Analisis Pembiayaan Program Promosi Kesehatan Bersumber Pemerintah Dengan Pendekatan District Health Account di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan
kesehatan diselenggarakan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian
khusus pada penduduk rentan. Upaya-upaya kesehatan tersebut sesuai dengan
undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan meliputi peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) (Depkes RI, 2010).
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurut UU Kesehatan, bahwa setiap
hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia
akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara. Derajat kesehatan
merupakan investasi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan
RI menyusun Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) merupakan indikator
komposit yang menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan dan disparitas
antar provinsi dan kabupaten/kota dalam pencapaian derajat kesehatan
1
Universitas Sumatera Utara
2
masyarakat. IPKM dibangun dari beberapa indikator, di antaranya indikator
kinerja program kesehatan, sehingga untuk meningkatkan nilai IPKM suatu
daerah, hal yang harus dipikirkan adalah cara menjamin program kesehatan di
daerah tersebut berjalan secara efektif dan efisien.
Selama ini, disinyalir ada beberapa masalah pembiayaan kesehatan di
daerah, baik di kabupaten maupun di kota, yang mengakibatkan tidak efektifnya
program kesehatan, yaitu: jumlah anggaran kesehatan terlalu kecil dibandingkan
dengan kebutuhan, sumber pembiayaan tidak terintegrasi atau masih terpisahpisah, sehingga pemanfaatan biaya menjadi tidak efisien, anggaran kesehatan
lebih banyak digunakan untuk kegiatan tidak langsung (pelatihan, belanja barang
modal dll). Nilai IPKM untuk Kota Medan pada tahun 2007 adalah 0.6593 dan
pada tahun 2013 adalah 0.7474. hal ini dapat dilihat dari jarak tahun yang terlalu
jauh, akan tetapi pergerakan angka IPKM terlalu lambat dikarenakan kemajuan
pembangunan kesehatan serta masih terdapatnya sosial ekonomi yang rendah di
beberapa daerah yang mengakibatkan IPKM di Kota Medan masih relatif rendah.
(Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Dalam pembangunan kesehatan tidak hanya pelayanan kesehatan preventif
maupun kuratif dan rehabilitatif yang ditingkatkan tetapi juga pelayanan
kesehatan promotif, namun manajemen pembiayaan kesehatan juga perlu
mendapat kebijakan dalam mengatur pembiayaan kesehatan. Alokasi dana juga
merupakan salah satu unsur stategis dalam pembangunan kesehatan.Tersedianya
alokasi dana yang memadai dan pemanfaatan yang efisien serta pemerataan
Universitas Sumatera Utara
3
(equity)
akan
dapat
mendukung
suksesnya
pembangunan
kesehatan
(Brotowasisto, 2000).
Pada dasarnya negara melalui sistem kesehatan menjamin pelayanan
kesehatan, pencegahan, promosi dan pengobatan.Sumber dana untuk pengobatan
pada tahun 2014 akan di-cover melalui skema Sistem Jaminan Sosial Nasional
kesehatan sementara untuk pembiayaan preventif dan promotif akan bersumber
dari kantong BOK (Biaya Operasional Kesehatan) maupun kantong-kantong lain
dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah.
Dalam APBN 2016, anggaran fungsi kesehatan mengalami kenaikan
menjadi 5,05 %. Selain ada di Kementerian Kesehatan, anggaran kesehatan itu
tersebar di kementerian dan lembaga lain termasuk dalam Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Kenaikan anggaran fungsi kesehatan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016 akan difokuskan pada
penguatan fasilitas kesehatan primer dan pemberdayaan masyarakat. Hal yang
diutamakan adalah pada program promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan tahun 2016 dalam APBN adalah
Rp 109 triliun (5,05 persen dari APBN) atau naik dari pada tahun 2015 yang Rp
75 triliun (3,45 persen dari APBN). Itu termasuk iuran penerima bantuan iuran
(PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Dengan
mempertimbangkan
pola
penyakit
dan
penerapan
JKN,
Kementerian Kesehatan akan memakai anggaran itu untuk memperkuat
Universitas Sumatera Utara
4
puskesmas sebagai fasilitas kesehatan primer dan pemberdayaan warga. Program
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pendekatan keluarga juga
akan digalakkan. Penguatan puskesmas itu antara lain dengan menambah sarana
dan prasarana puskesmas, menambah dana bantuan operasional kesehatan (BOK)
dua kali lipat, dan menambah kekurangan tenaga kesehatan.
