KUA-PPAS 2014.rar KUA 2014

NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA
SURAKARTA

NOMOR : 910/3246
NOMOR : 910/3507
TANGGAL : 22 Oktober 2013

TENTANG
KEBIJAKAN UMUM
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
TAHUN 2013

DAFTAR ISI


LEMBAR JUDUL .................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA
NOMOR 910/3246 – 910/3507 TANGGAL 22 OKTOBER 2013
TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2014 ......
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................

BAB II

BAB III

BAB IV

BAB V

A. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD
(KUA) ............................................................................

B. Tujuan Penyusunan KUA ...............................................
C. Dasar Hukum Penyusunan KUA ....................................
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH .......................
A. Kondisi Ekonomi Makro Nasional ..................................
B. Kondisi Ekonomi Makro Jawa Tengah ...........................
C. Kondisi Ekonomi Makro Kota Surakarta ........................
1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2012 dan
Perkiraan Tahun 2013 .............................................
2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah
Tahun 2014 .............................................................
B. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ...................................
ASUMSI-ASUMSI
DASAR
DALAM
PENYUSUNAN
RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH (RAPBD) .........................................................
A. Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN .................
B. Laju Inflasi ....................................................................
C. Pertumbuhan PDRB .......................................................

D. Lain – Lain Asumsi ........................................................

KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN
DAERAH .......................................................................
A. Pendapatan Daerah .......................................................
1. Pendapatan Asli Daerah ............................................
2. Dana Perimbangan ...................................................
3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah .....................
B. Belanja Daerah ..............................................................
1. Belanja Tidak Langsung .............................................
2. Belanja Langsung ......................................................
C. Pembiayaan Daerah .......................................................
1. Penerimaan Pembiayaan ...........................................
2. Pengeluaran Pembiayaan ..........................................
PENUTUP ......................................................................

ii

i
ii


1
3
3
6
6
12
12
13
15
15
18
21

23
23
24
27
28


29
30
30
31
31
31
31
33
37
37
38
39

-1-

NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KOTA SURAKARTA
NOMOR : 910/3246
NOMOR : 910/3507
TANGGAL : 22 Oktober 2013
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2014
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama
: FX. HADI RUDYATMO
Jabatan
: Walikota Surakarta
Alamat Kantor
: Jl. Jenderal Sudirman No. 2 Surakarta
bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kota Surakarta
2. a. Nama
Jabatan
Alamat Kantor
b. Nama

Jabatan
Alamat Kantor
c. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Y. F. SUKASNO, SH.
Ketua DPRD Kota Surakarta
Jl. Adi Sucipto No.143 Surakarta
SUPRIYANTO, SH.

Wakil Ketua DPRD Kota Surakarta
Jl. Adi Sucipto No.143 Surakarta
Ir. MUHAMMAD RODHI
Wakil Ketua DPRD Kota Surakarta
Jl. Adi Sucipto No.143 Surakarta

sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surakarta.
Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surakarta diperlukan
Kebijakan Umum APBD Kota Surakarta yang disepakati bersama antara
DPRD Kota Surakarta dengan Pemerintah Kota Surakarta untuk selanjutnya
dijadikan sebagai dasar penyusunan prioritas dan plafon anggaran
sementara APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2014.

-2-

Berdasarkan hal tersebut di atas, para pihak sepakat terhadap Kebijakan
Umum APBD Kota Surakarta yang meliputi asumsi–asumsi dasar dalam
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)

Kota Surakarta Tahun Anggaran 2014, Kebijakan pendapatan, belanja dan
pembiayaan daerah, yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara dan APBD Tahun Anggaran 2014.
Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran
2014 disusun dalam Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan Nota Kesepakatan ini.
Demikian Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam
penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Kota
Surakarta Tahun Anggaran 2014.
Surakarta, 22 Oktober 2013

-3-

LAMPIRAN :
NOTA
KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH
KOTA
SURAKARTA

DENGAN
DEWAN
PERWAKILAN
RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA.
NOMOR : 910/3246 – 910 /3507
TENTANG :
KEBIJAKAN
UMUM
ANGGARAN
PENDAPATAN
DAN
BELANJA
DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN
ANGGARAN 2014

KOTA SURAKARTA
KEBIJAKAN UMUM APBD (KUA)
TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah melaksanakan bidang
kewenangan urusan wajib dan urusan pilihan. Secara lebih spesifik
pembagian urusan dimaksud diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota jo. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang Menjadi
Kewenangan Pemerintahan Daerah.
Penyelenggaraan urusan tersebut diimplementasikan dalam bentuk
program dan kegiatan, dimana penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran
pendapatan dan belanja daerah, sedangkan penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di daerah didanai
dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja Negara.
Berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana beberapa kali telah diubah terakhir Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang ditegaskan dengan
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang PokokPokok Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah

-4-

dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam
APBD, merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah, komponennya meliputi: (a) asas umum
pengelolaan keuangan daerah; (b) pejabat-pejabat yang mengelola keuangan
daerah; (c) struktur APBD; (d) penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKASKPD; (e) penyusunan dan penetapan APBD; (f) pelaksanaan dan
perubahan
APBD;
(g)
penatausahaan
keuangan
daerah;
(h)
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; (i) pengendalian defisit dan
penggunaan surplus APBD; (j) pengelolaan kas umum daerah; (k)
Pengelolaan piutang daerah; (l) Pengelolaan investasi daerah; (m)
Pengelolaan barang milik daerah; (n) Pengelolaan dana cadangan; (o)
Pengelolaan utang daerah; (p) Pembinaan dan penggawasan pengelolaan
keuangan daerah; (q) penyelesaian kerugian daerah; (r) pengelolaan
keuangan badan layanan umum daerah; (s) pengaturan pengelolaan
keuangan daerah.
Sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2014, Sebagai
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah, Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Pemerintah Kota Surakarta Tahun anggaran 2014. Dimana
Pemerintah Daerah juga harus mendukung tercapaianya sasaran utama
dan prioritas pembangunan Nasional dan Provinsi Jawa Tengah.
Sinkronisasi kebijakan Pemerintah Daerah dengan Pemerintah
Provinsi dan Pusat, antara lain diwujudkan dalam penyusunan KUA
(Kebijakan Umum APBD) dan PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara) yang disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan
DPRD sebagai dasar dalam penyusunan rancangan peraturan daerah
tentang APBD Tahun Anggaran 2014. KUA dan PPAS Pemerintah kota
Surakarta Tahun Anggaran 2014 berpedoman pada RKPD Kota Surakarta
Tahun 2014, yang telah disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2014 dan
RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014.
Hasil Sinkronisasi kebijakan tersebut disampaikan kepada Gubernur
bersamaan dengan penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD Tahun Anggaran 2014 dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah
tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2014 serta dokumen lainnya
yang dipersyaratkan dalam rangka evaluasi Peraturan Daerah tentang
APBD Tahun Anggaran 2014 dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah
tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2014.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu memperhatikan
kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terkait
Tema dan Prioritas pembangunannya pada Tahun 2014. Adapun Tema
dan prioritas masing-masing adalah sebagai berikut:
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014 menetapkan tema
pembangunan nasional adalah “Memant apkan Perekonomian Nasional

-5-

Bagi Peningkatan Keejahteraan Rakyat yang Berkeadilan ”, dengan
prioritas pembangunan nasional sebagai berikut:
1. Reformasi birokrasi dan tata kelola;
2. Pendidikan;
3. Kesehatan;
4. Penanggulangan kemiskinan;
5. Ketahanan pangan;
6. Infrastruktur;
7. Iklim investasi dan usaha;
8. Energi;
9. Lingkungan hidup dan Pengelola bencana;
10. Daerah tertinggal, terdepan, Terluar dan pasca konflik;
11. Kebudayaan, Ekonomi Kreatif dan inovasi teknologi
12. Prioritas lainnya: (1) bidang politik, hukum dan keamanan, (2)
bidang perekonomian, dan (3) bidang kesejahteraan rakyat.
Mendasarkan pada pentahapan dalam RPJMD Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2014, maka tema pembangunan Jawa Tengah Tahun
2014 yaitu “ Meningkatkan Perekonom ian dan Daya Saing Daerah
Guna Memantapkan Kesejahteraan Yang Berkeadilan” , dengan
prioritas pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut:
1. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran
2. Peningkatan daya saing ekonomi daerah ;
3. Kualitas sumber daya manusia
4. Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
5. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta
pengurangan risiko bencana
6. Tata kelola pemerintahan
Demokratisasi dan kondusivitas daerah berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surakarta
Tahun 2010-2015, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota
Surakarta Tahun 2014 menetapkan tema pembangunan daerah
adalah”Pemantapan keunggulan kompetitif Kota Surakarta di
kancah regional, nasional dan internasional dibidang ekonomi,
sosial, budaya dan tata kelola pemerintahan” , dengan prioritas
pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Pemantapan pemberdayaan ekonomi berbasis masyarakat;
2. Pemantapan aksesibilitas dan kualitas pendidikan;
3. Pemantapan aksesibiltas dan derajat kesehatan;
4. Penataan sarana dan prasarana/infrastruktur perkotaan;
5. Pengembangan brand image kota;
6. Penguatan nilai-nilai budaya dan kesenian;
7. Pelayanan publik , perizinan, dan kondusifitas daerah;
8. Penataan Ruang Terbuka Hijau dan konservasi lingkungan hidup
dengan konsep Eco Cultural City;
9. Perluasan pengembangan Kota Layak Anak.
Adapun garis besar kebijakan umum penyusunan KUA–PPAS
Kota Surakarta Tahun Anggaran 2014 adalah sebagai berikut:

-6-

1. APBD merupakan kerangka kebijakan publik yang memuat hak dan
kewajiban pemerintah daerah dan masyarakat yang tercermin
dalam
rencana
pendapatan,
belanja
dan
pembiayaan.
Program/Kegiatan direncanakan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat,
sehingga
anggaran
merupakan
hasil
sinergi
Musrenbang Kota Surakarta Tahun 2013, Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Surakarta tahun 2014, arah
kebijakan Walikota serta prioritas pembangunan Pemerintah Pusat
dan Propinsi Jawa Tengah;
2. Capaian target pembangunan daerah Tahun 2014 diselaraskan
dengan target RPJM Daerah Kota Surakarta Tahun 2010-2015;
3. Belanja hibah dan Bantuan Sosial disesuaikan dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial;
4. APBD Tahun Anggaran 2014 disusun dengan pendekatan kinerja
yang berpedoman pada prinsip efektif, efisien, ekonomis, transparan
dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan dan manfaat untuk masyarakat serta tidak bertentangan
dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan
peraturan daerah lainnya;
5. Arah kebijakan keuangan daerah difokuskan untuk mengatasi
masalah–masalah mendasar yang menjadi prioritas pembangunan
tahun 2014, yaitu: (1) Penanggulangan Kemiskinan; (2) Percepatan
Pencapaian Millenium Development Goals ; (3) Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal pada 15 (lima belas) bidang urusan pemerintah
kota menuju Reformasi Birokrasi.

B. Tujuan Penyusunan KUA
Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Surakarta Tahun
Anggaran 2014, bertujuan untuk:
1. Melakukan optimalisasi pendapatan daerah dan belanja daerah
terhadap APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2014;
2. Meningkatkan mutu pelayanan kepada para pengguna jasa layanan
pemerintah secara lebih optimal;
3. Mewujudkan keterpaduan program nasional dan daerah dalam upaya
peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di
daerah;
4. Mewujudkan tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah.
C. Dasar Hukum Penyusunan KUA
Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Surakarta Tahun
Anggaran 2014, berdasarkan pada peraturan perundang-undangan
berikut:

-7-

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur,
Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 45);
2. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613) sebagaimana
telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 39 Tahun 2007
tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1995
tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4755);
3. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3857);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
8. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4846);
11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan
Perundang-Undangan
(Lembaran
Negara
Republik

-8-

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4575);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4576);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664) ;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan
Profesi guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen serta
Tunjangan Kehormatan Professor (Lembaran Negara Republik

-9-

Indonesia Tahun 2009 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5016);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4817);
26. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan,
dan
Penyebarluasan
Peraturan
Perundangundangan;
27. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan
Penghasilan bagi Guru Pegawai Negeri Sipil;
28. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010–2014;
29. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan;
30. Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2014;
31. Instruksi Presiden
Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010;
32. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program
Pembangunan Yang Berkeadilan;
33. Instruksi Presiden Nomor 23 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia Tahun 2011 – 2014;
34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana beberapa kali
telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
35. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah;
36. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
37. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari
APBD sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD;

- 10 -

38. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2013 tentang
Pedoman Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Rencana Kerja
Pembangunan Daerah Tahun 2014;
39. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2014;
40. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Pelaksanaan Musyawarah Pembangunan Provinsi Jawa Tengah
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006 Nomor 8 seri E
Nomor 1);
41. Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2008–2013 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2009 Nomor 4);
42. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2001 tentang Visi
dan Misi Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun
2001 Nomor 24 Seri D Nomor 20);
43. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah Daerah (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2008
Nomor 4);
44. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta
(Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 Nomor 6)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta
Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota
Surakarta Tahun 2011 Nomor 5);
45. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Surakarta
Tahun 2005–2025 (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010
Nomor 2);
46. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang
Pokok–Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota
Surakarta Tahun 2010 Nomor 7);
47. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Surakarta
Tahun 2010–2015 (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010
Nomor 12);
48. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor
25 Tahun 2013 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Nomor 25);
49. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 55 Tahun 2012 tentang
Pemberian Tambahan Penghasilan Berdasarkan Beban Kerja bagi
PNS dan CPNS di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta;

- 11 -

50. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 10 – A Tahun 2013 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Surakarta Tahun 2014;
51. Keputusan Walikota Surakarta Nomor 010/73-A/1/2013 tentang
Standarisasi Satuan Harga Pemerintah Kota Surakarta Tahun 2014.

- 12 -

BAB II
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

A. Kondisi Ekonomi Makro Nasional
Kebijakan ekonomi makro 2014 akan diselaraskan dengan tema
pembangunan nasional 2014 yang tercantum dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) 2014, yaitu “Memantapkan Perekonomian Nasional
Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan”. Tema RKP
tersebut dijabarkan dalam 3 (tiga) isu strategis nasional, yakni: (a)
pemantapan perekonomian nasional; (b) peningkatan kesejahteraan
rakyat; dan (c) pemeliharaan stabilitas sosial dan politik. Dalam
kerangka tersebut, asumsi dasar ekonomi makro yang dijadikan acuan
dalam menyusun postur RAPBN 2014 direncanakan sebagai berikut: (a)
pertumbuhan ekonomi 6,4 %; (b) nilai tukar rupiah Rp9.750/US$; (c)
inflasi 4,5 %; (d) suku bunga SPN 3 bulan 5,5 %; (e) harga minyak
US$106/barel; dan (f) lifting minyak dan gas bumi 2,1 juta barel setara
minyak per hari.
Pada tahun 2014, perekonomian nasional diharapkan mampu
tumbuh lebih baik dari tahun 2013. Perekonomian global diperkirakan
akan semakin membaik, diikuti oleh meningkatnya volume perdagangan
dunia. Kondisi ini mendorong peningkatan aktivitas perekonomian
nasional terutama

dari sisi ekspor

dan

impor

untuk memenuhi

peningkatan permintaan dunia. Permintaan domestik juga diharapkan
masih tetap menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia, didukung oleh
meningkatnya daya beli riil masyarakat, karena stabilnya laju inflasi dan
meningkatnya aktivitas ekonomi terkait penyelenggaraan pemilu pada
tahun 2014. (lihat Grafik 2.1 )

- 13 -

Dari sisi produksi, kinerja semua sektor pada tahun 2014
diperkirakan tetap meningkat atau tumbuh positif. Sektor pertanian,
sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran,
serta sektor pengangkutan dan komunikasi, masih menjadi mesin
pendorong pertumbuhan PDB. Adapun Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Penggunaan dan Lapangan Usaha disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT PENGGUNAAN DAN
LAPANGAN USAHA, 2013―2014 (%, yoy)
Uraian

2013

2014

6,3

6,4

Konsumsi Masyarakat

5,0

5,3

Konsumsi Pemerintah

6,7

5,4

Investasi

6,9

8,8

Ekspor

6,6

7,4

Impor

6,1

7,5

3,7

3,5

Pertambangan dan Penggalian

2,0

1,5

Industri Pengolahan

6,1

6,4

Listrik, Gas, dan Air Bersih

6,4

5,8

Konstruksi

7,3

6,8

Perdagangan, Hotel, dan Restoran

8,3

8,1

11,1

10,0

Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan

6,0

6,0

Jasa-Jasa

5,2

6,6

Pertumbuhan Ekonomi
Penggunaan

Lapangan Usaha
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan

Pengangkutan dan Komunikasi

Sumber: Nota Keuangan dan RAPBN 2014

B. Kondisi Ekonomi Makro Jawa Tengah
Kondisi

perekonomian

di

Jawa

Tengah

Tahun

2014

akan

dipengaruhi oleh ondisi perekonomian dunia dan kondisi perekonomian

- 14 -

nasional. Sejalan dengan kondisi tersebut, tantangan yang dihadapi
Jawa Tengah dalam perekonomian daerah adalah:
1. Berlakunya perdagangan bebas antara Asia Tenggara dan China
ACFTA 2010 dan Asia Economic Community (AEC) 2015;
2. Masih tingginya permintaan impor produk bahan baku industri;
3. Longgarnya penerapan kebijakan pengurangan subsidi BBM;
4. Pengaruh fluktuasi ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi
regional;
5. Keterlambatan penyelesaian pembangunan infrastruktur strategis;
6. Komitmen dukungan pemerintah Pusat ke Jawa Tengah sebagaimana
peran yang ditetapkan untuk Provinsi Jawa Tengah masih belum
optimal;
7. Alih fungsi lahan tidak sesuai peruntukan;
8. Kerentanan wilayah terhadap bencana;
9. Kebijakan sektoral yang kurang sinkron.
Menghadapi berbagai tantangan tersebut, peluang yang dapat
dimanfaatkan adalah:
1.

Meningkatnya peluang pasar ekspor;

2.

Meningkatnya dukungan program CSR dan PKBL;

3.

Meningkatnya peluang investasi;

4.

Ketergantungan nasional terhadap Jawa Tengah sebagai salah satu
provinsi penyangga pangan;

5.

Meningkatnya daya saing produk industri dan pemantapan struktur
pengembangan industri;

6.

Relatif lebih tingginya upah buruh di provinsi lain;

7.

Keterbatasan lahan di provinsi lain;

8.

Tingginya kepadatan pelabuhan di Jakarta dan Surabaya;

9.

Meningkatnya peluang kerjasama pemerintah dengan swasta;

10. Akselerasi

dan

komitmen

dukungan

infrastruktur

MP3EI

dan

pengembangan potensi wilayah;
11. Meningkatnya komitmen dalam pengembangan wilayah (RTRWN).
Berdasarkan kondisi perekonomian Jawa Tengah saat ini, serta
memperhatikan tantangan dan peluang ke depan, maka perekonomian
Jawa Tengah dapat diprediksikan sebagaimana tertuang dalam Tabel

2.2 .

- 15 -

TABEL 2.2
TARGET PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAN
PREDIKSI TAHUN 2014
No.

Indikator

2013

2014*)

Atas dasar harga berlaku (Trilyun Rp)

568,416

603,317

Atas dasar harga konstan (Trilyun Rp)

213,412

221,005

2.

Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)

5,8 – 6,2

6,3 – 6,7**)

3.

Inflasi (%)

5+1

5+1

4.

PDRB/Kapita atas dasar harga

17,554

18,632

6,591

6,825

114,401

119,500

5,60

5,60 – 5,50

13,27

11,58 – 11,37

108,67

107,27

1.

PDRB :

berlaku (Juta Rp)
PDRB/Kapita atas dasar harga
konstan (Juta Rp)
5.

Kebutuhan Investasi (Trilyun Rp)

6.

Tingkat Pengangguran erbuka (TPT)
(%)

7.

Kemiskinan (%)

8.

Nilai Tukar Petani (NTP)

Sumber: RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014
Keterangan : Tahun 2013 adalah Target RPJMD 2008-2013 / RKPD 2013
*)

Angka prediksi

**) Angka

prediksi

Bappeda

Prov.

Jateng

dan

Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Jateng - DIY

C. Kondisi Ekonomi Makro Kota Surakarta
1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2012 dan Perkiraan Tahun 2013
Kondisi perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2012 dan
2013 mengalami perbaikan, seiring dengan menguatnya perekonomian
domestik dan regional. Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta tahun
2012 sebesar 6,07% dan tahun 2013 diperkirakan tumbuh sebesar
6,11%.
Laju inflasi di Kota Surakarta Tahun 2012 sebesar 2,87%. Angka
Inflasi Kota Surakarta relatif masih lebih rendah dibandingkan dengan
tingkat inflasi Provinsi Jawa Tengah maupun tingkat inflasi nasional,
masing-masing sebesar sebesar 4,24% dan 5,28%. Dengan inflasi Kota

