Gambaran Self-Compassion pada Anak Jalanan Kota Medan Chapter III V

35

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah salah satu komponen penting dalam penelitian
yang berguna untuk membatasi penelitian dengan batasan-batasan yang sangat
cermat untuk menjaga agar pengetahuan yang diperoleh dari penelitian dapat
memiliki keilmiahan yang tinggi (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran
self-compassion pada anak jalanan kota Medan.
Metode deskriptif merupakan metode yang memiliki tujuan untuk
menyajikan fakta secara sistematik dan akurat sehingga dapat lebih mudah
dipahami dan disimpulkan (Azwar, 2013). Pada penelitian ini, data yang
dikumpulkan bersifat deskriptif yaitu menggambarkan secara sistematis dan
akurat self-compassion pada anak jalanan kota Medan tanpa bermaksud untuk
mencari penjelasan, melakukan pengujian hipotesis, membuat prediksi maupun
mempelajari implikasi.

A. Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu atribut yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2012). Menurut Azwar (2013) variabel adalah suatu konsep mengenai atribut
atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara

35
Universitas Sumatera Utara

36

kuantitatif dan kualitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah selfcompassion.

B. Definisi Operasional
Self-compassion merupakan bagaimana individu mampu bersikap baik
kepada

diri

sendiri

saat


individu mengalami

keadaan yang tidak

menyenangkan dalam hidup, memahami hal tersebut sebagai sesuatu yang
positif serta berusaha menemukan cara untuk meringankan beban tersebut.
Dalam penelitian ini, self-compassion akan diukur dengan skala yang
dikembangkan berdasarkan teori self-compassion oleh Kristin Neff (2003)
terdiri dari tiga komponen yaitu self-kindness, common humanity, dan
mindfulness.

C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012).
Populasi dibatasi sebagai jumlah individu yang paling sedikit memiliki
sifat yang sama (Hadi, 2000). Suatu populasi harus memiliki karakteristik


Universitas Sumatera Utara

37

bersama yang membedakannya dengan populasi lain (Azwar, 2013).
Karakteristik populasi dalam penelitian ini yaitu:
a. Berusia 12-18 tahun. Self-compassion terendah dalam periode
kehidupan terjadi pada masa remaja (Neff, 2011). Pada usia tersebut
seorang anak juga sedang menjalani masa pubertas dan sedang berada
pada masa mencari identitas diri (Erikson, dalam Papalia, 2008).
b. Berasal dari semua kelompok anak jalanan
c. Anak yang memiliki dan masih menjalani pendidikan formal maupun
nonformal.
d. Anak yang melakukan aktivitas ekonomi (mengemis, berjual,
menyemir sepatu, dan sebagainya)

2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2012). Sampel merupakan bagian dari populasi yang
dikenai penelitian. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah

100 anak jalanan kota Medan.

3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik yang digunakan untuk mengambil
sampel dengan menggunakan prosedur tertentu dalam jumlah yang sesuai
dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh
sampel yang dapat benar-benar mewakili populasi (Poerwati, 1994).

Universitas Sumatera Utara

38

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental
sampling

yaitu teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan,

maksudnya adalah siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok dan memenuhi kriteria sebagai sumber data
(Sugiyono, 2012).

D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan dalam penelitian
yang bertujuan untuk mengungkapkan fakta mengenai variabel yang diteliti.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan skala. Skaladigunakan karena data yang ingin diperoleh atau
variabel yang ingin diukur yaitu self-compassion merupakan konsep
psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikatorindikator perilaku yang akan diterjemahkan kedalam bentuk aitem-aitem
pernyataan.
Skala akan dikembangkan berdasarkan teori self-compassion oleh Kristin
Neff (2003) terdiri dari tiga komponen yaitu self-kindness, common humanity,
dan mindfulness. Selain itu terdapat skala lain yang akan digunakan untuk
proses screening mengenai subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini,
seperti yang digambarkan oleh tabel 3.1 berikut:

Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 3.1. Blue Print SkalaScreening
Jawaban

Pertanyaan

(Lingkari)

1. Seluruh anggota keluarga saya hanya makan satu
kali sehari, atau tidak makan sama sekali

Ya

Tidak

Ya

Tidak


Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak


2. Seluruh anggota keluarga saya tidak memiliki
pakaian

yang

berbeda

untuk

dirumah,

bekerja/sekolah, dan bepergian
3. Lantai rumah saya sebagian besar dari tanah
4. Seluruh

anggota

saya

tidak


makan

daging/telur/ikan dalam seminggu
5. Dalam satu tahun ini, seluruh anggota keluarga
saya tidak membeli sepasang pakaian baru
6. Saya

masih

menjalani

pendidikan

(formal/informal)
7. Saya pulang kerumah setidaknya satu kali dalam
satu bulan

8. Saya melakukan aktivitas berikut : (ceklis, boleh satu atau lebih)
Mengemis

Berjualan
Menyemir sepatu
Menjual koran
Membersihkan kaca mobil
Dan lainnya (.......)
Skala pertama dalam penelitian ini menggunakan model skala likert dengan
dua alternatif jawaban, yaitu; ya dan tidak. Berdasarkan dua alternatif jawaban,
skor yang tersedia adalah 1 dan 0. Jika subjek menjawab “Ya” maka akan
diberikan skor 1 dan jika menjawab “Tidak” maka subjek akan diberikan skor 0.

Universitas Sumatera Utara

42

Pernyataan nomor 1-5 akan mendeskripsikan mengenai tingkat ekonomi yang
dimiliki oleh subjek. Pernyataan nomor 6 akan mendeskripsikan apakah subjek
menjalani pendidikan formal atau nonformal. Pernyataan nomor 7 akan
mendeskripsikan kategori kelompok anak jalanan pada subjek, dan pernyataan
nomor 8 akan mendeskripsikan kegiatan yang dilakukan subjek dijalanan.
Setelah skala pertama dibagikan, berikut skala self-compassion yang akan

digunakan untuk uji coba:

