Penerapan Hukum Pidana Islam di Indonesi
Penerapan Hukum Pidana Islam di Indonesia
Oleh Muhammad Irsan
Tujuh puluh tahun sudah umur negara ini, tetapi apa yang selama ini
dicita-citakan oleh seluruh rakyat belum juga kunjung tiba. Salah satu
harapan rakyat untuk menapai negara yang dicita-citakan adalah dengan
adanya sistem hukum yang kuat, yang dibangun dengan tujuan
terciptanya produk-produk hukum yang menjunjung tinggi keadilan
dengan berlandaskan asas “Equality Before The Law”.
Keadilan
Berbicara mengenai keadilan maka tidak luput dalam pikiran kita
menganai arti keadilan, menurut Aristoteles keadilan adalah memberikan
sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan apa yang menjadi haknya.
Lalu, bagaimanakah adil di dalam hukum ? Hans Kelsen berpendapat
adalah adil jika suatu aturan diterapkan pada semua kasus di mana
menurut isinya meman aturan tersebut harus diaplikasikan, dan akan
tidak adil ketika suatu aturan diterapkan kepada satu kasus tetapi tidak
pada kasus lain yang sama. Permasalahannya adalah apakah Indonesia
sudah menerapkan konteks keadilan di dalam hukum seperti yang
dikemukakan oleh Hans Kelsen ?
Fakta di Lapangan
Kita pasti masih ingat dengan kejadian-kejadian di mana rakyat ikecil
menjadi korban atas putusan kontroversial, seperti kasus nenek Minah,
serta kasus Basar dan Kholil. Apa yang telah dilakukan Indonesia terhadap
para koruptor ? Pernahkan mereka berpikir tentang dampak yang akan
terjadi dari perbuatan mereka ? Sudahkah Indonesia membalas mereka
dengan hukuman yang setimpal ? Rakyat tidak akan bisa menerima
berbagai macam alasan-alasan yang membenarkan putusan-putusan
kontroversial, rakyat hanya melihat konteks keadilan di dalam hukum
seperti apa yan dikemukanan oleh Hans Kelsen. Rakyat Indonesia masih
banyak yang buta akan hukum, akibatnya akan timbul pertanyaan
tentang bagaimana cara menjelaskan kepada rakyat agar mereka mau
menerima
alasan-alasan
yang
membenarkan
putusan-putusan
kontroversial ini ?
Solusi Atas Problematika yang Terjadi
Islam mengajarkan umatnya akan arti keadilan. Terbukti denan adanya
asas legalitas yang diatur di dalam surah Al-Isra (17) ayat 15, “tetapi Kami
tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul”, serta
dihubungkan dengan surat Al-An’am (6) ayat 19, “Alquran ini diwahyukan
kepadaku, agar (dengannya) aku (Muhammad) dapat menyampaikan
peringatan (dalam bentuk aturan dan ancaman hukuman). Begitu juga
dengan larangan memindahkan kesalahan kepada orang lain yang diatur
di dalam berbagai surah pada ayat Alquran (6:164, 35:18, 39:7, 53:38,
74:38). Allah berfirman dalam surah Al-An’am (6) ayat 164, “bahwa setiap
pribadi yang melakukan sesuatu kejahatan akan menerima balasan sesuai
atas apa yang dilakukannya”, dan juga dalam surah Al-Muddatstsir (74)
ayat 38 Allah juga berfirman, “setiap jiwa terikat atas apa yang dia
kerjakan, dan setiap orang tidak akan memikul dosa atau kesalahan yang
dibuat oleh orang lain”. Maka dari itu penerapan Hukum Pidana Islam akan
membantu mengarahkan poros hukum di Indonesia kearah yang selama
ini dicita-citakan. Timbulah pertanyaan sebenarnya bagaimana sih Hukum
Pidana Islam diyakini akan lebih baik daripada Hukum Pidana yang
diterapkan sekarang ? Tentu saja jawabannya akan tertuju pada salah satu
sumber Hukum Pidana Islam yaitu Alquran, sumber yang tidak akan
diragukan keabsahannya, dirancang sedemikian rupa oleh Allah sehingga
mampu mengikuti perkembangan zaman. Terbukti dengan adanya asas
legalitas dan larangan memindahkan kesalahan kepada orang lain yang
sudah ada sejak dahulu kala.
Hukum Pidana Islam Harus Diterapkan
Alasan utama mengapa Hukum Pidana Islam harus diterapkan adalah
berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, sebanyak 84% rakyat
Indonesia memeluk agama Islam. Ini membuktikan bahwasannya
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk mayoritas
muslim terbesar di Asia yang di mana seharusnya penerapan Hukum
Pidana Islam bisa terwujud. Apakah Hukum Pidana Islam pernah
diterapkan di Indonesia ? Tidak, Indonesia tidak pernah menerapkan
Hukum Pidana Islam. Apakah ada daerah di Indonesia yang menerapkan
Hukum Pidana Islam ? Kalau iya, dimanakan Hukum Pidana Islam itu ?
Provinsi Aceh merupakan daerah yang paling banyak dihuni oleh
penduduk mayoritas Islam, dengan adanya Qanun Aceh Nomor 26 Tahun
2014 Tentang Qanun Jinayat membuktikan bahwa Hukum Pidana Islam
hidup dan eksis di provinsi Aceh. Sudah barang tentu julukan provinsi
Aceh sebagai “Serambi Mekah” semakin kuat dan semakin di kenal oleh
masyarakat Aceh sendiri maupun masyarakat di luar Aceh. Lalu siapa
yang harus menerapkannya dan bagaimanakah cara menerapkannya ?
Tentu saja pemerintah harus peduli dengan hal ini, penerapan Hukum
Pidana Islam tidak harus melakukan perubahan namanya menjadi Hukum
Jinayat atau Hukum Pidana Islam itu sendiri, tetaplah Hukum Pidana yang
menjadi namanya akan tetapi isinya yang harus diubah. Nama tidak
penting, yang utama adalah substansinya.
Menerapkan Hukum Pidana Islam di Indonesia bukanlah menjadi hal
masalah yang paling utama. Permasalahannya adalah dengan berbagai
ragam budaya, suku, ras, dan adanya enam agama yang diakui di
Indonesia, bagaimakah agar penerapan Hukum Pidana Islam tidak
menimbulkan konflik dan bisa diterima di dalam kehidupan masyarakat
Indonesia ? Aceh memiliki penduduk dengan berbagai agama di
dalamnya, tetapi Aceh mampu menerapkan Hukum Pidana Islam, maka
dari itu Indonesia bisa menerapkannya dengan tidak mengubah nama
akan tetapi merubah isi dari Hukum Pidana yang digunakan sekarang ke
Hukum Pidana Islam. Poin terpenting adalah substansinya. Nah, pada
akhirnya akan tertuju pada satu titik pertanyaan, akankah kita mau
merubah negara ini menjadi lebih baik ?
Oleh Muhammad Irsan
Tujuh puluh tahun sudah umur negara ini, tetapi apa yang selama ini
dicita-citakan oleh seluruh rakyat belum juga kunjung tiba. Salah satu
harapan rakyat untuk menapai negara yang dicita-citakan adalah dengan
adanya sistem hukum yang kuat, yang dibangun dengan tujuan
terciptanya produk-produk hukum yang menjunjung tinggi keadilan
dengan berlandaskan asas “Equality Before The Law”.
Keadilan
Berbicara mengenai keadilan maka tidak luput dalam pikiran kita
menganai arti keadilan, menurut Aristoteles keadilan adalah memberikan
sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan apa yang menjadi haknya.
Lalu, bagaimanakah adil di dalam hukum ? Hans Kelsen berpendapat
adalah adil jika suatu aturan diterapkan pada semua kasus di mana
menurut isinya meman aturan tersebut harus diaplikasikan, dan akan
tidak adil ketika suatu aturan diterapkan kepada satu kasus tetapi tidak
pada kasus lain yang sama. Permasalahannya adalah apakah Indonesia
sudah menerapkan konteks keadilan di dalam hukum seperti yang
dikemukakan oleh Hans Kelsen ?
Fakta di Lapangan
Kita pasti masih ingat dengan kejadian-kejadian di mana rakyat ikecil
menjadi korban atas putusan kontroversial, seperti kasus nenek Minah,
serta kasus Basar dan Kholil. Apa yang telah dilakukan Indonesia terhadap
para koruptor ? Pernahkan mereka berpikir tentang dampak yang akan
terjadi dari perbuatan mereka ? Sudahkah Indonesia membalas mereka
dengan hukuman yang setimpal ? Rakyat tidak akan bisa menerima
berbagai macam alasan-alasan yang membenarkan putusan-putusan
kontroversial, rakyat hanya melihat konteks keadilan di dalam hukum
seperti apa yan dikemukanan oleh Hans Kelsen. Rakyat Indonesia masih
banyak yang buta akan hukum, akibatnya akan timbul pertanyaan
tentang bagaimana cara menjelaskan kepada rakyat agar mereka mau
menerima
alasan-alasan
yang
membenarkan
putusan-putusan
kontroversial ini ?
