Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre

(1)

ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA

KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN

AL - KAMAL SIBOLANGIT CENTRE

Diajukan Oleh :

LISTA HARIYANTI SIREGAR 060902059

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Abstrak LISTA HARIYANTI SIREGAR

060902059

ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 82 halaman, 2 bagan, 5 tabel, 2 lampiran, 22 pustaka)

Penelitian mengenai Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk pola asuh yang dilakukan oleh orangtua remaja korban penyalahgunaan narkoba yang menjadi pasien di Al-Kamal Sibolangit Centre.

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di Al-Kamal Sibolangit Centre yang beralamat di Jalan Medan Berastagi Km. 12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Deli Serdang Sumatera Utara. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini berupa informan yang ditetapkan secara purposive cluster sampling (sampel kelompok). Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis dan deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti dari lapangan dan akan disimpulkan dalam bentuk Life Story dan dianalisis kemudian.

Hasil dari penelitian didapat bahwa dalam mendidik anak, orangtua ketiga informan memiliki tipe pola asuh yang berbeda. Secara berturut dari informan I, II dan III tipe pola asuh yang diterapkan adalah pola asuh tipe penyabar, otoriter, penelantar. Walaupun dalam hasil data di lapangan, pola asuh orangtua korban lebih kepada perpaduan dari tipe pola asuh yang telah ditetapkan oleh peneliti sendiri. Namun peneliti mencoba untuk mengkerucutkan tipe pola asuh orangtua korban berdasarkan kecenderungan indikator-indikator tipe pola asuh yang telah peneliti tetapkan.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SOCIAL WELFARE DEPARTEMENT

Abstract

LISTA HARIYANTI SIREGAR 060902059

ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE

(This thesis is composed of 6 chapters, 82 pages, 2 charts, 5 tables, 2 appendix, 22 references)

Analysis of Research on Parents Parenting Teens Drug Abusers By Al-Kamal Sibolangit Centre aims to describe how the shape of parenting teenagers conducted by the parents who become victims of drug abuse patients in Al-Kamal Sibolangit Centre. This form of descriptive qualitative research conducted in Al-Kamal Sibolangit Centre which is located at Jalan Medan Berastagi Km. Like Makmur Subdistrict 12.5 Sibolangit Village Deli Serdang, North Sumatra. As for who becomes the subject of this research is a set of informants in a purposive cluster sampling (sample group). Data collection techniques used in this research is descriptive analysis technique and, by collecting, managing, presenting and describing the research results obtained from the field and researchers will be concluded in the form of Life Story and analyzed later. Results of the study found that in educating children, parents three informants have different types of parenting. Respectively of the informants I, II and III types of parenting that is applied is the type of patient care pattern, authoritarian, penelantar. Although the results of the data in the field, the ways to teach parents of victims rather the combination of this type of parenting that have been set by the researchers themselves. But the researchers tried to conical type based on the victim's parents parenting trend indicators have been types of parenting that the researchers set.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan rahmat-Nya, penulis masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre. Penulis berharap dengan adanya skripsi ini, dapat menjadi manfaat dalam memberikan kontribusi keilmuan tentang pola asuh orangtua terhadap remaja korban penyalahgunaan narkoba.

Penulis sadar, bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat menghargai setiap saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

Tidak lupa juga pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah setia memberikan berkat dan rahmatnya buat penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis bersyukur masih bisa diberi kesempatan di dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih penulis sampaikan karena telah membimbing penulis sampai skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.


(5)

5. Seluruh dosen dan staff pegawai di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial. 6. Orang tua penulis, Gr. J. Siregar dan T. Hutapea (†). Terima kasih karena

telah mendidik dan membesarkan penulis sampai saat ini. Penulis tahu begitu besar pengorbanan dan kasih sayang yang kalian berikan kepada saya terutama di saat masa-masa sulit. Penulis persembahkan skripsi ini buat “mama”, pastinya mama bahagia melihat putri bungsumu ini akhirnya dapat menyelesaikan studiku (miss u mom).Buat ayahku, penulis tidak bisa membalas sedikitpun apa yang telah ayah berikan. Biarlah Tuhan Yesus Kristus yang selalu setia menjaga dan memberkati mu ayah. Saya berharap itu. 7. Abangku dan kakak ipar (Iwan Siregar / Elvikartina Sinaga) juga buat kakaku dan abang ipar (Timoria Siregar / Dompak Hutabarat) dan buat abangku Jhon Faisal Siregar (dimana pun kau berada……???????). Dan juga buat ponaanku teersayang Ester Rachel Garcia Siregar(walaupun masih kecil). Terima kasih penulis sampaikan kepada abang dan kakak semua atas dukungan dan semangat yang tidak pernah henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Nopember 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….….i

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI………..vi

DAFTAR TABEL………...x

DAFTAR BAGAN………...xi

DAFTAR LAMPIRAN………..xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang……….1

1.2Perumusan Masalah……….6

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian………...6

1.3.2. Manfaat Penelitian……….6

1.4Sistematika Penulisan………..7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh Orangtua...………8

2.1.1 Keluarga...……….………..8

2.1.1.1 Peranan dan Fungsi Keluarga... .………...8

2.2 Narkoba....………...19

2.3 Penyalahgunaan Narkoba………....………23

2.4 Remaja...………25

2.5 Kesejahteraan Sosial………...……….32

2.6 Kerangka Pemikiran………..………..33

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional……..………...35

2.7.1 Defenisi Konsep ...………...35


(7)

BAB III TIPE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian………39

3.2 Lokasi Penelitian………39

3.3 Subjek Penelitian...40

3.4 Studi Lapangan...………....40

3.5 Teknik Analisis Data……….41

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Berdirinya Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre....42

4.2 Visi dan Misi...43

4.3 Struktur Organisasi Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ..44

4.4 Fasilitas Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre...49

4.5 Metode Pengobatan Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre...58

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Identitas Informan...……….…….….61

5.2 Keluarga dan Pola Asuh Orangtua……….….…...65

5.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Jasmani Anak...67

5.2.2 Keluarga Sebagai Tempat Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Anak...71

5.2.3 Sifat Diri Menurut Informan...74

5.3 Pola Asuh Orangtua...………….………77

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan………82

6.2 Saran………..83


(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Pemikiran……… 33

Bagan 2 Bagan Struktur Organisasi Panti Rehabilitasi


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika

Di Sumatera Utara... 29

Tabel 5.1 Identitas Informan... 61

Tabel 5.2 Jenis Narkoba yang Pertama Sekali Dipakai... 63


(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Abstrak LISTA HARIYANTI SIREGAR

060902059

ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 82 halaman, 2 bagan, 5 tabel, 2 lampiran, 22 pustaka)

Penelitian mengenai Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk pola asuh yang dilakukan oleh orangtua remaja korban penyalahgunaan narkoba yang menjadi pasien di Al-Kamal Sibolangit Centre.

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di Al-Kamal Sibolangit Centre yang beralamat di Jalan Medan Berastagi Km. 12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Deli Serdang Sumatera Utara. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini berupa informan yang ditetapkan secara purposive cluster sampling (sampel kelompok). Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis dan deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti dari lapangan dan akan disimpulkan dalam bentuk Life Story dan dianalisis kemudian.

Hasil dari penelitian didapat bahwa dalam mendidik anak, orangtua ketiga informan memiliki tipe pola asuh yang berbeda. Secara berturut dari informan I, II dan III tipe pola asuh yang diterapkan adalah pola asuh tipe penyabar, otoriter, penelantar. Walaupun dalam hasil data di lapangan, pola asuh orangtua korban lebih kepada perpaduan dari tipe pola asuh yang telah ditetapkan oleh peneliti sendiri. Namun peneliti mencoba untuk mengkerucutkan tipe pola asuh orangtua korban berdasarkan kecenderungan indikator-indikator tipe pola asuh yang telah peneliti tetapkan.


(11)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SOCIAL WELFARE DEPARTEMENT

Abstract

LISTA HARIYANTI SIREGAR 060902059

ANALISIS POLA ASUH ORANGTUA REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE

(This thesis is composed of 6 chapters, 82 pages, 2 charts, 5 tables, 2 appendix, 22 references)

Analysis of Research on Parents Parenting Teens Drug Abusers By Al-Kamal Sibolangit Centre aims to describe how the shape of parenting teenagers conducted by the parents who become victims of drug abuse patients in Al-Kamal Sibolangit Centre. This form of descriptive qualitative research conducted in Al-Kamal Sibolangit Centre which is located at Jalan Medan Berastagi Km. Like Makmur Subdistrict 12.5 Sibolangit Village Deli Serdang, North Sumatra. As for who becomes the subject of this research is a set of informants in a purposive cluster sampling (sample group). Data collection techniques used in this research is descriptive analysis technique and, by collecting, managing, presenting and describing the research results obtained from the field and researchers will be concluded in the form of Life Story and analyzed later. Results of the study found that in educating children, parents three informants have different types of parenting. Respectively of the informants I, II and III types of parenting that is applied is the type of patient care pattern, authoritarian, penelantar. Although the results of the data in the field, the ways to teach parents of victims rather the combination of this type of parenting that have been set by the researchers themselves. But the researchers tried to conical type based on the victim's parents parenting trend indicators have been types of parenting that the researchers set.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan berbagai kalangan dan telah menjadi ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dari segenap elemen Bangsa. Ancaman nasional tersebut berpotensi besar mengganggu kelangsungan hidup bangsa dan negara serta menggangu ketahanan diri, keluarga dan masyarakat baik secara fisik, mental, dan secara sosial ekonomi. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat, hal tersebut terlihat dari peningkatan angka kejahatan narkoba yang ada di tengah masyarakat.

