Studi Organologis Gendang Galang Pada Masyarakat Karo Jahe, Buatan Bapak Lape Sitepu” ; Di Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Batak Karo adalah salah satu etnis yang terdapat di Sumatera Utara. Etnis
Batak Karo termasuk dalam Sub Etnis Batak, yang diantaranya adalah, Pakpak,
Simalungun, Toba, Mandailing, Angkola, ( Bangun, 1993 : 94 ). Berdasarkan wilayah
administratif pemerintah, masyarakat Karo mendiami daerah kabupaten Karo (meliputi
Tanah Karo dan sekitarnya) dan Kabupaten Langkat. Masyarakat Karo yang mendiami
daerah kabupaten Karo sering disebut sebagai Karo Gugung yang artinya adalah masyarakat
Karo yang mendiami dataran tinggi (pegunungan), dan masyarakat Karo yang menempati
Kabupaten Langkat disebut sebagai Karo Jahe yang artinya adalah sebagian masyarakat
Karo yang mendiami dataran rendah wilayah Langkat dan Deli Serdang ( Darwan Prints,
2004 : 12 )
Etnis Batak Karo memiliki budaya yang diwariskan dari leluhurnya secara
turun-temurun. Salah satu bentuk dari kebudayaan itu adalah kesenian. Kesenian pada Etnis
Batak Karo sangat banyak, diantaranya adalah seni tekstil, seni tari, seni ukir, seni patung
dan juga seni musik. Dalam tulisan ini, penulis lebih berfokus untuk mengkaji aspek musik
dari etnis Batak Karo yang di Kabupaten Langkat saja atau disebut dengan Karo Jahe.
Bagi masyarakat Karo Jahe , musik menjadi sebuah kebutuhan yang banyak
digunakan untuk tujuan hiburan, ritual, upacara adat, dan juga upacara keagamaan, maka

terdapatlah sebuah ensambel musik pada masyarakat Karo Jahe yang mendukung untuk
kebutuhan tersebut, ensambel tersebut antara lain adalah Gendang Binge.
Pada ensambel Gendang Binge terdapat beberapa alat musik yang terdiri dari, sarune,
gendang galang, gendang kitik, penganak, dan gung. Dalam tulisan ini si penulis berfokus
pada alat musik gendang galang. Gendang Galang adalah alat musik yang tergolong dalam
5
Universitas Sumatera Utara

klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu
nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah digunakan kulit kancil yang sudah
dikeringkan dan sebagai pengikatnya digunakan kulit lembu. Alat musik ini biasanya
dimainkan oleh pemainnya dengan posisi duduk dengan menggunakan dua buah stick
pemukul dan dipukulkan pada membran gendang tersebut.
Masyarakat Karo Jahe di Desa Nangka Lima mengatakan bahwa gendang galang
adalah alat musik tradisional yang diwarisi dari nenek moyang mereka. Sekarang, sejauh
pengamatan penulis gendang galang di daerah tersebut hanya tinggal beberapa saja. Hal ini
disebabkan karena sudah berkurangnya pengrajin alat musik tersebut, dan juga oleh karena
semakin berkurangnya pemain gendang galang di daerah tersebut. Di desa Nangka Lima
terdapat seorang yang ahli dalam pembuatan gendang galang, yaitu Bapak Lape Sitepu.
Beliau berusia kurang lebih 57 tahun, dan berpengalaman dalam pembuatan alat – alat musik

khususnya alat musik Gendang Binge Karo Jahe, seperti sarune, gendang kitik, penganak,
dan gung. Pengalaman ini diperoleh dari orang tuanya sendiri kurang lebih tiga puluh tahun
yang lalu. Menurut beliau, sudah banyak orang yang menempah / membuat gendang galang
dari beliau, baik dari Kabupaten Langkat sendiri maupun dari luar daerah seperti Medan dan
Deli Serdang.
Dalam proses pembuatannya, Bapak Lape Sitepu masih tetap menggunakan alat-alat
yang masih tergolong sederhana, yakni berupa Palu (martil), gergaji, pahat, ketam, parang,
belati, paku, dan bahan-bahan yang juga sederhana yaitu, papan, kayu, tali, kertas pasir, dan
pensil. Proses pembuatannya tergolong sederhana, karena hanya menggunakan tenaga
manusia, tanpa bantuan mesin.
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti, serta
menuliskannya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul :

6
Universitas Sumatera Utara

“Studi Organologis Gendang Galang Pada Masyarakat Karo Jahe,
Buatan Bapak Lape Sitepu” ; Di Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala,
Kabupaten Langkat.
1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka
pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini adalah :
1. Bagaimana struktur gendang galang?
2. Bagaimana proses dan teknik pembuatan gendang galang?
3. Bagaimana teknik memainkan gendang galang?
4. Apa fungsi gendang galang pada Masyarakat Karo Jahe di Kabupaten Langkat?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian terhadap gendang galang Karo Jahe adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana struktur gendang galang
2. Untuk mengetahui proses dan teknik pembuatan gendang galang.
3. Untuk mengetahui teknik memainkan gendang galang.
4. Untuk mengetahui fungsi dari gendang galang pada masyarakat Karo Jahe di
Kabupaten Langkat.
1.3.2

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah referensi mengenai gendang galang di

Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan gendang galang.

7
Universitas Sumatera Utara

3. Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama
perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.
4. Sebagai suatu upaya untuk memelihara dan melestarikan musik tradisional daerah
sebagai bagian dari budaya Nasional.
5. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi program S-1 di Departemen
Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
1.4

Konsep dan Teori yang Digunakan

1.4.1 Konsep
Ada beberapa konsep dan teori yang dibutuhkan dalam membicarakan permasalahan
terhadap objek penelitian ini, studi organologi yang dimaksud adalah sesuai dengan konsep

yang dikemukakan oleh Mantle Hood ( 1982 : 124 ), bahwa : organologi yang digunakan
adalah berhubungan dengan alat musik. Istilah tersebut mempunyai tendensi untuk dijadikan
batasan dalam mendeskripsikan penampilan fisik, properti akustik, dan sejarah alat musik.
Selanjutnya menurut beliau organologi adalah ilmu pengetahuan alat musik, yang tidak hanya
meliputi sejarah dan deskripsi alat musik, akan tetapi sama pentingnya dengan “ ilmu
pengetahuan ’’ dari alat musik itu sendiri antara lain : teknik pertunjukan, fungsi musikal,
dekoratif dan variasi dari sosial budaya.
Dari konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa studi organologis gendang galang pada
masyarakat Karo Jahe, adalah penelitian secara mendalam mengenai sejarah dan deskripsi
instrumen, juga mengenai teknik-teknik pembuatan, cara memainkan, dan fungsi dari alat
musik gendang galang tersebut.
Selanjutnya, istilah membranophone (membranofon) adalah klasifikasi alat musik
yang ditinjau berdasarkan penggetar utamanya sebagai penghasil bunyi yaitu berasal dari
membran atau kulit (klasifikasi alat musik oleh Curt sach, 1961). Berdasarkan konsep di atas,
maka dalam tulisan ini penulis mengkaji mengenai proses pembuatan instrumen gendang

8
Universitas Sumatera Utara

galang pada masyarakat Karo Jahe, termasuk juga teknik pembuatan, proses pembuatannya,

di Desa Nangka Lima, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, juga mengenai teknik-teknik
dalam memainkan, fungsi musik, ornamentasi (hiasan yang dibedakan dengan konstruksi),
dan beberapa pendekatan sosial budayanya.
1.4.2 Teori
Teori mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian dan dapat meningkatkan arti dari
penemuan penelitian. Tanpa teori, penemuan tersebut akan menjadi keterangan-keterangan
empiris yang berpencar (Moh. Nazir, 1983 : 22-25) .
Dalam tulisan ini, penulis membahas tentang pendeskripsian alat musik gendang
sikambang yang mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Susumu Khasima di dalam
APTA ( Asia Performing Traditional Art 1978 : 74), yaitu: Dua pendekatan yang dapat
dilakukan untuk membahas alat musik, yakni pendekatan struktural dan fungsional. Secara
struktural yaitu; aspek fisik instrumen musik, pengamatan, mengukur, merekam, serta
menggambar bentuk instrumen, ukurannya, konstruksinya, dan bahan yang dipakai. Dan
secara fungsional, yaitu; fungsi instrumen sebagai alat untuk memproduksi suara, meneliti,
melakukan pengukuran dan mencatat metode, memainkan instrumen, penggunaan bunyi yang
diproduksi, ( dalam kaitannya dengan komposisi musik) dan kekuatan suara.”
Untuk mengetahui teknik permainan gendang galang oleh bapak Lape Sitepu, penulis
menggunakan pendekatan yang dikemukakan oleh Nettl (1963 : 98) yaitu:
” Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita
dengar, dan kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas dan

mendeskripsikan apa yang kita lihat.” 1
Menurut teori yang dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel (1961) yaitu: sistem
pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyinya. Sistem
klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu:

1

Terjemahan March Perlman 1990

9
Universitas Sumatera Utara

-

Idiofon, penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri,

-

Aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara,


-

Membranofon, penggetar utama bunyinya adalah membran atau kulit,

-

Kordofon, penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai.

Mengacu pada teori tersebut, maka gendang galang adalah instrumen musik
membranofon dimana penggetar utama bunyinya melalui membran atau kulit.
1.5 Metode Penelitian
Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan, (Koentjaraningrat 1997 : 16). Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode penelitian kualitatif ( Kirk dan Miller dalam Moleong dalam Metodologi Penelitian
Kualitatif, 1990 : 3 ) yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasanya
dan dalam peristilahannya. Untuk memahami permasalahan yang terdapat dalam pembuatan
gendang galang pada masyarakat Karo Jahe diperlukan tahap-tahap, yaitu tahap sebelum ke
lapangan (pra lapangan), tahap kerja lapangan, Analisis data dan Penulisan laporan.

(Maleong, 2002 : 109). Di samping itu, untuk mendukung metode penelitian yang
dikemukakan oleh Moleong, penulis juga menggunakan metode penelitian lainnya, yaitu:
disiplin lapangan (field) dan disiplin laboratorium (laboratory discipline). Hasil dari kedua
disiplin ini kemudian digabungkan menjadi satu hasil akhir (a final study), (Meriam, 1964 :
37).
Untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam penulisan ini, penulis
menggunakan Metode Pengumpulan Data, umumnya ada dua macam, yakni: Menggunakan
daftar pertanyaan (questionnaires), Menggunakan wawancara (interview). Untuk melengkapi
pengumpulan data dengan daftar pertanyaan maupun wawancara tersebut dapat pula

10
Universitas Sumatera Utara

digunakan pengamatan (Observation) dan penggunaan catatan harian,

( Djarwanto, 1984 :

25 ).
Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan tiga tahap yaitu : ( 1 ) studi
kepustakaan ; ( 2 ) kerja lapangan ; ( 3 ) kerja laboratorium.

1.5.1 Studi Kepustakaan
Pada tahap sebelum ke lapangan (pra-lapangan), dan sebelum mengerjakan penelitian,
penulis terlebih dahulu mencari dan membaca serta mempelajari buku-buku, tulisan-tulisan
ilmiah, literatur, majalah, situs internet dan catatan-catatan yang berkaitan dengan objek
penelitian.
Studi pustaka ini diperlukan untuk mendapatkan konsep-konsep dan teori juga
informasi yang dapat digunakan sebagai pendukung penelitian pada saat melakukan
penelitian dan penulisan skripsi ini.
1.5.2 Kerja Lapangan
Dalam hal ini, penulis langsung ke lokasi penelitian untuk melakukan tiga hal yang
telah diketahui sebelumnya yaitu, observasi, wawancara, dan pemotretan ( pengambilan
gambar ) dan langsung melakukan wawancara bebas dan juga wawancara mendalam antara
penulis dengan informan yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya, walaupun saat melakukan penelitian terdapat juga hal-hal baru, yang menjadi
bahan pertanyaan yang dianggap mendukung dalam proses penelitian ini, semua ini
dilakukan untuk tetap memperoleh keterangan-keterangan dan data-data yang dibutuhkan dan
data yang benar, untuk mendukung proses penelitian.
1.5.3 Wawancara
Dalam proses melakukan wawancara penulis beracuan pada metode wawancara yang
dikemukakan oleh Koenjaraningrat (1985 : 139), yaitu: Wawancara berfokus (Focused

interview), Wawancara bebas (Free interview), Wawancara sambil lalu (Casual interview).