Di Indonesia pembiayaan kesehatan selain relatif kecil, efektivitas dan
efisiensi penggunaannya juga belum optimal. Efektivitas dan efisiensi yang belum
optimal tersebut diduga berkaitan dengan jumlahnya yang kurang, alokasi yang
tidak sesuai dengan prioritas kesehatan dan pola belanja yang cenderung pada
investasi barang dan kegiatan tidak langsung, sehingga biaya operasional dan
biaya untuk kegiatan langsung berkurang. Kinerja suatu program kesehatan sangat
ditentukan oleh kecukupan anggaran operasional dan anggaran kegiatan langsung.
Sampai saat ini, pemanfaatan dana menjadi masalah di sebagian besar
kabupaten/kota di Indonesia, padahal hampir semua daerah di Indonesia
menetapkan kesehatan sebagai salah satu program prioritas. Pemberlakuan
otonomi daerah memberikan peluang kepada daerah untuk menyusun perencanaan
dan pengalokasian anggaran di lingkungan pemerintah daerah masing-masing.
Peran dan komitmen policy makers sebagai pengambil kebijakan sangat besar
dalam menentukan arah pembangunan dan pengalokasian anggaran bersumber
dari pemerintah (Sumaryadi, 2005).
Ada beberapa kriteria dalam pengalokasian anggaran kesehatan,
diantaranya adalah adekuasi dan equity. Adekuasi merupakan kecukupan dan
kesinambungan pembiayaan kesehatan pada tingkat pusat dan daerah. Equity
Universitas Sumatera Utara
5
merupakan
pemerataan
pembiayaan
kesehatan
yang
diharapkan
dapat
memberikan keadilan pada setiap orang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pemakaian kriteria tersebut dapat dilakukan untuk mencapai standar pelayanan
minimal. Dalam hal ini, dapat diberikan DAK tanpa dana pendamping berbasis
pada standar pelayanan minimal yang ada. Prinsip adekuasi diperlukan untuk
mendukung daerah agar mampu melakukan pelayanan minimal yang standarnya
ditetapkan oleh pusat (Harbianto& Trisnantoro, 2004).
Sumber pembiayaan dan anggaran kesehatan berasal dari APBD Kota,
APBD Propinsi, dan APBN. Pembiayaan kesehatan digunakan di semua unit
kegiatan pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yaitu Dinas
Kesehatan, Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah. Undang - undang Nomor 36
Tahun 2009 menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan bertujuan untuk
penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang
mencukupi, teralikasi secara adil, dan termanfaatkan. Anggaran kesehatan Kota
Medan tahun 2015 sebesar 11,25% dari total APBD Kota Medan tahun 2015, hal
ini belum sudah sesuai dengan hasil pertemuan Bupati/Walikota di seluruh
Indonesia yang menghasilkan suatu komitmen untuk mengalokasikan 15% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (WHO, 2003).
Total anggaran Dinas Kesehatan Kota Medan pada tahun 2013 adalah
seebesar
Rp.218.393.900.000,-
dimana
belanja
langsung
sebesar
Rp.88.081.180.000,- dan belanja tidak langsung sebesar Rp 130.310. 720 (Profil
Kesehatan kota Medan, 2013), pada tahun 2014 Dinas Kesehatan Kota Medan
mendapatkan anggaran adalah sebesar Rp. 303.257.379.405,-. Anggaran ini terdiri
Universitas Sumatera Utara
6
dari APBD sebesar Rp. 253.856.680.875,- termasuk didalamnya adalah Belanja
Langsung dan Belanja Tidak Langsung, kemudian APBN Rp. 49.400.698.530,termasuk didalamnya Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Tugas Pembantuan
(BOK) dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (Profil Kesehatan kota Medan,
2014), danTotal anggaran kesehatan Kota Medan pada tahun 2015 sebesar
Rp.704.472.302.290,;.
