Pengaruh Blended Learning Terhadap Pengu

1

Pengaruh Blended Learning Terhadap Penguasaan Konsep dan
Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 1 PAITON pada Materi
Alat Optik
Nur Aini Solehatin
Program Studi Pendidikan Fisika PMIPA FKIP Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37 Jember 68121
E-mail : nurainisolehatin@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) ada atau tidaknya pengaruh model
Blended Learning terhadap penguasaan konsep siswa pada materi alat optik; 2)
ada atau tidaknya pengaruh Blended Learning terhadap motivasi belajar siswa
pada materi alat optik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII di SMPN 1 PAITON. Sampel yang terpilih adalah kelas VIII A dan VIII B
dengan teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen dengan Randomized Posttest only Control
Group Design. Pengumpulan data dilaksanakan dengan teknik tes untuk data
penguasaan konsep siswa dan teknik angket untuk data motivasi belajar siswa.
Analisis data menggunakan uji t dan dilanjutkan dengan uji Tuckey. Hasil uji t

penguasaan konsep didapat thitung = 6,64 > = ttabel =1,66, menunjukkan ada
perbedaan, sedangkan untuk uji lanjut yaitu uji Tuckey menunjukkan Qhitung = 7,55
> Qtabel = 2,85, menunjukan bahwa penguasaan konsep siswa yang menggunakan
Blended Learning lebih tinggi dari pada konvensional. Sedangkan untuk motivasi
belajar siswa, berdasarkan hasil uji hipotesis nilai motivasi awal belajar siswa
adalah 75,83% dengan kriteria kuat. Motivasi belajar siswa mengalami kenaikan
setelah proses pembelajaran menjadi 83,42% dengan kriteria sangat kuat.
Kata kunci : Blended Learning, penguasaan konsep, motivasi belajar
1. Pendahuluan
Kualitas pendidikan di
Indonesia selalu menjadi tema yang
menarik untuk dibicarakan. Kualitas
pendidikan berpengaruh sangat besar
terhadap kemajuan suatu bangsa.
Hasil survey yang dilakukan oleh
Thrends International Mathematics
Science Study (TIMSS) pada tahun

2011 menunjukkan hasil kemampuan
sains untuk Indonesia berada di

urutan ke-60 dari 62 negara peserta.
Skor yang diperoleh Indonesia untuk
kemampuan sains adalah 406 dari
skor rata-rata sebesar 500. Dilihat
dari hasil ini, dapat dikatakan bahwa
pemahaman para siswa di Indonesia
pada mata pelajaran MIPA masih
sangat rendah (Dewi, 2015:50).

2

Seiring dengan perkembangan
teknologi yang ada, implementasi
dari pemanfaatan internet untuk
pembelajaran salah satunya adalah elearning. e-learning atau Internet
enable learning menggabungkan
metode pengajaran dan teknologi
sebagai sarana dalam belajar.
Definisi e-learning adalah proses
belajar secara efektif yang dihasilkan

dengan
cara
menggabungkan
penyampaian materi secara digital
yang terdiri dari dukungan dan
layanan dalam belajar (Barbara, et al,
2008, p.4). Pendapat lain juga
dikemukan oleh Seok (2008, p.5)
menyatakan bahwa “e-learning is a
new form of pedagogy for learning
in the 21 st century. E-Teachers are
e-learning instructional designer,
facilitator of interaction and subject
matter experts”. Kelebihan elearning
dapat
memberikan
fleksibilitas, interaktifitas, kecepatan
dan visualisasi melalui berbagai
kelebihan
dari

masing-masing
teknologi.
Model pembelajaran selalu
berkembang
seiring
dengan
berkembangnya jaman. Menurut
Sugiyanto
(2009),
model
pembelajaran
adalah
kerangka
konseptual
yang
melukiskan
prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan
pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai
pedoman
bagi
para
perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan
aktivitas
pembelajaran.
Terdapat
banyak
model pembelajaran inovatif, antara
lain yaitu model quantum, model
kooperatif, model kontekstual, model
inkuiri, model berbasis web, dan
model yang lainnya. Selanjutnya
dikenal istilah Blended Learning
(hybrid learning) secara sederhana

dapat
didefinisikan
sebagai
perpaduan metode belajar tatap muka
(di dalam kelas) dengan materi yang
diberikan secara online. Model ini
untuk menjembatani kekurangan
pembelajaran tatap muka dan
kekurangan pembelajaran e-learning.
Hal
ini
dikarenakan
apabila
pembelajaran sepenuhnya berbasis elearning tanpa adanya kegiatan tatap
muka (classroom learning) di kelas,
siswa akan mengalami kesulitan
belajar. Menurut Husamah (2014)
pembelajaran tatap muka sebagai
wahana belajar berinteraksi antara
peserta didik dengan guru dan

teman-teman sekelas. Selain itu guru
juga bisa memberikan penguatan
dengan segera serta menanamkan
nilai-nilai karakter dan moral dalam
diri peserta didik. Kazu dan Mahmet
(2014)
dalam
penelitiannya
menyimpulkan
bahwa
model
Blended Learning lebih efektif
diterapkan dalam pembelajaran
daripada model tradisional.
Mekhlafi (2004) menyatakan
bahwa
pemanfaatan
teknologi
komunikasi dan informasi dalam
pembelajaran memiliki dampak positif terhadap performansi dan prestasi


3

belajar peserta didik. Husni dkk
(2010) menyatakan penggunaan
komputer dalam pengajaran dapat
meningkatkan pemahaman konsep
mahasiswa
serta
kemampuan
individu mendapatkan informasi di
masyarakat. Pembelajaran menggunakan web dapat memberikan
kemudahan bagi guru dan peserta
didik. Kayler & Weller (2007)
menyatakan bahwa pemanfaaatan
fasilitas dalam pembelajaran web
antara
lain
bertujuan
untuk

memberikan materi pendalaman
yang isinya dapat berupa soal dan
solusi, materi pelajaran, virtual
praktikum, ujian, tugas, dan diskusi.
Demirci (2007) menyatakan pembelajaran berbantuan web dapat
membantu memperbaiki miskonsepsi
siswa tentang gaya dan gerak.
Mubaraq (2009) menyatakan pembelajaran berbasis web mampu
menumbuhkan kemandirian siswa
untuk
mengkonstruksi
sendiri
pengetahuannya, ditunjukkan dengan
adanya peningkatan penguasaan
konsep, peningkatan generik sains
dan siswa memberikan tanggapan
yang baik. Pembelajaran berbantuan
web banyak diteliti antara lain oleh
Chang dkk (2006), Capus dkk
(2006), dan Liu (2005). Desain

pengajaran yang dikembangkan para
peneliti tersebut berisi latihan-latihan
dan penyelesaiannya dengan tujuan
agar mahasiswa lebih aktif dan
termotivasi belajar lebih banyak di
luar kelas. Chang dkk (2006)
menyatakan bahwa pembelajaran

membantu guru untuk lebih efektif
dalam
membuat
rencana
pembelajaran dan materi. Capus dkk
(2006)
menyatakan
bahwa
pembelajaran ini membuat siswa
lebih
aktif
dalam

proses
pembelajaran berbasis masalah.
Konsep merupakan pemberian
tanda pada suatu obyek untuk
membantu seseorang mengerti dan
paham terhadap obyek tertentu.
Kemampuan
seseorang
dalam
menguasai
tanda-tanda
obyek
mengarah kepada kemampuan dalam
menguasai konsep. Penguasaan
konsep tidak sekedar memahami
secara sederhana, namun dapat pula
dijabarkan sebagai kemampuan
mengerti,
memahami,
mengaplikasikan,mengklasifikasikan
,mengeneralisasikan,
mensintesis,
dan menyimpulkan obyek-obyek.
Media pembelajaran yang efektif
dapat
menumbuhkan
sikap
ketertarikan siswa terhadap suatu
konsep. Nuraeni dkk (2007),
menunjukkan bahwa pemanfaatan
multimedia dalam pembelajaran
dapat meningkatkan penguasaan
konsep dan motivasi siswa.
Motivasi belajar adalah segala
sesuatu yang dapat memotivasi siswa
atau individu untuk belajar. Menurut
Nur (2008:72) motivasi adalah suatu
proses
internal
yang
dapat
mengaktifkan,
memandu,
dan
mempertahankan perilaku dari waktu
kewaktu. Motivasi untuk belajar
adalah sangat penting bagi siswa dan
guru. Hakikat motivasi belajar adalah

4

dorongan internal dan eksternal pada
pembelajar
untuk
mengadakan
perubahan tingkah laku yang
mempengaruhi
keberhasilan
seseorang dalam belajar. Motivasi
sendiri mempunyai peranan dalam
membantu
memahami
dan
menjelaskan perilaku individu dalam
belajar. Peranan penting motivasi
dalam belajar antara lain menentukan
hal-hal yang dianggap dapat
menguatkan kegiatan belajar dan
memperjelas tujuan belajar. Tujuan
dari pembelajaran adalah membantu
pembelajar
agar
memperoleh
berbagai
pengalaman
sehingga
pengetahuan, keterampilan, dan nilai
atau norma yang mengendalikan
sikap dan perilaku siswa mengalami
perubahan secara positif baik
kualitas maupun kuantitas (Uno,
2013, p.27). Oleh karena itu sebagai
guru juga harus memperhatikan dan
meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar IPA sehingga diharapkan
membuahkan hasil belajar terutama
kemampuan kognitif yang lebih baik.
Sebagian besar pelaksanaan
pembelajaran IPA di SMP masih
terpisah (Trianto, 2014). Artinya
bahwa penyajian IPA masih terpisah
antara Fisika, Biologi, dan Kimia. Di
SMPN 1 PAITON penyajian IPA
masih terpisah antara Biologi, Fisika,
dan Kimia dimana materi IPA
Biologi dan IPA Kimia diajarkan
oleh
guru
berlatar
belakang
pendidikan Biologi, sedangkan IPA
Fisika diajarkan oleh guru berlatar
belakang pendidikan Fisika.

Berdasarkan uraian tersebut,
maka peneliti perlu untuk melakukan
penelitian
tentang
“Pengaruh
Blended
Learning
Terhadap
Penguasaan Konsep dan Motivasi
Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 1
PAITON pada Materi Alat Optik.”
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui
pengaruh
Blended
Learning
terhadap
penguasaan
konsep siswa dan motivasi belajar
siswa.
2. Pembahasan
2.1 Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII di
SMPN 1 PAITON. Sampel dari
penelitian ini dipilih dengan teknik
cluster random sampling. Dua kelas
yang terpilih sebagai sampel
penelitian adalah kelas VIII A dan
VIII B. Kelas VIII A digunakan
sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas
yang dibelajarkan dengan model
Blended Learning. Sedangkan kelas
VIII B digunakan sebagai kelas
kontrol,
yaitu
kelas
yang
dibelajarkan
tanpa
Blended
Learning. Kedua sampel tersebut
kemudian diuji kesamaan keadaan
awalnya menggunakan uji t sebagai
prasyarat perlakuan. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen
untuk mengetahui ada atau tidak
perbedaan
pengaruh
perlakuan
tertentu terhadap suatu keadaan
dengan menggunakan analisis data
bersifat statistik. Desain yang

5

digunakan dalam penelitian ini
Randomized Posttest only Control
Group Design. Setelah materi
berakhir keempat kelas diberikan
posttest.
Rancangan
penelitian
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen
yang digunakan adalah instrumen
berupa soal tes berbentuk obyektif
untuk mengukur penguasaan konsep
siswa dan angket untuk memperoleh
data mengenai motivasi belajar
siswa.
Sebelum
instrumen
digunakan, terlebih dahulu divalidasi
oleh dua orang ahli pada bidang
fisika. Kemudian soal diuji coba
dahulu pada kelas X yang sudah
mendapatkan materi tersebut, hal ini
dilakukan karena beberapa hal antara
lain:
kelas
X
mempunyai
kemampuan yang homogen, dan
untuk menjaga kevalidan atas soal.
Uji coba tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat kesukaran, daya
beda, uji Reliabilitas dan validitas
eksternal. Setelah uji coba kemudian
soal direvisi untuk digunakan
sebagai instrumen yang valid.
Data
hasil
penelitian
eksperimen
tersebut
dianalisis
dengan menggunakan uji t dengan
menguji signifikansi perbedaan
penguasaan konsep siswa, kemudian

dilanjutkan dengan uji Tukey untuk
melihat perbandingan penguasaan
konsep siswa setelah dilakukan
pembelajaran. Sebelum dilakukan uji
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan
uji prasyarat analisis yaitu uji
normalitas dan homogenitas data. Uji
normalitas
menggunakan
uji
Lilliefors dan uji Homogenitas
menggunakan uji Barlett dengan
taraf signifikansi 0,05 (p < 0,05).
2.2 Hasil
Penelitian
dan
Pembahasan
Pengaruh
Blended
Learning
terhadap Penguasan Konsep Siswa
Pembelajaran
blended,
memadukan pembelajaran tatap
muka dengan pembelajaran online
menggunakan Learning Managemen
System (LMS) moodle. Pada
penelitian ini pembelajaran tatap
muka dilakukan dengan guru
menjelaskan materi, menggunakan
metode ceramah, diskusi, penugasan,
dan tanya jawab. Pada kegiatan
pendahuluan
guru
memberikan
motivasi dan apersepsi. Pada
kegiatan inti guru memberikan
informasi yang berkaitan dengan
materi.
Siswa
memperhatikan
penjelasan informasi tersebut dan
mengerjakan contoh soal yang
diberikan oleh guru. Kegiatan tatap
muka ini dilakukan selama tiga
minggu
sebanyak
enam
kali
pertemuan.
Pada
pembelajaran
online guru menggunakan fasilitas
penugasan, chat dan kuis. Pada
pembelajaran online materi yang

6

disampaikan
lebih
bervariatif,
misalnya berbentuk animasi, video,
simulasi, teks, dan gambar. Pada
kelas
eksperimen
guru
mengumumkan
kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan
pada pembelajaran online dengan
memberikan domain yang telah
ditentukan guru setiap akhir sesi
tatap muka dan siswa menggunakan
fasilitas yang ada di web tersebut
terutama fasilitas penugasan, chat,
dan kuis. Setelah siswa mengerjakan
tugas,
masing-masing
siswa
mendapatkan umpan balik berupa
jawaban atas tugas tersebut. Siswa
menggunakan fasilitas chat sebagai
sarana diskusi dengan guru maupun
dengan siswa lain. Untuk fasilitas
kuis, setelah siswa mengerjakan kuis,
siswa langsung mendapatkan skor
dan umpan balik berupa tanggapan
pencapaian materi. Kuis dalam
pembelajaran online ini dalam
bentuk kuis jawaban singkat,
menjodohkan, dan pilihan ganda.
Pada kelas kontrol guru memberikan
penugasan menggunakan PR, dan
chat digantikan dengan diskusi diluar
kelas dan diluar jam pelajaran.
Pada pembelajaran online
siswa menggunakan hari minggu
sebagai pertemuan di onlinenya.
Tetapi tidak membatasi pada hari
yang lain selain hari minggu, siswa
ada yang online pagi, siang, sore, dan
malam hari.
Hasil uji hipotesis yang
menyatakan penguasaan konsep
fisika
siswa
yang
belajar

menggunakan Blended Learning
lebih
tinggi
dibandingkan
penguasaan konsep siswa yang
belajar tanpa menggunakan Blended
Learning disajikan pada Tabel di
bawah ini.
Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 2 menunjukkan bahwa
tHitung = 6,44 > tTabel = 1,66 dengan
taraf signifikansi 0,05, maka ada
perbedaan penguasaan konsep fisika
kelas eksperimen dengan penguasaan
konsep fisika kelas kontrol.
Tabel 3 menunjukkan bahwa
QHitung = 7,55 > QTabel = 2,85 dengan
taraf signifikansi 0,05, maka
hipotesis
yang
menyatakan
penguasaan konsep fisika siswa yang
belajar
menggunakan
Blended
Learning lebih tinggi dibandingkan
penguasaan konsep fisika siswa yang
belajar tanpa menggunakan Blended
Learning diterima.
Pembelajaran yang bersifat
student centered akan membuat
penguasaan konsep siswa lebih baik.
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan
untuk
membuat
pembelajaran
bersifat
student
centered
adalah
pembelajaran
melalui e-learning. Dengan elearning siswa akan mendapat
kedalaman materi yang siswa
inginkan, siswa dapat berhenti dan

7

atau melanjutkan sesuai dengan
tingkat penguasaan siswa terhadap
suatu konsep. Wawancara dengan
siswa yang memiliki nilai terendah
dan tertinggi mengatakan bahwa
siswa mendapat informasi yang lebih
dari internet dan menyatakan
pembelajaran ini lebih praktis dan
efisien karena siswa dapat bertanya
kepada guru secara online ketika
siswa di dalam kelas kurang bisa
memahami.
Pada pembelajaran online guru
dapat melihat perhatian individu
siswa dengan melihat pertanyaanpertanyaan yang ditanyakan oleh
siswa. Pertanyaan-pertanyaan ini
berkaitan dengan materi pada saat itu
dan materi yang sudah siswa
lampaui.
Kenyataannya
siswa
mengalami permasalahan walaupun
siswa sudah menyelesaikan materi
tersebut. Sebagai salah satu contoh
siswa menanyakan materi tentang
vektor, siswa masih mengalami
kesulitan untuk menyelesaikan soal
tentang vektor, dengan pembelajaran
ini maka guru memberikan umpan
balik langsung kepada siswa yang
mengalami permasalahan. Dengan
ini siswa dapat mengevaluasi dirinya
sendiri tentang pembelajaran yang
dilakukannya. Dengan model seperti
ini siswa dapat terdorong untuk
berpartisipasi dalam kelas dan guru
dapat merefleksi pembelajaran secara
online.
Pada
e-learning
selain
memiliki kelebihan juga memiliki
kelemahan, menurut Rosenberg

(2001), Pertama proses pembelajaran
cenderung kearah pelatihan daripada
pendidikan, kedua kecenderungan
mengabaikan aspek akademik atau
sosial antar siswa. Untuk mengatasi
pembelajaran
tersebut
maka
digabungkan
antara
e-learning
dengan pembelajaran konvensional
yang disebut Blended Learning.
Fasilitas yang ada di pembelajaran
online antara lain materi dalam
bentuk
teks, gambar, movie,
simulasi, animasi yang interaktif,
penugasan, chat, dan kuis. Dengan
siswa menggunakan fasilitas yang
ada dipembelajaran online berupa
penugasan, chat, dan kuis maka
pengetahuan atau wawasan yang
mereka dapat lebih banyak.
Dengan Blended Learning ini
penguasaan konsep siswa lebih baik,
hal ini terlihat dari penguasaan
konsep pada kelas eksperimen lebih
tinggi daripada penguasaan konsep
kelas kontrol, ini dikarena informasi
yang siswa dapatkan jauh lebih
banyak daripada informasi yang
diberikan oleh guru dan dalam
bentuk bermacam-macam dan selalu
up to date. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Munawar (2011) tentang model
Blended
Learning
yang
menggabungkan pembelajaran tatap
muka di kelas dengan pembelajaran
berbasis
web
terbukti
dapat
meningkatkan pemahaman siswa
kelas X SMA dalam mata pelajaran
fisika, dan Suhendi (2009), bahwa elearning
dapat
meningkatkan

8

pemahaman siswa dan penguasaan
konsep serta memperbaiki sikap
belajar mahasiswa pada materi
pencemaran lingkungan. Bantala
(2010)
menyimpulkan
bahwa
pembelajaran
menggunakan
elearning
terbukti
dapat
meningkatkan kemampuan kognitif
peserta diklat teknik jaringan
komputer dasar.
Blended
Learning
dapat
membuat siswa lebih termotivasi
untuk melakukan pembelajaran
mandiri. Hal ini terlihat dari
banyaknya siswa yang online dalam
pembelajaran. Pada penelitian ini
jumlah siswa yang online dalam
penelitian selama 1 bulan lebih dari
5000 aktivitas. Bawaneh (2011)
menyatakan
bahwa
Blended
Learning
dapat
meningkatkan
performansi siswa. Hal ini dapat
dilihat dari meningkatnya jumlah
siswa
yang
online
dalam
pembelajaran,
serta
melakukan
diskusi online. Pada Blended
Learning ini yang dikombinasikan
metode tatap muka dan e-learning
yang dapat melibatkan siswa secara
aktif dan memungkinkan siswa
mendapat umpan balik seperti pada
tugas yang diberikan oleh guru. Guru
kemudian mengupload hasil jawaban
tugas setelah deadline tugas berakhir,
siswa yang mengerjakan kuis
mendapat umpan balik berupa
tanggapan hasil. Siswa dapat
memperoleh informasi dari berbagai
bentuk, sehingga pengetahuan baru
akan didapatkan.

