Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Dalam Mengantisipasi Bahaya Penyalahgunaan Narkoba di Kampung Kubur

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini jutaan orang telah terjerumus ke dalam jeratan narkoba. Ribuan
nyawa telah melayang karena jeratan masalah yang tidak berujung. Telah banyak
keluarga yang hancur karenanya dan tidak sedikit pula generasi muda yang
kehilangan masa depan. Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia merupakan
masalah serius yang harus dicarikan jalan penyelesaiannya dengan segera.
Menurut Deputi Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika (BNN) Irjen Pol
Bachtiar H.Tambunan, sebanyak 4 juta jiwa (2,18%) dari jumlah penduduk Indonesia
merupakan penyalahgunaan narkoba dengan usia populasi 10-59 tahun, 1,6 juta
orang diantaranya tercatat dalam tahap coba pakai, 1,2 juta orang pemakaian teratur
dan 943 ribu orang merupakan pecandu narkoba.
Provinsi Sumatera Utara berada diposisi ketiga sebagai daerah terbanyak
penyalahgunaan narkoba seluruh Indonesia. Sebagaimana diungkapkan dari data
penelitian BNN dengan Universitas Indonesia, peringkat ditentukan berdasarkan
prevelensi, yaitu persentase jumlah pengguna dengan jumlah penduduk provinsi
berumur 10-59 tahun. Dari data hasil penelitian yang dilakukan 2014 lalu, provinsi
Sumatera Utara memiliki 300.134 jiwa yang menjadi penyalahgunaan narkoba.
Artinya ada sekitar 3,06 % penduduk Sumatera Utara yang berumur 10-59 tahun

sudah memakai narkoba. Peringkat pertama diduduki oleh Jakarta dengan jumlah
pengguna narkoba sebanyak 364.174 jiwa dengan persentase 4,74%. Peringkat kedua
berada Kalimantan Timur dengan jumlah pengguna 56.195 jiwa dengan persentase
3,07%. Dari segi jumlah pengguna yang paling banyak pengguna narkoba

Universitas Sumatera Utara

sebenarnya ada di wilayah Jawa Barat, dengan jumlah pengguna 792.206, disusul
Jawa Timur dengan pengguna 568.304 jiwa dan selanjutnya Jawa Tengah, dengan
jumlah pengguna 452.743 jiwa (Sipayo, 2015.www.sipayo.com, diakses pada
tanggal 20 Februari 2016 pukul 15.26 WIB).
Banyak kasus yang menunjukkan betapa akibat dari masalah tersebut telah
menyebabkan banyak kerugian baik materi maupun non-materi. Banyak kejadian
seperti perceraian atau kesulitan lain bahkan kematian yang disebabkan oleh
ketergantungan terhadap narkoba. Di Kota Medan, angka kasus pengguna narkoba
dikalangan pelajar dan mahasiswa pada 2014 mengalami peningkatan. Pelajar yang
terjerat kasus pengguna narkoba mulai dari tingkatan sekolah dasar (SD), sekolah
menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), hingga mahasiswa. Dari
catatan kepolisian pada 2014, jumlah pelajar pengguna narkoba tingkat sekolah dasar
(SD) ada 111 orang, sekolah menengah pertama (SMP) 335 orang, sekolah

menengah atas (SMA) 874 orang, dan mahasiswa 70 orang. Jumlah keseluruhan
pengguna narkoba dikalangan pelajar dan mahasiswa pada 2014 sebanyak 1.390
orang. Jumlah itu meningkat dibandingkan kasus pada 2013. Terdata pelajar
pengguna narkoba dari sekolah dasar berjumlah 123 orang, sekolah menengah
pertama (SMP) 292 orang, sekolah menengah atas 863 orang, dan mahasiswa 40
orang.

Secara

keseluruhan

ada

1.318

orang

(Ferdiansyah,

2014.daerah.sindonews.com, diakses pada tanggal 16 Maret 2016 pukul 22.58 WIB).