Tabel 3.2. Blue Print Skala Self-Compassion sebelum Uji Coba
NO
1

KOMPONEN
Self-kindness

INDIKATOR
Bersikap
dalam

hangat

memahami

JUMLAH

BOBOT

6 aitem

16,68%

(1, 4, 11,

diri sendiri ketika 27, 23, 25)
mengalami
penderitaan,
kegagalan,

atau

merasa

tidak

mampu,

bukan

memberikan kritik
pada diri sendiri
2

Self-judgment

Mengkritik

6 aitem

(menyalahkan) diri

(31, 19,

sendiri

ketika

mengalami

16,68%

21, 30, 8,
17)

penderitaan,
kegagalan,
perasaan

dan
tidak

Universitas Sumatera Utara

43

mampu
3

Common

Merasa orang lain

6 aitem

humanity

juga

(10, 13,

pernah

mengalami

16,68%

16, 7, 14,

pengalaman

yang

sama

sehingga

tidak

merasa

22)

sendiri
4

Isolation

Merasa hanya ia
satu-satunya

yang

menderita

6 aitem

16,68%

(20,29,12,

dan 15, 33, 35)

mengalami
keadaan yang sulit
5

Mindfulness

Menerima keadaan

6 aitem

ataupun

(18, 34,

pengalaman
sebagai

sulit,
sesuatu

16,68%

36, 2, 5,
32)

yang seimbang
6

Over-identified Memenuhi pikiran

6 aitem

dan

perasaan

(28, 6, 3,

emosi

24, 9, 26)

dengan

16,68%

negatif
Jumlah

36 aitem

100%

Penskalaan dalam penelitian ini akan menggunakan model skala likert
dengan lima alternatif jawaban, yaitu; tidak sesuai, kurang sesuai, agak sesuai,
sesuai dan sangat sesuai. Berdasarkan lima alternatif jawaban, skor yang tersedia
adalah 1 sampai 5 terhadap jawaban yang berikan oleh subjek. Skor akan bergerak
5 sampai 1 untuk komponen self-kindness, common humanity, dan mindfulness.

Universitas Sumatera Utara

44

Subjek akan diberikan skor 5 jika memilih sangat sesuai, skor 4 jika subjek
memilih sesuai, diberikan skor 3 jika subjek menjawab agak sesuai, skor 2 untuk
subjek yang memilih kurang sesuai, dan subjek akan diberikan skor 1 untuk
jawaban tidak sesuai. Pada komponen self-judgment, isolation, dan overidentification skor akan bergerak dari 1 sampai 5. Subjek yang memilih sangat
sesuai akan mendapatkan skor 1, diberikan skor 2 jika subjek memilih jawaban
sesuai, diberikan skor 3 jika memilih agak sesuai, diberikan skor 4 jika menjawab
kurang sesuai, dan akan diberikan skor 5 jika subjek menjawab tidak sesuai.
Pengklasifikasian tinggi atau rendahnya self-compassion pada anak jalanan
di kota Medan yaitu dengan mencari mean dan standard deviasi hipotetik.
Selanjutnya akan dibuat rentang sebanyak tiga klasifikasi, yaitu tinggi, sedang,
dan rendah berdasarkan rumus:

Tabel 3.3. Kategorisasi Norma Nilai Self-Compassion
Rentang Nilai

Kategori

X < (µ - 1,0ϭ)

Rendah

(µ - 1,0ϭ) ≤ X < (µ + 1,0ϭ)

Sedang

(µ + 1,0ϭ) ≤ X

Tinggi

Keterangan:

µ = Mean hipotetik skala self-compassion
ϭ = Standar deviasi

Universitas Sumatera Utara

45

E. Uji Coba Alat Ukur
1. Validitas Alat Ukur
Validitas alat ukur adalah sejauh mana suatu skala dapat menghasilkan
data yang akurat dan tepat sesuai dengan tujuan ukurya. Suatu alat ukur
dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut
menghasilkan data yang relevan dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2012).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content
validity).
Validitas isi merupakan suatu estimasi untuk melihat sejauh mana
aitem-aitem skala mewakili aspek-aspek dalam keseluruhan kawasan isi
objek yang hendak diukur dan sejauh mana aitem-aitem skala
mencerminkan indikator keperilakuan yang hendak diukur (Azwar, 2012).
Validitas isi diusahakan dengan pengujian aitem melalui professional
judgement (Azwar, 2012). Professional judgement dilakukan dengan cara
berkonsultasi dengan pihak lain (dosen pembimbing) yang lebih mengerti
tentang pembuatan alat ukur dan variabel yang akan diukur.

2. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil yang diperoleh dari suatu
pengukuran dapat dipercaya. Azwar (2012) menyatakan bahwa reliabilitas
dicapai apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi

Universitas Sumatera Utara

46

internal (Cronbach’s Alpha Coeffecient) menggunakan SPSS 21.0 for
Windows. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r xx’) yang
angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin
mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya,
koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah
reliabilitasnya (Azwar, 2012).

3. Uji Daya Diskriminasi Aitem
Daya diskriminasi aitem merupakan sejauh mana aitem mampu
membedakan antara individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut
yang diukur. Parameter daya diskriminasi aitem adalah koefisien korelasi
aitem total, yaitu koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan
distribusi skor skala total, yang menunjukkan kesesuaian fungsi aitem
dengan fungsi skala. Dengan demikian, pemilihan aitem didasarkan pada
koefisien korelasi aitem total yang diperoleh (Azwar, 2012).
Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem-total menggunakan
batasan rix

0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi 0.30

dianggap memiliki daya diskriminasi yang memuaskan. Aitem yang
memiliki harga rix< 0.30 diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki
daya diskriminasi rendah (Azwar, 2012).

Universitas Sumatera Utara

47

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Dalam melihat daya beda item, dilakukan analisa uji coba dengan
menggunakan aplikasi komputer SPSS version 21.0 for Windows, dengan
batasan (koefisien rix) 0.30. Azwar (2012) berpendapat bahwa semua item
yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 memiliki daya pembedanya
yang dianggap memuaskan.
Setelah dilakukan uji coba, terdapat aitem-aitem yang memiliki koefisien
korelasi diatas 0.30 dan ada beberapa aitem yang memiliki koefisien korelasi
dibawah 0.30. Berikut gambarananalisa uji coba skala self-compassiondengan
menggunakan aplikasi komputer SPSS version 21.0 for Windows :

Tabel 3.4. Blue Print Skala Self-Compassion setelah Uji Coba
NO
1

KOMPONEN
Self-kindness

INDIKATOR
Bersikap
dalam

hangat

memahami

JUMLAH

BOBOT

6 aitem

16,68%

(1, 4, 11,

diri sendiri ketika 27, 23, 25)
mengalami
penderitaan,
kegagalan,

atau

merasa

tidak

mampu,

bukan

memberikan kritik
pada diri sendiri
2

Self-judgment

Mengkritik

6 aitem

(menyalahkan) diri

(31, 19,

sendiri

ketika

16,68%

21, 30, 8,

Universitas Sumatera Utara

48

mengalami

17)

penderitaan,
kegagalan,

dan

perasaan

tidak

mampu
3

Common

Merasa orang lain

6 aitem

humanity

juga

(10, 13,

pernah

mengalami

16,68%

16, 7, 14,

pengalaman

yang

sama

sehingga

tidak

merasa

22)

sendiri
4

Isolation

Merasa hanya ia
satu-satunya

yang

menderita

6 aitem

16,68%

(20,29,12,

dan 15, 33, 35)

mengalami
keadaan yang sulit
5

Mindfulness

Menerima keadaan

6 aitem

ataupun

(18, 34,

pengalaman
sebagai

sulit,
sesuatu

16,68%

36, 2, 5,
32)

yang seimbang
6

Over-identified Memenuhi pikiran

6 aitem

dan

perasaan

(28, 6, 3,

emosi

24, 9, 26)

dengan

16,68%

negatif
Jumlah

36 aitem

100%

Keterangan: Tinta merah merupakan aitem yang gugur

Universitas Sumatera Utara

49

Hasil uji coba skala Self-compassion menunjukkan bahwa dari 36 aitem,
terdapat 27 aitem yang memiliki koefisien rix ≥ 0.30 dan terdapat 9 aitem yang
gugur. Hasil reliabilitas sebesar 0.843. Selanjutnya, dari 27 aitem yang tersisa
peneliti melakukan analisis kembali untuk melihat apakah 27 aitem tersebut
benar-benar telah valid. Dari 27 aitem tersebut tidak ada aitem yang gugur dan
diperoleh reliabilias sebesar 0,884. Dari 27 aitem yang memiliki koefisien rix
≥ 0.30 peneliti hanya mengambil 20 aitem, agar aitem pada setiap komponen
berjumlah seimbang. Dari 27 aitem, aitem yang tidak digunakan adalah aitem
2, aitem 5, aitem 13, aitem 18, aitem 20, aitem 24 dan aitem 35.
Setelah melakukan uji coba, maka peneliti melakukan penomoran kembali
pada setiap aitem untuk digunakan dalam pengambilan data penelitian seperti
berikut :

Tabel 3.5. Blue Print Skala Self-Compassion yang digunakan
NO
1

KOMPONEN
Self-kindness

INDIKATOR
Bersikap

hangat

dalam

memahami diri sendiri ketika
mengalami

JUMLAH

BOBOT

3 aitem

15%

(2, 12, 19)

penderitaan,

kegagalan, atau merasa tidak
mampu, bukan memberikan
kritik pada diri sendiri
2

Self-judgment

Mengkritik

(menyalahkan)

diri sendiri ketika mengalami

3 aitem

15%

(9, 16, 18)

penderitaan, kegagalan, dan
perasaan tidak mampu

Universitas Sumatera Utara

50

3

Common

Merasa

humanity

pernah

orang

lain

juga

mengalami

pengalaman

yang

4 aitem

20%

(4, 8, 11,

sama

13)

sehingga tidak merasa sendiri
4

Isolation

Merasa hanya ia satu-satunya
yang

menderita

mengalami

dan

keadaan

3 aitem

15%

(7, 15, 17)

yang

sulit
5

Mindfulness

Menerima keadaan ataupun
pengalaman

sulit,

sebagai

4 aitem
(1, 5, 10,

sesuatu yang seimbang
6

Over-identified Memenuhi
perasaan

pikiran
dengan

20%

20)
dan
emosi

3 aitem

15%

(3, 6, 14)

negatif
Jumlah

20 aitem

100%

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaaan penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan
penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data.
1. Persiapan Penelitian
a. Pembuatan alat ukur
Proses pembuatan alat ukur dimulai dengan merumuskan
indikator keperilakuan dan menuangkannya ke dalam sejumlah
aitem berdasarkan komponen-komponen self-compassion.

Universitas Sumatera Utara

51

b. Evaluasi alat ukur
Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang
dilakukan adalah mengevaluasi aitem-aitem dalam alat ukur.
Evaluasi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi
kualitatif dilakukan dengan bantuan professional judgement(dosen
pembimbing) untuk menilai apakah indikator dan aitem yang ada
sesuai dengan aspek variabel. Evaluasi kuantitatif dilakukan dengan
menguji coba alat ukur pada beberapa subjek.

c. Revisi alat ukur
Setelah melakukan evaluasi, peneliti menguji reliabilitas dan
daya beda aitem skala dengan menggunakan SPSS versi 21.0 for
windows. Aitem-aitem yang memenuhi syarat tetap dipertahankan
dan yang tidak memenuhi syarat akan dibuang.

2. Pelaksanaan Penelitian
Setelah alat ukur diuji coba dan direvisi, peneliti kemudian
melakukan pengambilan data terhadap 100 orang anak jalanan di kota
Medan. Pelaksanaan uji coba terhadap alat ukur sekaligus pengambilan
data penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2017.

Universitas Sumatera Utara

52

3. Pengolahan Data Penelitian
Setelah pengambilan data dilaksanakan dan data semua subjek
telah terkumpul, maka data yang terkumpul akan di analisis dengan
menggunakan program komputer SPSS 21.0 for windows

H. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, data akan di analisis secara kuantitatif dengan
menggunakan analisis statistik deskriptif. Hadi (2000) menyatakan bahwa
penelitian deskriptif menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematis
sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Data yang akan diolah
yaitu untuk menentukan skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar
deviasi dari self-compassion. Data tersebut akan mengkategorisasikan selfcompassion yang tinggi, sedang, dan rendah. Data yang diperoleh juga akan
mendeskripsikan skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi
dari masing-masing komponen self-compassion yaitu self-kindness, common
humanity, dan mindfulness.
Data yang didapatkan juga akan digunakan untuk mendeskripsikan jumlah
anak jalanan yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, kemudian
mendeskripsikan suku yang dimiliki anak jalanan. Data yang diperoleh juga
mendeskripsikanself-compassion anak jalanan pada setiap kategorinya.
Selanjutnya, data juga akan digunakan untuk mendeskripsikan selfcompassion pada anak jalanan kota Medan yang menjalani pendidikan formal

Universitas Sumatera Utara

53

dan nonformal, serta data juga akan menggambarkan self-compassion
berdasarkan usia. Sampel yang digunakan peneliti adalah anak jalanan yang
berusia 12-18 tahun. Pembagian usia tersebut akan dibagi kedalam dua
kelompok berdasarkan usia perkembangannya, yaitu remaja awal 12-15 tahun
dan remaja madya 16-18 tahun. Data yang didapat akan digunakan untuk
mendeskripsikan tingkat self-compassion pada remaja awal dan remaja
madya. Analisis data yang terkumpul pada penelitian ini akan dilakukan
perhitungan dengan menggunakan program SPSS 21.0 for windows.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan analisa hasil penelitian
sesuai dengan pelaksanaan dan data yang didapat dari lapangan. Pembahasan akan
dimulai dengan menjelasan gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian,
dan analisa hasil penelitian.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 100 orang anak jalanan yang berada
di kota Medan denganrentang usia 12-18 tahun. Subjek penelitian
dikelompok berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, kategori anak
jalanan, usia, dan suku.

1. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka penyebaran subjek
penelitian dapat digambarkan seperti tabel berikut:
Tabel 4.1. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin

N

Persentase

Laki-laki
Perempuan

61
39

61%
39%

54
Universitas Sumatera Utara

55

Berdasarkan tabel di atas, dijelaskan bahwa subjek penelitian lebih
banyak yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 61 orang (61%),
sedangkan subjek dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 39 orang
(39%).

2. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, penyebaran subjek penelitian
dapat digambarkan seperti tabel berikut:
Tabel 4.2. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

N

Persentase

SD/ Sederajat
SMP/ Sederajat
SMA/ Sederajat
Tidak Bersekolah/
Informal

5
35
30

5%
35%
30%

30

30%

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang
paling banyak adalah yang sedang menempuh jenjang pendidikan
SMP/Sederajat sebanyak 35 orang (35%). Subjek yang sedang menempuh
pendidikan SMA/Sederajat dan subjek yang tidak bersekolah atau sedang
menempuh pendidikan informal menyusul dengan masing-masing
berjumlah 30 orang (30%), disusul dengan subjek yang paling sedikit,
yaitu subjek yang sedang menempuh pendidikan SD/Sederajat yang
berjumlah 5 orang (5%).

Universitas Sumatera Utara

56

3. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Kategori Anak Jalanan
Berdasarkan tingkat pendidikan, penyebaran subjek penelitian
dapat digambarkan seperti tabel berikut:
Tabel 4.3. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Kategori Anak Jalanan
Kategori
Anak
Jalanan
Children On
the Street
Children Of
the Street
Children
From
Families Of
the Street

N

Persentase

68

68%

32

32%

-

-

Berdasarkan gambaran dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
jumlah anak jalanan pada setiap kategori cukup berbeda. Anak jalanan
yang terbanyak terdapat pada kategori pertama, yaitu children on the
street sebanyak 68 orang (68%). Selanjutnya disusul dengan kategori
anak jalanan yang kedua, yaitu children of the street yang berjumlah 32
orang (32%). Kategori yang ketiga, children from families of the street
tidak dijumpai di kota medan, karena meskipun anak jalanan tersebut
berasal dari keluarga yang dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya
bekerja dijalanan, namun secara keseluruhan mereka tetap memiliki
rumah dan tidak tinggal dijalanan.

Universitas Sumatera Utara

57

4. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia
Jika dilihat berdasarkan usia, maka penyebaran subjek penelitian
dapat digambarkan seperti tabel berikut:
Tabel 4.4. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia

Usia

N

Persentase

12-15
16-18

46
54

46%
54%

Berdasarkan tabel di atas, dijelaskan bahwa subjek penelitian lebih
banyak berada pada usia 16-18 tahun yaitu sebanyak 54 orang (54%).
Pada usia 12-15 tahun terdapat 46 orang (46%).

5. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Suku
Jika dilihat berdasarkan suku, maka penyebaran subjek penelitian
dapat digambarkan seperti tabel berikut:
Tabel 4.5. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Suku

Suku

N

Persentase

Batak
Jawa
Ambon
Padang
Melayu

86
10
1
1
2

86%
10%
1%
1%
2%

Universitas Sumatera Utara

58

Berdasarkan tabel di atas, dijelaskan bahwa subjek penelitian lebih
banyak yang memiliki suku Batak yaitu sebanyak 86 orang (86%). Pada
subjek dengan suku Jawa terdapat 10 orang (10%). Selanjutnya pada suku
Ambon dan Padang terdapat masing-masing 1 orang subjek (1%), dan
pada subjek dengan suku Melayu terdapat 2 orang (2%).

B. Hasil Utama Penelitian
Hasil

utama

dalam

penelitian

ini

akan

menggambarkan

self-

compassionsecara umum serta komponen-komponen self-compassionpada
anak jalanan kota Medan.

1. Gambaran Self-Compassion Subjek Penelitian Secara Umum
Gambaran self-compassion pada anak jalanan kota Medan secara
umum dapat dilihat dari skor mean, standar deviasi, nilai minimum serta
nilai maksimum dari skor skala self-compassion. Berikut ini merupakan
tabel yang menggambarkan nilai empirik dan nilai teoritik pada subjek
penelitian.
Tabel 4.6. Skor Empirik dan Skor Teoritik Self-Compassion
Variabel

Empirik

Self-

Min

Compassion

45

Maks Mean
96

78.19

Teoritik
SD

Min

Maks

Mean

SD

11.00

20

100

60

13.33

Universitas Sumatera Utara

59

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa skor minimum selfcompassion dari 100 subjek adalah sebesar 45 dan skor maksimum sebesar
96. Data pada tabel juga menggambarkan bahwa mean empirik dari selfcompassion sebesar 78.19 dengan standar deviasi sebesar 11.00,
sedangkan mean teoritik sebesar 60 dengan standar deviasi sebesar 13.33.
Selanjutnya, subjek akan digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu
rendah, sedang, dan tinggi. Pengelompokan self-compassion subjek
penelitian dilakukan dengan pengkategorian sebagaimana yang tertera
pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Kategori Norma Nilai Self-Compassion
Variabel

Rentang Nilai
Kategori
X < (µ - 1,0ϭ)
Rendah
Self-compassion
(µ - 1,0ϭ) ≤ X < (µ + 1,0ϭ)
Sedang
(µ + 1,0ϭ) ≤ X
Tinggi
Keterangan: µ = Mean hipotetik skala self-compassion, ϭ = Standar devias

Berdasarkan kategorisasi norma self-compassion pada tabel di atas,
yang juga terdapat skor mean dan standar deviasi, maka diperoleh
pengelompokkan self-compassion seperti yang dijelaskan pada tabel
berikut:
Tabel 4.8. Pengelompokkan Self-Compassion Subjek
Rentang Skor

Kategorisasi

Frekuensi

Persentase

X < 47
47 ≤ X ≤ 73
X > 73

Rendah
Sedang
Tinggi

2
21
77

2%
21%
77%

Universitas Sumatera Utara

60

Berdasarkan penggolongan self-compassion pada tabel di atas, maka
penyebaran subjek pada setiap kategori dapat dilihat pada grafik berikut:
90
80
70
60
50

Rendah

40

Sedang

30

Tinggi

20

10
0
Rendah

Sedang

Tinggi

Grafik 4.1. Kategorisasi Self-Compassion Subjek

Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa dari 100 orang subjek
penelitian sebanyak 2 orang (2%) memiliki self-compassion rendah, 21
orang (21%) memiliki self-compassion sedang, dan sebanyak 77 orang
(77%) memiliki self-compassion yang tinggi.

