Gambaran Alergen Pada Anak Dengan Dermatitis Atopik Chapter III V

23

` BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif dengan rancangan potong
lintang.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian direncanakan dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai Februari
2016, bertempat di beberapa sekolah di Medan.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi target
Anak dengan dermatitis atopik.
3.3.2. Populasi terjangkau
Anak dengan dermatitis atopik di sekolah TK Riza Sunggal, Smart
Aurica School, TK Muhammadiyah, SD no 3 Muhammadiyah, SD
Negeri no 060834, SMP Swasta Yayasan Budi Bersubsidi Sunggal,

Medan.
3.3.3. Sampel
Bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.

Universitas Sumatera Utara

24

3.4. Besar Sampel
Untuk menghitung besar sampel, maka dipergunakan rumus berikut.

Z α = deviat baku alfa 1.96
P = proporsi berdasar kepustakaan = 0,123
Q = 1-P = 1-0.5 = 0.5
d = presisi ditetapkan sebesar 0.15
n = 43
sampel penelitian minimal adalah 43 orang
3.5. Cara Pengambilan Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil dengan cara consecutive sampling

3.6. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
3.7.1. Kriteria inklusi:
1. Anak Penderita DA yang berusia 2 – 15 tahun yang didiagnosis
berdasarkan kriteria Hanifin dan Rajka.
2. Bersedia ikut serta dalam penelitian dan orang tua menandatangani
informed consent.
3.7.2. Kriteria eksklusi
1. Menggunakan terapi antihistamin generasi pertama kurang dari 3 hari
sebelum penelitian.

Universitas Sumatera Utara

25

2. Menggunakan

antihistamin generasi dua kurang 7 hari sebelum

dilakukan uji tusuk kulit.
3. Menggunakan kortikosteroid topikal atau sistemik 1 hari sebelum

dilakukan uji tusuk kulit.
4. Menderita dermografisme.
5. Terdapat kelainan kulit pada tempat uji kulit.
6. Terdapat riwayat syok anafilaksis.
3.7.

Bahan dan Alat
3.7.1. Bahan Penelitian
1. Alergen makanan dan alergen hirup yang digunakan adalah alergen dari
Alyostal produksi Hollister Stier (France). Alergen makanan terdiri dari
putih telur, ayam, kacang, terigu, udang. Alergen hirup terdiri dari
nyamuk, tungau debu rumah (D. Pteronyssinus) dan kecoa (Blatella
germanica) Dipersiapkan pula bahan kontrol positif (histamin) dan
kontrol negatif.
2. Kapas alkohol 70% dan NaCl 90%
3.Perlengkapan untuk mengantisipasi kejadian reaksi anafilaksis yaitu
epinefrin 1: 1.000 yang telah dimasukkan ke dalam jarum suntik,
sebelum uji tusuk dilakukan.
3.7.2. Alat penelitian
1. Lembar hasil uji tusuk kulit

2. Kamera digital Canon
3. Lancet uji tusuk kulit
4. Ballpoint

Universitas Sumatera Utara

26

5. Tisu
6. Timer
7. Penggaris
8. Kertas milimeter block
9. Bantal (yang digunakan untuk mengistirahatkan lengan anak)

3.8

Cara penelitian
3.8.1. Pencatatan data dasar
a. Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti
b. Pencatatan data dasar meliputi identitas penderita, anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dermatologis.
c. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria Hanifin Rajka oleh peneliti
bersama dengan pembimbing. Pemeriksaan IgE dan konsul ke bagian
mata yang merupakan salah satu poin dalam menilai kriteria minor
Hanifin Rajka tidak dilakukan dalam penelitian ini.
d. Kepada orang tua subjek penelitian diberikan lembar informed
consent, orang tua subyek penelitian menandatangani lembar informed
consent.

3.8.2. Pemeriksaan uji tusuk kulit.
a. Uji tusuk kulit dilakukan oleh peneliti.
b. Cara kerja uji tusuk kulit
1. Pastikan anak dalam posisi nyaman, bila perlu istirahatkan lengan
anak dengan disangga bantal.

Universitas Sumatera Utara

27

2. Area yang akan dilakukan uji tusuk dibersihkan dengan larutan

alkohol 70% kemudian NaCl 90% secara sentrifugal. Pada anak
yang berumur lebih kecil dapat dipilih bagian punggung, maupun
kedua bagian volar lengan bawah, sedangkan anak yang lebih
besar dapat dilakukan pada salah satu bagian volar lengan bawah
saja.
3. Dengan menggunakan penggaris steril dan balpoin, buat gambar
untuk pembatasan ruangan uji tusuk dengan jarak 2 cm.
4. Kemudian lancet ditusukkan pada tetesan alergen dalam posisi 90
derajat. Setiap alergen pada setiap subjek ditusukkan dengan satu
jarum. Setiap jarum hanya digunakan satu kali. Alergen yang
pertama ditusukkan adalah kontrol negatif (coca filtra) dan yang
terakhir adalah kontrol positif (histamin 1%)
5. Sensitisasi dinilai 15-20 menit setelah aplikasi uji tusuk kulit.
6. Sensitisasi positif jika didapati indurasi kemerahan diameter lebih
dari atau sama dengan 3 mm setelah apilkasi uji tusuk kulit, yang
diukur dengan kertas milimeter.
7. Hapus sisa alergen dengan tisu
8. Hasil ditandai pada lembar hasil uji tusuk kulit dan dilakukan
dokumentasi dengan kamera digital.


Universitas Sumatera Utara

28

3.9. Definisi Operasional
1. Umur subyek dalam penelitian ini adalah 2-15 tahun. Umur dihitung
berdasarkan tanggal lahir, apabila lebih besar dari 6 bulan dilakukan
pembulatan ke atas dan apabila lebih kecil dari 6 bulan dilakukan
pembulatan ke bawah.
Cara ukur: wawancara
Alat ukur : kuisioner
Skala ukur: skala interval.
2. Dermatitis atopik adalah penyakit peradangan kronis dan residif pada
kulit, yang paling sering dijumpai pada bayi dan kanak-kanak. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan kriteria Hanifin dan Rajka.
Cara ukur: wawancara dan pemeriksaan klinis
Alat ukur : Kriteria Hanifin Rajka
Skala ukur: skala nominal.
3. Hasil uji tusuk kulit adalah hasil dari suatu uji yang simpel dan sederhana
untuk menentukan adanya respon alergi yang diperantarai oleh IgE

terhadap alergen hirup ataupun alergen makanan untuk membantu
diagnosis penyakit alergi pada kulit, saluran pernafasan dan saluran
cerna.
Cara ukur: Uji tusuk kulit
Alat ukur : kertas milimeter
Skala ukur: skala nominal

Universitas Sumatera Utara

29

4. Kriteria Hanifin Rajka adalah kriteria untuk menegakkan diagnosis
dermatitis atopik yang telah digunakan sejak tahun 1980. Terdiri dari
kriteria mayor dan kriteria minor, dimana diagnosis ditegakkan bila telah
memenuhi 3 atau lebih kriteria mayor dan 3 atau lebih kriteria minor.
Cara ukur: wawancara dan pemeriksaan klinis
Alat ukur : Formulir isian
Skala ukur: skala nominal.
5. Alergen makanan adalah ekstrak bahan makanan digunakan untuk uji
tusuk kulit, ada 5 jenis yaitu putih telur, ayam, kacang, terigu, udang.

