Diplomasi Indonesia Dalam Mengahadapi Gugatan Arbitrase Internasional PT.Newmont Nusa Tenggara Terkait Pengembangan Industri Smelter Chapter III IV

BAB III
ANALISIS DIPLOMASI INDONESIA DALAM MENGHADAPI
ARBITRASE INTERNSIONAL PT.NEWMONT NUSA TENGGARA
TERKAIT PENGEMBANGAN INDUSTRI SMELTER

3.1.Upaya

pemerintah Indonesia terhadap penolakan kebijakan industri

Smelter oleh PT.Newmont Nusa Tenggara
Dalam pencapaian tujan negara yang diamanatkan dalam Undang-undang,tentu
negara harus melakukan berbagai upaya agar berjalannya sebuah kebijakan.Sebab
tidak menutup kemungkinan akan ada banyak tantangan yang dihadapi dalam
pelaksanaan kebijakan itu.Tantangan tersebut beragam sehingga suatu negara
dalam hal ini pemerintah juga harus memiliki banyak cara untuk mengatasi itu
semua.kKepekaan negara sangat diperlukan untuk menganalisis atau melihat
konsisi yang sesuai dengan tantangan itu sehingga cara mengatasinya sesuai
denga sasaran.
Sejak diterbitkan peraturan yang wajib dilakukan oleh perusahaan tambang
melalui Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara,kabar
penolakan dari banyak perusahaan tambang mulai terlihat.Sebanyak 118

perusahaan tambang pemilik kontrak karya (KK) dan perjanjian karya
pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) menolak

revisi kontrak sesuai

Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(Minerba). Ke-118 perusahaan tambang tersebut terdiri 76 perusahaan pemegang
PKP2B dan 42 pemegang KK.

82

Universitas Sumatera Utara

Menanggapi penolakan tersebut pemerintah Indonesia akhirnya membahas
kebijakan ini lebih dalam dengan berbagai pertimbangan.Upaya tersebut menjadi
bagian dari cara negara untuk tetap menjalin hubungan agar terjadi interaksi
timbal balik yang menghasilkan tujuan bersama.Inilah yang disebut dengan
diplomasi.Dimana tidak hanya sebatas interaksi secara langsung melalui sebuah
komunikasi namun bagaimana satu pihak memperlihatkan dirinya melalui sikap
atau tindakan-tindakan terhadap pihak lain.Tentunya sikap atau tindakan itu

memiliki makna dan tujuan tertentu.
Kebijakan yang kembali mendapat perhatian itu akhirnya menghasilkan
peraturan-peraturan

baru

melalui

perubahan

regulasi

yang

sudah

dikaji.Pemerintah memandang semua perubahan Peraturan yang ada selama ini
adalah tindak lanjut dari Undang-Undang No.4 Tahun 2009 agar realisasinya
semakin terarah melalui peraturan-peraturan yang spesifik sehingga semua
perusahaan bisa menjalankan amanat ini denga baik.


3.1.1.Perubahan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2014
Aturan tersebut merupakan revisi dari PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan dan Batubara.Dalam PP ini memuat :
a. Pemegang Ijin Usaha Tambang (IUP) yang sudah melakukan pengolahan
dapat menjual hasil pengolahannya

83

Universitas Sumatera Utara

b. Bagi pemegang kontrak karya yag sudah melakukan pemurnian dapat
melakukan penjualan ke luar negeri
c. Semua pelaksanaan pengelolaan dan pemurnian,termasuk waktu,teknis
dan batasan serta penjualan diatur dalam Permen ESDM No.1 Tahun 2014
PP ini menegaskan bahwa kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan
pertambangan batubara yang ditandatangani sebelum diundangkannya Peraturan
Pemerintah No.23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiata Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara dinyatakan tetap berlaku sampai waktunya berakhir.
Adapun kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara

sebagaimana yang dimaksud,yang belum memperoleh perpenjangan pertama
dan/atau kedua dapat diperpanjang menjadi Izin Usaha Pertambangan (IUP)
perpanjangan tanpa melalui lelang setelah berakhirnya kontrak karya dan
perjanjian usahanya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kecuali mengenai
penerimaan negara yang lebih meguntungkan.
Kontrak karya dan perjanjian karya perusahaan pertambangan minerba yang telah
melakukan tahap kegiatan operasi produksi wajib melakukan pengutamaan
kepentingan dalan negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.Dalam PP ini kuasa pertambangan,kontrak karya dan perjanjian karya
pengusahaan pertambangan minerba yang memiliki unit pengelolaan tetap dapat
menerima komoditas barang dari kuasa pertambangan,kontrak karya,dan
perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara,pemegang IUP,dan IPR

84

Universitas Sumatera Utara

Adapaun

pemegang


usaha

pertambangan,kontrak

karya,dan

perjanjian

pertambangan batubara pada tahap operasi produksi yang memiliki perjanjian
jangka panjang untuk ekspor yang masih berlaku,dapat menambah jumlah
produksinya guna memenuhi ketentuan pasokan dalam negeri setelah medapatkan
persetujuan menteri,gubernur dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
sepanjang memenuhi ketentuan aspek lingkungan dan konservasi sumber daya
batubara.
Peraturan pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 ini juga menegaskan,pemegang
kontrak karya sebagai mana dimaksud dalam Pasal 170 Undang-Undang No.4
Tahun 2009 wajib melakukan pemurnian hasil pertambangan di dalam
negeri.Pemegang IUP operasi produksi sebagai mana dimaksud dalam pasal 112
angka 4 huruf a Peraturan Pemerintah ini wajib melalukan pengolahan dan
pemurnian hasil penambangan di dalam negeri.Pemegang kontrak karya yang

melakukan kegiatan penambangan mineral legal dan telah melakukan kegiatan
pengolahan dan pemurnia,dapat melakukan penjualan ke luar negeri dalam jumlah
tertentu.Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengolahan dan pemurnian
serta batasan minimum pengelolaan dan pemurniaan diatur dengan Peraturan
Menteri.
Perubahhan

peraturan

diatas

diawali

dengan

terbitnya

Peraturan

Pemerintah PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

Pertambangan Mineral dan Batubara barulah terbit 1 Februari 2010. Bahkan,
Peraturan Menteri ESDM baru dikeluarkan dua tahun kemudian yaitu pada

85

Universitas Sumatera Utara

tanggal 6 Februari 2012. Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2012 yang di
dalamnya mengatur kadar kemurnian ini mengalami dua kali revisi, masingmasing dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2012 pada 6 Mei 2012
dan Peraturan Menteri ESDM No. 20 Tahun 2013 pada 1 Agustus 2013.Pada awal
tahun 2014, menjelang pemberlakuan larangan ekspor mineral dan batu bara pada
tanggal 12 Januari 2014, Pemerintah menerbitkan perubahan kedua atas PP No. 23
Tahun 2010 lewat PP No. 1 Tahun 2014 satu hari sebelum tenggat 12 Januari
2014. Dimana waktu tersebut merupakan batas akhir pembangunan pabrik
smelter.

