Penentuan Bank Sistemik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penagananan Krisis Sistem Keuangan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara,
bahkan pada era globalisasi ini, bank juga telah menjadi bagian dari sistem keuangan
dan sistem pembayaran dunia. Pasal 3 Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 ,
merumuskan mengenai fungsi perbankan yaitu, bahwa fungsi utama perbankan
Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Mengingat hal
yang demikian itu, maka begitu suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi
dari otoritas moneter negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi milik
masyarakat. Oleh karena itu eksistensinya bukan saja harus dijaga oleh para pemilik
bank itu sendiri, tetapi oleh masyarakat nasional dan global. Mengingat kegiatan
perbankan bergerak dengan dana dari masyarakat atas dasar kepercayaan, maka setiap
pelaku perbankan diharapkan tetap menjaga kepercayaan masyarakat. Kepercayaan
masyarakat terhadap dunia perbankan akan terjaga apabila sektor perbankan itu sendiri
diselenggarakan dan dikelola dengan prinsip kehati-hatian sehingga selalu terpelihara
kondisi kesehatannya. 1
Krisis moneter tahun 1997-1998 menimbulkan polemik tersendiri kepada
masyarakat,kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan nasional merosot
tajam,yang ditandai dengan penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah dari


1

Harningtias Putri: “Pengaturan dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya
Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision”(Medan: Universitas Sumatera
Utara,2008), 1

Universitas Sumatera Utara

sistem perbankan, sehingga mengakibatkan sejumlah bank mengalami kesulitan
likuiditas yang menjurus kepada runtuhnya sistem perbankan nasional dan pada
gilirannya berdampak pada terganggunya sistem pembayaran dan perekonomian
nasional. Secara hipotesa para ahli memberikan beberapa rekomendasi untuk dapat
keluar dari krisis, diperlukan tiga prasyarat bagi suksesnya reformasi perbankan yaitu
(1) kemauan politik dan kepemimpinan kuat serta didukung tim ekonomi yang
berdedikasi dan kompak serta memiliki kesatuan pandang, (2) perencanaan reformasi
finansial yang disusun dengan cermat, berkesinambungan, dan komprehensif, dan (3)
kemampuan untuk meyakinkan efektivitas dari rencana tersebut pada butir 2 kepada
setiap lapisan masyarakat 2.
Krisis Perbankan akan berdampak langsung terhadap kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga perbankan, oleh sebab itu maka tingkat kesehatan suatu bank harus

terus dijaga agar tetap dipercayai oleh masyarakat, tingkat kesehatan bank dapat diukur
dari beberapa faktor berikut antara lain : Permodalan, kualitas aktiva produktif, kualitas
manajemen, rentabilitas, dan lukiditas suatu bank 3. Maka dari itu Bank yang tidak sehat
akan kehilangan kepercayaan masyarakat,kelangsungan usaha bank tidak dapat
dilanjutkan mengakibatkan bank tersebut menjadi bank gagal yang dapat dicabut ijin
usahanya.Atas dasar pertimbangan tersebut baik pemilik dan pengelola bank harus
bekerjasama dalam mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan.
Perbankan merupakan salah satu lembaga yang dominan dalam lembaga keuangan,
untuk itu perlu pentingnya menjaga kesehatan bank. Apabila bank mengalami suatu
2

Krisna Wijaya, Analisis Kebijakan Perbankan Nasional, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2010), hlm. 15
3
Leonardus Reynald Martin,Tinjauan yuridis Terhadp Bank Gagal Berdampak Sistemik
Terkait Kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Yang Independen,Universitas Atma Jaya
Yogyakarta,Yogyakarta,2015, hlm1.

Universitas Sumatera Utara


masalah akan menimbulkan dampak yang merugikan yang sangat besar sehinnga bisa
berpotensi mengalami default dan inflasi yang tinggi pada sektor keuangan dan bisa
membahayakan perekonomian. 4 Bukan saja dilihat hanya dari tingkat kesehatan bank
nya saja, namun juga perlu adanya pengawasan.
Maka setelah disahkannya Undang-undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang
Pencegahan dan Penaganan Krisis Sistem Keuangan perlu fungsi pengawasan
perbankan, khususnya untuk bank yang ditetapkan sebagai bank sistemik. Risiko
sistemik adalah risiko di mana kegagalan sebuah bank tidak hanya berdampak langsung
terhadap karyawan, nasabah, dan pemegang saham, tetapi bahkan dapat menghancurkan
perekonomian. Hal ini lebih dikenal dengan sebutan “ run on a bank” atau “bank rush”,
yaitu penarikan dana besar-besaran dari bank 5. Bisnis dibidang keuangan merupakan
salah satu bisnis yang rentan terhadap penyelewengan atau penyalahgunaan yang
menyebabkan kerugian bagi pihak yang bersangkutan. Untuk menghindari atau
meminimalkan penyelewengan maka, pengawasan harus dilakukan dari awal
berjalannya suatu kegiatan. Pengawasan adalah aktivitas yang dilakukan untuk
mengawasi dan mengendalikan seluruh kegiatan perusahaan, baik penyusunan
anggaran, proses kegiatan perusahaan,catatan dan laporan terhadap hasil kegiatannya.
Untuk menjaga agar Perbankan tetap sehat dan kokoh maka dilakukan pengawasan
terhadap tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesia,namun sejak awal tahun 2013
pengawasan untuk perbankan diserahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan(OJK) hal ini

sesuai dengan amanat pada pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang

4

Ayu Kusuma Lastri dkk,Konsistensi Pengaturan Penetapan Status Bank Gagal Sebagai
Penerima Lender Of The Last Resort (LLR),hlm2.
5
Sulad Sri Hardanto, Manajemen Resiko Bagi Bank Umum Kisi-kisi Ujian Sertifikasi
Manajemen Resiko Perbankan Tingkat I, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), hlm. 6.

Universitas Sumatera Utara

perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
dibentuklah Otoritas jasa Keuangan dengan dasar Undang-Undang Nomor 21 tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 6Dimana fungsi pengawasan lembaga keuangan
baik Bank maupun bukan Bank telah diambil alih oleh Otoritas jasa keuangan (OJK)
sementara itu Bank Indonesia sebagai Bank sentral berperan sebagai regulator kebijakan
moneter untuk menjaga stabilitas moneter.
Krisis sistem keuangan menjadi sesuatu yang sulit ditolak apabila negara
menganut sistem ekonomi yang terbuka. Karena akan berdampak pada negara lain.

Akibat krisis keuangan 1998,negara terpaksa melakukan bail out melalui penerbitan
obligasi lebih dari Rp550 triliun untuk penyehatan perbankan nasional. Konsep bail out
inilah yang dihindarin dengan menerbitkan Undang-Undang Pencegahan dan
Penanganan Krisisi Sistem Keuangan (UU PPKSK). Kehadiran undang-undang ini
menandai era baru dalam pencegahan dan penanganan krisis sitem keuangan di
Indonesia. Pencegahan dan penanganan permasalahan pada bank sistemik menjadi
penting karena bank sistemik dapat menyebabkan gagalnya sistem pembayaran serta
tidak berfungsinya sistem keuangan secara efektif dan berdampak langsung terhadap
perekonomian nasional. 7 Belajar dari kegagalan Bank Century yang pada tanggal 21
November 2008,KKSK(Komite Stabilitas Sistem Keuangan menetapkan Bank Century
saat ini menjadi Bank gagal berdampak sistemik yang kemudian ditanganin dan berada
dalam kewenangan Lembaga Penjamin Simpanan. Namun sejauh ini Kasus mengenai
Bank Century masih menjadi polemik yang mana statusnya ditetapkan sebagai Bank

6

Ayu Kusuma Lastri dkk, Op. cit, hlm 3.
Sunarsip,UU
PPKSK:
Era

Baru
Penaganan
Bank
Gagal,
http://m.bisnis.com/finansial/read/20160328/90/531790/uu-ppksk-era-baru-penanganan-bank-gagal,
diakses 31 Januari 2017,jam 11.30 WIB.
7

Universitas Sumatera Utara

gagal berdampak sistemik dikarenakan pada saat penetpannya statusnya sebagai bank
gagal berdampak sistemik belum ada peraturan Perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia yang memberikan secara jelas pengertian tentang bank gagal berdampak
sisitemik. Hanya saja Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang No. 4 tahun
2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan ( Perpu JPSK) dalam pasal 1 angka 4
memberikan pengertian Berdampak sistemik adalah :
“Berdampak sisitemik adalah suatu kondisi sulit yang ditimbulkan oleh suatu bank,
LKBB, dan/atau gejolak pasar keuangan yang apabila tidak diatasi dapat
menyebabkan kegagalan sejumlah bank
dan/atau LKBB lain sehingga

menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem keuangan dan perekonomian
nasional.”
Tidak adanya dasar hukum yang menjadi pertimbangan penetapan Bank Century
sebagai bank gagal berdampak sistemik oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan
menuai pro dan kontra dimana saat itu dikuatirkan likuidasi Bank Century Berdampak
sistemik akan mempengaruhi perekonomian negara.
Setelah Disahkannya Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis
Sistem Keuangan diharapkan dapat memberikan dasar hukum bagi penetapan bank
berdampak sistemik. Adapun pengertian bank sistemik menurut undang-undang Nomor
9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis sistem Keuangan adalah
dalam pasal 1 angka 5 menyebutkan:
“bank sistemik adalah bank yang karena ukuran aset,modal,dan kewajiban; luas
jaringan atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan; serta keterkaitan dengan
sektor keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagian atau keseluruhan bank
lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun finansial,jika bank
tersebut mengalami gangguan atau gagal” 8

8

Lihat Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan dan

Penanganan Krisis Sistem Keuangan.

Universitas Sumatera Utara

Terkait dengan penetapan bank sistemik merupakan hal yang sangat penting,
dimana akan menjadi acuan untuk mengukur risiko sistem keuangan, juga sebagai acuan
bagi pemilik dan manajemen bank yang masuk sebagai bank sistemik. Bagi pemilik dan
manajemen yang bank nya masuk sebagai bank sistemik memiliki kewajiban dalam
menjaga kecukupan lukuiditas dan solvabilitasnya, termasuk juga meningkatkan
kualitas manajemen bank.
Setelah disahkannya Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis
Sistem Keuangan maka akan lebih awal diketahui bank mana yang masuk kategori
sistemik dan non sistemik. Undang-undang Pencegahan dan penaganan Krisis Sistem
Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan sebagai otoritas pengawas
perbankan untuk menetapkan bank sistemk, melalui koordinasi dengan Bank Indonesia
yang kemudian dilaporkan ke Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian hukum dengan
judul Penentuan Bank Sistemik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016
Tentang Pencegahan Dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan
a. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengawasan perbankan di Indonesia?
2. Bagaimana pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan di Indonesia ?
3. Bagaimana penentuan Bank Sistemik berdasarkan Undang-undang Nomor 9
Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan?
B. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Universitas Sumatera Utara

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini dapat
diuraikan sebagai berikut :

1. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengawasan Perbankan di Indonesia.
b. Untuk mengetahui penentuan penilaian kesehatan suatu bank.
c. Untuk mengetahui penentuan bank sistemik berdasarkan UU Nomor 9
Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.
2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat Teoritis

1. Memberikan tambahan lteratur sebagai bahan pustaka Hukum Ekonomi
tentang

Penentuan

Bank

Sistemik

Berdasarkan

Undang-undang

Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.
2. Secara

teroritis,

pembahasan


tentang

penentuan

bank

sistemik

berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 2016 dapat memberikan pengetahuan
mengenai peraturan hukum apa yang digunakan oleh lembaga keuangan
dalam menentukan suatu bank termasuk ke dalam bank berdampak
sistemik.
b. Manfaat Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat memberi masukan atau menjadi tambahan
materi bagi para pembacanya, baik masyarakat pada umumnya maupun

Universitas Sumatera Utara

akademisi pada khususnya yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai
dasar penentuan bank sistemik.

C. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Penentuan Bank Sistemik Berdasarkan Undang-undang
Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan” sehubungan dengan keaslian
judul skripsi, ini telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada
atau belum terdapat di perpustakaan Universitas sumatera Utara. Untuk mengetahui
keaslian penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi berjudul Penentuan Bank
Gagal Sistemik Berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 2016. Pada dasarnya belum pernah
ditulis menjadi judul skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, meskipun
terdapat judul yang hampir sama dengan skripsi ini, akan tetapi substansi
pembahasannya berbeda. Adapun skripsi yang mempunyai pofil yang sama dengan
judul skripsi ini namun berbeda substansinya adalah : Leonardus Reynald Martin (2014)
dengan judul Tinjauan Yuridis Terhadap Penetapan Bank Gagal Berdampak Sistemik
Terkait kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Yang Independen adapun
permasalahan dalam tulisan ini adalah : a. Apa Kriteria suatau bank dapat ditetapkan
sebagai Bank gagal berdampak sistemik b. Apakah kriteria bank gagal berdampak
sistemik perlu diatur secara jelas dalam pengaturan hukum c. Apa pentingnya peran
lembaga dalam penetapan bank gagal berdampak sstemik. Penulis menulis skripsi ini
berdasarkan literatur – literatur yang diperoleh di perpustakaan, peraturan perundang –
undangan yang berkaitan dengan bank gagal, media cetak dan elektronik dan juga

Universitas Sumatera Utara

melalui bantuan para pihak. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat
dipertanggung-jawabkan Kebenarannya.

