Makna Simbolik Dalam Upacara Panggih Pada Pernikahan Adat Suku Jawa : Kajian Antropolinguistik Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan waktu penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Jln. Sicanang No.8 Kec. Medan Belawan.

3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian terhadap makna simbolik teks pada upacara panggih dalam pernikahan
suku adat Jawa dilakukan pada tanggal 18 Maret 2017.
3.2 Data dan Sumber Data
3.2.1 Data
Irawati, (2011 : 13) menjelaskan bahwa data adalah keterangan yang benar dan nyata.
Peneliti memperoleh data dengan cara menganalisis acara pernikahan adat suku Jawa yang
dilakukan di Jln. Sicanang N0.8 Kec. Medan Belawan.

16
Universitas Sumatera Utara

3.2.2 Sumber Data
Peneliti mencari sunber data yang sudah ada seperti buku, jurnal, video pernikahan
upacara panggih dan internet.


3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuatu dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 2009 : 890).
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode
simak (Sudaryanto, 2015 :133) yaitu metode yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara
menyimak atau memperhatikan teks-teks yang terdapat dalam upacara panggih.
Data yang dibutuhkan dikumpulkan dengan cara memperhatikan proses yang terjadi
pada saat berlangsungnya upacara pernikahan berlangsung. Teks yang digunakan pelaku
dalam upacara pernikahan disimak dalam bentuk tulisan, terutama yang memiliki makna
khusus.
Selanjutnya untuk mewujudkan metode tersebut digunakan teknik sadap sebagai
teknik dasar, yaitu menyadap simbol. Si peneliti mendapatkan data harus dengan melakukan
penyadapan pembicaraan dalam arti menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa
orang. Kegiatan menyadap ini disebut dengan teknik sadap. (Sudaryanto, 2015 : 133).
Tenik sadap dilakukan dengan :
1. Teknik Lanjutan I : teknik simak bebas libat cakap
17
Universitas Sumatera Utara


Dalam teknik ini, peneliti sebagai pemerhati memperhatikan secara seksama simbolsimbol yang terdapat dalam teks pada saat upacara pernikahan tersebut.
2. Teknik Lanjutan II : teknik rekam
Pada teknik ini peneliti meminta informasi dari informan melalui wawancara sambil
melakukan perekaman dengan audio visual dengan kamera telepon genggam sebagai alat
perekamnya.
3. Teknik Lanjutan III : teknik catat
Setelah teknik I dan II selesai dilakukan, dilanjutkan dengan teknik catat. Data yang
sudah dikumpulkan dicatat dan diklasifikasikan agar mudah dianalisis.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Sudaryanto(2015: 13) menyatakan, data yang sudah dikumpulkan, dianalisis dengan
metode padan. Metode padan yaitu metode yang alat penentunya di luar dari bahasa lain
selain bahasa Jawa, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa Jawa tersebut. Metode
padan yang digunakan dalam pengkajian data adalah metode referensial. Metode referensial
yaitu metode padan yang alat penetunya berupa kenyataan yang ditunjukan oleh bahasa
Indonesia yang menggunakan bahasa Jawa sebagai referensinya.
Teknik dasar yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu. Adapaun alatnya
ialah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki penelitinya. Daya pilah tersebut dapat
dibantu oleh alat lain yang berada di luar dirinya, tetapi melekat pada unsur penentu itu

sendiri yang bersifat khas. Teknik lanjutan yang dipakai adalah teknik hubung banding
18
Universitas Sumatera Utara

menyamakan. Peneliti menganalisis data dengan menghubungkan serta membandingkan
suatu simbol dengan makna yang dikandungnya serta melihat persamaan teks dengan
kenyataan.
Dalam menginterpresentasikan data pada upcara panggih dalam pernikahan adat suku
Jawa, penulis menerjemahkan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan
agar hubungan antar kalimat yang terdapat dalam makna simbolik teks tersebut yang
disampaikan pada saat tradisi berlangsung dapat diperoleh maknanya serta dapat ditemukan
nilai budayanya.
Contoh :
Upacara panggih ini memiliki makna dari simbolik yang disampaikan pada saat
berlangsungnya beberapa prosesi dalam upacara panggih. Pada uraian berikut banyak
memiliki makna tetapi yg paling tepat adalah makna ketuhanan.
Pada data 1 prosesi kembar mayang yang diiringi lagu Lir-ilir dengan alunan musik
gamelan yang mengitarinya.
Lir-ilir
(bangunlah, bangunlah)

Lir-ilir , Lir-ilir
(bangunlah, bangunlah)
Tandure wis sumilir
(tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar

19
Universitas Sumatera Utara

(demikian menghijaukan bagaikan pengantin baru)
Cah angon , cah angon
(anak gembala, anak gembala)
Penekno blimbing kuwi
(panjatlah pohon belimbing itu)
Lunyu-lunyu yo penekno kango mbasuh dodotro
(biar licin dan susah tetaplah kau panjat untuk membasuh pakaianmu)
Dodotro-dodotro
(pakaianmu, pakaianmu)
Kumitir bedhar ing pinggir
(terkoyak-koyak di bagian samping)

Dondomono jlumatono kongo sebo mengko sore
(jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore)
Mumpung pandhang nembulane
(mumpung bulan bersinar terang)
Mumpung jembar kalangane
(mumpung banyak waktu luang)
Yu surako....surak iyo
(ayo bersoraklah dengan sorakan iya)
20
Universitas Sumatera Utara

