Analisis Komoditi Unggulan Subsektor Tanaman Pangan di Sumatera Utara Tahun 2010 – 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maltus mengungkapkan dalam teorinya bahwa pertumbuhan penduduk melebihi
pertumbuhan ketersediaan makanan. Teori tersebut menjelaskan bahwa dunia
harus bersiap-siap untuk mengalami kekurangan bahan pangan. Kekurangan
ketersediaan bahan pangan menjadi masalah yang sangat menghawatirkan karena
mengingat bahwa pangan merupakan bagian dari kebutuhan primer atau
kebutuhan yang utama untuk dipenuhi terlebih dahulu.
Peranan pangan yang menjadikan pangan merupakan kebutuhan yang paling
penting untuk dipenuhi adalah sebagai sumber gizi antara lain karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral dan air. Terpenuhi kebutuhan akan zat gizi tersebut
dapat memberikan kesehatan bagi manusia sehingga manusia mampu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan penunjang hidup. Kegiatan-kegiatan penunjang
hidup termasuk antara lain bersosialisasi, bekerja, memenuhi kebutuhankebutuhan lainnya dan peningkatan taraf hidup.
Di Indonesia masalah pangan sudah menjadi masalah pokok. Setiap pergantian
kabinet pemerintahan maka sudah pasti memiliki agenda untuk pencapaian
swasembada pangan. Seluruh presiden yang telah menjabat selama peridoe
pemerintahannya tidak lepas untuk menghimbau menteri dan jajarannya untuk
melakukan pembangunan sektor pertanian khususnya tanaman pangan.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Pada tahun 2015 ini Presiden Republik Indonesia telah mengumumkan niatnya
untuk memperhatikan masalah pangan. Pencapaian swasembada pangan tersebut
telah disosialisasikan dan dijadikan sebagai program resmi nasional oleh presiden.
Hal ini berarti bahwa setiap menteri atau seluruh stakeholder terkait harus turut
andil dalam program tersebut. Menurut kompasiana (2015), ada yang menarik
dengan program swasembada pangan yang disosialisasikan oleh presiden pada
tahun ini yaitu wacana akan melakukan pemecatan terhadap dua kementeriaannya
yaitu Kementerian Pertanian dan Kementeriaan Perindustrian apabila swasembada
pangan tersebut mencapai hasil yang sangat buruk.
Langkah mudah untuk mencapai swasembada pangan secara nasional adalah
dengan mensukseskan terlebih dahulu swasembada pangan di setiap provinsi.
Pencapaian di setiap provinsi akan lebih terasa mudah karena dengan konsentrasi
yang lebih sempit. Provinsi yang secara nyata telah menyatakan ikut berperan
untuk mencapai swasembada pangan nasional melalui pendekatan pencapaian
swasembada pangan regional antara lain Sumatera Utara.
Dalam acara Pencanangan Swasembada Pangan Tingkat Provinsi Sumut di Desa
Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
pada 16 Januari 2015 lalu Gubernur Sumatera Utara mengungkapkan bahwa
pemerintah yang telah didukung Kodam I/BB menargetkan produksi padi di tahun
2015 sebesar 4.155.590 ton gabah kering giling, produksi jagung 1.309.912 ton,
dan kedelai 11.729 ton (Humas Pemprovsu, 2015). Deklarasi ini berarti
menyatakan bahwa Sumatera Utara yang merupakan bagian dari Indonesia siap
untuk terlibat langsung dalam pencapaian swasembada pangan. Program ini
Universitas Sumatera Utara
3
berupaya untuk tidak hanya melakukan pembangunan sektor tanaman pangan
dengan komoditas padi sawah saja tetapi juga padi ladang, jagung, kacang tanah,
ubi kayu, dan ubi jalar.
Penelitian Hasibuan (2014) berjudul “Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras
Sumber Karbohidrat Di Kecamatan Medan Tuntungan” mengungkapakan data
untuk mendorong seluruh pihak terkait di Sumatera Utara harus segera melakukan
pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan. Data yang dipublikasikan
oleh Susenas pada tahun 2008 mengenai pola konsumsi pangan masyarakat di
Provinsi Sumatera Utara masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang. Dalam
penelitiannya menyatakan pola konsumsi masyarakat Sumatera Utara masih
belum beragam, bergizi dan seimbang dan hanya didominasi oleh padi-padian.