Anggaran
ini
terdiri
dari
APBD
sebesar
Rp.615.349.818.470,- termasuk di dalamnya adalah Belanja Langsung dan
Belanja Tidak Langsung, kemudian APBN Rp. 89.122.483.820,- termasuk
didalamnya Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Tugas Pembantuan (BOK) dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dimana di dalamnya terdapat sebanyak
253.300 orang yang terdaftar sebagai peserta PBI di seluruh puskesmas yang ada
di Kota Medan (Profil Kesehatan kota Medan, 2015).
Pemerintah dalam hal ini telah mempersiapkan suatu alat atau instrument
yang dapat melihat pengeluaran pembiayaan kesehatan berdasarkan bukti dan
analisa pengeluaran kesehatan terkini yang disebut Health Account. Health
Account (HA) adalah suatu alat atau instrument yang penting jika suatu negara
ingin mengetahui berapa besar biaya kesehatan yang telah dikeluarkan, jenis
pembayaran apakah yang dikeluarkan dan siapakah yang mengeluarkan biaya
tersebut. Informasi dari Health Account berguna bagi pemegang kebijakan untuk
memantau pola pendanaan kesehatan sehingga kebijakan yang dibuat dapat lebih
memihak kepada publik secara efektif dan efisien. Dengan demikian, informasi
National Health Account (NHA) pada tingkat nasional, Provincial Health
Universitas Sumatera Utara
7
Account(PHA) dan District Health Account (DHA) pada tingkat kabupaten/kota
agar tersedia setiap tahun secara kontiniu dan konsisten (Thabrany, 2005).
District Health Account dilakukan untuk menunjang sistem pembiayaan
kesehatan di tingkat kabupaten. Secara khusus metode ini berguna untuk:
(1). Mengerahui situasi pembiayaan secara menyeluruh, (2). Menyusun kebijakan
pembiayaan kesehatan nasional (3). Menyusun anggaran tahunan kesehatan
pemerintah (4). Membandingkan pembiayaan antar Negara yang kemudian
dikaitkan dengan kinerja pembangunan kesehatan (5). DHA berguna untuk
penyusunan PHA dan NHA.
Dengan adanya desentralisasi penghitungan pembiayaan kesehatan di
kabupaten/kota semakin dibutuhkan. Proses DHA bisa menjadi masukan untuk
proses desentralisasi fiskal yang lebih berkeadilan. Hasil analisa yang dihasilkan
akan menjadi rujukan penting untuk alokasi DAU, DAK, Dekonsentrasi, TP, dan
Jamkesmas. Bagi para perencana di tingkat kabupaten/kota hasil DHA bisa
digunakan untuk evaluasi pembiayaan kesehatan tingkat daerah untuk
mengetahui: (1). Apakah biaya kesehatan sudah cukup, (2). Apakah alokasi biaya
kesehatan sudah sesuai dengan kebijakan (pengutamaan promotif dan preventif,
kecukupan biaya operasional), (3). Apakah biaya sudah dialokasikan secara
efektif, bisa memperbaiki kinerja, sejauh mana efisiensi penganggaran kesehatan,
(4).Apakah biaya kesehatan di kabupaten/kota sudah berkeadilan (AIPHSS,
2013).
Pemerintah Daerah berkewajiban membiayai seluruh upaya kesehatan
dalam menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang aman, adil, terbuka,
Universitas Sumatera Utara
8
dan terjangkau bagi masyarakat diluar pembiayaan belanja aparatur. Adanya
sumber pembiayaan kesehatan berasal dari : (1) Pemerintah, (2) Pemerintah
Provinsi, (3) Pemerintah Daerah, (4) Sumber lainnya yang sah dan tidak
mengikat. Pemerintah daerah membiayai seluruh upaya pelayanan kesehatan dasar
yang dilaksanakan di Puskesmas bagi seluruh masyarakat Kota Medan (Perda
Kota Medan Nomor 4, 2012).
Dinas Kesehatan Kota medan atau yang biasa disingkat DKK Medan
terletak di Jalan Rotan No. 1 Komplek Petisah Medan. Dinas ini membawahi 39
Puskesmas Induk (13 Puskesmas Rawat Inap dan 26 Puskesmas Rawat Jalan) dan
41 Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di 21 Kecamatan se Kota Medan.
Disamping itu DKK Medan mempunyai Unit Pelayanan Teknis (UPT) yaitu
gudang farmasi yang terletak di Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan,
Laboratorium Kesehatan Lingkungan yang terletak di Jalan Ibus Raya dan Klinik
Bestari yang juga terletak di Jalan Ibus Raya Kota Medan. Penulis memilih Dinas
Kesehatan Kota
Medan sebagai lokasi penelitian dikarenakan belum
terselenggaranya secara optimal program kegiatan promosi kesehatan serta belum
adanya penelitian tentang pembiayaan kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Medan.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis dengan wawancara
mendalam didapat masalah bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan mengalami
kekurangan dana sehingga berdampak pada program dan kegiatan yang tidak
berjalan dengan lancar serta adanya tumpang tindih dana untuk menutupi
kekurangan antara satu program dengan program lainnya. Menurut paparan di atas
dan hasil survei pendahuluan serta melihat permasalahan pembiayaan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
9
yang terjadi di Indonesia saat ini, penulis tertarik untuk menganalisis pembiayaan
program promosi kesehatan bersumber pemerintah dengan pendekatan District
Health Account di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, permasalahan pada
penelitian ini adalah bagaimana pembiayaan program promosi kesehatan
bersumber pemerintah dengan pendekatan District Health Account di Dinas
Kesehatan Kota Medan Tahun 2017.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pembiayaan program Promosi Kesehatan bersumber
pemerintah dengan pendekatan District Health Account di Dinas Kesehatan Kota
Medan Tahun 2017.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mendapatkan informasi mengenai ketersediaan proporsi alokasi
biaya program promosi kesehatan yang didapatkan oleh Dinas
Kesehatan Kota Medan tahun 2017.
2. Dapat menganalisis 8 dimensi District Health Account untuk program
promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017.
3. Mengetahui bagaimana perencanaan anggaran program promosi
kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017.
4. Mengetahui bagaimana pemanfaatan dana program dan kegiatan
promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara
10
1.4
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas kesehatan Kota
Medan dan dapat menganalisis
serta meningkatkan dengan baik
pembiayaan program promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Kota
Medan.
2. Untuk Menambah informasi dan dijadikan refrensi bagi mahasiswa
Kesehatan Masyarakat khususnya
Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan, wawasan,
serta pengalaman peneliti mengenai analisis pembiayaan program
Promosi Kesehatan bersumber pemerintah dengan pendekatan District
Health Account di Dinas Kesehatan Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan
kesehatan diselenggarakan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian
khusus pada penduduk rentan. Upaya-upaya kesehatan tersebut sesuai dengan
undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan meliputi peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) (Depkes RI, 2010).
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurut UU Kesehatan, bahwa setiap
hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia
akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara. Derajat kesehatan
merupakan investasi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan
RI menyusun Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) merupakan indikator
komposit yang menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan dan disparitas
antar provinsi dan kabupaten/kota dalam pencapaian derajat kesehatan
1
Universitas Sumatera Utara
2
masyarakat. IPKM dibangun dari beberapa indikator, di antaranya indikator
kinerja program kesehatan, sehingga untuk meningkatkan nilai IPKM suatu
daerah, hal yang harus dipikirkan adalah cara menjamin program kesehatan di
daerah tersebut berjalan secara efektif dan efisien.
Selama ini, disinyalir ada beberapa masalah pembiayaan kesehatan di
daerah, baik di kabupaten maupun di kota, yang mengakibatkan tidak efektifnya
program kesehatan, yaitu: jumlah anggaran kesehatan terlalu kecil dibandingkan
dengan kebutuhan, sumber pembiayaan tidak terintegrasi atau masih terpisahpisah, sehingga pemanfaatan biaya menjadi tidak efisien, anggaran kesehatan
lebih banyak digunakan untuk kegiatan tidak langsung (pelatihan, belanja barang
modal dll). Nilai IPKM untuk Kota Medan pada tahun 2007 adalah 0.6593 dan
pada tahun 2013 adalah 0.7474. hal ini dapat dilihat dari jarak tahun yang terlalu
jauh, akan tetapi pergerakan angka IPKM terlalu lambat dikarenakan kemajuan
pembangunan kesehatan serta masih terdapatnya sosial ekonomi yang rendah di
beberapa daerah yang mengakibatkan IPKM di Kota Medan masih relatif rendah.
(Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Dalam pembangunan kesehatan tidak hanya pelayanan kesehatan preventif
maupun kuratif dan rehabilitatif yang ditingkatkan tetapi juga pelayanan
kesehatan promotif, namun manajemen pembiayaan kesehatan juga perlu
mendapat kebijakan dalam mengatur pembiayaan kesehatan. Alokasi dana juga
merupakan salah satu unsur stategis dalam pembangunan kesehatan.Tersedianya
alokasi dana yang memadai dan pemanfaatan yang efisien serta pemerataan
Universitas Sumatera Utara
3
(equity)
akan
dapat
mendukung
suksesnya
pembangunan
kesehatan
(Brotowasisto, 2000).
Pada dasarnya negara melalui sistem kesehatan menjamin pelayanan
kesehatan, pencegahan, promosi dan pengobatan.Sumber dana untuk pengobatan
pada tahun 2014 akan di-cover melalui skema Sistem Jaminan Sosial Nasional
kesehatan sementara untuk pembiayaan preventif dan promotif akan bersumber
dari kantong BOK (Biaya Operasional Kesehatan) maupun kantong-kantong lain
dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah.
Dalam APBN 2016, anggaran fungsi kesehatan mengalami kenaikan
menjadi 5,05 %. Selain ada di Kementerian Kesehatan, anggaran kesehatan itu
tersebar di kementerian dan lembaga lain termasuk dalam Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Kenaikan anggaran fungsi kesehatan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016 akan difokuskan pada
penguatan fasilitas kesehatan primer dan pemberdayaan masyarakat. Hal yang
diutamakan adalah pada program promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan tahun 2016 dalam APBN adalah
Rp 109 triliun (5,05 persen dari APBN) atau naik dari pada tahun 2015 yang Rp
75 triliun (3,45 persen dari APBN). Itu termasuk iuran penerima bantuan iuran
(PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Dengan
mempertimbangkan
pola
penyakit
dan
penerapan
JKN,
Kementerian Kesehatan akan memakai anggaran itu untuk memperkuat
Universitas Sumatera Utara
4
puskesmas sebagai fasilitas kesehatan primer dan pemberdayaan warga. Program
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pendekatan keluarga juga
akan digalakkan. Penguatan puskesmas itu antara lain dengan menambah sarana
dan prasarana puskesmas, menambah dana bantuan operasional kesehatan (BOK)
dua kali lipat, dan menambah kekurangan tenaga kesehatan.
Di Indonesia pembiayaan kesehatan selain relatif kecil, efektivitas dan
efisiensi penggunaannya juga belum optimal. Efektivitas dan efisiensi yang belum
optimal tersebut diduga berkaitan dengan jumlahnya yang kurang, alokasi yang
tidak sesuai dengan prioritas kesehatan dan pola belanja yang cenderung pada
investasi barang dan kegiatan tidak langsung, sehingga biaya operasional dan
biaya untuk kegiatan langsung berkurang. Kinerja suatu program kesehatan sangat
ditentukan oleh kecukupan anggaran operasional dan anggaran kegiatan langsung.
Sampai saat ini, pemanfaatan dana menjadi masalah di sebagian besar
kabupaten/kota di Indonesia, padahal hampir semua daerah di Indonesia
menetapkan kesehatan sebagai salah satu program prioritas. Pemberlakuan
otonomi daerah memberikan peluang kepada daerah untuk menyusun perencanaan
dan pengalokasian anggaran di lingkungan pemerintah daerah masing-masing.
Peran dan komitmen policy makers sebagai pengambil kebijakan sangat besar
dalam menentukan arah pembangunan dan pengalokasian anggaran bersumber
dari pemerintah (Sumaryadi, 2005).
Ada beberapa kriteria dalam pengalokasian anggaran kesehatan,
diantaranya adalah adekuasi dan equity. Adekuasi merupakan kecukupan dan
kesinambungan pembiayaan kesehatan pada tingkat pusat dan daerah. Equity
Universitas Sumatera Utara
5
merupakan
pemerataan
pembiayaan
kesehatan
yang
diharapkan
dapat
memberikan keadilan pada setiap orang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pemakaian kriteria tersebut dapat dilakukan untuk mencapai standar pelayanan
minimal. Dalam hal ini, dapat diberikan DAK tanpa dana pendamping berbasis
pada standar pelayanan minimal yang ada. Prinsip adekuasi diperlukan untuk
mendukung daerah agar mampu melakukan pelayanan minimal yang standarnya
ditetapkan oleh pusat (Harbianto& Trisnantoro, 2004).
Sumber pembiayaan dan anggaran kesehatan berasal dari APBD Kota,
APBD Propinsi, dan APBN. Pembiayaan kesehatan digunakan di semua unit
kegiatan pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yaitu Dinas
Kesehatan, Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah. Undang - undang Nomor 36
Tahun 2009 menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan bertujuan untuk
penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang
mencukupi, teralikasi secara adil, dan termanfaatkan. Anggaran kesehatan Kota
Medan tahun 2015 sebesar 11,25% dari total APBD Kota Medan tahun 2015, hal
ini belum sudah sesuai dengan hasil pertemuan Bupati/Walikota di seluruh
Indonesia yang menghasilkan suatu komitmen untuk mengalokasikan 15% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (WHO, 2003).
Total anggaran Dinas Kesehatan Kota Medan pada tahun 2013 adalah
seebesar
Rp.218.393.900.000,-
dimana
belanja
langsung
sebesar
Rp.88.081.180.000,- dan belanja tidak langsung sebesar Rp 130.310. 720 (Profil
Kesehatan kota Medan, 2013), pada tahun 2014 Dinas Kesehatan Kota Medan
mendapatkan anggaran adalah sebesar Rp. 303.257.379.405,-. Anggaran ini terdiri
Universitas Sumatera Utara
6
dari APBD sebesar Rp. 253.856.680.875,- termasuk didalamnya adalah Belanja
Langsung dan Belanja Tidak Langsung, kemudian APBN Rp. 49.400.698.530,termasuk didalamnya Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Tugas Pembantuan
(BOK) dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (Profil Kesehatan kota Medan,
2014), danTotal anggaran kesehatan Kota Medan pada tahun 2015 sebesar
Rp.704.472.302.290,;.
Anggaran
ini
terdiri
dari
APBD
sebesar
Rp.615.349.818.470,- termasuk di dalamnya adalah Belanja Langsung dan
Belanja Tidak Langsung, kemudian APBN Rp. 89.122.483.820,- termasuk
didalamnya Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Tugas Pembantuan (BOK) dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dimana di dalamnya terdapat sebanyak
253.300 orang yang terdaftar sebagai peserta PBI di seluruh puskesmas yang ada
di Kota Medan (Profil Kesehatan kota Medan, 2015).
Pemerintah dalam hal ini telah mempersiapkan suatu alat atau instrument
yang dapat melihat pengeluaran pembiayaan kesehatan berdasarkan bukti dan
analisa pengeluaran kesehatan terkini yang disebut Health Account. Health
Account (HA) adalah suatu alat atau instrument yang penting jika suatu negara
ingin mengetahui berapa besar biaya kesehatan yang telah dikeluarkan, jenis
pembayaran apakah yang dikeluarkan dan siapakah yang mengeluarkan biaya
tersebut. Informasi dari Health Account berguna bagi pemegang kebijakan untuk
memantau pola pendanaan kesehatan sehingga kebijakan yang dibuat dapat lebih
memihak kepada publik secara efektif dan efisien. Dengan demikian, informasi
National Health Account (NHA) pada tingkat nasional, Provincial Health
Universitas Sumatera Utara
7
Account(PHA) dan District Health Account (DHA) pada tingkat kabupaten/kota
agar tersedia setiap tahun secara kontiniu dan konsisten (Thabrany, 2005).
District Health Account dilakukan untuk menunjang sistem pembiayaan
kesehatan di tingkat kabupaten. Secara khusus metode ini berguna untuk:
(1). Mengerahui situasi pembiayaan secara menyeluruh, (2). Menyusun kebijakan
pembiayaan kesehatan nasional (3). Menyusun anggaran tahunan kesehatan
pemerintah (4). Membandingkan pembiayaan antar Negara yang kemudian
dikaitkan dengan kinerja pembangunan kesehatan (5). DHA berguna untuk
penyusunan PHA dan NHA.
