Penentuan Bank Sistemik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penagananan Krisis Sistem Keuangan
ABSTRAK
PENENTUAN BANK SISTEMIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
KRISIS SISTEM KEUANGAN
*Sriningsih Sinaga
**Prof.Dr.Bismar Nasution,SH.,M.H
***Dr.Mahmul Siregar ,SH,M.Hum
Krisis perekonomian dan krisis perbankan pada tahun 1998 telah menimbulkan
kemerosotan kepercayaan masyarakat di dalam maupun di luar negeri terhadap dunia
perbankan Indonesia. Dampak krisis tersebut pun ditandai dengan dilikuidasinya 16
bank. Hadirnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan
Penanganan Krisis Sistem Keuangan memberikan langkah antisipatif dalam hal
terjadinya krisis keuangan dan dapat memberikan deteksi dini terhadap bank-bank
bermasalah. Dalam skripsi ini akan diuraikan bagaimana pengawasan perbankan di
Indonesia, bagaimana pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan di Indonesia,
dan bagaimana penentuan Bank berdampak sistemik berdasarkan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.
Metode dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Jenis data
yang digunakan adalah data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier.
Adapun kesimpulan dalam skripi ini adalah pertama,Beralihnya pengawasan
bank dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan bukan berarti Bank Indonesia
tidak memiliki tanggung jawab dalam pengawasan bank, pasal 6 Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 dan berdasarkan Pasal 8 huruf C Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999 tentag Bank Indonesia bahwa juga mengawasi bank. Namun ada
pembatasan dalam pengawasannya, yaitu Bank Indonesia megawasi bank di bidang
macroprudential sedangkan Otoritas Jasa Keuangan di bidang microprudential. Kedua
pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan diatur dalam Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2016 dimana komite stabilitas sistem keuangan diberikan tugas dan
wewenang penyelenggaraan pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan untuk
melaksanakan kepentingan dan ketahanan negara dibidang perekonomin serta
mewujudkan stabilitas sistem keuangan. Ketiga Penentuan bank sistemik dilakukan
olehKomite Stabilitas Sistem Keuangan, penentuan Domestic Systematically Important
Bank merupakan tindak lanjut atau rencana aksi dari UU PPKSK. Undang-Undang ini
juga menerapkan mekanisme bail in dalam hal penanganan bank berdampak sistemik
yang mana penalangan dana berasal dari internal bank bukan lagi berasal dari APBN.
Kata Kunci : Stabilitas Sistem Keuangan, Perbankan, Bank Sistemik, Krisis Sistem
Keuangan.
Universitas Sumatera Utara
PENENTUAN BANK SISTEMIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
KRISIS SISTEM KEUANGAN
*Sriningsih Sinaga
**Prof.Dr.Bismar Nasution,SH.,M.H
***Dr.Mahmul Siregar ,SH,M.Hum
Krisis perekonomian dan krisis perbankan pada tahun 1998 telah menimbulkan
kemerosotan kepercayaan masyarakat di dalam maupun di luar negeri terhadap dunia
perbankan Indonesia. Dampak krisis tersebut pun ditandai dengan dilikuidasinya 16
bank. Hadirnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan
Penanganan Krisis Sistem Keuangan memberikan langkah antisipatif dalam hal
terjadinya krisis keuangan dan dapat memberikan deteksi dini terhadap bank-bank
bermasalah. Dalam skripsi ini akan diuraikan bagaimana pengawasan perbankan di
Indonesia, bagaimana pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan di Indonesia,
dan bagaimana penentuan Bank berdampak sistemik berdasarkan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.
Metode dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Jenis data
yang digunakan adalah data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier.
Adapun kesimpulan dalam skripi ini adalah pertama,Beralihnya pengawasan
bank dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan bukan berarti Bank Indonesia
tidak memiliki tanggung jawab dalam pengawasan bank, pasal 6 Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 dan berdasarkan Pasal 8 huruf C Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999 tentag Bank Indonesia bahwa juga mengawasi bank. Namun ada
pembatasan dalam pengawasannya, yaitu Bank Indonesia megawasi bank di bidang
macroprudential sedangkan Otoritas Jasa Keuangan di bidang microprudential. Kedua
pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan diatur dalam Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2016 dimana komite stabilitas sistem keuangan diberikan tugas dan
wewenang penyelenggaraan pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan untuk
melaksanakan kepentingan dan ketahanan negara dibidang perekonomin serta
mewujudkan stabilitas sistem keuangan. Ketiga Penentuan bank sistemik dilakukan
olehKomite Stabilitas Sistem Keuangan, penentuan Domestic Systematically Important
Bank merupakan tindak lanjut atau rencana aksi dari UU PPKSK. Undang-Undang ini
juga menerapkan mekanisme bail in dalam hal penanganan bank berdampak sistemik
yang mana penalangan dana berasal dari internal bank bukan lagi berasal dari APBN.
Kata Kunci : Stabilitas Sistem Keuangan, Perbankan, Bank Sistemik, Krisis Sistem
Keuangan.
Universitas Sumatera Utara