Masalah penggunaan narkoba di Indonesia merupakan masalah serius yang harus dicarikan jalan penyelesaiannya dengan segera. Banyak kasus yang menunjukkan akibat dari masalah di atas telah menyebabkan banyak kerugian, baik materi maupun non materi, banyak kejadian seperti perceraian, atau kesulitan lain bahkan kematian yang disebabkan oleh ketergantungan terhadap narkoba.

Indonesia yang semula menjadi negara transit atau tempat pemasaran sekarang sudah meningkat menjadi salah satu negara tujuan bahkan merupakan negara eksportir atau negara produsen. Dalam hal seorang anak LN (15) warga P. Siantar menggunakan narkotika di hukum 8 bulan. (Waspada, 22 Mei 2009).

Ketika terjadi perubahan dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus adalah para remaja, hal ini disebabkan karena mereka memiliki karakteristik tersendiri yang unik, labil, sedang pada taraf mencari


(13)

identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju dewasa dan sebagainya. Masa remaja ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan.

Dalam perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang masa yang berbahaya, karena pada masa ini seorang mengalami masa transisi atau peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju kedewasaan yang sering ditandai dengan krisis kepribadian. Dimana remaja sedang mencari jati dirinya.

Pencarian identitas diri pada perkembangan masa remaja inilah sebenarnya sangat diperlukan perhatian dari keluarga. Bentuk kepemimpinan keluarga yang ada dalam sebuah keluarga dapat membantu pembentukan kepribadian seorang remaja untuk menemukan jati dirinya. Sehingga terhindar dari hal-hal yang bersifat negatif, yang antara lain adalah penyalahgunaan narkoba.

Oleh karena itu, kondisi keluarga mempunyai pengaruh pada terjadinya penyalahgunaan narkoba pada remaja. Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai dengan keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, hubungan interpersonal antarkeluarga, dapat merupakan faktor yang berperan serta pada penyalahgunaan narkoba.

Jumlah pelaku penyalahgunaan narkoba tahun 2009 ini, sebagian besar sudah melibatkan kalangan remaja. Di PN Ternate sampai akhir Mei 2009 tercatat 20 kasus yang disidangkan, dan jumlah tersebut sudah melampaui kasus penyalahgunaan narkoba yang disidangkan di PN Ternate tahun 2008 yakni 19 kasus. Sebagian besar latar belakang kasus penyalahgunaan narkoba tersebut merupakan faktor keluarga dan lingkungan sekitar.


(14)

Sebagai peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa, masa remaja merupakan masa yang penuh dengan kesulitan dan gejola, baik bagi remaja sendiri maupun bagi orang tuanya. Seringkali karena ketidaktahuan dari orang tua mengenai keadaan masa remaja tersebut ternyata mampu menimbulkan bentrokan dan kesalahpahaman antara remaja dengan orang tua yakni dalam keluarga atau remaja dengan lingkungannya.

Hal tersebut di atas tentunya tidak membantu si remaja untuk melewati masa ini dengan wajar, sehingga berakibat terjadinya berbagai macam gangguan tingkah laku seperti penyalahgunaan zat, atau kenakalan remaja atau gangguan mental lainnya. Orang tua seringkali dibuat bingung atau tidak berdaya dalam menghadapi perkembangan anak remajanya dan ini menambah parahnya gangguan yang diderita oleh anak remajanya.

Fakta tersebut harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak terkait, baik masyarakat maupun aparat berwajib, karena penyalahgunaan narkoba itu selain melanggar hukum juga dapat merusak moral generasi bangsa. Dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba tersebut, tidak cukup hanya dengan menggunakan pendekatan penegakan hukum, tapi juga harus disertai dengan upaya penyuluhan dan sosialisasi mengenai bahaya narkoba kepada masyarakat,

terutama kalangan remaja.

Data kasus penyalahgunaan narkoba yang dijelaskan oleh Kabag Bina Mitra Polwitabes Surabaya yang menyatakan bahwa, dari tahun 2007-2008 tercatat anak yang berusia 17-25 tahun yang terlibat penyalahgunaan narkoba


(15)

meningkat 100%. Kebanyakan dari mereka mengkonsumsi narkoba atau turut mengedarkan narkoba.

Jumlah pelajar atau remaja yang terlibat narkoba diperkirakan lebih besar dari jumlah yang diungkap polisi. Ibaratnya, narkoba yang diungkap polisi hanya bagian permukaan saja atau biasa disebut fenomena Gunung Es. Mereka rata-rata sembunyi-sembunyi saat mengonsumsi barang haram tersebut.

Melalui data dari lapangan yaitu hasil wawancara peneliti dengan koordinator pekerja sosial dip anti tersebut menyatakan bahwa korban narkoba di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tersebut kebanyakan adalah anak yang kurang mendapat perhatian karena orang tua sibuk mencari rejeki, terlalu dimanjakan, mendapat perlakuan kasar dan keras serta memiliki masalah keluarga seperti keluarga tidak harmonis dan perceraian orang tua. Mereka mulai terjerumus dalam penggunaan narkoba karena tidak mendapat kasih saying dan perhatian dari orang tua sedangkan ada juga yang mendapat kasih sayang yang berlebihan sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan pada anak untuk menuntut segala keinginannnya harus dipenuhi. Inilah yang mendasari keinginan peneliti untuk melakukan penelitian dip anti rehabilitasi tersebut.

Korban narkoba sudah sepantasnya mendapatkan pengobatan, perawatan dan pembinaan karena memang benar-benar sakit : sakit fisik dan psikisnya. Untuk itu, dalam upaya terapi dan rehabilitasi harus dilibatkan pakar medis, psikolog, konselor dan juga ahli keagamaan. Dukungan keluarga juga sangat membantu korban untuk pulih, selain tekad dan niat pribadi itu sendiri. Banyak cara yang telah dilakukan unutk menanggulangi permasalahan narkoba ini.


(16)

Diantaranya melaksanakan kampanye, menyebarkan informasi kepada lingkungan masyarakat, sekolah dan sebagainya.

Selain itu, panti-panti rehabilitasi milik pemerintah maupun swasta juga didirikan khusus untuk korban narkoba yang memiliki inisiatif dan keinginan untuk pulih sekaligus bersih dari narkoba. Dewasa ini banyak terdapat panti rehabilitasi yang didirikan sebagai upaya untuk melakukan pengobatan pada korban narkoba dengan menggunakan berbagai metode pengobatan. Diantaranya adalah Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berminat untuk mengetahui, membahas dan melakukan suatu penelitian dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul penelitian “Analisis Kepemimpinan Keluarga Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre”.


(17)

1.2. Perumusan Masalah

Adapun masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre”.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk “ Mendeskripsikan Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre”.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Temuan yang dihasilkan oleh penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :

1. Secara Akademis, dapat memberikan sumbangan positif terhadap khasanah keilmuan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial mengenai konsep pelayanan sosial.

2. Secara Teoritis, dapat mempertajam kemampuan di dalam bidang penulisan karya ilmiah dan menambah khasanah penulis tentang penerapan metode pelayanan sosial.


(18)

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, sumber informasi data (informan), teknik pengumpulan data serta teknik menganalisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum mengenai lokasi penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian serta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pola Asuh Orang Tua 2.1.1. Keluarga

Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antara suami istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller marumuskan keluarga sebagai miniatur dari organisasi sosial, meliputi sedikitnya dua generasi dan terbentuk secara khusus melalui ikatan darah (Gunarsa, 1993 : 230).

Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.

2.1.1.1. Peranan dan Fungsi keluarga

Peranan dan fungsi keluarga sangat luas dan uraian mengenai ini sangat bergantung dari sudut orientasi mana akan dilakukan. Peranan dan fungsi keluarga diantaranya yaitu :


(20)

1. Dari sudut biologi, keluarga berfungsi untuk melanjutkan garis keturunan. 2. Dari sudut psikologi perkembangan, keluarga berfungsi untuk

mengembangkan seluruh aspek kepribadian sehingga bayi yang kecil menjadi anak yang besar yang berkembang dan diperkembangkan seluruh kepribadiannya, sehingga tercapai gambaran kepribadian yang matang, dewasa dan harmonis.

3. Dari sudut pendidikan, keluarga berfungsi sebagai tempat pendidikan informal, tempat dimana anak memperkembangkan dan diperkembangkan kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki, sehingga mencapai prestasi yang sesuai dengan kemampuan dasarnya dan memperlihatkan perubahan perilaku dalam berbagai aspeknya seperti yang diharapkan dan direncanakan.

4. Dari sudut sosiologi, kelurga berfungsi sebagai tempat untuk menanamkan aspek sosial agar bias menjadi anggota masyarakat yang mampu berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.

Menurut Prof. Dr. J. Verkuyl ada tiga fungsi dan peranan keluarga (orangtua) yaitu :

1. Mengurus keperluan materil anak-anak.

Ini merupakan tugas pertama dimana orangtua harus memberi makan, tempat perlindunangan dan pakaian kepada anak-anak. Anak-anak sepenuhnya tergantung kepada orangtuanya karena anak belum mampu mencukupi kebutuhannya sendiri.


(21)

2. Menciptakan suatu “home” begi anak-anak.

Home disini berarti bahwa di dalam keluarga itu anak-anak dapat berkembang dengan subur, merasakan kemesraan, kasih sayang, keramah-tamahan, merasa aman, terlindungi dan lain-lain. Di rumahlah anak merasa tentram, tidak merasa kesepian dan selalu gembira.

3. Tugas Pendidikan.

Tugas mendidik, merupakan tugas terpenting dari orangtua terhadap anak-anaknya (Ahmadi, 1999 : 246)

Dari beberapa penyajian tentang fungsi dan peranan keluarga, nyatalah betapa pentingnya keluarga terutama bagi perkembangan kepribadian seseorang. Keluarga menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang remaja, banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya, jelasnya apa yang dialami dalam lingkungan keluarganya.

Lingkungan rumah, khususnya orangtua menjadi teramat penting sebagai tempat penting sebagai temapat persemaian dari benih-benih yang akan tumbuh dan berkembang lebih lanjut. Buruk dialami keluarga akan buruk pula diperlihatkan dalam lingkungannnya. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang diperoleh dari keluarga (Gunarsa, 1999 : 186).

Keluarga dengan kata lain yaitu orang tua pada hakekatnya, di dunia ini tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi orang jahat, bermasalah atau tidak berguna pada keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. Namun


(22)

secara tidak sengaja, terkadang orang tua lupa bahwa pola asuh yang diretapkan pada anak juga sangat berpengaruh untuk membentuk perkembangan kepribadian anak tersebut.

Pola pengasuhan dapat diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu: pola pengasuhan autoritatif, pola pengasuhan otoriter, pola pengasuhan penyabar/pemanja dan pola pengasuhan penelantar (Prasetya, 2003:27).

a. Pola pengasuhan autoritatif/demokratis

Kebanyakan orang tua yang menerapkan pola asuh jenis autoritatif ini lebih memilih untuk bertindak rasional dan demokratis terhadap anak-anaknya. Dalam penerapan pola asuh autoritatif (demokratis) orang tua lebih banyak memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk beraktivitas, bergaul dan berkreasi mengikuti keinginan dan kemampuannya. Anak-anak bebas bersosialisasi dengan orang-orang di sekelilingnya namun masih tetap berada di bawah pengawasan.

Di sisi yang lain orang tua menunjukkan sikap tegas dan konsisten dalam menerapkan disiplin, nilai-nilai dan aturan-aturan yang jelas serta tidak bisa dilanggar namun orang tua tetap mendengarkan keinginan dan pandangan anaknya sendiri. Orang tua juga mendidik anaknya untuk tidak meminta sesuatu secara berlebihan namun tetap memikirkan kondisi dan kesanggupan orang tua untuk memenuhi permintaan serta keinginannya. Orang tua bernegosiasi dan menghargai hak serta pendapat anak sehingga ikatan kekeluargaan bagaikan hubungan antar teman yang lebih erat dan akrab. Secara keseluruhan, pendekatan orang tua terhadap anaknya terkesan lebih hangat dan mesra.


(23)

b. Pola pengasuhan otoriter

Orang tua otoriter menganggap bahwa anak adalah hak mutlak dan karena itu mereka cenderung menetapkan standar mutlak pada anak-anaknya. Mereka memperlakukan anak-anak mereka dengan sesuka hati dan selain itu mengancam, membentak atau memperlakukan anak dengan keras dengan tujuan untuk menakut-nakuti anak ataupun agar anak patuh dan tidak berani melawan. Padahal tanpa di sadari orang tua yang menerapkan pola asuh ini, anaknya tersebut sebenarnya membantah segala aturan dan perintah yang ditetapkan tersebut, sehingga di masa yang akan datang anak ini akan berani menentang aturan dan perintah dengan cara kekerasan juga.

Anak-anak yang dididik dengan pola asuh ini kebenyakan menuruti kehendak orang tuanya bukan karena rasa hormat tapi karena takut akan hukuman yang akan diberikan seandainya tidak menurut atau melawan, maka anak memilih untuk berdiam diri dan tidak berani untuk berinisiatif dalam melakuakan sesuatu.

Komunikasi yang tercipta diantara orang tua dan anak lebih bersifat satu arah di mana segalanya ditentukan oleh orang tua tanpa mempertimbangkan pikiran dan perasaan anak. Orang tua jenis otoriter ini cenderung menjaga jarak dengan anaknya dan jarang untuk mengajak anak berdiskusi tentang hal apa pun. Biasanya orang tua berbicara kasar walaupun ingin minta bantuan dari anak. Tidak ada keramahan atau kelemah-lembutan dalam berkomunikasi dengan anak. Anak juga berusaha menghindar untuk duduk satu ruangan ataupun makan bersama-sama dengan orang tuanya karena rasa tidak enak dan tidak tenang dengan situasi yang kaku tersebut.


(24)

Kebanyakan anak yang di asuh dnegan pola pengasuhan otoriter ini cenderung menarik diri secara sosial, kurang spontan, dan tampak kurang percaya diri. Pola pengasuhan ini sering kali menjadi pola warisan yang berulang-ulang pada generasi keluarga yang berikutnya di mana anak yang diasuh dengan cara kekerasan, malah cenderung untuk mendidik anaknya dengan cara yang sama pada masa yang akan datang.

c. Pola pengasuhan penyabar (pemanja)

Pola asuh jenis ini bertolak belakang atau kebalikan dari pola pengasuhan otoriter. Orang tua yang mendidik anak dengan cara ini justru memprioritaskan kebutuhan dan kepentingan anak di tempat yang paling utama. Semua harapan dan kemauan anak dituruti tanpa bertanya apa alasan dan tujuan anak tersebut menginginkan harapan dan kemuannya tersebut dipenuhi. Selain itu orang tua juga tidak memikirkan apakah dengan memenuhi harapan dan kemauan anak tersebut akan memberi manfaat yang baik untuk anak. Orang tua lebih suka anaknya memperoleh sesuatu dengan cara yang mudah tanpa perlu mempersulit diri si anak.

Kasih sayang dan perhatian yang diberikan orang tua kepada anak terlalu berlebihan sehingga sampai ke satu tahap orang tua tidak akan berani atau malah tidak pernah untuk menegur segala kesalahan yang dilakukan anaknya karena takut anaknya sakit hati, kecewa, sedih sehingga menangis dan sebagainya.

Di dalam pola pengasuhan ini, orang tua cenderung untuk bersikap melindungi anak dalam apa pun situasi dan kondisi walaupun anaknya tersebut sebenarnya berada pada posisi yang salah. Bagi orang tua, anak mereka selalu berada pada posisi yang tepat dan benar walaupun pada situasi tertentu anak


(25)

tersebut tahu yang dia melakukan kesalahan namun ragu karena orang tuanya tidak menegur atau menyatakan bahwa apa yang dilakukannya itu salah.

Orang tua tidak pernah berpikir bahwa anak yang diperlakukan seperti itu suatu masa nanti akan cenderung menjadi impulsive (memerlukan dorongan dari orang lain), manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, egois, kurang percaya diri, sombong dan lain-lain. Dari segi hubungan dengan orang luar selain lingkungan keluarga, kebanyak orang yang datang dari latar belakang pola pengasuhan penyabar (pemanja) kurang matang secara sosial. Mereka tidak mau memikirkan hati dan perasaan orang lain serta hanya menuntut pemahaman dan pengertian dari orang lain terhadap diri mereka. Hal yang paling utama, mereka harus menjadi yang pertama dalam segala-galanya dan dengan kata lain prioritas mereka hendaklah yang paling utama.

Walaupon anak yang dididik dengan pola asuh ini kebanyakan akan cenderung menjadi impulsive (memerlukan dorongan dari orang lain), manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, egois, kurang percaya diri, sombong dan banyak lagi sifat lain yang timbul seiring dengan berkembangnya pribadi anak, namun pada kenyataannya banyak juga anak yang malah menjadi agresif, tidak patut dan menentang orang tuanya lantaran tidak pernah ditegur atau dilarang ketika mereka melakukan sesuatu hal yang salah, contohnya memukul atau menganiaya orang-orang disekitarnya. Biasanya hal seperti ini mulai kelihatan apabila orang tua mulai membatasi keperluan atau kebutuhan anak sehingga anak merasakan orang tua mereka sudah tidak menyayangi mereka, tidak peduli dengan mereka lagi.


(26)

d. Pola pengasuhan penelantar

Anak yang diasuh dengan pola ini adalah anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Orang tua sibuk bekerja sehingga lupa tanggung jawabnya sebagai ibu atau bapak yang merupakan sosok yang penting dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mental, fisik dan psikologis anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadang kala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka.

Anak dibiarkan berkembang dengan kemampuannya sendiri serta pengalaman-pengalaman yang terjadi di lingkungan sekitarnya tanpa mendapat tuntutan dan pedoman dari orang tuanya. Selain itu, tidak jarang juga ditemukan anak yang diterlantarkan oleh orang tuanya ini tidak mendapat pendidikan akademik ataupun agama yang memadai untuk menunjang kehidupanya di masa yang akan datang.

Terdapat berbagai macam alasan yang menyebabakan orang tua menerapkan pola pengasuhan penelantar dan salah satunya adalah anak yang ditolak kehadirannya di dalam keluarga. Banyak kasus yang terjadi dalam kehidupan nyata di mana orang tua yang menolak kehadiran anaknya tersebut karena anak adopsi, anak tiri, anak dari hasil selingkuhan maupun anak yang kurang sempurna (cacat dari mental, fisik, maupun psikis) dan lain-lain. Anak yang tidak mampu untuk hidup sendiri dibiarkan terlantar tanpa diperhatikan. Orang tua menganggap bahwa memiliki anak dalam kondisi seperti itu malah memberikan kesusahan dan menambah beban dalam hidup mereka.


(27)

Selain itu, kemiskinan juga mengakibatkan banyak anak-anak yang terpaksa hidup dalam keadaan terlantar tanpa mendapat perhatian dari orang tuanya. Mereka masih belum mampu untuk melakuakan pekerjaan lain atau tidak bisa mencari pekerjaan yang lebih baik karena tidak memiliki pendidikan. Pola pengasuhan penelantar merupakan pengasuhan yang beresiko paling tinggi menyebabkan penyimpangan kepribadian dan perilaku anti sosial.

2.2. Remaja

WHO mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2002).

Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transpormasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (Ali, 2004 : 9)

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tepat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima untuk masuk ke


(28)

golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksiamal fungsi fisik maupun psikisnya.

Pembagian masa perkembangan anak ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam mempelajari masa remaja. Perlulah dikemukakan beberapa pendapat dan pembagian masa perkembangan anak dari beberapa ahli.

a. Aristoteles

Menurut Aristoteles, masa perkembangan anak sampai umur 21 tahun dibagi ke dalam tiga tahap :

1.Umur 0 – 7 tahun adalah tahap bermain (fase egosentris) 2.Umur 7 – 12 tahun adalah tahap sekolah dasar (fase realistis) 3.Umur 12 – 21 tahun adalah tahap pubertas (fase idealistis) b. Prof. Dr. Kohnstam

Prof. Dr. Kohnstam membagi tiga masa perkembangan : 1.Umur 0 – 7 tahun : masa bayi dan kanak-kanak

2.Umur 7 – 13 tahun : masa sekolah atau masa intelektual 3.Umur 12 – 21 tahun : masa social

Masa sosial dibagi lagi ke dalam empat masa yaitu : 1.Masa pueral : umur 12 – 14 tahun

2.Masa prapubertas (awal remaja) : umur 14 – 15 tahun 3.Masa pubertas (remaja) : umur 15 – 18 tahun

4.Masa adolesensi : umur 18 – 21 tahun c. Dr. Zakiah Daradjat


(29)

Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya, Kesehatan Mental, membagi perkembangan anak ke dalam empat masa yaitu :

1.Masa bayi : umur 0 – 2 tahun

2.Masa kanak-kanak : umur 2 – 5 tahun 3.Masa sekolah : umur 5 – 12 tahun 4.Masa remaja : umur 12 – 21 tahun

Setelah meneliti perkembangan anak seperti di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa masa remaja dalam usia perkembangan anak berada dalam usia 12 sampai 21 tahun.

a. Perubahan fisik

Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis, di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa hormone, seperti hormone gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormone kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosterone, oestrogen, dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan. Dampak dari produksi hormone adalah:

1. Ukuran otot bertambah dan semakin kuat.

2. Menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur sebagai tanda kemasakan.

3. Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar kemaluan, ketiak dan muka.


(30)

b. Perubahan Emosional.

Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanakkanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yangekstrem dan selalu merasa mendapatkan tekanan. Bila pada akhir masa remaja mampu menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan mampu memgekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang stabil. Ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap sebagai berikut (Hurlock, 1999):

1. Tidak bersikap kekanak-kanakan. 2. Bersikap rasional.

3. Bersikap objektif

4. Dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak lebih lanjut.

5. Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. 6. Mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi. c. Perubahaan sosial

Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan perubahan dan perkembangan remaja, menyebutkan dua bentuk perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya.


(31)

Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku.

Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis dan kelompoknya (Monks, 1999)


(32)

Tabel 2.1

Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika di Sumatera Utara U S I A

DAERAH 6-11 12-15 16-18 19-23 24,dst Tidak Diketahui

JUMLAH

MEDAN 0 4 24 81 506 142 757

BINJAI 0 2 4 19 88 4 117

T. TINGGI 0 1 3 8 49 7 68

P. SIANTAR 0 1 1 5 31 2 40

T. BALAI 0 0 0 3 56 18 77

P. SIDEMPUAN 0 0 0 1 4 8 13

SIBOLGA 0 0 0 3 13 5 21

LANGKAT 0 0 5 15 95 13 128

DELI SERDANG 0 3 1 11 46 1 68

SERGEI 0 0 5 13 52 1 71

SIMALUNGUN 0 0 2 17 55 3 75

ASAHAN 0 0 9 21 94 7 131

LABUHAN BATU 0 0 2 11 48 8 69

TAPSEL 0 0 0 3 12 0 15

MADINA 0 0 1 1 13 0 15

TAPTENG 0 1 1 4 7 0 13

NIAS 0 0 0 0 1 0 1

NIAS SELATAN 0 0 0 0 0 0 0

TAPUT 0 0 0 0 2 0 2

TOBASA 0 0 0 2 5 0 7

SAMOSIR 0 0 0 0 4 0 4

HUMBAHAS 0 0 0 0 0 0 0

KARO 0 0 0 9 31 3 43

DAIRI 0 0 0 3 14 1 18

PAKPAK BARAT 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 0 12 58 236 1224 223 1753

Sumber : Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) tahun 2009.

Menurut Hurlock, sebab-sebab umum pertentangan keluarga selama masa remaja adalah sebagai berikut :

1. Standar perilaku

Remaja sering manganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan moderen berbeda dan standar perilaku orang tua yang kuno harus menyesuaikan diri dengan yang modern.


(33)

2. Metode disiplin

Kalau metode disiplin yang digunakan orang tua dianggap “tidak adil” atau “kekanak-kanakan”, maka remaja akan memberontak. Pemberontakan yang terbesar terjadi dalam keluarga dimana salah satu orang tua lebih berkuasa dari yang lainnya, terutama bila ibu yang mempunyai kekuasaan terbesar.

3. Hubungan dengan saudara kandung

Remaja mungkin menghina adik-adiknya dan membenci kakak-kakaknya sehingga menimbulkan pertentangan dengan mereka dan juga dengan orang tua yang dianggap bersikap “pilih kasih”.

4. Merasa menjadi korban

Remaja sering merasa benci kalau status sosial-ekonomi keluarga tidak memungkinkannya mempunyai simbol-simbol status yang mana dengan yang dimiliki teman-teman, seperti pakaian, mobil dan sebagainya. Remaja tidak menyukai bila harus memikul tanggung jawab rumah tangga seperti merawat adik-adik, atau bila orang tua tiri masuk ke rumah dan mencoba “memerintah”. Hai ini tidak disukai orang tua dan menambah ketegangan hubungan antara orang tua-remaja.

5. Sikap yang sangat kritis

Anggota keluarga tidak menyukai sikap remaja yang terlampau kritis terhadap diri mereka dan terhadap pola kehidupan keluarga pada umumnya.

6. Besarnya keluarga

Dalam keluarga sedang, yang terdiri dari tiga atau empat anak, lebih sering terjadi pertentangan dibandingkan dengan dalam keluarga kecil atau keluarga besar. Orang tua dalam keluarga besar tidak membenarkan adanya pertentangan,


(34)

sedangkan dalam keluarga kecil remaja bersikap lebih lunak dan tidak merasa perlu untuk memberontak.

7. Perilaku yang kurang matang

Orang tua yang sering mengembangkan sikap menghukum bila para remaja mengabaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab atau membelanjakan uang semaunya. Remaja membenci sikap kritis dan sikap menghukum ini.

8. Memberontak terhadap sanak saudara

Orang tua dan sanak keluarga menjadi marah bila remaja mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan bahwa pertemuan-pertemuan keluarga “membosankan” atau bila remaja menolak usul dan nasihat-nasihat mereka.

9. “Masalah palung pintu”

Kehidupan sosial remaja yang baru dan yang lebih akitf dapat mengakibatkannya melanggar peraturan keluarga mengenai waktu pulang dan mengenai teman-teman dengan siapa ia berhubungan, terutama teman-teman lawan jenis.

2.3. Narkoba

Narkoba merupalan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya. Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah ini muncul sekitar tahun 1998 karena banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang yang termasuk narkotika dan obat-obat adiktif yang terlarang. Oleh karena itu untuk memudahkan orang berkomunikasi dan tidak menyebut istilah yang tergolong panjang, maka kata-kata “narkotika narkotika, psikotropika dan


(35)

bahan-bahan adiktif lainnya” ini disingkat menjadi “narkoba”. (NO. SE/03/IV/2002/BNN tentang Penggunaan Istilah Narkoba )

Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) dapat mengubah dan bahkan merusak pikiran, suasana hati, ataupun perasaan, perilaku seseorang dan organ tubuh.

Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk kepentingan medis atau pengobatan. adapun kegunaannya adalah untuk menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal media dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang popular didalam masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu : Narkotika, psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya.

1. Narkotika

“Narkotika adalah zat-zat obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf sentral. (Prakoso ; 1982 : 15).”

Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa ngerio dan dapat menimbulkan ketergantungan (BNN, 2009).


(36)

Menurut UU No. 35 tahun 2009, narkotika terbagi dalam 3 golongan, yaitu:

A. Golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak didunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :

a. Ganja/cimeng/rumput/mariyuana b. Heroin/Putau

c. Shabu-shabu d. Ekstasi B. Golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk ujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :

a. Morfin b. Metadon C. Golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :


(37)

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat-obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (UU RI Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika).

Menurut UU No. 5 tahun 1997, narkotika terbagi dalam 2 golongan, yaitu: A. Golongan III

Banyak digunakan dalam pengobatan, memiliki potensi sedang dan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : flunitrazepam.

B. Golongan IV

Sangat luas digunakan dalam terapi, memiliki potensi ringan dan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : diazepam, nitrazepam.

3. Zat adiktif lainnya.

Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme

hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan yang dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk menggunakan kembali secara terus-menerus. Dan jenis zat adiktif yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :

A. Alkohol (ethanyl atau ethyl alcohol)

Hasil fermentasi/ peragian karbohidrat dari bulir padi-padian, cassava, sari buah anggur, nira.


(38)

Zat-zat yang disedot melalui hidung:

- Hidrokarbon alifatis (yang terdapat di lem, pelumas bensin, aerosol, semir sepatu)

- Halogen hidrokarbon (yang terdapat dalam minyak pelumas, freon, pendingin AC, Lemari es)

- Nitrat alifatis (yang terdapat dalam pengharum ruangan) - Keton

- Ester - Glytol C. Rokok

Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di dalam rokok terdapat racun berbahaya seperti :

- Nikotin

- Karbon monoksida - Karbondioksida - Asam biru - Arsenic

- Zat ari belerang - Berbagai amonial


(39)

2.4. Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum (Pasal 59, Undang-undang Nomor 5, tahun 1997, tentang Psikotropika dan Pasal 84, 85 dn 86, Undang-undang Nomor 35, tahun 2009, tentang Narkotika).

Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba secara terus-menerus atau sekali-kali atau kadang-kadang dan berlebihan serta tidak menunjuk petunjuk dokter dan praktek kedokteran. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan gangguan-gangguan tertentu pada badan dan jiwa seseorang dengan akibat sosial yang tidak diinginkan dan merugikan. (Widjono, 1981:1).

Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu proses yang makin meningkat dari taraf coba-coba ke taraf penggunaan untuk hiburan, penggunaan situasional, penggunaan teratur sampai kepada ketergantungan. Meskipun taraf coba-coba bisa langsung terseret kepada taraf ketergantungan oleh karena sifat narkoba yang mempunyai daya yang menimbulkan ketergantungan yang tinggi.

Penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara ditelan, dirokok, disedot dengan hidung, disuntikkan kedalam pembuluh darah balik (intravena), disuntikkan kedalam otot atau disuntikkan kedalam lapisan lemak di bawah kulit.

Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.

Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang makin tinggi dosisnya untuk menghasilkan khasiat yang sama (menimbulkan daya toleransi).


(40)

Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak akan menimbulkan gejala putus narkoba, yaitu perasaan nyeri seluruh badan yang tidak terperikan.

Sekali mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan mencoba lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada umumnya, baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah terlambat, yaitu sudah berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak bisa ditinggalkan.

2.5. Kesejahteraan Sosial

Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam UU No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial sosial, pasal 2 ayat 1 adalah sebagai berikut :

“Kesejahteraan Sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan keturunan lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warganegara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat serta menjunjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan falsafah Negara kita, yaitu pascasila”.

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU. No. Tahun 1974 dalam


(41)

pasal 3 ayat 1, juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah di bidang kesejahteraan sosial, yang meliputi :

1. Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejahteraan sosial.

2. Mengembangkan kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat. 3. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan

sosial (Muhidin, 1984: 9-10).

Untuk melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut maka pemerintah meyelenggarakan usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut :

1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial karena berbagai macam bencana (sosial maupun alamiah) atau akibat-akibat lain.

2. Meyelenggarakan sistem jaminan sosial. 3. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial. 4. Pengembangan dan penyuluhan sosial dan

5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus untuk membentuk tenaga-tenaga ahli dan keahlian di bidang kesejahteraan sosial

Menurut UU Kesejahteraan Sosial Pasal 8 menegaskan bahwa, masyarakat mempunyai peranan untuk membantu pemerintah. Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengadakan usaha kesejahteraan sosial selaras dengan garis kebijaksanaan dan ketentuan pemerintah.


(42)

2.6. Kerangka Pemikiran

Kepemimpinan keluarga atau pola asuh orang tua adalah model atau bentuk didikan dan bimbingan orang tua yang termasuk di dalamnya sikap dan cara orang tua tersebut memperlakukan anaknya sehari-hari meliputi segala perlakuan-perlakuan yang disadari maupun tidak disadari olehnya. Perlakuan-perlakuan yang tampak itu juga bersifat sama dan terus-menerus dari waktu ke waktu.

Dari pola asuh yang diberikan oleh orang tua, tentu ada diantaranya yang cenderung untuk menjadikan anak hilang pertimbangan sehingga menjerumuskannya pada penyalahgunaan narkoba. Seperti anak yang ditolak oleh orang tua sehingga sering diperlakukan keras dan kasar, anak yang terlalu diperhatikan dan dilindungi secara berlebihan sehingga pergaulannya sangat terbatas sehingga tidak bisa berinteraksi dengan orang-orang yang ada disekitarnya, kemudian anak yang dimanjakan sehingga segala keinginan anak dipenuhi orang tuanya termasuk memberi anaknya uang yang berlebihan dan sikap ini mendorong anak untuk membelanjakan uang tersebut pada hal-hal yang tidak sepantasnya, bersikap menelantarkan anak sehingga melakukan sesuatu hal sesuka hatinya, berteman dengan siapapun yang disenanginya dan pergi ke tempat-tempat yang tidak pantas untuk dikunjungi, tunduk pada anak sehingga sanggup menuruti segala kemauan anak, memberi perhatian hanya pada anak yang disukai dan memberi tuntutan yang sangat tinggi sehingga tidak bisa direalisasikan pada anak. Anak dalam hal ini lebih kepada remaja yang sangat rentan dan masih labil.


(43)

Penyalahgunaan narkoba merupakan pengguna Narkotika, Psikotropika, dan Zat-zat Adiktif yang digunakan bukan untuk tujuan pengobatan dan diluar dari resep dan pengawasan serta tanpa mendapat izin dari dokter. Penggunaannya adalah untuk menghilangkan rasa sakit fisik dan psikis, memperoleh kenikmatan/hiburan, penggunaan situasional, penggunaan teratur sampai kepada ketergantungan.

Korban narkoba sudah sepantasnya mendapatkan pengobatan, perawatan dan pembinaan karena mereka benar-benar sakit, bukan dipenjara. Untuk itu, yang diperlukan oleh korban narkoba adalah panti rehabilitasi. Diantaranya adalah Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre yang akan menjadi tempat penelitian.

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Remaja Penyalahgunaan Narkoba

Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre

Pola Asuh Orangtua: - Autoritatif/Demokratis - Otoriter

- Penyabar/Pemanja - Penelantar


(44)

2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadipusat perhatian. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Singarimbun, 1989: 33).

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan diteliti, maka penulis membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut : 1. Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antara suami

istri, dengan atau tanpa anak.

2. Kepemimpinan menghasilkan teladan, dalam hal positif atau juga negatif. 3. Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh

manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) dapat mengubah dan bahkan merusak pikiran, suasana hati, ataupun perasaan, perilaku seseorang dan organ tubuh.

4. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum.

5. Remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-21 tahun.


(45)

2.7.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006 : 46).

Adapun indicator yang dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Identitas informan, yang diukur dengan indikator : a. Nama

b. Jenis Kelamin

c. Tempat / tanggal lahir d. Usia

e. Pendidikan terakhir f. Alamat rumah g. Suku dan Agama

2. Penyalahgunaan narkoba, yang diukur dengan indikator : a. Lamanya mengggunakan narkoba

b. Jenis narkoba yang digunakan c. Faktor penyalahgunaan narkoba d. Dampak penyalahgunaan narkoba e. Sumber narkoba dari mana

3. Pola Asuh Orangtua, yang dapat diukur dengan indicator : a. Autoritatif / demokratis :


(46)

2. Tegas dan konsisten

3. Mendengar keinginan dan pandangan anak 4. Tidak selalu menuruti kemauan anak 5. Menghargai hak anak

b. Otoriter :

1. Menetapkan stndar mutlak pada anak 2. Memperlakukan anak sesuka hati 3. Mengancam

4. Membentak dengan semaunya 5. Keras dalam mendidik anak 6. Komunikasi yang bersifat searah 7. Menjaga jarak dengan anak

8. Tidak ada keramahan dalam berkomunikasi c. Penyabar (pemanja) :

1. Memprioritaskan kebutuhan dan kepentingan anak 2. Menuruti semua keinginan anak

3. Kasih sayang dan perhatian yang berlebihan 4. Tidak berani menegur kesalahan anak 5. Melindungi anak dalam situasi apapun d. Penelantar

1. Kurang memberi kasih sayang dan perhatian 2. Sibuk dengan kepentingannya sendiri

3. Menelantarkan anaknya


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. (Nawawi, 1998:53).

Dengan demikian tipe penelitian deskriptif penulis ingin membuat gambaran sejauh mana pengaruh kepemimpinan keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja binaan Al-Kamal Sibolangit Centre.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre yang berada di Jalan. Medan Berastagi Km. 12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penulis memilih lokasi ini karena merupakan salah satu panti rehabilitasi terbesar di Sumatera Utara yang dikelola oleh pihak swasta yang memeberikan pelayanan sosial bagi korban penyalahguna narkoba terutama di kalangan remaja.


(48)

3.3. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini yang perlu di jelaskan bukan “Populasi dan Sampel” melainkan “Subjek Penelitiannya”, istilah subjek penelitian menunjuk pada orang, individu atau kelompok yang disajikan unit atau satuan (kasus) yang diselidiki yang menjadi informan utama adalah informan itu sendiri yang merupakan sumber keterangan yang penting.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam menentukan informan adalah dilakukan secara purposive cluster sampling (sample kelompok) yaitu individu-individu dimasukkan dalam satuan-satuan tertentu sehingga menjadi kelompok-kelempok individu atau cluster dan porposif sampling yaitu sample ditetapkan secara sengaja oleh peneliti, dalam hubungan ini didasarkan atas kriteria tertentu yaitu berdasarkan usia (age).

Sumber data tidak dipersoalkan dari sudut populasi dan sample yang berarti juga tidak mempersoalkan sifat repesentatif. Bahkan tidak perlu menghiraukan berapa ukuran/jumlah yang diperlukan, untuk itu semua pihak yang dinilai dapat memberikan informasi dapat disajikan sebagai sumber data. Bardasarkan uraian di atas dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 pasien yang masih remaja sebagai informan, dengan tambahan sumber data dari Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre.

3.4. Studi Lapangan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu dengan cara :


(49)

1. Observasi (Direct observation) yaitu pengamatan langsung terhadap pasien rehabilitasi narkoba.

2. Wawancara . Wawancara secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman.

3.5. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang dipakai adalah teknik analisa dan deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti dari lapangan dan akan disimpulkan dalam bentuk Life Story dan dianalisi kemudian.


(50)

BAB IV

DESKRIPSI PENELITIAN

4.1. Sejarah Berdirinya Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre

Menyadari bahwa penyalahguna narkoba bukanlah penjahat melainkan korban. Tidaklah tepat kalau kita memberlakukan mereka seperti penjahat. Mereka adalah orang-orang yang perlu diselamatkan dan diberi pendidikan khusus.

Perawatan terhadap pecandu narkoba dapat dilakukan di lembaga rehabilitasi, dimana pada lembaga ini dapat dilakukan pengobatan baik fisik maupun mental. Salah satu panti rehabilitasi yang ada di Sumatera Utara adalah Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre yang didirikan pada tanggal 5 Februari 2001 oleh H. M. Kamaluddin Lubis, SH.

Ada beberapa dasar pemikiran yang melatar belakangi dibangunnya Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini, yaitu :

1.Adanya keprihatinan terhadap jumlah penyalahguna narkoba dimana diperlukan suatu sistem perawatan yang mencakup seluruh aspek baik fisik maupun mental.

2.Diperlukan upaya untuk mencegah bertambahnya jumlah penyalahguna narkoba dan upaya untuk merawat orang-orang yang terlibat penyalahgunaan narkoba.

3.Keprihatinan terhadap bangsa Indonesia yang begitu besar jumlah penderita narkoba yang sebagian besar adalah remaja. Apabila hal ini dibiarkan dapat menyebabkan hilangnya generasi muda bangsa.


(51)

4.Diperlukan upaya untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap korban narkoba, bahwa mereka bukanlah sampah masyarakat, tetapi mereka juga manusia yang masih punya harapan dan masa depan.

Agar pasien merasa betah, tempat ini di desain mirip tempat wisata sekaligus rumah besar tempat keluarga tinggal. Ada penginapan, rumah ibadah, kolam tempat memancing, kantin khusus, lapangan olah raga dan pertanian. Tentu saja, fasilitas yang disediakan agar mereka merasa tenang, berobat tidaklah lengkap tanpa didukung oleh suasana alamnya. Panti rehabilitasi ini didirikan di Sibolangit karena memberikan udara sejuk dengan alam pegunungan.

Hal ini juga untuk merubah pandangan masyarakat selama ini bahwa rehabilitasi merupakan suatu penjara atau suatu tempat yang menakutkan, tetapi di Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini digambarkan bahwa rehabilitasi merupakan suatu wadah yang menyenangkan yang dapat membantu penyalahguna narkoba lepas dari kecanduannya terhadap narkoba.

4.2. Visi dan Misi Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre 4.2.1. Visi Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre

Menyelamatkan anak bangsa dari ketergantungan narkoba. 4.2.2. Misi Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre

1. Membantu pasien untuk sembuh dari ketergantungan terhadap narkoba dengan metode berobat dan bertobat.

2. Meningkatkan iman dan taqwa sebagai banteng untuk mencegah penyalahgunaan narkoba.


(52)

3. Menumbuhkan rasa percaya diri pasien, menuju masa depan yang lebih cerah.

4. Membantu pasien untuk bisa kembali bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat.

4.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi di Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre digambarkan sebagai berikut :

Bagan Struktur Organisasi Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre

DIREKTUR

MANAGER

Site Manager

Ass. Site Manager

DOKTER Psikolog Tradisional Rohani Foreman Logistik Maintenanc

Perawat

Pasien

Keamanan Kebersihan Perawat

Tradisonal


(53)

Berikut adalah paparan tentang struktur organisasi sosial Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre :

1. Direktur

Direktur berperan sebagai penanggung jawab utama Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini. Jabatan ini adalah jabatan tertinggi di lembaga ini.

2. Manager

Jabatan ini berperan untuk menjalankan proses kegiatan rehabilitasi sehari-hari di Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Mulai dari konsumsi, administrasi, aktifitas terapi dan lain-lain. Manager bertanggung jawab penuh terhadap direktur. Manager juga dibantu oleh Site Manager dan Ass. Site Manager.

3. Dokter

Dokter di Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini berfungsi untuk memberikan perawatan dan pengobatan medis kepada pasien. Dokter bertanggung jawab penuh kepada manager panti. Dokter ini tidak bertugas penuh di Sibolangit centre. Kunjungan dokter bersifat rutinitas artinya dalam dua hari sekali dokter berkunjung di Sibolangit centre untuk memeriksa kondisi pasien. Dokter membawahi seorang kepala perawat. Kepala perawat berfungsi untuk memimpin 5 orang assisten perawat yang membantu tugas dokter dalam memberikan perawatan medis kepada pasien.


(54)

4. Kepala Pengobatan Tradisional

Jabatan ini bertugas memberikan pengobatan tradisional kepada para pasien. Pengobatan tradisional yang diberikan di Sibolangit centre ini adalah dengan memberikan jamu dari ramu-ramuan tradisional tanah karo. Pengobatan tradisional juga termasuk dengan mengoperasionalkan okup kepada pasien.

5. Spiritual

Tenaga spiritual di Panti Rehabilatasi Al-Kamal Sibolangit Centre terdiri atas :

a. Tenaga pengajar mengaji bagi pasien yang beragama Islam.

b. Tenaga penceramah baik yang bersifat harian atau mingguan. Tugas tenaga ini adalah memberikan materi-materi ajaran keislaman kepada pasien sehingga pengetahuan dan penghayatan pasien akan islam dapat ditingkatkan.

c. Pendeta Kristiani. Pendeta ini berkunjung sekali seminggu yakni pasa hari minggu sore untuk memberikan materi-materi kristiani bagi apsien yang beragama Kristen.

d. Pendeta Budha. Pendeta dari agama Budha ini berkunjung juga sekali dalam seminggu pada hari minggu sore untuk memberikan materi-materi agama Budha.

e. Pelatih tenaga dalam pernapasan. Pelatih ini bertugas memberikan latihan pernafasan dan gerak tubuh pasien.


(55)

6. Kepala keamanan

Kepala keamanan berperan untuk menjaga keamanan di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Disamping itu juga , tugas kepala keamanan adalah untuk menjaga agar para pasien tidak melarikan diri dari Sibolangit Centre. Kepala keamanan membawahi 6 anggota keamanan. Mereka bertugas secara bergiliran dan terbagi dalam dua pembagian tugas, yakni siang dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul 18.00 dan tugas malam dimulai dari pukul 18.00 sampai pukul 07.00. Dengan demikian Sibolangit Centre ini dijaga 24 jam penuh selama 7 hari kerja.

7. Logistik

Tugas kepala logistik adalah bertanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari warga Sibolangit Centre, mulai dari pasien hingga pengelola Sibolangit Centre.

8. Maintenance

Bagian ini berfungsi untuk merawat segala fasilitas yang digunakan di Sibolangit Centre. Diantaranya fasilitas listrik, air, telepon dan lain-lain.

9. Counsellor

Consellor merupakan petugas yang banyak berinteraksi langsung dengan

pasien. Counsellor inilah petugas yang membina langsung proses rehabilitasi dan aktifitas sehari-hari pasien. Conselor di bantu oleh :

a. Intern staff merupakan petugas dalam administrasi yang mencatat lansung perkembangan-perkenbangan dan administrasi pasien.Misalnya pencatatan masa hukuman bagi pasien yang melanggar aturan Sibolangit Centre.


(56)

10. Assisten Counsellor merupakan para pembantu utama counsellor dalam

memberikan bimbingan dan layanan kepada pasien dalam aktifitas sehari-hari. Dibawah assiten counsellor terdapat kordinator departemen yang bertugas mengkoordinasi departemen-departemen yang anggotanya terdiri dari para pasien. Koordinator departemen adalah pasien yang mengkoordinasi dan bertanggung jawab terhadap departemen-departemen yang ada. Departemen-departemen itu adalah :

1. Departemen House Keeping, bertugas dalam menciptakan dan memelihara kebersihan pondok. Diketahui oleh pasien yang bertanggung jawab terhadap operasional departemen ini.

2. Departemen Laundry, bertugas mencuci sprey, telapak meja dan sebagainya. Diketahui oleh pasien yang bertanggung jawab terhadap operasional departemen ini.

3. Departemen Maintenance, bertugas dalam memelihara dan

memperbaiki sarana dan prasarana panti seperti lampu,listrik, kursi,meja, dan sebagainya. Diketahui oleh pasien yang bertanggung jawab terhadap operasional departemen ini.

4. Departemen Gastronomy, bertugas menyiapkan dan menghidangkan makanan. Diketahui oleh pasien yang bertanggung jawab terhadap operasional departemen ini.

5. Departemen Ekspeditor, bertugas dalam pelaksanaan program untuk melatih keseimbangan emosi pasien dengan cara memberikan rangsangan untuk membangkitkan emosi pasien.


(57)

Misalnya menggangu tanpa berteriak maupun membentak rasiden lain yang sedang bekerja. Anggota masing-masing departemen disebut dengan crew. Crew adalah pasien yang bekerja untuk departemennya.

4.4. Fasilitas Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre

Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre terletak di Jl.Medan Berastagi Km.12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Panti ini dirancang dengan nuansa alamiah yang bertujuan untuk memberikan ketenangan serta merubah pikiran para korban narkoba agar mereka bertobat sekaligus untuk mendidik para korban kembali kepada alam.

Adapun sarana yang disediakan oleh pengelolah Panti Rehabilitas Sibolangit Centre meliput i :

1. Ruang medis dan obat-obatan standard

Fasilitas ini diperuntukkan bagi pasien selama dalm proses detoksifikasi yaitu proses pengobatan yang memberikan obat-obatan medis guna menghancurkan racun-racun dari bahan narkoba itu sendiri.

Ruang dan obat-obatan ini memang diperuntukkan bagi proses detoksifikasi. Pasien diberi berbagai jenis obat-obatan medis yang berfungsi menghilangkan zat-zat beracun yang ada dalam tubuh mereka. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya narkoba itu sendiri banyak mengandung zat-zat beracun, oleh karena itu salah satu cara penyembuhannya adalah dengan memberikan penawaranya, disinilah dihilangkan berbagai jenis racun yang ada didalam tubuh pasien atau pecandu narkoba.


(58)

2. Oukup (Sauna)

Fasilitas mandi uap adalah untuk menghilangkan racun-racun dengan cara pemanasan melalui uap sehingga pori-pori akan terbuka da keluar keringat. Dengan mandi uap di fasilitas oukup ini, racun-racun yang tersimpan di dalam tubuh akan keluar melalui pori-pori kulit pasien. Disini pasien diharuskan memasuki ruangan yang tertutup rapat. Kemudian disalurkan uap rebusan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan atau rempah-rempah. Ramuan ini memang diadopsi dari tradisi orang karo yang ada disini. Jadi uap itu akan merangsang keluarnya racun dari tubuh.

Fasilitas oukup tersedia dalam dua ruang berukuran 2 x 1 m, dalam setiap ruangan terdapat satu bangku panjang dan dua lubang yang terletak di bawah bangku. Dua lubang ini dihubungkan dengan pipa ke dalam dandang tempat merebus ramuan. Setelah mendidih nanti uapnya tersalur ke kamar ruang oukup tersebut dan pasien dipanggil tiga orang sekaligus untuk masuk selama +

Ramuan yang digunakan untuk mandi oukup adalah terdiri berbagai jenis ramuan yang telah tersimpan dalam toples berukuran besar dalam sebuah ruang ramuan. Adapun ramuannya antara lain : rempah ratus, serai wangi, sirih hutan, benalu, daun pandan, kencur, bawang putih, bawang merah, jeruk purut, dan jintan.

15 menit baru kemudian mereka mandi dengan air bersih.

Setiap pasien akan mendapat giliran mandi oukup 2 kali seminggu dan ini dilakukan secara rutin.


(59)

3. Tampat Ibadah

Panti rehabilitasi Sibolangit centre juga menyediakan tempat ibadah bagi pasiennya. Ibadah dilaksanakan secara teratur dan para pasien dididik untuk dapat hidup secara disiplin. Jadi dengan rutinitas ibadah ini diharapkan mereka dapat dididik dengan baik untuk berdisiplin dengan waktu juga untuk ibadah. Disekitar kompleks Sibolangit Centre ini terdapat juga sebuah mesjid. Luas mesjid ini adalah 10 x 15 m dengan dilengkapi 30 buah terjemahan Al-Qur’an dan 2 buah tempat berwudhu; satu untuk pria dan wanita dan masing-masing dilengkapi dengan kamar mandi.

4. Asrama Putra danPutri

Ruangan ini merupakan kamar tidur pasien. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kamar putra terdiri atas sepuluh kamar dan lima kamar putri. Setiap kamar terdapat lima buah tempat tidur. Masing-masing pasien diberi satu lemari. Kamar mandi ditempatkan dalam masing-masing kamar. Pada ujung gedung asrama di lantai 1, terdapat sebuah kamar kecil yang berfungsi sebagai ruang isolasi bagi pasien baru. Jadi kalau ada pasien yang baru masuk, pasien tersebut dimasukkan keruang isolasi ini . Biasanya, pecandu ini akan mengalami masa sakau kalau tidak menggunakan narkoba, biasanya pasien akan sakau salam waktu seminggu. Untuk itu mereka dimasukkan dalam ruangan tersebut selama seminggu tak boleh keluar. Disitulah nanti pasien baru akan diajak untuk merenungi jalan hidupnya selama ini dengan dibantu oleh seior mereka.

Dalam kamar tersebut terdapat 2 buah kasur dan 1 kamar mandi. Ruang tersebut berukuran 2 x 10 m. Bedanya dengan kamar lain, kamar ini bagian depannya berjeruji besi seperti penjara.


(60)

Disebelah ruang isolasi ini terdapat ruang hukuman, ruang ini di khususkan bagi pasien yang melanggar peraturan yang berat dan sebagai hukumannya mereka dimasukkan ke dalam ruang ini. Salah satu contoh kesalahan yang berat dan tergolong besar, misalnya berkelahi, dan biasanya berkelahi gara-gara saling mengejek. Jadi hukuman bagi mereka adalah dikamar seperti itu. Masa hukumannya relatif, variatif tergantung kesalahannya.

Ruangan ini terdapat lima kamar tidur dan satu kamar mandi. Ruangan ini sama seperti ruang isolasi pasien baru yang juga berjeruji. Ukuran kamar tersebut 7 x 10 m.

5. Kantin

Kantin terletak disebelah ruang makan. Dalam kantin ini terlihat adanya 10 meja panjang berikut dengan kursinya, etalase yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari pasien, serta sebuah pesawat televisi, pasien dipersilahkan untuk menonton dan diruang inilah pasien juga diharapkan dapat bersosialisasi antar sesama warga Sibolangit Centre. Jadi mereka akan merasakan kebersamaan dan solidaritas antar sesama.

6. Kolam Memancing

Kolam mini lebarnya 10 x10 m. Disisi kolam ini terdapat lima buah bangku panjang yang berfungsi sebagai tempat duduk saat memancing. Dapat merangsang pasien untuk memikirkan kembali apa yang telah mereka lakukan dan apa yang akan mereka lakukan.

Sambil memancing konselor akan mendampingi mereka, karena biasanya sambil mancing seseorang akan memikirkan sesuatu. Disinilah konsaler akan mengiring mereka untuk memikirkan diri mereka ke depannya.


(61)

Hal ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan memancing dijadikan sebagai salah satu terapi mental untuk merenungi kembali hidup pasien dan bagaimana memperbaiki kondisi tersebut.

7. Pendopo

Fungsi Pendopo ini dapat untuk tempat berdiskusi bagi pasien yang didampingi oloeh konselor. Dengan berdiskusi pasien bisa bebas mengeluarkan pendapat. Dan pasien diminta untuk saling menghargai pendapat orang lain dan tak boleh memaksakan kehendak. Disinilah pasien bisa memupuk dan menumbuhkan rasa saling harga-menghargai anar sesamawarga. Jadi pasien akan merasa dihargai dan layak di dengar pendapatnya. Disamping itu tentunya untuk mengasah kembali daya pikir mereka yang selama ini banyak tak berfungsi karena obat.

Dengan diskusi ini juga dijadikan sebagai salah satu terapi psikologis bagi pasien. Dalam diskusi ini pasien dirangsang untuk memiliki kepercayaan diri dan merasa dihargai dan harus saling menghargai.

Pendopo ini berukuran 12 x13 m. Jadi cukup luas untuk menampung jumlah seluruh pasien yang ada. Dindingnya terbuka dengan lantai yang berbentuk panggung.

8. Lapangan Olah Raga

Lapangan oloh raga yang disediakan di Sibolangit Centre ini terdiri atas lapangan bola kaki, bulu tangkis, tennis meja, dan basket. Dengan berolah raga ini diharapkan pasien dapat memperbaiki fungsi tubuh mereka agar kembali normal seperti sedia kala karena dengan berolah raga yang teratur badan akan berkeringat,


(62)

tubuh akan lentur dan berotot. Jadi kegiatan ini memang difungsikan untuk terapi fisik untuk pasien.

Karena fisik pasien pecandu narkoba selama ini dalam kondisi yang tidak normal, oleh karena itu dengan berolah raga tubuh pasien akan terbantu untuk kembali normal, dengan fasilitas ini pasien dirangsang untuk terus memiliki aktifitas. Dengan tubuh bergerak maka pikiran juga bergerak seiring gerak tubuh, ini dapat meminimalisir pasien melamun yang dapat mengingat kembali narkoba yang pernah mereka konsumsi.

Dengan demikian, fasilitas olah raga ini dimamfaatkan untuk merangsang pasien berfikir kreatif dan terus beraktifitas. Kegiatan ini mengandung unsur terapi psikologis bagi pasien.

9. Laboratorium Komputer

Sibolangit Centre juga menyediakan fasilitas laboratorium komputer. Tujuan utama penyediaan fasilitas ini adalah agar pasien dididik dan dilatih untuk menggunakan komputer guna mempersiapkan mereka untuk dapat bermamfaat bagi masyarakat dimana mereka berasal.

Pasien disini memang tidak hanya disembuhkan tapi juga dididik dan dilatih agar nantinya bila mereka keluar dari Sibolangit Centre ini dapat bermamfaat bagi masyarakat dan dunia kerja. Mereka dapat memamfaatkan keterampilan komputer mereka untuk kerja tentunya. Sehingga mereka akan dapat bersosialisasi dengan baik dan akan timbul rasa percaya diri bahwa mereka juga bisa berbuat dan tidak menjadi beban seperti selama ini.


(1)

Berdasarkan pernyataan informan, pola asuh orangtua lebih dominan dilakukan oleh ibunya. Kasih sayang ibunya ditunjukan dengan cara memanjakan informan secara berlebihan.

Informan II, kebebasan jam malam terlihat dari pernyataan informan sebagai berikut.

Makanya aku lebih senang berada di luar rumah setiap hari. Aku hanya ada di rumah kalau mau tidur malam saja (Informan II).

Dari pernyataan informan II tentang bagaimana jam malam yang diberikan oleh orangtuanya. Disini jelas terlihat bahwasanya informan sendiri berdasarkan kemauannya sendiri bebas untuk pulang kapan saja ke rumah. Rumah hanya dianggap sebagai tempat tinggal (dalam hal ini untuk tidur saja). Padahal fungsi rumah selain sebagai tempat tinggal, juga sebagai tempat mendapatkan kasih sayang dan pembentukan karakter seseorang. Hal inilah yang tidak di dapat oleh informan II. Sifat ibunya yang suka memarahinya baik dengan alasan dan tanpa alasan yang jelas, membuat informan awalnya mencoba menerima dan akhirnya menjadi sosok yang memberontak setiap kali dimarahi oleh ibunya. Ketidaknyamanan dan suasana rumah yang selalu dipenuhi amarah menyebabkan informan mencari kenyamanan dari teman-teman sepermainannya. Ayahnya sendiri lebih banyak berdiam diri di rumah dan mengerjakan profesinya sebagai pengurus mesjid.

Tapi kehidupan keluarga saya tidak harmonis dan penuh dengan malapetaka. Kerjaan ayah dan ibu ribut saja setiap hari. Belum lagi ayah yang suka main perumpuan dan akhirnya menikah lagi dan menceraikan ibu saya. Kalau masalah uang saya akui tidak ada masalah karena selalu cukup. Cuma kalau masalah kasih sayang dan perhatian saja yang kurang aku dapatkan dari orangtua ku (Informan III).


(2)

Berbeda dengan informan I dan informan II, pada kasus informan III faktor perceraian orangtua ternyata menjadi salah satu faktor utama mengapa informan memakai narkoba. Berasal dari keluarga yang kaya dan kedua orangtuanya bekerja menyebabkan perhatian orangtua tidak lagi kepada memberikan kasih sayang kepada anaknya. Pada awalnya mungkin orangtua informan mencari uang sebanyak-banyaknya untuk membahagiakan anaknya. Namun semakin lama, nilai itu menjadi sangat jauh bergeser yang menyebabkan orientasi orangtua informan III menjadi uang dapat memenuhi kebutuhan dan memecahkan setiap persoalan. Dengan memberikan uang, orangtua informan mewujudkan rasa kasih sayangnya yang ternyata salah. Selain itu juga, ketidakaharmonisan antara ayah dan ibu informan yang berujung pada perceraian menyebabkan informan tidak mendapat kasih sayang utuh dari orangtuanya (terutama ayah). Perceraian yang terjadi ketika informan duduk di kelas II Sekolah Dasar akibat ayah informan yang memiliki Wanita Idaman Lain (WIL) dan menikahi wanita tersebut. Informan sendiri memilih (pada kasus ini karena usia informan masih anak-anak pada saat terjadi perceraian) diasuh oleh ibunya.

Namun tidak jauh berbeda pola asuh antara ayah dan ibunya. Berdasarkan pengakuan informan terhadap pola asuh ibunya, ibunya lebih memikirkan bisnis butiknya dan juga sebagai pengusaha sawit. Ibunya sendiri lebih sering tinggal di kios yang berjarak 2 rumah dari tempat tinggal mereka. Kekosongan rasa kasih sayang benar-benar tidak diterima informan mulai dari kecil sampai besar. Uang saku yang diterima informan dianggap orangtuanya sebagai bentuk kasih sayang.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, yang didapat dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat di bab ini adalah merupakan hasil yang dicapai dari analisis data dalam penelitian tentang analisis pola asuh orang tua remaja korban penyalahgunaan narkoba binaan Al-Kamal Sibolangit Centre. Berdasarkan hasil analisis data pada Bab V, maka peneliti membuat suatu bentuk penutup berupa kesimpulan dan saran.

6.1. Kesimpulan

1. Pada dasarnya, dari hasil analisis peneliti terhadap pola asuh orang tua informan, tidak ada yang menerapkan secara utuh satu bentuk pola asuh orang tua berdasarkan tipe-tipe yang telah peneliti tetapkan.

2. Pola asuh orang tua pada informan I (pertama) lebih cenderung pada tipe pola asuh yang bersifat penyabar (pemanja). Hal ini ditunjukan dari lebih dominannya perhatian dan kasih sayang dari ibu informan dibandingkan dengan perhatian ayahnya.

3. Pola asuh orangtua pada informan II (kedua) lebih cenderung pada tipe otoriter. Hal ini dibuktikan dengan adanya aturan-aturan yang ditetapkan oleh orang tua (dalam hal ini ibu) yang tidak sesuai dengan keinginan dan pandangan anak.


(4)

4. Pola asuh orangtua pada informan III (ketiga) pada cenderung pada tipe penelantar. Anak tidak mendapatkan kebutuhan psikologis (afeksi, kasih sayang, dan rasa nyaman) dari orangtua. Uang menjadi satu-satunya indikator kebahagian dalam rumah.

6.2. Saran

1. Bagi orangtua

Menurut peneliti, orangtua seharusnya lebih memperhatikan fungsi keluarga secara psikologis (pemenuhan kasih sayang, rasa aman, afeksi) dari pada fungsi keluarga sebagai tempat memenuhi kebutuhan jasmani. Pada dasarnya kedua fungsi tersebut sangat penting, akan tetapi penanaman moral kepada anak jauh lebih penting dalam mempersiapkan anak untuk bersosialisasi dalam masyarakat.

2. Bagi remaja

Diharapkan kepada remaja didalam ketika mengalami ketidak berfungsian didalam internal keluarga mampu mencari dan menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang diplomatis kepada orangtua maupun antara anggota keluarga.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.

BNN. 2004. Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Pemuda. Badan Narkotika Nasional. Jakarta.

BNN. 2009. Jurnal BNN ”Penjelasan Undang-undang Narkotika”. Badan Narkotika Nasional. Jakarta.

Djamarah, S, B. 2004. Pola Komunikasi Orangtua dan Anak Dalam Keluarga. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Gunarsah, Singgih. 1993. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Gunung Mulia. Jakarta.

Hermawan, R, Drs. 1988. Penyalahgunaan Oleh Para Remaja. PT. Eresco Bandung. Bandung.

Hurlock, E. 2005. Perkembangan Anak. Erlangga. Jakarta. Mahadi, Prof. 1993. Sosiologi, FH USU, Medan.

Muhaidin, Syarif, Drs, 1984. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung.

Monks. 2002. Psikologi Perkembangan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Nurdin, Fadly. 1989. Pengantar Study Kesejahteraan Sosial. Angkasa Bandung. Bandung.

PIMANSU. 2006. Kompilasi Peraturan Perundang-undangan Tentang Narkoba. Kencana Prenada Media Group.

Prakoso, Djoko, S. H. 1982. Kejahatan-kejahatan Yang Merugikan dan Membahayakan Negara. PT. Bina Aksara. Jakarta.


(6)

Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suparlan, Y.B. 1989. Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial. Pustaka Pengarang, Yogjakarta.

Widjono, Erwin. 1981. Yang Perlu Diketahui Generasi Muda Tentang Penyalahgunaan Obat. Depkes RI. Jakarta.

Sumber-sumber lain :

Rekap data tindak kejahatan yang terjadi di Sumatera Utara berdasarkan tangkapan kepolisian diakses dari media cetak, tahun 2009.

Rekap data-data pasien di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2009.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Binaan Al-Kamal Sibolangit Center

5 60 135

Analisis Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Remaja Menggunakan Narkoba (Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre)

20 265 162

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

4 42 157

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 10

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 1

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 11

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 29

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Remaja Menggunakan Narkoba (Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre)

0 0 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI REMAJA MENGGUNAKAN NARKOBA (Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

0 0 9