11
Universitas Sumatera Utara

Dalam hal ini penulis terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan
saat wawancara, pertanyaan yang penulis ajukan bisa beralih dari satu topik ke topik lain
secara bebas. Sedangkan data yang terkumpul dalam suatu wawancara bebas sangat beraneka
ragam, tetapi tetap materinya berkaitan dengan topik penelitian.
Menurut Harja W. Bachtiar (1985 : 155), wawancara adalah untuk mencatat
keterangan-keterangan yang dibutuhkan dengan maksud agar data atau keterangan tidak ada
yang hilang. Untuk pemotretan dan perekaman wawancara penulis menggunakan kamera
dan handphone bermerk nokia sebagai alat rekam Sedangkan untuk pengambilan gambar
(foto) digunakan kamera digital bermerk Canon x-3s , di samping tulisan atas setiap
keterangan yang diberikan oleh informan.
1.5.4 Kerja Laboratorium
Keseluruhan data yang telah terkumpul dari lapangan, selanjutnya diproses dalam
kerja laboratorium. Data-data yang bersifat analisis disusun dengan sistematika penulisan
ilmiah. Data-data berupa gambar dan rekaman diteliti kembali sesuai ukuran yang telah
ditentukan kemudian dianalisis seperlunya. Semua hasil pengolahan data tersebut disusun
dalam satu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi. (Meriam 1995 : 85)
1.5.5 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang penulis pilih adalah di lokasi yang merupakan tempat
tinggal narasumber yaitu bapak Lape sitepu , yang bertempat tinggal di Jalan Nangka Lima
kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat yang juga merupakan lokasi bengkel instrumen beliau.

12
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Studi Organologis Gendang Galang Pada Masyarakat Karo Jahe, Buatan Bapak Lape Sitepu” ; Di Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat

0 33 73

Kajian Organologis Sarune Jahe Pada Masyarakat Karo Jahe, Buatan Bapak Kebal Kaban Di Desa Baguldah, Kecamatan Binjai Selatan, Kabupaten Langkat

4 20 122

Studi Organologis Gendang Galang Pada Masyarakat Karo Jahe, Buatan Bapak Lape Sitepu” ; Di Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat

0 11 73

Studi Organologis Gendang Galang Pada Masyarakat Karo Jahe, Buatan Bapak Lape Sitepu” ; Di Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat

0 0 4

Studi Organologis Gendang Galang Pada Masyarakat Karo Jahe, Buatan Bapak Lape Sitepu” ; Di Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat

0 0 20

Studi Organologis Gendang Galang Pada Masyarakat Karo Jahe, Buatan Bapak Lape Sitepu” ; Di Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat

0 0 2

Kajian Organologis Sarune Jahe Pada Masyarakat Karo Jahe, Buatan Bapak Kebal Kaban Di Desa Baguldah, Kecamatan Binjai Selatan, Kabupaten Langkat

0 0 12

Kajian Organologis Sarune Jahe Pada Masyarakat Karo Jahe, Buatan Bapak Kebal Kaban Di Desa Baguldah, Kecamatan Binjai Selatan, Kabupaten Langkat

0 0 2

Kajian Organologis Sarune Jahe Pada Masyarakat Karo Jahe, Buatan Bapak Kebal Kaban Di Desa Baguldah, Kecamatan Binjai Selatan, Kabupaten Langkat

0 0 10

Kajian Organologis Sarune Jahe Pada Masyarakat Karo Jahe, Buatan Bapak Kebal Kaban Di Desa Baguldah, Kecamatan Binjai Selatan, Kabupaten Langkat

1 1 26