Penetapan Kadar Ketoprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet

(1)

PENETAPAN KADAR KETOPROFEN DALAM SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

SKRIPSI

Oleh :

RINI JUWITA SILALAHI

NIM 071524057

PROGRAM FARMASI EKSTENSI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

BAHAN SEMINAR

PENETAPAN KADAR KETOPROFEN DALAM

SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI

ULTRAVIOLET

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana

Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

RINI JUWITA SILALAHI

NIM : 071524057

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR KETOPROFEN DALAM SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

OLEH :

RINI JUWITA SILALAHI 071524057

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Pembimbing I, Panitia Penguji,

( Drs. Nurmadjuzita, MSi., Apt. ) (Drs.Muchlisyam, M.Si.,Apt.) NIP.194809041974122001 NIP. 19520041982051002

Pembimbing II, ( Drs. Nurmadjuzita, MSi., Apt. ) NIP.194809041974122001

(Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si.,Apt.)

NIP. 19520041980031002 (Drs. Syafruddin, Msi., Apt)

NIP. 1952004198041002

(Dra. Salbiah,. Msi, Apt) NIP.194809031982122001

Dekan

( Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Terimakasih dan rasa hormat yang besar kepada Ayahanda A. Silalahi dan Ibunda S. Sinaga SPd serta dua adik saya Rani Yustika Silalahi dan Reynaldo Silalahi, yang selalu mendukung, memberi semangat, dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan studi serta kesuksesan penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Nurmadjuzita MSi., Apt. dan Bapak DRS. FATHUR RAHMAN HARUN, MSi., Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dekan dan para pembantu Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan.

3. Bapak Drs.Kasmirul Ramlan Sinaga, MSi., Apt., selaku penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

4. Bapak dan Ibu pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis hingga menyelesaikan pendidikan

5. Bapak Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif beserta staf yang telah banyak memberikan fasilitas dan bantuan selama penelitian.


(5)

6. Teman-teman mahasiswa/I Fakultas Farmasi khususnya Extensi 2007 yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis selama perkuliahan maupun pendidikan hingga selesainya pendidikan.

Semoga Tuhan selalu melindungi dan melimpahkan rahmatnya kepada kita semua. Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang Farmasi.

Medan, Maret 2010 Penulis


(6)

Penetapan Kadar Ketoprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet

Abstrak

Tablet ketoprofen merupakan salah satu sediaan obat yang digunakan sebagai analgetika. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar ketoprofen dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran apakah memenuhi persyaratan yang ditentukan Farmakope Indonesia Edisi IV.

Metode yang digunakan pada penetapan kadar ketoprofen dalam sediaan tablet yaitu secara spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut natrium hidroksida, pada panjang gelombang 260 nm. Metode ini memberikan hasil uji akurasi dan presisi yang dapat diterima.

Hasil penetapan kadar dari tablet generik dan nama dagang diperoleh, untuk tablet ketoprofen generik (PT. Hexpharm Jaya) sebesar 99,78 %±0,44%, tablet Kaltrofen (Kalbe Farma) 99,86 %±0,31 %, Nasaflam (Fahreinheit) 100,37 %±0,41%, Pronalges (Dexa Medica) 100,02 %±0,26%, Profenid (Rhone Poulenc) 100,14 %±0,55 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar ketoprofen dalam sediaan tablet generik dan nama dagang memenuhi standar persyaratan tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) yaitu tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih dari 100,5 % dari jumlah yang tertera pada etiket.


(7)

Determination of Ketoprofen in The Tablet Using by Ultraviolet Spectrophotometry

Abstract

Ketoprofen is a non steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) with analgesic, anti-inflammatory, antipyretic action. The purpose of this research was used to determine ketoprofen in the tablet which circulate in the general whether it requirement in The Farmakope Indonesia Edisi IV.

The method used to determining tablet of ketoprofen was done by ultraviolet spectrophotometry using sodium hydroxide as a solvent at wavelength 260 nm. This method give the acceptable result based on parameter accuracy and precision.

Based on quantitive determination of ketoprofen in generic and branded name tablet; the generic (PT. Hexpharm Jaya) was 99,78 % ± 0,44 % and branded name; Kalbe Farma was 99,86 %±0,31 %, Fahreinheit was 100,37 %±0,41%, Dexa Medica was 100,02% ±0,26%, and Rhone Poulenc was 100,14 %±0,55 %.

The result of research indicate that determining ketoprofen in the generic tablet and branded name was fulfilled requirement of The Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), not less than 98,5 % and not more than 100,5 % of the labelled amount.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...2

1.3 Hipotesis ...3

1.4 Tujuan Peneliitian ...3

BAB II. METODOLOGI PENELITIAN...4

2.1. Alat-Alat ...4

2.2. Bahan-Bahan...4

2.3. Metode Penelitian ...4

2.3.1 Teknik Pengambilan Sampel ...4

2.3.2 Pembuatan Pereaksi ...5

2.4. Penetapan Kadar Bahan Baku Ketoprofen ...5

2.4.1. Pembuatan Larutan Induk BPFI ...5


(9)

2.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi...6

2.4.4 Penentuan Kadar Ketoprofen dalam Sediaan Tablet ...6

2.4.5 Uji Validasi dengan Parameter Akurasi, Presisisi, Batas Deteksi, dan Batas Kuantitasi ...6

2.4.5.1 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali (% recovery)...6

2.4.5.2 Uji Presisi...7

2.4.5.3 Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) ...8

2.4.6 Analisis Data secara Kuantitasi ...8

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ...10

3.1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Ketoprofen BPFI...10

3.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi ...11

3.3. Penentuan Kadar Ketoprofen dalam Sediaan Tablet ...12

3.4. Uji Validasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet ...13

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...15

4.1. Kesimpulan ...15

4.2. Saran ...15

DAFTAR PUSTAKA ...16


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Data Absorbansi Kurva Serapan...11 Tabel 2. Data Kurva Kalibrasi dari Ketoprofen BPFI ...11 Tabel 3. Kadar Rata-rata Persentase dan Kadar Sebenarnya Ketoprofen dalam

Sediaan Tablet ...12 Tabel 4. Kadar Rata-rata Ketoprofen dalam Sediaan Tablet ...12 Tabel 5. Data Hasil Pengujian Perolehan Kembali Ketoprofen dengan Metode


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kurva Serapan Ketoprofen BPFI (konsentrasi 7 mcg/ml) dalam pelarut

NaOH 0,1 N ...10 Gambar 2. Kurva Kalibrasi Ketoprofen BPFI dalam Pelarut NaOH 0,1 N pada panjang gelombang 260 nm ...12


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi Ketoprofen BPFI ...18

Lampiran 2. Data Kadar Ketoprofen dalam Sediaan Tablet...20

Lampiran 3. Perhitungan Statistik Kadar Ketoprofen generik dari PT. Hexpharm Jaya ...20

Lampiran 4. Perhitungan Statistik Kadar Ketoprofen dalam tablet Kaltrofen (PT. Kalbe Farma) ...23

Lampiran 5. Perhitungan Statistik Kadar Ketoprofen dalam tablet Nasaflam (Fahreinheit)...25

Lampiran 6. Perhitungan Statistik Kadar Ketoprofen dalam tablet Pronalges dari (PT. Kalbe Farma) ...26

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Kadar Ketoprofen dalam Tablet Profenid (Rhone Poulenc)...29

Lampiran 8. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran ...32

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Penimbangan Sampel ...33

Lampiran 10. Contoh Perhitungan Persentase (%) Perolehan Kembali ...34

Lampiran 11. Data Hasil Perolehan Kembali Ketoprofen pada Tablet Kaltrofen dengan Metode Penambahan Baku Standar (Standar Addition Method)...36

Lampiran 12.Contoh Perhitungan batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) ...37

Lampiran13.Data Persen Recovery ...38

Lampiran 14. Nilai Distribusi t ...39


(13)

Penetapan Kadar Ketoprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet

Abstrak

Tablet ketoprofen merupakan salah satu sediaan obat yang digunakan sebagai analgetika. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar ketoprofen dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran apakah memenuhi persyaratan yang ditentukan Farmakope Indonesia Edisi IV.