Pengaruh
Blended
Learning
terhadap Motivasi Belajar Siswa
Hasil penelitian berupa data
motivasi penelitian berlangsung yang
diukur sebelum dan sesudah
mendapat
perlakuan.
Penilaian
motivasi belajar siswa diambil dari
skor maksimal angket yaitu 124,
kemudian dikalikan 100% dan
diinterpretasikan sesuai pedoman
yang ada. Pedoman interpretasi nilai
motivasi belajar siswa, menurut
Riduwan (2013:41) sebagai berikut :
0%-20% termasuk kategori sangat
lemah, 21%-40% kriteria lemah,
41%-60% kriteria cukup, 61%-80%
kriteria kuat dan 81%-100% kriteria
sangat kuat.
Rekapitulasi data nilai motivasi
belajar siswa dapat dilihat pada tabel
4.
Tabel 4. Rekapitulasi Data Nilai
Motivasi Siswa

Berdasarkan tabel 4, nilai
motivasi awal belajar siswa adalah
75,83% dengan kriteria kuat.
Motivasi belajar siswa mengalami
kenaikan
setelah
proses
pembelajaran
menjadi
83,42%
dengan kriteria sangat kuat.
Uji hipotesis (uji t) perbedaan
variabel motivasi belajar dalam
penelitian ini menggunakan uji t satu

9

sample. Hasil analisis statistik uji t,
menunjukkan bahwa signifikansi <
0,05 (0,000 < 0,05). Berdasarkan
hasil perhitungan tersebut maka Ho
ditolak sehingga Ha diterima. Jadi
dapat disimpulkan bahwa terdapat
kenaikan yang signifikan antara
motivasi belajar siswa sebelum dan
sesudah dibelajarkan menggunakan
model
pembelajaran
Blended
Learning. Setelah melakukan uji
perbedaan, penguji melakukan uji
regresi dengan menggunakan regresi
linier sederhana. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh thitung sebesar
9,145 dan ttabel 2,035 sehingga Ho
ditolak. Jadi ada pengaruh antara
model
pembelajaran
Blended
Learning dengan motivasi belajar
siswa. Nilai R square yang diperoleh
adalah 0,913. R square dapat disebut
kooefisien determinasi yang dalam
hal ini berarti 91,3% model
pembelajaran Blended Learning
mempengaruhi motivasi belajar
siswa. Setelah dilakukan uji regresi,
dilakukan pula uji efektivitas dengan
menggunakan uji N-gain. Diperoleh
data
0,31
dengan
kriteria
keefekifannya
sedang.
Dengan
kriteria tingkat pencapaian N-gain :
0,00–0,29 kategori rendah; 0,30–0,69
kriteria sedang; 0,70–1,00 kategori
tinggi (Wiyanto dalam Suyanto,
2012 : 17).
Motivasi yang sangat kuat
dapat mempengaruhi keberhasilan
siswa dalam belajar. Sardiman
(1986 : 75) dalam Gangga (2013 :12)
menyatakan bahwa motivasi belajar

merupakan
keseluruhan
daya
penggerak di dalam diri siswa, yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin
kelangsungan
dari
kegiatan belajar. Hal ini dibuktikan
dengan
menyenangkan
dan
bermaknanya proses pembelajaran
yang berlangsung bagi siswa.
Motivasi
siswa
yang
tinggi
mengakibatkan hasil belajar siswa
yang telah dibelajarkan dengan
model
pembelajaran
Blended
Learning lebih baik dibandingkan
sebelum
dibelajarkan
dengan
menggunakan model pembelajaran
Blended Learning.
3. Kesimpulan, Saran dan
Implikasi
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh model Blended
Learning terhadap penguasaan
konsep siswa pada materi alat
optik. Penguasaan konsep siswa
yang
belajar
menggunakan
Blended Learning lebih tinggi
dibandingkan penguasaan konsep
siswa yang belajar tanpa
menggunakan Blended Learning.
2. Ada pengaruh Blended Learning
terhadap motivasi belajar siswa
pada materi alat optik. Model
pembelajaran Blended Learning
dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa dengan tingkat
efektivitas sedang.

10

Saran
Berdasarkan hasil penelitian
ini, maka peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Apabila
guru
akan
menerapkan model Blended
Learning, sebaiknya guru
memperhatikan fasilitas yang
tersedia, seperti: wifi atau
fasilitas internet lain, LCD,
laptop, dan media e-learning.
Hal ini dikarenakan fasilitas
tersebut sebagai pendukung
keberlangsungan
model
Blended Learning.
b. Guru sebisa mungkin ketika
mengajar
mampu
meningkatkan
motivasi
belajar
siswa,
karena
motivasi belajar siswa dapat
mempengaruhi kemampuan
kognitifnya.
2. Bagi Siswa
Siswa yang dibelajarkan melalui
model Blended Learning dapat
lebih sering membuka materi
melalui
media
e-learning
sebelum materi dibahas di kelas,
agar semakin terpacu untuk
memperoleh pemahaman konsep
yang optimal.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Penelitian
ini
dapat
digunakan sebagai acuan
penelitian selanjutnya dengan
mengkaitkan
aspek-aspek
yang belum diungkapkan dan
dikembangkan, seperti aspek

afektif, psikomotor, minat,
bakat, intelegensi.
b. Karena
khawatir
siswa
merasa lelah dengan themes
yang di buat oleh peneliti,
kepada
peneliti
lain
disarankan
untuk
menggunakan
versi
pembelajaran
online
(moodle) yang lebih tinggi
dengan asumsi fasilitas yang
ada semakin baik dan
lengkap.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan
terimakasih
ditujukan
kepada dosen pengampu mata kuliah
Karya Ilmiah Sri Wahyuni, S.Pd,
M.Pd. serta guru bidang studi di
SMPN 1 PAITON.
Daftar Pustaka
Adilah, D. N., Pujayanto. 2015.
Eksperimen Blended Learning
Dan Learning Cycle 7E Pada
Sub Tema Pengelolaan Sampah
Ditinjau Dari Motivasi Belajar
Siswa Kelas VII SMPN 6
Surakarta [serial online]. Jurnal
Materi
dan
Pembelajaran
Fisika (JMPF) Volume 5
Nomor 1 2015 ISSN : 20896158 [11 Mei 1016].
Bantala, A.P. 2010. Penerapan ELearning
(Learning
Management System) untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Kognitif Peserta Diklat Teknik
Jaringan Komputer Dasar di
PPPPTK Bmti Bandung. Tesis
Jurusan Pendidikan Teknologi

11

dan Kejuruan UPI. Bandung:
PPs UPI.
Barbara, S., et al. (2008). Vienna ELecturing (VEL): Learning
how to learn selft-regulated in
an internet-based blanded
learning setting. International
journal on e-learning.
Bawaneh, S.S. 2011. The Effects Of
Blended Learning Approach
On Students’ Performance:
Evidence
From
A
Computerized
Accounting
Course.
Interdisciplinary
Journal of Research in
Business Vol. 1, Issue. 4, April
2011.p 43–50.
Bibi, Sarah  Handaru Jati. 2015.
Efektivitas Model Blended
Learning Terhadap Motivasi
Dan
Tingkat
Pemahaman
Mahasiswa
Mata
Kuliah
Algoritma Dan Pemrograman
[serial
online].
Jurnal
Pendidikan Vokasi, Vol 5,
Nomor 1, Februari 2015 [27
Mei 2016].
Capus, L., Curvat, F., Leclair, O. &
Tourigny, N. 2006. A Web
environment to encourage
student to do exercise outside
the classroom: A case study.
Educational Technology &
Society. vol 9(3).p 173-181
Chang, K.E., Sung, Y.T, & Hou, H.T.
2006. Web–based tools for
designing and developing
Teaching
Materials
for
integration of information.
Educational Technology &
Society(Online), Vol 9(4). p
139-149

Demirci, N. 2007. A Study About
Students’ Misconceptions in
Force and Motion Concepts by
Incorporating a Web–Assisted
Physics Program.The Turkish
Online Journal of Educational
Technology–TOJET Vol 4.
Dewi, A. K., Drs. Pujayanto, M.Si,
Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd,
M.Pd.
2015.
Eksperimen
Model Blended Learning Dan
Joyfull Learning Sub Tema
Ekosistem Air Tawar Ditinjau
dari Aktivitas Siswa Kelas VII
SMPN 9 Surakarta [serial
online]. Jurnal Materi dan
Pembelajaran Fisika (JMPF)
Volume 5 Nomor 1 2015
ISSN : 2089-6158 [27 Mei
2016].
Fadillah, A. I., Munoto, Luthfiyah
Nurlaela. 2014.
Pengaruh
Media
Pembelajaran
(ELearning Moodle, Lks) Dan
Motivasi
Terhadap
Hasil
Belajar
Pengoperasian
Perangkat
Lunak
Lembar
Sebar Di Smkn 1 Mojokerto
[serial
online].
Jurnal
Pendidikan Vokasi: Teori dan
Praktek. 28 Pebruari 2014.
Vol.2 No.1 ISSN : 2302-285X
[27 Mei 2016].
Fahmi, F. R., I Made Sudana,
Cornelia Krisnawati. 2016.
Penerapan
Blended
Learninguntuk Meningkatkan
Ketrampilan
Menggunakan
Model “Gui” [serial online].
Dinamika:
Jurnal
Praktik
Penelitian Tindakan
Kelas
Pendidikan Dasar & Menengah
Vol. 6, No. 1, Januari 2016,

12

ISSN 0854-2172
2016].

[27

Mei

Teacher. Journal of language
and learning vol.2. p 88 – 113

Hermanto, S. Kussairi, Wartono.
2013.
Pengaruh
Blended
Learning terhadap Penguasaan
Konsep dan Penalaran Fisika
Peserta Didik Kelas X [serial
online]. ISSN: 1693-1246,
Januari
2013,
Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia 9
(2013) 67-76 [11 Mei 2016].

Nur, Muhamad. 2008. Pemotivasian
Siswa untuk Belajar. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya
-Pusat Sains dan Matematika
Sekolah.
Riduwan.
2013.
Dasar-Dasar
Statistika
(Revised
Ed.).
Bandung: Alfabeta.

Husamah. (2014). Pembelajaran
Bauran (Blended Learning).
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Seok, S. (2008). Teaching aspect on
e-learning.
International
journal on e-learning.

Kayler, M & Weller, K. 2007.
Pedagogy,
Self-Assessment,
and Online Discussion Groups.
Educational Technology &
Society. vol 10(1), p. 136-147.

Sugiyanto. (2009). Model-model
Pembelajaran
Inovatif.
Surakarta :UNS Press.

Kazu, Ibrahim Yasar, & Demirko,
Mehmet. (2014). Effect of
Blended Learning Environment
Model on High School
Students’
Academic
Achievement. The Turkish
Online Journal of Educational
Technology, 13 (1), 78-87.
Liu,

T.-C.
2005.
Web-based
Cognitive
Apprenticeship
Model for improving Preservice Teachers’ Performances
and
Attitudes
towards
Instructional Planning: Design
and
Field
Experiment.
Educational Technology &
Society, 8 (2), 136-149.

Mekhlafi, A.A. 2004. The internet
and EFL Teaching: The
Reaction of UAE secondary
School English Language

Suhendi. 2009. Implementasi ELearning Untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep dan Memperbaiki
Sikap
Belajar
Mahasiswa
Pada
Materi
Pencemaran Lingkungan. Tesis
Jurusan Pendidikan IPA UPI
Bandung. Bandung: PPs UPI.
Trianto. (2014). Model Pembelajaran
Terpadu . Jakarta: Bumi
Aksara.