Kalimat yang tepat pada kata lir-ilir yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
‘bangunlah’. Pada kalimat Lir-ilir, lir-ilir (bangunlah, bangunlah), yang berarti bangun dari
keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan kita yang
ditanamkan oleh Allah SWT. Pada data 1 yang juga terdapat pada kalimat Cah angon , cah
angon (anak gembala, anak gembala) memiliki makna ketuhanan. Data tersebut memiliki arti
agar seorang laki-laki yang bertugas sebagai suami, imam, dan kepala rumah tangga mampu
‘mengembalakan’ makmumnya dalam jalan yang benar, karena Allah. Kita juga telah
diberikan sesuatu untuk kita kembalakan yaitu hati. Bisakah kita mengembalakan hati kita
dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya? Si anak gembala diminta memanjat pohon

belimbing yang memiliki daun yang berwarna hijau (warna hijaunya melambangkan ciri khas
Islam). Kalimat Penekno blimbing kuwi Lunyu-lunyu yo penekno kango mbasuh dodotro
(panjatlah pohon blimbing itu, biar licin dan susah tetaplah kau panjat untuk membasuh
pakaianmu) yang memiliki makna ketuhanan. Buah belimbing memiliki bentuk bersegi lima.
Bentuk buah belimbing tersebut menggambarkan rukun islam yang terdiri dari lima perkara
yaitu (1) Mengucapkan dua kalimat syahadat yaitu tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad
itu utusan Allah. (2) Menegakkan sholat yaitu lima waktu terdiri dari subuh, zuhur, ashar,
magrib dan isya. (3) Menunaikan Zakat dengan memberikan 2,5% dari uang simpanan
kepada orang miskin ataupun yang sangat membutuhkannya. (4) Menjalankan ibadah puasa
di bulan suci Ramadhan. (5) Menunaikan ibadah haji ke Mekkah sekali dalam seumur hidup
mereka, bagi yang mampu. Jadi, meskipun pohon belimbing tersebut licin untuk dipanjat,
meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga,
kita tetap berusaha menjalankan rukun Islam, apapun halangan dan risikonya.

21
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PEMBAHASAN


4.1 Tatacara Upacara Panggih pada Pernikahan Suku Adat Jawa di Jln. Sicanang no.8
kec. Medan Belawan.
Adat istiadat pernikahan adat suku Jawa adalah segala kegiatan dan kebiasaan yang
dilazimkan dalam suatu masyarakat yang mengatur masalah-masalah yang berhubungan
dengan pernikahan.
Dalam upacara pernikahan adat suku Jawa banyak hal yang dilakukan, mulai dari
persiapan sampai akhir acara. Hal ini menyangkut tata cara yang digunakan baik secara
verbal maupun non-verbal. Dalam melangsungkan upacara tersebut tentunya digunakan alat
komunikasi yang disebut dengan bahasa. Bahasa verbal digunakan secara lisan, adapun
bahasa non-lisan tidak digunakan secara lisan, melainkan secara tulisan atau gerak tubuh.
Segala yang dilakukan secara verbal tentunya dapat dipahami oleh semua orang yang
mendengar bahasa yang diucapkan. Hal yang non-verbal tidak bisa dipahami oleh semua
orang karena bahasa non-verbal dapat berbeda bentuk dan maknanya bergantung pada nilainilai dan kesepakatan suatu masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat dari salah satu upacara
pernikahan adat Jawa yaitu keluarnya pengantin yang didahului oleh kembar mayang.
Pengantin pria datang besertakan seluruh keluarga yang diiringi dengan musik gamelan dan
berhenti tepat di depan rumah pengantin wanita. Pengantin wanita keluar dari kamar
pengantin dengan seluruh anggota keluarganya. Kedua orang tua pengantin berjalan
dibelakang pengantin wanita dan pengantin pria. Di hadapan pengantin pria dan pengantin
wanita ada seorang pria dan seorang wanita yang membawa kembar mayang yang tingginya
22

Universitas Sumatera Utara

sekitar satu meter atau lebih. Dengan dibantu dukun manten atau pamaes kembar mayang
ditukar. Kembar mayang yang dibawa pengantin pria ditukar dengan kembar mayang dari
pengantin wanita.Selama upacara pernikahan kembar mayang dibawa ke luar rumah dan
diletakan di sisi kanan dan kiri kursi pengantin. Ada juga kembar mayang yang diletakkan di
persimpangan jalan.
Pada pelaksanaaanya, pernikahan adat Jawa dibagi atas tiga bagian upacara yaitu
upacara sebelum pernikahaan, upacara pelaksanaan pernikahan dan upacara sesudah
pernikahan. Upacara sebelum pernikahan adalah upacara yang dilakukan antaranya
pemasangan tarub, pembuatan kembar mayang, sesaji, upacara paning setan, upacara ngerik,
upacara midodareni, dan uapacara siraman. Upacara pernikahan adalah upacara yang
berlangsung pada saat upacara itu sendiri berlangsung yaitu upacara panggih (nemokke
manten), yang diawali dengan keluarnya pengangtin yang didahului oleh kembar mayang,
atau lempar sirih, prosesi wiji dadi atau injak telur, prosesiProsesi Wijik Sekar Setaman atau
Sindur Binayang, Prosesi Pangkon Timbang atau Timbangan Manten, Prosesi Tanem Jero,
Prosesi Ngunjuk Rujak Degan dan prosesi upacara sungkeman. Upacara sesudah pernikahan
adalah upacara yang dilakukan setelah upacara pernikahan selesai yaitu upacara ngunduh
manten.
Namun, pada upacara pernikahan adat suku Jawa yang ada di Jln. Sicanang

Kecamatan. Medan Belawan berbeda dengan upacara pelaksanaan pernikahan yang ada di
Jawa atau di daerah aslinya. Jika di pulau Jawa, upacara pelaksanaan pernikahan adat terdiri
dari sebelas upacara maka, di Jln. Sicanang Kecamatan Medan Belawan terdiri atas tujuh
upacara pelaksanaan pernikahan. Hal ini disebabkan sudah mulai berkurangnya pengetahuan
akan upacara-upacara pelaksanaan lainnya sehingga upacara-upacara tersebut dihilangkan,
adanya upacara yang dinilai tidak sesuai dengan norma-norma setempat, untuk

23
Universitas Sumatera Utara

mempersingkat waktu. Berdasarkan faktor-faktor diatas, maka ada beberapa upacara
pelaksanaan pernikahan adat suku Jawa yang tidak lagi dilakukan di Kecamatan Medan
Belawan. Walau demikian, dapat dihilangkannya beberapa upacara pelaksanaan pernikahan
adat suku Jawa tersebut tidak merubah makna dan kesakralan dari pernikahan itu sendiri.
Dari hasil poengamatan terhadap upacara pernikahan adat suku Jawa di Jln. Sicanang
Kecamatan Medan Belawan ditemukan tujuh tata cara dalam upacara panggih pada
pernikahan suku adat Jawa yaitu :
4.1.1 Prosesi kembar mayang atau Lempar Sirih
Dalam upacara lempar sirih yaitu terdiri dari daun sirih yang setiap lembarnya diberi
kapir sirih yang kemudian diikat benang putih. Pada data 1 prosesi lempar sirih yang diiringi

lagu Lir-ilir dengan alunan musik gamelan yang mengitarinya.
Lir-ilir
(bangunlah, bangunlah)
Lir-ilir , Lir-ilir
(bangunlah, bangunlah)
Tandure wis sumilir
(tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
(demikian menghijaukan bagaikan pengantin baru)
Cah angon , cah angon
24
Universitas Sumatera Utara

(anak gembala, anak gembala)
Penekno blimbing kuwi
(panjatlah pohon belimbing itu)
Lunyu-lunyu yo penekno kango mbasuh dodotro
(biar licin dan susah tetaplah kau panjat untuk membasuh pakaianmu)
Dodotro-dodotro
(pakaianmu, pakaianmu)

Kumitir bedhar ing pinggir
(terkoyak-koyak di bagian samping)
Dondomono jlumatono kongo sebo mengko sore
(jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore)
Mumpung pandhang nembulane
(mumpung bulan bersinar terang)
Mumpung jembar kalangane
(mumpung banyak waktu luang)
Yu surako....surak iyo
(ayo bersoraklah dengan sorakan iya)

25
Universitas Sumatera Utara

Kalimat yang tepat pada katalir-ilir yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
‘bangunlah’. Pada kalimat Lir-ilir, lir-ilir (bangunlah, bangunlah), yang berarti bangun dari
keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan kita yang
ditanamkan oleh Allah SWT. Pada data 1 yang juga terdapat pada kalimat Cah angon ,
cahangon (anak gembala, anak gembala) memiliki makna ketuhanan. Data tersebut memiliki
arti agar seorang laki-laki yang bertugas sebagai suami, imam, dan kepala rumah tangga
mampu ‘mengembalakan’ makmumnya dalam jalan yang benar, karena Allah. Kita juga telah
diberikan sesuatu untuk kita kembalakan yaitu hati. Bisakah kita mengembalakan hati kita
dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya? Si anak gembala diminta memanjat pohon
belimbing yang memiliki daun yang berwarna hijau (warna hijaunya melambangkan ciri khas
Islam). Kalimat Penekno blimbing kuwi Lunyu-lunyu yo penekno kango mbasuh dodotro
(panjatlah pohon blimbing itu, biar licin dan susah tetaplah kau panjat untuk membasuh
pakaianmu) yang memiliki makna ketuhanan. Buah belimbing memiliki bentuk bersegi lima.
Bentuk buah belimbing tersebut menggambarkan rukun islam yang terdiri dari lima perkara
yaitu (1) Mengucapkan dua kalimat syahadat yaitu tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad
itu utusan Allah. (2) Menegakkan sholat yaitu lima waktu terdiri dari subuh, zuhur, ashar,
magrib dan isya. (3) Menunaikan Zakat dengan memberikan 2,5% dari uang simpanan
kepada orang miskin ataupun yang sangat membutuhkannya. (4) Menjalankan ibadah puasa
di bulan suci Ramadhan. (5) Menunaikan ibadah haji ke Mekkah sekali dalam seumur hidup
mereka, bagi yang mampu. Jadi, meskipun pohon belimbing tersebut licin untuk dipanjat,
meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga,
kita tetap berusaha menjalankan rukun Islam apapun halangan dan risikonya.

26
Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Prosesi Wiji Dadi atau injak telur
Dalam upacara wiji untuk melaksanaakan upacara tersebut terdiri dari air, telur, kain
dalam wadah yang berupa gentong atau kendi kalau pada masa sekarang diletakan di wadah
plastik. Pengantin pria berdiri dengan kaki diposisikan menginjakl telor yang ditaruh di atas
baki atau nampan, sementara pengantin wanita jongkok didepannya. Pada saat pengantin pria
menginjakan telor tersebut si pengantin pria mengucapkan ambedaning koroning kasuwargan
yang artinya akulah sebagai suamimu yang akan membawamu ke surga.
a) Makna kepemimpinan
Kalimat tersebut mempunyai makna ‘saya seorang laki-laki yg telah menjadi suami
mu, aku adalah seorang imam di hidupmu yang akan membawamu ke surga dengan segala
prilakumu yang akan aku bimbing menuju surganya Allah SWT’. Kalimat tersebut memiliki
makna kepemimpinan.
Kalimat tersebut bermakna bahwa seorang suami adalah pemimpin dalam rumah
tangga. Dia memimpin segala prilaku seorang istri dan istri tersebut harus patuh pada seorang
suami karena suamilah yang akan menangung dosa istrinya apapun yang dilakukan istrinya
meskipun baik atau pun buruk. Jika istri berprilaku baik dan patuh terhadap perkataan sang
suami maka sang suami bisa menuntun istri meraih surganya Allah .
b) Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam upacara panggih pada pernikahan suku adat Jawa
Dari kalimat tersebut memliki nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya adalah :
1. Nilai budaya komitmen
Nilai budaya komitmen adalah yang berarti komitmen dalam menjalin sebuah
hubungan rumah tangga antara suami dan istri yang saling berkomitmen dan menjaga
27
Universitas Sumatera Utara

pasangan hidup satu sama lain hingga maut memisahkan mereka. Jika ingin
mengarungi kehidupan berumah tangga, maka kedua pengantin harus saling
berkomitmen apapun yang terjadi baik atau buruk di kehidupan mereka kedepannya.
Jika mereka tidak berkomitmen maka mereka tidak akan bisa menjadi suami istri yang
bisa mengarungi bahtera rumah tangga. Dalam kehidupan berumah tangga harus
berterima dan komitmen bahwa suami adalah pemimpin dalam rumah tangga.

4.1.3 Prosesi Wijik Sekar Setaman atau Sindur Binayang
Dalam upacara panggih, sindur binayang adalah pasangan pengantin berjalan
dibelakang ayah pengantin putri sedangkan ibu pengantin putri berada dibelakang pengantin
pria dan pengantin wanita. Sindur dalam bahasa Jawa yang artinya kain panjang baru yang
bercorak batik, bunga , tidak bermotif, atau yang polos. Namun, di Jln. Sicanang kec. Medan
Belawan melaksanakan upacara sindur binayang itu menggunakan kain bercorak batik yang
melambangkan ciri khas dari adat suku Jawa. Dalam bahasa Jawa wijik sekar setaman atau
sindur binayang memiliki arti (malu untuk mundur). Sambil menuntun kedua mempelai
menuju kursi pelaminan, sang ayah mengucapkan ing madyo mbangun karso. Dalam bahasa
indonesia memiliki arti tut wuri handayani yang memiliki makna seorang pemimpin harus
mampu memberikan suri tauladan bagi istri yang akan dipimpinnya.
a) Makna kepemimpinan
Dalam kalimat tersebut memiliki makna walau badai kehidupan yang harus mereka
hadapi dangat berat, kedua mempelai harus bersikap malu untuk mundur sangat berat dan
menyatukan kedua mempelai dalam keadaan lahir dan batin untuk menjalankan kehidupan
28
Universitas Sumatera Utara

dengan tujuan hidup yang lebih baik. Sambil menuntun kedua mempelai menuju kursi
pelaminan, sang ayah mengucapkan ing madyo mbangun karso. Dalam bahasa indonesia
memiliki arti tut wuri handayani yang memiliki makna seorang pemimpin harus mampu
memberikan suri tauladan bagi istri yang akan dipimpinnya. Kalimat tersebut memiliki
makna yang lebih mendalam lagi yaitu seseorang harus memberikan dorongan moral atau
dorongan semangat. Dukungan dan moral dari orang-orang di sekitarnya ini sangat berguna
bagi pemimpin rumah tangga yang akan dijalankan oleh kedua mempelai pengantin.
Dukungan dan moral itu sangat diperlukan dalam mengarungi sebuah bahtera rumah tangga.
Jika seorang suami tidak mendapatkan dukungan dari seorang istri maka tidak akan adanya
keterbukaan antara suami dan istri dalam menghadapi masalah yang akan menerpa mereka
dikehidupan setelah menikah nanti. Nilai moral juga terkandung didalam sebuah rumah
tangga. Prilaku sehari-hari mempengaruhi norma yang dialkukan sepasang suami-istri
tersebut. Jika suami melanggar suatu norma maka istri berhak marah atau memberitahu apa
kesalahan suaminya begitu juga sebaliknya. Jika mereka menaati dukungan dan moral yang
berlaku. Maka kehidupan rumah tangga mereka bisa berjalan dengan baik-baik saja tanpa
adanya hambatan dalam menjalankan sebuah kehdiupan berumah tangga.
b) Nilai gotong royong
Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam prosesi ini adalah nilai gotong-royong. Nilai
gotong royong juga mempengaruhi kehidupan berumah tangga. Dalam membina sebuah
rumah tangga untuk mencapai kesejahteraan dalam menjalankannya dengan dukungan dan
bantuan moral dari orang-orang disekitar pengantin terlebih orang tua yang selalu
mendukung kedua pengantin tersebut. Sebagai orang tua pengantin baik pengantin laki-laki
ataupun wanita berhak memberikan saran dan wejangan dalam bergotong royong membina
sebuah rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Karena orang tua dianggap

29
Universitas Sumatera Utara

panutan bagi anak-anaknya atau contoh dalam mengambil suatu keputusan dan mencontoh
segala prilaku orang tua yang akan ditiru oleh kedua mempelai pengantin. Dengan nilai
gotong royong yang diterapkan dalam sebuah keluarga, maka apapun masalah yang terjadi
dalam kehidupan berumjah tangga jika dikerjakan secara bersama-sama maka akan mencapai
suatu hal yang baik. Kehidupan berumah tangga pun tidak akan terasa berat jika dikerjakan
bersama-sama baik pekerjaan rumah atau pekerjaan yang lainnya.

4.1.4 Prosesi Pangkon Timbang atau Timbangan Manten
Prosesi timbangan manten ini yaitu bapak penganten wanita mempersilahkan
mempelai pengantin untuk duduk dipangkuan sang ayah untuk menimbang manakah yang
lebih berat pengantin pria atau pengantin wanita. Pengantin pria duduk di di paha kanan sang
ayah mertuanya, sementara pengantin wanita duduk di paha kiri ayahnya. Ibu pengantin
wanita berdiri didepannya dan bertanya, pak, timbangane abot endi?, lalu sang ayah
menjawab podo abote, bu!. Maka setelah menimbang kedua mempelai pengantin, kedua
mempelai pengantin dapat duduk dikursi pelaminan dan menunggu prosesi selanjutnya.
a) Makna pengharapan
Makna yang tersitrat dalam kalimat tersebut adalah bahwa kedua mempelai telah sah
menjadi anak dari ayah dan ibu baik dari mempelai pria ataupun mempelai wanita. Kedua
mempelai mempunyai hak yang sama untuk mengambil sebuah keputusan dalam berumah
tangga dan dapat terlebih dahulu mendiskusikan kepada orang tua atau meminta wejangan
agar tidak salah dalam memilih langkah atau mengambil keputusan. Karena jika kedua
mempelai pengantin salah mengambil sbuah keputusan dalam berumah tangga maka akan
berpengaruh kepada orang tua bahkan ke semua anggota keluarga meskipun keputusan itu
30
Universitas Sumatera Utara

baik atau pun buruk. Dari kalimat tersebut sang ayah berharap kehidupan kedua mempelai
pengantin dapat akur dan menjalankan kehidupan sesuai dengan peranya masing-masing baik
tugas menjadi istri dan tugas menjadi suami
b) Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam upacara panggih pada pernikahan suku adat Jawa
Banyak nilai budaya yang terkandung dalam kalimat tersebut yaitu:
(1) Nilai kesopansantunan. Nilai kesopansantunan sangat berpengaruh dalam
kehidupan berumah tangga. Kedua mempelai pengantin harus bersikap sopan dan santun
kepada semua orang yang ada di keluarga kedua pengantin baik itu saudara, sepupu bahkan
orang tua. Jika mereka tidak memiliki nilai kesopansantunan maka mereka akan dipandang
buruk oleh keluarga wanita maupun keluarga pria.
(2) Nilai kejujuran. Nilai kejujuran sangat berpengaruh dalam kehidupan berumah
tangga. Nilai ini harus dijalankan seumur hidup dalam membina sebuah rumah tangga kedua
pengantin harus jujur satu sama lain apapun masalah yang ada di dalam diri kedua pasangan
ini. Kalau kedua pasangan pengantin ini jujur maka masalah apapun yang menimpah mereka
dapat diselesaikan dengan baik dan cepat. Jika mereka tidak memiliki nilai kejujuran ini,
maka masalah yang menerpa kehidupan mereka tidak akan bisa diselesaikan karena masih
tersimpan masalah di satu pasangan karena tidak adanya kejujuran sehingga bisa
menyebabkan keretakan dan cekcok dalam hubungan suami dan istri.
(3) Nilai pengelolahan gender. Dalam kalimat diatas pengelolahan gender menjadi
masalah utama dalam menjalankan kehidupan berumah tangga. Artinya baik wanita ataupun
pria tidak ada yang dibedakan oleh kedua orang tua mereka. Mereka sama-sama anak dari
orang tua tersbut, jadi tidak ada yang dibeda-bedakan dalam menyelesaikan suatu masalah.
Kalau pengelolahan gender tidak menjadi prioritas dalam berumah tangga maka ada
31
Universitas Sumatera Utara

perbedaan status antara suami dan istri. Baik perbedaan status sebagai seorang istri atau
seorang suami maupun perbedaan status anak kandung atau anak menantu bagi orang tua
tersebut. Masalah pengelolahan gender ini sangat sensitif, jika tidak disikapi dengan baik
maka akan menjadi masalah yang besar bagi orang tua untuk menyelasikan masalah anak
mereka yakni kedua mempelai pengantin.

4.1.5 Prosesi Tanem Jero
Sesampainya di pelaminan, kedua mempelai tetap berdiri berdampingan dengan posisi
membelakangi pelaminan atau menghadap tamu undangan. Dengan disaksikan ibu mempelai
wanita, ayah mempelai wanita mendudukan kedua mempelai ke kursi pengantin sambil
memegang dan menepuk-nepuk bahu kedua mempelai. Sambil menepuk-nepuk pundak
kedua mempelai pengantin sang ayah mengucapkan slamet yo podo singh rukun!. Upacara
sejenak itu disebut tanem jero atau nandur (menanam).
a) Makna terima kasih
Teks tersebut mempunyai makna bahwa kedua orang tua calon mempelai wanita telah
mendudukan mereka di tempat tang selayaknya. Teks tersebut memiliki makna bahwa kedua
mempelai telah “ditanam” agar menjadi pasangan yang mandiri sehingga kelak bisa berbuah
manis yakni membentuk keluarga dengan keturunan yang bahagia. Teks tersebut juga
memiliki makna bahwasannya orang tua memiliki harapan yang besar kepada anak-anaknya
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Meskipun hidup susah tetapi tidak merepotkan
kedua orang tua hal tersebut sudah melegakan hati kedua orang tua agar tidak membuat susah
kedua orang tua. Bermakna terima kasih kepada orang tua karena selama ini orang tua dari
pengantin wanita maupun pengantin pria telah merwat, membimbing, menaati dan pengertian
32
Universitas Sumatera Utara

dalam mengurus pengantin dari bayi hingga sekarang yang rela melepas anak-anaknya untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.
b) Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam upacara panggih pada pernikahan suku adat Jawa
Nilai budaya yang terkandung didalam teks tersebut yaitu:
(1) Nilai kerukunan. Nilai kerukunan adalah harapan bagi orang tua agar anakanaknya hidup rukun dan berjalan berdampingan, karena menyatukan dua orang yang
sebelumnya belum pernah hidup satu rumah sangat susah jadi harapanya agar mereka tetap
menetapkan prinsip hidup rukun dalam berumah tangga agar masalah-masalah yang datang
dalam ke kehidupan mereka dapat terselesaikan dengan baik tanpa merepotkan kedua orang
tua untuk menyelasikan sebuah masalah.
(2) Nilai rasa syukur. Nilai rasa syukur sangat dominan terlihat dari ucapan sang ayah.
Sang ayah sangat bersyukur bahwasannya ank perempuannya telah mendapakan jodoh yang
baik sesuai dengan pilihan anak perempuannya dan sang ayah juga bersyukur bahwasannya
anak perempuannya telah ada yang membimbing kehidupannya setelah menikah.
4.1.6 Prosesi Ngunjuk Rujak Degan
Acara selanjutnya adalah ngujuk rujak degan yang mempunyai makna sikap puas
ayah mapun ibu pengantin wanita atas pesta perkawinan tersebut. Diawali oleh sang ayah
pengantin wanita. Ibu pengantin wanita pun bertanya Rasane kepiye, pak? (rasanya gimana
pak)? sang ayah pun langsung menjawab wah seger sumyah, mugo-mugo sumrambah
menyang wong sak omah(wah seger sumpah, semoga bermanfaat dan bikin kenyang orang
satu rumah) setelah itu ibu pengantin wanita ikut minum rujak dengan itu, disusul kedua
pengantin ikut meminum rujak degan tersebut. Kalimat diatas memiliki arti bahwa makanan

33
Universitas Sumatera Utara

yang tersaji di pesta pernikahan tersebut terasa nikmat dan bermanfaat bagi seluruh keluarga
yang membantu dalam pelaksaan perta pernikahan tersebut.
a) Makna terima kasih
Kalimat tersebut bermakna semua keluarga saling merangkul, bahu membahu
membantu keluarga yang sedang melaksanakan sebuah perta pernikahan untuk adi atau
saudara yang akan menikah. Jika pekerjaan membuat pesta pernikahan tersebut dilakukan
bersama-sama dalam sebuah keluarga maka pesta pernikahan tersebut menjadi berkah dan
bermanfaat bagi para tamu undangan ataupun keluarga yang datang untuk memberi restu
kedua mempelai pengantin. Keluarga kedua pengantin berterima kasih kepada sanak saudara
maupun tetangga yang telah membantu melaksanakan proses upacara pernikahan dari awal
sampai akhir baik bantuan dari materil, dan in-materil.
b) Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam upacara panggih pada pernikahan suku adat Jawa
Nilai-nilai budaya yang terkandung didalam kalimat tersebut yaitu:
(1) Nilai kesetiakwanan sosial. Nilai kesetiakawanan sosial adalah nilai yang bersatu
padu antara perkawanan atau kekeluargaan dan prilaku sosial yang ada di masyarakat. Nilai
tersebut berpengaruh pada kalimat diatas dengan mengartikan bahwa nilai-nilai yang dibagun
dalam sebuah keluarga dapat berjalan dengan baik dengan melaksanakan sebuah pesta
pernikahan yang digelar oleh salah satu keluarga atau tetangga dan kita sebagai makhluk
sosial harus saling membantu dalam sebuah acara pesta pernikahan. Baik membantu dari segi
ekonomi, segi tenaga ataupun yang lainnya yang dapat membantu sebuah keluarga
melaksanakan pesta pernikahan.
(2) Nilai rasa syukur. Nilai rasa syukur terlihat dari kalimat diatas bahwa pemilik
acara pernikahan tersebut sangat bersyukur kepada keluarga ataupun masyarakat atau tamu
34
Universitas Sumatera Utara

undangan yang mendukung untuk terlaksananya sbuah pesta pernikahan dan acara tersebut
bermanfaat bagi keluarga atau tetangga karena dapat menyatukan makhluk bersosial di
kehidupan bermasyarakat.
4.1.7 Upacara Sungkeman
Upacara sungkeman dilakukan di pelaminan. Upacara sungkeman adalah upacara
yang dilakukan kedua pengantin untuk memohon doa restu dari orang tua mereka dengan
bersujud. Pertama pengantin sungkeman kepada orang tua pengantin wanita. Hal ini
bermakna sebuah pengharapan.
Bu, aku berkah kanggo manggon urip dadi somahe. bu, nuntun aku supaya dadi wong
apik lan dadi bojo sing Soleha kanggo bojoku. Aku ndedonga kanggo dadi kulawarga bu
sakinah, mawadah lan warohma bu. ngapura kula yen digunakake kanggo dadi bocah sing
ora ibu nurut padha. Makasih bu wis dadi ibu paling apik kanggo kula.
Dengan artinya bu, aku minta restu untuk menjalankan kehidupan sebagai seorang
istri. bu, bimbing aku untuk menjadi orang yang baik dan menjadi istri yang soleha untuk
suamiku. doakan aku bu untuk menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohma bu.
maafkan aku kalau dulu aku menjadi anak yang tidak nurut sama ibu. terimakasih bu sudah
menjadi ibu terbaik untuk aku.
Sang ibu juga berucap Ya anak, wong iku ora sarujuk saka hubungan sing wis
dadi bojone. tetep bojomu, njupuk care saka anak, lan supaya kulawarga. bojo obedient
marang somahé lan perinta Allah supaya kulawarga dadi rahayu dewa kulawarga. Dengan
artinya yaitu: iya nak, ibu juga akan merestui hubungan mu ini yang telah resmi menjadi
seorang istri. jaga suamimu, jaga anak-anakmu dan jaga keluargamu. jadilah istri yang patuh
terhadap suami dan perinta Allah agar keluargamu menjadi keluarga yang diridhoi Allah.
35
Universitas Sumatera Utara

a) Makna terima kasih dan makna pengharapan
Pada teks tersebut bermakna yaitu harapan dan restu yang diberikan oleh orang tua
untuk anak perempuannya. Sang anak perempuannya berharap orang tua memberikan restu
serta doa dan harapan yang diberikan kepada sang anak agar kehidupan anak perempuannya
dalam membina sebuah rumah tangga dapat berjalan dengan baik serta mawadah, waromah
dan sakinah. Sang anak perempuannya juga meminta maaf atas kesalahan yang pernah dibuat
sang anak kepada sang ibu selama menjadi anak perempuan yang dibimbingnya tanpa yang
dulunya belum memiliki seorang suami. Perngharapan tersbut bermakna agar sang anak
menjadi istri yang soleha, patuh terhadap perintah suami dan menaati semua aturan agama
tentang menjadi istri yang soleha untuk suami dan keluarganya. Sang ibu berharap kepada
sang anak agar dapat menjalankan perintah tersebut sesuai syariat Islam. Sang anak juga
harus mengamanahkan tugas dan harapan yang diberikan oleh sang ibu kepada anak
perempuannya karena biasanya anak perempuannya tidak tinggal bersama ibu dan ayahnya.
b) Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam upacara panggih pada pernikahan suku adat Jawa
1) Nilai kesopansantunan. Nilai kesopansantunan yang terdapat dalam teks tersebut
memiliki nilai kesopansantunan yang sangat tinggi terhadap orang tua yang harus kita patuhi
dan kita sopan terhadap beliau. Karena kedua orang tua merupakan orang yang lebih tua yang
harus kita hargai, sayangi dan kasihi dan doakan agar berumur panjang.
2) Nilai rasa syukur. Nilai rasa syukur yang terdapat dalam teks tersebut memiliki
nilai rasa syukur terhadap kehadiran orang tua yang telah merawat kita dari bayi hingga
dewasa sekarang dan merelakan anaknya untuk menjadi milik orang lain yaitu menjadi milik
suami nya. Sang anak juga bersyukur bahwa selama ini telah dirawat oleh ibu dan bapaknya
dari bayi hingga sampai dewasa dan siap untuk menikah dan memilih sendiri seorang suami
tanpa campur tangan sang ibu untuk menjodohkannya dengan orang lain.
36
Universitas Sumatera Utara

Kedua sang pengantin wanita mulai bersungkem kepada sang bapak. pak i nyuwun
berkah dadi bojo lan miwiti urip karo bojone. pak syukur kanggo kurban sing wis ngrawat
anak saka tasih bayi kanggo adulthood lan milih bojo dadi imam ing Pak urip. tuntun kula
ing mlaku sakinah urip kluwarga, mawadah lan warohmah Pak. Dengan artinya yaitu: pak
saya mohon restu untuk menjadi istri dan mulai hidup bersama suami. pak terimakasih atas
pengorbanan mu yang selama ini merawat anakmu ini dari bayi hingga dewasa dan memilih
seorang suami untuk menjadi imam di hidup saya pak. pak tuntun saya dalam menjalankan
kehidupan berumah tangga yang sakinah, mawadah dan warohmah pak.
a) Makna terima kasih dan pengharapan
Pada teks tersebut bermakna yaitu harapan dan restu yang diberikan oleh orang tua
untuk anak perempuannya. Sang anak perempuannya berharap orang tua memberikan restu
serta doa dan harapan yang diberikan kepada sang anak agar kehidupan anak perempuannya
dalam membina sebuah rumah tangga dapat berjalan dengan baik serta mawadah, waromah
dan sakinah. Sang anak perempuannya juga meminta maaf atas kesalahan yang pernah dibuat
sang anak kepada sang bapak selama menjadi anak perempuan yang dibimbingnya tanpa
yang dulunya belum memiliki seorang suami. Perngharapn tersbut bermakna agar sang anak
menjadi istri yang soleha, patuh terhadap perintah suami dan menaati semua aturan agama
tentang menjadi istri yang soleha untuk suami dan keluarganya. Sang bapak berharap kepada
sang anak agar dapat menjalankan perintah tersebut sesuai syariat Islam. Sang anak juga
harus mengamanahkan tugas dan harapan yang diberikan oleh sang bapak kepada anak
perempuannya karena biasanya anak perempuannya tidak tinggal bersama ibu dan ayahnya.
b) Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam upacara panggih pada pernikahan suku adat Jawa
1) Nilai kesopansantunan. Nilai kesopansantunan yang terdapat dalam teks tersebut
memiliki nilai kesopansantunan yang sangat tinggi terhadap orang tua yang harus kita patuhi
37
Universitas Sumatera Utara

dan kita sopan terhadap beliau. Karena kedua orang tua merupakan orang yang lebih tua yang
harus kita hargai, sayangi dan kasihi dan doakan agar berumur panjang.
2) Nilai rasa syukur. Nilai rasa syukur yang terdapat dalam teks tersebut memiliki
nilai rasa syukur terhadap kehadiran orang tua yang telah merawat kita dari bayi hingga
dewasa sekarang dan merelakan anaknya untuk menjadi milik orang lain yaitu menjadi milik
suami nya. Sang anak juga bersyukur bahwa selama ini telah dirawat oleh ibu dan bapaknya
dari bayi hingga sampai dewasa dan siap untuk menikah dan memilih sendiri seorang suami
tanpa campur tangan sang ibu untuk menjodohkannya dengan orang lain.
Kalimat diatas juga diucapkan pengantin wanita kepada sang ibu dan bapak mertua.
Begitu juga sebaliknya, pengantin pria juga mengucapkan teks tersebut kepada ibu dan bapak
kandungnya dan ibu bapak mertuanya dengan makna dan nilai-nilai budaya yang sama
terdapat dalam teks diatas.

38
Universitas Sumatera Utara

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan permasalahan dalam penelitian tentang makan simbolik teks dalam
upacara panggih pada pernikahan suku adat jawa dapat disimpulkan bahwa:
1. Makna yang tersirat dalam teks di upacara panggih pada pernikahan suku adat Jawa
berupa

makna ketuhanan,

makna pengharapan,

makna kebahagiaan, dan makna

penghormatan, makna menasehati, makna kepemimpinan, makna terimakasih.
2. Nilai-nilai yang terdapat dalam upacara panggih pada pernikahan suku adat Jawa
yaitu: nilai komitmen, nilai gotong-royong, nilai kesopansantunan, nilai kejujuran, nilai
pengelolahan gender, nilai kerukunan, nilai rasa syukur, nilai kesetiakawanan sosial.

5.2 SARAN
Pada masa sekarang ini penguasan tata cara peradatan khususnya pelaksanaan upacara
pernikahan adat Jawa sudah mulai menipis, bahkan terjadi pergeseran nilai, sehingga
sekarang dikhawatirkan kelestariannya akan terancam di kemudian hari. Apalagi saat ini
tidak semua orang yang asalnya merupakan masyarakat suku Jawa tetap melakukan upacara
adat seperti yang asli. Masyarakat suku Jawa di Kecamatan Medan Belawan pada umumnya
lebih suka menjalankan upacara pernikahan dengan cara disederhanakan. Terutama
masyarakat di perkotaan. Hal ini perlu menjadi pemikiran kita semua agar adat yang
mencerminkan kebudayaan bangsa kita tetap terjaga. Perlu adanya pembelajaran bagi kita

39
Universitas Sumatera Utara

semua agar adat yang mencerimnkan kebudayaan bangsa kita tetap terjaga. Perlu adanya
pembelajaran bagi generasi muda mengenai adat, khususnya adat Jawa.
Tulisan ini perlu dikembangkan lagi dengan menjelaskan setiap acara dalam upacara
pernikahan adat Jawa mulai dari upacara sebelum pernikahan sampai upacara sesudah
pernikahan. Penulis berharap adanya penulis lain yang dapat meneruskan tulisan ini agar
pengetahuan tentang upacara pernikahan adat Jawa dpaat diketahui oleh sua pembaca,
khususnya pemuda-pemuda suku Jawa yang adat di Sumatera Utara yang sudah mulai
melupakan adatnya ataupun yang sama sekali tidak mengetahui adat istiadat suku Jawa.

40
Universitas Sumatera Utara