Kajian Yuridis Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Chapter III V

BAB III
PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE
DALAM PENGELOLAAN BUMD
A. Pengertian Good Corporate Governance.
Pengelolaan perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance
(GCG) memiliki pengertian yang semakin lama semakin kompleks. Tata kelola
yang benar dan baik telah dibuktikan mampu meningkatkan efisiensi dan
performa perusahaan yang menerapkannya.
Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara
kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan
istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara
pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam
memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan
pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return.
Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan
antara pemilik dan manajer. 50
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) memberikan
pengertian tentang corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak
kreditur,pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan

kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Sedangkan tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan pertambahan
nilai bagi semua pihak pemegang kepentingan. 51
Center for European Policy Study (CEPS) memberikan rumusan GCG
adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan
pengendalian baik yang ada didalam maupun di luar manajemen perusahaan.
Indonesian institute of Corporate Governance (IICG) memberikan rumusan
tentang GCG sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan
perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam
jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.

50

Thomas Kaihatu,, Good Corporate Governance Dan Penerapannya Di Indonesia,
(Jakarta : Ghalia Indonesia, 2006), hlm.22.
51
Hasanuddin Naja, “Pengertian GCG”. http://gunadarma.ac.id. pengertian gcg, diakses
pada tanggal 01 Juli 2017

39

Universitas Sumatera Utara

40

Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk
mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. 52
Cadbury Committee memberikan pengertian Corporate Governance
sebagai sistim yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan,
agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh
perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggung
jawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan
pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya. 53
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No. KEP-117/MMBU/2002 menjelaskan GCG sebagai proses dari struktur yang digunakan oleh
organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lain nya, berlandaskan
peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
Corporate Governance sebagai sekumpulan mekanisme yang saling
berkaitan yang terdiri dari atas pemegang saham intitusional, Dewan Direksi dan
komisaris, para manajer yang dibayar berdasarkan kinerjanya, pasar sebagai

pengendali perseroan, struktur kepemilikan, Struktur keuangan, investor terkait,
dan persaingan produk. 54
Corporate Governance sebagai suatu konsep menyangkut struktur
perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan pembagian tanggung
jawab dari masing-masing unsur pembentuk struktur perseroan dan mekanisme
yang harus ditempuh oleh masing-masing unsur dari struktur perseroan tersebut,
termasuk hubungan atara unsur baik Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan
Dewan Komisaris, juga dengan unsur-unsur yang berada diluar perseroan
(stakeholder) seperti negara, masyarakat luas, investor, calon investor, kreditur
dan calon kreditur perseroan, sehinga Corporate Governance merupakan konsep
yang sangat luas. 55
Corporate Governance juga dapat diartikan sebagi suatu hal yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari
budaya perusahaan, etika, sistem nilai, proses bisnis, kebijakan dan struktur
organisasi yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan,
52

Indra Surya“Defenisi GCG”. http://lontar.ui.ac.id/file, diakses pada tanggal 01 Juli 2017
Eddi Wibowo, Tomo HS dan Hessel Nogi S.Tangkilisan, Memahami Good Government
Governance & Good Corporate Governance, (Jakarta : YPAPI, 2004), hlm. 86.

54
Ivan Yustiavandana “BUMN”. http://lontar.ui.ac.id/file, diakses pada tanggal 01 Juli
2017
55
Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate
Governance, (Jakarta : Fakultan Hukum Universitas Indonesia, 2002), hlm. 2
53

Universitas Sumatera Utara

41

pengelolaan sumber daya dan resoco secara lebih efisien dan efektif serta
pertanggungjawaban perusahaan kepada pemgang saham dan stakeholder. 56
Good corporate governance secara umum dikenal sebagai suatu sistem
dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan
nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan
dengan perusahaan (stakeholders), seperti kreditur, pemasok, asosiasi bisnis,
konsumen, pekerja, pemerintah, dan masyarakat luas. 57 Prinsip good corporate
governance ini dapat digunakan untuk melindungi pihak-pihak minoritas dari

pengambil alih yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham dengan
mekanisme legal.
Tata kelola perusahaan didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan
prosedur yang menjamin manajer untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen
berbasis nilai. Bassel Committee on Banking Supervision-Federal Reserve
menetapkan bahwa bank merupakan suatu komponen kritis ekonomi. Mereka
menyediakan pembiayaan perusahaan komersial, layanan keuangan dasar untuk
segmen yang luas dan akses sistem pembayaran. 58 Pentingnya bank ekonomi
nasional digaris bawahi oleh kenyataan bahwa perbankan secara universal sebuah
industri regulator dan bank memiliki akses ke jaring pengaman pemerintah. Ini
sangat penting, oleh karena itu bank harus memiliki tata kelola perusahaan yang
kuat.
Corporate governance yakni: ”seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan" 59
Definisi di atas menjelaskan bahwa corporate governance adalah sistem
yang bisa digunakan untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate
governance timbul dari kebutuhan usaha akan tatakelola perusahaan yang baik

(good corporate governance), yang menegakkan prinsip-prinsip transparan, dapat
dipercaya, bertanggung jawab dan berkeadilan.

56

Antonius Alijoyo dan Subarto Zain, Komisaris Independen, Penggerak Praktik GCG di
Perusahaan, (Jakarta : Indeks Kelompok Gramedia, 2004), hlm. 31
57
Amin Widjaja Tunggal, Corporate Social Responsibility (CSR), (Jakarta : Harvarindo,
2008), hlm.41.
58
R. Priambodo dan E.Supriyatno, Penerapan Good Corporate Governance Sebagai
Landasan Kinerja Perbankan, (Bogor : Ghlmia Indonesia, 2007), hlm. 22.
59

Joni Emrizon, Prinsip-prinsip Good Corporate Governnance, (Yogyakarta : Genta Press,
2007), hlm.52.

Universitas Sumatera Utara


42

B. Tujuan Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Daerah.
Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) merupakan
sebuah wadah dunia yang menjembatani pemerintah dan pemangku kepentingan
dari tiap-tiap negara demokratis yang memiliki tujuan memajukan dan
mengembangkan ekonomi di masing-masing negara maupun lintas negara
anggota organisasi tersebut. Berkenaan dengan tata kelola perusahaan yang baik,
OECD memberikan pengertian sebagai serangkaian hubungan antara manajemen
perusahaan dewan, para stakeholder (langsung) dan stakeholder (tidak langsung)
lainnya. 60
Prinsip-prinsip OECD tata kelola perusahaan telah diadopsi oleh negaranegara 30 anggota OECD sejak tahun 1999. Sekarang, keempat aspek tata kelola
perusahaan yang baik versi OECD telah menjadi alat referensi untuk pengambil
kebijakan, perusahaan, kelembagaan dan bagi kerangka regulasi lainnya. OECD
juga memberikan panduan praktis dan saran untuk bursa efek, investor,
perusahaan dan organisasi besar lainnya di dunia selain negara-negara anggota
OECD.
Tujuan dari tata kelola perusahaan (GCG) adalah untuk menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara teoritis,
pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat meningakatkan nilai perusahaan

dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi resiko yang mungkin
dilakukan oleh dewan komisaris dan keputusan-keputusan yang menguntungkan
diri sendiri dan umumnya tata kelola perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan
investor.
Menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada
beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain : 61
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan,
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak
rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan
Corporate Value
60

Hendra Setiawan Boen, Bianglala Business Judment Rule, (Jakarta : Tatanusa, 2008),

hlm.77.
61

Ibid, hlm.81


Universitas Sumatera Utara

43

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
4. Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
menigkatkan shareholder Value dan dividen.
Menurut OECD, terdapat beberapa alasan mengapa kualitas tata kelola
perusahaan menjadi penting untuk diperhatikan: 62
1. Efisiensi dan pertumbuhan ekonomi meningkat disebabkan perbaikan
penggunaan modal dan mendorong investasi langsung asing.
2. Risiko krisis menurun dan ketahanan ekonomi meningkat.
3. Legitimasi ekonomi pasar meningkat
Corporate governance merupakan suatu konsepsi yang secara riil
dijabarkan dalam bentuk ketentuan/peraturan yang dibuat oleh lembaga otoritas,
norma-norma dan etika yang dikembangkan oleh asosiasi industri dan diadopsi
oleh pelaku industri, serta lembaga-lembaga yang terkait dengan tugas dan peran
yang jelas untuk mendorong disiplin, mengatasi dampak moral dan melaksanakan

fungsi check and balance. Sejumlah perangkat dasar yang diperlukan untuk
pembentukan GCG pada bank antara lain: sistem pengendalian intern, manajemen
risiko, ketentuan yang mengarah pada peningkatan keterbukaan informasi, sistem
akuntansi, mekanisme jaminan kepatuhan dan audit ekstern.
Pengelolaan perusahaan yang baik mempunyai lima macam tujuan,
yaitu: 63
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
62

Ibid, hlm.82
Ibid, hlm.85

63

Universitas Sumatera Utara

44

2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholders non pemegang
saham.

3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham;
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dewan pengurus atau Board of
Directors dan manajemen perusahaan.
5. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior
perusahaan.

C. Prinsip Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Daerah.
Salah satu pilar penting dalam good corporate governance di perbankan
adalah komitmen penuh dari seluruh jajaran pengurus bank hingga pegawai yang
terendah untuk melaksanakan ketentuan tersebut. Sebagai lembaga intermediasi
dan lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan usahanya bank harus
menganut prinsip keterbukaan (transparency), memiliki ukuran kinerja dari semua
jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate values,
sasaran usaha dan strategi bank sebagai pencerminan akuntabilitas bank
(accountability), berpegang pada prudential banking practices dan menjamin
dilaksanakannya ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung-jawab bank
(responsibility), objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam
pengambilan keputusan (independency), serta memperhatikan kepentingan seluruh
stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (fairness). 64

64

Hinuri Hindarmojo, The Essence of Good Corporate Governance “Konsep dan
Implementasi Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia”. (Jakarta : Yayasan Pendidikan Pasar
Modal Indonesia & Sinergy Communication, 2002), hlm.29.

Universitas Sumatera Utara

45

Pelaksanaan prinsip-prinsip Good corporate governance minimal harus
diwujudkan dalam: 65
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi.
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian intern bank.
3. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal.
4. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern
5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar.
6. Rencana strategis perusahaan.
7. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan perusahaan.
Konsep di atas tidak jauh berbeda dengan tujuan penerapan good
corporate governance dalam perbankan, yaitu menciptakan nilai tambah bagi
semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) sebagai bentuk pelaksanaan
dalam mewujudkan perbankan yang sehat. 66
GCG dapat memberikan kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan
berjalan efektif, sehingga dapat tercipta mekanisme checks and balance di
perusahaan. Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada
beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari penerapan GCG yang baik : 67
1. Meningkatkan kinerja perusahaan
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada
akhirnya akan meningkatkan corporate value
65

Suparman, Penerapan Good Corporate Governance Pada Perbankan Di Indonesia,
https://www.academia.com, diakses pada tanggal 01 Juli 2017
66
Wahyudin Zarkasyi, Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Manufaktur,
Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. (Bandung : Alfabeta, 2008), hlm. 27
67
Ibid, hlm.30

Universitas Sumatera Utara

46

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk kembali menanamkan modalnya
di Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan Shareholders’s value dan deviden Pelaksanaan
Corporate Governance yang baik adalah merupakan langkah penting dalam
membangun kepercayaan pasar (market convidence) dan mendorong arus
investasi internasional yang lebih stabil, bersifat jangka panjang.
Menurut Bassel Committee on Banking Supervision, tujuan dan manfaat
good corporate governance antara lain sebagai berikut: 68
1. Mengurangi agency cost, biaya yang timbul karena penyalahgunaan
wewenang, ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah
timbulnya suatu masalah
2. Mengurangi biaya modal yang timbul dari manajemen yang baik, yang
mampu meminimalisir resiko.
3. Memaksimalkan nilai saham perusahaan, sehingga dapat meningkatkan citra
perusahaan dimata publik dalam jangka panjang
4. Mendorong pengelolaan perbankan secara professional, transparan, efisien
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian dewan
komisaris. Direksi dan RUPS
5. Mendorong dewan komisaris, anggota direksi, pemegang saham dalam
membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi moral yang tinggi
dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku.
68

Ibid, hlm.35

Universitas Sumatera Utara

47

D. Tata Kelola Pada Badan Usaha Milik Daerah Menurut UU BUMN
Perusahaan agar dapat berkembang secara sehat, suatu organisasi perlu
menerapkan

praktik-praktik

tata

kelola

perusahaan

(Good

corporate

governance/GCG) yang baik. Oleh karenanya, BUMD terus membangun dan
memperbaiki struktur dan prosedur tata kelola perusahaan sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan. Mewujudkan pengelolaan BUMD secara profesional dan sesuai
dengan prinsip-prinsip good corporate governance serta sesuai dengan tujuan
didirikanya sebuah badan usaha yang sebagai sebuah badan usaha yang didirikan
untuk melayani kepentingan publik atau masyarakat, perlu dilakukan sinkronisasi
dan harmonisasi produk hukum yang mengatur tentang pengelolaan BUMD.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan usaha yang dimiliki oleh
pemerintah daerah, dimana tujuannya adalah sebagai salah satu sumber
Penerimaan Asli Daerah (PAD). Tapi pada kenyataannya bahwa BUMD yang ada
selama ini belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PAD,
justru lebih banyak suntikan dana dari pemerintah daerah daripada keuntungan
yang di dapat. Kondisi tersebut menjadi beban bagi APBD.Sehingga apa yang
menjadi tujuan berdirinya BUMD adalah sebagai salah satu sumber pendapatan
pemerintah daerah tidak tercapai. 69
Keberadaan Badan Usaha Milik Daerah selama ini tidak seperti Badan
Usaha Milik Negara yang sebagian besar kegiatan usahanya sudah menerapkan
prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau sesuai dengan prinsip-prinsip
69

Ibid. hlm.39

Universitas Sumatera Utara

48

Good Corporate Governance yang dituangkan dalam Keputusan Menteri BUMN
No Kep-103/MBU/2002 tentang pembentukan komite audit bagi BUMN. Kondisi
BUMN selangkah lebih maju dibandingkan dengan kegiatan usaha yang
dilakukan oleh BUMD, dan bahkan perusahaan negara yang berbentuk perseroan
sudah melangkah menjadi perusahaan publik dengan menerbitkan sahamnya di
lantai bursa. Bila melihat sejarah berdirinya dan status dari BUMD dan BUMN
keduanya adalah sama-sama badan usaha yang berada dibawah naungan
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Stagnanisasi dan
ketidakberdayaan BUMD untuk berkembang menyebabkab banyaknya kegiatan
usaha dibawah naungan BUMD tidak dapat berkembang layaknya sebuah
perusahaan swasta pada umumnya, bahkan memenuhi kepentingan publik di
daerahnya. 70
Salah satu permasalahan dalam pengelolaan dan pengembangan BUMD
adalah, belum adanya payung hukum yang memberikan arahan dan pedoman
dalam pengelolaan sebuah badan usaha yang dimiliki oleh daerah, seperti
layaknya BUMN yang sudah mempunyai payung hukum UU No 19 Tahun 2003.
Pengaturan terkait dengan BUMD terutama dalam hal pendirian yang masih
menggunakan dasar Perda dan UU No 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah
sudah dirasa belum secara optimal menjawab tuntutan pengelolaan dan
pengembangan BUMD.

70

Anton Sujono, Op.Cit, hlm.78

Universitas Sumatera Utara

49

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan untuk
membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional untuk berkembang
dengan baik dan sehat. Pengaturan dan implementasi GCG memerlukan
komitmen dari top management dan seluruh jajaran organisasi. Pelaksanaannya
dimulai dari penetapan kebijakan dasar (strategic policy) dan kode etik yang harus
dipatuhi oleh semua pihak dalam perusahaan. 71
Berbagai keuntungan yang diperoleh dengan penerapan good corporate
governance bagi suatu perusahaan, antara lain menurut Azhar Maksum, dijelaskan
sebagai berikut: 72
1. Dengan good corporate governance proses pengambilan keputusan akan
berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang
optimal, dapat meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang
lebih sehat.
2. Good corporate governance akan memungkinkan dihindarinya atau sekurangkurangnya dapat diminimalkannya tindakan penyalahgunaan wewenang oleh
pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan.
3. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari
meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan tempat
mereka berinvestasi.
4. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja perseroan, juga akan
menaikkan nilai saham mereka dan juga nilai dividen yang akan mereka
terima.
71

Ibid, hlm.79.
Ibid. hlm.83.

72

Universitas Sumatera Utara

50

5. Karena dalam praktik good corporate governance karyawan ditempatkan
sebagai salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh
perusahaan, maka motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan
akan meningkat.
6. Dengan

baiknya

pelaksanaan

corporate

governance,

maka

tingkat

kepercayaan para stakeholders kepada perusahaan akan meningkat sehingga
citra positif perusahaan akan naik.
7. Penerapan corporate governance yang konsisten juga akan meningkatkan
kualitas laporan keuangan perusahaan. Manajemen akan cenderung untuk
tidak melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan, karena adanya
kewajiban untuk mematuhi berbagai aturan dan prinsip akuntansi yang berlaku
dan penyajian informasi secara transparan
Keberhasilan penerapan GCG juga memiliki prasyarat tersendiri. Ada dua
faktor yang memegang peranan, yakni faktor eksternal dan internal. 73
1. Faktor Eksternal.
Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan
yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG, diantaranya:
a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin
berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.

73

Munawarwan,
Prinsip-Prinsip
Tata
Kelola
https://ircboy.wordpress.com, diakses pada tanggal 01 Juli 2017

Perusahaan

BUMD,

Universitas Sumatera Utara

51

b. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/lembaga pemerintahan
yang diharapkan dapat pula melaksanakan good governance dan clean
governance yang sebenarnya.
c. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang
dapat menjadi standar pelaksanaan GCG yang efektif dan professional.
d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di
masyarakat. Ini penting karena melalui sistem ini diharapkan timbul
partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi
serta sosialisasi GCG secara sukarela.
e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan
implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti
korupsi yang berkembang di lingkungan publik dimana perusahaan
beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan
peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan
publik sangat mempengaruhi kualitas dan rating perusahaan dalam
implementasi GCG
2. Faktor Internal
Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanan praktek
GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor yang dimaksud
antara lain: 74

74

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

52

a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung
penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di
perusahaan
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu
pada penerapan nilai-nilai GCG
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidahkaidah standar GCG
d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan
untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami
setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan
publik

dapat

memahami

dan

mengikuti

setiap

derap

langkah

perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu
Menurut IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance),
terdapat 7 dimensi/ konsep penerapan GCG, yang diambil dari panduan yang telah
ditetapkan oleh OECD dan KNKCG. Tujuh dimensi tersebut yaitu: 75
1. Komitmen

terhadap

tata

kelola

perusahaan-sistem

manajemen

yang

mendorong anggota perusahaan menyelenggarakan tata kelola perusahaan
yang baik
2. Tata kelola dewan komisaris sistem manajemen yang memungkinkan
optimalisasi

peran

anggota

dewan

komisaris

dalam

membantu

penyelenggaraantata kelola perusahaan yang baik.
75

Ibid

Universitas Sumatera Utara

53

3. Komite-komite

fungsional

sistem

manajemen

yang

memungkinkan

optimalisasi peran anggota komite-komite fungsional dalam penyelenggaraan
tata kelola perusahaan yang baik
4. Dewan direksi-sistem manajemen yang memungkinkan optimalisasi peran
anggota dewan direksi dalam penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang
baik
5. Transparansi dan akuntabilitas sistem manajemen yang mendorong adanya
pengungkapan informasi yang relevan, akurat, dan dapat dipercaya, tepat
waktu,jelas, konsisten dan dapat diperbandingkan tentang kegiatan perusahaan
6. Perlakuan terhadap pemegang saham-sistem manajemen yang menjamin
perlakuan yang setara terhadap pemegang saham dan calon pemegang saham
7. Peran pihak berkepentingan lainnya (stakeholders)- sistem manajemen yang
dapat meningkatkan peran pihak berkepentingan lainnya.
Terciptanya kondisi yang mendukung implementasi GCG, salah satu tugas
yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan otoritas terkait adalah penerbitan
peraturan peraturan perundang-undangan yang memungkinkan dilaksanakannya
GCG secara efektif. Selain itu bank sebagai subjek GCG perlu menerapkan
standar akuntansi dan standar audit yang sama dengan standar yang berlaku umum
dan ini harus melibatkan auditor eksternal dalam proses auditnya, sehingga
diperoleh ukuran yang sama dengan ukuran yang berlaku di tempat lain.
Secara umum dalam rangka mewujudkan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dalam lingkup perusahaan terutama dalam pengelolaan BUMD
tentunya harus dipahami dan di implementasikan ke lima prinsip tersebut secara

Universitas Sumatera Utara

54

nyata dan riil dalam praktikpengelolaan BUMD terutama BUMD yang berbentuk
perseroan. Kelima prinsip tersenut antara lain : Transparancy (keterbukaan
informasi), Accountability (akuntabilitas), Responsibility (pertanggungjawaban),
Independency (kemandirian), dan Fairness (kesetaraan da kewajaran). 76
Sesuai

dengan

prinsip

Good

Corporate

Governance

mengenai

transparansi, maka perusahaan harus bisa menyediakan berbagai informasi yang
material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh berbagai
pihak. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya
masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal
yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemangku kepentingan lainnya.
Prinsip akuntabilitas dimana perusahaan harus dapat mempertanggung
jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus
dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan
tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya. 77
Penerapan

prinsip responsibilitas, maka perusahaan harus mematuhi

peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan Good Corporate Citizen. Ada 2

76

Ibid.
Ichlasul Amal, Hubungan Pusat Daerah Dalam Pembangunan, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2013), hlm.17.
77

Universitas Sumatera Utara

55

segi yang bisa dilihat yaitu Corporate Social Responsibility (CSR) dan kepatuhan
(compliance) terhadap peraturan perundang-undangan. 78
Prinsip independensi adalah prinsip dimana perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Jadi, yang dimaksud
adalah tidak adanya pengaruh dari orang lain atau orang dalam perusahaan yang
didasarkan

pada

keinginan

pribadi

untuk

mempengaruhi

manajemen

perusahaan. 79
Pprinsip

kesetaraan

dan

kewajaran

maka

dalam

melaksanaakan

kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang
saham, pemangku kepentingan lainnya dan semua orang yang terlibat didalamnya
berdasarkan prinsip kesetaraan dan kewajaran. 80

