Diplomasi Indonesia Dalam Mengahadapi Gugatan Arbitrase Internasional PT.Newmont Nusa Tenggara Terkait Pengembangan Industri Smelter

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Setiap negara tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai untuk
keberlangsungan hidup rakyat yang ada di dalamnya, begitu pula dengan
Indonesia, yang mana tujuan negara telah tercantum dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945. Tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum,mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi
seluruh Rakyat Indonesia dengan berdasarkan Pancasila. 1
Untuk mewujudkan tujuan negara tersebut, pemerintah telah berupaya
melakukan pembangunan pada seluruh bidang kehidupan. Salah satu unsur yang
paling penting untuk mewujudkan pembangunan tersebut ialah mengendalikan
kondisi sumber daya alam yang ada di dalamnya.Dikatakan penting karena
menyangkut eksistensi negara baik secara internal maupun eksternal yang pada
intinya menggambarkan bagaimana kekuatan dan kedaulatan negara itu terlebih
lagi ketika berhadapan dengan dunia internasional.
Berawal dari kondisi dan dasar pemahaman demikian mendorong negara
Indonesia dalam hal ini pemerintah untuk berusaha mewujudkan pembangunan
1


Miriam Budiardjo.2008.Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.Hal.56

1

Universitas Sumatera Utara

yang masih terus digalakkan hingga saat ini.Salah satunya adalah pembangunan
bidang ekonomi dengan pertambangan sebagai salah satu sektor utamanya, karena
sektor pertambangan merupakan sektor yang sangat dapat diandalkan untuk
memberikan pendapatan berupa devisa bagi negara.
Pengelolaan sektor pertambangan di Indonesia, didasarkan pada Pasal 33
ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar 1945, yang

menyatakan bahwa: (2)

Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan se besarbesarnya untuk kemakmuran rakyat. 2 Dewasa ini, tidak seorang pun meragukan
besarnya potensi kekayaan alam yang terdapat di tanah Indonesia sebagai “sumber

daya”.Selain itu,banyak manfaat lainnya dari kekayaan alam tersebut, dan
kesemuanya itu akan dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup umat manusia,
khususnya rakyat Indonesia.
Pemerintah Indonesia dalam hal pengelolaan sumber daya yang ada,
baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia tidak dapat dipungkiri
haruslah memerlukan banyak dukungan.Salah satu faktor pendukung yang
menjadi dasar untuk mewujudkannya adalah lahirnya sebuah kebijakan.Pedoman
konstitutif yang dibuat pemerintah

untuk mengarahkan semua pihak baik

masyarakat,perusahaan bahkan negara lain agar mampu mengelola kepentingan
nasional (sumber daya alam) itu dengan baik dan seimbang.Sebab harus disadari
2

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 2 dan 3

2

Universitas Sumatera Utara


bahwa keberhasilan pembangunan dan daya saing suatu negara sangat ditentukan
oleh komitmen dan usaha pemerintah sebagai aparatur negara karena aparatur
negara bukan saja pelaksana kebijakan tetapi juga fasilitator pembangunan bagi
masyarkat. 3
Bidang usaha pertambangan merupakan salah satu bidang usaha yang
mendapat prioritas utama dari pemerintah yang menjadi sasaran berikutnya untuk
dijadikan sebuah kebijakan.Salah satunya melalui diterbitkannya Undang-Undang
Penanaman Modal, baik bagi pihak asing maupun pihak dalam negeri. Untuk itu,
pemerintah berusaha untuk dapat mengarahkan dan mengelola sumber-sumber
daya alam yang termasuk dalam bidang usaha pertambangan. Bidang usaha
pertambangan meliputi pertambangan minyak bumi, gas bumi, batubara, logam,
timah, bijih nikel, bausit, pasir besi, perak serta konsentrat tembaga. 4
Dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam diperlukan modal yang
sangat besar, peralatan yang canggih, tenaga ahli, dan terdapat pula resiko yang
tinggi. Indonesia mengalami keterbatasan itu untuk melakukan kegiatan eksplorasi
dan ekploitasi, sehingga diperlukan adanya dukungan dari luar yakni dengan
melalui kerjasama dengan investor asing. Sumber daya alam yang terkandung di
dalam bumi Indonesia, sebagaimana yang dijabarkan dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertambangan dalam


3

Fatahullah Jurdi.2014.Studi Ilmu Politik.Yogyakarta : Graha Ilmu.Hal.83
Amirudin Ilmar.2004.Hukum Penanaman Modal Di Indonesia. Jakarta : Penerbit Prenada Media.Hal. 113

4

3

Universitas Sumatera Utara

pasalnya yaitu Pasal 3 ayat (1) tentang penggolongan galian, terbagi atas 3 (tiga)
golongan, yaitu:
a.Golongan bahan galian strategis.
b.Golongan bahan galian vital.
c.Golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam golongan a dan b. 5
Pengusahaan bahan galian (tambang) tersebut di atas dapat dilakukan
langsung oleh pemerintah dan/atau menunjuk pihak kontraktor apabila diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak atau belum dapat

dilaksanakan sendiri oleh instansi pemerintah, sesuai dengan yang tertuang dalam
Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967: Apabila usaha
pertambangan dilaksanakan oleh kontraktor, kedudukan pemerintah adalah
sebagai pemberi ijin kepada kontraktor yang bersangkutan. Ijin yang diberikan
oleh pemerintah berupa kuasa pertambangan, kontrak karya,perjanjian karya
pertambangan, dan kontrak production sharing. 6
Kontraktor dalam hal ini adalah pihak swasta yang melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan di bidang bahan galian pertambangan. Pihak swasta tersebut
dapat berupa perusahaan swasta nasional maupun perusahaan swasta asing atau
kerjasama perusahaan swasta nasional dengan perusahaan swasta asing, yang
mana pendiriannya didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia.

5

Undang-Undang No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan, Pasal 10 ayat 1
Salim HS.2006.Hukum Pertambangan di Indonesia.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.Hal. 1-2.

6


4

Universitas Sumatera Utara

Program pengembangan bidang usaha pertambangan ditujukan pada
penyediaan bahan baku industri dalam negeri, peningkatan eksport serta
penerimaan negara, serta perluasan kesempatan kerja dan berusaha. Pembangunan
bidang usaha pertambangan terutama dilakukan melalui penganekaragaman hasil
tambang dan pengelolaan hasil tambang secara efisien.
Namun program pengembangan melalui Undang-Undang tersebut
tampaknya belum membuahkan hasil yang baik dan dapat dirasakan oleh semua
pihak.Selama ini peraturan peundang-undangan di bidang pertambangan
disamping tidak berpihak

pada kepentingan konservasi juga kurang

mengoptimalkan hasil produksi yang dapat dinikmati oleh negara dan rakyat
Indonesia.Tuntutan lain yang selama ini dilontarkan ialah peraturan perundanguudangan kurang memberikan perhatian terhadap kehidupan social ekonomi
masyarakat di sekitar lokasi pertambangan.Respon terhadap berbagai kekurangan
dan kelemahan yang ada sebelumnya itulah yang kemudian diramu dan

dirumuskan dalam revisi Undang-Undang No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pertambangan menjadi Undang-Undang Mineral dan Batubara (
UU Minerba ) No.4 Tahun 2009. 7
UU Minerba diharapkan akan memberikan perhatian yang sama terhadap
peningkatan produksi dan konservasi sumber daya mineral dan batubara sendiri
dan lingkungannya.Pemberian perhatian yang seimbang tersebut tidak hanya pada

7

Maria S.W.Sumardjono,dkk.2011.Peraturan Sumber Daya Alam Di Indonesia: Antara Tersirat dan
Tersurat.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.Hal.206

5

Universitas Sumatera Utara

tingkat asas hukum dan tujuan,namun juga penjabarannya secara lebih konkrit
dalam orientasi yang ditentukan sebagai berikut : 8
a. Orientasi pada peningkatan produksi
Merupakan upaya untuk menghasilkkan sebanyak mungkin mineral dan
batubara melalui tiga aspek,yaitu : Pertama,Penempatan mineral dan

batubara

sebagai

salah

satu

komponen

penggerak

pertumbuhan

ekonomi.Kedua,pelaksanaan kegiatan usaha penambangan mineral dan
batubara harus dijalankan berdasarkan prinsip berdaya guna, dan berdaya
saing.Ketiga,jumlah

produk


yang

dihasilkan

harus

optimal

untu

pertumbuhan ekonomi.Keempat,setiap pelaku usaha penambangan mineral
dan batubara untuk menggunakan teknologi yang baik guna mendukung
pencapaian produktivitas.
b. Orientasi pada konservasi
Upaya untuk menjaga keberlanjutan eksistensi sumber daya mineral da
batubara

sendiri

dan


pemanfaatannya.Upayanya

antara

lain

:

Pertama,adanya asas keseimbangan ,keberlanjutan dan berwawasan
lingkungan

dalam

pengelolaan

sumber

daya


mineral

dan

batubara.Kedua,Salah satu tujuan pengelolaan mineral dan batubara ialah
menjamin manfaat pertambanga secara berkelanjutan da berwawasan
lingkungan hidup.Ketiga,diterapkannya kaedah konservasi dan masih

8

Ibid.hal.206-209

6

Universitas Sumatera Utara

terjaminnya daya dukung lingkungan.Keempat,terdapatnya kewajibankewajiban para pelaku usaha yang berkaitan dengan konservasi.
Secara umum perhatian yang diberikan dalam Undang-Undang tersebut
merupakan upaya untuk memaksimalkan dampak positif sebagai hasil dari
ekploitasi dan eksplorasi tambang Indonesia.Salah satu upayanya ialah
mendorong peningkatan nilai tambah dan pajak dari hasil produksi tambang
melalui perusahaan yang berdiri terutama perusahaan asing yang mendominasi
sektor

pertambangan

Indonesia.

Itulah

sebabnya

diterapkan

kebijakan

pengembangan pabrik industri pemurnian mineral atau disebut dengan smelter dan
diberlakukannya

pelarangan

ekspor

bahan

mentah

(konsetrat)

serta

diberlakukannya bea pajak ekspor sebagai pendukung agar kebijakan tersebut
terlaksana.
Dengan adanya UU Minerba, semua jenis bijih/barang tambang dan
mineral harus diolah dan dimurnikan terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai
tambah baru kemudian boleh di ekspor. Pada Pasal 102 UU minerba, perusahaan
wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara dalam
pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral
dan batubara. 9Dikatakan nilai tambah ialah harga jual dari hasil tambang akan
lebih tinggi ketika dimurnikan terlebih dahulu dibandingkan langsung

9

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Pusat Kebijakan Perdagangan Luar
Negeri.2013.Analisis Dampak Kebijakan Pelarangan Ekspor Raw Material Tambang Dan Mineral.Jakarta. :
Kementerian Perdagangan RI.diakses melalui http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2015/02/02/analisisdampak-kebijakan-1422852872.pdf pada 21 Januari 00.36

7

Universitas Sumatera Utara

mengekspornya secara mentah sebab harganya jauh lebih murah dan tidak banyak
menguntungkan (pemasukan negara).
Nilai tambah juga diperoleh ketika ditemukannya sumber daya lain dari
hasil

pemurnian

bahan

mentah

tersebut

sehingga

dapat

dipasarkan

lagi.Artinya,dalam proses pemurnian yang dilakukan di dalam negeri tidak
menutup kemungkinan akan menghasilkan produk tambang lain dalam satu bahan
mentah atau tidak hanya cenderung pada satu hasil produksi saja.Kebijakan yang
disebut program hilirisasi tambang ini juga akan berpeluang membangun
perekonomian daerah pertambangan.Sebab dengan pengembangan industri
smelter ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan mobilisasi pun akan
menigkat.
Kementerian Keuangan pun merespon kebijakan pemerintah yang
dipandang baik itu melalui diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor
06 /PMK.011/2014 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar
dan Tarif Bea Keluar. Pengenaan bea keluar ini

sendiri

mempercepat

Dalam

hilirisasi

industri

pertambangan.

diharapkan dapat
PMK

ini

diatur

pemberlakuan tariff progresif 20 persen sampai dengan 60 persen secara bertahap
setiap semester hingga 31 Desember 2016. Menurut Menteri Keuangan, adanya
tarif progresif diharapkan menjadi pemicu bagi perusahaan tambang untuk serius
membangun smelter guna memberikan nilai tambah bagi tambang yang digali dari
bumi nusantara.Hal ini dikarenakan,pengusaha akan membayar tarif lebih besar

8

Universitas Sumatera Utara

jika enggan membangun smelter di dalam negeri. 10 Dengan demikian perusahaan
akan terdorong untuk membangun pabrik industri smelternya daripada harus
membayar bea keluar yang besar secara terus-menerus.
Niat pemerintah dalam mendorong para pelaku usaha untuk peningkatan
nilai tambah tambang dan mineral serta pengenaan pajak yang dimaksud,
sebagaimana tertuang didalam Undang-undang No. 4 Tahun 2009 akan
diberlakukan selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak UU dimaksud diundangkan
pada tanggal 12 Januari 2009 sehingga pemberlakukan pengolahan dan pemurnian
tambang dan mineral jatuh pada bulan Januari 2014. 11Artinya pemerintah
memberikan waktu 5

tahun bagi perusahaan tambang mineral

untuk

mempersiapkan diri membangun smelter di wilayah Indonesia.
Oleh karena itu Undang-undang ini mengharuskan setiap perusahaan
tambang untuk memiliki fasilitas peleburan dan pengolahan pada tahun 2014.
Dalam perkembangannya, undang-undang tersebut memerlukan dukungan dalam
bentuk peraturan yang lebih operasional di tingkat kementerian. Salah satu
tindaklanjut dari undang-undang ini adalah terbitnya Peraturan Menteri ESDM
No. 7 tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan

10

Budi Sulistyo.2014. Menggali Potensi Pendapatan Negara Pasca-Pemberlakuan UU Minerba.Sekretariat
Jenderal
Kementerian
Keuangan.
Diakses
melalui
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Opini_UU_Minerba_220114.pdf pada 21 Januari 2017 pukul
00.12
11
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Pusat Kebijakan Perdagangan Luar
Negeri.loc.cit

9

Universitas Sumatera Utara

Pengolahan dan Pemurnian Mineral. 12Dimana akhirnya berubah menjadi Permen
ESDM No.1 Tahun 2014 setelah mengalami perkembangan.Peraturan lain yang
turut mendukung ialah dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No.1 Tahun
2014 yang terbentuk atas perubahan Peraturan Pemrintah No.23 Tahun 2010 serta
diterbitkannya Peraturan Menteri Perdagangan No.4 Tahun 2014 yang berasal dari
perubahan Peraturan Menteri Perdagangan No.29 Tahun 2012.
Pemerintah melalui DPR dan kementerian terkait menerapkan UU ini
karena memandang sejauh ini nilai ekspor dalam bentuk mineral mentah sangatlah
murah. Padahal selama ini, perusahaan tambang telah mengeksploitasi bahan
mentah tambang di Indonesia yang kemudian di ekspor ke negara asal perusahaan
tersebut. Di negara induk tersebut, bahan tambang tersebutdiolah menjadi barang
jadi

dan

kemudian

diekspor

kembali

ke

Indonesia

dengan

harga

tinggi. 13Akhirnya,Indonesia yang kembali membeli hasil sumber dayanya sendiri
denga harga yang jauh lebih mahal.Sehingga dinilai wajar apabila pemerintah
Indonesia ingin menambahkan nilai jual dari produk tambang mineral dan batu
bara dengan mewajibkan perusahaan tambang membangun smelter sesuai dengan
Undang-Undang tersebut.
Di sisi lain para pelaku usaha tambang di Indonesia melihat hal yang
berbeda dari terbitnya Undang-Undang tersebut yang membuat perusahaan12

Deteksi.co.2014. Pemerintah VS PT.NNT. Diakses melaui http://deteksi.co/2014/07/pemerintah-vs-ptnnt/tanggal 20 Januari 2017 pulul 22.28
13
Rizal,
S.
2016.
Gencar
Penolakan
UU
Mienrba.
Diakses
melaluihttp://sinarharapan.co/news/read/29600/gencar-penolakan-uu-minerba tanggal 20 januari 2017 pukul
22.35

10

Universitas Sumatera Utara

perusahaan berpikir ulang untuk menerimanya.Kebijakan tentang keharusan
perusahaan-perusahaan tambang untuk membangun smelter (pabrik pengolahan
dan pemurnian) menjadi pemicu hiruk pikuk para pemangku kepentingan tambang
mineral. 14Penerapan peraturan ini kemudian ditentang oleh banyak perusahaan
tambang, karena dianggap memberatkan. Seperti Asosiasi Pengusaha Mineral seIndonesia (Apemindo) yang mendatangi komisi VII DPR-RI dan meminta
pemerintah
menganggap

membatalkan
pemerintah

pelaksanaan
tidak

siap

UU
untuk

Minerba,

karena

memfasilitasi

Apemindo

pembangunan

smelter. 15Sebab pembangunan smelter ini diserahkan kepada pihak perusahaan
baik dalam pembangunan maupun modal yang dikeluarkan untuk banyak hal
seperti pendirian pabrik,pengadaan mesin dan peralatan hingga penyediaan tenaga
kerja baru.Belum lagi dikenakannya tarif bea pajak keluar ketika ingin
mengekspor hasil produksi.
Dari sekian banyak perusahaan tambang yang menolak keberadaan UU
ini, terdapat sebuah perusahaan tambang yang paling gencar dalam menolak yaitu
PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT).Perusahaan ini bahkan mengancam akan
menghentikan produksinya di Indonesia yang akan menyebabkan pemutusan
hubungan kerja ribuan karyawan apabila pemerintah benar-benar menerapkan UU
No.4 tahun 2009 tentang Minerba. 16

14

Budi Sulistyo.loc.cit
Rizal,S..loc.cit
16
Radhy,R.2014.
Dilema
Ekspor
Minerba.Diakses
melalui
http://nasional.sindonews.com/read/824528/18/dilema-ekspor-minerba-1389143866/ pada tanggal 20 jamuari
2017 pukul 22.43
15

11

Universitas Sumatera Utara

PT Newmont Nusa Tenggara (PT.NNT) adalah perusahaan tambang
subsidiary dari perusahaan multinasional Newmont Mining Corporation yang
berasal dari Amerika Serikat.Perusahaan ini beroperasi di Indonesia melalui
PT.NNT sebagai operator yang melakukan penambangan di Tambang Batu Hijau,
tambang tembaga dengan mineral ikutan emas dan terletak di sebelah barat daya
pulau Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi NTB.Pemegang saham PT
Newmont Nusa Tenggara (NNT) adalah Nusa Tenggara Partnership B.V (56 %),
PT. Pukuafu Indah (17.8 %), PT. Multi Daerah Bersaing (24%), dan PT.
Indonesia Masbaga Investama (2.2 %).PT Newmont Pasific Nusantara dan
Sumitomo bertindak sebagai operator pengelola NNT. 17
Produk yang dihasilkan NNT adalah konsentrat tembaga yang diolah dari
bijih tembaga di fasilitas pengolahan NNT. Produksi konsentrat NNTselama 5
tahun terakhir sebesar 2,3 juta ton konsentrat. Jumlah penjualan untuk dalam
negeri sebesar 525 ribu ton konsentrat sedangkan untuk penjualan ekspor sebesar
1,8 juta ton konsentrat.NNT saat ini menyerap tenaga kerja sekitar 3,867 orang
dengan rincian tenaga kerja asing 31 orang dan tenaga kerja Indonesia 3,656
orang. Tercatat hingga Desember 2015, PT NNT telah menyetor sebesar Rp 34,7
triliun kepada pemerintah RI berupa pajak, non-pajak dan royalti. 18
Kisruh yang terjadi antara pemerintah Indonesia dengan PT. Newmont
Nusa Tenggara (NNT) berujung pada dibawanya kasus ini ke badan arbitrase
17

Biro Kerjasama,Layanan Informasi dan Komunikasi.Sekretaris Jenderal Kementierian Energi dan Sumber
Daya Mineral.
18
Ibid.

12

Universitas Sumatera Utara

internasional. Diawali oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang ingin
menerapkan peraturan kebijakan Undang-undang no. 4 tahun 2009 tentang
peraturan pertambangan mineral dan batubara. Tidak adanya kesepahaman antara
pemerintah dengan perusahaan tambang ini kemudian membuat PT. NNT
membawa permasalahan ini ke ranah hukum dengan menggugat pemerintah
Indonesia ke jalur hukum melalui mahkamah arbitrase internasional melalui the
International Center for the Settlement of Investment Disputes (ICSID), sebuah
badan Bank Dunia yang mengelola penyelesaian sengketa investasi asing.
Arbitrase adalah suatu bentuk penyelesaian sengketa yang prosesnya
dibantu

oleh

seseorang

piha

ketigak

dengan

menggunakan

kebijaksanaannya. 19Arbitrase sebagai salah pranata penyelesaian sengketa di luar
pengadilandengan dibantu oleh seorang atau beberapa orang pihak ketiga (arbiter)
yang bersifat netral yang diberi kewenangan untuk membantu para pihak
menyelesaikann sengketa yang sedang mereka hadapi. Penyelesaian sengketa
melalui arbitrase ini didasarkan pada perjanjian atau klausula arbitrase
(arbritration clause),yang dibuat secara tertulis oleh para pihak,baik sebelum
maupun setelah timbulnya sengketa. 20
Ada beberapa jenis arbitrase,antara lain arbritase Ad Hoc (Volunteer) dan
Abritrase Institusional(Institutional Abritation) yang terdiri dari Arbritase Institusi
Nasional (National Arbitration),Arbitrase Institusional Regional (Regional
19

Arbitrase menurut R.Surbekti dalam Suleman Batu Bara & OrintonPurba.2013.Arbitrase Internasional :
Penyelesaian Sengketa Asing Melalui ICSID,UNCITRAL,dan SIAC.Jakarta : Raih Asa Sukses.Hal.8
20
Ibid

13

Universitas Sumatera Utara

Arbitration) dan Arbitrase Institusional Internasional (International Arbitration
Institutional). 21Dalam hal ini salah satu institusi abitrase internasional ialah
International Center for Settlement of Investment Disputes,yang menjadi pihak
ketiga dalam gugatan yang terjadi antara Perusahaan tambang emas PT.Newmont
Nusa Tenggara terhadap pemerintah Indonesia.ICSID didirikan oleh Bank Dunia
dengan tujuan dua pokok.Pertama,untuk menjembatani jarak antara para pihak
yang bersengketa dan mengisi kekosongan hukum di dalam menyelesaikan kasuskasus penanaman modal asing.Kedua,mendorong dan melindungi arus modal dari
negara maju kepada negara berkembang(developing countries) sehingga negaranegara berkembang dapat mendorong pertumbuhan ekonominya. 22
Pada tahun 2014 PT.NNT akhirnya melayangkan suatu gugatan kepada
ICSID.Gugatan tersebut dilayangkan oleh PT.NNT kepada ICSID dan terdaftar
dalam perkara dengan nomor perkara ARB/14/15 pada tahun 2014. 23 Newmont
dan pemegang saham mayoritasnya yang mengadukan Indonesia ke arbitrase
internasinal untuk membatalkan kebijakan melalui larangan ekspor guna
pembangunan smelter itu.Mereka memandang ketentuan hilirisasi mineral berupa
pengenaan bea keluar dan larangan ekspor konsentrat tidak sesuai dengan kontrak
karya dan perjanjian investasi bilateral Indonesia dan Belanda.Dengan langkah
hukum ini, Newmont berharap The Internatonal Center for the Settlement of
kInvestment Disputes yang menangani masalah ini, menjatuhkan putusan sela
21

Ibid.Hal.10-14
Suleman Batu Bara & OrintonPurba.Op.Cit.Hal.34
23
https://www.linkedin.com/pulse/icsid-tribunal-saskara-counsellors diakses pada 20 Januari 2017 pukul
23.46
22

14

Universitas Sumatera Utara

untuk membolehkan kembali ekspor konsentrat Newmont.Kebijakan hilirasasi
mineral menyebabkan NNT tidak bisa mengekspor konsentrat tembaga dan emas.
Alhasil, konsentrat yang mereka produksi hanya tertumpuk di fasilitas
penyimpangan di Batu Hijau, Nusa Tenggara.Ini berimbas pada penghentian
kegiatan produksi Newmont. 24
Proses dialog pun dilakukan antara kedua pihak agar permasalahan ini bisa
diselesaikan.Adanya

pertemuan

antara

pemerintah

dan

pihak

PT.NNT

menghasilkan sebuah kesepakatan melalui negosiasi-negosiasi yang telah
dilakukan.Pada akhirnya keputusan tersebut tidak lepas dari strategi kedua pihak
terutama pemerintah Indonesia untuk menentukan politik luar negerinya dalam
mewujudkan kepentingan nasional untuk mengatur sumber daya yang sudah
tertuang dalam Undang-Undang sebagai salah satu tujuan negara.
Langkah perusahaan tambang ini mendorong Indonesia untuk memberi
pengaruh sebaik mungkin.Agar tetap terjaga ketahanan dan kedaulatan sebagai
power negara melalui konsistensi kebijakan yang telah dibuat dalam bentuk
Undang-Undang.Pengaruh ini juga jawaban Indonesia atas respon PT.NNT yang
tidak mendukung negara Indonesia.Upaya mengadakan pertemuan untuk
membentuk sebuah negosiasi dalam suatu waktu akhirnya terlaksana.Proses
interakasi tersebut akan menghasilkan sebuah perundingan dan kesepakatan untuk
bekerja sama mencapai kepentingan masing-masing pihak baik Indonesia maupun
perusahaan

asing

tersebut.

Dalam

perjalanannya,

Pemerintah

Indonesia

24

KONTAN.Selasa 01 Juli 2014.Newmont Gugat RI ke Arbitrase.

15

Universitas Sumatera Utara

mengupayakan diplomasi dengan PT. Newmont untuk dapat mematuhi UU No.4
tahun 2009 dan membatalkan tuntutannya terhadap mahkamah arbitrase the
International Center for the Settlement of Investment Disputes (ICSID).
Ketika memahami bahwa kepentingan nasional merupakan tujuan dan
faktor penentu akhir yang mengarahkan para perumus kebijakan suatu negara
dalam menentukan dan menarik kebijakan politik luar negerinya. 25.Maka, peran
atau keputusan-keputusan pemerintah sebagai perumus kebijakan sangat perlu
mendapatkan perhatian ketika berhadapan dengan ancaman luar agar kepentingan
nasional itu tetap terjaga.Itulah sebabnya diplomasi digunakan sebagai jalan bagi
Indonesia dan PT.Newmont Nusa Tenggara untuk mencegah terjadinya ancaman
baru yang merugikan kedua pihak ditengah permasalahan perundang-undangan
yang belum berakhir. Hal tersebut menjadikan diplomasi menjadi hal yang
penting untuk dikaji sebagai instrumen yang melekat dalam negara ditengah
kekisruhan yang melibatkan pihak luar . Bagaimana diplomasi menjadi bagian
tidak terpisah dalam proses pencapaian Kepentingan Nasional Indonesia dan
kepentingan perusahaan multinasional PT.Newmont Nusa Tenggara. Oleh karena
itu, penulis mengangkat judul “Diplomasi Pemerintah Indonesia dalam
Menghadapi Gugatan Arbitrase Internasional PT.Newmont Nusa Tenggara terkait
Pengembangan Industri Smelter”

25

Dr. Yanyan Moh. Yan dan Dr. Anak Agung Banyu Perwita, 2006.“Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional”. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, Hal. 35

16

Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia
dalam menghadapi gugatan arbitrase internasional PT.Newmont Nusa Tenggara
terkait kebijakan pengembangan industri smelter ?
1.3. Batasan Masalah
Dalam membuat penelitian ini,peneliti memerlukan batasan.Pembatasan
masalah berguna untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup mengenai halhal apa saja dari masalah yang akan diteliti agar masalah yang diangkat tidak
menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai.Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Diterapkannya UU Minerba No.4 Tahun 2009 yang menyebabkan
penolakan dari perusahaan tambang PT.Newmont Nusa Tenggara melalui
gugatan dari pihak perusahaan ke lembaga arbitrase hingga dibatalkannya
gugatan tersebut pada tahun 2014.
2. Upaya apa saja yang telah dilakukan Indonesia dan PT Newmont Nusa
Tenggara dalam menyikapi pengembangan industri smelter yang belum
terlaksana.
3. Negosiasi-negosiasi yang dilakukan Indonesia dalam mengahadapi
gugatan arbitrase PT.Newmont Nusa Tenggara

17

Universitas Sumatera Utara

1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
a) Untuk mendeskripsikan kebijakan yang dibentuk oleh pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya mineral yang lebih produktif melalui peraturan
mengenai pengembangan industri smelter.
b) Untuk menganalisis apa yang telah diupayakan pemerintah Indonesia dan
PT.Newmont Nusa Tenggara agar pengembangan industri smelter dapat
diterapkan sesuai dengan Undang-Undang yang telah ditetapkan
c) Untuk menganalisis penyelesaian sengketa secara diplomatik yang
dilakukan oleh Indonesia dengan PT.Newmont Nusa Tenggara sehingga
permasalahan kebijakan tersebut bisa berakhir.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a) Secara teoritis,penelitian ini mampu menerapkan beberapa teori yang
dapat digunakan penulis sebagai acuan analisisnya,yaitu Konsep
Kepentingan Nasional serta Konsep Diplomasi
b) Secara akademis,penelitian ini diharapkan mampu menambah kajian
referensi dalam mengembangkan berpikir dan menulis bagi mahasiswa di
Departemen Ilmu Politik FISIP USU

18

Universitas Sumatera Utara

c) Secara praktis,penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan pribadi
dan masyarakat serta membantu agar lebih memahami masalah-masalah
politik yang berkaitan dengan sumber daya dalam lingkup nasional
maupun internasional.
1.6. Kerangka Konsep
1.6.1.Kepentingan Nasional
Negara merupakan aktor utama dalam kajian ilmu hubungan internasional.
Sebagai institusi yang bergerak secara rasional,negara diharuskan untuk
memenuhi kepentingan nasional sebagai konsekuensi dan salah satu tujuan dari
terbentuknya negara.
Negara dipandang sebagai sebuah institusi yang lengkap. Negara disusun
oleh aspek fisik dan aspek nonfisik yang saling menjaga dan mengisi satu sama
lain. Aspek fisik seperti wilayah teritorial, warga negara atau penduduk dan
sumber daya alam yang terkandung didalam wilayahnya. Sedangkan yang
dimaksud aspek non-fisik seperti aturan, hukum dan UU yang menjadi landasan
hukum sekaligus landasan filosofis dalam berjalannya proses pemerintahan dan
pengambilan kebijakan. 26
Kepentingan nasional selalu menjadi objek utama dalam menganalisa
interaksi antar negara. Perbedaan metode dan bentuk dipandang sebagai cara.

26
Ahmad Gilang.2008.Politik Energi Rusia di Kawasan Asia Tenggara(Studi Kasus:Kerja Sama Energi
Rusia-Kazakistan.hal.16

19

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan kepentingan nasional merupakan core dalam analisis ilmu hubungan
internasional. Ketidakmampuan negara dalam memenuhi kepentingannya sendiri
telah menjadi landasan dalam interaksi sejak berabad-abad silam.Di era modern
seperti saat ini, Perkembangan teknologi dan semakin kompleksnya kebutuhan
manusia menjadi pendorong utama dalam interaksi antar negara. 27
Kepentingan nasional suatu negara akan ditentukan berdasarkan kebutuhan
dalam

negeri

negara

tersebut

dan

pembacaaan

terhadap

lingkungan

internasionalnya. Untuk lebih mudah memahami, Robinson membagi klasifikasi
kepentingan nasional sebagai berikut. 28:


Primary Interest, kepentingan nasional terdiri atas wilayah, negara,
identitas politik, kebudayaan dan kelanjutan hidup bangsa terhadap
gangguan dari luar. Kepentingan primer ini tidak pernah dikompromikan.
Semua negara mempunyai kepentingan serupa dan kerapkali dicapai
dengan pengorbanan yang tidak sedikit.



Secondary Interest, kepentingan yang berada diluar primer tetapi dianggap
penting dan mendukung kepentingan primer.



Permanent Interest, kepentingan yang bersifat konstan dalam jangka waktu
yang lama

27

Ahmad Gilang.Op.cit.hal.17
Jack S. Plano dan Ray Olton. 1990, Kamus Hubungan Internasional, Jakarta.:CV. Abid. Hal. 7.

28

20

Universitas Sumatera Utara



Variable Interest, merupakan suatu kepentingan yang bersifat kondisional
dan dianggap penting sebagai kepentingan nasional pada suatu waktu
tertentu.



General Interest, Kepentingan yang dapat diberlakukan untuk banyak
negara dan cenderung serupa dalam bidang khusus seperti bidang ekonomi
atau perdagangan.



Spesific interest, kepentingan yang lebih bersifat khusus dan spesifik yang
cenderung berbeda berdasarkan kebutuhan dan kondisi negara.

Oleh karena itu, akan sangat penting untuk memahami kepentingan nasional
suatu negara sebagai landasan dan latar belakang kebijakan suatu negara. Dunia
hubungan internasional yang berkembang semakin pesat juga mendorong
berkembangnya kebutuhan negara. Namun, akan ada hal-hal prinsipil yang tidak
bergeser dan akan menjadi kepentingan nasional utama masing-maisng negara
dalam berinteraksi. Sebagai sebuah tujuan yang akan menjadi dasar dalam
interaksi serta perumusan kebijakan luar negeri negara.
Prinsip yang tertanam dalam kepentingan tersebut tidak sama konsistennya
(tidak

bergeser)

dengan

memperolehnya

secara

aplikatif.Sebab

untuk

mewujudkanya ,banyak cara dan pemahaman yang bisa dilakukan oleh actor yang
terlibat.Itulah

sebabnya

fenomena

internasional

dewasa

ini

mendorong

kepentingan nasional tidak lagi menjadi bersifat politik semata. Perkembangannya
juga mendorong konsep kepentingan nasional menjadi bersifat multidimensional.

21

Universitas Sumatera Utara

Maksud dari multidimensional adalah adanya keterkaitan secara sistemik dalam
aplikasinya antara dimensi yang satu dengan dimensi yang lain. Selain itu
pergeseran isu keamanan dari state security menuju human security juga
mendorong konsep kepentingan nasional pada isu-isu kontemporer seperti
lingkungan, kesejahteraan dan kejahatan Transnasional bahkan sampai pada isu
sumber daya.
Mendefenisikan dan mengukur pencapaian kepentingan nasional suatu negara
lebih merupakan hal yang bisa diidentifikasikan dari pada harus di ukur secara
kongkrit.Para penganut realis seperti K.J. Holsti menyamakan kepentingan
nasional sebagai upaya negara untuk mengejar power. 29Power itu sendiri adalah
segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara
terhadap negara lain.Artinya,segala daya yang ada dalam suatu negara sejatinya
dapat kita nilai sekalipun tidak harus melihat dan merasakannya secara langsung
sebab power yang dimiliki negara itu ada dan melekat sejak negara itu terbentuk.
Power itu yang menjadi nilai bagi suatu bangsa.Sebab dengan nilai-nilai
yang ada di dalamnya menunjukkan eksistensi bangsa itu sendiri dan
mempengaruhi identitasnya baik sekarang maupun masa yang akan datang.Itulah
hakikat kepentingan nasional,dimana menurut Frankel sebagai keseluruhan nilai
yang hendak ditegakkan oleh suatu bangsa.Lebih lanjut Frankel mengatakan
bahwa kepentingan nasional dapat melukiskan aspirasi negara,dan kepentingan

29

. K.J. Holsti. 1983. INTERNATIONAL POLITICS A Framework for Analysis. London. Prentice-Hall.Hal.
140

22

Universitas Sumatera Utara

nasional itu dapat dipakai secara operasional yang dapat dilihat dalam aplikasinya
pada kebijaksanaan maupun rencana yang dituju.Dengan demikian baik
kebijkasanaan maupun rencana yang dituju hanya berorientasi kepada
kepentingan nasional. 30
Demikian juga menurut Morgenthau yang memandang bahwa negara tidak
bisa lepas dari situasi yang mengandung permasalahan-permasalahan mengenai
persaingan perebutan power.Adalah suatu kewajiban bagi negara bangsa dalam
sistem internasional untuk memberikan tanggapannya atas situasi dan berbagai
tujuan nasional yang diinginkan oleh negara bangsa sesuai dengan kepentingan
nasionalnya masing-masing. 31
Morgenthau yakin bahwa kepentingan nasional sebagi suatu konsep harus
diartikan sebagai power.Oleh karena itu dia berulangkali menunjuk kepentingan
nasional berdasarkan defenisi power,artinya bahwa posisi power yang harus
dimiliki negara merupakan pertimbangan utama

yang memberikan bentuk

kepentingan nasional.Konsekuensi dari pemikiran tersebut bahwa suatu situasi
atau tujuan nasional harus dievaluasi dan diukur dengan menggunakan tolok ukur
posisi power negara. 32
Konsisten dengan rumusannya mengenai power,Morgenthau menyamakan
kepentingan nasional dengan usaha negara untuk mengejar power dimana power

30

R.Soeprapto.1997.Hubungan Internasional : Sistem,Interaksi,dan Perilaku.Jakarta : Raja Grafindo
Persada.Hal.144
31
R.Soeprapto.1997Hal.143
32
Ibid.

23

Universitas Sumatera Utara

dipandang sebagai sesuatu yang apat dipergunakan untuk memelihara mauun
mengembangkan kontrol suatu negara terhadap negara lain.Oleh karena itu
menurutnya,strategi diplomasi harus dimotivasi oleh kepentinngan nasional bukan
oleh karena moralistik,legalistik. 33
Dalam kajian politik internasional, kemampuan untuk mengetahui dan
menganalisa kepentingan nasional suatu negara akan menjadi kunci dalam
menjelaskan dan memahami serangkaian kebijakan luar negeri (salah satu
power)suatu negara. Dalam cakupan selanjutnya, kepentingan nasional tersebut
akan menjadi dasar dalam pengembangan kepentingan negara yang paling vital,
seperti pertahanan, keamanan, militer dan kesejahteraan ekonomi. 34
1.6.1.Konsep Diplomasi
Hubungan-hubungan internasional yang diadakaan antar negara, negara
dengan individu, negara dengan organisasi internasional atau pun negara dengan
perusahaan transnasional dan multinasional tidak selamanya terjalin dengan baik.
Seringkali hubungan itu menimbulkan sengketa di antara mereka. Sengketa dapat
bermula dari berbagai sumber potensi sengketa. Sumber potensi sengketa antar
negara dapat berupa perbatasan, sumber daya alam, kerusakan lingkungan,
perdagangan, serta masalah tuduhan terhadap suatu negara yang di duga
melakukan dumping, tidak dilaksanakannya kewajiban-kewajiban suatu pihak
dalam perjanjian, masalah nasionalisasi suatu perusahaan asing, adalah sedikit
33

Ibid.Hal.151
K.J.Holsty .Ibid.

34

24

Universitas Sumatera Utara

contoh kasus yang timbul dalam hubungan-hubungan ekonomi antar negara. 35
Oleh karena itu diplomasi memainkan peran dalam penyelesaiannya.Sebab
diplomasi adalah instrument yang tidak bisa dilepaskan dari masalah-masalah
internasional karena masih dijadikan sebagai jalan keluar dalam menghadapi
perbedaan pandangan yang berujung pada sengketa.
Diplomasi penting dilakukan agar saluran komunikasi antar suatu negara,
atau pihak yang ada disuatu negara, dengan negara lain (atau tentunya pihak yang
ada di negara lain). Tanpa adanya saluran diplomasi, maka akan banyak
persoalan-persoalan antar negara yang tidak terselesaikan. Dan bila hal ini terjadi
secara terus menerus maka pada suatu titik dikhawatirkan akan adanya
keterdesakan negara untuk mengambil tindakan lebih ekstrim dari pada sebuah
sengketa yakni perang. 36
Diplomasi itu sebagaimana halnya dengan alat,mesin atau instrumen
lainnya namun ia bersifat netral,yang artinya terlepas dari nilai-nilai,apakah ia
bermoral atau tidak.Nilai-nilai dan penggunaannya tergantung kepada maksud dan
tujuan

serta kemampuan,kemahiran

atau

kecakapan

dari

mereka

yang

melaksanakannya. 37
Menurut S.L Roy diplomasi adalah seni mengedepankan kepentingan
suatu negara melalui negosiasi dengan cara-cara damai apabila mungkin dalam
35

Sefriani.2009.321

36

A. Irawan J. H dan Giandi Kartasasmita.2015.Diplomasi Komersial Indonesia Ke Belanda Masa
Kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014). Yogyakarta : Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.Hal.7 (Penelitian Monodisipliner) Pdf
37
Antonius Sitepu.Studi Hubungan Internasional.Yogyakarta : Graha Ilmu.Hal.196

25

Universitas Sumatera Utara

hubungan dengan negara lain, jika cara damai gagal, cara ancaman untuk
kekuatan nyata diperbolehkan. 38Dengan demikian, diplomasi pada hakekatnya
merupakan hubungan antara negara yang satu dengan yang lain untuk mencapai
apa yang menjadi kepentingan nasional masing-masing negara tersebut.
S.L.Roy mencoba mengkaji hal-hal penting yang terdapat dalam berbagai
definisi mengenai diplomasi.menurut dia tampak jelas beberapa hal dalam
diplomasi,bahwa : (1) Unsur pokok diplomasi adalah negosiasi, (2) Negosiasi
dilakukan untuk mengedapankan kepentingan negara,(3) tindakan-tindakan
diplomatik diambil buat menjaga serta memajukan kepentingan nasional sejauh
mungkin dan dilaksanakan secara damai,pemeliharaan perdamaian dengan tanpa
merusak kepentingan nasional merupakan tujuan utama diplomasi, (4) Teknikteknik diplomasi yang sering dipakai untuk mempersiapkan perang bukan untuk
menghasilkan perdamaian, (5) Diplomasi berhubungan erat dengan tujuan politik
luar negeri suatu negara, (6) Diplomasi modern berhubungan erat dengan sistem
negara,(7) Diplomasi tidak bisa dipisahkan dari perwakilan negara. 39
Diplomasi yang digambarkan sebagai “the politics of international
relations” dalam sejarahnya terus berkembang sebagai suatu metode yang
berhubungan dengan dunia yang keras dimana berlaku sistem hubungan anatr
negara

yang

kompetitif

sifatnya.Negara-negara

saling

bersaing

untuk

memepertahankan hidupnya,memajukan kepentingan nasional mereka dan bahkan

38
39

S.L., Roy.1991.Diplomasi.terjemahan Harwanto & Mirsawati, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.hal 161.
S.L.Roy.1991.Diplomasi.Rajawali Press : Jakarta.Hal.4-5

26

Universitas Sumatera Utara

menguasai negara lain.Persaingan anta negara tersebut terus berlanjut karena
mereka mengejar tujuan masing-masing dan sering satu negara mengejar lebih
dari satun tujuan. 40
Negara dalam mengejar tujuan yang erat berkaitan dengan kepentingan
nasionalnya masing-masing,tidak jarang terjadi perbedaan-perbedaan kepentingan
bahkan kadang-kadang terjadi bentrokan kepentingan.Oleh sebab itu diplomasi
berperan untuk mendamaikan beragamnya kepentingan,paling tidak membuatnya
berkesuaian.Secara umum diakui bahawa fungsi utama diplomasi adalah
melakukan negosiasi,sedangkan ruang lingkup diplomasi adalah menyelesaikan
perbedaan-perbedaan dan menjamin kepentingan negara melalui negosiasi yang
berhasil. 41
Sebagai instrumen politik luar negeri,diplomasi pada dasarnya memikul tugastugas politik,seperti : 42
1.Meniadakan suatu keadaan yang merugikan kepentingan nasional;
2.mempertahankan keadaan yang menguntungkan kepentingan nasional;
3.Menegakkan keadaan yang diperlukan demi kepentinga nasional.
Di dalam diplomasi sendiri juga terdapat instrumen utama,yaitu : kerja
sama,penyesuaian dan penentangan.Kerja sama dan penyesuaian ditempuh lewat

40

R.Soeprapto.Op.cit.Hal.211
Ibid.
42
Dr.Budiono Kusumohamidjojo.1987.Hubungan Iternasional,Kerangka Studi Analitis.Bandung :
Binacipta.Hal 212
41

27

Universitas Sumatera Utara

negosiasi dan apabila negosiasi gagal,penentangan tampil menggantikan cara-cara
damai.Diplomasi yang baik adalah memilih cara yang tepat dalam mencapai
tujuan.Oleh sebab itu hakikat diplomasi yag sukses adalah kemampuan untuk
melakukan pemilihan yang tepat pada keadaan tetentu atas satu atau lebih
instrumen diplomasi tersebut. 43
Cara kerja diplomasi dapat dilaksanakan dengan melalui departemendepartemen luar negeri,kedutaan-kedutaan besar,konsulat-konsulat serta misi-misi
khusus yang diselenggarakan di seluruh dunia.Dan pada umumnya,dijalankan
dengan pola hubungan bilateral.Akan tetapi disebabkan semakin terasa bahwa
demikian pentingnya kegiatan-kegiatan dengan diadakannya berbagai konferensi
yang berskala intermasional,organisasi-organisasi regional serta berbagai tindakan
keamanan bersama maka aspek-aspek yang berpolakan kepada hubungan yang
bersifat multilateral,dirasakan semakin penting perannya dalam rangka hubungan
antara negara-negara. 44
Menurut Coulombis dan Wolfe,fungsi substansi diplomatik ada dua,yaitu
: 45

43

R.Soeprapto.Hal.214
Ibid.197
45
Ibid.Hal 214-216

44

28

Universitas Sumatera Utara

a. Pelaporan
Yang dilaporkan ialah seputar hasil observasi terhadap kondisi-kondisi
baik politik,ekonomi.militer maupun sosial daru tuan rumah untuk disampaikan
ke negaranya secara akurat.
Dalam hal penyampaian informasi ini terjadi dalam bentuk lisan maupun
tulisan dalam bentuk dokumen.Dengan tujuan akan dapat merefleksikan
sikap,kelakuan,perangai serta ideosentrik dari lawan bicaranya.Pengumpulan
informasi ini bisa dilakukan secara terbuka (overtly) yang biasa disebut dengan
laporan diplomatik,dan secara terselubung (covertly) yang biasa dilakukan dalam
bentuk spionase.
b. Negosiasi
Diakui secara luas bahwa salah satu fungsi utama diplomasi adalah
negosiasi. 46 Diplomasi mempunyai ruang lingkup menyelesaikan perbedaanperbedaan dan menjamin kepentingan-kepentingan negara-negara melalui
negosiasi yang sukses. Negosiasi dilakukan untuk mengedepankan kepentingan
negara. 47
Negosiasi

merupakan

suatu

cara

untuk

mendamaikan

berbagai

kepentingan nasional yang saling bersaing .Oleh sebab itu negosiasi adalah suatu
metode yang paling cocok untuk mendamaikan konflik selama perundingan masih

46
47

SL.Roy, terjemahan Harwanto & Mirsawati.hal.17
Ibid.Hal 4

29

Universitas Sumatera Utara

dapat berlangsung sehingga ledakan kekerasan dapat dihindarkan.Biasanya
negosiasi membicarakan pokok-pokok persoalan berikut detail-detailnya secara
konkret.Apabila para perunding berkonsentrasi kepada persoalan-persoalan yang
demikian maka akan dijauhkan dari hal-hal dimana tidak seorang pun mau
mengalah yang penuh dengan prasangka-prasangka dan emosi.
Dalam hal penyelesaian sengketa internasional negosiasi merupakan cara
yang pertama kali dan paling banyak digunakan Cara ini diakui sebagai cara yang
simple dan mudah dibandingkan cara-cara yang lain terlebih dengan cara jalur
hukum. Tidak ada tata cara khusus untuk melakukan negosiasi, dapat dilakukan
bilateral, multilateral, formal maupun informal. Namun akan sulit melakukan
negosiasi bila antar pihak yang bersengketa tidak memiliki hubungan diplomatik
atau saling tidak mengakui eksistensi masing-masing sebagai subjek kepentingan
nasional.
Negosiasi biasanya dimulai dengan saling mempertukarkan pendapat
kemudian disusul saling melakukan tawar-menawar guna mencari kompromi di
antara pendapat-pendapat tersebut.Dalam negosiasi tadi area-area yang menjadi
kesepakatan bersama ditegaskan dan diusahakan untuk bisa diperluas selebar
mungkin.Area-area yang tidak disepakati juga ditaskan dan diupayakan untuk
sejauh

mungkin

dapat

diciutkan

melalui

kompromi

sehina

tercapai

30

Universitas Sumatera Utara

kesepakatan.Kesepakatan tersebut bisa dalam bentuk tidak formal atau dengan
dituangkan ke dalam suatu perjanjian internasional. 48
Dalam pelaksanaannya negosiasi juga sering mengalami kegagalan
sehingga perundingan pun tidak terlaksana. Beberapa faktor penyebab kegagalan
itu antara lain misalnya apabila salah satu pihak menolak untuk melakukan
negosiasi. Faktor kegagalan yang lain adalah adanya upaya salah satu pihak untuk
menghentikan negosiasi dengan cara mengajukan penundaan tanpa batas waktu,
serta mengabaikan prosedur yang telah disepakati. 49Jika ditemukan hal yag
demikian maka usaha yang mendasar perlu untuk dilakukan dengan baik dan
benar.
Menurut

Frankel,membujuk

perundingan.Dia

melihat

dan
bahwa

berkompromi
kebanyakan

merupakan

teknik

pokok-pokok

dasar

persoalan

bagaimanapun bertentangannya mencakup pula kesamaan dan kepentingan
tertentu. 50
Pelaksanaan perundingan selalu dikaitkan dengan empat unsur utama yang
ada di dalamnya,yakni : (1) Obyek perundingan, (2) Personel,yang sering
menentukan gagal atau suksesnya suatu perundingan, (3) kapan sebaiknya

48

J.Franklin.1980.Hubungan Internasional.ANS : Sungguh Bersaudara : Jakarta.Hal.133
Sefriani.2009.328
50
Ibid.219-220
49

31

Universitas Sumatera Utara

perundinga dilakukan atau sebaiknya tidak diselenggarakan,yang juga memiliki
nilai strategis dan, (4) Lokasi perundingan. 51
Terwujudnya keempat unsur diatas pada akhirnya ditentukan oleh para
pendukung kegiatan itu sendiri.Yang dimaksudkan adalah bahwa keseluruhan
orang yang terlibat dalam proses diplomasi atau perundingan haruslah meliputi
kepribadian,kecerdasan,latar

belakang

pengetahuan,daya

tahan

fisik

dan

mental,serta motivasinya akan sangat menentukan terhadap apa yang bisa dicapai
dalam mengahadapi lawan diplomasi atau perundingan. 52
1.7. Metodologi Penelitian
1.7.1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis,dan
terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud
mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau jawaban atas masala
yang sedang diteliti.Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiahh
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 53
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif,dimana penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena
atau

populasi

tertentu

yang

diperoleh

peneliti

dari

subjek

berupa

individu,organisasi,industry atau perspektif yang lain.Adapun tujuannya adalah
51

Dr.Budiono.Op.cit.Hal.60
R.Soeprapto.Op.Cit.Hal.221
53
Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatifdan R&D.Bandung:Alfabeta.hal.2

52

32

Universitas Sumatera Utara

untuk

menjelaskan

aspek-aspek

yang

relevan

dengan

fenomena

yang

diamati,menjelaskan karakteristik atau masalah yang ada.Pada umumnya
penelitian

deskriptif

ini

tidak

membutuhkan

hiporesis,sehingga

dalam

penelitiannya tidak merumuskan hipotesis. 54
1.7.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.Menurut
Bodgan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati. 55 Jenis ini bersifat eksplorasi,dimana
kegunanaannya menghasilkan uraian yang mendalam untuk memperoleh
pemahaman mengenai keadaan tertentu yang sedang dikaji dari sudut pandang
yang utuh dan menyeluruh.
1.7.3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah melalui studi pustaka.Melalui studi ini,data yang dikumpulkan adalah data
sekunder yang diperoleh dari buku,jurnal,website,artikel ataupun sumber-sumber
lain yang berkaitan dengan judul penelitian ini.Pengumpulan data dilakukan

54
55

Suharsimi Arikunto.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:Rineka Cipta.hal.206
Lexy J.Moleong.2002.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.hal.4

33

Universitas Sumatera Utara

dengan cara membaca,menganalisis,kemudian mengutip dari sumber-sumber
tersebut. 56
1.7.4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu setelah data terkumpul
maka diklasifikasikan sesuai dengan masalah yang dibahas,dianalisis isinya
(content analysis) dan bandingkan dengan data yang satu dengan yang lainnya
kemudian diintepretasikan dan akhirnya diberi kesimpulan. 57
1.8. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan agar
proses penyusunan karya ilmiah lebih mudah dan terarah.Agar mendapatkan
gambaran yang jelas dan terperinci,penulis membagi penulisan ini ke dalam empat
bab,yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada BAB I terdiri dari latar belakang masalah,rumusan masalah,batasan
masalah,tujuan

penelitian,kerangka

teori,metode

penelitian,serta

sistematika penulisan.
BAB II : PROFIL PERTAMBANGAN DI INDONESIA DAN
PT.NEWMONT NUSA TENGGARA

56
57

Saifuddin Azwar.2010.Metode Penelitian.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.hal.92
Sumdi Surya Brata.1992.Metode Penelitian.Jakarta:Rajawali Pers.hal.87

34

Universitas Sumatera Utara

Pada BAB II Dalam bab ini akan mendeskripsikan profil mengenai
perusahaan tambang PT.Newmont Nusa Tenggara sebagai salah satu
perusahaan besar yang mengelola sumber saya mineral di Indonesia.Bab
ini juga akan menguraikan tinjauan dari kebijakan pengembangan industry
smelter bagi perusahaan tambang salah satunya PT.Newmont Nusa
Tenggara.
BAB III : ANALISIS DIPLOMASI PEMERINTAH INDONESIA
DALAM

MENGAHADAPI

GUGATAN

ARBITRASE

INTERNASIONAL PT.NEWMONT NUSA TENGGARA TERKAIT
PENGEMBANGAN INDUSTRI SMELTER
Dalam BAB III penulis menganalisis upaya yang dilakukan pemerintah
melalui diplomasi dalam menghadapi gugatan arbitrase internasional dari
PT.Newmont Nusa Tenggara sehingga dikehahui sejauh mana peran
pemerintah dalam diplomasi tersebut mampu mempengaruhi hasil gugatan
dan konsistensi kebijakan mengenai perkembangan industri s