Penyebaran narkoba pada kalangan remaja sudah tidak terkendali lagi.
Bandar-bandar narkoba bahkan sudah berani masuk ke lingkungan sekolah. Jelas saja
hal tersebut membuat banyak orangtua merasa resah dan khawatir atas
perkembangan serta pertumbuhan anaknya di luar lingkungan rumah. Mungkin saja

Universitas Sumatera Utara

di rumah mereka terlihat biasa-biasa saja atau berkelakuan baik, namun bagaimana
perilaku mereka ketika berada di luar lingkungan rumah. Remaja sebenarnya tahu
kalau narkoba itu sangat berbahaya bagi mereka, namun tetap saja ada beberapa
di antara mereka yang menggunakannya karena ingin coba-coba atau ikut-ikutan
temannya. Tentu kenyataan tersebut sangat mengkhawatirkan karena remaja adalah
generasi penerus bangsa, bagaimana nasib bangsa dimasa mendatang jika banyak
generasi penerusnya terlibat penyalahgunaan narkoba.
Dampak yang signifikan dari segala bentuk penyalahgunaan narkoba adalah
kaum remaja dengan segala keterbatasan mereka dalam menghadapi segala kemajuan
dan ancaman yang menghinggapi diri mereka. Menurut data nasional keterlibatan
kalangan remaja dalam menyalahgunakan narkoba sungguh sangat menyedihkan.
Adanya perubahan yang cepat disegala bidang salah satu kelompok yang rentan
untuk ikut terbawa arus adalah para remaja, hal ini disebabkan karena mereka

memiliki karakteristik tersendiri yang unik, labil, sedang pada taraf mencari identitas
mengalami masa transisi dari remaja dan sebagainya. Gejolak remaja yang begitu
besar dan meledak-ledak seringkali membawa korban pada remaja itu sendiri
(Wulyo, 1997: 19).
Masa remaja ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya
pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Dalam
perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang masa yang berbahaya,
karena pada masa ini seseorang mengalami masa transisi atau peralihan dari masa
kehidupan anak menuju kedewasaan yang sering ditandai dengan krisis kepribadian
remaja yang sedang mencari jati dirinya (Ridha, 2006: 24-25).

Universitas Sumatera Utara

Pencarian identitas diri pada perkembangan masa remaja inilah sebenarnya
sangat diperlukan perhatian dari keluarga. Bentuk pola asuh orangtua yang ada
dalam sebuah keluarga dapat membantu pembentukan kepribadian jati seorang
remaja untuk menemukan jati dirinya, sehingga terhindar dari hal-hal yang bersifat
negatif yang antara lain adalah penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu, kondisi
keluarga mempunyai pengaruh pada terjadinya penyalahgunaan narkoba pada
remaja. Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai dengan keutuhan keluarga,

kesibukan orangtua, hubungan interpersonal antar keluarga dapat merupakan faktor
yang berperan serta pada penyalahgunaan narkoba.
Sebagai peralihan dari masa anak-anak menuju ke masa dewasa, masa remaja
merupakan masa yang penuh dengan kesulitan dan gejolak, baik bagi remaja sendiri
maupun bagi orangtua. Seringkali karena ketidaktahuan dari orangtua dan
kesalahpahaman antara remaja dengan orangtua yakni dalam keluarga atau remaja
dengan lingkungannya. Hal tersebut tentunya tidak membantu remaja untuk
melewati masa ini dengan wajar, sehingga berakibat terjadinya berbagai macam
gangguan tingkah laku seperti penyalahgunaan zat narkoba atau kenakalan remaja
atau gangguan mental lainnya. Orangtua seringkali dibuat bingung dan tidak berdaya
dalam menghadapi perkembangan anak remajanya dan ini menambah parah
gangguan yang diderita oleh anak remajanya (Nasution, 2004: 67).
Fakta tersebut harus mendapat perhatian khusus dan serius dari berbagai
pihak terkait, baik masyarakat maupun aparat berwajib, karena penyalahgunaan
narkoba itu selain melanggar hukum juga dapat merusak moral generasi bangsa.
Dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba tersebut tidak cukup hanya dengan
menggunakan pendekatan penegakan hukum, tapi juga harus disertai dengan upaya

Universitas Sumatera Utara


penyuluhan dan sosialisasi mengenai bahaya narkoba kepada masyarakat terutama
kalangan remaja.
Dalam mengendalikan anak remaja tentu orangtua mendapat tanggung jawab
yang tidak sedikit memberikan pendidikan, perhatian, nafkah, perlindungan, dan
kenyamanan adalah bagian vital dari peran orangtua. Keluarga sebagai garda
terdepan dalam membentengi anak-anak dari segala bahaya harus berperan aktif dan
terlibat secara total. Bila keluarga mengalami disfungsi dapat dipastikan bahwa
keluarga tersebut mengalami hilangnya kegunaan fungsi keluarga dari berbagai
aspek. Orangtua menjadi orang yang paling bertanggung jawab dalam menciptakan
harmonitas dan kelangsungan hidup bagi anak-anaknya.
Masa remaja dikatakan sebagai masa yang sangat rawan, karena pada masa
ini seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak untuk menuju tahap
selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum
adanya pegangansedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Pada
kondisi ini seorang remaja memerlukan bimbingan, arahan, dan perhatian yang
sangat intensif dari orangtuanya. Di kota-kota besar seperti Medan seringkali
generasi muda atau remaja mengalami kekosongan lantaran kurang sentuhan dari
orangtua, karena mereka mengalami disorganisasi (broken home), ekonomi lemah,
waktu kebersamaan kurang, kurang rekreasi, biaya serba mahal dan tempat tinggal
yang kumuh.

Fenomena Kampung Kubur sebagai salah satu tempat peredaran narkoba di
wilayah Sumatera Utara sungguh sangat mencengangkan. Keberadaannya bukan saja
menyita persoalan nasional tapi juga banyak kisah dan kejadian yang saling
keterkaitan antara satu dengan yang lain. Bahkan diduga terdapat semacam penjara

Universitas Sumatera Utara

dan diskotik mini sebagai tempat tawanan dan hura-hura. Puncaknya Kampung
Kubur sebagai sarang dan tempat bandar narkoba dibersihkan secara kolektif yang
berujung kepada penangkapan beberapa bandar (Waspada, 2016).
Secara geografis Kampung Kubur berada di Kelurahan Petisah Tengah
Kecamatan Medan Petisah. Adapun komposisi penduduk menurut agama dapat
diketahui bahwa yang beragama Islam 75%, Hindu 18 %, Kristen 4%, Buddha 3%
(KUA,2014), sedangkan anak berusia remaja lebih kurang 183 orang. Di antara anak
remaja tersebut ada yang putus sekolah sebanyak 10 orang dan terlibat narkoba serta
sedang di rehabilitasi 5 orang.
Pada umumnya orangtua di Kampung Kubur dalam mengasuh anak remaja
memberikan

pendidikan,


khususnya

bagi

umat

muslim

terbukti

dengan

menyekolahkan anak mereka pada pagi hari disekolah formal dan pada sore hari
belajar membaca Al-Qur’an di Mushalla Al-Amin. Mushalla ini sekarang sudah
berubah status dari mushalla menjadi Masjid Al-Amin dengan ketua BKM bapak
Razali dan sekretaris M.Said, setelah terbakar pada tahun 2001. Pembinaan
keagamaan pada masjid ini diasuh oleh dua orang mahasiswa yaitu Ardian dan
Yusuf.
Umumnya para remaja Kampung Kubur, khususnya remaja Masjid Al-Amin

melaksanakan berbagai kegiatan seperti pengajian, ceramah, dan kajian keislaman
lainnya yang diasuh dari ustad-ustad secara periodik yakni sebanyak dua kali dalam
sebulan. Masyarakat Kampung Kubur melaksanakan sholat jum’at di Masjid
Ghaudiyah Yayasan South Indian Muslim dengan ketua Yayasan bapak Kamal
Sholeh, sedangkan pembinaan untuk keagamaan hindu di kuil Kaliaman dan
kegamaan buddha di vihara Imam Bonjol. Selain itu BNN (Badan Narkotika

Universitas Sumatera Utara

Nasional) melaksanakan pembinaan penyuluhan kepada anak-anak remaja di
Kampung Kubur agar mereka terhindar dari bahaya narkoba juga mengajarkan
berbagai kegiatan seperti jahit-menjahit dan memasak.
Satu hal yang patut dicatat pada mulanya sebagian orangtua di Kampung
Kubur adalah penghisap ganja dan orang-orang luar tidak ada yang boleh masuk
serta cenderung tertutup, namun sesudah mereka meninggal keadaan sudah mulai
berubah mulailah masuk penjual narkoba dari luar dan menjual barang-barang curian
di Kampung Kubur. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi anak-anak remaja karena
mereka terkontaminasi dengan keadaan dan lingkungan sekitar, apalagi yang
orangtuanya pengguna langsung. Lama kelamaan anak-anak remaja mulai coba-coba
memakai narkoba bahkan menjual narkoba karena mendapatkan uang yang lumayan

dari hasil transaksi narkoba tersebut.
Melalui data lapangan yaitu hasil observasi dan wawancara peneliti dengan
kebanyakan adalah anak yang kurang mendapat perhatian karena orangtua sibuk
mencari rezeki, terlalu dimanjakan, mendapat perlakuan kasar, dan keras serta
memiliki masalah keluarga seperti tidak harmonis dan perceraian orangtua. Mereka
mulai terjerumus dalam penggunaan narkoba karena tidak mendapat kasih sayang
dan perhatian dari orangtua sedangkan ada juga yang mendapat kasih sayang
berlebihan sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan pada anak menuntut segala
keinginannya harus dipenuhi.
Hal ini perlu dilihat sejauh mana di Kampung Kubur ini para orangtua
mengasuh anak dan memelihara serta melindungi anak mereka dari bahaya narkoba.
Bila dilihat dari data yang ada persoalan keterlibatan anak remaja di Kampung Kubur
sungguh sangat membuat hati miris dan akan mengancam kehilangan satu generasi

Universitas Sumatera Utara

(lose generation) dan ambruknya bangsa ini. Oleh karena itu, upaya, cara, dan
pemahaman akan kondisi masyarakat Kampung Kubur ke depan sangat diperlukan.
Hal yang utama disorot adalah sejauh mana kiprah dan cara kerja orangtua dalam
mengendalikan dan mengasuh anak remaja mereka.

Secara historis awal dinamakan Kampung Kubur karena ada area perkuburan
milik India muslim di pemukiman padat penduduk tersebut. Lokasi perkuburan ini
letaknya berada tepat di belakang Masjid Ghaudiyah. Masjid ini terletak di Jalan
Zainul Arifin yang dibangun oleh warga India Selatan yang beragama Islam pada
1887, sehingga dari sinilah asal muasal diberi nama Kampung Kubur. Awal mula
Kampung Kubur disisipi oleh narkoba terjadi sejak 1970-an silam. Warga Kampung
Kubur ketika itu berada dalam kondisi sulit karena dengan kondisi perekonomian
minim yang sehari-harinya bekerja serabutan di dalam lingkungan tersebut. Pada
akhirnya justru memanfaatkan keadaan untuk memperoleh penghasilan tambahan
dengan beragam cara pula. Salah satunya dengan menyediakan lahan parkir dan
menjadikan tempat tinggalnya untuk para pengguna narkoba yang masuk ke
kampung tersebut membuat warga memanfaatkannya sebagai peluang bisnis
sehingga kampung ini mulai dijadikan kampung narkoba oleh sebagian penghuninya
(Marbun, 2016. daerah.sindonews.com, diakses pada tanggal20 Februari 2016 pukul
21.15 WIB).
Paling mengherankan adalah bahwa lokasi Kampung Kubur berada di pusat
kota yang seharusnya mudah dideteksi dan dijangkau orang banyak. Namun dengan
kekuatan para bandar narkoba dan seluruh pengikutnya seolah kebal dan tahan
dengan segala hukum yang berlaku. Ketidakberdayaan masyarakat dalam

Universitas Sumatera Utara

memberantas narkoba di Kampung Kubur menjadi salah satu alasan kenapa tempat
ini tumbuh subur dengan peredaran barang haram tersebut.
Kepala BNNP Sumut Brigjen Agus Andi Loedianto menyatakan pihaknya
sangat mendukung polisi yang menggandeng pihaknya dan instansi lain untuk
membersihkan Kampung Kubur karena peredaran narkoba di Kampung Kubur sudah
sangat meresahkan. Terbukti anak berusia 10 tahun sudah positif narkoba. Anak 10
tahun sudah terindikasi narkoba dan itu merupakan bentuk pengkaderan narkoba
(Andi, 2016. m.jpnn.com, diakses pada tanggal 16 Maret 2016 pukul 23.18 WIB).
Setelah adanya pembersihan dari aparat gabungan yang cukup menyita
perhatian masyarakat tersebut, sekarang bisnis narkoba di Kampung Kubur tidak ada
lagi dan sudah di kawal pihak berwajib. Selain itu, pembinaan-pembinaan pun terus
dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat Kota Medan.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang dapat dilihat
beberapa persoalan yang cukup serius.Pertama, Kampung Kubur memiliki sejarah
yang panjang dengan berbagai multikultur seperti agama, suku, ras, dan budaya.
Kedua, adanya sebuah fakta sosial bahwa di Kampung Kubur adanya peredaran
barang-barang haram seperti narkoba yang sangat membahayakan. Ketiga, imbas
dari peredaran narkoba yang pada mulanya ditingkat orangtua kemudian berimbas
pada anak remaja. Keempat, keterlibatan remaja dengan narkoba sangat erat
kaitannya dengan pola asuh orangtua terhadap anak mereka. Kelima, adanya saling
keterkaitan antara orangtua dengan anak remaja dalam persoalan narkoba di
Kampung Kubur terutama bagaimana sebenarnya anak-anak remaja diperlakukan.
Dari fakta-fakta tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

Universitas Sumatera Utara

“Analisis

Pola

Asuh

Orangtua

Remaja

dalam

Mengantisipasi

Bahaya

Penyalahgunaan Narkoba di Kampung Kubur”.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka
masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pola asuh orangtua
remaja dalam mengantisipasi bahaya penyalahgunaan narkoba di Kampung Kubur ?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola asuh orangtua
remaja dalam mengantisipasi bahaya penyalahgunaan narkoba di Kampung Kubur.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam rangka :
1.

Secara pribadi, untuk menerapkan ilmu yang diperoleh sebagai mahasiswa FISIP
USU serta menambah wawasan bagi penulis.

2.

Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan lebih
lanjut dan sebagai langkah awal untuk penelitian-penelitian berikutnya.

1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan ke dalam enam bab dengan sistematika
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan

latar

belakang

masalah,

perumusan

masalah,

tujuan,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan
objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep.
BAB III: METODE PENELITIAN
Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data serta
teknik analisis data.
BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan

tentang

gambaran

umum

mengenai

lokasi

dimana

peneliti melakukan penelitian.
BAB V: ANALISIS DATA
Berisikan

tentang

uraian

data

yang

diperoleh

dalam

penelitian

serta analisisnya.
BAB VI: PENUTUP
Berisikan

kesimpulan

dan

saran

yang

bermanfaat

sehubungan

dengan penelitian yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara