PENERAPANMODELPEMBELAJARANKOOPERATIFTIPE NUMBERED HEADSTOGETHER (NHT) UNTUKMENINGKATKAN HASILBELAJAR SISWAPADAMATERI GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN DI KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH NUNU | Pribadi | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako

PENERAPANMODELPEMBELAJARANKOOPERATIFTIPE
NUMBERED HEADSTOGETHER (NHT) UNTUKMENINGKATKAN
HASILBELAJAR SISWAPADAMATERI GARIS SINGGUNG
PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN DI KELAS
VIII MTs MUHAMMADIYAH NUNU
Rahmat Ifal Pribadi1), Muh. Hasbi2), Gandung Sugita3)
[email protected]), [email protected]),[email protected])
Abstrak:Tujuan penelitian ini ialah untuk memperoleh deskripsi penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi garis singgung persekutuan dua lingkaran di kelas VIII MTs Muhammadiyah
Nunu. Penelitian ini mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah kelas VIII MTs Muhammadiyah
Nunu yang berjumlah 18 orang dan dipilih 3 orang sebagai informan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi garis singgung persekutuan dua lingkaran di kelas VIII MTs
Muhammadiyah Nunu yaitu dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut:1) fase penyampaian
tujuan dan pemotivasian siswa,2) fase penyajian informasi, 3) fase pengorganisasian kelompok
belajar dan penomoran, 4) fase pengajuan pertanyaan atau permasalahan, 5) fase berpikir
bersama, 6) fase pemberian jawaban, 7) fase pemberian penghargaan.
Katakunci:Numbered Heads Together; hasil belajar; garis singgung persekutuan dua lingkaran.
Abstract:The purpose of this research was to obtain a description that applying Cooperative

Learning Type Numbered Heads Together (NHT) that can improve student’s learning outcomes
on Length Tangent Line to Two Circles material in Class VII MTs Muhammadiyah Nunu. This
research is classroom action research which refers to Kemmis and Mc. Taggart.This research
was conducted in two cycles. The subjects of this research were 18 students on class of VIII
MTs Muhammadiyah Nunu. Three of them were chosen as informants. The results of the
research showed that the application of Cooperative Learning Type NHT can improve student’s
learning outcomes onLength Tangent Line to Two Circles material in Class VII MTs
Muhammadiyah Nunu, it follow the phases: 1) conveying the learning objective and motivating,
2) presenting information, 3) organizing study group and numbering, 4) questioning or
probleming, 5) heads together, 6) answering, 7) reward
Keywords:Numbered Heads Together; learning out comes; length tangent line to two circles

Matematika merupakan sarana untuk membekali siswa dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelolah dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif (Depdiknas, 2006). Ini berarti bahwa
matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, matematika
perlu diajarkan pada setiap jenjang di sekolah.
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah meliputitujuan formal dan tujuan material.

Tujuan formal menekankanpada menata penalaran dan membentuk kepribadian siswa,
sedangkan tujuan material menekankan pada kemampuan memecahkan masalah dan
menerapkan matematika (Kemdikbud, 2011). Oleh karena itu, diharapkan siswamampu
mempelajari matematika dengan baik untuk mencapai tujuan tersebut.
Sesuai dalam Kurikulum 2013, lingkaran merupakan satu diantara beberapa pokok
bahasan yang dipelajari di tingkat SMP dan sederajat yang di dalamnya tercakup subpokok
bahasan garis singgung persekutuan dua lingkaran. Kajian yang menarik untuk dicermati terkait

Rahmat Ifal Pribadi, Muh. Hasbi, dan Gandung Sugita, Penerapan Model … 25
dengan materi garis singgung persekutuan dua lingkaran adalah hasil penelitian yang dilakukan
oleh Wardani (2015) yang menemukan bahwa siswa masih kesulitan dalam menentukan
rumus panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran sehingga menyebabkan kesalahan
pemahaman konsep pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Surakarta. Merujuk pada hasil
penelitian tersebut maka dapat dikatakan bahwa materi garis singgung persekutuan dua
lingkaran me M rupakan materi yang sulit bagi siswa di beberapa sekolah di Indonesia.
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran matematika di kelas VIII MTs
Muhammadiyah Nunu, diperoleh informasi bahwa siswa masih kurang aktif saat pembelajaran
yang ditandai dengan adanya beberapa siswa yang hanya memegang handpone dan bercerita
saat pembelajaran berlangsung. Ketika guru memberikan tugas terlihat hanya beberapa siswa
terlibat aktif mengerjakan tugas yang diberikan. Selain itu, guru dalam pembelajaran tersebut

menggunakan metode ceramah dan penugasan. Posisi guru selama proses pembelajaran
berlangsung hanya monoton berada di depan kelas dan tidak berkeliling mengontrol siswa yang
sedang mengerjakan tugas menambah kesan pasifnya pembelajaran yang berlangsung.
Informasi lain peneliti peroleh dari hasil dialog dengan guru matematika kelas VIII
MTs Muhammadiyah Nunu bahwa hasil belajar siswa masih rendah yang disebabkan oleh
siswa masih kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari dan siswa kurang aktif
dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa yang rendah terletak pada materi-materi geometri.
Satu diantaranya yaitu materi garis singgug persekutuan dua lingkaran. Menurut guru
tersebut bahwa pada materi garis singgung persekutuan dua lingkaran, masih banyak siswa
yang kesulitan dalam menentukan rumus garis singgung persekutuan luar dua lingkaran dan
garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran.
Menindaklanjuti hasil dialog dengan guru tersebut, untuk memperoleh informasi yang
lebih jelas tentang kesulitan siswa pada materi persamaan lingkaran, peneliti memberikan tes
identifikasi masalah pada siswa kelas IX yang telah mempelajari materi garis singgung
persekutruan dua lingkaran.Sebelum membagikan soal tes identifikasi masalah, peneliti
memberikan penjelasan singkat tentang materi garis singgung persekutuan dua lingkaran untuk
mengingatkan kembali pengetahuan siswa. Hasil analisis tes identifikasi masalah menunjukan
jawaban siswa yang beragam. Oleh karena itu, dua dari tiga soal yang diberikan dipilih untuk
mendeskripsikan jawaban siswa. Soal tersebut yaitu: diberikan dua lingkaran, yaitu lingkaran
berpusat di A dengan jari-jari AC = 9 cm dan lingkaran berpusat di B dengan jari-jari BD = 6

cm. Jika jarak AB = 25 cm, hitunglah panjang segmen CD yang merupakan garis singgung
persekutuan dalam lingkaran. Jawaban siswa terhadap masing-masing soal tersebut
dikelompokkan menjadi dua kelompok sesuai dengan ciri-ciri kesalahan yang hampir sama.
Jawaban siswa terhadap soal tes identifikasi tersebut ditampilkan pada gambar 1 dan 2.
K1
K2
K3
K4

Gambar 1. Kelompok Jawaban 1 Nomor 3Gambar 2. Kelompok Jawaban 2 Nomor 3
Kelompok jawaban 1 terhadap soal nomor 3 sebagaimana Gambar 1. Siswa salah
menuliskan yang diketahui (K1) dari soal yang diberikan serta siswa terlihat hanya
menggunakan Teorema Pythagoras dan langsung mengoperasikannya (K2). Terlihat jelas dari

26 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 5 Nomor 1, September 2017

jawaban siswa bahwa mereka tidak mengerti dan memahami bagaimana menentukan panjang
garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran.Kelompok jawaban 2 terhadap soal nomor 3
sebagaimana Gambar 2, siswa terlihat hanya menggunakan angka yang diketahui pada soal,
lalu mengoperasikannya dengan perkalian (K3) dan mendapatkan hasil operasi perkaliannya

(K4). Jelas sekali siswa tidak mengerti dan memahami bagaimana menentukan panjang garis
singgung persekutuan dalam dua lingkaran.
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran, hasil dialog dengan guru
matematika dan hasil tes identifikasi masalah, peneliti mengasumsikan bahwa karakteristik
siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan memiliki rasa tanggung jawab yang rendah
terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru, serta metode dan cara mengajar guru yang
kurang tepat dalam pembelajaran menyebabkan siswa tidak memahami materi pembelajaran
dengan baik sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah.
Oleh karena itu, upaya yang dilakukan peneliti adalah menerapkan pembelajaran yang
sifatnya dapat memberikan tanggung jawab dan melibatkan siswa dalam belajar sehingga siswa
fokus dan aktif dalam mempelajari materi yang diajarkan. Pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) tentunya menjadi satu diantara beberapa alternatif yang
sesuai untuk digunakan dalam belajar, karena pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
setiap anggota kelompok diberi nomor dan akan fokus mempersiapkan diri untuk memahami
materi yang dipelajari secara berkelompok maupun individual. Hal itu disebabkan, guru akan
memanggil satu nomor secara acak untuk mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil
diskusi mereka di depan kelas. Dengan demikian, siswa akan lebih aktif dan bertanggung jawab
dalam proses pembelajaran sehingga mereka akan paham dengan materi yang dipelajari dan
berimplikasi pada meningkatnya hasil belajar.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hadiyanti, dkk (2012) yang menyatakan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat digunakan untuk mengecek pemahaman siswa
terhadap matapelajaran dengan cara melibatkan lebih banyak siswa menelaah materi yang
tercakup sehingga dapat meningkatkan penguasaan akademik dan kemampuan berfikir kritis.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukmara (2011) menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe NHT yang digunakan pada pembelajaran pemecahan masalah
luas bangun ruang sisi datar, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII D SMP
Negeri 1 Sukarame. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Paembonan
(2014) yang menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penarikan kesimpulan logika
matematika di kelas X SMA GPID Palu.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu
penelitian yang berjudul: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Garis singgung persekutuan
dua Lingkaran di Kelas VIII MTs Muhammadiyah Nunu.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian ini mengacu pada
model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri dari empat
komponen yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan
refleksi (reflecting). Dalam pelaksanaannya, komponen acting dan observing dijadikan sebagai
satu kesatuan. Kedua komponen tersebut digabungkan disebabkan oleh implementasi acting

dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan, karena dilakukan pada satuan
waktu yang sama. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Nunu
sebanyak 18 orang yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Kemudian

Rahmat Ifal Pribadi, Muh. Hasbi, dan Gandung Sugita, Penerapan Model … 27
dipilih 3 orang siswa sebagai informan dengan kriteria siswa yang memiliki kemampuan
rendah 1 orang, kemampuan sedang 1 orang dan kemampuan tinggi 1 orang berdasarkan hasil
tes awal dan hasil konsultasi dengan guru matematika di kelas VIII MTs Muhammadiyah
Nunu. Ketiga informan tersebut yaitu siswa yang berinisial AI, RRA dan FR.
Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan
Huberman (1992), yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Penelitian ini dilakukan
sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tindakan pembelajaran dalam penelitian ini
dikatakan berhasil apabila siswa telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian pada siklus I
dan siklus II yang diperoleh dari tes akhir tindakan dan wawancara. Keberhasilan tindakan
dapat diketahui dari aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran minimal berada berada pada kategori baik untuk setiap item pada
lembar observasi. Keberhasilan tindakan pada siklus I, siswa dapat menyelesaikan soal-soal
yang berkaitan dengan menentukan panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran
dengan benar dan siklus II menentukan panjang garis singgung persekutuan dalam dua
lingkaran dengan benar.

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini terdiri atas hasil pra pelaksanaan tindakan dan hasil pelaksanaan
tindakan. Pada pra pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan tes awal tentang materi
prasyarat yaitu materi Teorema Pythagoras, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
awal siswa dan hasilnya dijadikan sebagai pedoman untuk membagi siswa dalam kelompok
belajar yang heterogen. Hasil analisis tes awal menunjukkan bahwa pada umumnya siswa
sudah mengetahui cara menyelesaikan soal tentang dalil phytagoras dengan menggunakan
, apabila yang ditanyakan sisi miring segitiga siku-siku. Tetapi,
rumus
masih kurangnya pemahaman siswa terhadap penyelesaian soal dalil phytagoras apabila sisi
lainnya yang ditanyakan menjadi faktor penyebab banyaknya siswa yang salah dalam
menjawab soal tes awal yang diberikan. Mencermati hal tersebut, peneliti bersama siswa
membahas kembali soal-soal pada tes awal sebelum masuk ke tahap pelaksanaan tindakan.
Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitianiniterdiridari2siklus.Setiap siklus
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada siklus I membahas
konsep dan bentuk umum persamaan lingkaran dan pada siklus II membahas kedudukan
titik terhadap lingkaran. Pertemuan kedua pada siklus I dan siklus II memberikan evaluasi
dalam hal ini adalah tes akhir tindakan. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga
tahap yang memuat fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu kegiatan
awal memuat fase penyampaian tujuan dan memotivasi siswa, kegiatan inti memuat fase

penyajian informasi, fase pengorganisasian kelompok belajar dan penomoran, fase
pengajuan pertanyaan atau masalah, fase berpikir bersama, fase menjawab dan fase
pemberian penghargaan, serta kegiatan akhir.
Kegiatan awal pembelajaran pada setiap siklus menerapkan fase penyampaian tujuan dan
memotivasi siswa. Peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa
bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan mengecek kehadiran siswa. Pada siklus I, 17 siswa
hadir dan 1 siswa tidak hadir yaitu IP dengan keterangan sakit, sedangkan pada siklus II, siswa
semuanya hadir yaitu 18 siswa. Selanjutnya, peneliti menyiapkan siswa untuk belajar dengan
menyuruh siswa untuk merapikan pakaiannya, menyiapkan buku dan alat tulis yang akan
digunakan dalam belajar serta meminta siswa untuk menyimpan dan menertibkan benda
maupun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan

28 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 5 Nomor 1, September 2017

pembelajaran pada siklus I yaitu diberikan soal tentang garis singgung persekutuan luar dua
lingkaran siswa dapatmengenali garis singgung persekutuan luar dua lingkaran, siswa dapat
melukis garis singgung persekutuan luar dua lingkaran serta siswa dapat menentukan panjang
garis singgung persekutuan luar dua lingkaran dengan benar,sedangkan tujuan pembelajaran
pada siklus II yaitu diberikan soal tentang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran

siswa dapat mengenali garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran, siswa dapat melukis
garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran serta siswa dapat menentukan panjang garis
singgung persekutuan dalam dua lingkaran dengan benar.
Setelah itu, peneliti memotivasi siswa untuk bersemangat dan terlibat aktif dalam
pembelajaran serta memberi penjelasan bahwa sangat penting mempelajari materi garis
singgug persekutuan dua lingkaran karena banyak benda-benda dalam kehidupan seharihari yang berbentuk lingkaran. Satu diantara alasan pentingnya mempelajari garis singgung
persekutuan dua lingkaran yaitu siwa dapatmelihat pada bagian sepeda dan mesin jahit
yang serng digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah diberikan motivasi terlihat
siswa menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Kemudian peneliti
melakukan apersepsi untuk mengingatkan kembali pengetahuan prasyarat siswa dengan
melakukan tanya jawab mengenai materi dalil phyatgoras dan lingkaran pada siklus I dan
siklus II. Apersepsi yang dilakukan membuat siswa dapat mengingat kembali materi yang
erat kaitanya dengan materi yang akan dipelajari sehingga siswa lebih siap untuk belajar.
Kegiatan inti pembelajaran dari setiap siklus menerapkan fase penyajian
informasi, fase pengorganisasian kelompok belajar dan penomoran, fase pengaj uan
pertanyaan atau masalah, fase berpikir bersama, dan fase menjawab. Pada fase
penyajian informasi, guru mendeskripsikan secara singkat tentang fase-fase model
pembelajaran kooperatif tipe NHT yang diterapkan dalam pembelajaran. Pada siklus I
siswa masih kebingungan dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
merupakan model pembelajaran yang baru bagi mereka, sedangkan pada siklus II siswa

sudah memahami model pembelajaran yang diterapkan.
Fase pengorganisasian kelompok belajar dan penomoran, peneliti mengelompokkan
siswa ke dalam4 kelompok belajar dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 atau
5 siswa. Kemudian peneliti membagikan nomor pada setiap anggota kelompok dan
memberikan nama pada masing-masing kelompok yaitu kelompok 1, kelompok 2,
kelompok 3, dan kelompok 4. Kelompok 1 dan kelompok 2 beranggotakan 5 siswa
sehingga masing-masing anggota kelompok memperoleh nomor 1, 2, 3, 4 dan 5. Sedangkan
kelompok 3 dan kelompok 4 beranggotakan 4 siswa sehingga masing-masing anggota
kelompok memperoleh nomor 1, 2, 3 dan 4. Selanjutnya, peneliti mengatur tempat duduk
masing-masing anggota kelompok sesuai urutan nomornya.
Fase pengajuan pertanyaan atau masalah, peneliti membagikan bahan ajar dan lember
kerja siswa (LKS) pada masing-masing kelompok. LKS yang diberikan memuat 3 soal
yang dibagikan pada masing-masing anggota kelompok, sehingga setiap anggota kelompok
memiliki tugas dan tanggung jawab mengerjakan soal. Pada kelompok yang beranggotakan
4 siswa yaitu kelompok 1 dan kelompok 3, terdapat seorang siswa yang bertanggungjawab
mengerjakan 2 soal. Setelah itu, peneliti menjelaskan tanggungjawab siswa dalam
kelompok yaitu siswa harus bersungguh-sungguh memahami materi dan saling membantu
dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Fase berpikir bersama, peneliti meminta siswa untuk membaca dan mendiskusikan
materi pembelajaran terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal dalam LKS. Pada saat siswa
membaca dan berusaha memahami materi, peneliti mengontrol dan mengarahkan siswa yang
mengalami kesulitan. Pada siklus I, siswa MRdari kelompok 1, siswa NM dan RW dari