Metode yang digunakan pada penetapan kadar ketoprofen dalam sediaan tablet yaitu secara spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut natrium hidroksida, pada panjang gelombang 260 nm. Metode ini memberikan hasil uji akurasi dan presisi yang dapat diterima.

Hasil penetapan kadar dari tablet generik dan nama dagang diperoleh, untuk tablet ketoprofen generik (PT. Hexpharm Jaya) sebesar 99,78 %±0,44%, tablet Kaltrofen (Kalbe Farma) 99,86 %±0,31 %, Nasaflam (Fahreinheit) 100,37 %±0,41%, Pronalges (Dexa Medica) 100,02 %±0,26%, Profenid (Rhone Poulenc) 100,14 %±0,55 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar ketoprofen dalam sediaan tablet generik dan nama dagang memenuhi standar persyaratan tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) yaitu tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih dari 100,5 % dari jumlah yang tertera pada etiket.


(14)

Determination of Ketoprofen in The Tablet Using by Ultraviolet Spectrophotometry

Abstract

Ketoprofen is a non steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) with analgesic, anti-inflammatory, antipyretic action. The purpose of this research was used to determine ketoprofen in the tablet which circulate in the general whether it requirement in The Farmakope Indonesia Edisi IV.

The method used to determining tablet of ketoprofen was done by ultraviolet spectrophotometry using sodium hydroxide as a solvent at wavelength 260 nm. This method give the acceptable result based on parameter accuracy and precision.

Based on quantitive determination of ketoprofen in generic and branded name tablet; the generic (PT. Hexpharm Jaya) was 99,78 % ± 0,44 % and branded name; Kalbe Farma was 99,86 %±0,31 %, Fahreinheit was 100,37 %±0,41%, Dexa Medica was 100,02% ±0,26%, and Rhone Poulenc was 100,14 %±0,55 %.

The result of research indicate that determining ketoprofen in the generic tablet and branded name was fulfilled requirement of The Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), not less than 98,5 % and not more than 100,5 % of the labelled amount.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan struktur kimianya ketoprofen termasuk obat antiradang bukan steroid turunan asam arilasetat yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai keadaan rematik dan kelainan degeneratif pada sistem otot rangka (Siswandono & Sukarjo, 2000).

Khasiat ketoprofen sama seperti obat-obat AINS yang lain seperti aspirin dalam pengobatan artritis reumatoid dan osteoartritis. Meskipun efek gandanya terhadap prostaglandin dan leukotrien tidak memperlihatkan efek lain yang menjadikannya lebih superior dari obat AINS lain (Katzung, 1998).

Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas obat. Sediaan obat yang berkualitas baik akan mendukung tercapainya efek terapeutik yang diharapkan. Salah satu persyaratan mutu adalah kadar yang dikandung harus memenuhi persyaratan kadar yang tercantum dalam Farmakope Indonesia.

Penentuan kadar bahan baku ketoprofen dapat dilakukan secara titrasi dengan pelarut natrium hidroksida (Farmakope Indonesia Edisi IV dan USP 30), sedangkan penetapan kadar dalam sediaan tabletnya dilakukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, menggunakan fase gerak campuran air; asam posfat dan metanol (450 ml : 0,5 ml: 500 ml), dengan laju alir 1,0 ml / menit. Metode KCKT ini memerlukan alat dan biaya operasional yang relatif mahal serta waktu analisis yang relatif lama.


(16)

Dilihat dari struktur ketoprofen yang mempunyai gugus kromofor, maka senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet. Menurut Moffat, 2004, ketoprofen memiliki serapan maksimum dalam larutan asam pada panjang gelombang 260 nm (A11665a) dan dalam larutan basa pada panjang gelombang 262 nm (A a) sedangkan pada Merck Index ketoprofen memiliki serapan maksimum dalam metanol pada panjang gelombang 255 nm.

647 1 1

Mengingat hal tersebut diatas maka diperlukan metode alternatif yang memerlukan alat dan biaya operasional yang lebih murah serta lebih mudah dalam pelaksanaannya namun masih dapat memberikan hasil dengan akurasi dan presisi yang baik. Adapun metode yang dipilih yaitu secara apektrofotometri ultraviolet. Metode ini memiliki keuntungan antara lain dapat digunakan untuk analisis suatu zat dalam jumlah kecil, pengerjaannya cepat, sederhana, cukup sensitif dan selektif serta mudah dalam interpretasi hasil yang diperoleh.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ketoprofen dalam sediaan tablet dapat ditentukan kadarnya secara spektofotometri ultraviolet?

2. Apakah metode spektrofotometri yang digunakan dapat memenuhi kriteria validasi metode analisis?

1.3 Hipotesis

1. Ketoprofen dalam sediaan tablet dapat ditentukan secara spektrofotometri ultraviolet


(17)

2. Metode spektrofotometri yang digunakan memenuhi kriteria validasi metode analisis

1.4 Tujuan Penelitian

1. Menentukan kadar ketoprofen dalam sediaan tablet menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian sifat 2.1.1 Sifat fisikokimia Rumus Struktur

Rumus molekul : C16H14O3

Nama Kimia : Asam 2-(3-benzoilfenil) propionat (22071)-5(-4) Berat Molekul : 254,3

Pemerian : serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau hampir tidak berbau

Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam eter, praktis tidak larut dalam air.

2.1.2 Farmakologi

Obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama, yang berbeda aktivitas antipiretik, analgesik, dan


(19)

antiinflamasinya. Obat-obat ini terutama bekerja dengan jalan menghambat enzim siklo-oksigenase, tetapi tidak enzim lipoksigenase (Mycek, 2004)

NSAID’s berkhasiat analgetik, antipiretik, antiradang (antiflogistik), dan sering sekali digunakan untuk menghalau gejala penyakit rema. Obat ini efektif untuk peradangan lain akibat trauma (pukulan, benturan, kecelakaan), juga misalnya setelah pembedahan, atau pada memar akibat olahraga (Tjay dan Kirana, 2002)

Secara kimiawi, obat-obat ini biasanya dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: Berdasarkan struktur kimianya obat antiradang bukan steroid dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu turunan salisilat, turunan 5-pirazolidindion, turunan N-arilantranilat, turunan asam arilasetat, turunan heteroarilasetat, turunan oksikam, dan turunan lain. Salah satu turunan asam arilasetat yaitu ketoprofen, digunakan untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai keadaan rematik dan kelainan degeneratif pada sistem otot rangka (Siswandono&Sukarjo, 2000).

Ketoprofen adalah turunan asam propionat yang mempunyai beberapa kemampuan menghambat siklooksigenase dan lipooksigenase. Obat ini cepat diabsorbsi, tetapi waktu paruhnya pendek. Obat ini dimetabolisme secara lengkap di hati, meskipun 90% terikat dengan protein plasma. Obat ini tidak mengubah aktivitas warfarin atau digoksin. Sebaliknya pemberian bersama probenesid akan meningkatkan kadar ketoprofen dan memperpanjang waktu paruh plasmanya. (Katzung,1998).

2.1.3 Efek Samping

Efek samping yang paling umum adalah terhadap saluran cerna, mulai dari dispepsia sampai pendarahan. Juga telah dilaporkan efek samping yang melibatkan susunan saraf pusat, seperti nyeri kepala, tinnitus, dan pusing.(Mycek, 2001)


(20)

2.1.4 Dosis

1-3 kali sehari 25-50 mg. Untuk rema, 2-4 kali sehari 25-5mg, untuk pemakaian suppositoria 2-3 kali sehari 100mg (Tjay dan Kirana, 2002)

2.1.5 Sediaan

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet, cahaya tampak, infra merah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang untuk daerah ultraviolet adalah 190-380nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm, daerah inframerah dekat 780-3000nm, dan daerah inframerah 2,5-4,0 µm atau 4000- 250cm-1.(Ditjen POM, 1995).

Gugus fungsi yang menyerap radisai di daerah ultraviolet dekat dan daerah tampak disebut kromofor dan hamper semua kromofor mempunyai ikatan tak jenuh. Pada kromofor jenis ini transisi terjadi dari π → π*, yang menyerap pada max kecil dari 200nm (tidak terkonyugasi), misalnya pada >C=< dan –C ≡ C-. Kromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem yang mengandung electron π pada orbital molekulnya. Untuk senyawa yang mempunyai system konyugasi, perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar.

Gugus fungsi seperti –OH, -NH2, dan –Cl yang mempunyai electron-elektron valensi bukan ikatan disebut auksokrom yang tidak menyerap radiasi pada panjang gelombang lebih besar dari 200nm, tetapi menyerap kuat pada daerah ultraviolet jauh. Bila suatu auksokrom terikat pada suatu kromofor, maka pita serapan kromofor bergeser


(21)

ke panjang gelombang yang lebih panjang (efek batokromik) dengan intensitas yang lebih kuat. Efek hipsokromik adalah suatu pergeseran pita serapan ke panjang gelombang lebih peendek, yang sering kali terjadi bila muatan positif dimasukkan kedalam molekul dan bila pelarut berubah dari pelarut polar ke non polar. (Dachriyanus, 2004).

Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya radiasi yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (atau panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang dibolehkan (allowed transition) untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga spektrum absorpsinya juga berbeda.Dengan demikian, spectrum dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2007).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri ultraviolet: a. Pemilihan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh panjang gelombang maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

b. Pembuatan kurva kalibrasi

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur,


(22)

kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hokum Lamber- Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi merupakan gsris lurus.

c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut, kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal. (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.2.2 Hukum Lambert-Beer

Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dengan persamaan :

A= a.b.c g/liter atau A= ε. b. c mol/liter Dimana: A = serapan (tanpa dimensi)

a = absorptivitas (g-1cm-1) b = ketebalan sel (cm) c = konsentrasi (g.l-1)

ε = absorptivitas molar (M-1cm-1)

jadi dengan Hukum Lambert-Beer konsentrasi dapat dihitung dari ketebalan sel dan serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut tertentu.


(23)

Menurut Roth dan Blaschke (1981), absorptivitas spesifik juga sering digunakan sebagai ganti absorptivitas. Harga ini, memberikan serapan larutan 1 % (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat diperoleh persamaan:

A = A11. b. c

Dimana : = A11= absorptivitas spesifik (ml g -1cm-1) b = ketebalan sel (cm)

c = konsentrasi senyawa terlarut (g/100ml larutan) 2.2.3 Penggunaan Spektofotometri Ultraviolet

Pada umumnya spektrofotometri ultraviolet digunakan dalam analisis kualitatif sangat terbatas, karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui, tidak memungkinkan.

Penggunannya terbatas pada konfirmasi identitas dengan menggunakan parameter panjang gelombang puncak absorpsi maksimum maksimum, max, nilai absorptivitas, a,

nilai absorptivitas moalr, ε, atau nilai ekstingsi, A1% 1cm, yang spesifik untuk suatu

senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut dan pH tertentu.

Pada zat yang memberikan lebih dari satu puncak absorpsi maksimum, perbandingan absorban pada panjang gelombang puncak I terhadap absorban puncak II merupakan nilai yang konstan yang dapat dipakai untuk karakterisasi (Satiadarma, 2002).

Analisis kuantitatif

Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet adalah dalam analisis kuantitatif. Apabila dalam alur spektrofotometer terdapat senyawa yang mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai detektor. Parameter kekuatan energi


(24)

radiasi khas yang diabsorpsi oleh molekul adalah absorban (A) yang dalam batas konsentrasi rendah nilainya sebanding dengan banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi dan merupakan dasar analisis kuantitatif. Penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai gugus kromofor dan mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar, penggunannya cukup luas. Konsentrasi kerja larutan analit umumnya 10 sampai 20 µg/ ,l, tetapi untuk senyawa yang nilai absorptivitasnya besar dapat diukur pada konsentrasi yang lebih rendah. Senyawa yang tidak mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak dapat juga ditentukan dengan spektrofotometri spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak, apabila ada reaksi kimia yang dapat mengubahnya menjadi kromofor atau dapat disambungkan dengan suatu pereaksi kromofor (Satiadarma, 2004)

Analisis kuantitatif secara spektrofotometri ultraviolet dapat dilakukan dengan metode regresi dan pendekatan.

1. Metode Regresi

Analsis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan menggunakan persamaan regresi yang didasarkan pada harga serapan dan konsentrasi standar yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan yang linier, kemudian diplot menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi. Konsentrasi suatu sampel dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut.

2. Metode Pendekatan

Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan serapan standar yang konsentrasinya diketahui dengan serapan sampel. Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui rumus perbandingan C = As. Cb / Ab dimana As = serapan sampel, Ab


(25)

= serapan standar, Cb = konsentrasi standar, dan C = konsentrasi sampel (Holme dan Peck, 1983).

2.2.4 Peralatan Untuk Spektrofotometri

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau serapan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini terdiri dari spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Khopkar, 1990; Day and Underwood, 1981).

Unsur -unsur terpenting suatu spektrofotometer adalah sebagai berikut:

1. Sumber-sumber lampu; lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara 350- 900 nm.

2. Monokromotor : digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma maupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.

3. Kuvet: Pada pengukuran didaerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Kuvet yang tertutup digunakan untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan yang homogen.


(26)

4. Detektor : Peranan detector penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.

5. suatu amplifier (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat listrik dapat diamati.

6. Sistem pembacaan yang memperlihatkan besarnya isyarat listrik (Khopkar, 1990; Rohman, 2007; Day and Underwood, 1981 ).

2.3 Validasi

Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi, kespesifikan, limit deteksi, limit kuantitasi, kelinieran dan rentang.

Akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan dan dapat ditentukan melalui dua cara yaitu metode simulasi dan metode penambahan bahan baku (spiked placebo recovery) dan metode penambahan bahan baku (standard addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni (senyawa pembanding kimia) ditambahkan kedalam campuran bahan sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar standar yang ditambahkan (kadar sebenarnya). Dalam metode adisi (penambahan bahan baku ), sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan kedalam sampel, dicampur dan dianalisis kembali. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang diharapkan). Dalam


(27)

kedua metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya.

% Perolehan Kembali = x100%

C B A

Keterangan : A = Konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku

B = Konsentrasi sampel sebelum penambahan baku C = Konsentrasi baku yang ditambahkan

Presisi (keseksamaan) adalah derajat kesesuain diantara masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada sejumlah cuplikan yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai deviasi standar atau deviasi standar relative (koefisien variasi). Presisi dapat diartika pula sebagai derajat reprodusibilitas (ketertiruan) atau repeatabilitas (keterulangan).

Batas deteksi adalah nilai parameter , yaitu konsentrasi analit terendah yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Batas deteksi =

Slope xSB

3

Batas kuantitasi adalah jumlah analit terkecil dalam sampel yang masih dapat diukur dalam kondisi percobaan yang sama dan memenuhi kriteria ceermat dan seksama.

Batas Kuantitasi =

Slope xSB


(28)

Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara secara matematika, proporsional dengan konsentrasi analitt dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu.

Rentang suatu metode analisis adalah interval antara batas konsentrasi tertinggi dan konsentrasi terendah analit yang dapat ditentukan dengan presisi, akurasi dan kelinieran (satiadarma, 2004; WHO, 1992)


(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2.1 Alat-alat

Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, spektrofotometer ultraviolet (UV mini 1240 Shimadzu) dan neraca analitik (Vibra AJ).

2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ketoprofen BPFI, natrium hidroksida (Merck), akuades (Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi USU). Sampel yang digunakan adalah tablet generik ketoprofen (Hexpharm Jaya), Kaltrofen® (Kalbe Farma), Nasaflam ® (Fahreinheit), Pronalges ® (Dexa Medica), Profenid ® (Rhone Poulenc).

2.3 Metode Penelitian

2.3.1 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah tablet ketoprofen generik dan nama dagang dengan jumlah zat aktif 50 mg / tablet.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan sampel antara satu tempat dengan tempat yang lain, karena sampel dianggap homogen.


(30)

2.3.2 Pembuatan Pereaksi

2.3.2.1 Pembuatan Larutan natrium hidroksida 0,1 N (Ditjen POM,1979)

Dilarutkan sebanyak 4 g NaOH dalam akua bebas CO2 kemudian dicukupkan

sampai 1000 ml.

2.4 Penetapan Kadar Bahan Baku Ketoprofen

2.4.1 Pembuatan Larutan Induk BPFI

Sebanyak 25 mg ketoprofen BPFI ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda, diperoleh larutan induk dengan konsentrasi 500 mcg/ml, larutan ini disebut larutan induk baku I (LIB I)

Dari larutan ini dipipet 5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda, lalu dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 50 mcg / ml (LIB II)

2.4.2 Pembuatan Kurva Serapan

Dipipet sebanyak 3,5 ml dari larutan induk baku (LIB II) (50mcg / ml), dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, kemudian dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda (7,0 mcg / ml), serapan diukur pada panjang gelombang 200 - 400 nm. Hasil dapat dilihat dalam gambar 1 dan tabel 1 halaman 10.

2.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dipipet larutan induk baku II BPFI (50 mcg/ml) sebanyak 2,5; 3,0; 3,5; 4,0 dan 4,5 ml, masing-masing dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml, ditambahkan NaOH 0,1 N sampai garis tanda . Lalu dikocok homogen. Diperoleh larutan dengan dengan


(31)

konsentrasi 5; 6; 7; 8; 9 mcg/ ml. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh . Hasil dapat dilihat dalam Gambar 2Halaman 11.

2.4.4 Penentuan Kadar Ketoprofen dalam Sediaan Tablet

Ditimbang dan diserbukkan tidak kurang dari 20 tablet. Ditimbang seksama sejumlah serbuk setara dengan 50 mg ketoprofen (penimbangan serbuk sebanyak 6 kali perlakuan), dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml. Kemudian diencerkan dengan NaOH 0,1 N dan dicukupkan sampai garis tanda. Kemudian disaring, 5 ml filtrat pertama dibuang. Dipipet filtrat sebanyak 5 ml kedalam labu tentukur 50ml, dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda dan dikocok hingga larut. Lalu dipipet sebanyak 3,5 ml larutan, dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml. Lalu dicukupkan dengan NaOH 0,1N sampai garis tanda, kocok homogen dan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh.

2.4.5 Uji Validasi dengan Parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi, dan Batas Kuantitasi

2.4.5.1 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali (% Recovery)

Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku (Standard Addition Method) yaitu dengan membuat konsentrasi analit dengan rentang spesifik 80,100,120%, dimana masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Setiap rentang spesifik mengandung 70% analit dan 30% baku pembanding, kemudian di analisa dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan kadar sampel. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 34.

Persen perolehan kembali (% recovery) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(32)

% Recovery = x C

B A

100% Keterangan :

A= Konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan bahan baku. B= Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku.

C= Konsentrasi bahan baku yang ditambahkan

2.4.5.2 Uji Presisi

Uji presisi (keseksamaan) ditentukan dengan parameter RSD (Relative Standard Deviasi) dengan rumus :

RSD = x100%

X SD

Keterangan:

RSD = Relatif Standar Deviasi SD = Standar Deviasi

X = Kadar rata-rata ketoprofen dalam sampel (WHO, 1992; Indrayanto dan Yuwono, 2003).

2.4.5.3 Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

Untuk menentukan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) dapat digunakan rumus:

2 )

( 2

− − =

n Yi Y SB

LOD=

Slope SB

× 3


(33)

LOQ=

Slope SB

× 10

Keterangan:

SB = Simpangan baku LOD = Batas Deteksi LOQ = Batas Kuantitasi

2.4.6 Analisis Data Secara Kuantitasi

Untuk menghitung standar deviasi (SD) digunakan rumus:

1 )

( 2

− − =

n Xi X SD

Untuk mengetahui apakah data diterima atau ditolak digunakan rumus seperti dibawah ini:

t =

n SD

X X

Dasar penolakan data jika t hitung ≥ dan bila t hitung mempunyai nilai negative,

ditolak jika t hitung ≤-ttabel.

Untuk mencari kadar sebenarnya dengan taraf kepercayaan 99%, dengan derajat kebebasan dk = n -1, digunakan rumus:

m =

X

± t

(

11/2α

)dk

x SD / n

Keterangan:

= interval kepercayaan


(34)

X = kadar sampel

t = harga t tabel sesuai dengan dk = n -1

α = tingkat kepercayaan dk = derajat kebebasan SD = standar deviasi n = jumlah perlakuan


(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Ketoprofen BPFI.

Penentuan panjang gelombang ini dilakukan pada konsentrasi yang memberikan serapan dengan kesalahan fotometrik terkecil yaitu ±0,4343. Untuk mendapatkan konsentrasi tersebut dapat dihitung menggunakan nilai absorptivitas spesifik ketoprofen (A11= 647) dari literatur. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8.

Dari perhitungan didapatkan konsentrasi pengukuran adalah 7 mcg/ml dan dari hasil pengukuran diperoleh panjang gelombang maksimum, pada 260 nm dan 214 nm dengan serapan masing-masing 0,4729 dan 0,4386 seperti terlihat pada Gambar 1 dan Tabel 1.

Gambar 1. Kurva serapan Ketoprofen Baku Pembanding Farmakope Indonesia (konsentrasi 7mcg/ml) dalam pelarut NaOH 0,1 N


(36)

Tabel 1. Data Absorbansi dari Kurva Serapan

Berdasarkan literatur, ketoprofen memiliki serapan maksimum dalam larutan basa pada panjang gelombang 262 nm (Moffat, 2004). Dari hasil penelitian, diperoleh serapan maksimum ketoprofen pada panjang gelombang 260 nm, hasil ini masih dapat diterima, karena batas selisih ± 2 masih memenuhi kriteria penerimaan .

3.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Penentuan linieritas kurva kalibrasi ketoprofen BPFI dalam pelarut NaOH 0,1 N dengan konsentrasi 5; 6; 7; 8; 9 mcg/ml pada panjang gelombang 260nm.


(37)

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Ketoprofen BPFI dalam Pelarut NaOH 0,1 N pada panjang gelombang 260nm.

Dari hasil pembuatan kurva kalibrasi ketoprofen BPFI diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dan serapan dengan koefisien korelasi (r) = 0,9998 dan persamaan garis regresi Y = 0,061829x - 0,0016729. Koefisien korelasi yang diperoleh memenuhi kriteria penerimaan untuk korelasi adalah r≥ 0,95 (Shargel, 1985)

3.3 Penentuan Kadar Ketoprofen dalam Sediaan Tablet

Hasil penentuan kadar ketoprofen dalam sediaan tablet dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2 Halaman 19.

Tabel 3. Persentase Kadar Rata-rata dan Kadar Sebenarnya Ketoprofen dalam Sediaan Tablet.

No Nama Sediaan Kadar Rata-rata (%)

Kadar Sebenarnya (%)

1 (PT. Hexpharm Jaya)Ketoprofen generic 99,78 99,78 ± 0,44 2 Kaltrofen 99,86 99,86 ± 0,31 3 Nasaflam 100,37 100,37 ±0,41 4 Profenid 100,14 100,14 ±0,55 5 Pronalges 100,02 100,02 ± 0,26


(38)

Dari data diatas menunjukkan, kadar ketoprofen dalam sediaan tablet generik maupun nama dagang, memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih dari 100,5 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

3.4 Uji Validasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet

Pada penelitian ini dilakukan uji validasi dengan metode penambahan bahan baku (standard addition method) terhadap sampel tablet ketoprofen (PT. Hexpharm Jaya) yang meliputi uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali (% recovery), uji presisi dengan parameter RSD (Relative Standard Deviation ), batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) (WHO, 1992; Indriyanto dan Yuwono, 2003).

Uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali dilakukan dengan membuat 3 konsentrasi analit dengan rentang spesifik 80%, 100%, 120%, masing-masing dengan 3 replikasi dan setiap rentang spesifik mengandung 70% analit dan 30 % baku pembanding. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11 Halaman 36.

Tabel 4. Data hasil Pengujian Perolehan Kembali Ketoprofen dengan Metode Penambahan Bahan Baku (standard addition method).

Rentang Spesifik (%) Konsentrasi (mcg/ml) Persen perolehan kembali (%)

8,642 96,68

8,660 97,74

80

8,633 96,10

9,090 98,69

9,111 99,68

100

9,102 99,21

9,571 101,29

9,581 101,67

120

9,551 100,52

Rata-rata(%) recovery SD (%)

RSD (%)

99,06 1,95 1,97


(39)

Dari data diatas didapatkan persen perolehan kembali (% recovery) rata-rata 99,06%, standar deviasi (SD) sebesar 1,95%. Persen perolehan kembali ini dapat diterima karena memenuhi syarat akurasi dimana rentang rata-rata hasil persen perolehan kembali adalah 80-110%. Sedangkan dari hasil uji presisi dengan parameter Relative Standar Deviasi (RSD) adalah 1,97%. Nilai RSD ini dapat diterima karena kriteria persen SD yang diizinkan adalah ≤2%.

Maka dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan mempunyai akurasi dan presisi yang baik (WHO, 1992). Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 0,1261mcg/ml dan 0,4205 mcg/ml.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar ketoprofen dalam sediaan tablet karena pada hasil uji validasi, metode ini menunjukkan akurasi dan presisi yang baik dengan batas deteksi (LOD) 0,1261 mcg/ml dan batas kuantitasi (LOQ) 0,4205mcg /ml.

Hasil penetapan kadar dari tablet generik dan nama dagang diperoleh, untuk tablet ketoprofen generik (PT. Hexpharm Jaya) sebesar 99,78 %±0,44 %, tablet Kaltrofen (Kalbe Farma) 99,86 % 0,31 %, Nasaflam (Fahreinheit) 100,37 % ± ±0,41%, Pronalges (Dexa Medica) 100,02 %±0,26%, Profenid (Rhone Poulenc) 100,14 %±0,55 %.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tablet yang diperiksa baik yang generik maupun nama dagang memenuhi persyaratan kadar menurut Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih dari 100,5% dari jumlah yang tertera pada etiket.

4.2 Saran

1. Disarankan kepada peneliti lainnya agar dapat menentukan kadar obat turunan arilasetat lainnnya yang beredar di pasaran secara spektrofotometri ultraviolet.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM.(1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Halaman 512

Ditjen POM.(1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Halaman 487-488.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.I, No.3. Halaman 117-128.

Katzung, B.G., (2001). Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah dan Editor Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 556.

Moffat, A.C. (2004). Clarke’s Isolation and Identification of Drugs and Poisons. Third Edition. London: The Pharmaceutical Press. Page 1157-1158.

Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe C.C. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Lippincott’s illustrated reviews: Farmacology. Penerjemah Azwar Agoes. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Widya Medika.Halaman 411-412.

Rohman, A. (2007). Kimia Analisis Farmasi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Pustaka pelajar. Halaman 13

Shargel, L.(1985). Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan. Penerjemah Fasich. Edisi Kedua. Surabaya: Penerbit Universitas Airlangga. Halaman 16.

Tjay, T.H dan Raharjo, K. (2002). Obat-obat Penting. Jakarta: Penerbit PT.Elek Media Komputindo. Halaman 308, 313.

The United States Pharmacopeia. (2007). The National Formulary 25. Volume 2. USP 30. Page 1046-1048.


(42)

WHO. (1992). Validation of Analytical Procedures Used in Examination of Pharmaceutical Materials. WHO tehnical Report Series. No 823.


(43)

Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi Ketoprofen BPFI

No X Y XY X Y

1 0 0 0 0 0

2 5 0,306 1,530 25 0,09364

3 6 0,365 2,190 36 0,13323

4 7 0,432 3,024 49 0,18662

5 8 0,495 3,960 64 0,24503

6 9 0,556 5,004 81 0,30914

Σ 35 2,154 15,708 255 0,996766

Rata-rata 5,8333 a=

∑ ∑

− − 2 2 ) ( X X n Y X XY n = 2 ) 35 ( ) 255 ( 6 359 , 0 35 708 , 15 6 − × − × =0,061829 b= YaX

= 0,359-(0,061829) (5,833) =-0,0016729

Maka persamaan regresinya adalahY= 0,061829x-0,0016729 r =

( )

[

∑ ∑

]

[

( )

]

n Y Y n X X n Y X XY / / / . 2 2 2 2 =

( )

⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ × − 6 154 , 2 96766 , 0 6 35 255 6 154 , 2 35 708 , 15 2 2 = 14335 , 3 143 , 3 =0,9998


(44)

Lampiran 2. Data Kadar Ketoprofen Sediaan Tablet Nama Sediaan Penimbangan (mg) Setara

(mg) Absorbansi

Konsentrasi Teoritis (mcg/ml) Konsentrasi Perolehan (mcg/ml) Kadar %

254 49,950 0,4289 6,993 6,963 99,91

255 50,147 0,4304 7,021 6,988 99,86

255 50,147 0,4310 7,021 6,997 99,99

256 50,344 0,4317 7,048 7,009 99,77

257 50,540 0,4329 7,075 7,028 99,67

Ketoprofen Generik

(PT. Hexpharm

Jaya)

257 50,540 0,4320 7,075 7,014 99,46

217 50,208 0,4260 7,029 6,917 98,73

217 50,208 0,4276 7,029 6,942 99,09

219 50,439 0,4369 7,061 7,093 100,32

216 49,970 0,4378 6,996 6,994 100,31

217 50,208 0,4371 7,029 7,096 100,36

Kaltrofen

219 50,439 0,4352 7,061 7,065 100,34

228 50,176 0,4317 7,024 7,009 100,11

230 50,616 0,4367 7,086 7,090 100,34

228 50,176 0,4346 7,054 7,056 100,38

227 49,955 0,4305 6,993 6,988 100,26

228 50,176 0,4362 7,024 7,081 100,70

Nasaflam

229 50,418 0,4354 7,058 7,069 100,48

289 50,524 0,4360 7,073 7,078 100,40

288 50,349 0,4361 7,048 7,080 100,42

289 50,524 0,4306 7,073 6,991 99,16

288 50,349 0,4313 7,048 7,002 99,67

287 50,174 0,4310 7,024 6,997 99,95

Profenid

288 50,349 0,4309 7,048 7,044 100,27

311 50,161 0,4307 7,022 6,993 99,86

311 50,161 0,4312 7,022 7,001 100,02

310 50,000 0,4301 7,000 6,983 100,09

312 50,320 0,4317 7,0450 7,009 99,82

312 50,320 0,4329 7,045 7,028 100,09

Pronalges

312 50,320 0,4335 7,045 7,038 100,23


(45)

Lampiran 3. Perhitungan Statistik Kadar Ketoprofen pada Generik Hexpharm Jaya

No Kadar

[ ]

X (%) X X

(

XX

)

2

1 99,91 -0,132 0,0174

2 99,86 -0,081 0,0065

3 99,99 -0,219 0,0479

4 99,77 -0,003 0,0000

5 99,67 0,180 0,0116

6 99,46 0,316 0,0998

78 , 99 =

X

=0,1832

1914 , 0 1 6 1832 , 0 1 ) ( 2 = − = − − =

n Xi X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α =0,01;=6, dk =5, dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 0,40321

Data ditolak jika t hitung≥ ttabel atau thitung≤- ttabel

t =

n SD

X X

t hitung 1 : −0,1320,1914=−1,690

t hitung 2 : 1,037

1914 , 0 081 ,

0 =

t hitung 3 : 2,804

1914 , 0 219 ,

0 =

t hitung 4 : 0,038

1914 , 0 003 ,

0 =

t hitung 5 : 2,304

1914 , 0 180 , 0 =

t hitung 6 : 4,046

1914 , 0 316 ,


(46)

Lampiran 3. sambungan…….

Karenathitung 6 -ttabel maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap

data yang dianggap tidak menyimpang. ≤

No Kadar

[ ]

X (%) XX

(

XX

)

2

1 99,91 -0,131 0,0171

2 99,86 -0,08 0,0064

3 99,99 -0,218 0,0475

4 99,67 0,109 0,0118

5 99,46 0,317 0,1004

78 , 99 =

X

=0,1832

2140 , 0 1 5 1832 , 0 1 ) ( 2 = − = − − =

n Xi X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α =0,01;n=5;dk =4,dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel=4,6040

Data ditolak jika t hitung≥t tabel atau t hitung≤ -ttabel.

t =

n SD

X X

t hitung 1 : 1,3688

0957 , 0 131 ,

0 =

t hitung 2 : 0,8359

0957 , 0 08 ,

0 =

t hitung 3 : 2,2779

0957 , 0 218 ,

0 =

t hitung 4 : 1,1389

0957 , 0 109 , 0 =

t hitung 5 : 3,3124

0957 , 0 317 , 0 =


(47)

Lampiran 3. sambungan…..

Karena t hitung t ≤ tabel maka data diterima

Maka kadar sebenarnya terletak antara: =

X

±

t

dk x SD /

) 2 / 1 1

(− α n

= 99,78 % ⎟⎟

⎠ ⎞ ⎜⎜

×

±

5 2140 , 0 6040 ,

4 %

= 99,78 % 0,44 % ±


(48)

Lampiran 4. Perhitungan Statistik Kadar Ketoprofen Dalam Tablet Kaltrofen PT. Kalbe Farma

No Kadar

[ ]

X (%) XX

(

XX

)

2

1 98,730 1,131 1,2791 2 99,099 0,762 0,5806

3 100,321 -0,46 0,2116

4 100,310 -0,449 0,2016

5 100,367 -0,506 0,2560

6 100,340 -0,479 0,2994

X =99,861

=2,8283

752 , 0 5 8283 , 2 1 ) ( 2 = = − − =

n Xi X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α =0,01;=6, dk = 5, dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 0,40321

Data ditolak jika t hitung≥ ttabel atau thitung≤- ttabel

t =

n SD

X X

t hitung 1 : 1,1310,752=1,5309

t hitung 2 : 1,0132

752 , 0 762 , 0 =

t hitung 3 : 0,6117

752 , 0 46 ,

0 =

t hitung 4 : 0,597

752 , 0 449 , 0 =

t hitung 5 : 0,6728

752 , 0 506 , 0 =

t hitung 6 : 0,6369

752 , 0 479 ,

0 =


(49)

Lampiran 4. sambungan...

Karena semua data t hitung ≤ t tabel, maka data diterima

Maka kadar sebenarnya terletak antara: =

X

±

t

dk x SD /

) 2 / 1 1

(− α n

= 99,86 % ⎟⎟

⎠ ⎞ ⎜⎜

×

±

6 752 , 0 0321 ,

4 %


(50)

Lampiran 5. Perhitungan Statistik Kadar Ketoprofen dalam Tablet Nasaflam (Fahreinheit)

No Kadar

[ ]

X (%) XX

(

XX

)

2

1 100,10 0,266 0,0707 2 100,34 0,029 0,0008 3 100,38 0,035 0,0012 4 100,26 0,112 0,0125

5 100,70 -0,335 0,1122

6 100,48 0,107 0,1145

X =100,37

=0,3119

2497 , 0 5 3119 , 0 1 ) ( 2 = = − − =

n Xi X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α =0,01;=6, dk=5, dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 0,40321

Data ditolak jika t hitung≥ ttabel atau thitung≤- ttabel

t =

n SD

X X

t hitung 1 : 0,2660,1019=2,610

t hitung 2 : 0,2845

1019 , 0 029 , 0 =

t hitung 3 : 0,3434

1019 , 0 035 , 0 =

t hitung 4 : 1,0991

1019 , 0 112 , 0 =

t hitung 5 : 3,1287

1019 , 0 335 ,

0 =

t hitung 6 : 1,0500

1019 , 0 107 , 0 =


(51)

Lampiran 5. sambungan…….

Karena semua data t hitung ≤ t tabel maka data diterima

Maka kadar sebenarnya terletak antara: =

X

±

t

dk x SD /

) 2 / 1 1

(− α n

= 100,37 % ⎟⎟

⎠ ⎞ ⎜⎜

×

±

6 2497 , 0 0321 ,

4 %


(52)

Lampiran 6. Perhitungan Statistik Kadar Ketoprofen dalam Tablet Pronalges (Dexa Medica)

No Kadar

[ ]

X (%) XX

(

XX

)

2

1 99,86 0,156 0,0243

2 100,02 -0,003 0,0000

3 100,09 -0,07 0,0049

4 99,82 0,201 0,0404

5 100,09 -0,075 0,0056

6 100,23 -0,214 0,0457

X =100,02

=0,1209

1554 , 0 5 1209 , 0 1 ) ( 2 = = − − =

n Xi X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α =0,01;=6, dk=5, dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 0,40321

Data ditolak jika t hitung≥ ttabel atau thitung≤- ttabel

t =

n SD

X X

t hitung 1 : 0,1560,0634=2,46

t hitung 2 : 0,0473

0634 , 0 003 ,

0 =

t hitung 3 : 1,1041

0634 , 0 07 ,

0 =

t hitung 4 : 3,1703

0634 , 0 201 , 0 =

t hitung 5 : 1,1829

0634 , 0 075 ,

0 =

t hitung 6 : 3,375

0634 , 0 214 , 0 ,

0 =


(53)

Lampiran 6. sambungan

Karena semua data t hitung ≤ t tabel, maka data diterima

Maka kadar sebenarnya terletak antara: =

X

±

t

dk x SD /

) 2 / 1 1

(− α n

= 100,02 % ⎟⎟

⎠ ⎞ ⎜⎜

×

±

6 1554 , 0 0321 ,

4 %


(54)

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Kadar Ketoprofen dalam Tablet Profenid (Rhone Poulenc)

No Kadar

[ ]

X (%) XX

(

XX

)

2

1 100,40 -0,425 0,1806

2 100,42 -0,448 0,2007

3 99,16 0,817 0,6674

4 99,67 0,311 0,0967

5 99,95 0,031 0,0009

6 100,27 -0,289 0,0835

X =99,98

=1,2298

4959 , 0 5 2298 , 1 1 ) ( 2 = = − − =

n Xi X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α =0,01;=6, dk=5, dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 0,40321

Data ditolak jika t hitung≥ ttabel atau thitung≤- ttabel

t =

n SD

X X

t hitung 1 : −0,4250,2025=2,0987

t hitung 2 : 2,2123

2025 , 0 448 , 0 =

t hitung 3 : 4,0345

2025 , 0 817 ,

0 = (data ditolak)

t hitung 4 : 1,5358

2025 , 0 311 , 0 =

t hitung 5 : 0,1530

2025 , 0 031 , 0 =

t hitung 6 : 1,4271

2025 , 0 289 ,

0 =


(55)

Lampiran 7. sambungan…..

Karenathitung 3≤-ttabel maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap data

yang dianggap tidak menyimpang.

No Kadar

[ ]

X (%) X X

(

XX

)

2

1 100,40 -0,425 0,1806

2 100,42 -0,448 0,2007

3 99,67 0,311 0,0967

4 99,95 0,031 0,0009

5 100,27 -0,289 0,0835

X=100,14

=0,4279

2925 , 0 1 5 4279 , 0 1 ) ( 2 = − = − − =

n Xi X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α =0,01;n=5;dk =4,dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel=4,6040

Data ditolak jika t hitung≥t tabel atau t hitung≤ -ttabel.

t =

n SD

X X

t hitung 1 : 0,8923

2925 , 0 261 ,

0 =

t hitung 2 : 0,9709

2925 , 0 284 , ,

0 =

t hitung 3 : 1,6239

2925 , 0 475 , 0 =

t hitung 4 : 0,6666

2925 , 0 195 , 0 =

t hitung 5 : 0,4273

2925 , 0 125 , 0 =


(56)

Lampiran 7. sambungan…..

Karena semua data t hitung ≤ t tabel, maka data diterima

Maka kadar sebenarnya terletak antara: =

X

±

t

dk x SD /

) 2 / 1 1

(− α n

= 100,14 % ⎟⎟

⎠ ⎞ ⎜⎜

×

±

5 2925 , 0 6040 ,

4 %


(57)

Lampiran 8. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran

Diketahui : Nilai Absorptivitas spesifik (A11= 647a) (Moffat, 2004) Tebal sel (b) = 1cm

c =

xb A

A 1 1

c = 0,000671 / 1

. 647

4343 , 0

g

= L

c = 671mcg/L c = 6,71mcg/ml


(58)

Lampiran 9.Contoh Perhitungan Penimbangan Sampel

Berat 20 tablet = 4,322 g Kandungan ketoprofen pada etiket = 50 mg Dibuat larutan uji dengan kadar lebih kurang 7 mcg/ml.

Ditimbang serbuk setara dengan 50mg ketoprofen, maka berat sampel yang ditimbang

adalah = mg

mg mg 4322 20 50 50 × × = 216,1mg

Sampel yang telah ditimbang dimasukkan dalam labu ukur 50ml, lalu dilarutkan dalam NaOH 0,1 N dan dicukupkan sampai garis tanda, dikocok homogen.

Kadar larutan uji = mcg ml ml mg / 1000 1000 50 50 = ×

Kemudian dipipet 5,0 ml dari larutan uji, lalu dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan pelarut NaOH 0,1 N, dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda dan dikocok sampai homogen.

Kadar larutan uji = × mcg ml = mg ml / 1000 50 5 100mcg/ml

Lalu dipipet lagi 3,5 ml dari larutan uji, dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml dan dilarutkan dengan NaOH 0,1 N, dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda dan dikocok homogen.

Kadar larutan uji = ml mcg ml ml ml / 7 100 50 5 , 3 = ×


(59)

Lampiran 10. Contoh Perhitungan Persentase (%) Perolehan Kembali

Berat 20 tablet = 4322 mg Berat 1 tablet = 216,1 mg

Perolehan 80%

= 50mg 40mg

100 80

= ×

Analit 70%

= 40mg 28mg

100 70

= ×

Sampel yang ditimbang yang setara dengan 28 mg = 4322 121,016 1000

28

= × mg mg

mg

mg

Sampel ditimbang = 122 mg

(Kadar yang sebenarnya= 28 28,227 016

, 121

122 × =

mg

Bahan baku (PT. Hexpharm Jaya) 30% = 40mg 12mg

1000 30

=

×

Perolehan 100%

= 50mg 50mg

100 100

= ×


(60)

= 50mg 35mg

100

70 × =

Sampel yang ditimbang yang setara dengan 35 mg = 4322 151,27 1000 35 = × mg mg mg Sampel ditimbang=152mg

Kadar sampel= 35 35,168mg

27 , 151 152 = ×

Bahan baku (PT. Hexpharm Jaya)30% = 50mg 15mg

100 30

= ×

Perolehan 120%

= 50mg 60mg

100 120

=

×

Analit 70%

= 60mg 42mg

100

70 × =

Sampel yang ditimbang yang setara dengan 42mg = mg mg mg mg 524 , 181 4322 1000

42 × =

Sampel ditimbang=182mg

Bahan baku (PT. Hexpharm Jaya)30% = 60mg 18mg

100


(61)

Lampiran 11. Data Hasil Perolehan Kembali Ketoprofen dalam Tablet Kaltrofen dengan Metode Penambahan Baku Standar (standard addition method)

Konsentrasi N

o Konsentrasi

(%) Absorbansi

Setelah penambahan analit (A) Sebelum penambahan analit (B) Analit yang ditambahkan (C) mcg/ml Persen Perolehan ⎜ ⎝ ⎛ − 100 x C B A

1 0,5327 8,642 7,0185 1,68 96,68

2 0,5338 8,660 7,0185 1,68 97,74

3

80

0,5322 8,633 7,0185 1,68 96,10

4 0,5604 9,090 7,0185 2,1 98,69

5 0,5617 9,111 7,0185 2,1 99,68

6

100

0,5611 9,102 7,0185 2,1 99,21

7 0,5901 9,571 7,0185 2,52 101,29

8 0,5907 9,581 7,0185 2,52 101,67

9

120

0,5889 9,551 7,0185 2,52 100,52 Kadar rata-rata (%recovery)

99,06

Standar Deviasi(SD) 1,957

Relatif Standar Deviasi 1,975


(62)

Lampiran 12. Contoh Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi

(LOQ)

Persamaan garis regresi: Y =0,061829 x – 0,0016729

No Konsentrasi (mcg/ml) X Luas Puncak Y

Yi Y-Yi (Y-Yi)

1 0 0 0 0 0

2 5 0,306 0,3074 -0,0014 0,00000196

3 6 0,365 0,3693 -0,0043 0,00001849

4 7 0,432 0,4311 0,0009 0,00000081

5 8 0,495 0,4929 0,0021 0,00000441

6 9 0,556 0,5547 0,0013 0,00000169

Σ 35 2,154 0,00002736

Rata-rata 5,8333

SB =

(

)

2 2 − −

n Yi Y = 2 6 00002736 , 0 − = 0,0026 LOD =

Slope xSB 3 = 061829 , 0 0026 , 0 3x = 0,1261mcg/ml LOQ = Slope xSB 10 = 061829 , 0 0026 , 0 10x = 0,4205mcg/m


(63)

Lampiran 13. Data Persen Perolehan Kembali (% Recovery)

a.Perolehan 80%

b.Perolehan 100%


(64)

(65)

(1)

= 50mg 35mg

100

70 × =

Sampel yang ditimbang yang setara dengan 35 mg = 4322 151,27 1000 35 = × mg mg mg Sampel ditimbang=152mg

Kadar sampel= 35 35,168mg

27 , 151 152 = ×

Bahan baku (PT. Hexpharm Jaya)30% = 50mg 15mg

100 30

= ×

Perolehan 120%

= 50mg 60mg

100 120

=

×

Analit 70%

= 60mg 42mg

100

70 × =

Sampel yang ditimbang yang setara dengan 42mg = mg mg mg mg 524 , 181 4322 1000

42 × =

Sampel ditimbang=182mg

Bahan baku (PT. Hexpharm Jaya)30% = 60mg 18mg

100


(2)

Lampiran 11. Data Hasil Perolehan Kembali Ketoprofen dalam Tablet Kaltrofen dengan Metode Penambahan Baku Standar (standard addition method)

Konsentrasi N

o Konsentrasi

(%) Absorbansi

Setelah penambahan analit (A) Sebelum penambahan analit (B) Analit yang ditambahkan (C) mcg/ml Persen Perolehan ⎜ ⎝ ⎛ − 100 x C B A

1 0,5327 8,642 7,0185 1,68 96,68

2 0,5338 8,660 7,0185 1,68 97,74

3

80

0,5322 8,633 7,0185 1,68 96,10

4 0,5604 9,090 7,0185 2,1 98,69

5 0,5617 9,111 7,0185 2,1 99,68

6

100

0,5611 9,102 7,0185 2,1 99,21

7 0,5901 9,571 7,0185 2,52 101,29

8 0,5907 9,581 7,0185 2,52 101,67

9

120

0,5889 9,551 7,0185 2,52 100,52 Kadar rata-rata (%recovery)

99,06

Standar Deviasi(SD) 1,957

Relatif Standar Deviasi 1,975


(3)

Lampiran 12. Contoh Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi

(LOQ) Persamaan garis regresi: Y =0,061829 x – 0,0016729

No Konsentrasi (mcg/ml) X Luas Puncak Y

Yi Y-Yi (Y-Yi)

1 0 0 0 0 0

2 5 0,306 0,3074 -0,0014 0,00000196

3 6 0,365 0,3693 -0,0043 0,00001849

4 7 0,432 0,4311 0,0009 0,00000081

5 8 0,495 0,4929 0,0021 0,00000441

6 9 0,556 0,5547 0,0013 0,00000169

Σ 35 2,154 0,00002736

Rata-rata 5,8333

SB =

(

)

2 2 − −

n Yi Y = 2 6 00002736 , 0 − = 0,0026 LOD =

Slope xSB 3 = 061829 , 0 0026 , 0 3x = 0,1261mcg/ml LOQ = Slope xSB 10


(4)

Lampiran 13. Data Persen Perolehan Kembali (% Recovery)

a.Perolehan 80%

b.Perolehan 100%


(5)

(6)