- 16 -

Surakarta sebesar 2,87% menunjukkan bahwa kondisi perekonomian
Kota Surakarta masih cukup terkendali dari sisi kemampuan daya
beli. Karakter inflasi masih didominasi oleh volatile food’s inflation.
Pertumbuhan nilai ekspor sedikit mengalami tekanan sebagai
imbas

dari

krisis

keuangan

global

dan

krisis

Eropa,

yang

menyebabkan nilai ekspor Kota Surakarta menurun pada tahun 2012.
Jika pada awal krisis keuangan global tahun 2008, pertumbuhan
ekspor tertekan - 4,41%, pada tahun 2012 dengan adanya efek krisis
eropa terjadi perlambatan pertumbuhan sebesar -25,11%. Tantangan
yang dihadapi oleh pemerintah Kota Surakarta adalah, bagaimana
eksportir mulai melirik zona pasar baru selain Amerika Serikat dan
Eropa, sebagai zona tujuan utama ekspor.
Nilai investasi Kota Surakarta juga mengalami peningkatan,
tahun 2011 nilai investasi sebesar Rp. 2.017.019.690.099, sedangkan
pada tahun 2012 sebesar Rp.2.109.876.704.640.
Tahun 2013 kontributor pertumbuhan perekonomian daerah
relatif sama, dengan imbas hasil atas

daya saing sektor basis

(perdagangan dan jasa) serta pertumbuhan 3 sektor utama dalam 3
tahun terakhir (kontruksi, keuangan dan listrik, gas dan air bersih).
Kinerja kondisi perekonomian daerah, sedikit terkoreksi, jika issue
pengurangan

subsidi

BBM

oleh

pemerintah

tahun

2013

jadi

terealisasi, yang berimbas pada tingkat inflasi, angka pertumbuhan
dan

koreksi

atas

beberapa

indikator

sosial

seperti

tingkat

pengangguran dan angka kemiskinan.

TABEL 2.3
INDIKATOR MAKRO EKONOMI KOTA SURAKARTA
No
1

Indikator Makro
PDRB (Harga
berlaku)

2

PDRB (Harga
Konstan)

3

Tingkat Pertumbuhan
Ekonomi/PDRB
Harga berlaku tahun

Realisasi 2011

2012

2013

10.992.971.190.00 11.787.353.740.000 13.092.086.806.956
0
5.411.912.320.00

,90
5.740.237.910.000 6.091.184.360.000

0
6,04/
10.992.971.190.0

6,07

6,11

/11.787.353.740.0 /13.092.086.806.95

00

00

6,90

6,04/

6,07

6,11

tertentu
4

Tingkat Pertumbuhan
Ekonomi/PDRB

5.411.912.320.00 /5.740.237.910.00 /6.091.184.360.00

- 17 -

No

Indikator Makro

Realisasi 2011

2012

2013

Harga Konstan tahun

0

0

0

1,93

2,87

5

64.498

na

na

6,36

na

na

tertentu
5

Tingkat Inflasi

6

Jumlah Penduduk
Miskin

7

Tingkat
Pengangguran

8

Disparitas Pendapatan Regional yang dilihat dari perbedaan:
Pendapatan

10.823.131,95

11.146.093,03

11.713.816,08

78,18

na

na

Pajak Daerah

118.816.234.506

103.841.123.000

166.474.000.000

terhadap PDRB

5.411.912.320.00 5.742.409.960.000 6.091.184.360.000

Perkapita
Besaran IPM (Indeks
Pengembangan
Manusia)
9

0

= 0,018

= 0,027

99.408.790.000

43.466.618.000

= 0,02
Anggaran

Pendidikan =

pendidikan,

5.740.237.910.000 6.091.184.360.000

kesehatan, penelitian
dan sebagainya

Kesehatan =

terhadap PDRB

Perbandingan
Penerimaan
Pemerintah Daerah

= 0,017

= 0,007

80.955.867.000

83.732.719.000

5.742.409.960.000 6.091.184.360.000

846.479.253.928

= 0,014

= 0,013

941.941.884.135

1.044.244.769.00

5.411.912.320.000 5.740.237.910.00
= 0,16

0 = 0,16

(PAD dan Dana

0
6.091.184.360.00
0 = 0,17

Perimbangan
terhadap PDRB
Struktur Pembiayaan

48.828.527.454

57.495.940.000

7.882.060.000

Pembangunan
Daerah

Sumber: BPS Kota Surakarta dan DPPKA Kota Surakarta, 2013

Berdasarkan cerminan angka proyeksi indikator makro sosial
ekonomi Kota Surakarta tahun 2012 dan 2013, perlu beberapa
kebijakan pemerintah untuk menstabilkan dan mengakselerasikan
terhadap kondisi perekonomian daerah, yaitu (1) Pertumbuhan

- 18 -

ekonomi yang lebih baik dari beberapa sektor ekonomi yang menjadi
andalan

Kota

Surakarta,

(2)

stabilitasi

perekonomi,

pertumbuhan investasi, (3) pengangguran terbuka

melalui

dan jumlah

penduduk miskin diintervensi melalui beberapa program prioritas
dan upaya sinergitas dengan dukungan kebijakan pusat maupun
daerah, dan (4) potensi ekonomi yang relatif besar di sektor
perdagangan, jasa dan pariwisata dengan berbasis UMKM dan
mengedepankan ekonomi kerakyatan, diharapkan bisa berperan
dalam penciptaan lapangan kerja dan pengentaskan kemiskinan.

2.

Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014
Kondisi ekonomi global, selain berpengaruh terhadap ekonomi
nasional dan regional juga akan berpengaruh terhadap kondisi
perekonomian Kota Surakarta. Garis besar kebijakan ekonomi Kota
Surakarta tahun 2014, masih diorientasikan pada pemantapan
pertumbuhan sektor unggulan yang berdaya saing di bidang industri,
perdagangan, dan pariwisata, termasuk dalam hal ini pengembangan
ekonomi kreatif. Target pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta tahun
2014 diproyeksi masih disumbang dari sektor tersier, melalui
pertumbuhan sektor perdagangan, keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan, jasa-jasa serta bangunan.
Kinerja sektor perdagangan & jasa, keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan serta bangunan/kontruksi tumbuh seiring dengan
menguatnya pencitraan city branding Kota Surakarta sebagai Kota
MICE (Meeting Incentives Conferencing and Exibition) baik pada skala
regional, nasional dan internasional. Karakter
2013 dan 2014 sedikit banyak

inflasi untuk tahun

akan merupakan kombinasi antara

administrated inflation dan karakter dasar inflasi Kota Surakarta

selama ini yang cenderung disebabkan oleh volatile food inflation.
administrated

inflation

terjadi,

jika

pemerintah

benar-benar

merealisasikan kebijakan penghapusan subsidi BBM, dalam RAPBNP
tahun 2013, yang menyebabkan melambungnya angka inflasi.
Peningkatan investasi, kemungkinan masih akan didominasi
oleh

Penanaman

Modal

Dalam

Negeri

(PMDN),

utamanya

pertumbuhan dari investasi usaha skala kecil dan menengah.
Pertumbuhan ekspor Kota Surakarta tahun 2014, kemungkinan

- 19 -

masih tertekan, seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi
global, dan khususnya kinerja ekonomi Amerika Serikat dan Eropa
yang belum sepenuhnya pulih.
Meskipun masih dalam bayang-bayang krisis keuangan global
yang belum pulih dan kemungkinan ancaman angka inflasi akibat
kebijakan penghapusan subsidi BBM tahun 2013, Secara umum
pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta Tahun 2014 diperkirakan
tetap akan tumbuh, salah satunya karena daya dorong dan daya
tarik pasar

domestik dan regional yang menjanjikan.

optimisnya

target

pertumbuhan

PDRB,

Dengan

diharapkan

akan

meningkatkan indikator sosial dan ekonomi, seperti meningkatnya
pendapatan per kapita, penurunan jumlah pengangguran terbuka
dan peningkatan kesempatan kerja.
Globalisasi perekonomian, membawa dampak krisis keuangan di
salah satu belahan bumi (utamanya negara maju) berimplikasi
terhadap

perekonomian

belahan

bumi

yang

lain

(negara

berkembang). Demikian halnya, krisis keuangan global tahun 2008,
yang berimbas ke krisis Eropa, baik langsung atau tidak langsung
berimplikasi terhadap perekonomian Kota Surakarta. Mendasarkan
pada

kondisi perekonomian

Kota

Surakarta

Tahun

2012

dan

perkiraan 2013 serta tantangan yang dihadapi pada tahun 2014,
maka proyeksi prospek perekonomian tahun 2014 sebagai berikut :

TABEL 2.4
PROSPEK PEREKONOMIAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2014
No

Indikator

Nilai

1.

Pertumbuhan Ekonomi

6.05%

2.

Inflasi

5,25%

3.

PDRB atas Harga Berlaku

14.613.199.835.921,5
0

4.

PDRB atas Harga Konstan

6.459.774.930.911,33

5.

PDRB Perkapita atas Harga Konstan

12.722.854,53

7.

PDRB

28.781.438,63

perkapita

atas

dasar

harga

berlaku
8.

Proyeksi penambahan PAD

Sumber: BPS Kota Surakarta, 2013

9,82%

- 20 -

Prediksi pertumbuhan dan kontribusi masing-masing sektor
PDRB pada Tahun 2014, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.5
Prediksi Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Tahun 2014
Berdasarkan Harga Konstan
No.

Sektor

Pertumbuhan

Kontribusi

(%)

(%)

1.

Pertanian

0,33

0,05

2.

Pertambangan dan Penggalian

-1,19

0,03

3.

Industri Pengolahan

2,85

22,12

4.

Listrik, Gas dan Air Bersih

7,88

2,51

5.

Konstruksi

7,35

13,74

6.

Perdagangan, Hotel dan

6,37

27,39

Restouran
7.

Angkutan dan Komunikasi

7,38

10,61

8.

Keuangan Persewaan dan Jasa

8,12

11,10

Jasa-jasa

6,55

12,45

Total PDRB

6,05

100,00

Perbankan
9.

Sumber: BPS, 2012

Tahun 2014 diproyeksikan kontribusi sektor terhadap struktur
PDRB masih akan didominasi oleh sektor perdagangan hotel dan
restoran dengan rata-rata perkembangan dalam 5 tahun sampai
dengan tahun 2014 kontribusinya diproyeksikan sebesar 27,39%.
Sedangkan sektor primer kontribusinya terus menunjukkan tren
yang semakin menurun dengan rata-rata sumbangan sektor sebesar
0,04% dalam 5 tahun. Data ini menunjukkan struktur perkonomian
Kota surakarta, akan didominasi oleh sektor tersier dan sekunder,
artinya kesempatan dalam memanfaatkan peluang dan inovasi
daerah dalam menunjang perkembangan sektor tersier dan sekunder
menjadi penting, termasuk dalam hal ini adalah pengembangan
sektor industri pariwisata berbasis ekonomi kreatif menjadi semakin
relevan.
Dengan ditetapkannya Perda Penanaman Modal dan kemudahan
Sistem informasi Pelayanan perizinan serta administrasi pemerintah

- 21 -

melalui pelayanan perizinan investasi secara terpadu, dibawah
koordinasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT)
diharapkan dapat mendorong daya tarik investasi di Kota Surakarta.
Adapun Target dan Prediksi Investasi menurut jenis usahanya
disajikan dalam Tabel 2.6 .

TABEL 2.6
PERKEMBANGAN INVESTASI KOTA SURAKARTA 2013 – 2014
JENIS USAHA

NO
1

USAHA MIKRO

2

2013

2014

15.595.102.518

17.180.344.689

USAHA KECIL

177.265.041.430

179.786.230.195

3

USAHA MENENGAH

300.296.956.782

304.567.992.444

4

USAHA BESAR

1.584.021.717.146

1.606.550.794.084

TOTAL

2.077.178.817.875 2.108.085.361.412

Sumber : BPMPT, 2013

D. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Untuk

terjalinnya

sinergisitas

dan

keterpaduan

dampak

pembangunan sektor perekonomian, arah kebijakan pembangunan sektor
ekonomi daerah tidak bisa dilepaskan dari garis kebijakan pembangunan
ekonomi antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah
daerah. Arah kebijakan ekonomi pemerintah dalam RKP tahun 2014,
dititik

beratkan

Meningkatkan

pada

efektivitas

(i)

mendorong
belanja

investasi

negara;

(iii)

dan

ekspor;

(ii)

menjaga

daya

beli

masyarakat; (iv) menjaga stabilitas ekonomi, antara lain nilai tukar
rupiah; (v) meningkatkan pembangunan infrastruktur; dan (vi) menjaga
stabilitas sosial politik.
Sedangkan arah kebijakan ekonomi Provinsi Jawa Tengah Tahun
2014, dititikberatkan pada (i) menjaga realisasi investasi yang positif; (ii)
mendorong pertumbuhan PDRB dengan mengutamakan sektor-sektor
unggulan penyumbang terbesar pada PDRB; (iii) mendorong bergeraknya
sektor riil yang dapat langsung berdampak positif pada perekonomian
masyarakat; (iv) menjaga stabilitas harga pada kelompok kebutuhan
masyarakat di pasar; (v) meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor.

- 22 -

Mengacu dari arah kebijakan ekonomi pemerintah pusat dan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2014, tema pembangunan tahun 2014 dalam
RPJMD Kota Surakarta Tahun 2014 dan evaluasi kinerja ekonomi daerah
sampai dengan tahun 2012, maka arah kebijakan ekonomi Kota
Surakarta difokuskan pada penguatan daya saing sektor unggulan untuk
memacu pertumbuhan investasi dan perkuatan sektor informal sebagai
basis ekonomi kerakyatan. Arah kebijakan ekonomi ini memberi dasar
bagi operasionalisasi kebijakan ekonomi dengan fokus pada :
1. Intervensi dan penajaman program/kegiatan terhadap pertumbuhan
sektor unggulan yang berdaya saing.
2. Memacu

peningkatan

investasi

di

daerah,

melalui

kemudahan

pelayanan perizinan, kondusivitas iklim investasi dan memanfaatkan
peluang atas pertumbuhan ekonomi domestik, regional dan daerah.
3. Merintis pasar baru bagi komoditas ekspor unggulan akibat krisis
keuangan global yang berdampak pada menurunnya permintaaan
ekspor negara tujuan utama Kota Surakarta, seperti Amerika Serikat
dan negara-negara di kawasan Eropa.
4. Penguatan sektor informal, melalui penguatan daya saing UMKM,
termasuk dalam hal ini optimalisasi industri rumah tangga.
5. Pengembangan

ekonomi

kreatif,

sebagai

fungsi

pendukung

pertumbuhan sektor pariwisata dan mempertahankan city branding
Kota Surakarta sebagai kota MICE (Meeting, Incentive, Convention and
Exhibition).

- 23 -

BAB III
ASUMSI–ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

A. Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN
Pertumbuhan ekonomi di tahun 2014 diperkirakan konsumsi
masyarakat merupakan kontributor utama dari pertumbuhan
tersebut. Terutama didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat
dengan relatif rendahnya laju inflasi, bertambahnya jumlah
penduduk berpendapatan menengah, adanya pesta demokrasi
(Pemilu), dan penguatan kinerja ekonomi seiring meningkatnya
alokasi belanja infrastruktur pemerintah.
Namun demikian, Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih
akan dipengaruhi kondisi global, salah satunya kebijakan stimulus
pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE) yang di keluarkan
bank sentral Amerika Serikat.
Untuk itu, pemerintah akan melakukan langkah-langkah agar
pertumbuhan ekonomi 2014 tetap sesuai dengan target 6,9 %,
dengan mendorong fiskal yang meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui rata stabilitas, daya beli masyarakat, serta
distribusi komoditas dengan perhatikan kerangka fiskal.
Ke depan ekonomi Indonesia akan kembali naik setelah
pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi. Terkait dengan tingkat bunga SPN 3 bulan, naiknya
harga BBM yang akan meningkatkan ekspektasi inflasi dan
berpotensi meningkatkan suku bunga, pemerintah memperkirakan
SPN 3 bulan masih akan berada pada level dibawah 5 %. Hal ini
didukung oleh tingginya permintaan investor atas penerbitan SPN 3
bulan. Dalam 6 bulan terakhir, bid to cover ratio penerbitan SPN 3
bulan mencapai 3,6 kali.
Kebijakan ini juga mendukung perbaikan dari sisi inflasi,
defisit transaksi berjalan, dan nilai mata uang rupiah terhadap
dolar AS. Tahun 2014, inflasi akan merosot di kisaran 3,5-5,5 %
atau masih dalam kisaran target bank sentral sebesar 4,5 plus
minus satu %. Angka ini lebih rendah dari proyeksi lonjakan inflasi
di 2013, sebesar 7,2 % akibat penyesuaian harga BBM.
Pasca harga BBM naik, biasanya akan ada inflasi kejut yang
berlangsung secara temporer selama tiga bulan. Tapi setelah itu,
ekonomi Indonesia akan membaik dan meningkatkan kinerja
ekspor dan menumbuhkan investasi.
Perkembangan realisasi beberapa indikator ekonomi makro
yang dijadikan sebagai asumsi dasar ekonomi makro 2008–2012

- 24 -

dan proyeksinya dalam tahun 2013–2014 disajikan dalam Tabel
3.1.
Tabel 3.1
ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 2011 – 2014

NO
1
2
3
4
5

6
7

INDIKATOR
EKONOMI
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Inflasi (%)
Nilai
Tukar
(Rp/US$1)
Suku Bunga SPN 3
Bulan (%)
Harga
Minyak

6,2

2013
(APBN P)
6,3

2014
(RAPBN)
6,4

3,8
8 .779

4,3
9.384

7,2
9.600

4,5
9.750

4,8

3,2

5,0

5,5

111,6

112,7

108,0

106,0

840,0

870,0

1.240,0

1.240,0

2011

2012

6,5

Indonesian
Crude
Price (US$/barel)
Lifting Minyak (ribu
898,5
860,6
barel/hari)
Lifting Gas (Million
Barrel Oil Equivalent
Per Day )
Sumber : Nota Keuangan RAPBN TA. 2014

B. Laju Inflasi
1. Nasional
Tekanan inflasi pada tahun 2014 diperkirakan akan relatif
menurun dari tahun 2013. Penurunan tersebut antara lain
didorong oleh kecenderungan menurunnya harga komoditas di
pasar internasional. Pemanfaatan kapasitas produksi yang lebih
baik serta stok bahan baku yang cukup memadai, mampu
mengimbangi peningkatan permintaan di pasar global. Dari sisi
domestik, meredanya dampak kenaikan harga BBM pada tahun
2013 juga akan mengurangi tekanan inflasi. Di samping itu,
upaya perbaikan pasokan dan distribusi menjadi faktor lain
meredanya tekanan inflasi pada tahun tersebut.
Pemerintah akan terus mengupayakan peningkatan
pasokan dan distribusi bahan pangan, seperti melalui perluasan
areal pertanian dan perkebunan, perbaikan peraturan
pengendalian alih fungsi lahan, perbaikan irigasi, peningkatan
produksi melalui bibit unggul dan benih, peningkatan jumlah
kapal penangkapan ikan, penataan jalur distribusi dan sistem
logistik nasional (silognas), serta program dukungan lain terkait

- 25 -

dengan implementasi program MP3EI dan MP3KI untuk
meredam potensi kenaikan inflasi dari sisi volatile foods .
Alokasi anggaran dan dana cadangan dalam rangka
menjaga ketahanan pangan dan stabilisasi harga akan tetap
dilanjutkan. Alokasi dana tersebut antara lain akan digunakan
untuk kebijakan subsidi pangan untuk meningkatkan produksi
dan ketersediaan pasokan (subsidi beras, benih, dan pupuk),
serta alokasi dana cadangan untuk melakukan operasi pasar
dan penyediaan beras untuk rakyat miskin. Alokasi dana
cadangan juga disediakan untuk mengantisipasi tekanan
kelangkaan bahan pangan di pasar domestik.
Di samping itu, koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan
sektor riil yang semakin baik yang didukung oleh semakin
meningkatnya kesadaran pemerintah daerah dalam upaya
pengendalian inflasi diharapkan dapat menciptakan kestabilan
harga di dalam negeri. Dalam kaitan dengan ekspektasi inflasi,
Pemerintah menyadari perlunya perbaikan upaya-upaya
sosialisasi kebijakan untuk lebih memberikan kepastian kepada
masyarakat dan dunia usaha. Namun, masih terdapat sejumlah
risiko
yang
akan
mendorong
peningkatan
inflasi.
Ketergantungan produksi dan distribusi komoditas bahan
pangan terhadap kondisi iklim, serta faktor ketegangan
geopolitik yang terjadi di beberapa negara produsen minyak
seperti Venezuela, Nigeria, dan Kawasan Timur Tengah
merupakan faktor-faktor yang harus diwaspadai.
Dengan memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi
harga, serta kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil dalam
pengendalian inflasi, laju inflasi tahun 2014 diperkirakan
mencapai 4,5 % atau sesuai dengan sasaran inflasi yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 4,5 ± 1 % .

2. Provinsi Jawa Tengah
Inflasi Jawa Tengah tahun 2014 diprediksikan pada kisaran
5±1% , dengan tekanan inflasi pada kebijakan pemerintah
tentang pembatasan BBM bersubsidi, kenaikan TTL, serta
pelaksanaan pemilihan umum Legislatif, Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2014; Jumlah Uang Beredar; adanya fluktuasi
harga pada jenis komoditas volatile foods dan kemungkinan
meningkatnya harga bahan baku produksi. Pada harga
kelompok barang administered price diprediksikan dapat
terkendali bila tidak ada kebijakan untuk menaikkan harga yang
dapat memicu terjadinya inflasi, khususnya pada komponen
BBM. Oleh sebab itu upaya untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan BBM dan substitusinya semakin mendesak.

- 26 -

3. Kota Surakarta
Pada bulan Maret tahun 2013, laju inflasi tahun kalender
(Januari–Maret) 2013 sebesar 3,84%. Inflasi terjadi karena
adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks
pada Kelompok Bahan Makanan sebesar 4,91%; Kelompok
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,36 %;
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0,05
%, Kelompok Sandang 0,06 %, Kelompok Kesehatan 0,11% dan
Kel