Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

18

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh
dunia. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil
(normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari 4 bulan sampai 6 bulan,
triwulan ketiga dari bulan 7 sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2006).
Menurut WHO tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara
Asia Tenggara seperti Malaysia (29/100.000 kelahiran hidup), Thailand (48/100.000
KH), Vietnam (59/100.000 KH), serta Singapore (3/100.000 KH). Dibandingkan
dengan negara-negara maju, angkanya sangat jauh berbeda seperti Australia
(7/100.000 KH) dan Jepang (5/100.000 KH) (WHO, 2011).
Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih cukup
tinggi dibandingkan negara-negara lain, padahal Angka Kematian Ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, untuk
angka kematian bayi tahun 2003-2007 sebesar 34 per 1.000 KH. Angka ini masih

1

19

cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara–negara tetangga (Kemenkes,
2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari
derajat kesehatan masyarakat. AKI mengacu pada jumlah wanita yang meninggal dari
suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya
(tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan
dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam
pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status
kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan
melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya
indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan ( Dinkes Provsu, 2013).

AKI di Sumatera Utara pada tahun 2007 yaitu 275 per 100.000 KH dan pada
tahun 2012 sebanyak 106 per 100.000 KH sedangkan AKB pada tahun 2007 terdapat
sebanyak 26 AKB per 1.000 KH dan pada tahun 2012 terdapat AKB sebanya 8 per
1.000 KH (Dinkes Provsu, 2013). Terdapat beberapa kab/kota di Provinsi Sumatera
Utara yang memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi dibandingkan daerah
lain, salah satu kab/kota yang memiliki jumlah kematian ibu yang tinggi di Provinsi
Sumatera Utara yaitu Kota PadangSidimpuan dimana pada tahun 2013 tercatat 7
orang ibu meninggal dari 4.698 KH, angka kematian bayi (AKB) di
PadangSidimpuan 28 orang.

20

Berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Provinsi
Tahun 2012, penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan
(32%) dan hipertensi dalam kehamilan (25%), diikuti oleh infeksi (5%), partus lama
(5%), dan abortus (1%), selain penyebab obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh
penyebab lain-lain (non obstetrik) sebesar 32% ( Kemenkes, 2012). Kasus kematian
ibu ini dapat dicegah jika setiap ibu hamil melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
ketika mengalami kehamilan melalui pelayanan antenatal.
Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) merupakan kunjungan kesehatan

yang diberikan kepada ibu selama hamil yang sesuai dengan pedoman pelayanan
antenatal care yang ditentukan. Kunjungan antenatal care merupakan kunjungan ibu
hamil ke bidan atau ke dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
Pada setiap kunjungan pemeriksaan ibu hamil (antenatal care) petugas
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intra uterin, serta ada
tidaknya masalah atau komplikasi (Depkes RI, 2009). Pelayanan pemeriksaan
kesehatan ketika masa kehamilan menjadi suatu bagian yang penting untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu yang saat ini masih tinggi di Indonesia.
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan
antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu
minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal 1 kali
pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal 2 kali pada

21

trimester ketiga (usia kehamilan 24minggu - lahir). Standar waktu pelayanan tersebut
dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa
deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan

(Kemenkes, 2014).
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan
indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal care pertama kali oleh tenaga kesehatan,
dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu
tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal care sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal
yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan
kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan ( Kemenkes, 2014).
Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan untuk semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas
kepada masyarakat hingga ke pelosok desa, termasuk untuk meningkatkan cakupan
pelayanan antenatal. Dari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan
Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas di seluruh Indonesia. Dengan
demikian rasio Puskesmas terhadap 30.000 penduduk sudah melampaui rasio ideal
1:30.000 penduduk. Sampai dengan tahun 2013, tercatat terdapat 54.731 Poskesdes
yang beroperasi dan 280.225 Posyandu di Indonesia ( Kemenkes, 2013).


22

Upaya meningkatkan cakupan pelayanan antenatal care juga makin diperkuat
dengan adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 dan
diluncurkannya Jaminan Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011, dimana keduanya
saling bersinergi. Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai program yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor
swasta diharapkan dapat mendorong tercapainya target cakupan pelayanan antenatal.
Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 menunjukkan bahwa cakupan
K4 di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 88,27% dan mengalami peningkatan pada
tahun 2012 menjadi 90,18% sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan
kembali menjadi 86,85% padahal Kementerian Kesehatan RI memberikan target
cakupan K4 sebesar 90%. Penurunan angka cakupan K4 di Indonesia akan
meningkatkan resiko kenaikan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
( AKB) ( Kemenkes, 2014).
Rendahnya cakupan K4 di Indonesia tidak terlepas dari rendahnya cakupan
K4 di 21 provinsi dengan cakupan kurang dari 90% yang menjadi target Kementerian
Kesehatan RI. Salah satu provinsi yang memiliki cakupan K4 terendah ke 12 di
Indonesia yaitu Provinsi Sumatera Utara dengan cakupan hanya sebesar 84,26%
sedangkan cakupan K1 di Provinsi Sumatera Utara yaitu 91,55 % ( Kemenkes, 2014).

Masih rendahnya pemanfaatan pelayanan antenatal care sebagai tempat
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor. McKinlay (1972) dalam
Muzaham ( 1995) mengidentifikasikan 6 faktor yang memengaruhi pemanfaatan
pelayanan kesehatan yakni faktor ekonomi, sosiodemografi, psikologi sosial, sosial,

23

budaya dan organisasional. Menurut Yanagisawa (2004), jarak tempat tinggal pasien
sangat memengaruhi pemanfaatan pelayanan.
Menurut Ai Yeyeh (2009) bahwa salah satu faktor yang mendukung dalam
kunjungan antenatal care adalah lokasi fasilitas kesehatan yang meliputi sarana dan
prasarana kesehatan dan kemudahan dalam mencapai sarana kesehatan tersebut.
Sarana dan prasarana kesehatan meliputi seberapa banyak fasilitas-fasilitas kesehatan,
konseling maupun pusat-pusat informasi bagi individu/masyarakat. Kemudahan
berarti bagaimana kemudahan untuk mencapai sarana kesehatan tersebut termasuk
biaya, waktu/lama pengobatan, dan juga hambatan budaya seperti malu mengalami
penyakit tertentu jika diketahui masyarakat (Notoatmojo, 2010). Lokasi yang mudah
terjangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai akan memberi kemudahan bagi
ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa melaksanakan antenatal care
sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera ditangani.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sarminah tahun 2012 di Papua
dari faktor predisposisi yang berhubungan dengan kunjungan ANC yaitu umur,
pendidikan, pekerjaan, paritas, jarak kehamilan, penghasilan, kondisi ibu hamil,
hanya penghasilan keluarga yang bermakna secara statistic terhadap kunjungan ANC.
Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Mardiah di Jember (2013) yang
menganalisis faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan ANC meliputi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketersediaan pelayanan kesehatan, sementara itu
hasil penelitian Pongsi Bidang (2013) menunjukkan bahwa dari 8 variabel yang

24

diteliti terdapat 3 variabel yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care yaitu
pengetahuan, sikap, dan ketersediaan transportasi
Menurut Agnes (2005) bahwa dukungan suami merupakan hal yang tidak
dapat diabaikan dalam perubahan perilaku ibu hamil. Suami perlu memberikan
penjelasan dan pengajaran pada ibu untuk memeriksa kehamilan minimal 4 kali
selama kehamilan. Dukungan suami akan memberikan kontribusi yang besar dalam
tercapainya kunjungan K4 dan meminimalkan resiko yang terjadi selama kehamilan
dan persalinan.
Dukungan dari petugas puskesmas juga merupakan salah satu faktor penting

dalam perilaku kesehatan misalnya kunjungan K-4. Apabila seorang ibu telah
mendapat penjelasan tentang pemeriksaan kehamilan yang benar dari petugas
kesehatan maka ibu tersebut pasti mencoba menerapkannya, akan tetapi karena
lingkungannya belum ada yang menerapkan, maka ibu tersebut menjadi asing dan
bukan tidak mungkin ibu tidak mau melakukan ke petugas kesehatan untuk
memeriksa kehamilannya. Penelitian Mpembeni et al (2010) menemukan bahwa
wanita yang tinggal kurang dari 5 km dari fasilitas kesehatan lebih mungkin untuk
merujuk ke fasilitas kesehatan daripada mereka yang tinggal lebih dari 5 km.
Data laporan Dinas Kesehatan Kota Padang Sidimpuan pada tahun 2013
menunjukkan bahwa Puskesmas Padang Matinggi menjadi salah satu puskesmas
dengan cakupan K1 dan K4 terendah di Kota Padang Sidimpuan dengan cakupan K1
hanya sebesar 73% dan cakupan ini belum mencapai target yang ditetapkan yaitu

25

95%. Sedangkan cakupan K4 sebesar 64% belum mencapai target yang ditetapkan
yaitu 90% (Puskesmas Padang Matinggi Kota Padangsidempuan, 2013).
Hasil survei awal yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa dari 10
orang yang diwanwancarai oleh peneliti terdapat 4 orang ibu yang tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan dengan rincian sebanyak 2 orang yang tidak pernah

melakukan pemeriksaan kehamilan, sebanyak 4 orang telah memeriksakan kehamilan
sebanyak 1 kali hingga kehamilan memasuki tri semester ketiga, hal ini terjadi karena
kehamilan adalah hal biasa yang akan dihadapi oleh setiap wanita sehingga tidak
perlu dilakukan pemeriksaan khusus, terutama pada ibu yang sudah memiliki lebih
dari 2 orang anak, suami juga tidak mendukung untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan sejak awal karena ibu dalam kondisi sehat. Ibu- ibu hamil tersebut belum
mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda persalinan serta
tenaga kesehatan yang tidak menganjurkan waktu untuk memeriksakan kesehatan ibu
hamil. Terdapat 2 orang informan yang dilakukan wawancara menyatakan melakukan
pemeriksaan kehamilan dengan lengkap (melakukan kunjungan K-1 dan K-4) selama
kehamilannya karena suami dan keluarga yang terus mengingatkan ibu untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan tenaga kesehatan yang terus
mengingatkan ibu dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.
Keluarga lebih mendukung ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan kepada orang tua dan melakukan pengobatan dengan dedauanan jika
terdapat permasalahan pada kesehatan ibu hamil, akibatnya membuat ibu-ibu tersebut
malas untuk memeriksakan kehamilannya (ANC) ke Puskesmas atau Bidan Desa.

26


Selain itu bidan desa jarang berada di tempatnya karena mereka pada umumnya tidak
tinggal di Kecamatan Padangsidempuan Selatan dan jarang untuk mengingatkan ibu
hamil dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan kembali. Dukungan keluarga ibu
hamil (suami maupun orang tua atau mertua) masih sangat kurang, hal ini dapat
dilihat dari keluarga yang tidak pernah mengingatkan ibu untuk memeriksakan
kehamilannya kecuali jika ada keluhan, apalagi memberikan biaya kepada ibu untuk
pergi ke Puskesmas atau mengantar ibu untuk pergi ke Bidan Desa. Lokasi fasilitas
kesehatan juga menjadi faktor yang mempengaruhi ibu hamil tidak melakukan
kunjungan pemeriksaan kehamilan, dimana lokasi fasilitas kesehatan tersebut sulit
dijangkau oleh ibu hamil dan keluarga karena tidak mempunyai kendaraan sendiri
untuk

melakukan

kunjungan

ke

Puskesmas


Padang

Matinggi

Kecamatan

Padangsidimpuan Selatan serta jika terjadi hujan maka jalan akan sulit dijangkau
sehingga ibu hamil lebih mementingkan untuk melakukan pemeriksaan kepada
wanita yang dituakan saja atau sama sekali tidak melakukan pemeriksaan kehamilan.

1.2 Permasalahan
Masih rendahnya cakupan K1 (73%) dan K4 (64%) di Wilayah kerja
Puskesmas Padang Matinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal
care di Puskesmas Padang Matinggi Kecamatan Padang Sidimpuan Selatan di Kota
Padang Sidimpuan Tahun 2015.

27

1.4 Hipotesis
Ada hubungan umur, pendidikan, paritas, pendapatan, pengetahuan ibu hamil,
sikap ibu hamil, lokasi fasilitas kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan, dukungan
suami, sikap petugas kesehatan dan keterpaparan media dengan kunjungan
antenatalcare di Puskesmas Padang Matinggi Kota Padang Sidempuan.

1.5 Manfaat Penelitian
1) Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Padang Sidempuan dalam upaya
untuk meningkatkan kuantitas standar ANC.
2) Sebagai masukan atau informasi bagi Puskesmas Padang Matinggi Kota Padang
Sidempuan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan ANC.

Dokumen yang terkait

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 19

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 2

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 30

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

1 6 4

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 25

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 18

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

1 3 2

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 10

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

0 1 25

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

1 25 4