Analisis Pembiayaan Program Promosi Kesehatan Bersumber Pemerintah Dengan Pendekatan District Health Account di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pembiayaan Kesehatan

2.1.1

Definisi Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan yaitu besarnya dana yang harus disediakan baik

oleh pemerintah maupun masyarakat guna menyediakan dan memanfaatkan
berbagai upaya kesehatan yang diperlukan baik itu oleh perorangan, keluarga,
kelompok maupun masyarakat. Pembiayaan kesehatan harus kuat, stabil, dan
selalu

berkesinambungan

(adequacy),

pemerataan


untuk

menjamin

(equity),

efisiensi

terselenggaranya
(efficiency),

dan

kecukupan
efektifitas

(effectiveness) pembiayaan kesehatan itu sendiri (Azwar, 1996).
Dari pengertian di atas, maka tampak bahwa pembiayaan kesehatan terdiri
dari dua jenis biaya yaitu:

1. Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran yang
tujuan utamanya untuk mengobati dan memulihkan kesehatan penderita.
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat
yakni untuk pemeliharaan dan meningkatkan kesehatan serta kegiatan
pencegahan penyakit (Azwar, 1996).
Dalam melakukan pembiayaan kesehatan, terdapat syarat pokok yang
harus dipenuhi dalam memberikan pelayanan bidang kesehatan yang terdiri dari :

11

Universitas Sumatera Utara

12

1. Jumlah
Merupakan syarat utama dari pembiayaan kesehatan yang harus tersedia
dalam jumlah yang cukup dalam arti dapat membiayai penyelenggaraan semua
upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat untuk

mendapatkannya.
2. Penyebaran
Penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan jika dana yang
tersedia tidak dapat dialokasikan dengan baik, maka akan menyulitkan
penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
3. Pemanfaatan
Pemanfaatan yang kurang baik atau kurang terarah dapat menimbulkan
masalah yang mana dana yang diaiokasikan tersebut harus tepat sasaran dan
membuat masyarakat dapat merasakannya (Azwar, 1996).
2.1.2

Tujuan Pembiayaan Kesehatan
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah untuk penyediaan pembiayaan

kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi
secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (UU Nomor 36, 2009).
2.1.3


Unsur-unsur Pembiayaan Kesehatan

1. Dana
Dana digali dari sumber pemerintah baik dari sektor kesehatan dan sektor
lain terkait, dari masyarakat, maupun swasta serta sumber lainnya yang digunakan

Universitas Sumatera Utara

13

untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Dana yang tersedia harus
mencukupi dan dapat dipertanggung jawabkan.
2. Sumber daya
Sumber daya pembiayaan kesehatan terdiri dari: SDM pengelola, standar,
regulasi dan kelembagaan yang digunakan secara berhasil guna dan berdaya guna
dalam upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan untuk
mendukung terselenggaranya pembangunan kesehatan.
3. Pengelolaan Dana Kesehatan
Prosedur/Mekanisme Pengelolaan Dana Kesehatan adalah seperangkat
aturan yang disepakati dan secara konsisten dijalankan oleh para pelaku subsistem

pembiayaan kesehatan, baik oleh Pemerintah secara lintas sektor, swasta, maupun
masyarakat

yang mencakup

mekanisme

penggalian,

pengalokasian

dan

pembelanjaan dana kesehatan (Depkes RI, 2009).
2.1.4

Prinsip sistem Pembiayaan Kesehatan
Sistem pembiayaan kesehatan didefinisikan sebagai suatu sistem yang

mengatur tentang besarnya dan alokasi dana yang harus disediakan untuk

menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
1. Pembiayaan kesehatan pada dasarnya merupakan tanggung jawab bersama
pemerintah, masyarakat, dan swasta. Alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk upaya kesehatan dilakukan melalui penyusunan
anggaran pendapatan dan belanja, baik Pusat maupun daerah, sekurangkurangnya 5% dari Pendapatan Domestik Bruto atau 15% dari total

Universitas Sumatera Utara

14

anggaran pendapatan dan belanja setiap tahunnya. Pembiayaan kesehatan
untuk orang miskin dan tidak mampu merupakan tanggung jawab
pemerintah. Dana kesehatan diperoleh dari berbagai sumber, baik dari
pemerintah, masyarakat, maupun

swasta yang harus digali dan

dikumpulkan serta terus ditingkatkan untuk menjamin kecukupan agar
jumlahnya dapat sesuai dengan kebutuhan, dikelola secara adil, transparan,

akuntabel, berhasil guna dan berdayaguna, memperhatikan subsidiaritas
dan fleksibilitas, berkelanjutan, serta menjamin terpenuhinya ekuitas.
2. Dana Pemerintah ditujukan untuk pembangunan kesehatan, khususnya
diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan dengan mengutamakan masyarakat rentan dan
keluarga miskin, daerah terpencil, perbatasan, pulau-pulau terluar dan
terdepan, serta yang tidak diminati swasta. Selain itu, program-program
kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap peningkatan
derajat kesehatan menjadi prioritas untuk dibiayai. Dalam menjamin
efektivitas dan efisiensi penggunaan dana kesehatan, maka sistem
pembayaran pada fasilitas kesehatan harus dikembangkan menuju bentuk
pembayaran prospektif. Adapun pembelanjaan dana kesehatan dilakukan
melalui kesesuaian antara perencanaan pembiayaan kesehatan, penguatan
kapasitas manajemen perencanaan anggaran dan kompetensi pemberi
pelayanan kesehatan dengan tujuan pembangunan kesehatan.
3. Dana kesehatan diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan
dan masyarakat melalui pengembangan sistem jaminan kesehatan sosial,

Universitas Sumatera Utara


15

sehingga dapat menjamin terpeliharanya dan terlindunginya masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Setiap dana kesehatan
digunakan secara bertanggung-jawab berdasarkan prinsip pengelolaan
kepemerintahan yang baik, transparan,dan mengacu pada peraturan
perundangan yang berlaku.
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan
melalui penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal:
dana sehat) atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun
untuk kepentingan kesehatan.
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan pembiayaan
kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.
Namun untuk pemerataan pelayanan kesehatan, pemerintah menyediakan
dana perimbangan bagi daerah yang kurang mampu (Depkes RI, 2000).
2.1.5

Jenis-Jenis Sistem Pembiayaan Kesehatan
Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia secara umum terbagi dalam 2


sistem yaitu:
a. Fee for Service ( Out of Pocket )
Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan
layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu membayar kepada
pemberi pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan
pendapatan berdasarkan atas pelayanan yang diberikan, semakin banyak yang
dilayani, semakin banyak pula pendapatan yang diterima.

Universitas Sumatera Utara

16

Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih bergantung pada
sistem pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini. Dari laporan World Health
Organization (WHO) di tahun 2003 sebagian besar (70%) masyarakat Indonesia
masih bergantung pada sistem Fee for Service dan hanya 8,4% yang dapat
mengikuti sistem Health Insurance. WHO juga memberikan batasan standar
untuk pembiayaan kesehatan suatu negara adalah 5% dari PDB masing-masing
negara. Sedangkan berdasarkan hasil pertemuan Bupati/Walikota di seluruh
Indonesia dihasilkan suatu komitmen untuk mengalokasikan 15% dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau 5% Pendapatan Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota untuk mendukung program dan layanan kesehatan
(WHO, 2003).
b. Health Insurance
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh
pihak ketiga atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat.
Sistem health insurance ini dapat berupa sistem kapitasi dan sistem Diagnose
Related Group.
Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan
kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk
pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu. Pembayaran bagi PPK
dengan sistem kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga
kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran di muka sejumlah
dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost) tertentu.

Universitas Sumatera Utara

17

Adapun model pembiayaan kesehatan yang diterapkan disuatu Negara

biasanya menghadapi dua masalah pokok yang sama, yaitu: (1) bagaimana
mengendalikan biaya pelayanan kesehatan yang meningkat secara drastis, (2)
mutu pelayanan kesehatan yang ternyata tidak sesuai dengan pembiayaan
kesehatan (Sulastomo, 2000).
2.1.6 Masalah pembiayaan kesehatan
Masalah pembiayaan kesehatan yang dihadapi antara lain :
A. Alokasi Anggaran Kesehatan
Dalam sistem desentralisasi, alokasi anggaran kesehatan didapat antara
lain:
1. Anggaran Pemerintah Daerah (APBD)
2. AnggaranPemerintah Pusat (APBN)
3. Bantuan luar negeri.
Besarnya alokasi dana untuk kesehatan tergantung beberapa kondisi :
1. Besarnya pendapatan daerah (DAU, DAK dan PAD),
2. Kemampuan Rumah Sakit dalam menyusun program dan anggaran yang
realistis
3. Visi Pemda dan DPRD tentang kedudukan sektor kesehatan dalam konteks
pembangunan daerah relatif terhadap kesehatan
4. Kemampuan Rumah Sakit dalam melakukan advokasi kepada Pemda dan
DPRD (Gani,2001).
Sebagaimana diketahui sebagian anggaran daerah untuk sektor kesehatan
yang bersifat desentralisasi bersumber Dana Alokasi Umum (DAU). Dana ini

Universitas Sumatera Utara

18

masih banyak dipakai untuk gaji atau rutin, bukan untuk kegiatan pengembangan.
Dengan demikian apabila daerah mengandalkan DAU untuk pelayanan kesehatan,
secara praktis pembangunan kesehatan tidak mempunyai yang kuat kecuali pada
daerah yang kaya (Harbianto & Trisnantoro, 2004).
B. Pemanfaatan Dana yang Tidak Efisien
Di Indonesia pembiayaan kesehatan yang terbatas, dimanfaatkan secara
kurang efisien, hal ini dapat dilihat dari alokasi yang timpang antar program
kesehatan. Ketidakefisienan juga kelihatan dimana dana yang dicarikan melalui
rangkaian birokrasi yang panjang sehingga nilai dana menurun ketika sampai pada
tingkat operasional (Brotowasisto, 2000).
C. Beban Pembiayaan Kesehatan yang Semakin meningkat
Beban pembiayaan kesehatan Indonesia semakin hari semakin berat. Ini
disebabkan oleh beberapa faktor penting, yaitu :
1. Meningkatnya jumlah penduduk
2. Meningkatnya jumlah penduduk usia lebih tua, sehingga jumlah penyakit
kardiovaskuler dan penyakit kronis degeneratif juga meningkat,
3. Perkembangan teknologi kesehatan yang semakin canggih (Gani, 2001).
D. Pengelolaan Dana yang Belum Baik
Untuk sumber dana yang berasal dari pemerintah, keluhan yang banyak
didengar adalah tidak sesuainya perencanaan anggaran yang dibuat oleh pusat
dengan kebutuhan daerah.

Universitas Sumatera Utara

19

2.1.7

Sumber-Sumber Pembiayaan Kesehatan
Adapun sumber –sumber biaya kesehatan dilingkungan pemerintah daerah

provinsi dan kabupaten/kota yaitu :
1. Pemerintah pusat; dari dana APBN sektoral atau dana dekonsentrasi.
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pedapatan daerah yang sah.
b. Dana pertimbangan, yaitu terdiri dari:
1) Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan, bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan dan penerimaan dari sumber
daya alam.
2) Dana Alokasi Umum.
3) Dana Alokasi Khusus.
c. Perhitungan DAU : DAU dihitung berdasarkan bobot daerah yang
ditentukan berdasarkan
1) Variabel jumlah penduduk, luas wilayah, keadaan geografi dan
tingkat pendapatan masyarakat dengan memperhatikan kelompok
masyarakat miskin.
2) Potensi daerah, potensi industri, potensi sumber daya alam, potensi
sumber daya manusia, dan produk domestik bruto.
Pinjaman Luar Negeri: harus dibicarakan dahulu dengan DPR, persetujuan
DPR atas PLN sekaligus dengan persetujuan atas APBN, untuk proyek
PLN yang sedang berjalan, pengembaliannya masih tanggungan pusat

Universitas Sumatera Utara

20

2. Pemerintah daerah provinsi; dari dana APBD provinsi yang dibantukan ke
kabupaten/kota sesuai dengan kemampuan provinsi.
3. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Andayani, 2004).
2.1.8

Kaitan Pembiayaan Dengan Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, dimana promosi kesehatan

terpadu dengan program kesehatan yang ada pada tingkatan kabupaten/kota,
provinsi, hingga nasional yang tercermin dalam koordinasi penyusunan anggaran.
Dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan Pemerintah Daerah mengajukan
Rencana Tindakan, Rencana Strategi Pelaksanaan, serta Rancangan Anggaran
kepada pemerintah pusat yang selanjutnya dana tersebut digunakan untuk
merealisasikan program yang telah tersusun dalam bidang kesehatan terutama
upaya peningkatan kesehatan dengan promosi kesehatan.
2.2

Promosi Kesehatan

2.2.1

Definisi Promosi Kesehatan
Promosi

kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk

membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun di
dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik).
Promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan,
sikap dan praktik kesehatan saja, tetap juga meningkatkan atau memperbaiki
lingkungan,

dalam

rangka

memelihara

dan

meningkatkan

masyarakat

(Notoatmodjo, 2007).
Promosi Kesehatan tertera dalam Piagam Ottawa (1986) merupakan proses
pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan

Universitas Sumatera Utara

21

mereka. Untuk mencapai kesehatan yang paripurna secara fisik, mental, dan
sosial, seseorang atau sekelompok orang harus dapat mengenali dan menyadari
aspirasinya, memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dan mengubah atau menghadapi
lingkungannya (Hartono, 2010).
Promosi kesehatan di Puskesmas adalah upaya Puskesmas untuk
meningkatkan kemampuan pasien dan kelompok msyarakat agar agar pasien
dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, kelompokkelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah
masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, dan bersama mereka, sesuai
sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan (Hartono, 2010).
2.2.2

Sasaran Promosi Kesehatan
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis

sasaran, yaitu (1) sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.
1. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari
masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak
bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan
tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah.
Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga akan sulit dicapai jika
tidak didukung oleh sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma

Universitas Sumatera Utara

22

hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal maupun pemuka formal.
Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun
pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan sosial yang
kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat
umum (public opinion). Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi
terciptanya PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh
mereka yang bertanggung jawab dan berkepentingan, khususnya perangkat
pemerintahan dan dunia usaha.
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal
(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam
upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
dengan cara: Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut
menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang
kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna
mempercepat terbentuknya PHBS.
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang
berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.

Universitas Sumatera Utara

23

Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu
sehat

dan

keluarga

(rumah

tangga)

dengan

cara:

Memberlakukan

kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak merugikan kesehatan
masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat
(Hartono, 2010).
2.2.3

Strategi Promosi Kesehatan
Sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.

1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan
Keputusan Menteri Kesehatan No.1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah (Departemen Kesehatan, 2004 &
2005), strategi dasa utama promosi kesehatan adalah (1) Pemberdayaan, yang
didukung oleh (2) Bina Suasana, dan (3) Advokasi.
-

Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah ujung tombak dari upaya promosi kesehatan, baik di

puskesmas maupun dirumah sakit. Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan
peendamping dalam mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan guna
membantu atau memfasilitasi pasien, sehingga pasien memiliki pengetahuan,
kemauan, dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan yang, dengan
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
-

Bina Suasana
Bina Suasana adalah menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif

dimana lingkungan yang dimaksud yaitu diperhitungkan memiliki pengaruh

Universitas Sumatera Utara

24

terhadap pasien yang sedang diberdayakan serta mendorong dilakukannya PHBS
serta penciptaan panutan.
-

Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses pendekatan yang dilakukan secara

persuasif dengan cara yang komunikatif dan inovatif terhadap pihak tertentu yang
mendukung pengembangan lingkungan dan perilaku sehat (Hartono, 2010).
2.2.4

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan

menurut Notoadmodjo (2007), meliputi :
a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah
pada kelompok orang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu
meningkatkan kesehatan.
b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini selain pada orang yang
sehat juga bagi kelompok yang beresiko. Misalnya, ibu hamil, pada
perokok, para pekerja seks, keturunan diabetes dan sebagainya. Tujuan
utama dari promosi kesehatan pada tingkat ini adalah mencegah
kelompok-kelompok tersebut agar tidak jatuh sakit (primary
prevention).
c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif
Sasaran sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para
penderita penyakit, terutama yang menderita penyakit kronis seperti

Universitas Sumatera Utara

25

asma, diabetes militus, tuberculosis, hipertensi, dan sebagainya.
Tujuan promosi kesehatan pada tingkat ini agar kelompok ini mampu
mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah (secondary
prevention).
d. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif
Sasaran pokok pada promosi kesehatan tingkat ini adalah pada
kelompok penderita atau pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit.
Tujuan utama promosi kesehatan pada tingkat ini adalah mengurangi
kecacatan seminimal mungkin. Dengan kata lain, promosi kesehatan
pada tahap ini adalah pemulihan dan mencegah kecacatan akibat dari
suatu penyakit (tertiary prevention) (Notoatmodjo, 2007).
2.3

District Health Account

2.3.1

Pengertian District Health Account
Health Account (HA) merupakan suatu cara pemantauan yang sistematis,

koprehensif serta konsisten terkait pemanfaatan aliran dana/pembiayaan pada
sistem kesehatan (health spending). Secara umum Health Account adalah proses
pencatatan, analisis dan pelaporan belanja kesehatan. Health Account bisa
dilakukan dalam skala nasional (NHA = National Health Account), dapat pula
dilakukan di tingkat Provinsi (PHA = Provincial Health Account) dan ditingkat
Kabupaten/Kota (DHA = District Health Account) (AIPHSS, 2013).
Menurut Garg (2007) NHA adalah suatu kerangka akuntansi yang
menggambarkan seluruh pengeluaran untuk kesehatan (termasuk dari pemerintah
/publik, swasta dan donor) di suatu negara selama satu tahun. Perhitungan NHA

Universitas Sumatera Utara

26

menggunakan konsep yang standar dalam mendefinisikan batasan pengeluaran
kesehatan dan mengikuti klasifikasi perhitungan kesehatan secara internasional
(ICHA : International Classifications For Health Accounts) untuk klasifikasi
transaksi dengan karakteristik yang sama.
PHA/DHA adalah suatu bentuk health account yang lebih kecil dan
bersifat regional (provinsi/kabupaten/kota) dengan tetap mengacu pada kaidahkaidah NHA yang telah disepakati dan ditetapkan secara nasional, baik dari segi
batasan health account, klasifikasi, dan sumber daya yang diperhitungkan . Pada
tingkat kabupaten/kota, pelaksanaan DHA bisa juga digunakan untuk bahan
advokasi dan memperbaiki kekurangan yang ada dalam sistem pembiayaan. DHA
juga akan menghasilkan gambaran mengenai besar belanja kesehatan rumah
tangga, apakah digunakan untuk pembayaran pelayanan kesehatan secara
langsung atau melalui sistem asuransi kesehatan (FKM UI, 2015).
Dengan DHA, Kabupaten/Kota bisa melakukan analisis kemungkinan
adanya masalah dalam sistem pembiayaan kesehatan di Kabupaten/Kota
bersangkutan. Dengan hasil DHA Kabupaten/Kota dapat melakukan perbaikan
dan perubahan terhadap sistem pembiayaan tersebut. DHA menghasilkan data
yang dapat dipergunakan untuk bahan advokasi kepada pengambil keputusan
dengan tujuan memperbaiki kekurangan sistem pembiayaan, misalnya (a)
meningkatkan alokasi anggaran kesehatan, (b) mengarahkan alokasi dana pada
masalah prioritas, (c) mengarahkan dana pada intervensi dan kegiatan yang lebih
menghemat biaya (d) mengembangkan sistem asuransi, dll.

Universitas Sumatera Utara

27

DHA juga akan menghasilkan gambaran besar belanja kesehatan rumah
tangga, apakah untuk pembayaran langsung atau melalui asuransi kesehatan. Data
ini penting untuk melihat sejauh mana prospek pengembangan sistem jaminan
kesehatan di kabupaten/kota bersangkutan. Akhirnya hasil DHA sangat
diperlukan dalam pelaksanaan PHA dan NHA. Untuk Indonesia yang telah
menerapkan sistem desentralisasi fiskal, NHA hanya dapat dilaksanakan dengan
baik kalau ada data tentang belanja kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota (FKM
UI, 2015).
2.3.2

Dimensi District Health Account
Dalam DHA, ada 8 (delapan) dimensi yang menggambarkan ciri suatu

belanja kesehatan. Setiap data belanja/biaya kesehatan yang ditemukan, harus
ditelaah dan diberikan identitas menurut 8 dimensi tersebut.
1. Sumber Biaya (FS = Financing Sources)
Adalah unit/institusi yang menyediakan biaya kesehatan. Sumber biaya
tersebut bisa instansi pemerintah yang mengelola dana berasal dari pajak, dan
jaminan sosial. Sumber tersebut bisa juga organisasi swasta seperti misalnya
LSM, Rumah Tangga, atau suatu kesatuan organisasi lainnya (misalnya biaya dari
sumber external).
2. Pengelola Anggaran (FA = Financing Agents)
Adalah institusi atau unit yang menerima dan mengelola dana dari sumber
dana untuk membayar atau membeli barang dan jasa kesehatan. Ini misalnya
termasuk Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

28

Kabupaten/Kota, Badan Pengelola Jaminan Sosial, Perusahaan Asuransi
Kesehatan Swasta, LSM, Perusahaan Dan Rumah Tangga.
3. Penyelenggara Pelayanan/Program (HP = Health Providers)
Institusi atau unit yang menerima dan menggunakan dana untuk
memproduksi barang dan jasa pelayanan atau melaksanakan program kesehatan,
termasuk misalnya Dinas Kesehatan, RS milik pemerintah, RS swasta, klinik,
puskesmas, praktek dokter (swasta), dll.
4. Fungsi Kesehatan (HC = Health care Function)
Dimensi fungsi dalam DHA mengadopsi dimensi fungsi dalam SHA 2011
yang merupakan semua aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan,
memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan.
5. Program Kesehatan (PR = Program)
Dimensi program bertujuan untuk menggambarkan jenis program
kesehatan yang dibiayai dengan belanja dari pengelola anggaran. Secara umum
dimensi program dalam DHA yang disesuaikan dengan program kesehatan yang
ada adalah sebagai berikut:
(1) Program Kesehatan Masyarakat
(2) Program Kesehatan Individu
(3) Program Penguatan Sistem Kesehatan
6. Jenis Kegiatan (HA = Health Activity)
Dimensi jenis kegiatan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
provider yang secara umum dapat dibagi dua, yaitu (a) kegiatan langsung dan (b)
kegiatan tidak langsung atau disebut juga kegiatan penunjang. Kegiatan temuan

Universitas Sumatera Utara

29

kasus dan pengobatan adalah kegiatan langsung, sedangkan pelatihan staff
administrasi dan administrasi umum di kantor Dinas Kesehatan adalah kegiatan
tidak langsung. Penyemprotan fogging adalah kegiatan langsung. Rapat kordinasi
di Dinas Kesehatan adalah kegiatan tidak langsung.
Dalam sektor kesehatan, kegiatan langsung dapat dibagi dua, yaitu (a)
kegiatan pelayanan perorangan seperti pengobatan dan perawatan individu yang
sakit dan (b) kegiatan kesehatan masyarakat (public health) seperti misalnya
pemberantasan vektor, sanitasi, promosi kesehatan, immunisasi, dan lain
sebagainya. Kegiatan tidak langsung adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menunjang dua kelompok kegiatan langsung diatas. Ini termasuk misalnya
kegiatan administrasi dan manajemen, monitoring, evaluasi, dan lain sebagainya.
Dari perspektif anggaran berbasis kinerja, anggaran untuk kegiatan
langsung sangat menentukan kinerja suatu program. Artinya, kalau anggaran
sebagian besar terpakai untuk kegiatan-kegiatan tidak langsung, maka program
tidak menghasilkan output (kinerja).
7. Mata Anggaran (HI = Health Input)
Mata anggaran adalah jenis input yang ”dibeli” oleh provider (pelaksana
program/pelayanan) untuk melaksanakan jenis-jenis kesehatan diatas. Mata
Anggaran mencakup hal-hal berikut:
(a) Barang modal (seperti gedung, alat kesehatan,alat non kesehatan, fellowship
untuk staff,dan lain sebagainya).
(b) Biaya operasional atau biaya variabel (seperti tenaga, obat, bahan medis,
bahan non-medis, makanan, listrik, telepon, air, perjalanan, dan lain sebagainya).

Universitas Sumatera Utara

30

(c)Biaya pemeliharaan (pemeliharaan gedung, alat, pelatihan,

dan lain

sebagainya). Dari perspektif anggaran berbasis kinerja, anggaran operasional
sangat menentukan kinerja suatu program. Artinya, kalau anggaran sebagian besar
terpakaiuntuk belanjabarang modal, maka program tidak menghasilkan output
(kinerja).
8. Jenjang kegiatan (HL =Health Level of Activity)
Jenjang kegiatan adalah jenjang administrative dimana kegiatan tersebut
dilaksanakan. Untuk DHA, jenjang kegiatan tersebut bisa di (a) Propinsi, (b)
Kabupaten, (c)Kecamatan dan (d) Desa atau masyarakat. Berikut contoh-contoh
jenis kegiatan menurut jenjangnya.
a. Jenjang Propinsi

: pelatihan staff Dinas kesehatan di ibu kota

propinsi, dan lain sebagainya.
b. Jenjang Kabupaten/kota : rawat inap di RSUD, pelatihan bidan desa diibu
kotaKabupaten/Kota, dan lain sebagainya.
c. Jenjang kecamatan

: pengobatan di Puskesmas (rawat jalan dan rawat

inap), dan lain sebagainya.
d. Jenjang desa/masyarakat :penyuluhan masyarakat, penimbangan di Posyandu,
fogging, dan lain sebagainya.
Dari perspektif anggaran berbasis kinerja, belanja untuk pelayanan di
masyarakat sangat menentukan kinerja cakupan program. Kalau anggaran lebih
banyak untuk kegiatan pada jenjang kabupaten dan propinsi tidak cukup untuk
kegiatan/intervensi di masyarakat, maka cakupan program sulit di ditingkatkan.

Universitas Sumatera Utara

31

9. Penerima manfaat (HB =Health Beneficiaries)
Penerima manfaat adalah kelompok penduduk yang mendapat manfaat
dari barang dan jasa kesehatan yang dibiayai. Penerima manfaat ini dapat dibagi
berdasarkan kategori berikut ini:
a. Ciri demografi (pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk bayi, balita,
anak sekolah, remaja, usia produktif, usia).
b. Tingkat ekonomi (masyarakat miskin dan masyarakat non miskin).
c. Geografi (kota, desa, daerah terpencil, dan lain sebagainya) (FKM UI,
2015).
2.3.3

Alur pembiayaan dalam District Health Account
Alur pembiayaan dalam DHA dapat ditelusuri melalui delapan pertanyaan

pokok yaitu :
1. Dari mana asal dana atau sumbernya?
2. Siapa yang mengelolanya?
3. Siapa yang dibayar oleh pengelola tersebut?
4. Fungsi apa yang dilakukan?
5. Jenis input apa yang dibeli untuk melakukan fungsi tersebut?
6. Kedalam kelompok program apa fungsi tersebut dapat digolongkan?
7. Pada jenjang apa fungsi tersebut dilaksanakan?
8. Kelompok penduduk mana yang mendapat manfaat dari biaya tersebut ?
(FKM UI, 2015).

Universitas Sumatera Utara

32

2.4

Dinas Kesehatan

2.4.1

Definisi Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah dalam bidang

kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas
Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan sebagaian urusan pemerintah daerah
dalam bidang kesehatan untuk menunjang tercapainya usaha kesejahteraan
masyarakat di bidang Kesehatan dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai
dengan bidang tugasnya.
Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan atau yang biasa disingkat DKK
Medan terletak di Jalan Rotan No. 1 Komplek Petisah Medan. Dinas ini
membawahi 39 Puskesmas Induk (13 Puskesmas Rawat Inap dan 26 Puskesmas
Rawat Jalan) dan 41 Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di 21 Kecamatan
se Kota Medan. Disamping itu DKK Medan mempunyai Unit Pelayanan Teknis
(UPT) yaitu Gudang Farmasi yang terletak di Pekan Labuhan Kecamatan Medan
Labuhan, Laboraturium Kesehatan Lingkungan yang terletak di Jalan Ibus Raya
dan Klinik Spesialis Bestari yang juga terletak di Jalan Ibus Raya Medan.
Dalam Dinas Kesehatan ini juga diperlukan perencanaan dan perlunya
menganalisis laporan keuangan dengan mengetahui anggaran pemasukan maupun
pengeluaran. Analisis adalah proses perencanaan yang terdiri beberapa bagian
atau komponen yang saling berhubungan atau berkesinambungan agar
mendapatkan pengertian yang berupa sumber informasi yang tepat serta memiliki
pemahaman arti keseluruhan. (Subramanyam, 2005).

Universitas Sumatera Utara

33

2.4.2

Fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan

a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang kesehatan.
b. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan, pemberantasan, pengawasan
penyakit menular dan penelitian kemungkinan terjadinya wabah penyakit.
c. Melaksanakan pelayanan umum bidang kesehatan.
d. Melaksanakan pemberian perizinan bidang kesehatan.
e. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
2.4.3

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan
Secara umum, struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah

organisasi garis, yaitu kekuasaan mengalir dari atas ke bawah. Pada pegawai
bertanggung jawab langsung atas suatu kegiatan/pekerjaan yang telah ditetapkan
dalam bidangnya masing-masing.
Berikut ini adalah struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan :

Gambar 2.1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan
2.4.4

Uraian Pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

34

Adapun tugas dan tangggung jawab dari struktur organisasi di atas adalah:
1

Kepala Dinas Kesehatan
Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah

di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
kesehatan.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas pokok di bidang kesehatan
d. Pelaksanaan tugas pokok lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya
2.

Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala

Dinas lingkup kesekretariatan yaitu pengolahan administrasi umum, keuangan,
dan penyusunan program.
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan kesekretariatan.
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas.
c. Pelaksanakan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan
Dinas yang meliputi pengelolaan administrasi umum, kepegawaian,
keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas.
d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan
organisasi, dan ketatalaksanaan.
e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas.
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.

Universitas Sumatera Utara

35

g. Pelaksanaa monitoring, evaluasi pelaporan kesekretariatan.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3.

Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berasa dibawah

dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum.
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum.
c. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah
dinas, penataan kearsipan, urusan rumah tangga, hukum, hubungan
masyarakat.
d. Pengelolaan administrasi kepegawaian.
e. Penyiapan

bahan

pembinaan,

dan

pengembangan

kelembagaan,

ketatalaksanaan, dan kepegawaian.
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanan tugas.
h. Pelaksanan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
4.

Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan
Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian,

yang berasa dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan dan
Perlengkapan.

Universitas Sumatera Utara

36

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan dan
perlengkapan.
c. Pelaksanaan

pengelolaan

administrasi

keuangan

meliputi

kegiatan

penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan, dan
verifikasi.
d. Penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi
keuangan.
e. Penyusunan laporan keuangan Dinas.
f. Pelaksanaan pengelolaan perlengkapan.
5.

Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada sekretaris.
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan
Program.
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program
Dinas.
c. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas.
6.

Bidang Bina Pelayanan Kesehatan
Bidang Bina Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bina Pelayanan
Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

37

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan
rujukan, dan kesehatan khusus.
c. Pembinaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar.
d. Penyelenggaraan upaya kesehatan rujukan meliputi kesehatan rujukan
/spesialistik, dan dan sistem rujukan.
7.

Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan bidang pengendalian masalah
kesehatan.

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengendalian dan pemberantasan
penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan.
c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanan tugas.
d. Pelaksanan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya
8. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan dan
Sumber Daya Manusia Kesehatan.
b. Penyusunan

petunjuk

teknis

lingkup

perencanaan,

pendayagunaan,

pendidikan, dan pelatihan, registrasi dan akreditasisumber daya manusia
kesehatan.
c. Pendayagunaan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan strategis.
d. Pelaksanan pelatihan teknis.

Universitas Sumatera Utara

38

e. Pelaksanaan perizinan dan pelayanan lainnya lingkup tenaga medis, tenaga
para medis, dan tenaga non medis/ tradisional terlatih sesuai urusan
pemerintahan kota.
9. Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan
a. Penyelenggaraan jaminan kesehatan.
b. Pelayanan sarana dan peralatan kesehatan.
c. Pelaksanaan proses pelayanan perijinan dan pelayanan lainnya lingkup
kefarmasian, jaminan, sarana, dan peralatan kesehatan sesuai urusan
pemerintahan kota.
10. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
a. Pembentukan dan tugas pokok Unit Pelaksanaan Teknis akan ditentukan dan
ditetapkan dengan peraturan Walikota (Perwal Kota Medan Nomor 43,
2010).
2.4.5

Manajemen Pelayanan Dinas Kesehatan
Manajemen kesehatan adalah penerapan manajemen umum dalam sistem

pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga yang menjadi objek atau sasaran
manajemen adalah sistem yang berlangsung (Notoatmodjo, 2007). Manajemen
merupakan suatu pola mengelola dan menggerakan suatu lembaga/instansi agar
dicapai suatu sistem pengelolaan yang efisien untuk mencapai suatu tujuan
lembaga (Suyadi, 2011).
Manajemen pelayanan kesehatan berarti penerapan prinsip-prinsip
manajemen dalam pelayanan kesehatan untuk sistem dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan prosedur, teratur,

Universitas Sumatera Utara

39

menempatkan orang-orang yang terbaik pada bidang-bidang pekerjaannya,
efisien, dan yang lebih penting lagi adalah dapat menyenangkan konsumsi atau
membuat konsumen puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.
Pelayanan kesehatan merupakan fungsi yang paling mudah nampak dari semua
sistem kesehatan, baik kepada pengguna maupun terhadap masyarakat umum.
Peningkatan akses, kemampuan dan kualitas pelayanan tergantung pada
ketersediaan berbagai input dana, staf, peralatan, obat-obatan, mutu dari
terorganisasinya suatu sistem dan manajemen yang berlaku, dan juga besarnya
insentif yang diberikan kepada para pelaku teknis (Suyadi, 2011).

Universitas Sumatera Utara

40

2.5 Kerangka Pikir
Fokus penelitian ini betujuan untuk melihat bagaimana pembiayaan
program promosi kesehatan bersumber pemerintah dengan pendekatan District
Health Account di Dinas Kesehatan Kota Medan melalui indikator masukan
(input), proses (process), dan keluaran (output). Oleh karena itu, fokus penelitian
disusun sebagai berikut:

INPUT
1. Ketersediaan
proporsi
alokasi biaya
program
promosi
kesehatan.
2. 8 dimensi
District Health
Account untuk
program
promosi
kesehatan.

PROSES
1.Menganalisis
anggaran
kegiatan
program
promosi
kesehatan.
2.Perencanaan
anggaran
program
promosi
kesehatan.

OUTPUT
Pemanfaatan dana
program dan
kegiatan promosi
kesehatan

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan Tahun 2003

1 40 86

Analisis Pembiayaan Kesehatan Yang Bersumber Dari Pemerintah Melalui District Health Account Di Kabupaten Sinjai | Akhirani | Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 2885 5041 1 SM

0 0 8

ANALISIS PEMBIAYAAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK BERSUMBER PEMERINTAH DENGAN PENDEKATAN HEALTH ACCOUNT | Sigit Riyarto | Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia 3071 5248 1 SM

0 1 11

Analisis Pembiayaan Program Promosi Kesehatan Bersumber Pemerintah Dengan Pendekatan District Health Account di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017

2 3 19

Analisis Pembiayaan Program Promosi Kesehatan Bersumber Pemerintah Dengan Pendekatan District Health Account di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017

0 0 2

Analisis Pembiayaan Program Promosi Kesehatan Bersumber Pemerintah Dengan Pendekatan District Health Account di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017

1 2 10

Analisis Pembiayaan Program Promosi Kesehatan Bersumber Pemerintah Dengan Pendekatan District Health Account di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017 Chapter III VI

0 0 56

Analisis Pembiayaan Program Promosi Kesehatan Bersumber Pemerintah Dengan Pendekatan District Health Account di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017

0 5 2

Analisis Pembiayaan Program Promosi Kesehatan Bersumber Pemerintah Dengan Pendekatan District Health Account di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017

0 0 7

ANALISIS PEMBIAYAAN KESEHATAN BERSUMBER PEMERINTAH DI KOTA SERANG TAHUN 2014 – 2016 | Sitorus | Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia 29661 67206 1 SM

0 0 11