2. Gambaran Self-Compassion Berdasarkan Komponen-komponen SelfCompassion
Gambaran

self-compassion

pada

anak jalanan kota

Medan

berdasarkan komponen-komponen self-compassion diuraikan sebagai
berikut:

Universitas Sumatera Utara

61

1. Komponen Self-Kindness
Komponen self-kindness pada skala ini terdiri dari 6 aitem dengan
rentang nilai 1-5. Hasil perhitungan mean empirik dan mean teoritik
digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.9. Skor Empirik dan Skor Teoritik Self-Kindness
Variabel
Self-Kindness

Empirik
Min
12

Maks Mean
30

22.78

Teoritik
SD

Min

Maks

Mean

SD

3.83

6

30

18

4.00

Pengelompokan self-compassion pada subjek berdasarkan komponen
self-kindness adalah sebagaimana yang ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Pengelompokam Komponen Self-Kindness
Rentang Skor

Kategorisasi

Frekuensi

Persentase

X < 14
14 ≤ X ≤ 22
X > 22

Rendah
Sedang
Tinggi

2
37
61

2%
37%
61%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan komponen selfkindness, dari 100 orang subjek penelitian terdapat 2 orang (2%) yang
memiliki skor self-kindness yang rendah, 37 orang (37%) memiliki skor
self-kindness yang sedang, dan 61 orang (61%) memiliki skor selfkindness yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

62

2.

Komponen Common Humanity
Komponen common humanity pada skala ini terdiri dari 7 aitem
dengan rentang nilai 1-5. Hasil perhitungan mean empirik dan mean
teoritik disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.11. Skor Empirik dan Skor Teoritik Common Humanity
Variabel

Empirik

Common

Min

Humanity

14

Maks Mean
35

27.16

Teoritik
SD

Min

Maks

Mean

SD

4.74

7

35

21

4.66

Pengelompokan self-compassion pada subjek berdasarkan komponen
common humanity adalah sebagaimana yang ditampilkan pada tabel
berikut:
Tabel 4.12. Pengelompokam Komponen Common Humanity
Rentang Skor

Kategorisasi

Frekuensi

Persentase

X < 16
16 ≤ X ≤ 26
X > 26

Rendah
Sedang
Tinggi

2
39
59

2%
39%
59%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan komponen
common humanity, dari 100 orang subjek penelitian terdapat 2 orang
(2%) subjek yang memiliki skor common humanity yang rendah, 39
orang (39%) dengan common humanity yang sedang, dan 59 orang
(59%) subjek lainya memiliki skor common humanity yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

63

3. Komponen Mindfulness
Komponen mindfulness pada skala ini terdiri 7 aitem dengan
rentang nilai 1-5. Hasil perhitungan mean empirik dan mean teoritik
disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.13. Skor Empirik dan Skor Teoritik Mindfulness
Variabel
Mindfulness

Empirik
Min
13

Teoritik

Maks Mean
35

Pengelompokan

28.25

SD

Min

Maks

Mean

SD

4.35

7

35

21

4.66

self-compassion

pada

subjek

berdasarkan

komponen mindfulness adalah sebagaimana yang ditampilkan pada
tabel berikut:

Tabel 4.14. Pengelompokam Komponen Mindfulness
Rentang Skor

Kategorisasi

Frekuensi

Persentase

X < 16
16 ≤ X ≤ 26
X > 26

Rendah
Sedang
Tinggi

4
22
74

4%
22%
74%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa gambaran komponen
mindfulness dari 100 orang subjek penelitian terdapat 4 orang (4%) dengan
skor mindfulness yang rendah, selanjutnya ada 22 orang (22%) yang
memiliki mindfulness yang sedang, serta terdapat 74 orang (74%) lainnya
yang memiliki mindfulness yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

64

Gambaran

self-compassion

pada

anak

jalanan

kota

Medan

berdasarkan komponen-komponen self-compassion dapat dilihat pada grafik
berikut:

80
70
60

50
Rendah

40
30

Sedang

20

Tinggi

10
0
Self-kindness

Common humanity

Mindfulness

Grafik.4.2. Kategorisasi Self-Compassion Subjek Berdasarkan Komponen
Self-Compassion

Berdasarkan data yang digambarkan oleh grafik tersebut dapat dilihat bahwa
dominannya pada setiap komponen subjek berada pada kategori tinggi. Jumlah
subjek pada kategori tinggi bergerak dari angka 59 orang (59%) hingga 74 orang
(74%). Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa kategori tinggi yang paling
dominan dimiliki oleh komponen mindfulness dengan jumlah 74 orang (74%).

Universitas Sumatera Utara

65

C. Hasil Tambahan
1. Gambaran Self-compassion Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran self-compassion pada subjek berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.15. Gambaran Self-Compassion Subjek Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan

N

Persentase

61
39

61%
39%

Self-compassion
Rendah Sedang Tinggi
1
10
50
1
12
26

Mean Score
79.62
75.95

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 61 orang (61%)
subjek berjenis kelamin laki-laki, yang memiliki self-compassion yang
rendah sebanyak 1 orang, 10 orang dengan self-compassion yang sedang,
dan 50 orang lainnya memiliki self-compassion yang tinggi. Dari tabel
dapat dilihat bahwa subjek dengan jenis kelamin perempuan berjumlah
39 orang (39%), yang memiliki self-compassion yang rendah sebanyak 1
orang, 12 orang dengan self-compassion yang sedang, dan 26 orang
lainnya memiliki self-compassion yang tinggi.
Pada tabel juga dapat diketahui bahwa nilai mean score subjek yang
berjenis kelamin laki-laki sebesar 79.62 dan mean score subjek yang
berjenis kelamin perempuan sebesar 75.95. Dari nilai mean score tersebut
dapat diketahui bahwa self-compassion subjek yang berjenis kelamin laki-

Universitas Sumatera Utara

66

laki lebih tinggi dari self-compassion subjek yang berjenis kelamin
perempuan.

2. Gambaran Self-Compassion Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambaran self-compassion pada anak jalanan di kota Medan
berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16. Gambaran Umum Self-Compassion Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Tingkat
Pendidikan
SD/
Sederajat
SMP/
Sederajat
SMA/
Sederajat
Tidak
Bersekolah/
Informal

Self-compassion
Rendah Sedang Tinggi

Mean
Score

N

Persentase

5

5%

-

2

3

75.00

35

35%

2

9

24

76.23

30

30%

-

7

23

76.16

30

30%

-

4

26

83.03

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 5 orang (5%) subjek
pada tingkat pendidikan SD/Sederajat, sebanyak 2 orang subjek memiliki
self-compassion yang sedang dan 3 orang lainnya memiliki selfcompassion yang tinggi. Pada subjek yang sedang menempuh pendidikan
SMP/Sederajat dari 35 orang (35%), sebanyak 2 orang yang memiliki selfcompassion yang rendah, 9 orang subjek dengan tingkat self-compassion
yang sedang, dan 24 orang subjek memiliki tingkat self-compassion yang
tinggi. Pada subjek yang sedang menempuh pendidikan SMA/Sederajat

Universitas Sumatera Utara

67

dari 30 orang (30%), sebanyak 7 orang dengan self-compassion sedang
dan 23 orang subjek memiliki self-compassion yang tinggi. Selanjutnya,
pada subjek penelitian dengan tingkat pendidikan tidak bersekolah atau
menjalani pendidikan informal dari 30 orang (30%), sebanyak 4 orang
memiliki self-compassion yang sedang dan 26 orang subjek memiliki selfcompassion yang tinggi.
Berdasarkan tabel di atas, juga dapat dilihat bahwa subjek dengan
tingkat pendidikan SD/Sederajat memiliki mean score sebesar 75.00,
subjek dengan tingkat pendidikan SMP/ memiliki mean score sebesar
76.23, subjek dengan tingkat pendidikan SMA/Sederajat memiliki mean
score 76.16, serta subjek dengan pendidikan tidak bersekolah atau hanya
menjalani pendidikan informal memiliki mean score sebesar 83.03. Nilai
mean score tersebut menunjukkan bahwa self-compassion yang dimiliki
subjek yang tidak bersekolah atau hanya menjalani pendidikan informal
lebih tinggi dari self-compassion yang dimiliki subjek dengan latar
pendidikan SMP/Sederajat, SMA/Sederajat, dan SD/Sederajat.

3. Gambaran Self-Compassion Subjek Berdasarkan Kategori Anak
Jalanan
Gambaran self-compassion pada anak jalanan di kota Medan
berdasarkan kategori anak jalanan dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

68

Tabel 4.17. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Kategori Anak
Jalanan
Kategori Anak
Jalanan
Children On
the Street
Children Of the
Street
Children From
Families Of the
Street

Self-compassion
Rendah Sedang Tinggi

Mean
Score

N

Persentase

68

68%

2

13

53

78.96

32

32%

-

10

22

76.64

-

-

-

-

-

-

Berdasarkan gambaran dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
dari 68 orang (68%) anak jalanan pada kategori pertama, yaitu children
on the street sebanyak 2 orang memiliki self-compassion yang rendah, 13
orang memiliki self-compassion yang sedang, dan terdapat 53 orang yang
memiliki self-compassion yang tinggi. Pada kategori kedua, yaitu children
of the streetdari 32 orang (32%) sebanyak 10 orang yang memiliki selfcompassion yang sedang dan terdapat 22 orang yang memiliki selfcompassion yang tinggi.
Berdasarkan tabel di atas, juga dapat dilihat bahwa subjek dengan
kategori anak jalanan pertama yaitu children on the street memiliki mean
score sebesar 78.96. Sementara itu subjek dengan kategori anak jalanan
kedua yaitu children of the street memiliki mean score sebesar 76.64.
Pada kategori anak jalanan yang ketiga yaitu children from families of the
street untuk di kota Medan tidak dapat dijumpai. Ada beberapa kriteria
yang memenuhi kategori anak jalanan yang ketiga, seperti berasal dari
keluarga yang hidup dijalanan. Namun di kota Medan, meskipun anak

Universitas Sumatera Utara

69

jalanan berasal dari keluarga yang juga dari jalanan, sebagaian dari
mereka masih memiliki rumah dan dapat memenuhi kebutuhan seharihari, sehingga mereka tidak dapat dikategorikan kedalam kategori anak
jalanan yang ketiga. Dari nilai mean score pada anak jalanan kategori
children on the street dan children of the street dapat disimpulkan bahwa
self-compassion yang dimiliki anak jalanan kategori children on the
streetlebih tinggi dari self-compassion yang dimiliki anak jalanan kategori
children of the street.

4. Gambaran Self-Compassion Subjek Berdasarkan Usia
Gambaran self-compassion pada anak jalanan di kota Medan
berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.18. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia
Self-compassion
Usia

N

Mean

Persentase
Rendah

Sedang

Tinggi

Score

12-15

46

46%

2

11

33

77.26

16-18

54

54%

0

9

45

79.18

Berdasarkan tabel di atas, dijelaskan bahwa dari 46 orang (46%)
subjek yang berada pada rentang usia 12-15 tahun, sebanyak 2 orang (2%)
memiliki self-compassion yang rendah, 11 orang (11%) dengan selfcompassion yang sedang, dan 33 orang (33%) dengan self-compassion
yang tinggi. Pada subjek dengan rentang usia 16-18 tahun dari 54 orang

Universitas Sumatera Utara

70

(54%), sebanyak 9 orang (9%) memiliki self-compassion yang sedang dan
sebanyak 45 orang (45%) memiliki self-compassion yang tinggi. Pada
usia 12-15 tahun terdapat 46 orang (46%).
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek dengan usia 1215 tahun memiliki mean score sebesar 77.26, sedangkan subjek dengan
usia 16-18 tahun memiliki mean scoresebesar 79.18. Nilai mean score
tersebut menunjukkan bahwa self-compassion yang dimiliki subjek
dengan usia 16-18 lebih tinggi dari self-compassion yang dimiliki subjek
dengan usia 12-15.

5. Gambaran Self-Compassion Subjek Berdasarkan Suku
Gambaran self-compassion pada anak jalanan di kota Medan
berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.19. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Suku
Suku

N

Persentase

Batak
Jawa
Ambon
Padang
Melayu

86
10
1
1
2

86%
10%
1%
1%
2%

Self-compassion
Rendah Sedang Tinggi
2
21
63
0
1
9
0
0
1
0
0
1
0
0
2

Mean
Score
77.6
81.6
93.0
78.0
78.0

Berdasarkan tabel di atas, dijelaskan bahwa subjek pada suku Batak
dari 86 orang (86%), sebanyak 2 orang (2%) memiliki self-compassion
yang rendah, 21 orang (21%) dengan self-compassion yang rendah, dan

Universitas Sumatera Utara

71

63 orang (63%) dengan self-compassion yang tinggi. Pada subjek dengan
suku Jawa dari10 orang (10%), sebanyak 1 orang (1%) memiliki selfcompassion yang sedang dan 9 orang memiliki self-compassion yang
tinggi. Selanjutnya pada suku Ambon dan Padang terdapat masingmasing 1 orang subjek (1%) yang memiliki self-compassion yang tinggi,
dan pada subjek dengan suku Melayu dari 2 orang (2%) subjek, keduanya
memiliki self-compassion yang tinggi.
Berdasarkan tabel di atas, juga dapat dilihat bahwa subjek dengan
suku Batak memiliki mean score sebesar 77.6, subjek dengan suku Jawa
memiliki mean score sebesar 81.8. Selanjutnya subjek pada suku Padang
dan Melayu masing-masing memiliki mean score sebesar 78.0, dan
subjek dengan suku Ambon memiliki mean score sebesar 93.0. Meskipun
nilai mean score yang dimiliki setiap suku berbeda-beda namun dari nilai
tersebut dapat dilihat bahwa self-compassion pada setiap suku berada
pada kategori tinggi.

D. Pembahasan
Berdasarkanhasil penelitian terhadap 100 anak jalanan kota Medan,
diketahui bahwasebanyak 77 orang (77%)anak jalanan kota Medan
memiliki self-compassion yang tinggi. Dominannya nilai self-compassion
yang tinggi pada anak jalanan kota Medan memiliki rata-rata nilai yang
sama. Tingginya self-compassion yang dimiliki subjek dapat dijelaskan

Universitas Sumatera Utara

72

berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi self-compassion yaitu;
lingkungan, usia, jenis kelamin, dan budaya (Neff, 2003).
Faktor lingkungan adalah seperti lingkungan keluarga, lingkungan
dalam masyarakat, teman sebaya, maupun lingkungan pendidikan.
Namun, lingkungan yang paling mempengaruhi self-compassion adalah
lingkungan yang dekat dengan anak, yaitu lingkungan keluarga (Neff,
2003). Hubungan antara anak dan orang tua yang dapat mempengaruhi
self-compassion seperti kepercayaan yang dibangun antara anak dan
orang tua dalam hal kenyaman, perlindungan, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa anak jalanan pada kategori
pertama yaitu children on the street berjumlah lebih banyak dari anak
jalanan kategori kedua yaitu sebanyak 65 orang (65%), sedangkan anak
jalanan pada kategori kedua yaitu children of the street sebanyak 35
orang (35%). Pada kategori children on the street, anak jalanan di kota
Medan sebagian besar memiliki rumah. Mereka tetap tinggal bersama
dengan orang tuanya, serta memiliki jadwal pulang yang masih
teratur.Sedangkan pada kategori children of the street, mereka cenderung
tinggal bersama kelompok. Waktu kepulangan yang tidak menentu
bahkan ada yang tidak pernah pulang atau tidak mengetahui siapa orang
tuanya. Anak-anak jalanan yang tidak pulang dan tidak memiliki rumah
mereka tetap tidur bersama kelompok. Baik yang berjenis kelamin lakilaki maupun perempuan. Sebagian dari anak jalanan ada yang tidur di

Universitas Sumatera Utara

73

warnet, di pinggiran jalan, maupun menempati rumah-rumah kosong
yang sudah tidak layak huni.
Jika dilihat dari nilai mean score, anak jalanan kategori children on
the street memiliki mean score yang lebih tinggi dari anak jalanan
kategori children of the street yang berarti self-compassion anak jalanan
kategori children on the streetlebih tinggi dari self-compassionyang
dimiliki anak jalanan kategori children of the street. Hal tersebut
menjelaskan bahwa lingkungan keluarga dapat memengaruhi anak dalam
menghadapi permasalahan

kehidupan baik dalam bentuk kegagalan

maupun kesulitan. Lingkungan keluarga juga dapat mempengaruhi
motivasi anak untuk melihat permasalahan dalam hidup sebagai sesuatu
yang positif serta dapat membantu anak mencari cara untuk meringankan
permasalahan ataupun penderitaan yang sedang mereka alami.
Lingkungan lain yang dapat mempengaruhi self-compassion adalah
lingkungan teman sebaya. Andari (2008) menyatakan bahwa lamanya
durasi yang dimiliki anak dijalanan dapat membuat anak jalanan
merasakan bahwa lingkungan jalanan sebagai keluarganya. Kualitas
persahabatan yang dialami oleh anak dapat menentukan sikap anak dalam
memandang masalah, kesulitan, ataupun kegagalan. Hal tersebut dapat
diperkuat dengan pernyataan Erikson (dalam Papalia, 2004) bahwa pada
usia remaja teman atau sahabat merupakan sebagai sumber utama
dukungan sosial bagi anak. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa

lingkungan

teman

sebaya

dapat

mempengaruhi

dan

Universitas Sumatera Utara

74

mengeksplorasi sikap anak jalanan dalam menghadapi masalah,
kegagalan, atau kesulitan dalam hidup.
Faktor kedua yang dapat mempengaruhi tingkat self-compassion
seseorang adalah usia. Neff (2011) menyatakan bahwa self-compassion
terendah dalam periode kehidupan terjadi pada masa remaja. Pada usia
tersebut seorang anak juga sedang menjalani masa pubertas dan sedang
berada pada masa pencarian identitas diri (Erikson, dalam Papalia, 2008).
Namun pada anak jalanan kota Medan, jika dilihat dari hasil penelitian
sebagian besar dari mereka memiliki self-compassion yang tinggi. Hal
tersebut bukan berarti mereka tidak memiliki kesulitan, tetapi lebih
kepada mereka berusaha untuk pemenuhan kehidupannya sehari-hari
untuk lebih baik lagi. Mereka juga dituntut untuk memiliki pemikiran
yang lebih dewasa dari usia mereka, sehingga fase terendah tersebut
sudah mereka lewati sebelumnya waktunya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin tinggi usia, maka
tingkat self-compassion akan semakin tinggi. Hal tersebut dapat dilihat
dari mean score yang dimiliki anak jalanan pada rentang usia
perkembangan 12-15 lebih rendah dari mean score anak jalanan pada
rentang usia 16-18 tahun. Mean skor yang dimiliki anak jalanan yang
berusia 12-15 tahun adalah 77.26, sedangkan anak jalanan yang berusia
16-18 tahun memiliki mean score sebesar 79.18. Hal tersebut juga sesuai
dengan pernyataan Santrock (Adityosunu: 2013) yang mengatakan
bahwa pada usia 15-19 tahun akan muncul keinginan yang lebih kuat

Universitas Sumatera Utara

75

untuk berkarir, berhubungan, dan ekploitasi identitas diri, sehingga anak
akan mencoba hal-hal baru dengan cara yang positif untuk tercapainya
keinginan tersebut.
Faktor selanjutnya, yaitu faktor ketiga yaitu jenis kelamin. Hasil
penelitian menunjukkan mean score yang dimiliki anak jalanan laki-laki
lebih tinggi yaitu sebesar 79.62 dari mean score yang dimiliki anak
jalanan perempuan yaitu sebesar 75.95 yang menunjukkan bahwa selfcompassion anak jalanan dengan jenis kelamin perempuan lebih rendah
dari pada laki-laki. Hal inisesuai dengan pernyataan Neff

(2011)

bahwaperempuan memiliki self-compassion yang lebih rendah daripada
laki-laki. Penyebabnya adalah perempuan memiliki pemikiran yang lebih
rumit dibandingkan laki-laki, sehingga perempuan lebih menderita
depresi dan kecemasan dua kali lipat dibandingkan pria (Neff, 2011).
Faktor keempat yang dapat mempengaruhi self-compassion adalah
faktor budaya. Sama seperti masyarakat Indonesia lainnya anak-anak
jalanan kota Medan tetap menganut budaya collectivist. Medan yang
merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia memiliki banyak budaya
dengan suku-suku yang ada didalamnya. Hasil penelitian dari 100 anak
jalanan kota Medan menunjukkan bahwa jumlah anak jalanan yang
paling mendominasi berasal dari suku Batak, yaitu sebanyak 86 orang
(86%). Namun jika dilihat berdasarkan mean score, semua suku baik
suku Batak, Jawa, Ambon, Padang, dan Melayu memiliki selfcompassion yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

76

Hal tersebut dapat terjadi karena adanya proses asimilasi. Proses
tersebut ditandai dengan adanya upaya-upaya untuk mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara perorangan atau kelompokkelompok manusia. Kota Medan yang menjadi mayoritas dari suku batak
mencari cerminan bagi suku-suku lain, sehingga budaya yang ada pada
suku minoritas melebur. Budaya pada suku Batak sendiri sangat
menjunjung tinggi pendidikan. Irmawati (2004) menyatakan bahwa nilainilai filsafat hidup orang Batak dalam jalan menuju tercapainya kekayaan
dan kehormatan adalah melalui pendidikan. Kebiasaan lain yang dimiliki
suku Batak sebagai suku mayoritas adalah mereka merupakan
masyarakat yang keras dan gigih dalam pendiriannya. Mereka selalu
memprioritaskan kerja kerasnya dan komitmennya terhadap suatu
pekerjaan dan dalam berorganisasi pun mereka sangat solid (Adityosunu:
2013).
Hestiana (2015) juga menyebutkan bahwa dengan adanya proses
asimilasi dapat mengurangi kesalahpahaman sesama antar budaya.
Dalam proses asimilasi juga dapat toleransi sesama budaya sehingga
dapat meningkatkan komunikasi antar budaya. Dari pernyataan diatas
dapat disimpulkan bahwa kesamaan self-compassionyang dimiliki
budaya dari suku Jawa, Padang, Ambon, maupun Melayu sebagai suku
minoritas telah melebur sejalan dengan lingkungan tempat tinggal dan
terjadi perubahan kebiasaan-kebiasaan serta perilaku mengikuti budaya
yang menjadi mayoritas. Sehingga saat menghadapi masalah, saat

Universitas Sumatera Utara

77

mengalami kegagalan maupun kesulitan, setiap suku memiliki cara yang
sama dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Sejalan dengan budaya yang di anut di Indonesia maupun kota Medan,
anak jalanan juga bergantung pada kelompoknya masing-masing. Mereka
menjunjung tinggi solidaritas. Mereka sudah menganggap bahwa
kelompok seperti saudara bagi mereka. Mereka menjunjung tinggi
solidaritas. Andari (2008) juga menjelaskan bahwa anak jalanan memiliki
solidaritas sangat erat yang disebabkan karena seringnya berkumpul
menyebabkan rasa kesetiakawanan yang erat. Solidaritas yang dimiliki
anak jalanan adalah solidaritas yang berazas kebersamaan. Sebagai
contoh, bila ada yang anak jalanan sakit mereka akan bergotong royong
mencari bantuan dengan anak jalanan lainnya untuk membantu
mengobati atau merujuk ke petugas kesehatan. Mereka juga selalu
berbagi dalam makanan meskipun mereka berbeda-beda dalam mencari
rezeki.
Jika dilihat dari tingkat pendidikan, anak jalanan dikota Medan ratarata memiliki pendidikan formal. Mereka bersekolah dipagi hari, dan
melanjutkan aktivitas dijalanan mulai dari siang hingga malam. Dari 100
subjek anak jalanan yang paling banyak adalah anak jalanan yang sedang
menempuh pendidikan SMP/Sederajat yaitu sebanyak 35 orang (35%).
Namun jika dilihat berdasarkan mean score, nilai mean score tertinggi
dimiliki oleh anak jalanan yang tidak bersekolah/pendidikan informal
yaitu sebesar 83.03.Hasil tersebut menunjukkan bahwa meskipun

Universitas Sumatera Utara

78

memiliki permasalahan, kesulitan, atau kegagalan hidup yang lebih besar,
mereka akan selalu mencari usaha untuk menyelesaikan masalah yang
mereka alami. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah, kegagalan,
serta kesulitan dapat dikaitkan dengan adversity quotient. Stoltz (dalam
Diana, 2008) mengatakan bahwa individu yang terbiasa berada
dilingkungan yang sulit akan memiliki adversity quotient yang lebih
besar karena pengalaman dan kemampuan beradaptasi yang lebih baik
dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa masalah, kesulitan, atau kegagalan hidup yang lebih
besar akan meningkatkan kemampuan beradaptasi yang dimiliki anak
jalanan kota Medan dalam mengatasi masalah sehingga hal tersebut dapat
meningkatkan self-compassion anak jalanan kota Medan, meskipun
mereka tidak menjalanani pendidikan formal.
Pendidikan yang merupakan salah satu aspek yang dilihat oleh peneliti
sebagai suatu harapan dan motivasi bagi anak jalanan kota Medan untuk
kehidupan yang lebih baik juga dapat dilihat dari hasil penelitian. Dari
100 subjek, hanya 30 orang yang tidak bersekolah, namun mereka tetap
menjalani pendidikan informal yang diberikan oleh relawan. Sebagian
dari mereka juga bekerja keras untuk mendapatkan prestasi didunia
pendidikan dengan harapan akan berhasil dan mendapatkan kehidupan
yang lebih baik.
Keinginan untuk berprestasi untuk kehidupan yang lebih baik tersebut
juga sesuai dengan pernyataan Mussen dkk (Adityosunu: 2013) yang

Universitas Sumatera Utara

79

mengatakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi,
yaitu harapan akan keberhasilan. Harapan anak jalanan yang tinggi
adalah keberhasilan dimasa yang akan datang. Harapan yang tinggi dapat
mendorong merekaserta membantu mereka untuk menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan dengan cara pandang yang positif dan
bersikap baik pada diri sendiri dalam menghadapinya.
Jika dilihat berdasarkan komponen-komponen self-compassion yang
terdiri dari; self-kindness, common humanity, danmindfulness, hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak jalanan kota Medan berada pada
kategori

tinggi

disetiap

komponen-komponen

self-compassion.

Komponenself-compassion yang memiliki mean score paling tinggi
dimiliki oleh komponen mindfulness yaitu sebesar 28.25.

Hal ini

menjelaskan bahwa sebagian besar anak jalanan kota Medan dalam
melihat kesulitan, masalah, atau kegagalan sebagai suatu hal yang
berguna

dengan

cara

menganggap

hal

tersebut

adalah

suatu

keseimbangan dalam kehidupan. Mereka memenuhi pikiran dan emosi
dengan hal-hal yang positif dengan menganggap masalah, kesulitan, atau
kegagalan yang mereka lalui merupakan sebuah pelajaran untuk
menghadapi kehidupan yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran yang berhubun