D. Tinjauan Kepustakaan
1. Perbankan dan Bank
Berdasarkan dengan ketentuan Pasal 2 UU Perbankan menyebutkan bahwa
perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama Perbankan Indonesia menurut
Pasal 3 UU Perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Sedangkan tujuan perbankan menurut Pasal 4 UU Perbankan adalah menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam

rangka

meningkatkan pemerataan,

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyak
banyak. 9
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan
kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan
promes atau yang dikenal sebagai banknote.. Kata bank berasal dari Bahasa Latin banca
berarti tempat penukaran uang. Sedangkan menurut undang-undang perbankan Pasal 1
angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan,
bahwa yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

9

Lihat Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Universitas Sumatera Utara

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Menurut G.M Verrijn Stuart menyatakan “ bank adalah suatu badan yang
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan akan kredit, baik dengan alat
pembayaran sendiri, dan dengan uang yang diperolehnya dari orang lain untuk maksud
itu, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pertukaran berupa uang giral. 10
Peran
2. Bank Sistemik
Undang-Undang Nomor 9 Tahun2016 Tentang Pencegahan dan Penanganan
Krisis sistem keuangan menyatakan bank yang masuk kategori sistemik adalah bank
yang dapat mengakibatkan bank lain atau sektor jasa keuangan gagal. Gagal disini baik
secara operasional maupun finansial, jika mengalami gangguan. Adapun pengertian
Bank sistemik menurut Pasal 1 angka 5 adalah Bank yang karena ukuran aset, modal,
dan kewajiban; luas jaringan atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan; serta
keterkaitan dengan sektor keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagian atau
keseluruhan Bank lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun
finansial, jika Bank tersebut mengalami gangguan atau gagal. Bank gagal berdampak
sistemik pernah terjadi ketika krisis pada 2008. Bank Century ditetapkan sebagai bank
gagal berdampak sistemik, dalam hal ini penyelamatan Bank Century pada masa itu
adalah menggunakan mekanisme bail out dimana penalanganan dana berasal dari
APBN, maka untuk mengantisipasi hal ini terulang kembali disahkannya Undang-

10

C.S.T Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, ( Jakarta :Sinar Grafika),

1993,hal 5.

Universitas Sumatera Utara

Undang Nomor 9 Tahun 2016 maka akan lebih awal diketahui bank mana yang masuk
kategori bank sistemik dan non sistemik.
3. Krisis Sistem Keuangan
Kondisi sistem keuangan yang gagal menjalankan fungsi dan perannya secara
efektif dan efesien, yang ditunjukkan dengan memburuknya berbagai indikator ekonomi
dan keuagan. Indonesia pernah mengalami krisis keuangan dimana hal tersebut memicu
terjadinya gejolak disetiap aspek. Pada saat terjadinya krisis sistem keuangan belum
adanya payung hukum yang dapat mengatasi hal demikian, namun kini dengan hadirnya
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis
Sistem Keuangan Komite Stabilitas Sistem Keuangan yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang tersebut pun memiliki landasan hukum dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan Indonesia agara berfungsi efektif dan efesien serta mampu bertahan dari
gejolak yang bersumber dari dalam dan luar negeri. Penentuan kondisi krisis keuangan
tidak hanya berdasarkan kajian dari empat otoritas dibawah KSSK, namun juga
melibatkan keputusan politik yang harus dipertimbangkan Presiden.
E. Metode Penulisan
Metode yang dpakai dalam penulisan skripsi ini adalah tergolong ke dalam jenis
penelitian normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research)
disertai mengumpulkan dan membaca referens melalui peraturan, majalah, internet
kemudian data-data yang layak diseleksi untuk mendukung penulisan.
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif disebut juga penelitian
doktrinal ( doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang memusatkan pada

Universitas Sumatera Utara

analisis hukum balik yang tertulis dalam buku ( law in book) adapun pendekatan
yang dilakukan dala penelitian ini adalah pendekatan yuridis yang merupakan
pendekatan yang mengkonsepkan hukum sebagai norma, kaidah maupun azas
dengan tahapan berupa studi kepustkaan dengan pendekatan dari berbagai
literatur. Metode penelitian juga menggabungkan dengan studi kepustakaan
menggunakan media literatur yang ada maupun jurnal ilmiah elektronik lainnya
seperti internet dan tinjaun yuridis
2. Data Penelitian
Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data
sekunde yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data
sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil
penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.
a. Bahan hukum primer yaitu bahan yang terdiri dari peraturan Perundangundangan di bidang perbankan, antara lain :
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan dan
Penanganan Krisis Sistem Keuangan, Undang-undang No. 7 Tahun 1992,
LN. No. 31, TLN No. 3472. Jo Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, LN.
No. 182, TLN No. 3790 Tentang Perbankan,

Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang No. 4 Tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman
Sistem Keuangan, Peraturan Bank Indonesia Pengganti Undang-Undang
No. 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.
23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No
6/9/PBI/2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan Dan pentetapan Status

Universitas Sumatera Utara

Bank, Peraturan OJK (POJK) Nomor 15/POJK.03/2017 tentang
Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum, Peraturan
OJK (POJK) Nomor 46/POJK.03/2015 tahun 2015 tentang Penetapan
Systemically Important Bank dan Capital Surcharge, Peraturan BI (PBI)
No.19/3/PBI/2017 tentang PLJP, Peraturan BI (PBI) No.19/4/PBI/2017
tentang PLJPS, Peraturan OJK 14/POJK.03/2017 Tentang Penetapan
Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum, Peraturan OJK
15/POJK.03/2017 tentang Rencana Aksi Bagi Bank Sistemik, Peraturan
OJK 16/POJK.03/2017 tentang Bank Perantara. Dalam POJK untuk
Rencana Aksi,Undang Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan, Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga
Penjamin Simpanan.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan
bahan hukum primer dan dapat membantu serta menganalisis. Misalnya
jurnal hukum, buku-buku, makalah, karya tulis ilmiah dan beberapa
sumber dari internet yang berkaitan dengan persoalan yang diangkat
dalam skripsi ini.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi
tentang bahan hukum primer dan sekunder. Misalnya kamus hukum dan
ensiklopedia
3. Teknik Pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah berdasarkan
kepustakaan, dokumentasi, dimana dengan cara mengumpulkan data mengenai

Universitas Sumatera Utara

hal-hal berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda, peraturan
Perundang-undangan yang ada relevansi dengan permasalahan penelitian dan
sebgainya yang dapat memberikan informasi mengenai penelitian ini.
4. Analisis Data
Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan danalisis
dengan metedoe kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu,
dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap bahanbahan hukum relevan tersebut diatas agar sesuai dengan masing-masing
permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan hukum yang ada. Mengolah
dan menginterprestasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan
serta memaparkan kesimpulan dan saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan
kualitatif, yakni kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan
tulisan. 11
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan upaya atau cara untuk mempermudah dalam
melihat dan memahami isi dari tulisan ini secara menyeluruh. Dalam penulisan skripsi
ini dibagi dalam 5 (lima) bab. Setiap bab menguraikan pembahasan-pembahasan
tersendiri secara sistematis dan saling terkait antara bab satu dan bab lainnya. Adapun
sistematika penulisan skripsi ini yaitu
Bab I merupakan bagan pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penulisan, sistematika penulisan.
11

Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum ( Medan :
Universitas Sumatera Utara, 2010), hlm 24.

Universitas Sumatera Utara

Bab II merupakan pembahasan mengenai tujuan pengawasan bank, prinsip-prinsip
pengawasan bank, struktur lembaga pengawasan lembaga keuangan, kewenangan
pengawasan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin
Simpanan.
Bab III merupakan pemembahasan mengenai komite stabilitas sistem keuangan,
pencegahan krisis sistem keuangan, penanganan krisis sistem keuangan.
Bab IV membahas mengenai kriteria suatu bank ditetapkan Sebagai bank
berdampak sistemik, dampak yang ditimbulkan oleh bank sistemik terhadap dunia
perbankan dan perekonomian nasional, peran lembaga dalam penetapan bank
berdampak sistemik, penetapan status bank sistemik berdasarkan Undang-undang No.9
Tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan,
Penanganan terhadap bank yang berdampak sistemik.
Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari skripsi dan saransaran yang mungkin berguna bagi perkembangan hukum perbankan di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara