus hircus) termasuk kambing peranakan etawa, domba (Ovis aries), ayam (Gallus gallus domesticus), kelinci (Oryctolagus cuniculus), dan bebek (Anas platyrhynchos domesticus). Kecamatan Tamansari juga memiliki banyak peternak ikan mulai dari pembibitan hingga pembesaran berbagai jenis ikan, yaitu ikan mas (Cyprinus carpio), lele (Clarias batrachus), mujair (Oreochromis mossambicus), nila (Oreochromis niloticus), dan gurame (Osphronemus goramy).

Hidrologi

Sistem hidrologi Kecamatan Tamansari bersumber dari mata air pegunungan, sumur galian, dan PAM tetapi hampir seluruh masyarakat menggunakan sumber air alami dari pegunungan dengan menggunakan pipa dan selang. Sungai Cisadane adalah satu-satunya sungai utama di Kecamatan Tamansari (Gambar 7). Air di Kecamatan Tamansari sangat melimpah dengan kualitas baik mengingat keberadaan Kecamatan Tamansari di Gunung Salak. Walau demikian, pengelolaan air belum terlalu baik, air masih seringkali terlihat terbuang tercuma. Hal tersebut juga dibuktikan dengan belum digunakannya kran pengatur air.

Sebagian besar saluran air di Kecamatan Tamansari belum menggunakan kran pengatur, melainkan hanya pipa atau selang yang selalu mengalirkan air setiap waktunya. Air selalu mengalir bahkan saat sedang tidak digunakan sehingga terbuang sia-sia dalam jumlah yang cukup besar. Pengolahan air yang kurang baik

Gambar 6 Vegetasi: (a) Bromelia, (b) poh-pohan, (c) pala, (d) jamur tiram

a b


(34)

juga terlihat pada seringnya intensitas tergenangnya jalan raya dengan air saat hujan turun lebat. Karena berlimpah air, masyarakat Kecamatan Tamansari belum sadar betul akan urgensi pengelolaan air yang efisien. Hal ini apabila dibiarkan terus-menerus dapat berakhir pada kerusakan lingkungan. Selain itu, masyarakat juga tidak menyadari akan pentingnya dan berharganya sumber daya alam lainnya di Kecamatan Tamansari. Oleh karena itu, perlu diambil tindakan untuk memberikan edukasi dan kesadaran lingkungan.

Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di Kecamatan Tamansari diklasifikasikan menjadi tujuh, yaitu hutan, kebun, ladang atau tegalan, permukiman, sawah, semak belukar, dan tubuh air. Diantara ketujuh penggunaan lahan tersebut, penggunaan lahan yang mendominasi adalah hutan dengan luasan 973 hektar ataau 28% dari luas kecamatan. Hal ini dikarenakan adanya hutan lindung Taman Nasional Gunung Halimun-Salak di Kecamatan Tamansari. Sementara itu, terdapat 662 hektar (19%) penggunaan lahan untuk kebun, 593 hektar (17%) lahan untuk permukiman, 441.5 hektar (13%) lahan untuk sawah, 399.5 hektar (12%) lahan sebagai ladang atau tegalan, 331.6 hektar (10%) sebagai semak belukar, dan 38.5 hektar (1%) lahan sebagai tubuh air. Persebaran tata guna lahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. Data tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Tamansari masih memiliki banyak lahan sebagai lahan terbuka, baik hutan, kebun, ladang atau tegalan, sawah, semak belukar, dan tubuh air. Permukiman masih hanya 17% dari luas kecamatan. Walau demikian, tidak menutup kemungkinan lahan-lahan tersebut akan beralih fungsi menjadi permukiman atau industri. Terlebih lagi banyak lahan terbuka tersebut yang masih belum dimanfaatkan secara optimal bahkan dibiarkan. Oleh karena itu, banyaknya lahan terbuka sebagai salah satu ciri lanskap perdesaan, khususnya kebun, ladang, dan sawah sebagai lahan produktif, perlu dimanfaatkan secara optimal dan memiliki nilai tambah untuk mempertahankan eksistensinya. Dengan begitu, ancaman alih fungsi lahan pertanian dapat diminimalisir.

Aspek Legalitas

Kecamatan Tamansari memiliki potensi pertanian dan pariwisata yang sangat besar. Keberadaannya di kaki Gunung Salak menyebabkan Kecamatan Tamansari memiliki pemandangan indah dan asri serta sumber daya alam yang melimpah. Karenanya, potensi pertanian di Kecamatan Tamansari sangat baik. Saat ini pertanian yang paling diandalkan adalah tanaman hias, tetapi masih banyak potensi pertanian yang belum terekspos dan dikembangkan secara maksimal.


(35)

G

am

ba

r

8

P

et

a

ta

ta

gun

a

la

ha


(36)

Selain itu, Kecamatan Tamansari yang dulunya merupakan bagian Kerajaan Pajajaran dan Pakuan memiliki berbagai situs bersejarah peninggalan Kerajaan Pajajaran yang tersebar di seluruh kecamatan. Beberapa di antaranya adalah Taman Sribaginda, sumur Sijalatunda, situs Batu Tapak, situs Punden Berundak, dan situs Batu Karut. Tak hanya situs, Kerajaan Pajajaran-Pakuan juga meninggalkan warisan adat budaya Sunda yang kental yang hingga saat ini masih dapat ditemui seperti upacara adat Seren Taun, kesenian reog, dan tari Jaipong.

Pemerintah Kabupaten Bogor menyadari besarnya potensi pertanian, sejarah, kesenian, dan budaya yang dimiliki Kecamatan Tamansari. Oleh karena itu, Kecamatan Tamansari ditetapkan sebagai kecamatan tematik pariwisata di Kabupaten Bogor. Dalam Peraturan Bupati Bogor Nomor 38 tahun 2014 Pasal 5 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan, Kecamatan Tamansari ditetapkan sebagai kawasan pengembangan pertanian dan perdesaan diorientasikan pada diversifikasi pertanian dan agroekowisata. Rencana pengembangan tersebut kemudian dituangkan lebih terperinci dalam rencana induk pengembangan pariwisata daerah (RIPPDA) dan rencana strategis (renstra) Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bogor. Adapun atraksi wisata andalan di Tamansari yang tertuang dalam RIPPDA Kabupaten Bogor tahun 2003-2008 adalah Pura Parahyangan Agung Jagatkarta, Curug Nangka, Bumi Perkemahan Sukamantri, Kampung Budaya Sindang Barang, Taman Sribaginda dan Sumur Sijalatunda.

Aspek Sosial dan Budaya Demografi penduduk

Menurut data monografi Kecamatan Tamansari tahun 2014, jumlah penduduk Kecamatan Tamansari adalah 86 551 jiwa dengan presentase laki-laki 51.3% (44 412 jiwa) dan perempuan 48.6% (42 139 jiwa). Mayoritas penduduk Kecamatan Tamansari beragama Islam (99%) dan sisanya adalah Protestan, Katolik, Hindhu, dan Buddha. Berdasarkan umur, jumlah penduduk berusia 0-4 tahun adalah 9 487 jiwa (11%), usia 5-14 tahun adalah 16 346 jiwa (20%), usia 15-19 tahun adalah 7 300 (9%), usia 20-39 tahun adalah 27 661 jiwa (33%), dan usia 40 tahun ke atas adalah 22 438 jiwa (27%). Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Tamansari masih tergolong rendah. Mayoritas masyarakat hanya tamat sekolah dasar (63%). Sisanya merupakan tamatan sekolah menengah pertama atau sederajat (17%), tamatan sekolah menengah atas atau sederajat (17%), tidak bersekolah, dan sarjana. Hal tersebut disebabkan karena masyarakat lebih tertarik untuk secepatnya menghasilkan uang.

Mata pencaharian dominan di Kecamatan Tamansari adalah petani, yaitu sebanyak 17 867 orang (80.6%). Di antaranya, sebanyak 40% merupakan petani pemilik lahan, 22% adalah petani penggarap, dan 38% adalah buruh tani. Mata pencaharian lainnya adalah pengusaha, pelaku atau pemilik home industri, buruh industri, tukang, pedagang, pengemudi angkutan umum atau ojek, pegawai negeri sipil (PNS), TNI/POLRI, dan lain-lain, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7. Petani merupakan pekerjaan utama di Kecamatan Tamansari, hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penunjang utama kehidupan masyarakat Kecamatan Tamansari. Sayangnya, sebagian besar petani adalah orang tua dan lansia. Hanya sedikit pemuda yang menjadi petani. Pada umumnya pemuda memilih bekerja di industri, terutama industri sepatu dan sandal


(37)

yang marak di Kecamatan Tamansari, walau hanya sebagai buruh. Hal tersebut mendukung dan memperkuat urgensi pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di Kecamatan Tamansari. Penambahan nilai melalui agrowisata berbasis masyarakat dapat meningkatkan pamor pertanian bagi pemuda sehingga profesi petani berkelanjutan. Selain itu, pengembangan agrowisata berbasis masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat lainnya secara langsung.

Tabel 7 Mata pencaharian penduduk Kecamatan Tamansari

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 17 867 80.6

2 Pengusaha 311 1.4

3 Pelaku home industri 361 1.6

4 Buruh industri 735 3.3

5 Tukang 1 744 7.8

6 Pedagang 115 0.5

7 Pengemudi 110 0.5

8 PNS 265 1

9 TNI/POLRI 124 0.6

10 Lain-lain 542 2.4

Sumber: Monografi Kecamatan Tamansari tahun 2014 Kelembagaan

Kelembagaan tertinggi di Kecamatan Tamansari adalah pemerintahan kecamatan. Pemerintah Kecamatan Tamansari memiliki 30 orang pegawai, 25 pegawai negeri sipil (PNS) dan lima orang tenaga lepas, yang dipimpin oleh Drs. Achmad Sofyan, MM sebagai camat. Pemerintahan Kecamatan Tamansari membawahi delapan pemerintahan desa, Desa Sirnagalih dipimpin oleh Bapak A. Suparta, Desa Tamansari dipimpin oleh Bapak Gumilar Suteja, Desa Sukamantri dikepalai oleh Bapak Cecep Andi, Desa Sukaresmi dipimpin oleh Bapak H. M. Ating, Desa Sukaluyu dipimpin oleh Bapak Sarip, Desa Sukajadi diketuai oleh Bapak Alan, Desa Pasir Eurih dipimpin oleh Bapak Adang, dan Desa Sukajaya dipimpin oleh Bapak Wahyudin Sumardi.

Dalam hal pariwisata, Desa Pasir Eurih, Desa Tamansari, dan Desa Sukajadi sebagai tiga desa yang ditunjuk menjadi desa wisata di Kecamatan Tamansari oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor telah diamanatkan membentuk organisasi pengurus desa wisata. Namun sampai saat ini hanya Desa Pasir Eurih dan Desa Tamansari yang telah membentuk pengurus, sementara Desa Sukajadi baru hanya sebatas penunjukkan ketua pengurus. Hal tersebut dikarenakan SK Desa Wisata dari pemerintah daerah Kabupaten Bogor untuk Desa Sukajadi belum diterbitkan. Kepengurusan Desa Wisata Desa Tamansari pun tidak begitu aktif dikarenakan beberapa konflik internal baik dalam kepengurusan maupun di luar kepengurusan, yaitu dengan pihak pemerintah desa. Sementara itu, kepengurusan desa wisata Pasir Eurih sudah berjalan baik. Kepengurusan desa wisata Pasir Eurih yang diketuai oleh Bapak Deden, terbentuk pada tahun 2010 dan kini telah beranggotakan 24 orang warga setempat. Pengurus desa wisata Pasir Eurih tidak hanya terdiri dari kelompok orangtua, tetapi juga kelompok pemuda yang semangat dan bertekad untuk memajukan desanya. Lembaga semi formal ini diamanatkan khusus oleh Disbudpar Kabupaten Bogor


(38)

untuk mempersiapkan peluncuran desa wisata Kabupaten Bogor sebagai salah satu produk agrowisata Kabupaten Bogor. Kepengurusan desa wisata Pasir Eurih direkomendasikan menjadi pengelola utama agrowisata Kecamatan Tamansari. Untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di Kecamtan Tamansari, pengurus desa wisata Pasir Eurih disarankan untuk bekerjasama dan membentuk kepengurusah terpadu dengan pengurus desa wisata di ketiga desa wisata lainnya, kelompok tani, kelompok wanita tani, karang taruna, kelompok pemberdayaan wanita, dan kelompok pemberdayaan masyarakat lainnya di Kecamatan Tamansari.

Kesenian dan Kebudayaan

Kecamatan Tamansari masih memelihara kesenian dan kebudayaan Sunda peninggalan Kerajaan Pajajaran. Walaupun pada kehidupan sehari-hari budaya tersebut tidak tampak akibat telah terpengaruhi urbanisasi, kesenian dan kebudayaan tersebut masih dijaga untuk acara-acara insidental. Kesenian dan kebudayaan Sunda di Kecamatan Tamansari berpusat di Desa Pasir Eurih, yaitu di Kampung Budaya Sindangbarang (KBS), sebuah tempat wisata yang menjual suasana khas pedesaan Sunda. Kebudayaan yang paling dikenal masyarakat adalah upacara seren taun. Dapat dikatakan bahwa seluruh golongan masyarakat Kecamatan Tamansari mengetahui upacara ini. Namun, sebenarnya masih banyak kebudayaan Sunda yang masih terpelihara, antara lain, mapag tujuh gunung, adu jaten berebut seeng, dan bebesanan (Gambar 9).

Upacara seren taun adalah upacara untuk mensyukuri hasil bumi yang diberikan Tuhan YME. Mapag tujuh gunung adalah upacara dimasukkannya beras hasil panen ke dalam leuit (lumbung padi). Adu jaten berebut seeng, dan bebesanan

adalah serangkaian upacara adat dalam pernikahan Sunda. Selain itu, beberapa kesenian yang masih dipelihara adalah rengkong, angklung gubrag, calung, pencak silat cimande, dan jaipong (Gambar 10). Upacara seren taun adalah upacara rutin tahunan, yaitu setiap bulan Muharam. Upacara ini melibatkan seluruh masyarakat desa Pasir Eurih. Sementara itu, kebudayaan dan kesenian lainnya hanya dilakukan secara insidental untuk hiburan sebagai atraksi wisata di KBS.

Aspek Wisata Objek dan Atraksi Wisata

Kecamatan Tamansari memiliki berbagai objek wisata yang cukup terkenal yaitu Pura Parahyangan Agung Jagatkarta, Curug Nangka, Bumi Perkemahan Sukamantri, Situs Punden Berundak, Situs Batu Tapak, Situs Batu Dakon, sumur Sijalatunda, taman Sri Bagenda, dan Setu Tamansari. Kecamatan Tamansari juga

Gambar 9 (a) seren taun, (b) mapag tujuh gunung, (c) adu jaten berebut seeng Sumber: Kampung Budaya Sindangbarang (kp-sindangbarang.com)


(39)

memiliki banyak potensi atraksi agrowisata. Beberapa destinasi yang berpotensi menjadi atraksi agrowisata berdasarkan hasil inventarisasi adalah desa wisata Pasir Eurih, Kampung Budaya Sindangbarang, budidaya jamur tiram Ibu Cucu, tanaman hias, peternakan Cordero, Saung Jejamuran Kang Idih, dan poh-pohan. Seluruh atraksi tersebut dicantumkan pada Tabel 8 dan ditampilkan pada Gambar 11.

Tabel 8 Atraksi wisata di Kecamatan Tamansari

Desa Potensi Atraksi Wisata Jenis Wisata

Pasir Eurih

Taman Sri Bagenda Sejarah

Sumur Sijalatunda Sejarah

Desa wisata Pasir Eurih Pertanian

Kampung budaya Sindangbarang Pertanian

Sukaresmi Situs Batu Tapak Sejarah

Sukaluyu Saung jejamuran Kang Idih Pertanian

Peternakan Cordero Pertanian

Sukamantri Bumi perkemahan Sukamantri Alam

Sukajadi Curug Nangka Alam

Tamansari

Budidaya jamur tiram Bu Cucu Pertanian

Kawasan tanaman hias Pertanian

Setu Tamansari Alam

Poh-pohan Pertanian

Situs Punden Berundak Sejarah

Pura Parahyangan Agung Jagatkarta Budaya

Gambar 10 (a) angklung gubrag, (b) jaipong, (c) pencak silat, (d) rengkong

Sumber: Kampung Budaya Sindangbarang (kp-sindangbarang.com)

a b


(40)

G

am

ba

r

11 P

et

a

at

ra

ks

i w

is

at


(41)

Keempat belas atraksi wisata tersebut diperoleh berdasarkan hasil inventarisasi, yaitu berdasarkan rekomendasi hasil wawancara dengan masyarakat, wawancara dengan pihak pemerintahan – pemerintah daerah kabupaten, pemerintah kecamatan, maupun pemerintah desa –, studi dokumen, serta melalui turun lapang langsung ke seluruh wilayah kecamatan. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan sederhana, seperti adakah objek wisata atau yang berpotensi menjadi objek wisata di desa, kegiatan pertanian apa saja yang ada di desa, adakah kegiatan pertanian yang berpotensi untuk pengembangan agrowisata, dan lain-lain. Dokumen mengenai desa juga umumnya menyebutkan objek wisata yang ada di desa.

A. Situs Batu Tapak

Situs Batu Tapak merupakan salah satu situs di Kecamatan Tamansari. Situs ini berada di sungai di RT 01 RW 04 Desa Sukaresmi. Situs Batu Tapak (Gambar 12) adalah sebuah batu besar yang memiliki tapak kaki di permukaannya. Dikatakan bahwa tapak tersebut adalah tapak tokoh besar Kerajaan Pajajaran zaman dahulu kala. Tokoh tersebut dipercaya sangat kuat dan sakti hingga tapak kakinya dapat membekas di batu besar yang sangat kokoh. Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat maupun aparat Desa Sukaluyu sendiri tidak mengetahui jelas sejarah dan asal muasal situs tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan banyaknya situs di Kecamatan Tamansari sehingga masyarakat tidak mengetahui secara mendalam sejarah situs-situs tersebut satu persatu.

Kondisi batu tapak saat ini sudah mulai pudar sehingga pola tapak kaki tidak begitu jelas. Hal ini dikarenakan tidak adanya pengelolaan dan pelestarian secara khusus. Sampai saat ini, situs ini hanya dibiarkan begitu saja. Akses menuju situs ini sangat sulit, sempit, dan berbukit. Setengah jalan menuju situs ini telah diaspal dan dapat dilalui kendaraan roda dua saja, namun setengah jalannya lagi berupa pedestrian tanah yang berbatu. Situs ini telah diberi papan nama, papan peringatan untuk melestarikan situs, dan papan petunjuk arah dari jalan utama desa oleh

Gambar 12 Situs Batu Tapak: (a) papan arah, (b) situs batu tapak, (c) akses menuju tapak, (d) suasana di sekitar situs

a b


(42)

Disbudpar Kabupaten Bogor. Situs batu tapak berpotensi menjadi atraksi wisata pendukung pengembangan agrowisata, namun pemeliharaan dan pengelolaan perlu dilakukan.

B. Taman Sri Bagenda dan Sumur Sijalatunda

Sumur Sijalatunda dan Taman Sri Bagenda (Gambar 13) berada di tengah pemukiman Kampung Jambe Kiuna, Desa Pasir Eurih. Berdasarkan RIPPDA Kabupaten Bogor 2003-2008, sumur Sijalatunda dahulunya bernama Lemurtaman. Konon air sumur ini tidak pernah kering karena merupakan kiriman dari Pelabuhan Sakayawana. Menurut legenda, dahulu pernah terlihat pawai beribu-ribu pasukan kerajaan berikut harta dan kereta kencana yang beriringan masuk ke dalam sumur tersebut sehingga di dalam sumur ini dipercaya dapat ditemukan berbagai benda peninggalan. Menurut legenda, dikatakan bahwa dahulunya calon raja harus berendam selama 40 hari 40 malam di sumur tersebut. Sumur ini pernah dijadikan sebagai tempat musyawarah perumusan siasat para leluhur pada saat itu. Aktivitas yang dilakukan pengunjung di sumur ini yaitu bersemedi, berdoa, dan mengambil air untuk dibasuhkan ke wajah. Air tersebut dikatakan berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit. Air di dalam sumur merupakan salah satu air yang digunakan untuk upacara Seren Taun.

Taman Sri Bagenda atau yang dulunya disebut Kulah Gede adalah taman yang bentuk dan kondisinya dijaga agar tetap sama seperti jaman dahulu. Pada zaman dahulu, kata taman memiliki arti tempat pemandian sehingga Taman Sri Bagenda memiliki arti pemandian Sri Bagenda. Taman ini dulunya memiliki 3 tingkatan, dengan Taman Sri Bagenda sebagai taman yang paling tinggi posisinya. Menurut cerita dari masyarakat setempat, taman ini adalah tempat peristirahatan Prabu Siliwangi serta leluhur Kerajaan Pakuan – Padjadjaran Bogor. Hingga saat ini Taman Sri Bagenda dinilai masih memiliki nilai mistis oleh masyarakat setempat.


(43)

Dikisahkan bahwa pada zaman dahulu, ada hewan air sejenis belut yang disebut ikan lubang. Hewan ini berbeda dengan belut biasa karena memilki daun telinga. Ukuran tubuhnya terkadang pendek, dan terkadang panjang. Dikatakan bahwa dahulu ada seseorang yang tidak mempercayai tentang nilai mistis yang terdapat pada hewan yang hidup di taman ini. Suatu hari dia mencoba untuk memotong ikan yang ada di tempat tersebut. Namun ajaibnya, setelah terpotong, dengan sendirinya badan hewan ini menyatu dan hidup kembali. Seminggu setelah kejadian tersebut, ayah dari pemotong hewan ini meninggal dunia.

Masyarakat Desa Pasir Eurih masih memegang nilai mitos tersebut. Masyarakat Kampung Jambe Kiuna saat ini pun masih menghormati Sumur Sijalatunda dan Taman Sri Bagenda. Pengunjung yang ingin mengunjungi sumur dan taman dapat dipandu oleh juru pelihara yang tinggal tepat di samping sumur. Sumur Sijalatunda dan Taman Sri Bagenda sangat berpotensi menjadi atraksi wisata pendukung pengembangan agrowisata, bahkan dapat menambah nilai agrowisata.

C. Desa Wisata Pasir Eurih

Desa wisata Pasir Eurih merupakan destinasi pariwisata yang dibina langsung oleh pemerintah Kabupaten Bogor melalui program desa wisata dari Disbudpar agar masyarakat dapat mengelola pariwisata secara mandiri. Desa wisata Pasir Eurih merupakan desa wisata unggulan Kecamatan Tamansari di antara dua desa wisata lainnya, yaitu Desa Tamansari dan Desa Sukajadi. Tujuan dari dibentuknya desa wisata di Kabupaten Bogor adalah untuk memperbanyak destinasi wisata di Kabupaten Bogor, menonjolkan potensi perdesaan di Kabupaten Bogor, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung. Program desa wisata ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung karena desa wisata dikelola oleh masyarakat langsung dengan pembinaan dan asistensi langsung oleh Disbudpar. Suasana desa wisata pasir Eurih dapat dilihat pada Gambar 14.

Saat ini, desa wisata Pasir Eurih masih dalam tahap perencanaan dan akan melakukan launching dihadiri oleh Bupati Kabupaten Bogor dan Gubernur Jawa Barat. Meskipun begitu, sebenarnya kegiatan desa wisata Pasir Eurih sudah mulai berjalan dan juga sudah mulai menerima tamu sambil mematangkan program. Desa wisata Pasir Eurih menawarkan pengalaman tinggal di kampung Sunda yang bernuansa khas perdesaan. Kegiatan yang ditawarkan meliputi bidang pertanian yaitu menanam padi, membajak sawah, dan menumbuk padi; perikanan yaitu marak lauk atau menangkap ikan di kolam; membuat sepatu atau sandal; permainan kampung seperti engrang, bakiak, membuat layang-layang, dan lain-lain; belajar kesenian khas Sunda seperti tari jaipong, angklung, calung, dan lain-lain; wisata kuliner yaitu belajar dan mencicipi makanan dan camilan khas; serta wisata sejarah, yaitu trekking ke sumur Sijalatunda, taman Sri Bagenda, dan berbagai situs bersejarah seperti Situs Batu Karut, Situs Punden Majussi, Situs Dolmen, dan situs lainnya di Desa Pasir Eurih. Selain itu, desa wisata Tamansari juga menawarkan wisata ke objek wisata di sekitar Desa Pasir Eurih di Kecamatan Tamansari seperti ke pura Parahyangan Agung Jagatkarta, belajar mengenai tanaman hias, dan belajar budidaya jamur tiram di Desa Tamansari. Tak hanya itu, desa wisata Pasir Eurih juga menawarkan pengalaman hidup di perdesaan secara menyeluruh dengan tinggal di rumah warga setempat.

Desa wisata Pasir Eurih sangat berpotensi sebagai atraksi agrowisata utama karena memiliki berbagai atraksi wisata yang mengeksplor kehidupan perdesaan


(44)

secara langsung dan menyuluruh. Atraksi semacam itu merupakan atraksi unik bagi warga perkotaan. Selain itu, desa wisata Pasir Eurih dikelola langsung oleh masyarakat setempat dan memberi keuntungan langsung bagi mayarakat baik secara tangible maupun intangible. Desa wisata Pasir Eurih datang dari masyarakat, untuk masyarakat, dan oleh masyarakat. Pengurus desa wisata Pasir Eurih dibentuk sejak tahun 2009 meliputi orang tua dan pemuda. Beberapa di antaranya dahulunya bekerja bahkan termasuk tim inisiator Kampung Budaya Sindangbarang. Kantor desa wisata Pasir Eurih terletak di RW08 Desa Pasir Eurih, bersebrangan dengan Kampung Budaya Sindangbarang. Hal ini merupakan salah satu penghambat karena desa wisata Pasir Eurih dan Kampung Budaya Sindangbarang memiliki kepentingan yang serupa. Selain benturan kepentingan tersebut, penghambat lainnya adalah belum adanya sarana dan prasarana yang memadai seperti tempat parkir atau aula utama, akses jalan yang sempit untuk kepentingan wisata, dan transportasi umum yang langka.

D. Kampung Budaya Sindangbarang

Berdasarkan RIPPDA Kabupaten Bogor 2003-2008, Kampung Budaya Sindangbarang (KBS) adalah salah satu kampung adat di Jawa Barat yang terletak Jl. E. Sumawijaya, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari. Kampung budaya ini mulai dibangun pada tanggal 4 Maret 2007 dan diresmikan pada tanggal 4 September 2007. Tujuan utama dibangunnya kampung budaya ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas mengenai seni dan budaya masyarakat Desa Pasir Eurih sebagai kampung Sunda. Jabatan tertinggi dalam pengelolaan atau disebut Sang Rama dijabat oleh Bapak Maki Sumawijaya, pemilik KBS. KBS memiliki luas seluas 4 hektar, 1 hektar lahan bangunan dan 3 hektar lahan pertanian. Suasana di KBS dapat dilihat pada Gambar 15.

Daya tarik utama kampung budaya ini adalah wisata perdesaan, pengenalan kebudayaan dan seni Sunda, situs sejarah, dan home industry masyarakat setempat yaitu sandal dan sepatu. Setiap satu tahun sekali dilakukan upacara adat Seren Taun yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat Desa Pasir Eurih. Upacara ini

Gambar 14 Desa Pasir Eurih: suasana desa (a), kolam ikan (b), lapangan sebagai lahan parkir (c)

a b


(45)

merupakan cermin rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas segala kenikmatan yang diperoleh. Adapun kegiatan-kegiatan budaya yang dilakukan pada upacara ini antara lain seperti Majikeun Pare, Helaran Kesenian, Parebut Dongdang, serta berbagai atraksi kesenian khas Sunda. Di lokasi Sindang Barang telah diidentifikasi sebanyak 53 lokasi situs bersejarah peninggalan Kerajaan Sunda Padjadjaran pada abad XIV-XV, yang telah dan sedang diteliti oleh peneliti dari Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Fasilitas pendukung yang dapat digunakan di objek wisata ini yaitu berupa penginapan, tempat parkir, pemandu wisata lokal, toilet, papan penunjuk/signage, papan pengumuman, aula gamelan, dan ruang pertemuan.

Kampung Budaya Sindang Barang menyediakan berbagai fasilitas yang dapat digunakan oleh para pengunjung, seperti pasanggrahan (wisma tamu), bale pangriungan (tempat diskusi), imah panengen/pangiwa (rumah kokolot adat), saung talu (panggung pertunjukan), saung usung (tempat menumbuk padi), alun-alun (untuk bermain bersama/play group), dan area trekking. Kampung Budaya Sindangbarang menyediakan paket menginap semalam dan paket kunjungan sehari untuk anak sekolah, mahasiswa, dan umum. Paket kunjungan tersebut terdiri dari pengenalan bangunan di Kampung Adat, pemutaran film Seren Taun, melihat cara bercocok tanam padi ladang dan cara menumbuk padi di saung lisung, melakukan permainan anak-anak, melihat pertunjukan kesenian Sunda, dan kunjungan ke tempat-tempat cinderamata. KBS juga menyediakan fasilitas yang khas dan memadai untuk berlibur, acara diskusi, family gathering, arisan, reuni, perhelatan, maupun acara ulang tahun.

Adapun beberapa atraksi atau kegiatan yang biasa dilakukan di Kampung Budaya Sindang Barang, diantaranya yaitu upacara adat seren taun, pertunjukan kesenian Sunda, belajar gamelan Sunda, dan belajar tarian Sunda. Sedangkan permainan anak-anak tradisional yang biasa dilakukan anak-anak penduduk setempat di KBS adalah gatrik, galah, asin, dampuh, boy-boyan, engrang, oray-orayan, dan lain-lain. KBS sangat berpotensi untuk pengembangan agrowisata. KBS dapat menawarkan berbagai jenis rekreasi dan wisata secara lengkap dan

Gambar 15 Kampung Budaya Sindangbarang: suasana KBS (a), pasanggrahan (b), lahan pertanian (c)

a


(1)

Lampiran 2 Tabel hasil analisis persepsi dan preferensi masyarakat empat desa berpotensi (lanjutan)

No Variabel Frekuensi

8 Apakah ada kekhawatiran apabila agrowisata dikembangkan di desa

 Ya 33%

 Tidak 67%

PREFERENSI MASYARAKAT

1 Setujukah dengan konsep agrowisata berbasis masyarakat

 Setuju 100%

 Kurang Setuju 0%

 Tidak setuju 0%

2 Setujukah apabila agrowisata berbasis masyarakat diterapkan di desa

 Setuju 100%

 Kurang Setuju 0%

 Tidak setuju 0%

3 Apakah agrowisata berbasis masyarakat berpotensi diterapkan di desa

 Berpotensi 37%

 Cukup berpotensi 50%

 Kurang berpotensi 13%

4 Apakah bersedia terlibat dalam agrowisata berbasis masyarakat

 Bersedia 80%


(2)

Lampiran 3 Paket wisata Desa Wisata Pasir Eurih

Bogor Promotion

DESA WISATA PASIR EURIH

Jl. Dukuh Menteng Desa Pasir Eurih

KecamatanTamansari Kabupaten Bogor

Telp.08561814070, 085777044937

Email : asenk_kbs@yahoo.co.id

1. PAKET MULIH KALEMBUR (A)

Rp. 65.000,-/orang untuk umum minimum 60 orang

Rp. 45.000-/orang untuk pelajar/mahasiswa minimum 60 orang Dengan fasilitas sebagai berikut :

 Bale riungan (aula), makanan ringan, dan minuman  Sound system standar dengan microphone tanpa kabel

 Pengenalan sejarah Kampung Sindangbarang atau desa wisata  Trekking ke situs purbakala

 Menumbuk padi  Menanam padi

 Pengenalan alat masak tradisional  Permainan lembur (egrang dan bakiak)  Membuat layang-layang

Marak lauk (menangkap ikan di kolam)

 Pertunjukan kesenian (Reog, Jaipong dan Calung) 2. PAKET MULIH KALEMBUR (B)

Rp. 50.000,-/orang untuk umum minimum 30 orang

Rp. 40.000-/orang untuk pelajar/mahasiswa minimum 60 orang Dengan fasilitas sebagai berikut :

 Bale riungan (aula), makanan ringan, dan minuman  Sound system standar dengan microphone tanpa kabel

 Pengenalan sejarah Kampung Sindangbarang atau desa wisata  Membajak sawah

 Menumbuk padi  Menanam padi  Belajar tari Jaipong

 Permainan lembur (egrang dan bakiak)  Membuat layang-layang


(3)

3. PAKET MULIH KALEMBUR (C)

Rp. 50.000,-/orang untuk umum minimum 30 orang

Rp. 35.000-/orang untuk pelajar/mahasiswa minimum 60 orang Dengan fasilitas sebagai berikut :

 Bale riungan (aula), makanan ringan, dan minuman  Sound system standar dengan microphone tanpa kabel

 Pengenalan sejarah Kampung Sindangbarang atau desa wisata  Permainan lembur (egrang dan bakiak)

Marak lauk (menangkap ikan di kolam)  Bermain ke sungai ciapus

 Menumbuk padi  Menanam padi

 Pengenalan alat masak tradisional

 Membuat layang-layang atau kunjungan ke pengrajin sepatu/sandal 4. PAKET MULIH KALEMBUR (D)

Rp. 45.000,-/orang untuk umum minimum 30 orang

Rp. 30.000-/orang untuk pelajar/mahasiswa minimum 60 orang Dengan fasilitas sebagai berikut :

 Bale riungan (aula), makanan ringan, dan minuman  Sound system standar dengan microphone tanpa kabel

 Pengenalan sejarah Kampung Sindangbarang atau desa wisata  Permainan lembur (egrang dan bakiak)

Marak lauk (menangkap ikan di kolam)  Bermain ke sungai ciapus

 Menumbuk padi  Menanam padi

 Pengenalan alat masak tradisional 5. PAKET SONO KA LEMBUR

Rp. 50.000,-/orang minimum 4 orang dan bisa kapan saja tanpa harus

booking, merupakan paket wisata untuk keluarga kecil dengan kegiatan :  Membuat layang-layang atau keliling kampung atau kunjungan ke

pengrajin sepatu  Menumbuk padi  Menanam padi


(4)

6. PAKET SAWENGI DI LEMBUR (A)

Rp. 150.000,-/orang min 30 orang, + 10% apabila kurang dari 30 orang dengan fasilitas sebagai berikut :

 Akomodasi penginapan di homestay

 Bale riungan (aula)

Sound system standar dengan microphone tanpa kabel

 Pengenalan sejarah Kampung Sindangbarang atau desa wisata

 Trekking ke situs purbakala

 Berkunjung ke rumah industri warga pengrajin sepatu/sandal

 Menanam padi

 Pengenalan alat masak tradisional

 Permainan lembur (egrang dan bakiak)

Marak lauk (menangkap ikan di kolam)

 Bermain ke sungai Ciapus

 Pertunjukan kesenian (Reog, Jaipong, dan Calung)

 Makan tiga kali sehari parasmanan Ket : Apabila Week Day

7. PAKET SAWENGI DI LEMBUR (B)

Rp. 150.000,-/orang minimum 30 orang, dengan fasilitas sebagai berikut :

 Akomodasi penginapan di homestay

 Bale riungan (aula)

Sound system standar dengan microphone tanpa kabel

 Pengenalan sejarah Kampung Sindangbarang atau desa wisata

Ngukuy (mencari belut)

 Permainan lembur (egrang, nyumpit buah randu, dan bakiak)

Marak lauk (menangkap ikan di kolam)

 Bermain ke sungai Ciapus

 Pertunjukan kesenian (Reog, Jaipong, dan Calung)

 Makan tiga kali sehari parasmanan Ket : Apabila kurang dari 30 Orang, biaya +10%


(5)

Lampiran 4 Tabel responden analisis persepsi dan preferensi masyarakat

No Nama L/P Pekerjaan Kelompok

1 Adang L Kepala Desa Pasir Eurih Aparat Desa 2 Pipin P Bendahara Desa Pasir Eurih Aparat Desa

3 Siti Mariah P Desa Pasir Eurih Aparat Desa

4 Amin L Sekretaris Desa Tamansari Aparat Desa

5 Heriyadi L Desa Tamansari Aparat Desa

6 Welly L Desa Tamansari Aparat Desa

7 Encep Basuni L Sekretaris Desa Sukajadi Aparat Desa

8 Suhendi L Desa Sukajadi Aparat Desa

9 Sarip L Kepala Desa Sukaluyu Aparat Desa

10 Anwar L Sekretaris Desa Sukaluyu Aparat Desa

11 Zaenal P Buruh Masyarakat

12 Ida Yani P Usaha warung Masyarakat

13 Yurni L Guru Masyarakat

14 Yanah P Pedagang Masyarakat

15 Sopian L Pegawai Masyarakat

16 Arif L Pengusaha sepatu/sandal Masyarakat

17 Asep L Satpam Masyarakat

18 Nita P Usaha warung Masyarakat

19 Syarifudin L Buruh Masyarakat

20 Budi L Buruh Masyarakat

21 Idih L Pengusaha jamur tiram Wisata

22 Eko L Peternak Cordero Wisata

23 Deden L Ketua Desa Wisata Pasir Eurih Wisata 24 Suryana L Wakil Ketua Desa Wisata Pasir Eurih Wisata 25 Ukat L Kampung Budaya Sindangbarang Wisata

26 Arif L Pengusaha Tananaman Hias Wisata

27 Firman L Peternak Wisata

28 Wahyu L Peternak Wisata

29 Cucu P Pengusaha jamur tiram Wisata


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 16 Juli 1992 dari pasangan Ir. Nursyamsu Mahyuddin, M.Sc dan Prof. Dr. Ir Euis Sunarti, M.Si. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan usia dini di TKIT Sholahuddin Bogor (1995-1998), pendidikan dasar di SDIT Ummul Quro Bogor (1998-2004), pendidikan menengah pertama di SMPN 4 Bogor (2004-2007), dan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Bogor (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis diterima di IPB pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Penulis telah menyelesaikan mata kuliah minor Pengelolaan Jasa Lingkungan dan Ekowisata dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, sebagai pendukung studi mata kuliah mayor. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan di dalam maupun luar kampus IPB. Penulis merupakan staf Divisi Budaya, Olahraga, dan Seni BEM KM periode 2011 – 2012 dan staf Divisi Eksternal Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) periode 2012 – 2013. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan bhakti pendidikan di luar Kampus IPB yang diselenggarakan oleh Yayasan Bhakti Pendidikan Djarum sebagai penerima Beasiswa Djarum Plus pada tahun 2012 – 2013. Pada tahun 2012, penulis juga mendapatkan pendanaan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Artikel Ilmilah (PKM-AI) dengan judul “Desain Pusat Informasi Pengunjung Terpadu di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu”. Penulis juga berkesempatan belajar di Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang, dalam program pertukaran pelajar STEP@TUAT selama satu tahun pada tahun ketiga masa studinya.