Kajian Yuridis Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah rangkaian perubahan yang
dilakukan secara menyeluruh terarah dan berencana dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat yang memiliki keseimbangan
antara kebutuhan lahiriah dan bathiniah. Tujuan pembangunan nasional Indonesia
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia baik materiil maupun
spiritual, yaitu dengan tersedianya kebutuhan pokok sandang (pakaian), pangan
(makanan), dan papan (rumah) yang layak. 1 Pembangunan nasional mesti
mengacu pada konsep pembangunan yang utuh menyeluruh dan melibatkan peran
aktif masyarakat. Tanpa peran aktif masyarakat, maka pembangunan nasional
akan mengalami hambatan dan bahkan kegagalan.
Pengalaman membangun pada masa yang lalu dan timbulnya krisis yang
berkepanjangan dapat digunakan sebagai pelajaran bahwa disamping keberhasilan
mencapai

tujuan

pembangunan,


proses

dan

cara

mewujudkan

tujuan

pembangunan ekonomi tersebut tidak kalah pentingnya. Pembangunan pada
bidang

ekonomi

merupakan

penggerak

utama


pembangunan,

namun

pembangunan ekonomi ini harus disertai upaya saling memperkuat, terkait, serta
terpadu dengan pembangunan bidang lainnya. 2 Secara normatif, untuk
1

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung : Citra Aditya Bakti,
2006), hlm.1
2
Johannes Ibrahim, Lindawati Sewu, Hukum Bisnis Dalam Perspektif Manusia Modern,
(Bandung : Refika Adi Tama, 2007), hlm.23

1
Universitas Sumatera Utara

2


membangun perekonomian yang kuat, sehat dan berkeadilan, pembangunan
ekonomi harus dilaksanakan berlandaskan aturan main yang jelas, etika dan moral
yang baik, serta nilai-nilai yang menjungjung tinggi hak asasi manusia serta
persamaan derajat, hak dan kewajiban warga negara setiap rakyat Indonesia.
Titik berat pembangunan di Negara Indonesia apabila dikaji adalah di
bidang ekonomi, dengan maksud apabila pembangunan ekonomi berhasil, maka
akan berakibat kepada bidang-bidang pembangunan lainnya. Menjamin adanya
pembangunan ekonomi yang baik maka diperlukan adanya aturan hukum yang
jelas, dan untuk mewujudkan hal tersebut maka sudah sepantasnya para ahli
hukum diajak secara aktif integrative untuk merumuskan berbagai kebijakan di
segala bidang pembangunan. 3
Berkembangnya perekonomian dalam suatu negara sangat ditunjang oleh
kemajuan yang dialami oleh suatu perusahaan yang ada di negara tersebut, oleh
karena itu organisasi dalam sebuah perusahaan merupakan komponen yang sangat
menunjang untuk tercapainya visi dan misi perusahaan dalam menghadapi dan
mengantisipasi berbagai persaingan, baik ditingkat lokal maupun global. 4
Berkembangnya berbagai perusahaan tersebut berdasarkan kepada konsep
ekonomi

yaitu


mencari

keuntungan

yang

sebanyak-banyaknya

dengan

pengeluaran yang serendah-rendahnya. Sejak lama dunia usaha percaya bahwa
satu-satunya tanggung jawab mereka adalah membuat keuntungan bagi
3

Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial
Perseroan Terbatas, (Bandung : Mandar Maju, 2008), hlm.53
4
Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan Pola Kemitraan dan Badan Hukum,
(Bandung : Refika Adi Tama, 2006), hlm.1


Universitas Sumatera Utara

3

pemodalnya, banyak anggota masyarakat ataupun pemerintah yang mendirikan
perusahaan hanya mengejar target mencari keuntungan, dan mengabaikan aspekaspek lain yang sebenarnya sangat vital bagi perusahaan terkadang diabaikan,
misalnya hak-hak karyawan perusahaan, upah karyawan yang murah dijadikan
alasan untuk mendirikan perusahaan, sumber daya alam yang melimpah diolah
tanpa memperhatikan aspek-aspek lingkungan hidup. Dengan mengabaikan
berbagai aspek tersebut perusahaan bisa meraih keuntungan yang maksimal,
artinya tanggung jawab ekonomi dari perusahaan dapat dikatakan berhasil.
Menjaga kesinambungan hidup perusahaan, perlu diterapkan prinsip Good
Corporate Governance (GCG) yaitu seperangkat aturan yang dijadikan acuan
manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan secara baik, benar, dan
penuh integritas, serta membina hubungan dengan para stakeholders, guna
mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan, baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang, yang menekankan pada prinsip
akuntabilitas


