Penggunaan Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Sebagai Penghitam Rambut Dalam Sediaan Pewarna Rambut

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan rambut sangat penting untuk diperhatikan, karena rambut bukan
hanya sebagai pelindung kepala dari berbagai hal seperti sengatan sinar matahari,
dan sebagainya, tetapi ia juga merupakan mahkota yang berharga. Rambut yang
tebal, panjang, hitam/berwarna, berkilau, sehat dan mudah diatur memberikan
daya pesona tersendiri bagi pemiliknya (Rostamailis, dkk., 2008).
Memiliki rambut beruban akan mempengaruhi penampilan seseorang.
Banyak usaha yang dilakukan untuk menghindari rambut beruban. Kebanyakan
orang mengatasi rambut beruban dengan berbagai cara, ada yang mengatasinya
dengan cara mencabut rambut uban, dan mengecat rambut agar tampak hitam
kembali (Afianty, 2015).
Sediaan pewarna rambut adalah kosmetika yang digunakan dalam tata rias
rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asli
atau mengubah warna rambut asli menjadi warna baru pada umumnya berasal dari
tumbuhan dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan (Latirah, dkk., 2015).
Sediaan pewarna rambut sudah lama digunakan di berbagai belahan dunia.
Sediaan pewarna rambut dibuat dari bahan-bahan alami, bahan sintetis atau
gabungan dari kedua bahan tersebut. Di Asia dan Eropa banyak tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai pewarna rambut (Yadav, dkk., 2014).

Tumbuhan rambutan (Nephelium lappaceum L.) merupakan tumbuhan
hortikultura dengan famili sapindaceae. Selain buah rambutan enak dimakan,
tumbuhan rambutan juga memiliki sejumlah khasiat bagi kesehatan. Khasiat
rambutan yang baik untuk kesehatan tidak lepas dari kandungan kimia di

1
Universitas Sumatera Utara

dalamnya. Salah satu bagian dari tanaman rambutan yang dapat berguna untuk
kesehatan adalah daun rambutan. Daun rambutan mengandung tanin dan saponin
(Andriyani dan Iswati, 2010).
Tanin biasanya terdapat pada bagian tanaman yang spesifik seperti daun,
buah, kulit dahan dan batang. Tanin

merupakan senyawa polifenol yang

mempunyai rasa yang sepat, mengendapkan protein dan dapat digunakan untuk
penyamak kulit (Mukhlis, 2011).
Secara umum pewarna rambut alami berasal dari tumbuhan yang berbeda
beda kandungan zat didalamnya, dan ditandai dengan warna yang dihasilkan.

Tanin adalah senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih
dari 1000). Tanin menghasilkan warna kuning, coklat sampai keemasan. Tanin
mempunyai sifat larut dalam air (Rizeki dan Achir, 2015).
Struktur tanin dengan ikatan rangkap dua yang terkonjugasi pada polifenol
sebagai kromofor (pengemban warna) dan adanya gugus (OH) sebagai auksokrom
(pengikat warna) dapat memberikan warna (Sibuea, 2015).
Berdasarkan

bahan bakunya, zat warna digolongkan menjadi dua yaitu

zat pewarna sintetis dan zat pewarna alami. Zat pewarna sintetis dibuat dengan
reaksi kimia yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti
benzena, naftalena dan antrasena. Zat pewarna alami adalah zat warna yang
berasal dari bahan-bahan alam yang pada umumnya berasal dari hasil ekstraksi
tumbuhan atau hewan. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai zat pewarna
alami meliputi akar, kayu, daun, biji, kulit buah ataupun bunga (Paryanto dan
Pranoto, 2015).
Salah satu contoh zat pewarna sintetis yang sering digunakan dalam
pewarna rambut adalah parafenildiamin. Hampir semua zat yang digunakan dalam


2
Universitas Sumatera Utara

pewarnaan rambut menunjukkan efek toksik. Efek toksik merupakan ukuran
intoleransi karena pelekatan zat kimia pada kulit dimana kemungkinan timbulnya
reaksi toksik topikal pada kulit, kemungkinan akan terjadinya kerusakan pada
jaringan rambut. Zat pewarna sintetis dapat menyebabkan iritasi pada kulit seperti
eritema, pruritus, hiperplasia, rasa nyeri, dermatitis kontak dan ekszem (Ditjen
POM, 1985).
Penggunaan pewarna rambut yang alami merupakan suatu solusi untuk
mengatasi masalah rambut seperti uban. Berdasarkaan uraian di atas, penulis
melakukan penelitian pembuatan pewarna rambut dengan menggunakan bahan
alami dari serbuk daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) dengan bahan
tambahan pirogalol dan tembaga (II) sulfat sebagai pembangkit warna, membuat
warna lebih kuat dan memiliki daya lekat yang baik dan juga xanthan gum untuk
mengentalkan sediaan.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas perumusan masalahnya adalah:
a. Apakah serbuk daun rambutan dengan penambahan bahan pembangkit

warna pirogalol dan tembaga (II) sulfat dapat diformulasikan kedalam
sediaan pewarna rambut .
b. Apakah pada konsentrasi tertentu serbuk daun rambutan dapat
memberikan warna hitam.

3
Universitas Sumatera Utara

1.3 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
a. Serbuk daun rambutan dengan penambahan bahan pembangkit warna
pirogalol dan tembaga (II) sulfat diduga dapat diformulasikan kedalam
sediaan pewarna rambut.
b. Serbuk daun rambutan dapat memberikan warna hitam pada konsentrasi
tertentu.

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bahwa serbuk daun rambutan dapat dibuat sebagai
sediaan pewarna rambut dengan penambahan bahan pembangkit warna

pirogalol dan tembaga (II) sulfat.
b. Untuk mengetahui bahwa serbuk daun rambutan pada konsentrasi tertentu
dapat memberikan warna hitam.

1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan
hasil guna dari daun rambutan. Selain itu juga dapat memberikan informasi bahwa
daun rambutan dapat digunakan sebagai pewarna rambut alami yang tidak
mengiritasi kulit.

4
Universitas Sumatera Utara