Dengan adanya desentralisasi penghitungan pembiayaan kesehatan di
kabupaten/kota semakin dibutuhkan. Proses DHA bisa menjadi masukan untuk
proses desentralisasi fiskal yang lebih berkeadilan. Hasil analisa yang dihasilkan
akan menjadi rujukan penting untuk alokasi DAU, DAK, Dekonsentrasi, TP, dan
Jamkesmas. Bagi para perencana di tingkat kabupaten/kota hasil DHA bisa
digunakan untuk evaluasi pembiayaan kesehatan tingkat daerah untuk
mengetahui: (1). Apakah biaya kesehatan sudah cukup, (2). Apakah alokasi biaya
kesehatan sudah sesuai dengan kebijakan (pengutamaan promotif dan preventif,
kecukupan biaya operasional), (3). Apakah biaya sudah dialokasikan secara
efektif, bisa memperbaiki kinerja, sejauh mana efisiensi penganggaran kesehatan,
(4).Apakah biaya kesehatan di kabupaten/kota sudah berkeadilan (AIPHSS,
2013).
Pemerintah Daerah berkewajiban membiayai seluruh upaya kesehatan
dalam menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang aman, adil, terbuka,
Universitas Sumatera Utara
8
dan terjangkau bagi masyarakat diluar pembiayaan belanja aparatur. Adanya
sumber pembiayaan kesehatan berasal dari : (1) Pemerintah, (2) Pemerintah
Provinsi, (3) Pemerintah Daerah, (4) Sumber lainnya yang sah dan tidak
mengikat. Pemerintah daerah membiayai seluruh upaya pelayanan kesehatan dasar
yang dilaksanakan di Puskesmas bagi seluruh masyarakat Kota Medan (Perda
Kota Medan Nomor 4, 2012).
Dinas Kesehatan Kota medan atau yang biasa disingkat DKK Medan
terletak di Jalan Rotan No. 1 Komplek Petisah Medan. Dinas ini membawahi 39
Puskesmas Induk (13 Puskesmas Rawat Inap dan 26 Puskesmas Rawat Jalan) dan
41 Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di 21 Kecamatan se Kota Medan.
Disamping itu DKK Medan mempunyai Unit Pelayanan Teknis (UPT) yaitu
gudang farmasi yang terletak di Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan,
Laboratorium Kesehatan Lingkungan yang terletak di Jalan Ibus Raya dan Klinik
Bestari yang juga terletak di Jalan Ibus Raya Kota Medan. Penulis memilih Dinas
Kesehatan Kota
Medan sebagai lokasi penelitian dikarenakan belum
terselenggaranya secara optimal program kegiatan promosi kesehatan serta belum
adanya penelitian tentang pembiayaan kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Medan.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis dengan wawancara
mendalam didapat masalah bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan mengalami
kekurangan dana sehingga berdampak pada program dan kegiatan yang tidak
berjalan dengan lancar serta adanya tumpang tindih dana untuk menutupi
kekurangan antara satu program dengan program lainnya. Menurut paparan di atas
dan hasil survei pendahuluan serta melihat permasalahan pembiayaan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
9
yang terjadi di Indonesia saat ini, penulis tertarik untuk menganalisis pembiayaan
program promosi kesehatan bersumber pemerintah dengan pendekatan District
Health Account di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, permasalahan pada
penelitian ini adalah bagaimana pembiayaan program promosi kesehatan
bersumber pemerintah dengan pendekatan District Health Account di Dinas
Kesehatan Kota Medan Tahun 2017.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pembiayaan program Promosi Kesehatan bersumber
pemerintah dengan pendekatan District Health Account di Dinas Kesehatan Kota
Medan Tahun 2017.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mendapatkan informasi mengenai ketersediaan proporsi alokasi
biaya program promosi kesehatan yang didapatkan oleh Dinas
Kesehatan Kota Medan tahun 2017.
2. Dapat menganalisis 8 dimensi District Health Account untuk program
promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017.
3. Mengetahui bagaimana perencanaan anggaran program promosi
kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017.
4. Mengetahui bagaimana pemanfaatan dana program dan kegiatan
promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara
10
1.4
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas kesehatan Kota
Medan dan dapat menganalisis
serta meningkatkan dengan baik
pembiayaan program promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Kota
Medan.
2. Untuk Menambah informasi dan dijadikan refrensi bagi mahasiswa
Kesehatan Masyarakat khususnya
Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan, wawasan,
serta pengalaman peneliti mengenai analisis pembiayaan program
Promosi Kesehatan bersumber pemerintah dengan pendekatan District
Health Account di Dinas Kesehatan Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara