T LIN 1202062 Chapter3

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan prosedur untuk mengungkap jawaban terhadap berbagai
permasalahan dalam penelitian. Pemaparan pada bab ini dimulai dengan metode
penelitian (3.1), sumber data (3.2), informan penelitian (3.3), prosedur
pengumpulan data (3.4), tempat dan waktu penelitian (3.5), dan diakhiri dengan
prosedur analisis data (3.6).
3.1

Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan untuk memberikan gambaran yang komprehensif,
konsisten dan akurat mengenai prosedur penelitian supaya peneliti lain dapat
mereplikasi penelitian yang dilakukan dan cara menganalisis data yang dipakai.
Metode penelitian yang pilih untuk penelitian ini adalah penelitian
kualitiatif deskriptif. Creswell (1998: 15) memandang penelitian kualitatif sebagai
proses penelisikan dan eksplorasi permasalah sosial. Dalam penelitian kualitatif,
peneliti menggambarkan fenomena secara menyeluruh (holistik), menganalisis
kata-kata, melaporkan tinjauan mengenai informan secara rinci, dan melakukan
penelitiannya dalam setting alamiah.
Metode penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri antara lain: (1) menggunakan

latar ilmiah (natural setting); (2) peneliti sebagai instrumen kunci (key
instrument); (3) data yang dikumpulkan berupa kata-kata atau gambaran sesuatu
bukan berupa angka-angka; dan (4) data dianalisis secara induktif, artinya data
dikaji melalui proses yang berlangsung dari fakta (data) ke teori (Moleong, 2001).
Dengan menggunakan metode ini fokus kajian akan lebih mudah dieksplor
dan perubahan-perubahan bunyi yang terjadi ketika anak DS melafalkan kata akan
lebih mudah diteliti karena metode penelitian kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor, 1975 dalam
Basrowi dan Suwandi, 2008: 21).
Laili Rahmatul Fajri, 2014
PERUBAHAN FONOLOGIS KONSONAN BILABIAL DAN APIKOALVEOLAR PADA ANAK DOWN
SYNDROME
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini juga bersifat deskriptif yaitu menjelaskan gambaran
perubahan bunyi segmental anak DS ketika memproduksi kata bahasa Indonesia.
Ini terkait dengan karakteristik penelitian deskritif menurut Furchan (2004) yaitu
(1) cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah
secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara cermat. (2)

tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan (3) tidak adanya uji
hipotesis. Hermawan Wasito (1992:10) menyebutkan bahwa penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah
dan keadaan sebagaimana adanya sesuai fakta.
Selain bersifat deskriptif, jenis penelitian ini merupakan studi kasus. Studi
kasus adalah penelitian yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan
terperinci dan memiliki pengambilan data yang mendalam. Beberapa macam
kasus yang diteliti berupa program, peristiwa, aktivitas, ataupun individu. Data
dari studi kasus pun diperoleh dari observasi dan dokumentasi yang sebagaimana
prosedur perolehan data penelitian kualitatif (Rahardjo, 2011).
3.2 Sumber Data
Sumber data untuk penelitian ini adalah korpus berupa transkripsi fonetis atas
perubahan bunyi konsonan bilabial dan apikoalveolar anak DS ketika melafalkan
kata Indonesia. Pembahasan detail mengenai korpus penelitian dijelaskan pada
subbab selanjutnya.
3.2.1 Korpus
Penelitian yang berkaitan dengan bahasa pada hakikatnya merupakan bagian dari
penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah seperti yang dikatakan Kerlinger (1990:17)
adalah penelitian yang sistemis, terkontrol, empiris dan kritis tentang fenomenafenomena alami dengan dipandu oleh teori dan hipotesis-hipotesis tentang
hubungan yang dikira terdapat antara fenomena-fenomena itu. Berdasarkan

batasan penelitian ilmiah ini, maka penelitian bahasa adalah penelitian yang
sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap objek sasaran berupa bunyi
Laili Rahmatul Fajri, 2014
PERUBAHAN FONOLOGIS KONSONAN BILABIAL DAN APIKOALVEOLAR PADA ANAK DOWN
SYNDROME
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tutur (Mahsun, 2000:1). Penelitian ini membahas pelafalan anak DS berupa
perubahan-perubahan bunyi yang terjadi ketika mereka melafalkan kata bahasa
Indonesia.
Transkripsi fonetis atas pelafalan bunyi konsonan bilabial dan apikoalveolar
pada kata bahasa Indonesia anak DS tersebut sebagai data primer, serta data-data
mengenai informan baik secara medis, akademis, dan kesehariannya sebagai data
sekunder.
Korpus ini didapat melalui beberapa kali pengambilan data. Ini dilakukan
untuk mendapatkan keajegan dari pelafalan anak DS selama penelitian hingga
terkumpullah transkripsi-transkripsi fonetis atas pelafalan bunyi konsonan bilabial
dan apikoalveolar anak DS pada kata bahasa Indonesia yang mengalami proses
perubahan bunyi.
3.3


Informan Penelitian

Informan penelitian adalah dua anak DS berumur sembilan dan sepuluh tahun
yang selanjutnya informan satu disebut dengan R1 dan informan dua dengan R2.
R1 mulai belajar di SLBN Cileunyi semenjak umur tujuh tahun. Ayahnya bekerja
sebagai wirausaha sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga, dan R1
merupakan anak tunggal. R1 memiliki kemampuan yang berada pada taraf
retardasi mental sedang. Artinya kemampuannya dibawah rata-rata anak
sebayanya. Usia kalender R1 adalah sembilan tahun tapi usia kemampuannya
setara dengan anak berumur dua tahun. R1 kesulitan dalam melafalkan bunyi [b],
[m], [t], [d], dan [r] sehingga sering melakukan kesalahan pelafalan ketika
memproduksi bunyi-bunyi tersebut. Tidak ada pengulangan dan perpanjangan
ketika berbicara. Untuk hubungan sosial, R1 dapat bergaul dengan teman
sekelasnya, dengan orang yang baru kenal pun R1 bisa berinteraksi dengan baik
hanya saja R1 pasif dan malas.
R2 adalah anak penyandang DS berusia sepuluh tahun yang merupakan
anak ke-2 dari dua bersaudara. R2 mulai bersekolah di SLBN Cileunyi pada tahun
Laili Rahmatul Fajri, 2014
PERUBAHAN FONOLOGIS KONSONAN BILABIAL DAN APIKOALVEOLAR PADA ANAK DOWN

SYNDROME
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2012 ketika berumur delapan tahun. Ayahnya adalah POLRI dan ibunya seorang
ibu rumah tangga. Kemampuan R2 yang sudah dimiliki adalah memiliki
pembendaharaan kata gambar dan dapat menyebutkan beberapa nama benda yang
ada di lingkungan sekitar meskipun pelafalannya belum jelas. Kesalahan pelafalan
yang sering dilakukakan oleh R2 adalah dalam melafalkan bunyi [b], [m], [d], [n],
[l], dan [r]. Selain itu ketika R2 berbicara terdengar monoton dan datar. Tidak ada
perpanjangan suku kata, kata maupun kalimat. Kesalahan-kesalahan ini
disebabkan R2 memiliki kelainan perkembangan mental intelektual yang tidak
sesuai dengan perkembangan usianya. Meskipun demikian, R2 adalah anak yang
aktif, mampu berinteraksi dan bersosialisasi meskipun dengan orang yang baru ia
kenal.
Pemilihan informan ini berdasarkan atas amatan, apakah termasuk ke dalam
kualifikasi sampel atau tidak dan direkomendasikan oleh guru kelas untuk
menjadi informan dalam penelitian ini. Kualifikasi sampel terdiri dari tiga
kualifikasi yaitu pertama adalah anak DS yang telah didiagnosa memiliki
kesalahan pelafalan dalam produksi kata karena dislogia yaitu suatu bentuk
kelainan dimana perkembangan mental intelektual tidak sesuai dengan

perkembangan anak yang berdampak pada gangguan bahasa dan bicara. Kedua,
termasuk anak DS yang tingkat mental retardasinya sedang. Kemudian ketiga,
kedua sampel tumbuh dan berkembang secara alamiah belum dikenai terapi
wicara atau metode lain untuk melatih kesalahan pelafalannya. Sedangkan untuk
jumlah informan bergantung pada kesanggupan informan.
3.4

Prosedur Pengumpulan Data

Langkah yang sangat penting dalam penelitian adalah pengumpulan data karena
langkah ini merupakan bagian dari penelitian untuk memperoleh data yang
diperlukan. Peneliti

dituntut

terampil

dalam mengumpulkan data agar

mendapatkan data yang valid. Penelitian ini menggunakan tiga prosedur

pengumpulan data, yaitu (1) observasi, (2) wawancara, dan (3) tes pelafalan kata.
1.4.1 Observasi
Laili Rahmatul Fajri, 2014
PERUBAHAN FONOLOGIS KONSONAN BILABIAL DAN APIKOALVEOLAR PADA ANAK DOWN
SYNDROME
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung
tingkah laku anak pada saat berujar (Djardjowidjojo, 2005). Observasi yang
digunakan adalah observasi libat cakap atau partisipan. Metode cakap ini
memiliki teknik dasar berupa teknik pancing atau stimulasi yang diberikan
peneliti pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan
(Mahsun, 2013: 95). Pada pelaksanaannya, teknik stimulasi yang diberikan adalah
tes pelafalan kata. Tes ini sangat efektif dalam menstimulus pelafalan dan variasi
pelafalan yang dituturkan informan.
Untuk membantu dalam melakukan pengamatan terhadap variasi pelafalan
yang diujarkan oleh anak DS maka penulis mengumpulkan data melalui metode
rekam dan catat. Metode ini dilakukan untuk membantu penulis mengumpulkan
data yang berupa ujaran dari informan yang nantinya data rekaman tersebut
ditranskripsikan dalam bentuk tulisan yang kemudian dianalisis. Instrumen yang

digunakan dalam metode rekam ini adalah alat rekam yang fungsinya untuk alat
bantu mengingat pelafalan informan.
3.4.2 Wawancara
Penelitian ini menggunakan wawancara alamiah tanpa naskah wawancara yang
dilakukan kepada orang tua informan dan guru pembimbing di sekolah. Hal ini
dilakukan untuk mendapat keterangan yang seobjektif mungkin dan memperoleh
data secara jelas dan konkret tentang perilaku kebiasaan dan perkembangan
bahasa informan.
3.4.3 Tes Pelafalan Kata
Tes ini adalah tes pelafalan yang diberikan kepada anak DS berupa daftar kata
berdasarkan cara artikulasi, tempat artikulasi, dan posisi kata. Lebih spesifiknya,
daftar kata ini terdiri dari 280 kata yang terdiri dari 264 kata benda, 13 kata kerja,
dan 3 kata sifat. Jumlah kata ini selain karena keterbatasan waktu, merujuk pula
pada perkiraan bahwa anak umur 2;0 atau lebih telah menguasai 200-300 kata
(lihat Barret, 1995 dalam Dardjowidjojo, 2008:258). Jumlah demikian diyakini
sudah bisa mengungkap kecenderungan-kecenderungan kesalahan pelafalan anak
DS ketika melafalkan konsonan bilabial dan apikoalveolar. Sedangkan untuk
Laili Rahmatul Fajri, 2014
PERUBAHAN FONOLOGIS KONSONAN BILABIAL DAN APIKOALVEOLAR PADA ANAK DOWN
SYNDROME

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

proporsi kata benda yang lebih banyak merujuk pada hasil penelitian yang
dilakukan Dardjowidjojo terhadap jenis kata yang dikuasai oleh cucunya selama
lima tahun (Dardjowidjojo, 2008:259) bahwa frekuensi kemunculan nomina (ratarata 49%) menduduki posisi paling atas daripada verba (rata-rata 29%), dan
ajektifa (13%).
Berikut adalah tabel pelafalan yang digunakan sebagai lembar pengamatan
yang meliputi (1) tempat artikulasi, (2) cara artikulasi, (3) posisi konsonan pada

/m/

Nasal

4.

/d/

5.

/t/


Hambat
(letup)

6.
7.
8.

Bilabial

Apikoalveolar

/n/
/l/
/r/

Nasal
Sampingan
(lateral)
Getar (tril)


Ada

Tidak

Perubahan
Fonologis
Ada

Tidak

Transkripsi
Fonetis

3.

awal
tengah
akhir

2.

Perubahan
Fonologis

R2
Transkripsi
Fonetis

Posisi Konsonan
pada Kata

/p/

Hambat
(letup)

1.

R1
Transkripsi
Fonemis

Cara Artikulasi

/b/

No.

Daerah
Artikulasi

Fonem Konsonan

kata, (4) transkripsi grafemis, dan (5) transkripsi fonetis penutur.

awal
tengah
akhir

Tabel 3.1 Instrumen pelafalan konsonan bilabial dan apikoalveolar anak DS

Keterangan:
Ada perubahan fonologis = ada kesalahan pelafalan konsonan bilabial dan apikoalveolar
Tidak ada perubahan fonologis = tidak ada kesalahan pelafalan konsonan bilabial dan
apikoalveolar

Dalam pelaksanaannya, peneliti mengujarkan beberapa daftar kata bahasa
Indonesia yang sudah disiapkan dengan pelafalan yang benar kemudian dilafalkan
ulang oleh informan dan proses ini dilakukan berulang-ulang atau dilatih setiap
kali dengan penuh kesabaran. Tes ini digunakan untuk mengetahui realisasi gejala
variasi pelafalan seperti perubahan atau penambahan bunyi pada daftar kata
bahasa Indonesia yang dilafalkan anak DS.
3. 5

Tempat dan Waktu Penelitian

Laili Rahmatul Fajri, 2014
PERUBAHAN FONOLOGIS KONSONAN BILABIAL DAN APIKOALVEOLAR PADA ANAK DOWN
SYNDROME
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini dilakukan di SLBN Cileunyi Bandung Jl. Pandanwangi Cibiru Indah
III, Desa Cibiru Wetan Cileunyi, Kabupaten Bandung. SLBN Cileunyi ini
merupakan sekolah yang dijadikan koordinator wilayah administratif bagi gugus
yang berada di wilayah Timur dan Selatan Kabupaten Bandung. Sekolah ini tidak
mengkhususkan pada satu jenis anak berkebutuhan khusus tetapi tetap berupaya
untuk mengakomodir semua kebutuhan pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Januari sampai dengan Juni
2014. Dalam kurun waktu enam bulan itu informan diobservasi saat belajar
dikelas, berkomunikasi dengan teman kelas, guru, dan orang tua serta kegiatankegiatan selama di lingkungan sekolah. Tes pelafalan dilakukan setiap tiga hari
dalam seminggu dan menambahkan gambar pada kata benda yang akan diteskan.
Ini dilakukan untuk mengurangi rasa bosan informan ketika dilakukan tes. Guru
pendamping informan sangat bekerjasama dengan peneliti sehingga memberikan
waktu yang leluasa selama penelitian. Waktu tes penelitian ini dilakukan pukul
09.00 – 11.00. Selama kegiatan tes, diterapkan kegiatan bermain, bernyanyi, dan
mewarnai agar informan tidak merasa bosan atau jenuh sehingga mereka dapat
mengikuti tes ini dengan baik.
3.6

Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data diarahkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Dalam analisis data langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.
3.6.1 Analisis Tuturan Anak DS dalam Melafalkan Konsonan Bilabial dan
Apikoalveolar
Data yang telah terkumpul kemudian ditelaah untuk mencari tuturan anak DS
yang mengalami perubahan fonologis dalam pelafalan bunyi konsonan bilabial
dan apikoalveolar. Tuturan Anak DS terkait dengan kemampuan dan
ketidakmampuan mereka dalam melafalkan kata yang terdiri dari bunyi konsonan
bilabial dan apikoalveolar pada posisi awal, tengah, dan akhir. Untuk melihat
kemampuan dan ketidakmampuan ini, dilakukan perhitungan rata-rata terhadap
tanggapan tiga pembanding dalam tuturan anak DS yang indikatornya
Laili Rahmatul Fajri, 2014
PERUBAHAN FONOLOGIS KONSONAN BILABIAL DAN APIKOALVEOLAR PADA ANAK DOWN
SYNDROME
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diklasifikasikan kepada empat kategori yaitu sangat akurat (SA), akurat (A), tidak
akurat (TA), dan sangat tidak akurat (STA). Berikut tabel skor setiap kategori
dengan mengacu pada skala pelafalan Djiwandono (2008:83).

Empat Indikator Penilaian
Pilihan Penilaian

Skor

Sangat Akurat
Akurat
Tidak Akurat
Sangat Tidak Akurat

4
3
2
1

Tabel 3.2 Penskoran pelafalan kata

Penjelasan setiap indikator yang diamati adalah (1) sangat akurat (SA) yaitu
pelafalan amat baik dan amat jelas, (2) akurat (A) yaitu pelafalan baik dan jelas,
(3) tidak akurat (TA) yaitu pelafalan kurang baik dan kurang jelas, dan (4) sangat
tidak akurat (STA) yaitu pelafalan tidak baik dan tidak jelas. Untuk mendapatkan
skala tingkat kemampuan pelafalan anak DS dalam penelitian ini menggunakan
persentase kesalahan terhadap jumlah keseluruhan fonem yang dilafalkan.
Nilai kemampuan (%) =



� �ℎ�
∑ �

� ��

x 100%

Setelah mendapatkan skor kemampuan yang didapat anak DS dalam
melafalkan konsonan bilabial dan apikoalveolar kemudian ditentukan interpretasi
persentase kelompok kemampuan informan sebagai berikut.
0

25%
SA

51%
A

76%
TA

100%

STA
(Riduwan, 2009)

Tahap selanjutnya adalah pengklasifikasian data. Tahap ini dibagi atas dua
tahap pengklasifikasian. Pertama, pengklasifikasian berdasar kemampuan
Laili Rahmatul Fajri, 2014
PERUBAHAN FONOLOGIS KONSONAN BILABIAL DAN APIKOALVEOLAR PADA ANAK DOWN
SYNDROME
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelafalan dan

kedua, pengklasifikasian berdasar ketidakmampuan baik pada

posisi awal, tengah, dan akhir kata. Kemudian data-data yang sudah
diklasifikasikan dianalisis dan dideskripsikan dengan penganalisisan fonologis
Chaer (2013). Untuk mendapatkan pola kemampuan dan ketidakmampuan
menggunakan pola fonotaktik dan notasi kemampuan dan ketidakmampuan yang
diadopsi dari O’Grady et al. (1996:105).

3.6.2 Analisis Pola Perubahan Anak DS dalam Melafalkan Konsonan Bilabial
dan Apikoalveolar Berdasakan Tipe Perubahan Bunyi
Langkah 3.6.2 ini dilakukan untuk mengetahui pola ketidakmampuan pelafalan
konsonan bilabial dan apikoalveolar berdasarkan teori perubahan bunyi yang
diadopsi dari teori Crowley (1992). Selain pemaparan hasil analisis data
berdasarkan teori, dideskripsikan pula proses pengucapan yang dilakukan
informan. Misalnya penghilangan fonem [p] pada kata dianalisis
berdasarkan posisi pada kata dan struktur silabel (Dardjowidjojo, 2008:42)
disertai dengan cara proses produksinya. Setelah mengetahui letak penghilangan
fonem lalu diklasifikasikan berdasarkan teori Crowley (1992).

Laili Rahmatul Fajri, 2014
PERUBAHAN FONOLOGIS KONSONAN BILABIAL DAN APIKOALVEOLAR PADA ANAK DOWN
SYNDROME
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Laili Rahmatul Fajri, 2014
PERUBAHAN FONOLOGIS KONSONAN BILABIAL DAN APIKOALVEOLAR PADA ANAK DOWN
SYNDROME
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu