Penetapan Kadar Domperidone dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Domperidone
Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan
buku Martindale (Sweetman, 2009) sediaan tablet domperidone merupakan sediaan
yang mengandung domperidone maleat.
2.1.1 Uraian Bahan
Menurut European Pharmacopoeia (European Directorate for the Quality
of Medicine , 2005), uraian tentang domperidone maleat adalah sebagai berikut :
H
N

O

N
Cl

HN
N

N


O

Rumus molekul : C22H24ClN5O2 . C4H4O4
Berat molekul

: 542

Sinonim

: Dompéridone,

maléate

Domperidonimaleaatti;
maleát;

de;

Domperidoni


Domperidonmaleat;

Domperidon-maleinát;

maleas;

Domperidon-

Domperidono

maleatas;

Maleato de domperidona.
Pemerian

: Serbuk putih atau hampir putih.

Kelarutan


: Domperidone sangat sedikit larut dalam air, sedikit larut dalam
dimetilformamida, sedikit larut dalam metanol, dan sangat
sedikit larut dalam etanol

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Khasiat
Domperidone termasuk obat antagonis dopamin yang manfaat dan
fungsinya sama seperti metoklopramid. Obat ini digunakan sebagai obat
antiemetik untuk penggunaan jangka pendek dari mual dan muntah akibat dari
berbagai macam sebab. Obat ini tidak cocok pada penggunaan mual dan muntah
kronis, dan tidak dapat digunakan untuk mencegah mual rutin setelah
pembedahan. Domperidone yang mempunyai khasiat sebagai prokinetik
digunakan pada pengobatan penyakit gangguan pencernaan. Domperidone
dianjurkan pada terapi tukak lambung dan pada reflux-oesophagitis. Pada
penggunaannya dengan paracetamol, domperidone dapat digunakan pada
pengobatan gejala migrain (Sweetman, 2009; McQuaid, 2010; Tan dan Rahardja,
2007).
2.1.3 Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan berupa kejang-kejang usus sementara dan

reaksi alergi kulit (Tan dan Rahardja, 2007).
2.1.4 Dosis
Untuk pengobatan mual dan muntah domperidone dapat diberikan dalam
dosis oral 10 sampai 20 mg tiga atau empat kali sehari sampai dosis harian
maksimum 80 mg atau dapat diberikan secara rektal dalam dosis 60 mg dua kali
sehari. Untuk dosis pada anak-anak tiga atau empat kali sehari dosis 0,3 mg/kg.
Pada pengobatan migrain, domperidone dosis 20 mg diberikan secara oral dengan
parasetamol hingga maksimal 4 dosis dalam 24 jam (Sweetman, 2009; Tan dan
Rahardja, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet
2.2.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara
radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang
sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet,
cahaya tampak, inframerah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang
untuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm,
daerah inframerah dekat 780-3000 nm, dan daerah inframerah 2,5 - 40 μm atau

4000-250 cm-1 (Ditjen POM, 1995).
Spektrofotometer Ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400
nm. Spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak biasanya digunakan untuk
molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum ultraviolet
dan sinar tampak mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi
tentang struktur yang bisa didapat dari spektrum ini. Tetapi spektrum tersebut
berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi analit di dalam larutan
bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan Hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004)
Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk
terjadinya transisi elektronik. Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan
energi molekuler dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi.
Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul
tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai. Interaksi
antara molekul dengan radiasi elektromagnetik ini akan meningkatkan energi
potensial elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Apabila pada molekul

Universitas Sumatera Utara

yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada satu macam gugus yang

terdapat pada molekul, maka hanya akan terjadi satu absorpsi yang merupakan
pita spektrum. Terjadinya dua atau lebih pita spektrum diberikan oleh molekul
dengan struktur yang lebih kompleks karena terjadi beberapa transisi sehingga
mempunyai lebih dari satu panjang gelombang (Gandjar dan Rohman, 2007).
Gugus fungsi yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dan daerah
tampak disebut gugus kromofor dan hampir semua gugus ini mempunyai ikatan
tak jenuh. Pada kromofor jenis ini transisi terjadi dari π→ π*, yang menyerap
pada panjang gelombang maksimum kecil dari 200 nm, misalnya pada >C=C<
dan –C ≡ C–. Kromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem yang mengandung
elektron π pada orbital molekulnya. Untuk senyawa yang mempunyai sistem
konyugasi, perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi
lebih kecil sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar
(Dachriyanus, 2004).
Gugus fungsi seperti –OH, -O, -NH2, dan –OCH3 yang mempunyai
elektron-elektron valensi bukan ikatan (memberikan transisi n→ π* ) disebut
gugus auksokrom. Gugus ini adalah gugus yang tidak dapat menyerap radiasi
ultraviolet, tetapi apabila gugus ini terikat pada gugus kromofor mengakibatkan
pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih besar (pergeseran batokromik)
dengan intensitas yang lebih kuat. Efek hipsokromik adalah suatu pergeseran pita
serapan ke panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali terjadi bila muatan

positif dimasukkan ke dalam molekul dan bila pelarut berubah dari non polar ke
pelarut polar (Dachriyanus 2004; Gandjar dan Rohman, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Gandjar dan Rohman (2007) Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam analisis spektrofotometri ultraviolet:
a. Pemilihan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang

gelombang

dimana

terjadi

serapan

maksimum.


Untuk

memperoleh panjang gelombang maksimum, dilakukan dengan membuat
kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu
larutan baku pada konsentrasi tertentu.
b. Pembuatan kurva kalibrasi
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi.

Masing-masing

absorbansi

larutan

dengan

berbagai


konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan
antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi
maka kurva kalibrasi merupakan garis lurus.
c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Pada pengukuran sampel, absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer
hendaknya antara 0,2 - 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada
kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah
paling minimal.
2.2.2 Hukum Lambert-Beer
Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel
yang disinari. Menurut Hukum Beer, serapan berbanding lurus dengan
konsentrasi, ini berlaku untuk radiasi monokromatis dalam larutan yang sangat
encer. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert-Beer,

Universitas Sumatera Utara

sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan
ketebalan sel, yang dapat ditulis dengan persamaan :
A= a.b.c (g/liter) atau A= ε. b. c (mol/liter)
Dimana : A = serapan (tanpa satuan)

a = absorptivitas (g-1 cm-1)
b = ketebalan sel (cm)
c = konsentrasi (g l-1)
ε = absorptivitas molar (M-1 cm-1)
Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri
dimana konsentrasi dapat dihitung berdasarkan rumus di atas. Absorptivitas (a)
merupakan konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet, dan
intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada
suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), absorptivitas spesifik juga sering
digunakan untuk menggantikan absorptivitas. Absorptivitas spesifik adalah
serapan yang dihasilkan oleh larutan 1% (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm,
sehingga dapat diperoleh persamaan:
A = A11 . b. c
Dimana :

A = Serapan
A11 = absorptivitas spesifik
b = ketebalan sel (cm)

c = konsentrasi senyawa terlarut (g/100 ml larutan)

2.2.3 Penggunaan Spektofotometri Ultraviolet
Pada umumnya spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif.

Universitas Sumatera Utara

1. Analisis kualitatif
Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya radiasi
yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik
yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (atau
panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang terjadi
untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama
sehingga spektrum absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spektrum dapat
digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif
(Gandjar dan Rohman, 2007).
2. Analisis kuantitatif
Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet adalah dalam analisis
kuantitatif. Apabila dalam alur spektrofotometer terdapat senyawa yang
mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai
detektor. Parameter kekuatan energi radiasi yang diabsorpsi oleh molekul adalah
absorban (A) yang dalam batas konsentrasi tertentu nilainya sebanding dengan
banyaknya

molekul

yang

mengabsorpsi

radiasi.

Senyawa

yang

tidak

mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak dapat juga ditentukan dengan
spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak, apabila ada reaksi kimia yang dapat
mengubahnya menjadi kromofor atau dapat disambungkan dengan suatu pereaksi
kromofor (Satiadarma dkk, 2004).
Analisis kuantitatif secara spektrofotometri ultraviolet dapat dilakukan
dengan metode regresi dan pendekatan.

Universitas Sumatera Utara

1. Metode Regresi
Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan menggunakan
persamaan regresi yang didasarkan pada harga serapan dan konsentrasi
standar yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit
menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat
memberikan serapan yang linier, kemudian diplot menghasilkan suatu
kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi. Konsentrasi suatu sampel
dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut. (Sitorus, 2009)
2. Metode Pendekatan
Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan
serapan standar yang konsentrasinya diketahui dengan serapan sampel.
Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui rumus perbandingan C = As.
Cb / Ab dimana As = serapan sampel, Ab = serapan standar, Cb =
konsentrasi standar, dan C = konsentrasi sampel (Holme dan Peck, 1983;
Sitorus, 2009).
2.2.4 Instrument Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau serapan
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini terdiri dari
spektrofotometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorpsi (Khopkar, 1983).
Menurut Khopkar (1983) suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum, monokromator, sel pengabsorpsi dan detektor.

Universitas Sumatera Utara

1. Sumber Radiasi
Sumber radiasi yang biasa digunakan adalah lampu wolfram, tetapi untuk
daerah ultraviolet digunakan lampu hidrogen atau lampu deutrium pada
panjang gelombang 200-400 nm, sementara lampu halogen atau lampu
tungsten digunakan untuk daerah sinar tampak pada panjang gelombang
400-800 nm.
2. Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sumber radiasi sinar yang monokromatis.
Alatnya berupa prisma ataupun grating, untuk mengarahkan sinar
monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian dapar digunakan.
3. Sel Absorpsi (kuvet)
Pada pengukuran didaerah sinar tampak, kuvet kaca dapat digunakan,
tetapi untuk pengukuran pada daerah ultraviolet digunakan sel kuarsa
karena tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvet 1 cm.
4. Detektor
Peranan detektor adalah memberikan respon terhadap radiasi pada
berbagai panjang gelombang.
Blok diagram komponen spektrofotometer adalah sebagai berikut :

Sumber
Radiasi

Monokromator

Sel
Absorbsi

Detektor

Pembacaan/
pengamatan

Universitas Sumatera Utara

2.3 Validasi
Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu,
berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter
tersebut memenuhi persyaratan penggunaannya (Harmita, 2004).
Menurut Harmita (2004) Beberapa parameter analisis yang ditentukan
pada validasi metode adalah :
1. Kecermatan (Akurasi)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analisis dengan kadar analit sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Untuk mencapai
kecermatan yang tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang
telah dikalibrasi, menggunakan pelarut dan pereaksi yang baik, pengontrolan
suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur.
2. Keseksamaan (Presisi)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian
antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari
rata-rata jika prosedur ditetapkan secara berulang pada sampel-sampel yang
diambil dari campuran yang homogen. Keseksamaan diukur sebagai
simpangan

baku

atau

simpangan

baku

relatif

(koefisien

variasi).

Keseksamaan dapat dinyatakan aebagai keterulangan atau ketertiruan dari
prosedur analisis.

3. Selektifitas (Spesifisitas)
Selektifitas

(Spesifisitas)

adalah

kemampuannya

yang

hanya

mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya

Universitas Sumatera Utara

komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektifitas
seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias)
metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang
ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing
lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis yang tidak mengandung
bahan lain yang ditambahkan.
4. Limit Deteksi
Limit (batas) deteksi bahan jumlah terkecil analit dalam sampel yang
dapat dideteksi yang masih memberi respon signifikan dibandingkan dengan
blanko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas.
5. Linieritas dan Rentang
Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan
respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik
yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang
metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah
ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linieritas
yang dapat diterima.

Universitas Sumatera Utara