Rahmat Ifal Pribadi, Muh. Hasbi, dan Gandung Sugita, Penerapan Model … 29
kelompok 4serta siswa HN dari kelompok 2 sering bertanya kepada peneliti tentang cara
menentukan panjang garis singgung persekutuan luar lingkaran yang diterapkan pada bentuk
gambar rantai sepeda.Peneliti memberi bimbingan tentang cara menentukan panjang garsi
singgung persekutuan dualingkarankepada siswa tersebut. Setelah itu,peneliti meminta kepada
anggota kelompok yang sudah paham untuk megajarkan kepada anggota kelompoknya yang
lain. Saat berpikir bersama pada siklus II, siswa lebih aktif dan saling membantu untuk
memahami materi maupun mengerjakan soal dalam LKS. Selain itu, siswa juga sudah berani
bertanya baik kepada peneliti maupun temannya. Selanjutnya, siswa mengerjakan tugas mereka
masing-masing dan berdiskusi bersama untuk memperoleh jawaban yang tepat serta
memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan dan memahami jawabannya. Pada
fase ini, setiap siswa bertanggungjawab mengerjakan soal dalam LKSsehingga siswa fokus
memahami materi. Selain itu, interaksi siswa dengan siswa dan interaksi siswa dengan guru
saat berpikir bersama menciptakan suasan belajar yang aktif.
Fase pemberian jawaban, guru meminta seorang siswa melakukan pengundian untuk
menentukan siswa yang akan maju mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Pengundian dilakukan peneliti dengan menyebutkan nomor siswa secara acak. Hasil undian
siklus I diperoleh siswa bernomor 4 dari kelompok 1 yaitu AI mempresentasikan jawaban
soal nomor 1 dan siswa bernomor 3 dari kelompok 2 yaitu MRZ mempresentasikan
jawaban soal nomor 2 serta siswa bernomor 1 dari kelompok 4 yaitu MZ,sedangkan hasil
undian siklus II diperoleh siswa bernomor 5 dari kelompok 1 yaitu ANmempresentasikan
jawaban soal nomor 1 bagian (a), siswa bernomor 3 dari kelompok 3 yaitu RRA
mempresentasikan jawaban soal nomor 1 bagian (b), siswa bernomor 2 dari kelompok 3
yaitu RRA mempresentasikan jawaban soal nomor 2. Satu diantara beberapa jawaban siswa
yang dituliskan di papantulis saat presentasi ditampilkan pada gambar 3.
RRA01
RRA02
RRA03
RRA04

Gambar 3. Jawaban RRA saat Presentasi
Berdasarkan gambar 1 terlihat RRA menuliskan rumus garis singgung persekutuan
dalam dua lingkaran

(RRA01), kemudian melakukan substitusi

nilai yang diketahui kedalam rumus sehingga menjadi P
(RRA02).
Setelah disubtitusi dan dioperasikan diperoleh hasil yaitu 12 (RRA03). Dengan demikian
disimpulkan bahwa panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran adalah 12 cm
(RRA04). Setelah presentasi siswa bernomor sama dengan RRA dari kelompok lain menangapi
hasil pekerjaannya. Tanggapan yang diberikan yaitu jawaban yang diperoleh sama dan sudah
benar. Kemudian, peneliti memberi penegasan terhadap jawaban siswa dan mengarahkan siswa
untuk membuat kesimpulan pelajaran. Hasil yang diperoleh pada fase pemberian jawaban yaitu
siswa dapat mengetahui jawaban yang benar untuksetiap soalyang termuat dalam LKS. Selain
itu, siswa dapat menjelaskan jawabannya sendiri dan rasa percaya diri siswa meningkat.

30 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 5 Nomor 1, September 2017

Pertemuan kedua, peneliti memberikan tes akhir tindakan siklus I (S1) kepada siswa kelas
VIII MTs Muhammadiyah Nunu.Tes yang diberikan terdiri atas tiga nomor.Satu diantara soal
yang diberikan yaitu berkaitan dengan mengenali garis singgung persekutuan luar dua
lingkaran.Satu diantara jawaban siswa (AI) ditampilkan pada gambar 4.
AIS101
AIS103

AIS102

Gambar 4. Jawaban siswa AI pada Tes Akhir Tindakan siklus I nomor 1.
Jawaban siswa AI terhadap soal yang diberikan menunjukan bahwa bahwa siswa
AI dapat menentukan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran yaitu ruas garis
DF (AIS101) dan ruas garis CH (AIS102). Namun masih ada kekeliruan jawaban yaitu
ruas garis EG (AIS103). Peneliti melakukan wawancara terhadap siswa AI untuk
memperoleh informasi lebih lanjut dari hasil pemikiran siswa AI sebagaimana
ditunjukkan pada transkip wawancara sebagai berikut :
AI S1 033 P : perhatikan. Jawaban nomor 1 mu sudah betul. Bahwa garis yang merupakan
garis singgung persekutuan luar adalah?
AI S1 034 S : garis DF, CH dan EG.
AI S1 035 P : kenapa EG juga termasuk garis singgung persekutuan luar ?
AI S1 036 S : oh iya kak. EG tidak termasuk karena tidak menyinggung di luar lingkaran.
AI S1 037 P : iya, jadi jawaban yang benar garis yang mana ?
AI S1 038 S : garis DF dan CH saja kak.
Berdasarkan kutipan wawancara siklus I di atas, diperoleh informasi bahwa siswa AI
dapat mengerjakan soal tersebut, namun kurang teliti dalam menunjukan garis singgung
persekutan luar dua lingkaran (AI S1 036 S). Hasil analisis tes akhir tindakan pada siklus I yaitu
siswa sudah mampu menyelesaiakn soal-soal yang berkaitan dengan materi garis singgung
persekutuan luar dua lingkaran dengan benar. Hal ini juga dapat diketahui berdasarkan hasil
belajar siswa yang sudah memenuhi kriteria keberhasilan belajar.
Tes akhir tindakan siklus II terdiri atas tiga nomor.Satu diantara soal yang diberikan yaitu
melukis garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan menentukan panjang garis
singgung persekutuan dua lingkaran. Hasil jawaban pada soal nomor 2 siklus II (S2) yaitu
masih terdapat siswa yang keliru dalam menjawab pertanyaan.Satu diantara jawaban siswa
(RRA) pada tes akhir tindakan ditampilkan pada gambar 6 dan 7.
RRAS202

RRAS201

RRAS203

Gambar 6. Jawaban RRA pada Tes Akhir
Tindakan Siklus II nomor 2a

Gambar 7. Jawaban RRA pada Tes Akhir
Tindakan Siklus II nomor 2b

Jawaban siswa RRA pada gambar 6 menunjukan bahwaRRA melukis panjang garis
singgung persekutuan dalam dua lingkaran.Namun masih kurang rapi dalam menggambar

Rahmat Ifal Pribadi, Muh. Hasbi, dan Gandung Sugita, Penerapan Model … 31
lingkaran dan masih keliru dalam menggambar pergeseran (RRAS201). Selanjutnya,
jawaban RRA pada Gambar 7 menunjukan kekeliruan dalam menentukan rumus garis
singgung persekutuan dalam dua lingkaran (RRAS202) serta keliru pada penempatan
kuadrat pada saat melakukan substitusi (RRAS203). Peneliti melakukan wawancara terhadap
siswa RRA untuk memperoleh informasi lebih lanjut dari hasil pemikiran siswa RRA.
Sebagaimana ditunjukkan pada transkip wawancara sebagai berikut :
RRA S2 019P : gambar sudah bagus dek. Tapi ada yang Adek lupa tulis. Tahu yang mana?
RRA S2 020S : tanda siku-sikunya dengan ukurannya kak.
RRA S2 021P: iya, dan juga ada salah satu titik yang lupa diberikan nama. Ini garis putus
putusnya tahu berasal dari mana?
RRA S2 022S : dari perpindahan garis PQ dengan QN (RRAS201). Betul toh Kak?
RRA S2 023P : bukan perpindahan, tapi pergeseran atau translasi dek.
RRA S2 024S : oh iya pergeseran.
RRA S2 027P : iya. Sekarang nomor 2b jawabanmu ini sudah betul tapi ada yang keliru.
tahu di bagian mana?
RRA S2 028S : oh disitu kakak seharusnya ada tanda kurang dengan kuadrat jadi
Lupa saya tulis kakak, soalnya cepat-cepat lalu
dikerjakan. (RRA S2 02)
RRA S2 039P : nah nomor 2b yang dicari panjang garis apa?
RRA S2 040S : panjang garis CD kak. Oh salah tulis berarti saya kakak, seharusnya CD
disini bukan MN berarti rumusnya ini salah juga berarti
.
RRA S2 041P : coba jelaskan bagaimana adik mengerjakannya?
RRA S2 042S : rumus yang dipakai berarti
kemudian saya
kemudian
kasih masuk nilai yang diketahui berarti
.
hasilnya
RRA S2 043P : bagaimana caramu mendapatkan
?
RRA S2 044S : dari penjumlahan 10 kuadrat dengan 8 kuadrat kak jadi 18 kuadrat.
RRA S2 045P : salah dek. Itu kuadratnya di 10 tidak ada. (RRA S2 03). Seharusnya
.
. Kemudian didapat hasilnya dari akar 576 yaitu 24.
RRA S2 048S :
Berdasarkan kutipan wawancara siklus II di atas, diperoleh informasi bahwa siswa
RRA dapat mengerjakan soal tersebut, namun kurang teliti pada saat menggeser garis PQ
dan QN (RRA S2 022S ) dan pada saat menentukan rumus, siswa RRA masih keliru (RRA
S2 028S), serta pada saat mensubstitusikan nilai yang diketahui dalam rumus (RRA S2
044S). Hasil analisis tes akhir tindakan pada siklus II yaitu siswa sudah mampu
menyelesaiakan soal-soal yang berkaitan dengan materi garis singgung persekutuan dalam
dua lingkaran dengan benar. Hal ini juga dapat diketahui berdasarkan hasil belajar siswa yang
sudah memenuhi kriteria keberhasilan belajar.
Aspek-aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas guru pada saat melaksanakan
pembelajaran siklus I dan siklus II, meliputi: 1) menjawab salam dan berdoa, 2)
mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, 3) menjawab pertanyaan guru saat
apersepsi, 4) menanykan informasi yang belum jelas, 5) bergabung dalam kelompok dan duduk
berdasarkan urutan nomor, 6) siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), 7) siswa
berdiskusi dan berpikir bersama dalam kelompok untuk memberikan jawaban, 8) siswa yang
disebutkan nomor dan kelompoknya memepertanggungjawabkan jawabannya di depan kelas

32 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 5 Nomor 1, September 2017

sedang siswa dari kelompok lain dengan nomor yang sama memberi tanggapan, 9)
menyimpulkan jawaban akhir dari setiap pertanyaan dalam kegiatan diskusi kelas, 10)
menerima penghargaan dari guru, 11) berdoa bersama dan menjawab salam guru, 12)
pengolahan waktu, 13) antusias siswa.
Aspek-aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas siswa pada saat mengikuti
pembelajaran siklus I dan siklus II, meliputi: 1) menjawab salam dan berdoa,
2) mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, 3) menjawab pertanyaan guru saat
apersepsi, 4) menanaykan informasi yang belum jelas, 5) bergabung dalam kelompok dan
duduk berdasarkan urutan nomor,6) siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), 7) siswa
berdiskusi dan berpikir bersama dalam kelompok untuk memberikan jawaban,8) siswa yang
disebutkan nomor dan kelompoknya memepertanggungjawabkan jawabannya di depan kelas
sedang siswa dari kelompok lain dengan nomor yang sama memeberi tanggapan, 9)
menyimpulkan jawaban akhir dari setiap pertanyaan dalam kegiatan diskusi kelas, 10)
menerima penghargaan dari guru, 11) berdoa bersama dan menjawab salam guru, 12)
pengolahan waktu, 13) antusias siswa.
Aspek aktivitas guru pada siklus I, aspek 1, 2, 3 dan 10 berkategori sangat baik; aspek 4,
5, 6, 7, 8, dan 9 berkategori baik dan aspek 11 dan 12 berkategori kurang. Siklus II aspek 1, 2,
3, 4, 5, 6, 9, 10, dan 13berkategori sangat baik danaspek 7, 8, 11, dan 12 memperoleh skor 3
berkategori baik.Aspek aktivitas siswa pada siklus I, aspek 1, 2, 3, dan 10 berkategori sangat
baik; aspek 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 berkategori baik dan aspek 11 dan 12 berkategori kurang. Siklus
II, aspek 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, dan 13 berkategori sangat baik dan aspek 6, 7, 11, dan 12
berkategori baik.
PEMBAHASAN
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan tes awal yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat. Hasil tes awal
menjadi acuan dalam pembentukan kelompok belajar dan penentuan informan. Hal ini
sejalan dangan pendapat Paloloang (2014), bahwa pemberian tes awal sebelum pelaksanaan
tindakan bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat dan sebagai
pedoman dalam pembentukan kelompok belajar yang heterogen serta penentuan informan.
Pelaksanaan tindakan pada pembelajaran siklus I dan siklus II mengikuti fase-fase
pembelajaran kooperatif tipe NHT yang peneliti buat berdasarkan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif dengan langkah-langkah tipe NHT, yaitu: 1) fase penyampaian tujuan
dan pemotivasian siswa, 2) fase penyajian informasi, 3) fase pengorganisasian kelompok
belajar dan penomoran, 4) fase pengajuan pertanyaan atau masalah, 5) fase berpikir bersama, 6)
fase pemberian jawaban. 7) fase pemberian penghargaan.
Aktivitas pada fase penyampaian tujuan pembelajaran dan pemotivasian siswa, peneliti
mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa bersama,
mengecek kehadiran siswa dan mempersiapkan siswa untuk belajar. Selanjutnya peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara lisan. Penyampaian tujuan
pembelajaran dimaksudkan untuk menjelaskan kepada siswa tentang hal-hal yang akan dicapai
dalam pembelajaran sehingga siswa terbimbing dalam aktifitas belajar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sanjaya (2009) bahwa tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat dapat membimbing
siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar.Kemudianpeneliti memotivasi siswa untuk
bersemangat dan terlibat aktif dalam pembelajaran, serta memberi penjelasan tentang
pentingnya mempelajari materi persamaan lingkaran yang dikaitkan dengan bidang ilmu

Rahmat Ifal Pribadi, Muh. Hasbi, dan Gandung Sugita, Penerapan Model … 33
yang siswa tekuni. Hal tersebut membuatsiswa mengetahui manfaat mempelajari materi
yang diajarkan dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
pendapat Wahid (2012) bahwa motivasi siswa akan terpelihara apabila merekamenganggap
apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi,atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai
yang dipegang.Selanjutnya, peneliti melakukan apersepsi untuk mengingatkan kembali
pengetahuan prasyarat siswa dengan melakukan tanya jawab mengenai materi jarak antara
dua titik dan operasi bentuk aljabar pada siklus I, dan materi konsep dan bentuk umum
persamaan lingkaran pada siklus II. Apersepsi yang dilakukan membuat siswa dapat
memahami materi prasyarat sebelum mempelajari materi selanjutnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hudojo (1990) yang menyatakan bahwa sebelum mempelajari konsep B,
seseorang perlu memahami lebih dulu konsep A yang mendasari konsep B, sebab tanpa
memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B.
Aktivitas pada fase penyajian informasi, peneliti mendeskripsikan secara singkat
tentang fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe NHT, sehingga siswa mengetahui
fase-fase pembelajaran yang diterapkan dan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hardianti (2015) bahwa pada awal penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa sangat tertarik pada penjelasan guru tentang model
pembelajaran yang akan diterapkan.
Peneliti mengelompokkan siswa ke dalam 5 kelompok belajar yang heterogen
berdasarkan kemampuan awal siswa pada fase pengorganisasian kelompok belajar dan
penomoran,kelompok yang terbentuk beranggotakan 4 sampai 5 siswa. Selanjutnya siswa
dalam kelompok diberikan nomor 1, 2, 3, 4 dan 5. Pada fase ini, siswa bergabung dalam
kelompok yang heterogen dan memiliki nomor masing-masing. Hal ini sesuai dengan
pendapat Silalahi (2012) bahwa siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang heterogen
dan diberi nomor.
Aktivitas pada fase pengajuan pertanyaan atau permasalahan, peneliti membagikan
bahan ajar dan LKS yang memuat soal-soal kepada masing-masing kelompok untuk
didiskusikan dan diselesaikan secara berkelompok. Terdapat 5 soal yang termuat dalam
LKS yang dibagikankepada setiap anggota kelompok. Pada fase ini, setiap siswa dalam
kelompok memiliki tugas dan tanggungjawabmengerjakan soal. Hal ini sejalan dengan
pendapat Sugiawan (2014) bahwa setiap anggota kelompok diberikan tanggung jawab
untuk memecahkan masalah atau soal dalam kelompoknya.
Peneliti meminta siswa untuk membaca dan mendiskusikan materi pembelajaran
terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal dalam LKS pada fase berpikir bersama. Setelah
itu, siswa berdiskusi dalam kelompok dan saling membantu memahami materi yang
dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Aprilia (2015) bahwa pembelajaran kooperatif
tipe NHT membuat siswa saling bantu membantu dalam memahami materi yang diberikan.
Selanjutnya, siswa mengerjakan tugas mereka dan berdiskusi bersama sehingga siswa
saling berbagi gagasan untuk memperoleh jawaban yang tepat. Setelah itu, siswa dalam
kelompok saling mengajarkan cara penyelesaian tugas mereka, sehingga siswa lebih aktif
dalam pembelajaran. Hal ini didukung oleh pendapatIstiningrum (2012) yang menyatakan
bahwa NHT adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan semua siswa
memecahkan masalah secara bersama-sama, sehingga siswa lebih aktif dalam belajar. Pada
saat berpikir bersama, peneliti mengontrol dan mengarahkan siswa yang mengalami
kesulitan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kusuma (2008), bahwa dalam model NHT
guru bertindak sebagai motivator, fasilitator dan kontrol. Begitu pula dengan pendapat
Istiningrum (2012), bahwa guru berperan sebagai fasilitator yang akan mengarahkan siswa
dalam menemukan pemecahan dari permasalahan yang dihadapi.

34 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 5 Nomor 1, September 2017

Aktivitas pada fase pemberian jawaban, peneliti bersama siswa melakukan pengundian
nomor dan kelompok untuk menentukan siswa yang maju mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya. Selanjutnya, peneliti memanggil siswa yang diperoleh dari hasil pengundian
untuk presentasi di depan kelas. Setelah presentasi, siswa yang bernomor sama diminta untuk
menanggapi jawaban yang telah dipresentasikan. Pada fase ini, siswa dapat mengetahui
jawaban yang benar untuk setiap soal dalam LKS, siswa menjadi berani dan mampu
menjelaskan jawabannya sendiri serta rasa percaya diri siswa meningkat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dalam penerapannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
memupuk keberanian dan rasa percaya diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapatHartanti
(2012) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan keberanian dan
rasa percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapat. Setelah presentasi, peneliti meminta
seluruh siswa untuk mengapresiasi siswa yang telah presentasi di depan kelas dengan memberi
tepuk tangan yang meriah. Pemberian apresiasi tersebut merupakan penghargaan atas kinerja
siswa agar termotivasi untuk lebih giat belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiawan
(2014) bahwa pemberian penghargaan dapat memotivasi seluruh siswa untuk belajar lebih giat
lagi. Selanjutnya, peneliti memberi penegasan terhadap jawaban siswa dan mengarahkan siswa
untuk membuat kesimpulan pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran siklus I, kekurangan peneliti yaitu dalam
mengelolawaktu proses pembelajaran, keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan tidak
mengarahkan siswa membuat kesimpulan pelajaran, sedangkan pada siklus II, kekurangan
tersebut telah diperbaiki dengan baik. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada
siklus I, siswa tidak memberikan kesimpulan pelajaran dan hanya sebagian siswa yang
mencatat pekerjaan rumah, sedangkan pada siklus II, siswa telah mampu memberikan
kesimpulan pelajaran dengan baik dan sebagian besar siswa telah mencatat pekerjaan
rumah yang diberikan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII MTs
Muhammadiyah Nunupada materi garis singgung persekutuan dua lingkaran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sugiawan (2014) bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
garis singgung persekutuan dua lingkaran di kelas VIII MTs Muhammadiyah Nunu yaitu
dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut: 1) fase penyampaian tujuan dan
pemotivasiansiswa,2) fase penyajian informasi, 3) fase pengorganisasian kelompok belajar
danpenomoran,4) fase pengajuan pertanyaan atau masalah, 5) fase berpikir bersama, 6) fase
pemberian jawaban, 7) fase pemberian penghargaan.
Fase penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk bersemangat dan terlibat aktif dalam pembelajaran.
Pada fase penyajian informasi, guru mendeskripsikan secara singkat tentang fase-fase model
pembelajaran kooperatif tipe NHT yang diterapkan dalam pembelajaran. Pada fase
pengorganisasian kelompok belajar dan penomoran, siswa dikelompokkan ke dalam 5
kelompok belajar yang beranggotakan 4 atau 5 siswa. Setelah itu, setiap anggota kelompok
diberi nomor yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5. Pada fase pengajuan pertanyaan atau masalah, guru
membagikan LKS pada masing-masing kelompok. Pada fase berpikir bersama, peneliti

Rahmat Ifal Pribadi, Muh. Hasbi, dan Gandung Sugita, Penerapan Model … 35
meminta siswa untuk membaca dan mendiskusikan materi pembelajaran terlebih dahulu
sebelum mengerjakan LKS. Selanjutnya, siswa mengerjakan tugas mereka masing-masing dan
berdiskusi bersama untuk memperoleh jawaban yang tepat serta memastikan setiap anggota
kelompok dapat mengerjakan dan memahami jawabannya. Pada fase pemberian jawaban, guru
melakukan pengundian untuk menentukan siswa yang maju mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya. Siswa yang nomornya disebutkan mengacungkan tangan dan maju
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Sedangkan siswa lainnya menyimak dan
menanggapi hasil pekerjaan yang dipresentasikan dalam kegiatan diskusi kelompok. Setelah
berdiskusi, guru memberi penegasan terhadap jawaban siswa dan mengarahkan siswa untuk
membuat kesimpulan pelajaran.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan, peneliti dapat memberikan saran yaitu pembelajaran
matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dijadikan
alternatif oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, guru juga perlu
memodifikasi pembelajaran kooperatif tipe NHT agar lebih menarik minat siswa untuk
mengikuti pembelajaran dengan baik dan sungguh-sungguh serta memperhatikan
pengaturan waktu pada proses pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, E. (2015). Perbandingan Kemampuan Representasi Matematis Siswadalam
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TPS. Jurnal Matematika [Online]. Vol 03
(01), 7 halaman. Tersedia: http://jurnal.fkip.unila.ac.id /index.php /MTK/article/view
/7816/4667. [30 oktober 2015].
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repoblik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006, [Online]. Tersedia: http://asefts63.files.wordpress.com/2011/01/
permendiknasnomor22-tahun-2006-standar-isi.pdf. [19 November 2015].
Hadiyanti, R., dkk. (2012). Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together
Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep. Unnes Journal of Mathematics
Education, Volume 01 (01), 7 halaman. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id
/sju/index.php/ujme/article /view/262. [26 Oktober 2015].
Hardianti, D. (2015). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Ditinjau dari
Pemahaman Konsep Matematis Siswa.Jurnal Matematika [Online]. Vol 03 (02), 8
halaman. Tersedia: http://jurnal.fkip.unila.ac.id /index.php/MTK/article /view/7969/4799.
[30 oktober 2015].
Hartanti, T. (2012). Penggunaan Model Numbered Heads Together dalam Pembelajaran
Matematika Di Sekolah Dasar, [Online]. Tersedia: http://jurnal.fkip.uns.
ac.id/index.php /pgsdkebumen/article/viewFile/335/169[10 Juni 2016].
Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika.Malang:IKIPMalang.
Istiningrum. (2012). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together untuk Meningkatkan Aktivitas BelajarAkuntansi pada Siswa Kelas X AK 2
SMK YPKK 2 SlemanTahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Akutansi
Indonesia [Online]. Vol 10 (02), 16 halaman. Tersedia: http://download.
portalgaruda.org/article.php?article=52448&val=480. [10 Juni 2016].

36 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 5 Nomor 1, September 2017

Kemdikbud. (2011). Peran, Fungsi, Tujuan dan Karakteristik Matematika Sekolah, [Online].
Tersedia: http://p4tkmatematika.org/2011/10/peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristikmatematika-sekolah. [20 November 2015].
Kemmis, S dan McTaggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical
Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience [Online]. Tersedia:
https:// books.google.co.id/books?id =GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=
kemmis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%20and
%20mctaggart&f=false. [23 Agustus 2016].
Kusuma, E. (2008). Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbasis Savi untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Laju Reaksi. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia
[Online]. Vol 02 (01), 8 halaman. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php
/JIPK/article/viewFile/1221/1180. [10 Juni 2016].
Miles, M dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tantang
Metode-Metode Baru. Jakarta:UI Press.
Paembonan, R. D. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Penarikan Kesimpulan
Logika Matematika di Kelas X SMA GPID Palu. Skripsi Tidak Diterbitkan: FKIP Untad.
Paloloang, F. B. (2014). Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Panjang Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran
di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika
Tadulako [Online]. Vol 02 (01), 11 halaman. Tersedia:http://jurnal.untad.
ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/view/3232/2287. [30 oktober 2015].
Sanjaya, W. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Silalahi, H. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Type NHT Terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Bidang Studi Matematika Kelas V SD Negeri No. 068003 Medan,
[Online]. Tersedia: http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tematik/article/ download
/2250/1909. [10 Juni 2016].
Sugiawan, R. (2014). Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Jurnal Matematika [Online]. Vol 03 (01), 12
halaman. Tersedia: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/MTK/article/view/4655/ 2899.
[30 oktober 2015].
Sukmara, C. (2011). Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dalam Upaya Meningkatkan
Prestasi Belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Sukarame Kabupaten
Tasikmalaya Jawa Barat. Jurnal Saung Guru[Online], Volume 02 (02), 9 halaman.
Tersedia: http://jurnal.upi.edu/file/CucuSukmara(3).doc. [14 November 2015].
Wardani, E. P. (2015). Analisis Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Lingkaran Ditinjau
dari Kesiapan Belajar dan Gaya Berpikir Siswa Kelas XI IPA SMA N 3 Surakarta
Tahun Ajaran 2013/2014, [Online]. Tersedia: https://digilib.uns.ac.id/dokumen/
download/152204/MTUyMjA0. [14 November 2015].
Wahid, I. (2012). Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui
Pembelajaran Menyenangkan Secara Islami Berbasis Learning Community Materi
Pesamaan Lingkaran Kelas XI IPA MA NU Nurul Huda Semarang Tahun Ajaran
2011/2012. Skripsi Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
Semarang: Diterbitkan. Tersedia: http://library.walisongo.ac.id/digilib/files /disk1/140
/jtptiain--ibnuwahid 0-6996-1-ibnuwah-d.pdf[14 November 2015].

Dokumen yang terkait

Analisis Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Garis Singgung Lingkaran pada Siswa Kelas VIII Analisis Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Garis Singgung Lingkaran pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Waru Baki Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/201

0 4 15

ANALISIS KESULITAN MELUKIS LINGKARAN DALAM DAN LINGKARAN LUAR SUATU SEGITIGA PADA MATERI GARIS SINGGUNG Analisis Kesulitan Melukis Lingkaran Dalam dan Lingkaran Luar Suatu Segitiga pada Materi Garis Singgung Lingkaran Siswa Kelas VIII Semester II MTs Neg

1 4 14

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA GARIS SINGGUNG LINGKARAN PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI STRATEGI VISUALISASI BAGI SISWA KELAS VIII MTs NEGERI PULUTAN TAHUN PELAJARAN

0 0 17

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA.

2 21 79

Lingkaran dan Garis Singgung Lingkaran

0 2 16

Fenomena Hilangnya Tahap Melukis Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran Pada Geometri SMP | p4tkmatematika.org

0 0 5

IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN SISWA KELAS VIII MTs ASSYAFI’IYAH GONDANG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PANJANG GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN DI KELAS VIII SMP NEGERI 19 PALU | Paloloang | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 3232 10020 1 P

0 2 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MURDER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PANJANG GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 PALU | Warouw | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 7178 23873 1 PB

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN - PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK ANTARA METODE PC DENGAN METODE GI PADA MATERI GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN DI KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4 GIRI - UMG REPOSITORY

0 0 6