Solusi Atas Problematika yang Terjadi
Islam mengajarkan umatnya akan arti keadilan. Terbukti denan adanya
asas legalitas yang diatur di dalam surah Al-Isra (17) ayat 15, “tetapi Kami
tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul”, serta
dihubungkan dengan surat Al-An’am (6) ayat 19, “Alquran ini diwahyukan
kepadaku, agar (dengannya) aku (Muhammad) dapat menyampaikan
peringatan (dalam bentuk aturan dan ancaman hukuman). Begitu juga
dengan larangan memindahkan kesalahan kepada orang lain yang diatur
di dalam berbagai surah pada ayat Alquran (6:164, 35:18, 39:7, 53:38,
74:38). Allah berfirman dalam surah Al-An’am (6) ayat 164, “bahwa setiap
pribadi yang melakukan sesuatu kejahatan akan menerima balasan sesuai
atas apa yang dilakukannya”, dan juga dalam surah Al-Muddatstsir (74)
ayat 38 Allah juga berfirman, “setiap jiwa terikat atas apa yang dia
kerjakan, dan setiap orang tidak akan memikul dosa atau kesalahan yang
dibuat oleh orang lain”. Maka dari itu penerapan Hukum Pidana Islam akan
membantu mengarahkan poros hukum di Indonesia kearah yang selama
ini dicita-citakan. Timbulah pertanyaan sebenarnya bagaimana sih Hukum
Pidana Islam diyakini akan lebih baik daripada Hukum Pidana yang
diterapkan sekarang ? Tentu saja jawabannya akan tertuju pada salah satu
sumber Hukum Pidana Islam yaitu Alquran, sumber yang tidak akan
diragukan keabsahannya, dirancang sedemikian rupa oleh Allah sehingga
mampu mengikuti perkembangan zaman. Terbukti dengan adanya asas
legalitas dan larangan memindahkan kesalahan kepada orang lain yang
sudah ada sejak dahulu kala.
Hukum Pidana Islam Harus Diterapkan
Alasan utama mengapa Hukum Pidana Islam harus diterapkan adalah
berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, sebanyak 84% rakyat
Indonesia memeluk agama Islam. Ini membuktikan bahwasannya
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk mayoritas
muslim terbesar di Asia yang di mana seharusnya penerapan Hukum
Pidana Islam bisa terwujud. Apakah Hukum Pidana Islam pernah
diterapkan di Indonesia ? Tidak, Indonesia tidak pernah menerapkan
Hukum Pidana Islam. Apakah ada daerah di Indonesia yang menerapkan
Hukum Pidana Islam ? Kalau iya, dimanakan Hukum Pidana Islam itu ?
Provinsi Aceh merupakan daerah yang paling banyak dihuni oleh
penduduk mayoritas Islam, dengan adanya Qanun Aceh Nomor 26 Tahun
2014 Tentang Qanun Jinayat membuktikan bahwa Hukum Pidana Islam
hidup dan eksis di provinsi Aceh. Sudah barang tentu julukan provinsi
Aceh sebagai “Serambi Mekah” semakin kuat dan semakin di kenal oleh
masyarakat Aceh sendiri maupun masyarakat di luar Aceh. Lalu siapa
yang harus menerapkannya dan bagaimanakah cara menerapkannya ?
Tentu saja pemerintah harus peduli dengan hal ini, penerapan Hukum
Pidana Islam tidak harus melakukan perubahan namanya menjadi Hukum
Jinayat atau Hukum Pidana Islam itu sendiri, tetaplah Hukum Pidana yang
menjadi namanya akan tetapi isinya yang harus diubah. Nama tidak
penting, yang utama adalah substansinya.
Menerapkan Hukum Pidana Islam di Indonesia bukanlah menjadi hal
masalah yang paling utama. Permasalahannya adalah dengan berbagai
ragam budaya, suku, ras, dan adanya enam agama yang diakui di
Indonesia, bagaimakah agar penerapan Hukum Pidana Islam tidak
menimbulkan konflik dan bisa diterima di dalam kehidupan masyarakat
Indonesia ? Aceh memiliki penduduk dengan berbagai agama di
dalamnya, tetapi Aceh mampu menerapkan Hukum Pidana Islam, maka
dari itu Indonesia bisa menerapkannya dengan tidak mengubah nama
akan tetapi merubah isi dari Hukum Pidana yang digunakan sekarang ke
Hukum Pidana Islam. Poin terpenting adalah substansinya. Nah, pada
akhirnya akan tertuju pada satu titik pertanyaan, akankah kita mau
merubah negara ini menjadi lebih baik ?