(accountability),

kemandirian

(independency)

transparansi

(transparansy), pertanggungjawaban (responsibility) dan kewajaran(fairness),
karena dengan tercapainya GCG perusahaan dapat menciptakan lingkungan
kondusif terhadap pertumbuhan usahanya yang efesien dan berkesinambungan. 5
Pembahasan mengenai isu sistem Corporate Governance semakin penting
dalam kegiatan usaha sekarang ini, apa lagi bila hal itu dikaitkan dengan hukum
perusahaan maka konsep tersebut menjadi isu yang fundamental.

Corporate

Governance dapat pula dipahami sebagai perangkat peraturan yang mengatur
5


Ibid. hlm.70

Universitas Sumatera Utara

4

hubungan antar pemegang saham, pengurus atau pengelola perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemangku kepentingan interen maupun
eksteren lainya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, dengan
kata lain sebagai suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Sehinga pada akhirnya Good Corporate Governance bertujuan untuk menciptakan
nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. 6
Deskripsi di atas memperlihatkan bahwa struktur tata kelola perusahaan
menetapkan pembagian hak dan tanggung jawab diantara semua pihak dalam
perusahaan, seperti pemegang saham, Dewan Komisaris, Direksi, karyawan dan
pihak-pihak stakeholder lainnya, sehingga kata kunci yang dapat dipergunakan
untuk memaknai Good Corporate Governance adalah penetapan hak dan
tanggung jawab. Penegasan pembagian tanggung jawab pada konteks ini adalah
untuk semua pihak yang selalu dihubungkan dengan penetapan tujuan, sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan pengawasan yang terpadu

sesuai tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis, dirumuskan sebagai
perangkat aturan yang mengarah dan mengontrol semua pihak dalam sebuah
korporasi untuk mencapai tujuannya. 7
Bertolak dari pemahaman diatas, Good Corporate Governance selalu
berujung pada dua hal, yakni pembagian dan pelaksanaan tugas. Pembagian tugas
tentu saja harus didasarkan pada kriteria yang memadai, kriteria yang selalu

6

Pramono Nindyo, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung : Citra Adity Bakti,
2006), hlm.. 78
7
Yosephus L. Sinour, Etika Bisnis, (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), hlm.
210

Universitas Sumatera Utara

5

didasari pada kompetensi individu, pengalaman, kemauan untuk mengubah dan

pengembangkan diri serta kesiapan untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan.
Sementara itu, satu-satunya kriteria dalam pelasksanaan tugas hanyalah
tanggung jawab. Semua pihak wajib melaksanakan tugas-tugas yang telah
dipercayakan secara bertanggung jawab dan selalu siap untuk mempertanggung
jawabkan. Hal itu menjadi tuntutan dari prinsip Good Corporate Governance,
sekaligus menjadi sesuatu yang mendesak dan tidak dapat ditawar-tawar, sebab
ketika perusahaan berada dalam posisi sulit yang disebabkan karena kinerja semua
pihak buruk atau karena secara keseluruhan perusahan gagal menerapkan Good
Corporate Governance. Dengan perkataan lain tidak berjalannya Good Corporate
Governance dapat menimbulkan beberapa hal, antara lain kegagalan perusahaan
menunaikan kewajibannya, penyimpangan pemakaian dana, pengalihan saham,
yang terjadi karena semua pihak tidak menjalankan peran dan tugas-tugasnya
secara bertanggung jawab. Kegagalan semua pihak dalam menjalankan tugasnya
masing-masing merupakan awal dari keruntuhan korporasi tersebut. Kondisi
pengelolaan perusahaan yang demikian dapat membuat perusahaan menjadi tidak
efisien dan mungkin perusahaan akan menjadi rugi bahkan dapat berada dalam
kondisi pailit. 8
Pentingnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance disadari
berbagai pihak. Misalnya kewajiban penerapan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan Peraturan


8

Ibid, halaman 214.

Universitas Sumatera Utara

6

Menteri Negara BUMN Nomor. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan tata
Kelola Yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu bentuk badan
usaha yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang sesungguhnya memiliki
karakteristik yang hampir tidak berbeda dengan BUMN, belum mempunyai
regulasi pedoman penerpan prinsip-prinsip Good Corporate Governance padahal
secara legal, BUMN dan BUMD sama-sama merupakan bagian dari keuangan
negara (berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara), tidak
dapat dipungkiri ditingkat operasional secara umum, kinerja BUMD jauh
ketinggalan dibanding BUMN. 9
Salah satu penyebab, karena stakeholders BUMD terlihat kurang responsif

dalam mengikuti dinamika yang ada, khususnya dinamika pengelolaan
(governance) di BUMD. Padahal, jika dicermati, banyak hal yang berlaku di
BUMN dapat menjadi role model atau benchmark bagi pengelolaan BUMD,
khususnya berkenaan dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance. 10
Institusi BUMD dari aspek governancemasih diperlakukan sama dengan
institusi

pemerintah.

Padahal,

BUMD

bukanlah

institusi

pemerintah.

Implikasinya, berbagai kewajiban yang melekat pada pemerintah, melekat pula
pada BUMD. Sebagai contoh, di beberapa BUMD masih harus mengikuti

9

Bintang Soraya, Badan Usaha Milik Daerah BUMD, http://www.academia, diakses pada
tanggal 01 Juli 2017.
10
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

7

ketentuan pengadaan barang yang diberlakukan di pemerintahan, yang semestinya
tidak perlu karena BUMD adalah perusahaan yang senantiasa terikat pada
momentum bisnis yang mengharapkan respon yang cepat dari manejemen BUMD
tersebut. 11
BUMD juga masih harus menjalani pemeriksaan atas laporan keuangan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena alasan keuangan negara. Padahal
sebagai suatu perusahaan Perseroan Terbatas (PT), BUMD juga diperiksa Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang independen. Tidak adanya equal treatment bagi
BUMD yang dituntut harus memiliki laba, menyebabkan BUMD tidak dapat
bersaing secara seimbang dengan perusahaan-perusahaan lain seperti BUMN dan
swasta yang lebih lentur dalam menjalankan gerak bisnis yang senantiasa
dipengaruhi oleh kepentingan pasar global. 12
BUMD dari sudut permodalan juga menghadapi kendala legalistik dimana
pemenuhan modal Pemerintah Daerah harus mengikuti mekanisme Peraturan
Daerah yang dirumuskan bersama sama antara Pemerintah Daerah dengan Dewan
Perwakilan Daerah masing-masing, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 58 tentang 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. 13

11

Ibid.
Ibid.
13
Rustian Kamaludin, Peran dan Pemberdayaan BUMD Dalam Rangka Peningkatan
Perekonomian Daerah, (Jakarta : Depdagri, 2014), hlm.4
12

Universitas Sumatera Utara

8

Sebagai salah satu perusahan, sudah seharusnya Good Corporate
Governance juga wajib diterapkan dalam pengelolaan BUMD, jika nilai BUMD
tersebut lebih optimal, memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional
maupun internasional. Namun sampai dengan saat sekarang ini tidak ada
peraturan perundang-undangan yang dengan tegas mewajibkan BUMD baik yang
berbentuk Perusahaan Daerah (PD) maupun yang sudah berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
dalam pengelolaan BUMD. 14
Perintah untuk melaksanakan Good Corporate Governance saat ini baru
terbatas pada perusahan terbuka dan perusahaan publik berdasarkan peraturan
dibidang pasar modal, perusahaan penanaman modal berdasarkan Undang-undang
Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, sedang untuk Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) perintah untuk menjalankan Good Corporate Governance
berdasarkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
117/MBU/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(Good Corporate Governance) pada BUMN yang terakhir dirubah dengan
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Pelaksanaan
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN
serta Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan

14

Ibid, hlm.5.

Universitas Sumatera Utara

9

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance Bagi Bank Umum. 15
Tidak adanya peraturan perundang-undangan yang mewajibkan pelaksanaan
Good Corporate Governance pada BUMD ini mengakibatkan kebanyakan
BUMD dikelola dengan tradisonal, berbeda dengan BUMD yang bergerak dalam
usaha sektor perbankan yang dalam pengololanannya wajib menerapkan Good
Corporate Governance sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor
8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank
Umum. 16
BUMD dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah, kemudian pemerintah mencabut Undang-undang Nomor 5
tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tersebut dengan Undang-undang Nomor 6
tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang Dan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Lahirnya Undang-undang
Nomor 6 tahun 1969 tersebut merupakan kebijakan pemerintah melakukan
peninjauan kembali beberapa perundang-undangan, sebagaimana yang ditentukan
dalam

Ketetapan

Majelis

Permusyawaratan

Rakyat

Sementara

No.

XIX/MPRS/1966 tertanggal 5 Juli 1966 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara Nomor. XXXIX/MPRS/1968 tertanggal 27 Maret 1968.17
Hasilnya direkomendasikanlah pencabutan beberapa peraturan perundang-

15

Ibid, hlm.7.
Ibid, hlm.8.
17
Konsideran Undang-Undang Nomor 6 tahun 1969 Tentang Pernyataan Tidak
Berlakunya Beberapa Undang Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang.
16

Universitas Sumatera Utara

10

undangan, termasuk di antaranya Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang
Perusahan Daerah.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 6 tahun 1969
tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang Dan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang, maka Undang-undang Nomor 5 Tahun
1962 tetang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai dengan disahkannya
undang-undang penggantinya. Namun sampai saat ini belum ada undang-undang
penggantinya, sedangkan dari sudut materi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962
tentang Perusahaan Daerah memiliki semangat berbeda dengan situasi dan kondisi
sekarang.

Semangat

demokratisasi

ekonomi

belum

menjadi

paradigma

pembangunan ekonominya, sehingga dalam implementasinya undang-undang
tersebut sudah tidak relevan dan kurang mampu mengakomodasi penyelenggaraan
BUMD serta tidak dapat menjawab dinamika manajemen perusahaan yang
menyangkut berbagi aspek antara lain personil kelembagaan, tata kerja yang tidak
dapat mengemban fungsi dan peranya dalam mendukung fungsi perusahaan
sebagai kontributor PAD. 18
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan usaha yang dimiliki oleh
pemerintah

daerah, dimana tujuannya adalah sebagai salah

satu sumber

penerimaan daerah (PAD). Tapi pada kenyataannya bahwa BUMD yang ada
selama ini belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PAD,
justru lebih banyak suntikan dana dari pemerintah daerah daripada keuntungan

18

Sulistiono
Kertawacana
“Urgensi
Pengubahan
http://www.com/bumd/view/. diakses pada tanggal 01 Juli 2017.

UU

BUMD”

Universitas Sumatera Utara

11

yang di dapat. Kondisi tersebut menjadi beban bagi APBD. Sehingga apa yang
menjadi tujuan berdirinya BUMD adalah sebagai salah satu sumber pendapatan
pemerintah daerah tidak tercapai. 19
Badan Kerjasama BUMD seluruh Indonesia mendorong BUMD yang
masih berstatus perusahaan daerah untuk berubah menjadi perseroan terbatas
(PT).Dengan status perseroan terbatas diharapkan BUMD mempunyai performa
bisnis yang baik tanpa menggantungkan diri pada APBD serta lebih akuntabel dan
professional.

Hal

ini

dilakukan

untuk

mewujudkan

Good

Corporate

Governance. 20
Secara kuantitas jumlah BUMD di daerah khususnya yang berbentuk
perseroan jumlahnya lebih dari satu di tiap daerah, maka perlu dilakukan
pemetaan dan pengelompokan. Banyaknya jumlah BUMD yang berbentuk
perseroan di daerah tidak menjamin semua entitas bisnis tersebut dapat
berkembang dengan baik. Banyaknya jumlah BUMD yang berbentuk perseroan
tentunya juga memerlukan startegi pengelolaan dan penanganan yang baik
pula.Pengelolaan terhadap BUMD persero dalam kelompok perusahaan grup
bertujuan untuk lebih meningkatkan efisiensi dan menjadi salah satu agenda
revitasilsasi BUMD. 21

19

Anton Sujono, Revitalisasi BUMD Dalam Perekonomian Daerah, (Jakarta : LIPI, 2010),

hlm.11
20

Ibid. hlm. 12
M. Arsyad Anwar, Prospek Ekonomi Indonesia dan Sumber Pembiayaan Pembangunan,
(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm.62
21

Universitas Sumatera Utara

12

Salah satu tujuan didirikanya suatu perusahaan adalah untuk mencari
keuntungan atau laba, apapun konstruksi dan sistem yang diberlakukan dalam
perusahaan tersebut. Kondisi

demikian berlaku juga ketentuan dalam Badan

Usaha Milik daerah (BUMD), terlebih lagi saat ini banyak BUMD yang berbentuk
perseroan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan pendapatan perusahaan
dapat melakukan berbagai upaya. Dalam rangka menjaga eksistensi perusahaan
agar mampu bersaing dengan perusahaan lain salah satu strategi yang dilakukan
oleh perusahaan adalah dengan melakukan perluasan usaha dan melakukan
pembaharuan atau merestrukturisasi perusahaanya. Perluasan usaha secara
internal dapat dilakukan tanpa melibatkan suatu unit-unit diluar perusahaan dan
dengan jalan pemandirian perusahaan, dengan cara mendirikan perusahaan baru
yang mandiri dalam arti status legal entity sebagai bagian dari perusahaan inti atau
grup. 22
Strategi pembentukan perusahaan grup tidak dapat dilepasakan dari
realitas bisnis yang terjadi ketika pengelolaan usaha melalui konstruksi
perusahaan grup dianggap lebih memberikan manfaat ekonomi dibandingkan
dengan perusahaan tunggal.Secara umum ada dua alasan utama pembentukan atau
pengembangan perusahaan grup yaitu :
1. Sebagai upaya mengakomodasi peraturan perundang-undangan.

22

Ibid. hlm.64

Universitas Sumatera Utara

13

2. Sebagai upaya strategi perusahaan

untuk memperoleh manfaat ekonomi

sebagai konstruksi perusahaan grup. 23
Dalam rangka pengelolaan BUMD secara profesional dan sesuai dengan
prinsip-prinsip good corporate governance serta sesuai dengan tujuan revitalisasi
BUMD, maka diperlukan sebuah strategi pengelolaan BUMD khususnya yang
berbentuk perseroan dengan menggunakan

strategi pembentukan perusahaan

grup. Berdasarkan latar belakang di atas, dipilih judul tentang

"Kajian

Yuridis Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah Menurut Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah".

B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penyusunan skripsi ini adalah :
1. Bagaimana pengaturan BUMD sebelum dan sesudah diberlakukan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah ?
2. Bagaimana penerapan prinsip GCG dalam pengelolaan BUMD dikaitkan
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah ?
3. Bagaimana dampak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah terhadap bentuk badan hukum dan pengelolaan
BUMD di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
23

Sulistiowati, Aspek Hukum Dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia, (Jakarta :
Erlangga, 2010), hlm.64

Universitas Sumatera Utara

14

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaturan BUMD sebelum dan sesudah diberlakukan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
2. Untuk mengetahui penerapan prinsip GCG dalam pengelolaan BUMD
dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah.
3. Untuk mengetahui dampak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah terhadap bentuk badan hukum dan
pengelolaan BUMD di Indonesia.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dalam skripsi ini adalah:
1. Secara teoritis untuk menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan
dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu
hukum khususnya pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah.
2. Secara

praktis

memberikan

informasi

kepada

masyarakat

tentang

mengimplementasikan tata kelola Badan Usaha Milik Daerah.

E. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Kajian Yuridis Pengelolaan Badan Usaha Milik
Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah”. Di dalam penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahanbahan yang berkaitan dengan pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah, baik

Universitas Sumatera Utara

15

melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak maupun
elektronik dan disamping itu juga diadakan penelitian. Sehubungan dengan
keaslian judul skripsi ini dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi
tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis
oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini saya buat, maka hal itu
menjadi tanggung jawab saya sendiri.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu
menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan
teori-teori hukum dan pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan
di atas. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran yang
akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan sebuah proses atau hubungan,
menggunakan informasi dasar dari suatu hubungan teknik dengan definisi tentang
penelitian ini dan berusaha menggambarkan secara lengkap 24 yaitu tentang
pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah.
2. Sifat Penelitian
Untuk menunjang diperolehnya data yang aktual dan akurat, penelitian
yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang hanya menggambarkan
24

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Perkasa,
2003), hlm.16.

Universitas Sumatera Utara

16

fakta-fakta tentang objek penelitian baik dalam kerangka sistematisasi maupun
sinkronisasi berdasarkan aspek yurisidis normatif dengan tujuan menjawab
permasalahan yang menjadi objek penelitian.
3. Sumber Data.
Data yang diharapkan dapat diperoleh di tempat penelitian maupun di luar
penelitian adalah :
a. Data primer
Data primer, adalah data yang diperoleh dari tangan pertama, dari sumber
asalnya yang belum diolah dan diuraikan orang lain..
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti yang sebelumnya telah
diolah orang lain. Untuk memperoleh data sekunder peneliti melakukan studi
kepustakaan. Studi kepustakaan adalah penelitian terhadap bahan-bahan
pustaka yang berkaitan dengan permasalahan ini, sebagai bahan referensi
untuk menunjang keberhasilan penelitian. Studi kepustakaan/data sekunder
terdiri dari:
1) Bahan hukum primer, terdiri dari bahan hukum dan ketentuan-ketentuan
hukum positif termasuk peraturan perundang-undangan dan website.
2) Bahan hukum sekunder atau sering dinamakan secondary data yang antara
lain mencakup di dalamnya:
a) Kepustakaan/buku literatur yang berhubungan dengan pengelolaan
Badan Usaha Milik Daerah.

Universitas Sumatera Utara

17

b) Data tertulis yang lain berupa karya ilmiah para sarjana.
c) Referensi-referensi yang relevan dengan pengelolaan Badan Usaha
Milik Daerah.
3) Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus
hukum, ekslopedia, kamus umum dan lain sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data.
Mengingat penelitian ini adalah penelitian yang bersifat yuridis normatif
yang memusatkan perhatian pada data sekunder, maka pengumpulan data utama
ditempuh dengan melakukan penelitian kepustakaan dan studi dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan penelitian.
5. Analisis Data.
Data yang dikumpulkan dapat dipertanggung jawabkan dan dapat
menghasilkan jawaban yang tepat dari suatu permasalahan, maka perlu suatu
teknik analisa data yang tepat. Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk
mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan. 25
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini
menggunakan pola pikir/logika induktif, yaitu pola pikir untuk menarik
kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat
umum. Pengolahan dan analisis data bergantung pada jenis datanya. Pada
25

Ibid, hlm.18

Universitas Sumatera Utara

18

penelitian hukum berjenis normatif, maka dalam mengolah dan menganalisis
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier tidak dapat
lepas dari berbagai penafsiran hukum yang dikenal dalam ilmu hukum.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah :
1.

BAB

I : PENDAHULUAN
Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat
Penulisan, Keaslian Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika
Penulisan.

2.

BAB II : PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE
DALAM PENGELOLAAN BUMD
Latar Belakang Lahirnya Badan Usaha Milik Daerah, Dasar
Hukum Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah, Perkembangan
Badan Usaha Milik Daerah di Indonesia, Tujuan Pendirian Badan
Usaha Milik Daerah.

3.

BAB III : PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE
DALAM PENGELOLAAN BUMD
Pengertian Good Corporate Governance, Tujuan Good Corporate
Governance Pada Badan Usaha Milik Daerah, Prinsip Good
Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Daerah,
Penerapan Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik
Daerah Menurut UU BUMN.

Universitas Sumatera Utara

19

4.

BAB IV : DAMPAK DIBERLAKUKANNYA UU NOMOR 23 TAHUN
2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP
BENTUK HUKUM DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA
MILIK DAERAH DI INDONESIA
Persamaan Perseroan Terbatas dengan Perseroan Daerah, Konsep
Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah dalam Rangka
Mewujudkan Good Corporate Governance, Bentuk Hukum dan
Pengelolaan Perusahaan Umum Daerah dan Perseroan Terbatas
Berstatus BUMD Setelah Diundangkannya UU Pemerintahan
Daerah..

5.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN.

Universitas Sumatera Utara