3.1.2.Peraturan Menteri ESDM No. 1 tahun 2014
Pada hari yang sama saat diterbitkannya PP No.1 Tahun 2014 juga telah
dikeluarkan Peraturan Menteri ESDM No. 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan
Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengelolaan dan Pemurnian Mineral

Dalam Negeri.
Pasal

12

ayat

5

ditetapkan

bahwa

batas

akhir

pembangunan

smelter diperpanjang kembali menjadi paling lambat tiga tahun sejak dikeluarkan

pada tanggal 11 Januari 2014. Dengan ketentuan Peraturan Menteri ESDM No. 1
Tahun 2014 tersebut jelas bahwa batas waktu yang ditentukan oleh Pasal
103 juncto Pasal 170 UU Minerba dengan sendirinya akan terlampaui atau
industri

pertambangan

dapat

menunda

kembali

kewajiban

membangun

smelter hingga tahun 2017 tepatnya 12 Januari.

86


Universitas Sumatera Utara

Tidak hanya batasan waktu,batasan jenis hasil tambang dan kadar kemurniaanya
juga mengalami perubahan.Batasan minimum pengolahan dan pemurnian lebih
lanjut diatur dengan Peraturan Menteri ESDM.Sebelumnya berdasarkan Permen
ESDM,tembaga baru boleh diekspor bila tingkat kemurnian,serta pemurnian
tembaga 99%.Namun setelah dilakukan revisi,maka penjualan dapat mengekspor
bijih mineral mentah dengan tingkat kemurnian 30-40%.
Dalam Permen ESDM No.1 Tahun 2014 pemerintah masih mengizinkan ekspor 6
komoditas mineral yang sudah diolah atau berbentuk konsentrat hingga tahun
2017,meliputi tembaga,pasir besi,bijih besi,seng,timbal dan mangan.Pemerintah
mengatur batasan minimal kadar keenam mineral olahan tersebut yang boleh
diekspor.Sementara 6 komoditas tambang lainnya hanya boleh dikespor setelah
dimurnikan

dengan

hasil


berbentuk

logam,yaitu

emas,perak,bauksit,timah,nikel,dan kromiun.Pemerintah juga mengizinkan ekspor
emas dan perak yang terkandung dalam konsentrat tembaga karena merupakan
produk samping (side mineral) bukan produk pokok.
Berdasarkan ketentuan di atas, membutuhkan waktu tujuh tahun pemegang
KK dan IUP/IUPK diberi waktu untuk melakukan pengolahan dan pemurnian di
dalam negeri, tentunya dengan membangun smelter baik sendiri maupun bekerja
sama.Artinya,amanat Undang-undang No.4 Tahun 2009 tidak berjalan sesuai
dengan ketentuan.Dimana awalnya realisasi peraturan pembangunan smelter harus
selesai pada tahun 2014.Namun nyatanya masih belum ada yang membangun

87

Universitas Sumatera Utara

fasilitas pemurnian .Hingga akhirnya terbit lagi peraturan baru yang justru
memperpanjang jangka waktu pembangunan smelter.
Perubahan ketentuan mengenai kadar kemurnian hasil tambang juga perlu
disoroti sebab perbedaannya cukup jauh.Dengan persyaratan kemurnian
konsentrat sebesar 30-40% yang awalnya 99% tentu menjadi pertanyaan kembali
kepada pemerintah apa yang dimaksud dengan hasil tambang yang benar-benar
murni.Dengan porsi yang demikian tentu perusahaan tambang masih bisa
mengekspor bahan mentah lebih banyak daripada hasil tambang yang sudah
dimurnikan,yani sebesar 70-60%.Ini adalah toleransi yang belum berprinsip samasama untung.Karena ini sama saja dengan memberi celah bagi perusahaan untuk
terus mengekspor sebagian bahan mentahnya secara berulang-ulag berkali-kali
sebelum atau sedang membangun pabrik smelter.
Dengann proses yang sangat lambat tersebut justru membuat industri
pertambangan di Indonesia tidak semakin baik sebab hasil dari peningkatan nilai
tambah hasi tambang masih belum bisa dirasakan.Kondisi yang ditemukan ialah
penerimaan negara akan hasil tambang semakin lama semakin menurun dan
semakin banyaknya perusahaan tambang yang berkembang dan berdampak
kepada ketersediaan.Selama ini negara menanggung kerugian hingga trilyunan
rupiah akibat tidak maksimalnya penerimaan negara dari royalti yang dibayarkan
perusahaan ekstraktif. Dari hasil kajian ICW terhadap PT Newmont Nusa
Tenggara sejak tahun 2004 hingga terbentuknya Undang-Undang Minerba, total

88

Universitas Sumatera Utara

kerugian negara akibat kekurangan penerimaan royalti adalah sebesar US$ 237,4
juta. 104
Hal ini kian memburuk dimana adaya kerusakan hutan, banjir, dan pencemaran
lingkungan

yang

berdampak

buruk

terhadap

masyarakat

di

sekitar

pertambangan.Kondisi demikian kebijakan pengembangan industri smelter terus
menjadi perhatian hingga akhirnya muncul Undang-Undang Minerba No.4 Tahun
2009 yang merupakan hasil revisi dari Undang-Undang No.11 Tahun 1967
tentang Ketentuan Pokok Pertambangan.

3.1.3.Konsistensi Kebijakan Pengembangan Industri Smelter
Terbentuknya kebijakan dalam hal sumber daya mineral dan batubara tentu
memiliki dasar yang kuat dan jelas.Dasar itu sangat penting karena memiliki nilai
daripada keberadaan suatu bangsa dan hasilnya berpengaruh kepada semua orang
yang ada dalam negara tersebut.Landasan yang ditemukan dalam Undang-Udang
No.4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batabara adalah Undang-Undang Dasar
1945 dan melahirkan banyak Undang-Undang lain untuk akhirnya mendorong
terwujudnya tujuan dari isi Undang-Undang.Namun yang ditemukan ialah dasar
tersebut akhirnya hanya berjalan ditempat sehingga belum terlihat progres yang
jelas dari apa yang diharapkan dalam Undang-Undang tersebut.

104

Dilla.2011. Pemerintah Harus Ambil Alih Saham Newmont.Buletin ICW Edisi 1/Juli/2011.hal.5
http://www.antikorupsi.org/sites/antikorupsi.org/files/doc/Suara%20Tambang/suaratambang1.pdf 14 juli
2017 pukul 23.40

89

Universitas Sumatera Utara

Sudah jelas bahwa apa yang diharapkan terebut adalah kepentingan
nasional.Dimana negara harus mewujudkannya secara berkelanjutan demi
keberlangsungan suatu bangsa.Keberlangsungan yang dimaksud ialah bukan
sekedar mampu memenuhi kebutuhan atau menyejahterakan rakyat yang ada di
dalamnya,namun bagaimana menjaga kewibawaan melalui konsistensi landasan
hidup bangsa yakni Undang-undang itu sendiri.
Jika sebuah Unndang-Undang dijadikan role of model untuk mengarahkan
negara pada tujuannya,maka undang-undang tersebut tidak bisa diganggu-gugat
apalagi merubahnya berkali-kali dalam rentan waktu yang sangat dekat.Sebab
merencanakan sebuah kebijakan dalam bentuk undang-undang atau peraturan
bukan hal yanng gampang karena sejatinya membutuhkan waktu yang
lama.Karena tujuan itu pun diwujudkan dalam jangka waktu yang lama.
Dalam perkembangannya,kebijakan ini diperhadapkan dengan kondisi dimana
pemerintah terpaksa mengkaji ulang dan mempermudah implementasi kebjiakan
tersebut melalui tindak lanjut undang-undang dengan berbagai peraturan
pendukung dari lembaga negara terkait,seperti Kementerian Energi dan Sumber
Daya

Alam,Kementerian

Keuangan,Kementerian

Perdagangan

hingga

Kementerian industri.
Dengan rangkaian perjalanan regulasi smelter tersebut jelaslah tergambar
keterlambatan pembangunan smelter di Indonesia berasal dari berubah-ubahnya
ketentuannya. Perubahan yang tidaklah mempertegas batas waktu yang jelas

90

Universitas Sumatera Utara

kapan pembangunan smelter tersebut segera dibangun dan diwujudkan, tetapi
lebih berat kepada substansinya mengulur-ngulur waktunya. Dengan demikian
dapat ditarik benang merah bahwa telah terjadi inkonsitensi sikap pelaksanannya
terhadap ketentuan yang telah diputuskan bersama melalui UU yang mengaturnya
dan wajib dijalankan oleh pemerintah sebagaimana yang diatur UU Mineral dan
Batubara No.4 tahun 2009.
Pemberian izin ekspor hasil pengolahan mineral pasca 2014 merupakan bentuk
ketidakpatuhan pada UUD 1945 yang telah dinyatakan oleh Mahkamah Konstitusi
dalam Putusan Nomor 10/PUU-VII/2014 yang menyatakan bahwa kewajiban
pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri dalam UU Minerba
merupakan kewajiban konstitusional karena telah sesuai dengan Pasal 33 ayat (3)
UUD 1945.Artinya, segala bentuk pemberian izin ekspor mineral hasil
pengolahan yang belum dimurnikan di dalam negeri, merupakan bentuk kehendak
Konstitusi (Pasal 33 ayat (3) UUD 1945) dan kehendak rakyat (UU Minerba).
.
3.1.4.Dampak Konsistensi Kebijakan Terhadap Kepentingan Nasional

Selama masih berlandaskan Undang-Undang yang menjamin kehidupan
negara,maka negara tersebut masih mengutamakan kepentingan nasionalnya
seperti dikemukakan Robinson bahwa sangat penting untuk memahami
kepentingan nasional suau negara sebagai landasan dan latar belakang

91

Universitas Sumatera Utara

kebijakan.Artinya,kondisi kepentigan nasional suatu negara akan bergantung atau
erat kaitannya dengan perkembangan kebijakan yang dibuat oleh negara itu.
Jika meninjau latar belakang berdirinya kebijakan peningktatan nilai tambah
melalui pengembangan industri smelter diawali dengan dasar yang tepat karena
masih mengarah kepada undang-undang.Secara histori dapat juga dilihat bahwa
niat ini sudah lama digagas sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Dasar
1945 dan berwujud dalam bebagai peraturan pendukung hingga perjanjianperjanjian yang disepakati melalui kontrak karya.
Dalam hal ini kontrak karya antara Pemerintah Indonesia denga PT.Newmont
Nusa Tenggara sudah terbentuk pada 1986.Kekayaan sumber daya mineral dan
batu bara yang melimpah menjadi factor pendukung kenapa pada akhirnya
optimalisasi hasil sumber daya sudah direncanakan sejak semula.Hasil daripada
perencanaan ini tentu berdampak kepada segala sektor dan mempengaruhi
keberlangsungan negara Indonesia di masa yang akan datang.
Oleh karena itu kebijakan ini menjadi kepentingan nasional yang primer bagi
Indonesia.Sebagaimana yang diklasifikasikan oleh Robinson,kepentingan nasional
yang harus diwujudkan Indonsia termasuk ke dalam kategori Primary
Interest,dimana kepentingan nasional terdiri

atas wilayah,negara,identitas

politik,kebudayaan dan kelanjutan hidup bangsa teerhadap gangguan dari
luar.Sehingga kepentingan primer tidak pernah dikompromikan.Dan setiap negara

92

Universitas Sumatera Utara

miliki kepentingan serupa dan sering sekali dicapai dengan pengorbanan yang
cukup besar.
Artinya,Kebijakan mengenai nilai tambah hasil tambang adalah sesuatu yang
seharusnya menjadi prioritas sejak dahulu hingga sekarang.Sebab jika tidak
demikian maka negara akan terkesan mengesampingkannya sekalipun alasan
kepentingan lain.Ini yang akan mendorong masuknya peran perusahaan luar
negeri untuk terlibat dalam pengelolaan sumber daya nasional.Jika semakin lama
peran perusahaan asing semakin besar tentu itu menjdai sebuah ganggua.Ini
merupakan sebuah ancaman karena kan mengurangi peran negara selaku pemilik
dari sumber daya itu.Akhirya,kebutuhan negara akan hasil sumber daya mineral
dan batubara tidak terpenuhi dan tidak dapat dirasakan rakyat.
Seperti yang dikemukakan K.J Holsti

bahwa prinsip yang tertanam dalam

kepentingan nasional tidak sama konsistennya dengan memperolehnya secara
aplikatif.Sebab untuk mewujudkannya,banyak cara dan pemahaman yang
dilakukan oleh aktor yang terlibat didalamanya.Hal ini terlihat dari bagaimana
dalam proses implementasinya PT.Newmont Nusa Tenggara menolak peraturan
teresebut dan mengupayakan cara yang lain untuk menyelesaikan masalah
ini.Demikian halnya pihak Indonesia yang melakukan upaya-upaya untuk
mempertahyankan kebijakan tersebut.
Dengan pemahaman

yang dikemukakan

KJ.Holsti menunjukkan bahwa

kepentingan nasional yang beragam seperti yang dikemukakan oleh Robinson bisa

93

Universitas Sumatera Utara

saja berubah.Demikian halnya dengan kepentingan nasional Indonesia.Sejak
munculnya kebijakan dan kebijakan itu bermasalah hingga akhirnya masalah
tersebut terselesaikan, membuat prinsip kepentingan nasional dalam hal sumber
daya mineral dan batu bara tidak sesuai lagi dengan prinsip awal. Semakin lama
prinsip yang awalnya merupakan kepentingan nasional primer telah bergeser
menjadi kepentingan nasional yang bersifat kondisional sekalipun dianggap
penting sebagai kepentingan nasional pada waktu tertentu.Inilah yang disebut
dengan kepentingan yang masuk dalam kategori Variable Interest.
Pandangan Morgenthau dan KJ.Holsti dalamhal pencapaian kepentingan nasional
bisa juga dilihat dari berfokus mereka dalam hal power.Sebab power itu
merupakan segala sesuatunya yang dapat mengembangkan dan memelihara
kontrol suatu negara.Artinya,segala daya yang ada dalam suatu negara dapat kita
nilai sekalipun tidak harus melihat dan merasakannya secara langsung.Sebab
power yang dimiliki negara itu ada dan melekat sejak negara itu terbentuk.
Power yang dimiliki Indonesia sangat memadai namun dalam hal fungsi dan
penggunaannya masih lemah sehingga kepentingan nasional pun bisa bergeser
dalam hal yang prinsipil. Bargaining power akan yang ada di tangan pemerintah
sebagai host country ialah selaku pemilik sumber daya dan disisi lain memiliki
Undang-undang dasar yang mencakup kebutuhan segala sektor.
Inkonsistensi pemerintah dalam mengimplementasikan amanat UU Minerba
dengan

memberikan

kesempatan

kepada

PT.Newmont

Nusa

Tenggara

94

Universitas Sumatera Utara

menandakan bargaining power pemerintah Indonesia lemah dibandingkan dengan
bargaining power yang dimiliki perusahaan multinasional,PT.Newmont Nusa
Tenggara.Meskipun pemerintah unggul dalam hal sumber daya alam dengan
memiliki cadangan tembaga, emas dan perak yang cukup melimpah namun hal ini
tidak cukup menguatkan bargaining power-nya.
Ada sejumlah hal penting yang turut melemahkan bargaining power pemerintah
Indonesia seperti infrastruktur buruk atau tidak memadai, modal domestik tidak
cukup atau bahkan sama sekali tidak ada dan kualitas birokrasi yang buruk
dalam hal regulasi melaui motivasi yang terlihat dalam pembuatan kebijakan,Hal
ini berdampak kepada banyaknya pejabat negara yang tersandung kasus hukum
akibat permasalahan sumber daya mineral Indonesia. Kelemahan bargaining
power pemerintah Indonesia tersebut memang tidak bisa dipisahkan dari faktor
politis. Pernyataan Mantan Ketua KPK, Abraham Samad bahwa sebanyak 98
perusahaan tambang melakukan suap kepada bupati, gubernur dan pejabat di
kementerian agar izin pertambangannya tetap aman,menjadi bukti bahwa
pemberian izin kepada perusahaan tambang memang juga tidak bisa dipisahkan
dari persoalan politik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa tidak konsistennya peraturan perundang-undangan
dan melemahnya kekuatan dalam mewujudkan kepentingan nasional justru
menambah persoalan bagi negara.Sehingga peraturan-peratutan baru yang muncul
dan diubah berkali-kali tidak menjamin bahwa tujuan dari undang-undang tersebut
benar-benar bisa dicapai untuk kepentingan bsersama.

95

Universitas Sumatera Utara

3.2.Upaya PT.Newmont Nusa Tenggara Upaya yang Dilakukan Pemerintah
Indonesia.
Salah satu bentuk interaksi atau hubungan yang baik dalam diplomasi ialah
adanya hubungan timbal-balik antara satu pihak ketika pihak lain.Hubungan ini
bisa

terjalin

melui

kerjasama

bahkan

dalam

suatu

permasalahan

sekalipun.Denngan adanya masalah akan muncul sebuah niat untuk mencoba
memperbaiki isu yang sedang menjadi perhatian bersama.Interaksi ini yang
kemudian memperlihatkan bahwa adanya peran power yang dimiliki masingmasing pihak.Baik atau tidaknya hubungan timbal-balik itu bergantung kepada
sikap dari pihak yang terlibat dalam memanfaatkan power yang ada di dalamnya.
Upaya yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia mendapatkan respon dari
perusahaan tambang PT.Newmont Nusa Tenggara yang menunjukkan penolakan
kebijakan pengembangan industri smelter sejak awal.Peninjauan kembali
beberapa regulasi dinilai masih belum berasaskan keuntungan bersama yang
tertuang dalam Kontrak Karya sejak lama.Sehingga upaya atas penolakan ini
masih belum bisa diterima seutuhnya oleh perusahaan tambang yang sudah 17
Tahun mengeksplor dan mengeskploitasi hasil sumber daya alam Indonsia
itu.Sebagai tindak lanjut atas tanggapannya,PT.Newmont melakukan berberapa
upaya yang cukup mempengaruhi banyak sisi dari negara ini.

96

Universitas Sumatera Utara

3.2.1.Perusahaan Menghentikan Operasi Tambang

PT.Newmont Nusa Tenggara masih tetap menolak kebijakan pengembangan
industri smelter ini sekalipun sudah mengalami perubahan. Reaksi penolakan
muncul ketika PT .Newmont Nusa Tenggara mengeluarkan wacana akan
menghentikan operasi produksi dari tambang Batu Hijau hingga berdampak
kepada kondisi pekerja yang ada di dalamnya. Kondisi tersebut menyebabkan
bahan mentah yang sudah diproduksi jadi menumpuk di area pertambangan yang
tetap

beroperasi

Rencana penghentian

operasi

produksi ini

dilontarkan

Presiden Direktur PT NNT Martiono Hadianto dalam keterangan persnya.

“Kalau gudang sudah penuh, maka kita hentikan operasi. Kalau berhenti operasi
maka dengan terpaksa kami akan merumahkan karyawan. Kita hentikan operasi
mulai sekitar awal Juni 2014,” kata dia. 105
Ia juga menjelasakan bahwa untuk meminimalkan biaya pengeluaran dan menjaga
kemampuan serta kesiapan perusahaan untuk kembali beroperasi, sekitar 80
persen dari 4.000 karyawan di Batu Hijau akan ditempatkan dalam status standby dengan pemotongan gaji mulai 6 Juni 2014.Sehingga banyak karyawan yang
akan rumahkan. 106

Sementara itu dalam keterangan yang disampiakan melalui media Ilyas ,Manager
Procesing and

Powerplant

PT

NTT

Ilyas

Yamin mengatakan di

area

pertambangan Batu Hijau PT NTT di Kecamatan Sekongkang, Sumbawa
105

http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/06/06/249594/newmont-hentikan-operasi-tambang-batu-hijau
http://www.viva.co.id/berita/bisnis/510012-newmont-resmi-hentikan-operasional-tambang-batu-hijau
Selasa 25 juli 2017 pukul 20.23
106

97

Universitas Sumatera Utara

Barat, Nusa Tenggara Barat, sekitar 3.500 karyawan PT NNT sudah
dirumahkan,
terancam akan

sementara

sisa

mengalami

hal

ribuan
yang

karyawan dan
sama

jika

kontraktor

PT

NNT

lainnya

tetap

tak

diizinkan mengekspor stok konsentrat tembaga yang menumpuk di gudang.
Puluhan ribu ton konsentrat milik PT NNT kini menumpuk di gudang,
sehingga meluber

melebihi

kapasitas gudang. Jumlah

konsentratnya 93.800

ton, kapasitas gudang hanya 90.000 ton.

Newmont telah resmi menyampaikan pemberitahuan kepada pemerintah dan
karyawan bahwa perusahaan itu menyatakan keadaan kahar (di luar kuasa/force
majeur) sesuai kontrak karya, karena adanya penerapan larangan ekspor yang
membuat Newmont tidak dapat melakukan kegiatan produksi.Hal itu dikatakan
Presiden Direktur PT NNT Martiono Hadianto kepada wartawan seusai bertemu
Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Irianto Simbolon di
Gedung Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans), Jakarta,
Rabu 7 Juni 2016.107

Meskipun izin ekspor sudah dibuka pada awal tahun 2014 tidak membuat
PT.Newmont begitu lega,sebab masih ada ketentuan yang berlaku bagi
perusahaan yang belum bisa mereka patuhi.Dalam Permen No.1 Tahun 2014
ditetapkan komoditas yang sudah memperoleh izin penjualan ke luar negeri
adalah

107

tembaga,yang

merupakan

hasil

tambang

PT.Newmont

Nusa

Ibid.

98

Universitas Sumatera Utara

Tenggra.Namun komoditas pokok lain yang belum diberi izin adalah emas.Sebab
dalam ketentuannya emas harus wajib dimurnikan lebih dahulu dalam pabrik
smelter.Jika tidak demikian maka pemerintah tidak akan member izin
ekspor.Sementara hingga saat diterbitkannya Permen tersebut PT.Newmont Nusa
Tenggara masih belum mendirikan pabrik smelter.

Reaksi dari penolakan ini tidak lagi subsantif sebab tidak lagi focus kepada
masalah utama yaitu bagaimana pembangunan smelter yang harus segera dimulai
sejak jangka waktu yang sudah diperpanjang melalui Permen No.1 Tahun
2014.Respon ini merupakan cara yang dilakukan PT.Newmont Nusa Tenggara
untuk mengalihkan niat mereka dalam membangun pabrik pengolahan dan
pemurnian yang belum terlaksana.Dengan permasalahan lain yang muncul
dipermukaan akan membawa pemerintah kepada kesalahan sebelumnya dimana
pemerintah kembali merevisi berbagai peraturan untuk mewujudkan UU Minerba
No.4 Tahun 2009.Kemudian peraturan tersebut tidak terlaksana sesuai ketentuan
dan mengalami keterlambatan selama lima tahun.Kondisi yang sama juga bisa
terjadi jika pemerintah tidak peka lagi.Sehingga tidak menutup kemungkinan
perubahan ini akan mengalami keterlambatan lagi setelah masa waktunya berakhir
di tahun 2017 nanti karena terlalu serius mengahadapi respon yang berlebihan dan
tidak substansif lagi.

Kekhawatiran terhadap pemutusan ribuan pekerja tambang sebenarnya hanya
menjadi alasan yang sengaja dimunculan untuk menimbukan suatu ironi dan

99

Universitas Sumatera Utara

kesan bahwa pemerintah sewenang-wenang, pengusaha tambang sebenarnya
sudah cukup diberikatan waktu 5 (lima) tahun untuk mempersiapkan pabrik
(smelter) agar setelah pemberlakuan UU minerba tidak ada alasan lagi bahwa
perusahaan belum siap karena belum ada pabrik(smelter) sehingga perusahaan
akan tetap operasi dan tidak perlu ada PHK pekerja tambang.
Kewajiban perusaahan tambang untuk mendirikan pabrik (smelter) kalau dihitung
sebenarnya akan lebih menguntungkan pekerja tambang karena dengan berdirinya
pabrik maka akan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dan dijamin bahwa
perusahaan tersebut akan beroperasi jangka panjang karena telah berinvestasi
besar, tidak seperti selama ini kebanyakan tenaga kerja hanya digunakan sebagai
operator alat berat dan truk dan hanya digunakan sementara waktu karena banyak
perusahaan yang hanya beroperasi jangka pendek untuk mendapatkan keuntungan
dari ekspor bahan mentah tanpa ada kesungguhan untuk membangun pabrik
(smelter).

3.2.2.Arbitrase Internasional
Kendati sudah mendapat kelonggaran melalui perubahan perundang-undangan,
namun ternyata hal itu tidak memuaskan PT.NNT. Mereka kali ini
mempermasalahkan Bea Keluar (BK) yang dianggap berpotensi mengurangi
pendapatan keuntungan mereka. Karena itu, mereka pun kemudian membawa
masalah ini ke pengadilan ICSID.

100

Universitas Sumatera Utara

Presiden Direktur PT.NNT, Martiono Hadianto menyatakan bahwa langkah yang
dilakukan PT.NNT ini adalah langkah terakhir yang dilakukan PT. NNT dan para
pemegang saham karena mereka merasa bahwa mereka harus membawa ke
mahkamah internasional untuk memastikan pekerjaan-pekerjaan, hak-hak serta
kepentingan-kepentingan para pemangku kepentingan perusahaan terlindungi juga
sudah memberikan devisa yang besar bagi Indonesia selama ini.
PT.NNT juga memberikan syarat kepada pemerintah Indonesia apabila mereka
ingin PT. NNT mencabut gugatan mereka, maka pemerintah Indonesia harus
mencabut larangan ekspor mineral mereka sehingga operasional tambang mereka
kembali pulih. Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam terhadap langkah yang
dilakukan oleh PT.NNT. Menteri Perekonomian, Chairul Tanjung sudah
menyiapkan sanksi kepada PT. NTT apabila mereka tidak mencabut gugatan. Hal
ini dirapatkan dalam sidang cabinet pada tanggal 10 Juli 2014.

Selain itu, pemerintah Indonesia sudah bersiap untuk melawan PT.NNT
yang membawa permasalahan ini. Bahkan pemerintah Indonesia sudah siap
menggugat balik PT.NNT ke mahkamah arbitrase dan menyewa pengacara terbaik
untuk melawan gugatan PT.NNT. Hal ini dikemukakan oleh menteri
perindustrian, M.S. Hidayat setelah berdiskusi dengan menteri perekonomian,
Chairul Tanjung.Gugatan balik terhadap PT Newmont Nusa Tenggara akan
diajukan pada lembaga arbitase internasional yang berbeda yaitu ke United
Nations Commission on International Trade Law . Sebuah lembaga hukum

101

Universitas Sumatera Utara

bagian dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berwenang
menangani berbagai isu terkait perdagangan internasional. yang berbasis di
Amerika Serikat.

"Kami sudah menyiapkan gugatan balik, namun kami akan melihat
perkembangan nanti,,Kami masih membahasnya. Berkas gugatannya sudah
dipelajari oleh tim teknis yang dipimpin Kepala BKPM," 108
Melanjutkan

tanggapan

pemerintah

melalui

Menko

Perekonomian,Kementerian ESDM juga membenarkan rencana gugatan baik
itu.Dimana saat ini

pemerintah sedang mempersiapkan

tim kecil untuk

menyeleksi kuasa hukum (lawyer) yang akan menjadi perwakilan dalam
persidangan sengketa nanti.. Hal ini harus melalui beberapa prosedur birokrasi
yang melibatkan instansi terkait dan penyiapan dokumen-dokumen pendukung.

"Tim kecil ada di bawah Pak Mahendra (Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Mahendra Siregar). Pekan ini bakal rampung," 109.
Tindak lanjut dari sikap tersebut pemerintah Indonesia akan mengirim
perwakilannya untuk menghadapi gugatan itu.Hal ini terlihat dai surat perintah
kepada beberapa pejabat negara yang melibatkan beberapa kementerian.Surat ini
ditangani langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kala itu.

Di dalam persiapan mengahadapi gugatan,pemerintah tetap memberi sinyal
utuk tetap memikirkan jalur hukum ini dan bisa dipertimbangkan dengan solusi

108
109

102

Universitas Sumatera Utara

yag lebih baik.Dalam

keterangan yang disampaikan Menko Perekonomian

Chairul Tanjung mengatakan :
“Bolanya sekarang bukan di tangan pemerintah Indonesia, bolanya di tangan
PT.Freeport dan PT. Newmont untuk menyelesaikan masalah perjanjiannya
dengan pemerintah Indonesia, apabila itu sudah diselesaikan maka akan
berlanjut,”
.
Pertimbangan yang sama terhadap PT.Newmont Nusa Tenggara juga
disampaikan Sukhyar yang berpendapat bahwa semua berpulang pada Newmont,
karena jika masalah ini sampai berlarut-larut yang dirugikan adalah perusahaan,
karena tidak bisa melakukan ekspor.

"Freeport saja bisa selesai kok bernegosiasi. Kalau ditanya kesiapan
pemerintah, kami sangat serius menghadapi gugatan ini, dan sangat
optimistis menang," 110
Melihat interaksi yang terjadi ditengah

proses sengketa mengenai

kebijakan pengembangan industri smelter dapat dilihat bahwa kedua pihak
memandang ser
Kemungkinan memenangkan perkara seperti yang dikemukakan pemerintah
dalam gugatan tersebut memang ada.Hal ini terlihat dari Undang-Undang yang
dimiliki pemerintah sebagai modal pembelaan.Kekuatan lain yang bisa
mendorong ialah bagaimana sebelumnya pengalaman pemerintah dalam
memenangakan gugatan arbitrase internasional dari beberapa perusahaan tambang
di

.Sehingga

mampu

memudahkan

dalam

hal

pelaporan

hingga

110

103

Universitas Sumatera Utara

pembelaan.Demikian

halnya

menghadapi

gugatan

PT.Newmont

Nusa

Tenggara.Gugutan yang saat ini dihadapi ialah gugatan yang kedua setelah
sebelumnya PT.Newmont pernah menggugat Indonesia berkaitan dengan divestasi
saham pada tahun 2008 melalui lembaga arbitrase UNCITRAL. 111Saat itu pihak
Indonesia memenangkan perkara ini dengan dasar bahwa PT.Newmont tidak
melaksanakan ketentuan-ketentuan mengenai pembagian saham sesuai yang
tertera dalam Kontrak Karya.
Di sisi lain yang perlu diperhatikan ialah perbedaan-perbedaan yang substansif
dalam kasus ini baik dalam hal materi maupun lembaga arbitrase sebagi pihak
ketiga yang tentunya memiliki prisnsip yang berbeda antara ISCID dan
UNCITRAL.Prinsip-prinsip tersebut mengikat dan harus taat aturan dalam
prosesnya.
Dalam proses pelaksanaanya,pihak yang terlibat dalam kasus penyelesaian
sengketa melalui arbitrase internasional akan menghabiskan banyak biaya.Namun
yang lebih penting ialah proses penyelesaian sengketa ini membutuhkan waktu
yang cukup lama.Sehingga fokus pemerintah hanya kepada persoalan ini
saja.Pada akhirnya kepentingan utama untuk mengamanatkan undang-undang
minerba No.4 Tahun 2009 tentang peningkatan nilai tambah hasil tambang
melalui pengembangan industri smelter akan terlupakan.Padahal banyak hal yang
harus diperhatikan lagi dalam pelaksanaan kebijakan yang sangat lambat ini.

111

Suleman Batubara&Orinton Purba.Op.Cit.hal.100

104

Universitas Sumatera Utara

Dengan pertimbangan yang demikian seharusnya pemerintah Indoesia tidak perlu
menyikapi gugatan ini secara berlebihan karena justru akan merugikan negara.
Reaksi yang tidak perlu ditanggapi dengan gugatan balik.Apalagi menggugat
balik dengan lembaga arbitrase yang berbeda.Hal ini akan membawa pemerintah
Indonesia ke dalam permasalahh yang baru sama seperti penolakan yang tetap
diserukan PT.Newmont mengenai Permen No.1 Tahun 2014.
Indonesia memiliki hak untuk menolak dan tidak mengikuti gugatan itu sebab
pada prinsipnya penyelesaian sengketa investasi asing berdasarkan konvensi
ICSID

memiliki dasar hukum mengenai persetujuan kedaua pihak dalam

melanjutkan sebuah gugatan melalui surat persetujuan yang harus dikirim kepada
sekretaris jenderak ICSID..Jika pihak Indonesia tidak sepakat untuk terlibat dalam
pelaporan

tersebut

maka

sengketa

tidak

akan

bisa

diatasi

oleh

ICSID.Sebaliknya,apabila kedua pihak sepakat menyelesaikan sengketa melalui
lembaga tersebut,tidak satu pihak pun menarik dapat menarik diri dari arbitrase
ICSID terkait dengan penyelesaian sengketa yang sudah disetujui para pihak. 112
Dengan pemahaman yang demikian sudah sepatutnya pemerintah Indonesia tetap
fokus pada tujuan dan arahan awal dan tidak perlu terpengaruh oleh ancamanacaman yang sebenarnya bisa melemahkan posisi Indonesia.Power negara akan
lemah sebab konsep dan arahan kebijakan tidak berpijak pada dasar kuat
lagi.Terkadang investor asing menjadikan gugatan ini untuk meningkatkan posisi
tawarnya. Akibat dari gugatan tersebut, berdampak terhadap melemahnya posisi
112

Suleman Batubara & Orinton Purba.Op.cit.Hal.43-44

105

Universitas Sumatera Utara

tawar Indonesia yang akhirnya memberikan izin kepada Newmont untuk
melakukan ekspor konsentrat melalui berbagai regulasi yang diubah

3.3.Penyelesaian Sengketa Secara Diplomatik oleh Indonesia
Suatu permasalahan pasti akan terjadi dalam sebuah hubungan sehingga
mempengaruhi kebijaksanaan pihak yang terlibat.Permasalahan dalam ruang
lingkup politik internasional meliputi kasus-kasus yang sedang berkembang baik
antara negara dengan negara maupun negara dengan perusahaan asing
(multinational corporate).Kasus-kasus ini dapat ditangani sesuai dengan keinginan
maupun kesepakatan pihak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Hubungan antara pemerintah dengan pelaku usaha cukup penting karena
mempengaruhi

perkembangan

bahkan

keberlanjutan

masing-masing

pihak.Perlunya hubungan antara pemerintah dengan pelaku usaha (Government to
Business) antara pemerintah dengan swasta asing dan atau negara antar
counterpart dengan swasta nasional agar mampu menjembatani peluang
kerjasama 113.Tidak bisa dipungkiri dengan pemahaman yang demikian banyak
negara di dunia yang terus mencoba menjalin hubungannya sebaik mungkin
dengan korporasi yang ada di dalam negara itu.

113

Ryan M.Healy dalam Buku Kajian Diplomasi Ekonomi : Optimaslisasi Instrumen Kerjasama Luar Negeri
sebagai Upaya Peningkatan Ekspor dan Arus Masuk Investasi Asing Ke Indonesia.2012.Kementerian Luar
Negeri : Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan.Hal.110

106

Universitas Sumatera Utara

Kasus yang sedang berkembang saat ini terjadi antara negara Indonesia dengan
perusahaan tambang asing yaitu PT.Newmont Nusa Tenggara.Permasalahan
terjadi sejak terbentuknya kebijakan peningkatan nilai tambah melalui
pengembangan industri smelter dan belum menemukan titik terang.Kendati sudah
melakukan berbagai hal,realisasi kebijakan tersebut belum ada.Hal ini mendorong
kedua pihak memikirkan cara lain yang paling efektif.Sikap pemerintah dan
PT.Newmont yang masih berdiri pada pemahamannya masing-masing belum bisa
memberikan jawaban atas terkendalanya kebijakan tersebut.Proses ini dijalani
cukup lama hingga mempengaruhi posisi kedua pihak dalam pencapaian
tujuannya masing-masing.

3.3.1.Negosiasi
Pengembangan industri smelter sudah lama ditetapkan melalui Undang-Undang
No.4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara.Sama halnya dengan kebijakan
lain di negara ini tentu selalu ada yang menjadi kendala dan akhirnya menjadi
masalah besar yang harus dihadapi oleh semua aktor yang terlibat di
dalamnya.Masalah yang ada dalam kebijakan ini adalah tidak terwujudnya
peraturan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Dan masalah ini
berlanjut di tingkat internasioal.
PT.Newmont Nusa Tenggara menolak kebijakan tersebut dengan menggugat
pemerintah Indonesia dengan harapan undang-undang tersebut dapat dibatalkan

107

Universitas Sumatera Utara

sekalipun sudah mengalami perubahan dalam peraturan pendukungnya. Dalam
mengahadapi gugatan arbitrase internasioal yang diajukan oleh PT.Newmont
Nusa Tenggara kepada ISCID,Indonesia sudah menawarkan upaya lain yakni
mengadakan

pertemuan

untuk

duduk

bersama-sama

menyelesaikan

ketidaksepakatan dan merundingkan beberapa hal.

"Namun, sampai saat ini, kami masih menunggu iktikad baik PT Newmont
Nusa Tenggara untuk mencabut gugatan di pengadilan arbitrase dan
melanjutkan proses renegosiasi. Posisi pemerintah tetap sama, mereka
harus mencabut dulu gugatan itu, baru kami bisa duduk bersama. Saya
dengar mereka masih menunggu kabar dari AS," 114
Upaya negosiasi ini kemudian diterima oleh pihak PT.Newmont dan telah
berlangsung dengan beberapa hasil.Ini merupakan jalan terakhir yang ditempuh
dengan menyelesaikan sengketa secara diplomatik melalui fungsi utama diplomasi
itu sendiri,yaitu negosiasi.
Dimulai kembalinya negosiasi formal menandakan adanya inisiatif kedua belah
pihak untuk komitmen membangun hubungan yang baik demi kepentingan
bersama.Sebab cara ini dipandang lebih baik daripada diselesaikan lewat hukum
melalui gugatan yang yang melibatkan lembaga intenasional.Perundingan
mengenai kontrak tambang antara PT. NNT dengan Pemerintah Indonesia dalam
hal ini, yaitu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral kemudian kembali
dilanjutkan.

114

Penjelasan Sukhyar kepada media Investor Daily di Jakarta, Selasa (19/8)

108

Universitas Sumatera Utara

Dalam keterangan tertulisnya yang disampaikan melalui website resmi, Newmont
dan pemegang saham mayoritas Newmont, Nusa Tenggara Partnership BV
(NTPBV), mencabut gugatan arbitrase mereka di International Center for
Settlement of Investment Dispute (ICSID). Langkah ini muncul setelah
pemerintah membuka negosiasi formal dan mengadakan penandatanganan nota
kesepahaman (MoU) dengan Newmont atas pencabutan gugatan arbitrase.
Penandatanganan ini bakal diikuti dengan dibukanya keran ekspor konsentrat
tembaga dan ekspor dari tambang Batu Hijau. 115
Akhirnya pada tanggal 4 September 2014, nota kesepahaman kontrak tambang
antara PT.NNT dengan pemerintah Indonesia berhasil dicapai. Dimana dari hasil
kesepakatan ini terdapat enam poin yang disepakati. 116 Keenamnya adalah
mengenai batasan luas wilayah, royalty, divestasi saham, kewajiban pengolahan
dan pemurnian, tingkat penggunaan barang dan jasa dalam negeri serta
perpanjangan kontrak.
Kenaikan royalti sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012,
Perusahaan bersedia meningkatkan tarif Royalti atas tembaga, emas dan perak
dari tarif-tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat 2 Kontrak Karya menjadi
4% untuk tembaga, 3.75% untuk emas, 3.25% untuk perak dan akan berlaku
sampai berakhirnya Kontrak Karya.Tarif lain yang dikenakan yaitu

Iuran Tetap

115

Angga
Sukma
Wijaya .
2014
diakses
melalui
https://m.tempo.co/read/news/2014/08/29/092603191/pemerintah-lanjutkan-negosiasi-dengan-newmont pada
8 Juni 2017 pukul 15.32
116
Yusuf, H. A., & Sandi, A. P. (2014, September 4). Renegosiasi Pemerintah dan Newmont Rampung.
Diakses melalui www.tempo.co: http://www.tempo.co/read/news/2014/09/04/090604519/RenegosiasiPemerintah-dan-Newmont-Rampung pada 8 juni 2017 pukul 15.35

109

Universitas Sumatera Utara

( Deadrent ) sesuai dengan PP no.9 Tahun 2012. Pembayaran pajak-pajak dan
retribusi juga dipatuhi sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku,yang terdiri dari:
1. Pemotongan atas PPh karyawan;
2.Pemotongan dari PPh atas bunga, dividen, sewa, jasa teknik, jasa
manajemen, dan jasa lainnya;
3. Pajak Pertambahan Nilai;
4. Bea Materai;
5. Bea Masuk;
6. Pajak Bumi dan Bangunan;
7. Pemenuhan kewajiban pajak.
Kesepakatan lainnya adalah rencana kerja dan luas wilayah pertambangan yang
direalisasikan oleh Newmont, dari semula sekitar 87.000 hektare menjadi 66.422
hektare.Dalam

hal

perpanjangan

kontrak

Newmont

masih

berniat

mengembangkan tambang ke wilayah timur yang bisa dilakukan hingga kontrak
habis pada 2030.Sebab jangka waktu Operasi Produksi Perusahaan berdasarkan
Kontrak Karya adalah 30 (tiga puluh) tahun terhitung dari tahun 2000 sejak
perizinan produksi ditandatangai.

110

Universitas Sumatera Utara

Perusahaan akan melaksanakan kewajiban divestasi sebesar 51% sesuai dengan
ketentuan didalam Kontrak Karya.Dimana saham PT.Newmont Nusa Tenggara
melepas 51% sahamnya kepada pihak Indonesia dikelola melalui Pemerintah
Daeeah maupun perusahaan local. Perusahaan berkomitmen untuk mengutamakan
pemanfaatan tenaga kerja lokal dan barang dalam negeri, serta menggunakan
perusahaan jasa pertambangan lokal dan/atau nasional yang terdaftar.
Selain itu, poin yang paling penting adalah kesepakatan mengenai kewajiban
pengelolaan

dan

pemurnian.Newmont

sepakat

membayar dana

jaminan

pembangunan smelter senilai US$ 25 juta. Perusahaan sepakat untuk menjual
konsentratnya kepada perusahaan-perusahaan lain yang bermaksud untuk
membangun suatu fasilitas pemurnian di dalam negeri, termasuk PT Freeport
Indonesia. Perusahaan telah menandatangani nota kesepahaman dengan PT
Freeport Indonesia sebagaimana terlampir. Meskipun pembangunan smelter akan
bekerjasama dengan Freeport, pemerintah tetap menuntut Newmont memberi
dana jaminan sebagai komitmen kesungguhan pembangunan smelter dan
kewajiban divestasi. 117
Sesudah ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini, Pemerintah akan memberikan
seluruh rekomendasi dan ijin yang diperlukan agar dapat menyetujui dan
memperbolehkan Perusahaan mengekspor dan menjual konsentrat tembaga.Para
Pihak sepakat untuk menyelesaikannya dalam waktu 6 (enam) bulan sejak
penanda-tanganan Nota Kesepahaman ini 4 September 2014.
117

Press realese yang disampaikan PT.Newmont Nusa Tenggara dalam website resminya.

111

Universitas Sumatera Utara

3.3.2.Objek perundingan Dalam Negosiasi
Ketika menyadari bahwa Undang-undang sebagai dasar sebuah peraturan atau
kebijakan,maka Undang-Udang tersebut yang seharusnya menjadi role of model
dalam pencapaian dari tujuan kebijakan tersebut dibentuk.Oleh karena itu,Dasar
ini lah yang menjadi objek utama yang harus diperhatikan dalam setiap proses
pelaksanaan kebijakan itu.Terlepas apa yang terjadi dalam setiap prosesnya,yang
paling penting ialah bagaimana dasar tersebut tidak bergeser baik dalam esensi
maupun fungsi.
Dalam

perjalanannya,kebijakan

pengembangan

industri

smelter

menemukan kendala dimana banyak perushaan menolak kebijakan itu.Kendala ini
berlangsung cukup lama sehingga goal dari kebijakan tersebut belum tercapai
sehingga kepentingan nasional belum dapat dikatakan terwujud.Sebab dalam
waktu yang cukup lama itu semua pihak cenderung lebih fokus pada sikap atau
tindakan-tindakan yang hanya fokus pada satu perusahaan multinasional
saja.Misalnya

bagiamana

sikap

Indonesia

memandang

serius

langkah

PT.Newmont Nusa Tenggara ketika menggugat kebijakan ini ke arbitrase
internasional.Langkah itu pun terhenti dengan adanya perundingan oleh kedua
pihak dan menghasilkan perubahan kebijakan dalam bebarapa perarturan dan
dalam konyrak karya yang sudah lama terbentuk dan disepakati.
Dari sikap tersebut memang tampak bahwa pihak Indonesia terkesan tegas
dan bertindak cepat dalam menanggapi respon perusahaan multinasional

112

Universitas Sumatera Utara

tersebut.Namun kondisinya ialah focus negara sudah mulai bergeser.Bukan lagi
kepada konsistensi kebijakan atau undang-undang namun lebih kepada
menghindari konflik.Lebih focus kepada bagaimana caranya agar perusahaan
tersebut dapat menerima sikap dari Indonesia.Jika demikian ,berapa banyak
perusahaan yang akan dihadapi dengan kondisi yang sama seperti PT.Newmont
dan berapa banyak waktu dan tenaga yang harus dipakai ke depannya.Sehingga
pemerintah terlalu sibuk menyikapi perusahaan asing daripada tetap memandang
kepada undang-undang sebagai dasar negara.
Hal demikian akan berdamapak kepada birokrasi pemerintah Indonesia yang
akhinya terfragmentasi. Fragmentasi tersebut menyebabkan koordinasi di antara
Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan
tidak berjalan. Koordinasi dari kementerian ESDM sebagai kementerian hulu
tidak berjalan akibat fokus terhadap sejumlah gugatan terhadap UU Minerba
akibatnya masing-masing kementerian hanya melaksanakan apa yang menjadi
tugas pokok dan fungsinya sementara industri hilirisasi diabaikan.
Fragmentasi birokrasi tersebut juga menyebabkan munculnya kebijakan dari
masing-masing kementerian untuk memperjuangkan kepentingannya yang pada
dasarnya bertentangan dengan UU Minerba, seperti Permen ESDM No.1/2014
yang bertujuan untuk menjaga kontribusi sektor pertambangan bagi penerimaan
negara dan alasan tenaga kerja dan izin ekspor yang bertujuan untuk menjaga

113

Universitas Sumatera Utara

keseimbangan neraca perdagangan Indonesia dalam neraca perdagangan dunia
agar tidak defisit.

3.3.3.Waktu perundingan
Hal lain yang perlu disoroti ialah kapan perundingan itu dilaksnakan.Sebab waktu
pelaksanaan diplomasi mempengaruhi nilai strategis dari hasil perundingan
tersebut.Perundingan terakhir

terjadi setelah niat pemerintah Indonesia tetap

membuka ruang negosiasi meskipun PT .Newmont sudah mengajukan surat
gugatan ke badan arbitrase internasional ISCID.

Kesempatan ini mengarahkan kedua pihak untuk bertemu dan membahas
permasalahan yang belum meneumukan kesepakan sejak dikeluarkannya undangundang No.4 Tahun 2009.Jika dicermati waktu yang yang dibutuhkan untuk
akihirnya melakukan perunding sangat lama. Ketika Undang-undang tersebut
diterbitkan dengan penegasan bahwa harus diimplementasikan dalam waktu lima
tahun setelah diundangkan,maka sebelum tahun 2014 seharusnya sudah ada
perusahaan tambang yang membagun pabrik pengolahan dan pemurnian hasil
tambang.Tidak terkecuali PT.Newmont Nusa Tenggara yang beroperasi di
kabupaten Sumbawa,Nusa Temggara Barat.

Pada kenyataannya PT.Newmont masih berkutat pada penolakannya akan
kebijakan terbsebut,sehingga belum memliki niat untuk membangun smelter

114

Universitas Sumatera Utara

dalam waktu yang sudah ditentukan.Yang terjadi ialah masih terlaksananya
negosiasi secara formal pada tahun 2014 dan mengahasilkan kesepaktan dimana
perusahaan akan tunduk pada kebijakan Indonesia.Hasil dari negosiasi tersebut
merupakan perubahan Kontrak Karya yang akan dilakukan oleh PT.Neowmont.
Dalam perundingan terakhir ini dilakukan pada waktu yang kurang tepat
Pertama,Dilakukan setelah disahkannya Peraturan No.1 tahun 2014.Jika gugatan
ini tetap berjalan artinya PT.Newmont sudah tidak menghargai lagi kedaulaan
bangsa Indonesia melalui gugatan regulasi yang sebenarnya sudah ada
kelonggaran bagi mereka setelah direvisi.Sehingga segala regukai yang
dikeluarkan selama ini tidak mempengaruhi PT.Newmont untuk tetap taat pada
aturan.Ketika sejak awal sebelum direvisi dan diterbitkannya Permen No.1 Tahun
2014 harusnya kedua pihak ini melalukan perundingan agar tidak ada kebijakan
yang akhirkan dilangkahi.
Kedua,Sedang dalam proses pengajuan gugatan. Bagaimana jika perusahaan
pertambangan tidak setuju dengan poin-poin perubahan (renogosiasi) atas
ketentuan komersial dalam Kontrak Karya atau Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara yang sudah ada? Dalam hal ini tentu menjadi rancu ketika
posisi Pemerintah selaku regulator kemudian dalam waktu yang sama
memposisikan diri selaku pihak dalam perjanjian untuk melakukan renegosiasi

115

Universitas Sumatera Utara

ketentuan-ketentuan dalam perjanjian. Bukan tidak mungkin akan menimbulkan
potensi dispute 118
Ketiga,sedang berlangsung negosiasi dengan PT.Freeport.Perlu dketahui bahwa
pemerintah Indonesia juga melakukan negosiasi kembali pada PT.Freeport tidak
lama sebelum negosiasi dengan PT.Newmont Nusa Tenggara berlangsung.Dalam
negosiasi tersebut menghasilkan kesepakatan kedua pihak dan akhirnya Freeport
beroperasi lagi dengan normal. Ini bisa menjadi acuan bagi PT.Newmont Nusa
Tenggara untuk mempersiapkan diri dalam melobby pemerintah melalui tawaran
yang mereka ajukan sehingga dapat diterima dan disepakati bersama.

3.3.2.Dampak Diplomasi terhadap Kepntingan Nasional
Diplomasi memiliki peran yang penting untuk melihat kekuatan suatu negara
melalui kekuatan kebijakan yang ada di dalamnya.Itulah sebabnya Indone