78

Ibid.
Ibid, hlm.18
80
Ibid, hlm.19
79

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DAMPAK DIBERLAKUKANNYA UUNOMOR 23 TAHUN 2014
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP
BENTUK HUKUM DAN PENGELOLAAN BADAN
USAHA MILIK DAERAH DI INDONESIA

D. Persamaan Perseroan Terbatas dengan Perseroan Daerah
Menurut Pasal 339 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 disebutkan :
1. Perusahaan Perseroan Daerah adalah BUMD yang berbentuk perseroan
terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling
sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh satu Daerah.
2. Perusahaan perseroan Daerah setelah ditetapkan dengan Perda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 331 ayat (2), pembentukan badan hukumnya dilakukan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perseroan
terbatas.
3. Dalam hal pemegang saham perusahaan perseroan Daerah terdiri atas
beberapa Daerah dan bukan Daerah, salah satu Daerah merupakan pemegang
saham mayoritas.
Persamaan Perseroan Terbatas dengan Perseroan Daerah adalah dalam
anggaran dasarnya memuat unsur-unsur :
1. Tata cara penyertaan modal;
2. Organ dan kepegawaian;
3. Tata cara evaluasi;
4. Tata kelola perusahaan yang baik;

57
Universitas Sumatera Utara

58

5. Perencanaan, pelaporan, pembinaan, pengawasan;
6. Kerjasama;
7. Penggunaan laba;
8. Penugasan Pemerintah Daerah;
9. Pinjaman;
10. Satuan pengawas intern, komite audit dan komite lainnya;
11. Penilaian tingkat kesehatan, restrukturisasi, privatisasi;
12. Perubahan bentuk hukum;
13. Kepailitan; dan
14. Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
Sebagai suatu perusahaan BUMD juga memiliki modal dan kekayaan,
Pasal 7 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah
mengatur modal dan kekayaan suatu BUMD, dijelaskan sebagai berikut :
1. modal BUMD terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian dari kekayaan
Pemerintah Daerah yang dipisahkan.
2. Modal BUMD yang untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan satu Pemerintah
Daerah yang dipisahkan tidak terdiri atas saham-saham.
3. Apabila modal BUMD terdiri atas kekayaan beberapa Pemerintah Daerah,
maka modal dasar BUMD tersebut terdiri atas saham-saham.
4. Modal BUMD yang sebagian dimiliki oleh kekayaan Pemerintah Daerah yang
dipisahkan dan kekayaan pihak lain yang bukan Pemerintahan Daerah maka
modal BUMD tersebut terdiri atas saham-saham.

Universitas Sumatera Utara

59

5. Semua alat liquide disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh Kepala Daerah
yang bersangkutan berdasarkan petunjuk-petunjuk Menteri Keuangan
Kemudian pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyatakan atas
modal BUMD yang terdiri dari saham-saham, maka saham tersebut terdiri dari
saham prioritas dan saham biasa, saham priotitas adalah saham yang hanya dapat
dimiliki oleh Pemerintah Daerah, sedang untuk saham biasa dapat dimiliki oleh
Pemerintah Daerah dan dan pihak swasta atau badan hukum lain yang menjadi
pemegang saham dalam suatu BUMD, sebagaimana yang termaktub dalam
penjelasan umum Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 sebagai berikut: Apabila
Perusahaan Daerah telah didirikan berdasarkan Undang-undang ini, maka modal
perusahaan terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian atas kekayaan Daerah
yang dipisahkan dari Anggaran Belanja Daerah tetapi tetap masuk neraca
kekayaan Daerah.
Dengan ketentuan ini maka ditegaskan bahwa Perusahaan Daerah untuk
selanjutnya dapat berdiri sendiri tanpa memberatkan lagi budget Daerah. Modal
Perusahaan Daerah yang untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan satu Daerah tidak
perlu terdiri atas saham-saham. Apabila modal termaksud diatas merupakan
kekayaan beberapa Daerah maka modal perusahaan itu perlu terdiri atas sahamsaham. Salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk mengerahkan funds and forces
dari masyarakat di Daerah ialah dengan mengikut-sertakan warga negara
Indonesia dan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang
Indonesia dan yang pesertanya terdiri dari warga negara Indonesia dalam modal
yang diperlukan untuk mendirikan Perusahaan Daerah. Berhubung dengan itu

Universitas Sumatera Utara

60

dalam Undang-undang ini dimuat ketentuan bahwa modal Perusahaan Daerah
yang untuk sebagian terdiri dari kekayaan Daerah yang dipisahkan terdiri atas
saham-saham, yaitu saham-saham prioritet dan saham-saham biasa. Saham-saham
prioritet hanya dapat dimiliki oleh Daerah, baik Daerah tingkat I dan atau Daerah
tingkat II. Dengan adanya saham-saham prioritet ditangan Daerah, segala
kegiatan, penguasaan dan pengurusan Perusahaan Daerah pada hakekatnya berada
dibawah pimpinan dan pengawasan Kepala Daerah, yang oleh Undang-undang ini
diberi wewenang untuk melakukan hak, wewenang dan kekuasaan pemegang
saham prioritet.
Sebagaimana perusahaan pada umunya, BUMD yang berbentuk
Perusahaan Daerah juga memiliki organ Rapat Pemegang Saham, namun Undangundang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tidak memberikan
rincian yang jelas tentang peran dan fungsi organ tersebut. Keberadaan organ ini
bukanlah sebagai lembaga tertinggi didalam suatu perusahaan sebagaimana yang
dianut dalam terminologi Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseoan
Terbatas atau organ yang memiliki wewenang yag tidak dimiliki oleh organ lain
yaitu Direksi dan Dewan Komisaris dalam terminologi Undang-undang Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Pada BUMD yang berbadan hukum Perusahaan Daerah fungsi Rapat
Pemegang Saham tidak selalu sebagai pengambil keputusan akhir, Undangundang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah menegaskan bahwa
keputusan Rapat Pemegang Saham pada Perusahaan Daerah harus diambil dengan
permufakatan seluruh pemegang saham yang ada, jika permufakatan tidak

Universitas Sumatera Utara

61

tercapai dalam suatu hal yang menghendaki suatu keputusan maka Kepala Daerah
memiliki

kewenangan

untuk

memutus

masalah

tersebut

dengan

tetap

memperhatikan pendapat pendapat yang berkembang dalam RUPS, sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 18 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah.
Pengurusan BUMD dilakukan oleh suatu Direksi, jumlah anggota serta
susunan Direksi diatur didalam peraturan daerah yang merupakan peraturan
pendiriannya, pengangkatan anggota Direksi pada BUMD dilakukan oleh Kepala
Daerah setelah mendengar pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari
Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah, mengenai pengangkatan anggota
Direksi terdapat dua mekanisme, Kepala Daerah memiliki kewenangan untuk
mengangkat dan memberhentikan anggota Direksi jika modal badan usaha
tersebut seluruhnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Pengangkatan
anggota Direksi BUMD dilakukan dari usulan pemegang saham prioritas, bagi
badan usaha yang modalnya sebahagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan. 81
Sebagaimana lazim berlaku didalam tiap-tiap Perusahaan terhadap tugas
yang dipercayakan kepada Direksi, yaitu menjalankan kepemimpinan, cara
mengurus dan mengusahai perusahaan diadakan pengawasan (umum) apakah
benar-benar sesuai dengan garis-garis kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh
para pemilik/pemegang saham.
Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah
mengatur tentang pengawasan Perusahaan Daerah, Pasal 19 menyatakan bahwa

81

Rustian Kamaludin, Op.Cit, hlm.92.

Universitas Sumatera Utara

62

Direksi dalam menjalankan pengurusannya terhadap perusahaan berada di bawah
pengawasan Kepala Daerah bagi Perusahaan daerah yang seluruh sahamnya
dimiliki oleh Pemda. Fungsi pengawasan dilaksanakan oleh Pemegang Saham
atau Pemegang Saham Prioritas mana kala saham-saham perusahaan tersebut
dimiliki oleh lebih dari satu pegang saham. Pengawasan juga dapat dilakukan oleh
badan yang dibentuk atau ditunjuk dengan diberikan mandat untuk melakukan
pengawasan oleh Kepala Daerah atau Pemegang Saham.

E. Konsep Pengelolaan

Badan Usaha Milik Daerah dalam Rangka

Mewujudkan Good Corporate Governance.
Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
saat

ini

sangat

diperlukan

agar

perusahaan

dapat

meningkatkan

dan

mengembangkan pengelolaan perusahaan dengan baik, sehingga mengarah pada
praktek-praktek bisnis terbaik yang sesuai dengan standar yang dimiliki. 82 Dengan
komitmen dan kepatuhan pada penerapan tata kelola perusahaan yang baik
diharapkan dapat menjamin pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan
dan pada akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya terhadap perusahaan.
Corporate governance merupakan konsep yang dapat meningkatkan
kinerja perusahaan melaluisupervisi atau monitoring kinerja manajemen, dan
menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan berlandaskan

82

Thomas S. Kaihatu, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Volume 8 Nomor 1. Maret 2006, hlm. 9. Melalui
http://jurnalmanajemen.petra.com, diakses pada tanggal 01 Juli 2017.

Universitas Sumatera Utara

63

kepada kerangka peraturan. 83 Konsep corporate governance diajukanuntuk
tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna
laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik, maka diharapkan
pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat seiring dengan transparansi
pengelolaan perusahaan yang semakin baik dan nantinya menguntungkan banyak
pihak.
Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi para
pemegang saham dan kreditor, agar mereka yakin untuk memperoleh return atas
investasinya. Corporate governance juga membantu menciptakan lingkungan
kondusif sehingga terciptanya pertumbuhan yang efisien dan sustainable di sektor
korporat. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan
yangmenentukan

hubungan

antara

pemegang

saham,

manajer,

kreditor,

pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai
dengan hak dan tanggung jawabnya. 84
Dunia bisnis yang penuh dengan persaingan dan perubahan, perusahaan
harus memiliki nilai lebih dari daya tarik industri bagi para stakeholder. Suatu tata
kelola perusahaan yang baik sangat diperlukan untuk menjawab tantangan
persaingan dan perubahan tersebut. Oleh karena itu BUMD senantiasa berupaya
meningkatkan suatu tata kelola perusahaan yang baik dengan mengacu
bestpractices serta mematuhi ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang
83

Ibid
Mei Indrayani dan Nurkholis. Persepsi Manajemen Perusahaan Terhadap PrinsipPrinsip Good Corporate Governance. TEMA (Telaah Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi). 2011,
Vol. II, hlm. 136, melalui http://www.e-jurnal.com, diakses pada tanggal 01 Juli 2017.
84

Universitas Sumatera Utara

64

berlaku maupun ketentuandan peraturan otoritas regulator lainnya.
Penerapan Good Corporate Governance dapat memberikan kontribusi
yang strategis dalam menciptakan iklim bisnis yang sehat, meningkatkan
kemampuan daya saing serta sangat efektif menghindari penyimpanganpenyimpangan dan pencegahan terhadap fraud dan penyalahgunaan kewenangan.
Di Indonesia terdapat beberapa peraturan yang telah dikeluarkan berkaitan
dengan penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) keharusan bagi
perusahaan-perusahaan untuk menerapkan dan melaksanakan GCG agar tujuan
perusahaan dapat tercapai. Pada BUMN melalui Keputusan Menteri BUMN
Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN,
BUMN didorong untuk wajib menerapkan GCG secara konsisten dan atau
menjadikan GCG sebagai landasan operasionalnya.
Regulasi yang mewajibkan BUMN menerapkan GCG secara konsisten dan
menjadikan GCG sebagai landasan operasionalnya dengan harapan perusahaan
dapat dikelola dengan baik, efisien dan dapat digunakan untuk kepentingan
peningkatan prestasi BUMN, sehingga penerapan GCG pada BUMN akan
meningkatnya perekonomian nasional. 85
Dibandingkan dengan BUMN yang sama-sama dimiliki oleh pemerintah,
prestasi yang mampu dicatat oleh BUMD relatif ketinggalan. Hal yang menjadi
penyebab pelaksanaan GCG relatif lemah di BUMD adalah dasar hukum
pembentukan BUMD yang berdasarkan pada peraturan daerah (Perda) dan bukan
85

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

65

seperti BUMN yang pembentukannya didasarkan pada Undang-undang Nomor 19
Tahun 2003 tentang BUMN dan Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. 86
Sejak dikeluarkannya Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia oleh Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006 yang
merupakan standart minimal pelaksanaan GCG pada perusahaan-perusahaan di
Indonesia. Penerapan praktek GCG pada BUMD merupakan langkah yang sangat
strategis untuk meningkatkan dan memaksimalkan corporate value sehingga
penerapan GCG dapat mendorong pengelolaan perusahaan secara profesional,
transparan dan efisien dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan adil sehingga dapat
memenuhi kewajiban kepada pemilik, dewan komisaris dan stakeholders lainnya.
Pentingnya penerapan praktek GCG pada semua perusahaan tidak terbatas
hanya pada BUMD saja sehingga kesadaran pentingnya GCG bagi perusahaan
menghasilkan tegaknya integritas dalam menjalankan bisnis yang sehat, ada
beberapa hal yang dilakukan BUMD dalam rangka program pengembangan dan
penerapan peraktek GCG, antara lain : 87
1. Mengembangkan kebijakan dan peraturan yang dapat menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk meningkatkan peraktek-praktek GCG.
2. Mengembangkan model pengelolaan perusahaan yang mampu mendukung

86

Ibid.
Kunarjo, “Good Corporate Governance
blogsport.com, diakses pada tanggal 01 Juli 2017
87

Indonesia”.

www:http://gustiphd.

Universitas Sumatera Utara

66

tumbuhnya profesionalitas, transparansi, akuntabilitas, kesetaraan dan
tanggungjawab.
3. Mengembangkan sikap dalam memelihara implementasi GCG sebagai
kebutuhan dan tuntunan etik, bukan semata-mata sebagai kepatuhan terhadap
regulasi.
Bagi BUMD yang berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) berlaku
sepenuhnya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
sehingga seluruh prinsip-prinsip GCG yang terkandung didalam UUPT tersebut
wajib dilaksanakan, disamping itu pula ketentuan tentang Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia yang di keluarkan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance pada tahun 2006 menjadi standar minimal bagi
pelaksanaan GCG di BUMD. BUMD dengan bentuk badan hukum Perseroan
Terbatas dengan core bisnis perbankan selain ketentuan GCG dalam UUPT dan
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia juga berlaku seluruh
peraturan-peratuan mengeni pelaksanaan GCG yang di keluarkan oleh Bank
Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI). Sedang bagi BUMD yang
bentuk badan hukumnya Perusahaan Daerah (PD) pelaksanaan GCG harus sesuai
dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah,
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia serta ketentuanketentuan GCG yang diatur di dalam Peraturan Daerah yang menjadi dasar
pendirian BUMD tersebut.
Sebagaimana yang telah diuraikan terdahulu bahwa bagi BUMD dengan
core perbankan dalam hal pelaksanaan GCG sudah lebih konsisten dalam

Universitas Sumatera Utara

67

pelaksanaannya, dimana telah ada peraturan yang mengatur pelaksanaan GCG
pada BUMD yang core bisnisnya perbankan, Peraturan Bank Indonesia No.
8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance

bagi Bank

Umum mewajibkan pada semua perusahaan perbankan termasuk bank-bank
BUMD untuk melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya
pada seluruh tingkat atau jenjang organisasi, pelaksanaan prinsip-prinsip GCG
pada BUMD perbankan paling kurang harus diwujudkan dalam pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi, kelengkapan dan pelaksanaan
tugas komite-komite dan satuan kerja yang menjalankan fungsi pengendalian
internal bank, penerapan fungsi kepatuhan yang dilakukan oleh auditor internal
maupun eksternal, penerapan manajemen resiko, penyediaan dana kepada pihak
terkait dan penyediaan dana besar, rencana strategi bank, transparansi keuangan
dan non keuangan bank. Beberapa hal tersebut merupakan hal-hal yang minimal
yang harus dilakukan oleh BUMD perbankan dalam upaya pelaksanaan prinsipprinsip GCG. 88
Bagi BUMD dengang core bisnis diluar perbankan dapat juga menjadikan
Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum sebagai acuan dalam melaksanakan prinsip-prinsip
GCG dengan terlebih dahulu melakukan penyesuaian dengan core bisnis BUMD
yang bersangkutan.
Mekanisme pelaksanaan implementasi GCG dilakukan dengan beberapa

88

Rustian Kamaludin, Op.Cit, hlm.96

Universitas Sumatera Utara

68

langkah, yaitu : 89
1. Mengidentifikasi indikator/kriteria penilaian yang akan mempengaruhi
terhadap pelaksanaan penerapan GCG secara keseluruhan.
2. Melakukan

self

assessment

pelaksanaan

penerapan

GCG

termasuk

perhitungan penilaian komposit.
3. Melakukan evaluasi atas hasil self assessment pelaksanaan penerapan GCG
dan menyusun laporan kesimpulan umum self assessment GCG dan action
plan atas kelemahan penerapan GCG.
4. Menyusun laporan pelaksanaan implementasi GCG.
F. Bentuk Hukum dan Pengelolaan Perusahaan Umum Daerah dan
Perseroan Terbatas Berstatus BUMD Setelah Diundangkannya UU
Pemerintahan Daerah.
BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh daerah. 90 Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah bahwa pemerintah daerah tidak harus memiliki BUMD,
namun BUMD dapat menjadi pertimbangan bagi daerah untuk menjadi sarana
dalam rangka memberikan pelayanan bagi masyarakat. BUMD dapat didirikan
oleh pemerintah daerah dan pendiriannya ditetapkan dengan Perda. 91

89

Ibid, hlm.98
Pasal 1 angka 40 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
91
Pasal 331 angka 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah

90

Daerah

Universitas Sumatera Utara

69

BUMD itu sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu perusahaan umum
daerah (Perumda) dan perusahaan perseroan daerah (Perseroda). 92 Pendirian
BUMD ditujukan untuk: 93
1. Memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian Daerah pada
umumnya.
Pada dasarnya tujuan didirikanya BUMD adalah memberikan manfaat atau
keuntungan bagi daerah yang bersangkutan. Manfaat utama dengan
didirikanya BUMD adalah manfaat secara ekonomi. Manfaat ekonomi bagi
daerah dapat dimaknai secara luas, yaitu memberikan keuntungan secara
finansial bagi peningkatan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan
peningkatan perekonomian secara luas bagi masyarakat dimana BUMD
tersebut berada.
2. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi,
karakteristik, dan potensi Daerah yang bersangkutan berdasarkan tata kelola
perusahaan yang baik.
3. Ketentuan Pasal 334 di atas menjelaskan bahwa tujuan utama BUMD adalah
untuk menyelenggarakan kemanfaatan umum penyediaan barang dan/atau jasa
yang baik dan bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat luas sesuai
kondisi,karakteristik dan potensi daerah yang bersangkutan berdasarkan tata
kelola perusahaan yang baik. Kondisi ini mencerminkan fungsi BUMD
sebagai fungsi publik
92

Pasal 331 angka 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah

93

Pasal 331 angka 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Daerah

Universitas Sumatera Utara

70

4. Memperoleh laba dan/atau keuntungan.
Tujuan didirikanya BUMD sesuai dengan Ketentuan Pasal 331 ayat (4) UU
NO 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah bahwa salah satu tujuan
didirikannya BUMD oleh pemerintah daerah adalah sebagai pusat laba,
artinya BUMD merupakan unit organisasi dalam tubuh pemerintah daerah
yang didirikan untuk menghasilkan pendapatan bagi pemerintah daerah yang
mendirikan, dan prestasi BUMD tersebut diukur berdasarkan perbandingan
antara laba yang dihasilkan dengan nilai investasi yang sudah dilakukan oleh
pemerintah daerah sebagai investor. 94
Otonomi daerah memberikan peranan yang besar bagi BUMD dalam
menopang pendapatan asli daerah (PAD).Otonomi daerah mengharuskan adanya
otonomi di sektor ekonomi, tidak hanya sektor politik, maka diperlukan landasan
hukum yang tangguh yang dapat menjadi pijakan atau pedoman agar BUMD
berperan sebagai lembaga bisnis yang profesional, mandiri dan dapat berkiprah
serta memenuhi tuntutan bisnis domestik dan global. 95
Pendirian BUMD didasarkan pada kebutuhan Daerah dan kelayakan
bidang usaha BUMD yang akan dibentuk. 96 Sumber modal BUMD terdiri dari
penyertaan modal daerah, pinjaman, hibah, dan sumber modal lainnya yang terdiri
dari kapitalisasi cadangan, keuntungan revaluasi aset, dan agio saham.

94

Rustian Kamaludin, Op.Cit, hlm. 99.

95

M. Arsyad Anwar, Op.Cit, hlm. 50

96

Pasal 331 angka 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah

Daerah

Universitas Sumatera Utara

71

97

Penyertaan modal tersebut harus ditetapkan dengan Perda. Penyertaan modal

dimaksud dapat dilakukan dalam rangka pembentukan BUMD maupun
penambahan modal BUMD, baik berupa uang ataupun barang milik daerah.
Terkait dengan barang milik daerah yang disertakan, harus dinilai sesuai nilai riil
pada saat barang milik daerah tersebut akan dijadikan penyertaan modal. 98
Memberikan ruang gerak bagi badan usaha yang dimiliki oleh Pemda,
terutama bagi badan usaha yang bertujuan untuk mencari laba bagi peningkatan
pendapatan asli daerah serta untuk meningkatkan kinerja BUMD. Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD tanggal 24 Pebruari 1998,
peraturan ini memberikan penegasan tentang bentuk hukum BUMD.
Perubahan bentuk badan hukum didasari atas beberapa alasan yang
menjadi problematika dalam pengelolaan BUMD, alasan ini dilihat dari aspek
juridis dan non juridis. Secara juridis kebutuhan untuk merubah bentuk badan
hukum suatu badan usaha sangat di pengaruhi oleh peraturan atau regulasi yang
melingkupi badan usaha tersebut, dari sudut ini dapat dilihat apakah peraturan
atau regulasi dapat mendukung atau memberikan kepastian pada dunia bisnis atau
dunia usaha, jika dilihat dari aturan pokok yang ada sampai saat ini BUMD yang
berbentuk Perusahaan Daerah atau PD, masih mengacu pada Undang-undang
Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah. Secara yuridis keberadaan

97
98

Pasal 332 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
Pasal 333 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Universitas Sumatera Utara

72

peraturan ini masih berlaku, namun jika dilihat dari materi yang diaturnya sangat
sulit untuk mengimplementasikannya dalam dunia usaha sekarang ini. 99