Analisis Komoditi Unggulan Subsektor Tanaman Pangan di Sumatera Utara Tahun 2010 – 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tanaman Pangan
Bahan pangan di setiap wilayah berbeda-beda sesuai dengan keadaan tempat dan
budaya. Biasanya tanaman pangan yang digunakan adalah berasal dari tanamnan
baik dari serealia seperti beras, jagung, kedelai, maupun umbi-umbian seperti, ubi
kayu, ubi jalar, kentang dan talas.
Untuk Sumatera Utara kebanyakan memanfaatkan tanaman pangan sebagai
berikut : padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar dan ubi kayu.
(1) Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting
dalam peradaban. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari
semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun, padi merupakan sumber
karbohidrat

utama

bagi

mayoritas


penduduk

dunia.

Berdasarkan

keanekaragaman budidaya padi maka padi dibedakan atas padi sawah
maupun padi gogo (padi ladang). Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras
(Wikipedia. 2015).
(2) Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil
karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk
Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok,
sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di
Indonesia. Pada masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting
pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan

8
Universitas Sumatera Utara

9


bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi
bahan baku berbagai produk industri (Wikipedia. 2015).
(3) Kedelai (Glycine L, sp) atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman pangan
berasal dari polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari
Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Kedelai merupakan sumber utama
protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah
Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di
luar Asia setelah 1910. Produk olahan kedelai antara lain : tahu, tempe, kecap,
susu kedelai, dan berbagai macam makanan ringan (Wikipedia. 2015).
(4) Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polong-polongan atau
legum anggota suku Fabaceae yang dibudidayakan, serta menjadi kacangkacangan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman yang
berasal dari benua Amerika ini tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm
(1 hingga 1½ kaki) dengan daun-daun kecil tersusun majemuk. Di Indonesia,
kacang tanah dikenal pula sebagai kacang una, suuk (Sd.), kacang jebrol,
kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, serta kacang banggala. Dalam
perdagangan internasional kacang tanah disebut sebagai peanut, groundnut
(Wikipedia. 2015).
(5) Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (Manihot utilissima) adalah perdu
tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal

luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai
sayuran (Wikipedia. 2015).
(6) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman
budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi

Universitas Sumatera Utara

10

dengan kadar gizi (karbohidrat) yang tinggi. Di Afrika, umbi ubi jalar
menjadi salah satu sumber makanan pokok yang penting. Di Asia, selain
dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga dibuat sayuran. Terdapat
pula ubi jalar yang dijadikan tanaman hias karena keindahan daunnya
(Wikipedia. 2015).
2.1.2 Pembangunan Pertanian
Todaro (2006) mendefiniskan pembangunan sebagai upaya suatu masyarakat
melalui serangkaian kombinasi proses baik sosial, ekonomi, dan institusional
bertujuan untuk tercapainya “kehidupan yang serba lebih baik”. Jika dikaitkan
dengan pembangunan pertanian maka kehidupan yang serba lebih baik tersebut
dapat diartikan sebagai produksi yang lebih baik, input produksi yang lebih baik,

kelembagaan yang lebih baik, tata niaga yang lebih baik dan hasil pertanian yang
lebih baik. Hal tersebut dicapai melalui serangkaian proses perbaikan dari setiap
komponen yang ada dalam pertanian antara lain perbaikan dalam proses pra
produksi, produksi, serta pasca produksi.
Iyan (2014) dalam penelitiannya menuliskan isi pidato kenegaraan Presiden
Republik Indonesia tanggal 16 Agustus 2007 mengenai revitalisasi pertanian yang
pelaksanaannya masih dalam proses penyelesaian yang disebut sebagai
Pancayasa. Pancayasa tersebut terdiri dari :
(1) pembangunan/perbaikan infrastruktur pertanian, termasuk infrastruktur
perbenihan, riset dan sebagainya
(2) penguatan kelembagaan petani melalui penumbuhan dan penguatan kelompok
tani

Universitas Sumatera Utara

11

(3) perbaikan penyuluhan melalui penguatan lembaga penyuluhan dan tenaga
penyuluh
(4) perbaikan pembiayaan pertanian melalui perluasan akses petani ke sistem

pembiayaan, dan
(5) penciptaan sistem pasar pertanian untuk dapat dilakukan agar dukungan yang
diberikan dapat meingkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian akan
berkelanjutan
Jika pengertian pembangunan pertanian tersebut dikonsentrasikan kepada
pembangunan di subsektor tanaman pangan maka kegiatan yang ditujukan untuk
mencapai produksi yang lebih baik, input produksi yang lebih baik, kelembagaan
yang lebih baik, tata niaga yang lebih baik dan hasil pertanian yang lebih baik.
Pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan tersebut diharapkan dapat
dilakukan secara konsisten sehingga pembangunan di subsektor tanaman pangan
dapa berlanjut.
Turner et al (1993) dalam Nainggolan (2012) mendefiniskan bahwa pembangunan
berkelanjutan sebagai upaya memaksimalkan manfaat bersih pembangunan
ekonomi dengan syarat mempertahankan dan meningkatkan jasa, kualitas dan
kuantitas

sumber

daya


alam

sepanjang

waktu.

Sutamihardja

(2004)

mengungkapkan sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup upaya untuk
mewujudkan beberapa hal, yaitu :
(1) pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi artinya
pemanfaatan sumber daya alam yang memperhatikan batas kewajaran dan
memperhatikan ekosistem lingkungan

Universitas Sumatera Utara

12


(2) pengamanan terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup,
pencegahan atas gangguan ekosistem dalam rangka menjamin kualitas
kehidupan yang baik bagi generasi mendatang
(3) mempertahankan kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan baik masa kini
maupun masa datang
Pembangunan pertanian berkelanjutan dalam sektor pertanian dapat diartikan
bahwa pembanguan dengan memanfaatan sumber daya alam yang tepat dalam
kegiatan pertanian dengan memperhatikan kelestarian ekosistem guna tercapainya
kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan baik untuk masa kini dan masa datang.
Berkaitan dengan penjabaran manfaat pembangunan berkelanjutan maka untuk
subsektor tanaman pangan memiliki pengertian memanfaatkan sumber daya alam
yang tepat dalam produksi subsektor tanaman pangan dengan tujuan menjaga
ketersediaan bahan pangan untuk kesejahteraan rakyat.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Konsep Komoditi Unggulan
Konsep komoditas unggulan merupakan sebuah pemikiran untuk menentukan
komoditi yang memiliki posisi strategis yang didasarkan pada kemampuan atau
daya dukung di suatau wilayah. Daya dukung atau kemampuan suatau wilayah
tersebut antara lain kondisi tanah dan iklim, sosial ekonomi, kelembagaan, sarana
dan prasarana, serta kondisi sosial budaya di suatu wilayah tersebut.

Subsektor tanaman pangan memiliki beberapa komoditi yang diunggulkan antara
lain adalah padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan
ubi jalar. Komoditi tersebut yang menjadi andalan karena nilai gizi yang

Universitas Sumatera Utara

13

dibutuhkan oleh masyarakat serta memiliki tingkat produksi yang secara umum
patut diperhatikan.
Alkadri (2001) menjelaskan beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam
menentukan komoditas unggulan, yaitu :
(1) Komoditi unggulan memberikan kontribusi pada peningkatan produksi,
pendapatan dan pengeluaran secara signifikan
(2) Memiliki daya saing dengan produk-produk lainnya yang sejenis baik di pasar
nasional maupun internasional dalam hal harga produk, biaya produksi dan
kualitas pelayanan
(3) Memiliki pasar (konsumen) yang cukup luas dan pemasok bahan baku yang
tidak hanya berasal dari wilayah tersebut
(4) Peningkatan teknologi karena adanya inovasi-inovasi dalam kegiatan produksi

(5) Tenaga kerja yang optimal dan berkualitas tersedia secara optimal
(6) Dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang
(7) Tidak mudah terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal dan internal yang
berubah-berubah
(8) Pengembangan harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan, misalnya
keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas
insentif/disinsentif dan lain-lain.
(9) Pengembangan berorientasi pada kelestarian sumberdaya dan lingkungan.
Keunggulan komperatif bagi suatu komoditi dalam suatu daerah adalah bahwa
komoditi tersebut lebih baik/unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerah
tersebut. Keunggulan dalam hal ini adalah perbandingan dan bukan dalam bentuk

Universitas Sumatera Utara

14

nilai tambah riil. Keunggulan komperatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang
secara perbandingan lebih menguntunngkan dengan kegiatan ekonomi lain bagi
pengembangan daerah (Tarigan. 2007)
Untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dapat dilakukan dengan strategi

pengembangan agribisnis dalam konsep industri pertanian dilakukan secara
efisien dan keberlanjutan dengan cara mewujudkan konsolidasi usahatani yang
terkoordinasi secara vertikal sehingga produk akhir sesuai dengan preferensi
konsumen akhir (Simatupang. 1995).
2.2.2 Analisis Location Quotient
Analisis Location quotient (LQ) adalah suatu metode membandingkan sebuah
variabel suatu wilayah dengan variabel yang sama dengan wilayah yang lebih
luas. Metode analisis ini dapat digunakan untuk menggambarkan kapasitas ekspor
maupun import yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Dengan metode ini perencana
dapat mengetahui komoditi paling baik yang dimiliki oleh daerah dibandingkan
dengan daerah yang tingkatannya lebih tinggi atau sektor lain yang memiliki
kategori yang sama (Tarigan. 2007).
Pada suatu daerah yang menunjukkan nilai LQ > 1 maka potensi daerah yang
ditunjukkan adalah positif. Potensi positif yang digunakan dalam strategi
pengembangan daerah. Sebaliknya pada daerah yang nilai LQ < 1 menunjukkan
potensi daerah negatif maka faktor-faktor yang menyebabkan potensi daerah
lemah maka perlu diperhatikan apakah segera ditanggulangi atau tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan daerah secara keseluruhan,
sehingga bisa dianggap tidak prioritas (Lembaga Administrasi Negara. 2007).


Universitas Sumatera Utara

15

Metode LQ memiliki keunggulan, antara lain melalui metode ini maka dapat
menggambarkan perhitungan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung. Metode
ini merupakan metode sederhana namun dapat digunakan pada data historis untuk
mengetahui trend. Kelemahan pada metode LQ adalah metode ini mengasumsikan
bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan bangsa
dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sama dengan
produktivitas tiap pekerja dalam industri-industri secara keseleruhan dalam
tingkat nasional (Lembaga Administrasi Negara. 2007).
2.3 Penelitian Empirik
Dewi Savitri pada tahun 2008 melakukan penelitian dengan objek penelitian
adalah perekonomian Pulau Sumatera dengan judul “Analisis Identifitikasi Sektor
Unggulan dan Struktur Ekonomi Pulau Sumatera”. Penelitian ini menunjukkan
bahwa Pulau Sumatera secara keseluruhan memiliki subsektor tanaman pangan
yang tidak memiliki spesialisasi tetapi memiliki keunggulan kompetitif melalui
analisis shift share dan pada nilai LQ untuk tanaman pangan di Pulau Sumatera
menunjukkan bahwa belum mampu memenuhi ketersediaan untuk menjadi
ssubektor basis di Pulau Sumatera.
Hotden Leonardo Nainggolan dan Johndikson Aritonang pada tahun 2012 dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa komoditi unggulan pada subsektor tanaman
pangan di Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara adalah padi
sawah, komoditi jagung, dan komoditi kacang tanah. Penelitian ini berjudul
“Pengembangan Pertanian Berbasis Komoditi Unggulan Dalam Rangka

Universitas Sumatera Utara

16

Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus Kabupaten Humbang Hasundutan)
dengan metode analisis Location Quetiont (LQ).
2.4 Kerangka Pemikiran
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian memiliki program untuk
pembangunan pertanian di Indonesia.. Pembangunan pertanian dapat memberikan
kontribusi untuk terciptanya swasembada pangan di Indonesia. Swasembada
pangan yang dimaksud tidak hanyalah padi penghasil beras tetapi juga termasuk
tanaman pangan lainnya. Pemerintah Indonesia menghimbau seluruh jajaran
Provinsi untuk mendukung program tersebut sehingga terwujudnya pembangunan
pertanian secara berkelanjutan agar swasembada pangan tersebut dapat tercapai.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mendukung program pemerintah Indonesia
untuk melaksanakan pembangunan pertanian dengan tujuan untuk terciptanya
swasembada pangan. Pencanangan pembangunan pertanian khususnya di
subsektor tanaman pangan Sumatera Utara yang direncanakan Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara dapat dilakukan dengan konsentrasi terhadap
pengembangan komoditi unggulan di subsektor itu sendiri. Komoditi unggulan
tersebut dikembangkan berdasarkan komoditi yang menjadi prioritas di Sumatera
Utara tersebut. Pengembangan komoditi unggulan pada tanaman pangan tersebut
dapat memberikan konsentrasi dalam rangka pembangunan pertanian di subsektor
tanaman pangan sehingga dapat terwujudnya pembangunan pertanian di
Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

17

Perencanaan Pembangunan Pertanian Indonesia

Pencapaian Swasembada Pangan Indonesia

Pencanangan Swasembada Pangan Sumatera Utara

Pembangunan Pertanian Subsektor Tanaman Pangan
di Sumatera Utara

Potensi Komoditi Unggulan

Analisis Location
Quotient

Pembangunan Subsektor Tanaman Pangan
melalui pembangunan prioritas komoditi unggulan

: menyatakan hubungan
Gambar 2.1 Kerangka Pemikirian

Universitas Sumatera Utara

18

2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pendugaan yang dapat dijadikan sebagai jawaban sementara
untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang diungkapkan dalam penelitian.
Hipotesis untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perkembangan tanaman pangan di Sumatera Utara mengalami penurunan
produksi
2. Komoditi tanaman pangan yang menjadi unggulan di Sumatera Utara adalah
padi.
3. Komoditi tanaman pangan yang menjadi unggulan untuk tiap kabupaten/kota
di Sumatera Utara adalah padi.

Universitas Sumatera Utara