Salah satu faktor yang menjadi penghalang dalam pemenuhan gizi seimbang
tersebut adalah ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dengan
pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan.
Penilitian berikutnya yang menyatakan bahwa Sumatera Utara merupakan daerah
dengan status darurat swasembada pangan adalah penelitian oleh Selfia Reni
Parange Sinaga bersama dengan Satia Negara Lubis dan Salmiah dengan judul
“Analisis Forecasting Ketersediaan Pangan 2015 Dalam Rangka Pemantapan
Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara”. Penelitian tersebut mengungkapkan
data bahwa laju pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara adalah 1,1 persen
dengan jumlah penduduk 12,9 juta jiwa dan perkiraan untuk tahun 2015 akan
mencapai 250 juta jiwa. Hal ini akan menjadi alasan mendasar yang menjadikan
ketersediaan pangan berkurang.
Universitas Sumatera Utara
4
Untuk konsumsi beras masyarakat Sumatera Utara pada tahun 2010 dalam
penelitian tersebut menyatakan bahwa umumnya 314,4 gram per kapita per hari
atau 114,8 kg per kapita per tahun. Hal ini menjadikan Sumatera Utara memiliki
ketergantungan terhadap produk pangan impor karena pada dasarnya konsumsi
beras ideal menurut pola pangan harapan yaitu 275 gram per kapita per hari atau
100,38 kg per kapita per tahun. Selama tidak ada konsentrasi pada pembangunan
pertanian di subsektor tanaman pangan maka ketergantungan terhadap pangan
impor akan terus terjadi.
Pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan secara umum dapat
dilakukan dengan cara mengkonsentrasikan pembangunan terhadap komoditikomoditi yang menjadi unggulan. Metode ini dapat dan layak untuk diaplikasikan
di Sumatera Utara sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap penyediaan
pangan di Sumatera Utara. Konsentrasi pembangunan terhadap komoditi unggulan
yang ada di daerah-daerah Sumatera Utara akan memampukan daerah tersebut
untuk memenuhi kebutuhan pangan di daerah tersebut bahkan mungkin memiliki
kelebihan produksi
dalam
rangka pemenuhan kebutuhan akan
pangan
kabupaten/kota.
Secara teknis metode yang diharapkan untuk dapat terciptanya pemenuhan
kebutuhan pangan di Sumatera Utara adalah sebagai berikut misalkan sebuah
Kabupaten A di Sumatera Utara yang memproduksi ubi jalar sebagai komoditi
unggulannya namun kurang dalam produksi padi dan Kabupaten B yang juga ada
di Suamtera Utara memproduksi padi sebagai komoditi unggulannya namun
kurang dalam memproduksi ubi jalar. Ketika kabupaten tersebut berkonsentrasi
Universitas Sumatera Utara
5
pada pembangunan subsektor tanaman pangan komoditi unggulan masing-masing
dengan asumsi tingkat keberhasilan yang memberikan jumlah produksi melebihi
kebutuhan di masing-masing kabupaten maka kelebihan tersebut dapat
didistribusikan silang sehingga terwujudnya variasi pangan dan ketersediaan
pangan di Sumatera Utara.
Gambar 1.1 Skema Pemenuhan Kebutuhan Pangan Melalui Metode
Pembangunan Komoditi Unggulan di Sumatera Utara
SUMATERA UTARA
KABUPATEN A
KABUPATEN B
Keunggulan produksi :
Ubi Jalar
Beras
Kelemahan produksi :
Beras
Ubi Jalar
Ubi Jalar
Beras
Beras
Ubi Jalar
Pembangunan komoditi
unggulan
Kelebihan produksi
:
Kekurangan produksi :
Swasembada pangan
Sumatera Utara
Uraian-uraian diatas menarik penulis untuk melakukan penelitian untuk
menganalisis komoditi unggulan yang ada di Sumatera Utara dengan meninjau
komoditi yang diunggulkan untuk tiap kabupaten/kota. Hal ini yang diharapkan
mampu untuk membantu meningkatkan produksi sehingga terwujudnya
keberhasilan swasembada pangan di Sumatera Utara. Hal ini berkaitan erat
dengan agenda kerja Gubernur Sumatera Utara pada tahun 2015 untuk mencapai
Universitas Sumatera Utara
6
swasembada pangan. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “Analisis Komoditi
Unggulan Subsektor Tanaman Pangan Di Sumatera Utara Tahun 2010 – 2014”.
1.1 Identifikasi Masalah
Adapun masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Bagaimana kondisi produksi tanaman pangan di Sumatera Utara selama
periode tahun 2010 - 2014?
2. Bagaimana analisis nilai LQ tanaman pangan untuk dapat mengidentifikasi
komoditi unggulan di Sumatera Utara selama peridoe 2010 - 2014?
3. Bagaimana nilai LQ untuk menentukan komoditi unggulan tanaman pangan
kabupaten/kota di Sumatera Utara selama periode 2010 – 2014 sehingga dapat
terwujudnya pembangunan subsektor tanaman pangan per kabupaten/kota?
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun penulis melakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perkembangan produksi tanaman pangan di Sumatera
Utara selama periode tahun 2010 – 2014.
2. Untuk menganalisis identifikasi komoditi unggulan tanaman pangan di
Sumatera Utara selama periode tahun 2010 – 2014.
3. Untuk menganalisis identifikasi komoditi unggulan tanaman pangan di
kabupaten/kota Sumatera Utara selama periode tahun 2010 – 2014.
Universitas Sumatera Utara
7
1.3 Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dengan baik dan tepat.
Oleh karena itu penulis melakukan penelitian diharaapakan agar penelitian dapat
dimanfaatkan sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi petani baik perorangan (petani rakyat) maupun
perusahaan (berbadan hukum) tentang komoditi unggulan dan pembangunan
pertanian di daerah penelitian dan kondisi pertanian tanaman pangan di
Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam melakukan kebijakan
konsentrasi pengembangan pertanian terhadap komoditi unggulan yang telah
dianalisis di daerah penelitian rangka untuk mendukung keberhasilan
swasembada pangan provinsi dan nasional.
3. Sebagai bahan rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang
pembangunan pertanian dan pembangunan perekonomian berbasis sektor
pertanian khusunya tanaman pangan di daerah penelitian.
4. Sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan melalui
penelitian rancangan bahan pangan alternatif selain beras berdasarkan
komoditas unggulan wilayah untuk keberhasilan swasembada pangan
provinsi.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maltus mengungkapkan dalam teorinya bahwa pertumbuhan penduduk melebihi
pertumbuhan ketersediaan makanan. Teori tersebut menjelaskan bahwa dunia
harus bersiap-siap untuk mengalami kekurangan bahan pangan. Kekurangan
ketersediaan bahan pangan menjadi masalah yang sangat menghawatirkan karena
mengingat bahwa pangan merupakan bagian dari kebutuhan primer atau
kebutuhan yang utama untuk dipenuhi terlebih dahulu.
Peranan pangan yang menjadikan pangan merupakan kebutuhan yang paling
penting untuk dipenuhi adalah sebagai sumber gizi antara lain karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral dan air. Terpenuhi kebutuhan akan zat gizi tersebut
dapat memberikan kesehatan bagi manusia sehingga manusia mampu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan penunjang hidup. Kegiatan-kegiatan penunjang
hidup termasuk antara lain bersosialisasi, bekerja, memenuhi kebutuhankebutuhan lainnya dan peningkatan taraf hidup.
Di Indonesia masalah pangan sudah menjadi masalah pokok. Setiap pergantian
kabinet pemerintahan maka sudah pasti memiliki agenda untuk pencapaian
swasembada pangan. Seluruh presiden yang telah menjabat selama peridoe
pemerintahannya tidak lepas untuk menghimbau menteri dan jajarannya untuk
melakukan pembangunan sektor pertanian khususnya tanaman pangan.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Pada tahun 2015 ini Presiden Republik Indonesia telah mengumumkan niatnya
untuk memperhatikan masalah pangan. Pencapaian swasembada pangan tersebut
telah disosialisasikan dan dijadikan sebagai program resmi nasional oleh presiden.
Hal ini berarti bahwa setiap menteri atau seluruh stakeholder terkait harus turut
andil dalam program tersebut. Menurut kompasiana (2015), ada yang menarik
dengan program swasembada pangan yang disosialisasikan oleh presiden pada
tahun ini yaitu wacana akan melakukan pemecatan terhadap dua kementeriaannya
yaitu Kementerian Pertanian dan Kementeriaan Perindustrian apabila swasembada
pangan tersebut mencapai hasil yang sangat buruk.
Langkah mudah untuk mencapai swasembada pangan secara nasional adalah
dengan mensukseskan terlebih dahulu swasembada pangan di setiap provinsi.
Pencapaian di setiap provinsi akan lebih terasa mudah karena dengan konsentrasi
yang lebih sempit. Provinsi yang secara nyata telah menyatakan ikut berperan
untuk mencapai swasembada pangan nasional melalui pendekatan pencapaian
swasembada pangan regional antara lain Sumatera Utara.
Dalam acara Pencanangan Swasembada Pangan Tingkat Provinsi Sumut di Desa
Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
pada 16 Januari 2015 lalu Gubernur Sumatera Utara mengungkapkan bahwa
pemerintah yang telah didukung Kodam I/BB menargetkan produksi padi di tahun
2015 sebesar 4.155.590 ton gabah kering giling, produksi jagung 1.309.912 ton,
dan kedelai 11.729 ton (Humas Pemprovsu, 2015). Deklarasi ini berarti
menyatakan bahwa Sumatera Utara yang merupakan bagian dari Indonesia siap
untuk terlibat langsung dalam pencapaian swasembada pangan. Program ini
Universitas Sumatera Utara
3
berupaya untuk tidak hanya melakukan pembangunan sektor tanaman pangan
dengan komoditas padi sawah saja tetapi juga padi ladang, jagung, kacang tanah,
ubi kayu, dan ubi jalar.
Penelitian Hasibuan (2014) berjudul “Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras
Sumber Karbohidrat Di Kecamatan Medan Tuntungan” mengungkapakan data
untuk mendorong seluruh pihak terkait di Sumatera Utara harus segera melakukan
pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan. Data yang dipublikasikan
oleh Susenas pada tahun 2008 mengenai pola konsumsi pangan masyarakat di
Provinsi Sumatera Utara masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang. Dalam
penelitiannya menyatakan pola konsumsi masyarakat Sumatera Utara masih
belum beragam, bergizi dan seimbang dan hanya didominasi oleh padi-padian.
Salah satu faktor yang menjadi penghalang dalam pemenuhan gizi seimbang
tersebut adalah ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dengan
pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan.
Penilitian berikutnya yang menyatakan bahwa Sumatera Utara merupakan daerah
dengan status darurat swasembada pangan adalah penelitian oleh Selfia Reni
Parange Sinaga bersama dengan Satia Negara Lubis dan Salmiah dengan judul
“Analisis Forecasting Ketersediaan Pangan 2015 Dalam Rangka Pemantapan
Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara”. Penelitian tersebut mengungkapkan
data bahwa laju pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara adalah 1,1 persen
dengan jumlah penduduk 12,9 juta jiwa dan perkiraan untuk tahun 2015 akan
mencapai 250 juta jiwa. Hal ini akan menjadi alasan mendasar yang menjadikan
ketersediaan pangan berkurang.
Universitas Sumatera Utara
4
Untuk konsumsi beras masyarakat Sumatera Utara pada tahun 2010 dalam
penelitian tersebut menyatakan bahwa umumnya 314,4 gram per kapita per hari
atau 114,8 kg per kapita per tahun. Hal ini menjadikan Sumatera Utara memiliki
ketergantungan terhadap produk pangan impor karena pada dasarnya konsumsi
beras ideal menurut pola pangan harapan yaitu 275 gram per kapita per hari atau
100,38 kg per kapita per tahun. Selama tidak ada konsentrasi pada pembangunan
pertanian di subsektor tanaman pangan maka ketergantungan terhadap pangan
impor akan terus terjadi.
Pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan secara umum dapat
dilakukan dengan cara mengkonsentrasikan pembangunan terhadap komoditikomoditi yang menjadi unggulan. Metode ini dapat dan layak untuk diaplikasikan
di Sumatera Utara sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap penyediaan
pangan di Sumatera Utara. Konsentrasi pembangunan terhadap komoditi unggulan
yang ada di daerah-daerah Sumatera Utara akan memampukan daerah tersebut
untuk memenuhi kebutuhan pangan di daerah tersebut bahkan mungkin memiliki
kelebihan produksi
dalam
rangka pemenuhan kebutuhan akan
pangan
kabupaten/kota.
Secara teknis metode yang diharapkan untuk dapat terciptanya pemenuhan
kebutuhan pangan di Sumatera Utara adalah sebagai berikut misalkan sebuah
Kabupaten A di Sumatera Utara yang memproduksi ubi jalar sebagai komoditi
unggulannya namun kurang dalam produksi padi dan Kabupaten B yang juga ada
di Suamtera Utara memproduksi padi sebagai komoditi unggulannya namun
kurang dalam memproduksi ubi jalar. Ketika kabupaten tersebut berkonsentrasi
Universitas Sumatera Utara
5
pada pembangunan subsektor tanaman pangan komoditi unggulan masing-masing
dengan asumsi tingkat keberhasilan yang memberikan jumlah produksi melebihi
kebutuhan di masing-masing kabupaten maka kelebihan tersebut dapat
didistribusikan silang sehingga terwujudnya variasi pangan dan ketersediaan
pangan di Sumatera Utara.
Gambar 1.1 Skema Pemenuhan Kebutuhan Pangan Melalui Metode
Pembangunan Komoditi Unggulan di Sumatera Utara
SUMATERA UTARA
KABUPATEN A
KABUPATEN B
Keunggulan produksi :
Ubi Jalar
Beras
Kelemahan produksi :
Beras
Ubi Jalar
Ubi Jalar
Beras
Beras
Ubi Jalar
Pembangunan komoditi
unggulan
Kelebihan produksi
:
Kekurangan produksi :
Swasembada pangan
Sumatera Utara
Uraian-uraian diatas menarik penulis untuk melakukan penelitian untuk
menganalisis komoditi unggulan yang ada di Sumatera Utara dengan meninjau
komoditi yang diunggulkan untuk tiap kabupaten/kota. Hal ini yang diharapkan
mampu untuk membantu meningkatkan produksi sehingga terwujudnya
keberhasilan swasembada pangan di Sumatera Utara. Hal ini berkaitan erat
dengan agenda kerja Gubernur Sumatera Utara pada tahun 2015 untuk mencapai
Universitas Sumatera Utara
6
swasembada pangan. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “Analisis Komoditi
Unggulan Subsektor Tanaman Pangan Di Sumatera Utara Tahun 2010 – 2014”.
1.1 Identifikasi Masalah
Adapun masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Bagaimana kondisi produksi tanaman pangan di Sumatera Utara selama
periode tahun 2010 - 2014?
2. Bagaimana analisis nilai LQ tanaman pangan untuk dapat mengidentifikasi
komoditi unggulan di Sumatera Utara selama peridoe 2010 - 2014?
3. Bagaimana nilai LQ untuk menentukan komoditi unggulan tanaman pangan
kabupaten/kota di Sumatera Utara selama periode 2010 – 2014 sehingga dapat
terwujudnya pembangunan subsektor tanaman pangan per kabupaten/kota?
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun penulis melakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perkembangan produksi tanaman pangan di Sumatera
Utara selama periode tahun 2010 – 2014.
2. Untuk menganalisis identifikasi komoditi unggulan tanaman pangan di
Sumatera Utara selama periode tahun 2010 – 2014.
3. Untuk menganalisis identifikasi komoditi unggulan tanaman pangan di
kabupaten/kota Sumatera Utara selama periode tahun 2010 – 2014.
Universitas Sumatera Utara
7
1.3 Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dengan baik dan tepat.
Oleh karena itu penulis melakukan penelitian diharaapakan agar penelitian dapat
dimanfaatkan sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi petani baik perorangan (petani rakyat) maupun
perusahaan (berbadan hukum) tentang komoditi unggulan dan pembangunan
pertanian di daerah penelitian dan kondisi pertanian tanaman pangan di
Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam melakukan kebijakan
konsentrasi pengembangan pertanian terhadap komoditi unggulan yang telah
dianalisis di daerah penelitian rangka untuk mendukung keberhasilan
swasembada pangan provinsi dan nasional.
3. Sebagai bahan rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang
pembangunan pertanian dan pembangunan perekonomian berbasis sektor
pertanian khusunya tanaman pangan di daerah penelitian.
4. Sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan melalui
penelitian rancangan bahan pangan alternatif selain beras berdasarkan
komoditas unggulan wilayah untuk keberhasilan swasembada pangan
provinsi.
Universitas Sumatera Utara