Cara ukur: uji tusuk kulit
Alat ukur : kertas milimeter
Skala ukur: skala nominal.
6. Alergen hirup adalah ekstrak bahan hirupan yang digunakan untuk uji
tusuk kulit, ada 3 jenis yaitu nyamuk, D. pteronyssinus (tungau debu
rumah), Blatella germanica (kecoa).
Cara ukur: uji tusuk kulit
Alat ukur : kertas milimeter
Skala ukur: skala nominal

Universitas Sumatera Utara

30

3.10. Kerangka Operasional
Anak
yangmemenuhi
memenuhikriteria
kriteriainklusi
inklusidan

dan
Anak dengan
dengan riwayat
riwayat dermatitis
dermatitis atopik
atopi yang
eksklusi
eksklusi

Uji tusuk kulit

Hasil uji tusuk kulit pada subjek penelitian disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.

Data disajikan secara deskriptif

Gambar 3.1 Kerangka Operasional

3.11.


Pengolahan dan Analisis Data
1. Data yang terkumpul ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
2. Hasil disajikan secara deskriptif.

3.12. Ethical Clearance
Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh ethical clearance dari
komite etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan
nomor: 472/KOMET/FK USU/2015.

Universitas Sumatera Utara

31

BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan uji tusuk kulit dengan
reagen kontrol positif, kontrol negatif dan 8 jenis alergen pada 43 orang subjek
anak dengan riwayat dermatitis atopik yang dimulai dari bulan Januari 2016
hingga Februari 2016. Seluruh subjek penelitian telah menjalani anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan selanjutnya telah dilakukan uji tusuk kulit.

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik subjek penelitian yang memiliki riwayat dermatitis atopik
berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut
ini.
4.1.1 Karakteristik berdasarkan usia
Tabel 4.1 Distribusi subjek yang memiliki riwayat dermatitis atopik berdasarkan
usia
Usia (tahun)
2-5
6-15

n
15
28

%
34,88
65,11

Total

43

100

Distribusi berdasarkan usia penderita dermatitis atopik, diperoleh subjek
termuda adalah yang berusia 3 tahun sedangkan yang tertua berusia 15 tahun.
Kelompok usia 3-5 tahun sebesar 34,88%, dan

kelompok usia 6-15 tahun

sebanyak 65,11%. Menurut kepustakaan dermatitis atopik lebih banyak dialami

Universitas Sumatera Utara

32

oleh anak-anak, baik di negara barat maupun di Indonesia sendiri.40 Dalam
penelitian Hua, dan kawan-kawan pada 1.404 anak dermatitis atopik dengan onset
penyakit dalam usia 2 tahun pertama, 30,2% anak tetap mengalami DA sampai
saat anak berusia diatas 8 tahun.4 Pada penelitian Wistiani dkk, pada tahun 2011
di RSUP Kariadi Semarang, didapatkan anak penderita DA yang paling banyak
pada kelompok usia 6-8 tahun.45

4.1.2 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2 Distribusi subjek yang mengalami dermatitis atopik berdasarkan jenis
kelamin

Jenis Kelamin

n

%

Laki – laki

17

39,5

Perempuan

26

60,5

Total

43

100

Sebagian besar penelitian epidemiologi melaporkan DA lebih sering
didiagnosis pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Beberapa diantaranya
yaitu penelitian Skvorc di Kroasia Utara pada tahun 2012 mendapatkan anak
perempuan yang mengalami DA jumlahnya lebih banyak secara signifikan, yaitu
61, 93%.42 Penelitian Diandra pada tahun 2014 di RSUP Kariadi Semarang,
didapatkan jenis kelamin perempuan lebih banyak (61,4%) mengalami dermatitis
atopik.43 Meskipun demikian dalam beberapa penelitian yang lain memberikan
hasil yang berbeda.1

Universitas Sumatera Utara

33

4.2. Gambaran alergen dari hasil uji tusuk pada anak dengan dermatitis
atopik
Uji tusuk kulit pada penelitian ini menggunakan reagen Alyostal produksi
Hollister Stier (France) dengan limit hasil positif apabila dijumpai indurasi ≥3
mm. Semua subjek dalam penelitian ini menunjukkan hasil UTK yang positif,
minimal dengan satu jenis alergen hirup.
Hasil uji tusuk kulit pada anak dengan dermatitis atopik dapat dilihat pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil uji tusuk kulit pada anak dengan dermatitis atopik
Hasil uji tusuk positif
No.

Reagen

Frekuensi

persentase(%)

1.

Histamine

43

100

2.

Thiamin negative

0

0

3.

Putih telur

9

20,9

4.

Ayam

15

34,9

5.

Kacang tanah

16

37,2

6.

Terigu

11

25,6

7.

Udang

17

39,5

8.

Mosquito (Nyamuk)

21

48,8

9.

Blatella germanica
(kecoa)
D. pteronyssinus
(Tungau debu rumah)

27

62,8

28

65,1

10.

Universitas Sumatera Utara

34

Berdasarkan tabel 4.3 di atas didapatkan alergen yang menunjukkan reaksi
positif paling banyak secara berurutan adalah alergen hirup yaitu tungau debu
rumah sebanyak 28 orang (65,1%), kecoa sebanyak 27 orang (62,8%), nyamuk
sebanyak 21 orang (48,8%), diikuti alergen makanan yaitu udang sebanyak 17
orang (39,5%), kacang tanah sebanyak 16 orang (37,2%), ayam sebanyak 15
orang (34,9%), terigu sebanyak 11 orang (25,6%), putih telur sebanyak 9 orang
(20,9%). Secara keseluruhan tungau debu rumah merupakan alergen yang positif
terbanyak dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Natallya dan Barakbah pada tahun 2007 terhadap pasien dermatitis
atopik di RSUD dr. Soetomo Surabaya didapatkan alergen terbanyak positif pada
UTK adalah tungau debu rumah.44 Penelitian Wistiani dan Notoatmojo pada tahun
2011 di RSUP Kariadi Semarang terhadap anak yang memiliki penyakit alergi
didapatkan hasil UTK yang paling banyak adalah tungau debu rumah.45 Penelitian
Baldacara pada tahun 2013 di Brazil, pada anak yang memiliki penyakit atopi
didapatkan tungau debu rumah sebagai alergen terbanyak positif.1 Demikian pula
dari penelitian Kokandi pada tahun 2013 di Arab Saudi, didapatkan alergen
terbanyak yang positif pada pasien DA adalah tungau debu rumah.46
Dari berbagai penelitian, sebagian besar pasien DA menunjukkan hasil yang
positif terhadap alergen tungau debu rumah.
Pada penelitian ini alergen kedua terbanyak adalah kecoa yaitu sebanyak
27 orang (62,8%). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu
penelitian Wistiani dan Notoatmojo pada tahun 2011 di RSUD Kariadi Semarang,
didapatkan kecoa adalah alergen ketiga yang terbanyak positif setelah tungau
debu rumah dan human dander, dengan persentase 65,0%.45 Penelitian Kokandi

Universitas Sumatera Utara

35

pada tahun 2013 di Arab Saudi, didapatkan kecoa adalah alergen terbanyak positif
pada pasien DA setelah tungau debu rumah yaitu sebesar 37%.46 Kecoa
merupakan salah satu dari alergen indoor yang paling umum ditemukan di seluruh
dunia. Protein yang berasal dari feses, saliva, telur dan lapisan kutikula kecoa
berperan dalam penyebab penyakit alergi. Alergenisitas ekstrak kecoa telah
ditunjukkan terutama dengan uji tusuk kulit, tes provokasi bronkial, dan
radioallergosorbent test (RASTs).47
Pada penelitian ini didapatkan alergen ketiga terbanyak yaitu nyamuk
sebanyak 21 orang (48,8%). Alergi nyamuk disebabkan sensitisasi terhadap
alergen nyamuk yang berasal dari protein dalam saliva nyamuk, dimana
menimbulkan respon IgE spesifik sehingga dapat didiagnosis dengan uji tusuk
kulit. Pada penelitian Thaha pada tahun 2014 di poliklinik IKKK RSUP dr
Mohammad Hoesin Palembang, didapatkan UTK alergen nyamuk positif
ditemukan pada 75% pasien DA yang ikut dalam penelitian.48
Alergen hirup dibagi atas aeroalergen dalam rumah dan diluar rumah. Di
daerah tropis seperti Indonesia lebih berpengaruh aeroalergen dalam rumah,
misalnya tungau debu rumah yang umumnya terdapat pada kasur, bantal, karpet
bulu dan gorden.49 Kecoa umumnya berada di tempat yang hangat dan lembab
seperti dapur, kamar mandi dan tempat mencuci.50 Peran aeroalergen pada atopik
dilaporkan lebih banyak pada anak yang berusia diatas 2 tahun.12
Alergen makanan yang paling banyak menunjukkan hasil positif dalam
penelitian ini adalah udang yaitu sebanyak 17 orang (39,5%). Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Candra dan kawan-kawan, pada tahun
2011 di poli Alergi dan Imunologi RSCM, mendapatkan udang adalah alergen

Universitas Sumatera Utara

36

makanan positif terbanyak pada anak. Menurut kepustakaan, udang merupakan
seafood yang paling sering menyebabkan reaksi alergi di Malaysia, Thailand dan
Cina.51
Penelitian Takumansang pada tahun 2002 yang melakukan uji tusuk kulit
dengan alergen makanan pada anak dengan dermatitis atopik yang berusia 2-12
tahun di RSUP Manado, didapatkan hasil yang sedikit berbeda, pada penelitian ini
telur adalah alergen makanan tersering (53%) kemudian diikuti dengan udang dan
ikan masing-masing sebesar 40%.52
Kacang tanah merupakan alergen makanan dengan hasil positif kedua
terbanyak dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 16 orang (37,2%). Penelitian yang
dilakukan oleh Faridian B, dan kawan-kawan dengan studi deskriptif metode
potong lintang pada tahun 2008 di Semarang, menyatakan bahwa dari 48 pasien
DA didapatkan 23 orang (43%) yang alergi kacang tanah dari hasil uji tusuk
kulit.53
Hasil uji tusuk alergen ayam menunjukkan hasil positif sebanyak 15 orang
(34,9%). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Candra dan kawan-kawan
yang mendapatkan anak yang sensitif dengan daging ayam sebanyak 7,4%.
Penelitian Likura et al didapatkan data anak Jepang yang alergi dengan daging
ayam adalah 4,5%.55 Pada penelitian Natallya pada tahun 2007-2012 di Semarang,
pasien dermatitis atopik yang hasil UTK positif terhadap ayam sebanyak 15,8%.44
Dalam penelitian ini juga didapatkan, hasil UTK yang positif terhadap
terigu sebanyak 11 orang (25,6%). Dalam penelitian Candra dan kawan-kawan
didapatkan hasil positif terhadap terigu sebanyak 10,3%.54

Universitas Sumatera Utara

37

Yang paling sedikit persentase positif dalam penelitian ini adalah putih
telur yaitu sebanyak 9 orang (20,9%). Pada penelitian Candra dkk, pada tahun
2007 di RS Cipto Mangunkusumo, didapatkan anak yang hasil uji tusuk kulitnya
positif terhadap putih telur yaitu sebesar 8,8%.54 Pada penelitian Sidabutar dkk
pada tahun 2011 di RS Cipto Mangunkusumo mendapatkan anak dengan
dermatitis atopik yang positif terhadap putih telur yaitu 8 orang, sedangkan yang
positif terhadap kuning telur hanya sebanyak 3 orang dari 29 sampel.55 Protein
telur yang alergenik terutama terdapat pada bagian putih telur, yaitu ovomucoid,
ovalbumin, ovotransferin, dan lisozim.56
Jenis alergen tersering yang ditemukan pada tiap penelitian berbeda-beda,
dipengaruhi oleh usia, pola diet atau makanan yang dikonsumsi, jenis pajanan di
suatu daerah, dan metode penelitian yang dipergunakan.12
Peran makanan untuk mencetuskan dermatitis atopik masih kontroversial.
Bila anak dengan DA secara kronik makan makanan yang menyebabkan mereka
alergi, maka akan dijumpai peningkatan pelepasan histamin secara spontan dari
basofil dibandingkan dengan anak tanpa alergi makanan. Terdapat kira-kira 40%
bayi dan anak usia muda dengan DA sedang dan berat yang disertai dengan alergi
makanan. Banyak laporan mengemukakan DA akan membaik secara klinis setelah
menghindari protein makanan penyebab.57

Universitas Sumatera Utara

38

4.3

Karakteristik alergen berdasarkan distribusi kelompok usia dan jenis

kelamin
4.3.1 Karakteristik alergen berdasarkan distribusi kelompok usia

Tabel 4.4 Karakteristik distribusi alergen terhadap kelompok usia
Kelompok usia

Alergen
hirup

Alergen
makanan

2-5 tahun

44,4%

0%

Alergen
makanan dan
alergen hirup
32,4%

6-15 tahun

55,6%

0%

67,6%

Bila subjek dalam penelitian dibagi dalam kelompok usia 2-5 tahun dan
6-15 tahun, maka didapatkan kelompok usia 2-5 tahun yang positif terhadap
alergen hirup adalah 44,4%, sedangkan yang positif terhadap alergen makanan
dan hirup adalah sebesar 32,4%. Pada kelompok anak yang berusia 6-15 tahun
didapatkan yang positif terhadap alergen hirup saja sebesar 55,6%, sedangkan
yang positif terhadap alergen makanan dan hirup yaitu 67,6%. Dari hasil tersebut
dapat dilihat bahwa semua subjek penelitian positif terhadap alergen hirup, namun
tidak semua alergi terhadap alergen makanan. Dari kedua kelompok tidak ada
yang hanya positif terhadap alergen makanan saja. Pada kelompok anak yang
lebih besar (6-15 tahun), persentase anak yang tersensitasi dengan alergen hirup
saja lebih besar dibandingkan dengan kelompok anak 2-5 tahun.
Hal ini sesuai dengan Wang et all, pada tahun 2004 yang meneliti kaitan
umur dengan alergen pada anak dengan DA, didapatkan anak yang berusia kurang
dari 2 tahun paling sering positif alergi terhadap alergen makanan, anak umur 2-5

Universitas Sumatera Utara

39

tahun positif terhadap alergen hirup dan makanan, sedangkan anak yang berusia
diatas 5 tahun lebih sering positif terhadap alergen hirup. Hasil serupa juga
didapatkan oleh Sidabutar dkk, pada tahun 2011 Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, Jakarta. 55,58
Pada penelitian Fiocchi et al terhadap anak 0-15 tahun, pada tahun 2015 di
Italia, mendapatkan kelompok anak yang berusia dibawah 5 tahun lebih
cenderung positif terhadap alergen makanan dibandingkan dengan anak yang
lebih besar.59

4.3.2 Karakteristik alergen terhadap distribusi jenis kelamin
Tabel 4.5 Karakteristik distribusi alergen terhadap jenis kelamin
Jenis kelamin

Alergen

Alergen
makanan

Alergen
makanan dan
alergen hirup

hirup
Laki-laki

66,7%

0%

32,4%

Perempuan

33,3%

0%

67,6%

Dari tabel 4.5 distribusi jenis kelamin terhadap kepositifan UTK,
didapatkan jenis kelamin laki-laki positif terhadap alergen hirup saja sebesar
66,7%, dan positif terhadap alergen makanan dan hirup sebesar 32,4%. Sedangkan
perempuan positif terhadap alergen hirup saja 33,3% dan positif terhadap alergen
makanan dan hirup sebesar 67,6%. Tidak terdapat subjek penelitian yang positif
terhadap alergen makanan saja.
Seluruh subjek penelitian baik laki-laki dan perempuan sama-sama
menunjukkan hasil uji tusuk kulit yang positif. Hal ini sesuai dengan hasil

Universitas Sumatera Utara

40

penelitian Natallya yang juga tidak menemukan perbedaan reaktifitas terhadap
alergen.44 Pada penelitian Bordignon pada tahun 2006, yang melakukan uji tusuk
dengan histamin, didapatkan bahwa subjek laki-laki lebih banyak menunjukkan
hasil positif.60 Demikian pula, penelitian Haahtela et al pada tahun 2007 di Imatra,
mendapatkan hasil uji tusuk kulit pada remaja usia 15-17 didapatkan jenis kelamin
laki-laki lebih reaktif.61
Pada penelitian ini didapatkan, kepositifan terhadap alergen hirup saja
lebih banyak pada kelompok anak laki-laki, sedangkan pada kelompok anak
perempuan ditemukan lebih banyak jumlah yang alergi terhadap baik alergen
makanan serta alergen hirup. Belum ada penelitian yang menjelaskan distribusi
jenis kelamin terhadap jenis alergen pada anak dengan dermatitis atopik. Namun
pada penelitian Govaere et al pada tahun 2007 yang menguji sensitifitas alergen
hirup pada anak sekolah yang berumur 3-15 tahun di Belgia, mendapatkan
kelompok anak jenis kelamin laki-laki lebih banyak secara signifikan yang positif
terhadap alergen hirup.61 Dari penelitian Kim J et al pada tahun 2010, yang
melakukan uji tusuk kulit 18 alergen hirup kepada anak sekolah di Korea,
mendapatkan kelompok jenis kelamin laki-laki lebih banyak positif dibandingkan
perempuan pada kelompok umur 6-7 tahun, maupun kelompok umur 12-13
tahun.62

Universitas Sumatera Utara

41

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pada penelitian ini dijumpai hasil uji tusuk positif terhadap 8 alergen
dengan urutan dari yang terbanyak yaitu tungau debu rumah, kecoa,
nyamuk, udang, kacang tanah, ayam, terigu dan putih telur.
2. Tungau debu rumah merupakan alergen yang paling banyak positif.
3. Pada kelompok umur 2-5 tahun yang positif terhadap alergen hirup adalah
44,4%, sedangkan yang positif terhadap alergen makanan dan hirup adalah
sebesar 32,4%. Pada kelompok anak yang berumur diatas 5 tahun
didapatkan yang positif terhadap alergen hirup saja sebesar 55,6%,
sedangkan yang positif terhadap alergen makanan dan hirup yaitu 67,6%.
4. Pada kelompok jenis kelamin laki-laki positif terhadap alergen hirup saja
sebesar 66,7%, dan positif terhadap alergen makanan dan hirup sebesar
32,4%. Sedangkan perempuan positif terhadap alergen hirup saja 33,3%
dan positif terhadap alergen makanan dan hirup sebesar 67,6%.

5.2 Saran
1. Telah diketahui bahwa alergen makanan maupun hirup dapat berperan dalam
eksaserbasi dermatitis atopik. Sehingga perlu dilakukan penghindaran
terhadap alergen-alergen tersebut, sembari memantau adanya remisi yang
signifikan setelah paparan dengan alergen dihentikan.

Universitas Sumatera Utara

42

2. Dengan mengingat tungau debu rumah sebagai alergen terbanyak positif
dalam penelitian ini, maka dapat disarankan kepada orang tua penderita
dermatitis atopik untuk dapat mendukung penghindaran dari sumbersumber tungau debu rumah untuk mengurangi eksaserbasi dan mencegah
atopic march di masa yang akan datang.
3.

Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian yang lebih
spesifik dengan menggunakan uji eliminasi provokasi sehingga jenis
alergen makanan yang sebenarnya berperan pada DA dapat dipastikan.

Universitas Sumatera Utara