KUA-PPAS 2013.rar KUA 2013

NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEM ERINTAH KOTA SURAKARTA
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA

NOM OR : 91 0/ 3.90 7
NOM OR : 91 0/ 3.19 6
TANGGAL : 1 2 NOVEM BER 201 2

TENTANG
KEBIJAKAN UM UM
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2013

PEM ERINTAH KOTA SURAKARTA
TAHUN 20 12

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................
NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR
TANGGAL
12
NOVEMBER 2012
TENTANG
910/3.907-910/3.196
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2013 .............................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN ...................................................................

1

A. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) .

B. Tujuan Penyusunan KUA .....................................................
C. Dasar Hukum Penyusunan KUA ..........................................

1
4
4

KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH ..............................
A. Kondisi Ekonomi Makro Daerah ..........................................
1. Kondisi Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2010-2011 .......
2. Prospek Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2012 dan
Tahun 2013 ..................................................................
B. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah .........................................

8
8
8

BAB II


BAB III

BAB IV

BAB V

ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) ..
A. Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN ........................
B. Laju Inflasi ..........................................................................
1. Nasional .......................................................................
2. Provinsi Jawa Tengah ....................................................
3. Kota Surakarta .............................................................
C. Pertumbuhan PDRB .............................................................
1. Nasional .......................................................................
2. Provinsi Jawa Tengah ....................................................
3. Kota Surakarta .............................................................
D. Lain – Lain Asumsi ..............................................................

i

ii

10
12
13
13
14
14
15
15
15
15
17
19
22

KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN
DAERAH .............................................................................
A. Pendapatan Daerah .............................................................
1. Pendapatan Asli Daerah .................................................

2. Dana Perimbangan .........................................................
3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah ...........................
B. Belanja Daerah ...................................................................
1. Belanja Tidak Langsung ..................................................
2. Belanja Langsung ............................................................
C. Pembiayaan Daerah ............................................................
1. Penerimaan Pembiayaan .................................................
2. Pengeluaran Pembiayaan ................................................

23
24
24
24
25
25
25
26
30
30
30


PENUTUP ............................................................................

31

ii

NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KOTA SURAKARTA
NOMOR : 910/3.907
NOMOR : 910/3.196
TANGGAL : 12 November 2012
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2013

Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama
: FX. HADI RUDYATMO
Jabatan
: Walikota Surakarta
Alamat Kantor
: Jl. Jenderal Sudirman No. 2 Surakarta
bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kota Surakarta
2. a. Nama
Jabatan
Alamat Kantor
b. Nama
Jabatan
Alamat Kantor
c. Nama
Jabatan
Alamat Kantor

:
:

:
:
:
:
:
:
:

Y. F. SUKASNO, SH.
Ketua DPRD Kota Surakarta
Jl. Adi Sucipto No.143 Surakarta
SUPRIYANTO, SH.
Wakil Ketua DPRD Kota Surakarta
Jl. Adi Sucipto No.143 Surakarta
Ir. MUHAMMAD RODHI
Wakil Ketua DPRD Kota Surakarta
Jl. Adi Sucipto No.143 Surakarta

sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surakarta.

Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surakarta diperlukan
Kebijakan Umum APBD Kota Surakarta yang disepakati bersama antara
DPRD Kota Surakarta dengan Pemerintah Kota Surakarta untuk selanjutnya
dijadikan sebagai dasar penyusunan prioritas dan plafon anggaran
sementara APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2013.
Berdasarkan hal tersebut di atas, para pihak sepakat terhadap Kebijakan
Umum APBD Kota Surakarta yang meliputi asumsi–asumsi dasar dalam
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)
Kota Surakarta Tahun Anggaran 2013, Kebijakan pendapatan, belanja dan

iii

pembiayaan daerah, yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara dan APBD Tahun Anggaran 2013.
Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran
2013 disusun dalam Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan Nota Kesepakatan ini.
Demikian Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam
penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Kota

Surakarta Tahun Anggaran 2013.
Surakarta, 12 November 2012
PIMPINAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH KOTA SURAKARTA

WALIKOTA SURAKARTA
selaku,
PIHAK PERTAMA

selaku,
PIHAK KEDUA

FX. HADI RUDYATMO

Y. F. SUKASNO, S.H.
KETUA

SUPRIYANTO, S.H.
WAKIL KETUA


Ir. MUHAMMAD RODHI
WAKIL KETUA

iv

1
LAMPIRAN :
NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH
KOTA
SURAKARTA
DENGAN
DEWAN
PERWAKILAN
RAKYAT
DAERAH
KOTA
SURAKARTA.
NOMOR
: 910/3.907-910/3.196
TENTANG :
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH KOTA SURAKARTA
TAHUN ANGGARAN 2013
KOTA SURAKARTA
KEBIJAKAN UMUM APBD (KUA)
TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengamanatkan
bahwa
Pemerintah
Daerah
melaksanakan
bidang
kewenangan urusan wajib dan urusan pilihan. Secara lebih spesifik
pembagian urusan dimaksud diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota jo.
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan
Urusan
Pemerintahan
yang
Menjadi
Kewenangan
Pemerintahan Daerah.
Penyelenggaraan urusan tersebut diimplementasikan dalam bentuk
program dan kegiatan, dimana penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran
pendapatan dan belanja daerah, sedangkan penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di daerah didanai dari
dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja Negara.
Berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana beberapa kali telah diubah terakhir Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, yang ditegaskan dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta
Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,
pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang
terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD, merupakan keseluruhan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah, komponennya
meliputi: (a) asas umum pengelolaan keuangan daerah; (b) pejabat-pejabat yang
mengelola keuangan daerah; (c) struktur APBD; (d) penyusunan RKPD, KUA,
PPAS, dan RKA-SKPD; (e) penyusunan dan penetapan APBD; (f) pelaksanaan
dan
perubahan
APBD;
(g)
penatausahaan
keuangan
daerah;
(h)
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; (i) pengendalian defisit dan
penggunaan surplus APBD; (j) pengelolaan kas umum daerah; (k) Pengelolaan

2
piutang daerah; (l) Pengelolaan investasi daerah; (m) Pengelolaan barang milik
daerah; (n) Pengelolaan dana cadangan; (o) Pengelolaan utang daerah; (p)
Pembinaan dan penggawasan pengelolaan keuangan daerah; (q) penyelesaian
kerugian daerah; (r) pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah; (s)
pengaturan pengelolaan keuangan daerah.
Sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2013, Sebagai rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah,
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota
Surakarta Tahun anggaran 2013. Dimana Pemerintah Daerah juga harus
mendukung tercapaianya sasaran utama dan priroitas pembangunan Nasional
dan Provinsi Jawa Tengah.
Sinkronisasi kebijakan Pemerintah Daerah dengan Pemerintah
Provinsi dan Pusat, antara lain diwujudkan dalam penyusunan KUA
(Kebijakan Umum APBD) dan PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara)
yang disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD sebagai dasar
dalam penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2013. KUA dan PPAS Pemerintah kota Surakarta Tahun Anggaran
2013 berpedoman pada RKPD Kota Surakarta Tahun 2013, yang telah
disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2013 dan RKPD Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2013.
Hasil Sinkronisasi kebijakan tersebut disampaikan kepada Gubernur
bersamaan dengan penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2013 dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang
penjabaran APBD Tahun Anggaran 2013 serta dokumen lainnya yang
dipersyaratkan dalam rangka evaluasi Peraturan Daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2013 dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran
APBD Tahun Anggaran 2013.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu memperhatikan
kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terkait
Tema dan Prioritas pembangunannya pada Tahun 2013. Adapun Tema dan
prioritas masing-masing adalah sebagai berikut:
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2013 menetapkan tema
pembangunan nasional adalah “Memperkuat Perekonomian Domestik bagi
Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat ”, dengan prioritas
pembangunan nasional sebagai berikut:
1.
Reformasi birokrasi dan tata kelola;
2.
Pendidikan;
3.
Kesehatan;
4.
Penanggulangan kemiskinan;
5.
Ketahanan pangan;
6.
Infrastruktur;
7.
Iklim investasi dan usaha;
8.
Energi;
9.
Lingkungan hidup dan bencana;
10. Daerah tertinggal, terdepan, terluas dan pasca konflik;
11. Kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi
12. Prioritas lainnya: (1) bidang politik, hukum dan keamanan, (2) bidang
perekonomian, dan (3) bidang kesejahteraan rakyat.

3
Mendasarkan pada pentahapan dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2013, maka tema pembangunan Jawa Tengah Tahun 2013 yaitu
“ Mewujudkan Masyarakat Jawa Tengah yang Semakin Sejahtera,
Mandiri, Berkemampuan, dan Berdaya Saing Tinggi” , dengan prioritas
pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut:
1. Menurunkan angka kemiskinan
2. Memantapkan ketahanan pangan
3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
4. Meningkatkan potensi dan daya saing daerah yang didukung peningkatan
infrastruktur
5. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup
serta pengurangan risiko bencana
6. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik
7. Memantapkan demokratisasi dan kondusivitas wilayah
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Surakarta Tahun 2010-2015, Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) Kota Surakarta Tahun 2013 menetapkan tema pembangunan
daerah adalah”Pelembagaan tata kehidupan kota yang berkeadilan,
ramah li ngkungan dan berkarakter sebagai kota warisan budaya” ,
dengan prioritas pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Melanjutkan Penyelenggaraan birokrasi dan tata kelola kepemerintahan
(governance) untuk menciptakan pelayanan publik yang berkeadilan;
2. Memantapkan pertumbuhan ekonomi kreatif
dengan memperkuat
jaringan usaha ekonomi rakyat di bidang industri, perdagangan, dan
pariwisata;
3. Pelembagaan tata kehidupan bermasyarakat yang berkeadilan berbasis
pada nilai-nilai adiluhung budaya Jawa;
4. Perluasan aksesibilitas dan kualitas pendidikan bagi semua kelompok
masyarakat tanpa diskriminasi;
5. Pemantapan pelayanan kesehatan dan Sistem Jaminan kesehatan
masyarakat yang berkeadilan;
6. Pemeliharaan dan perluasan sarana prasarana kota dan pengembangan
kawasan perkotaan yang ramah lingkungan dan berkarakter budaya jawa;
7. Pemantapan Kondusifitas Daerah untuk memantapkan tata kelola kota
yang berkeadilan;
8. Perluasan pengembangan Kota Layak Anak.
Adapun garis besar kebijakan umum penyusunan KUA–PPAS Kota
Surakarta Tahun Anggaran 2013 adalah sebagai berikut:
1. APBD merupakan kerangka kebijakan publik yang memuat hak dan
kewajiban pemerintah daerah dan masyarakat yang tercermin dalam
rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan. Program/Kegiatan
direncanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga
anggaran merupakan hasil sinergi Musrenbang Kota Surakarta Tahun
2012, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Surakarta tahun
2013, arah kebijakan Walikota serta prioritas pembangunan Pemerintah
Pusat dan Propinsi Jawa Tengah;
2. Capaian target pembangunan daerah Tahun 2013 diselaraskan dengan
target RPJM Daerah Kota Surakarta Tahun 2010-2015;
3. Belanja hibah dan Bantuan Sosial disesuaikan dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah
dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang

4
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial;
4. APBD Tahun Anggaran 2013 disusun dengan pendekatan kinerja yang
berpedoman pada prinsip efektif, efisien, ekonomis, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan
manfaat untuk masyarakat;
5. Arah kebijakan keuangan daerah difokuskan untuk mengatasi masalah–
masalah mendasar yang menjadi prioritas pembangunan tahun 2013,
yaitu: (1) Penyelenggaraan birokrasi dan tata kelola kepemerintahan
(governance) untuk menciptakan pelayanan publik yang berkeadilan; (2)
Memantapkan pertumbuhan ekonomi kreatif dengan memperkuat
jaringan usaha ekonomi rakyat di bidang industri, perdagangan, dan
pariwisata; (3) Perluasan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan
kesehatan bagi semua kelompok masyarakat tanpa diskriminasi; (4)
Pemeliharaan dan perluasan sarana prasarana kota dan pengembangan
kawasan perkotaan yang ramah lingkungan.

B. Tujuan Penyusunan KUA
Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Surakarta Tahun
Anggaran 2013, bertujuan untuk:
1. Melakukan optimalisasi pendapatan daerah dan belanja daerah terhadap
APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2013;
2. Meningkatkan mutu pelayanan kepada para pengguna jasa layanan
pemerintah secara lebih optimal;
3. Mewujudkan keterpaduan program nasional dan daerah dalam upaya
peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah;
4. Mewujudkan tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah.
C. Dasar Hukum Penyusunan KUA
Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Surakarta Tahun
Anggaran 2013, berdasarkan pada peraturan perundang-undangan berikut:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3857);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah

5

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82);
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4505);
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4693);
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Tata
KerjaPerangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan,
Pengendalian
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana

6

20.

21.
22.
23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21);
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi
Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen serta tunjangan
kehormatan professor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 85 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5016);
Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan
Bagi Guru PNS;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana beberapa kali telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan
Sosial;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun anggaran
2013;
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah Daerah (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 Nomor
4);
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota
Surakarta Tahun 2008 Nomor 6);
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surakarta Tahun
2005– 2025 (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 2);
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pokok–
Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Surakarta
Tahun 2010 Nomor 7);
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) Kota Surakarta
Tahun 2010– 2015 (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor
12);
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta
(Lembaran Daerah Kota Surakarta tahun 2011 Nomor 14);
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Surakarta Tahun 2013;

7
34. Peraturan Walikota Nomor 55 Tahun 2012 tentang Pemberian tambahan
penghasilan berdasarkan beban kerja bagi PNS dan CPNS di Lingkungan
Pemerintah Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota Surakarta tahun 2012
Nomor 73);
35. Keputusan Walikota Surakarta Nomor 010/81-A/I/2012 tentang Standar
Satuan Harga Tahun Anggaran 2013.

8

BAB II
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

A. Kondisi Ekonomi Makro Daerah
1. Kondisi Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2010-2011
Kondisi perekonomian Kota Surakarta dapat dilihat dari beberapa
indikator makro ekonomi daerah, meliputi Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), laju pertumbuhan ekonomi, inflasi, PDRB perkapita, investasi dan
nilai ekspor dan impor. Perkembangan beberapa indikator tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:
TABEL II.1
PERK EMBANGAN INDIK ATOR MAK RO EK ONOMI
KOTA SURAKARTA TAHUN 2010-2011
No
Indikator
1. PDRB:
a. Atas dasar harga berlaku
(Rupiah)
b. Atas dasar harga konstan
2000 (Rupiah)
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi
(% )
3. Inflasi (% )
4. PDRB perkapita
a. Atas Dasar Harga berlaku
(Rupiah)
b. Atas dasar harga konstan
2000 (Rupiah)
5. Investasi (Rupiah)

2010

2011

9.941.136.570.000,00

10.788.829.485.319,60

5.103.886.250.000,00

5.411.912.310.000,00

5,94

6,04

6,65

2,35

17.366.163,33

21.154.567,62

10.221.325,97

10.611.592,76

1.664.210.901.817

2.017.019.690.099,00

6. Ekspor (FOB US $)
50.237.526,31
Sumber: BPS & BPMPT Kota Surakarta, 2012.

53.826.324,55

Penjelasan dari beberapa indikator makro ekonomi Kota Surakarta
sebagaimana tercantum pada tabel diatas adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Harga konstan
tahun 2010-2011, masing-masing tumbuh sebesar 8,53% dan 6,04%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa di Kota Surakarta terjadi peningkatan
pendapatan masyarakat, sehingga daya beli masyarakat juga mengalami
peningkatan.
b. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2011 sebesar
6,04%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 sebesar 5,09%, tumbuh
sebesar 0,95%. Benchmarking dengan angka pertumbuhan ekonomi
tingkat nasional dan provinsi, pada periode yang sama, angka
pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta sedikit terkoreksi (perlambatan)
pada tahun 2010 sedikit lebih rendah dibandingkan angka pertumuhan
ekonomi baik dengan angka pertumbuhan ekonomi nasional ataupun
provinsi, masing-masing sebesar 5,8% untuk tingkat provinsi dan 6,2%
untuk tingkat nasional. Sedangkan untuk tahun 2011, angka
pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta sedikit lebih tinggi di bandingkan
dengan angka pertumbuhan ekonomi tingkat provinsi, namun masih di
bawah angka pertumuhan ekonomi nasional, dimana angka pertumuhan
ekonomi tingkat provinsi sebesar 6,0% dan 6,5% untuk tingkat nasional.

9
c. Inflasi menjadi indikator bagi stablilitas harga. Angka inflasi tahun 20102011 menunjukkan trend yang menurun. Karakter inflasi cenderung
volatile foods inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena keterbatasan
pasokan komoditas pangan.
d. Nilai ekspor Kota Surakarta tahun 2011 sebesar US$ 53.826.324,55
dengan nilai ekspor semester I sebesar US$ 27.368.621,02, tumbuh
7,14%, dibandingkan nilai ekpor tahun 2010 sebesar US$ 50.237.526,31.
e. Nilai investasi gabungan tahun 2011 sebesar Rp.2.017.019.690.099,dengan rincian sebagai berikut:

TABEL II.2
PERKEMBANGAN INVESTASI KOTA SURAKARTA 2011
NO

URAIAN

2011

1.

Usaha Mikro

2.

Usaha Kecil

172.328.233.948

3.

Usaha Menengah

291.933.727.061

4.

Usaha Besar

TOTAL

12.850.803.000

1.539.906.926.090

2.017.019.690.099

Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012.

GAMBAR 2.1
PERKEMBANGAN TOTAL INVESTASI TAHUN 2009-2011

GAMBAR 2.2
INVESTASI MENURUT MODAL USAHA KOTA SURAKARTA
TAHUN 2009-2011

10

2.

Prospek Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2012 dan Tahun 2013
Kondisi perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2012 dan 2013
diperkirakan optimis tumbuh, seiring dengan kuatnya pasar domestik dalam
memicu pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. Pertumbuhan ekonomi
Kota Surakarta diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,07% tahun 2012 dan
6,11% pada tahun 2013. Sedangkan proyeksi pertumbuhan nilai PDRB atas
Dasar Harga Berlaku dan Harga konstan tahun 2012 - 2013, masing masing
tumbuh sebesar 9,25% dan 6,06% untuk tahun 2011–2012 dan 11,06% dan
6,11% untuk tahun 2012–2013. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih
didorong oleh sektor sekunder & tersier, melalui sektor perdagangan, hotel &
restoran, industri pengolahan dan jasa. Sektor keuangan, persewaan dan Jasa
Perusahaan, dan sektor bangunan serta sektor jasa menunjukkan
pertumbuhan dominan dibandingkan dengan sektor lain. Pertumbuhan nilai
ekspor Kota Surakarta tahun 2012 dan 2013 sedikit akan terkoreksi, jika
melihat realisasi ekspor sampai dengan semester I tahun 2011 sebesar US$
27.368.621,02 dibandingkan dengan nilai ekspor semester I tahun 2012
sebesar US$ 21.462.854,8, mengalami penurunan sebesar 21,57%. Indikator
ini menjelaskan dampak melemahnya ekonomi global, di Amerika Serikat dan
kawasan Eropa, sebagai mitra utama ekspor Kota Surakarta yang berimbas
pada menurunnya serapan komoditi ekspor Kota Surakarta. Prediksi kondisi
ekonomi makro Kota Surakarta tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel
berikut:
TABEL II.3
PREDIK SI INDIKATOR EKONOMI MAKRO KOTA SURAKARTA
TAHUN 2012 DAN 2013
No

Indikator

PDRB:
a. Atas dasar harga berlaku
(Rupiah)
b. Atas dasar harga konstan
2000 (Rupiah)
2.
Laju Pertumbuhan Ekonomi
(% )
3.
Inflasi (% )
4.
PDRB per kapita
a. Atas dasar harga berlaku
(Rupiah)
b. Atas dasar harga konstan
2000 (Rupiah)
Keterangan:
*): angka target tahun berjalan
**) : angka prediksi tahun rencana
Sumber: BPS Kota Surakarta, 2012.

2012 *)

2013 **)

11.787.353.740.000,00

13.092.086.806.956,90

5.740.237.910.000,00

6.091.184.360.000,00

1.

6,07

6,11

4,50

5,00

22.888.065,51

25.177.090,01

11.146.093,03

11.713.816,08

Kinerja ekspor sedikit banyak akan terkoreksi jika mengacu pada
realisasi nilai ekspor semester I tahun 2012 sebesar US$ 21.462.854,8,
dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2011 semester yang sama,
pertumbuhannya menurun sebesar 21,57%. Indikator ini menjelaskan efek
kinerja ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih, di Amerika Serikat dan
kawasan eropa, sebagai mitra utama pangsa pasar ekspor Kota Surakarta,
untuk produk utama seperti tekstil, batik, mebel dan kantong plastik.

11

TABEL II.4
PERBANDINGAN REALISASI NILAI EKSPOR SEMESTER I
TAHUN 2011 DAN 2012
NO

NILAI FOB ( US$ )

KOMODITI

1
2

Batik
Kantong plastik

3
4
5

Kartu ucapan
Karung plastik
Kayu olahan

6
7
8
9
10
11

Kerajinan kaca
Kerajinan kayu
Kerajinan rotan
Keramik
Mebel
Patung batu

12
13

Payung taman
Perabot RT dari batu

14
15
16
17
18
19
20
21

Peralatan kantor
Tekstil dan produk tekstil
Bantal
Gamelan
Kerajinan bambu
Kerajinan batu
Pengering
Tas belanja kertas

JUMLAH

2011
5.919.213,74
1.477.285,58

2012
4.935.268,37
1.440.946,15

579.415,05
556.449,17
36.497,50

292.241,21
187.208,07
139.270,54

178,50
380.520,92
7.430,75
57.598,71
4.395.402,21
10.011,00

720,00
61.908,34
40.584,81
0,00
1.906.022,05
0,00

990,00
145.134,72

0,00
0,00

37.580,48
13.764.912,69
0
0
0
0
0
0

0,00
12.077.349,08
660,00
5.444,44
13.566,56
6.588,64
149.600,00
205.476,54

27.368.621,02

21.462.854,80

Sumber: Disperindag Kota Surakarta, 2012.

a.

Perkembangan nilai gabungan investasi Kota Surakarta tahun 2012
diperkirakan mengalami kenaikan, dengan realisasi investasi sampai
dengan triwulan 3 (bulan September) sebesar Rp. 2.489.478.129.199,dibandingkan dengan nilai investasi gabungan tahun 2011 tumbuh
sebesar 23,42%. Struktur investasi masih di dominasi oleh usaha
besar. Pertumbuhan nilai investasi per triwulan 3 tahun 2012 untuk
usaha
mikro,
kecil
dan
menengah
sedikit
mengalami
koreksi/penurunan, sedangkan pertumbuhan nilai usaha besar
sampai dengan triwulan 3 tahun 2012, mengalami peningkatan
sebesar 37,01% dibandingkan tahun 2011.

TABEL II.5
PERKEMBANGAN INVESTASI KOTA SURAKARTA 2012 TRIWULAN III
NO

URAIAN

2012 (Triwulan III)

1.

Usaha Mikro

2.

Usaha Kecil

108.184.834.638

10.118.045.000

3.

Usaha Menengah

261.298.544.921

4.

Usaha Besar

2.109.876.704.640

TOTAL

2.489.478.129.199

Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012.

12

B.

Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Arah kebijakan ekonomi Kota Surakarta tahun 2013, diarahkan pada:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan mengembangkan
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan, yang bertumpu pada peran
ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Pertumbuhan ekonomi dengan
percepatan yang lebih tinggi, terjaganya stabilitas ekonomi makro. Dengan
pembenahan yang sungguh-sungguh pada sektor riil, diharapkan akan
dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja
yang lebih luas dengan fokus utama untuk menurunkan tingkat
pengangguran dan kemiskinan. Dalam hal ini diperlukan strategi kebijakan
yang tepat dengan menempatkan prioritas pengembangan pada sektorsektor yang mempunyai efek pengganda tinggi dalam menciptakan
kesempatan kerja.
2. Meningkatkan daya saing ekspor daerah, untuk mempengaruhi
keberlangsungan usaha dan perekonomian daerah sehingga dapat
mempertahankan ketersediaan lapangan kerja bahkan mungkin dapat
menambah lapangan kerja.
3. Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara pemerintah,
masyarakat dan swasta (public-private partnership), terutama terkait dengan
efisiensi pembiayaan investasi dan penyediaan infrastruktur yang bervariasi
dan berkualitas.
4. Mengembangkan program-program bagi usaha produktif berskala mikro
dengan menyediakan modal umpan (seed capital) melalui pendekatan
pemberian pinjaman kelompok (a group lending approach) dalam rangka
membangun modal sosial kolektif serta meningkatkan kepemilikan dan
pembentukan modal lokal di Kota Surakarta.
5. Memfasilitasi pengembangan koperasi di berbagai bidang dan lokasi usaha
di Kota Surakarta sebagai bentuk bisnis yang dimiliki dan dikelola
bersama-sama oleh pekerja untuk meningkatkan kemampuan menciptakan
kesempatan kerja dan pendapatan melalui sumber daya bersama.

13

BAB III
ASUMSI–ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

A.

Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN
Resesi di kawasan Eropa dan belum pulihnya perekonomian Amerika
Serikat masih menjadi ancaman bagi perekonomian global yang sedikit
banyak berimbas pada koreksi angka pertumuhan ekonomi Indonesia,
khususnya terhadap tekanan ekspor. Pertumbuhan ekonomi global tahun
2012 diprediksi hanya sebesar 3,5% sedikit mengalami perlambatan
dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 3,9%. Tahun 2013 pertumbuhan
ekonomi global, yang digerakkan oleh aktivitas perdagangan antar negara
hanya akan tumbuh sebesar 3,9%. Indikasi perlambatan aktivitas volume
perdagangan dunia terjadi sejak tahun 2011, hal ini ditunjukkan oleh
indikator perdagangan dunia yang hanya tumbuh sebesar 5,9%. Sinyal positif
terhadap angka pertumbuhan ekonomi global sedikit banyak ditandai dengan
pertumbuhan positif ekonomi Amerika Serikat sebesar 1,9% (yoy) sampai
dengan triwulan I dan menurunnya angka pengangguran sebesar 8,2% pada
bulan Mei 2012. Dengan asumsi perkembangan positif terjaga, akhir tahun
2012 perekonomian Amerika Serikat diperkirakan mampu tumbuh sebesar
2,0% (yoy). Berbeda halnya dengan perekonomian Amerika Serikat, kondisi di
kawasan Eropa mengalami resesi dengan tingkat pertumbuhan yang mencapai
minus 0,1% (yoy) pada triwulan I 2012 atau jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan triwulan IV 2011 sebesar 0,7% (yoy). Perubahan
konstelasi politik di beberapa negara Eropa telah mengancam disiplin fiskal
serta pemulihan ekonomi Eropa. Pada akhir tahun 2012, perekonomian Eropa
diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 0,3%.
TABEL III.1
PREDIKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI NASIONAL
TAHUN 2012 DAN TAHUN 2013
No
1.
a.

b.

Indikator
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Pertumbuhan PDB Sisi
Pengeluaran (%)
Konsumsi Masyarakat
Konsumsi Pemerintah
Investasi
Ekspor
Impor
Pertumbuhan PDB Sisi Produksi
(%)
Pertanian, Peternakan,
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate & Jasa
Persh.
Jasa–Jasa

Tahun
2012 *)
6,5

Tahun
2013 **)
6,8

4,8-5,0
6,8-7,0
10,5-10,8
7,0-7,2
8,5-8,7

4,9
6,7
11,9
11,7
13,5

3,5-3,7
2,9-3,1
5,7-5,9
6,2-6,4
7,6-7,8
7,1-7,3
11,6-11,8
6,6-6,8

3,7
2,8
6,5
6,6
7,5
8,9
12,1
6,1

6,6-6,8

6,0

14
No
2.

3.

Indikator
Stabilitas Ekonomi
Laju Inflasi
Nilai Tukar Nominal (Rp/US$)
Suku Bunga SBI 3 bln (%)
Neraca Pembayaran
Pertumbuhan Ekspor (% )
Pertumbuhan Impor (%)

Tahun
2012 *)

Tahun
2013 **)

3,5-5,5
9.000
5,0

4,9
9.300
5,0

7,0-7,2
8,5-8,7

11,7
13,5

Keterangan:
*): angka target tahun berjalan
**) : angka prediksi tahun rencana
Sumber: www.fiskal.depkeu.go.id, 2012.

Dalam rangka penyusunan RAPBN Tahun Anggaran 2013,
sebagaimana kesepakatan antara pemerintah dan DPR RI, telah disepakati
asumsi, sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi 6,8%
2. Inflasi disepakati 4,9%
3. Nilai Tukar rupiah Rp9.300 per dolar AS
4. Tingkat suku bunga SPN 3 bulan 5%.
5. Harga ICP minyak 100 dolar AS per barel, lifting minyak 900 ribu barel
per hari, lifting gas bumi 1.360 ribu barel setara minyak per hari dan
lifting minyak dan gas bumi 2.260 ribu barel per hari.
6. Besaran defisit dalam 2013 adalah 1,65% terhadap PDB

B.

Laju Inflasi
Inflasi merupakan salah satu barometer stabilitas perekonomian, baik pada
skala nasional ataupun daerah. Gejala inflasi yang ditandai dengan kenaikan
harga secara umum, memberi korelasi terhadap daya beli masyarakat. Inflasi
yang tinggi berakibat terhadap menurunnya daya beli masyarakat.
1. Nasional
Perkembangan laju inflasi Indonesia selama beberapa tahun
terakhir sangat dipengaruhi oleh volatilitas harga komoditas energi dan
bahan pangan di pasar internasional. Volatilitas harga komoditas tersebut
di pasar internasional muncul karena adanya gangguan produksi di
negara-negara produsen sebagai dampak anomali iklim, bencana alam,
dan konflik geopolitik. Adanya gangguan produksi tersebut mendorong
peningkatan tekanan output gap di pasar internasional yang pada akhirnya
berdampak pada timbulnya gejolak harga komoditas sejenis di pasar dalam
negeri.
Meningkatnya harga komoditas bahan pangan dan energi di pasar
internasional pada tahun 2010 kembali mendorong peningkatan laju
inflasi hingga mencapai level 6,96% (yoy). Tekanan inflasi dari sumber
eksternal tersebut memperberat laju inflasi domestik mengingat pada saat
yang bersamaan, pasar dalam negeri juga mengalami gangguan pasokan
bahan pangan dan energi sebagai dampak dan serangkaian bencana alam
yang terjadi di beberapa wilayah sentra produksi. Tekanan tersebut
menimbulkan dorongan peningkatan harga komoditas bahan pangan dan
energi di pasar dalam negeri sehingga meningkatkan inflasi tahun 2010.
Pada tahun 2011, tekanan yang bersumber dari faktor eksternal
cenderung menurun, yang disertai dengan produksi dalam negeri yang
mengalami peningkatan, arus distribusi yang mengalami perbaikan, serta

15
nilai tukar rupiah yang stabil. Laju inflasi tahun 2011 berada pada level
3,79% (yoy) yang didorong oleh penurunan laju inflasi pada komoditas
bahan pangan. Hal itu mendorong terjadinya deflasi terbesar dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir, yang terjadi pada Maret 2011, yaitu sebesar
0,32% (mtm). Laju inflasi tahun 2012, jika mengacu dari ketetapan dalam
APBN P 2012, sebesar 6,8%, namun jika mencermati perkembangan,
angka inflasi diprediksi sebesar 4,8%. Laju inflasi tahun 2013 diharapkan
dapat dikendalikan pada tingkat 4,9%. Hal tersebut diharapkan dapat
dicapai melalui kelancaran pasokan dan distribusi barang dan jasa,
membaiknya koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil yang
didukung oleh meningkatnya kesadaran pemerintah daerah dalam upaya
pengendalian inflasi.

2. Provinsi Jawa Tengah
Jika angka inflasi Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 2,68%,
angka inflasi untuk tahun 2012, diprediksi mengalami kenaikan dikisaran
angka 5-6%. Tahun 2013, dengan memperhatikan berbagai kondisi yang
berpengaruh, diperkirakan berada dibawah 2 digit, berkisar pada kisaran
± 5%, dengan perkiraan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) sebesar
3,5. Tekanan inflasi diperkirakan banyak dipengaruhi oleh gejolak harga
pada volatile food dan perkembangan harga komoditas internasional,
terutama bahan baku produksi, emas dan minyak mentah yang
diperkirakan kembali meningkat seiring dengan memanasnya situasi
geopolitik global di Timur Tengah, dan kemungkinan masih berlanjutnya
krisis di Eropa. Sementara itu kemungkinan inflasi pada kelompok barang
administered prices diperkirakan dapat terkendali apabila tidak ada
kenaikan harga barang yang bersifat strategis, kecuali ada kebijakan
pemerintah yang sifatnya ekstrim, seperti kenaikan harga BBM dan Tarif
Listrik yang selanjutnya dapat memicu terjadinya inflasi.
3. Kota Surakarta
Inflasi Kota Surakarta secara umum bersifat Inflasi bergejolak
(volatile goods), yaitu Inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya
sangat bergejolak. Inflasi volatile goods masih didominasi bahan makanan.
Dengan tingkat laju inflasi yang rendah di Kota Surakarta pada tahun
2011 sebesar 1,93% dibandingkan dengan tingkat Provinsi Jawa tengah
dan pusat, diharapkan dapat menjadi stimulan bagi perkembangan
ekonomi di Kota Surakarta, utamanya dikaitkan dengan sektor basis di
sektor perdagangan dan jasa, yang mampu memicu bagi peningkatan PAD
melalui instrumen fiskal (pajak dan retribusi daerah). Inflasi Kota
Surakarta tahun 2012 diprediksi sebesar 5-6% dan tahun 2013 diprediksi
sebesar ± 5%. Karakter inflasi diprediksi masih dodominasi dari sumber
makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau.
C.

Pertumbuhan PDRB
1. Nasional
Perekonomian nasional masih cukup kuat untuk menghadapi
dampak krisis global yang masih berlangsung hingga saat ini. Hal itu
terbukti dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2011
yang mencapai 6,5%, pada saat beberapa negara mengalami perlambatan
atau bahkan pertumbuhan negatif. Selama lima tahun terakhir (20072011), ekonomi Indonesia mampu tumbuh rata-rata sebesar 5,9% (yoy),

16
lebih tinggi jika dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya (20022006) yang tumbuh sebesar 5,1% (yoy).
Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di tahun 2011 berasal dari
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh 8,8% (yoy),
konsumsi rumah tangga tumbuh 4,7% (yoy), dan konsumsi pemerintah
tumbuh 3,2% (yoy). Sementara itu, ekspor-impor mengalami perlambatan
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu hanya tumbuh 13,6%
dan 13,3% (yoy).
Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi 2011 didorong oleh sektor
industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi yaitu
mencapai 6,2% (yoy), serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang
tumbuh sebesar 9,2% (yoy).
Meskipun angka pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2013
diproyeksikan meningkat sebesar 6,8%, trend koreksi terhadap angka
pertumbuhan ekonomi nasional juga menunjukkan kecenderungan
penurunan. Hal ini ditandai dengan belum pastinya angka pertumbuhan
ekonomi global, meskipun optimisme terhadap kuatnya pasar domestik
masih menjadi penopang pertumbuhan PDB. Kontribusi ekspor tahun
2013 diprediksi juga akan terkoreksi seiring dengan kontraksi terhadap
mitra dagang utama yang memiliki integrasi ekonomi tinggi dengan 2
kawasan tersebut. Tren positif penguatan nilai tukar rupiah selama tahun
2010 tersebut terus berlangsung hingga tahun 2011. Masih
berlangsungnya proses pemulihan ekonomi di Amerika Serikat serta
belum adanya kepastian mengenai proses pemulihan ekonomi di Eropa,
mendorong investor mengalihkan investasinya ke negara-negara emerging
markets , termasuk Indonesia. Imbal hasil rupiah yang kompetitif serta
meningkatnya credit rating Indonesia pada level investment grade menjadi
daya tarik investasi sehingga mendorong peningkatan arus modal masuk
ke pasar domestik. Trend penguatan rupiah ini diperkirakan berlanjut di
tahun 2012 dan 2013, sentimen negatif terhadap depresiasi rupiah
cenderung akan dipengaruhi oleh faktor eksternal, dibandingkan dengan
kondisi internal.
TABEL III.2
DISTRIBUSI PDB DAN KONTRIBUSI
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI 2010-2011
Pengeluaran
Konsumsi Masyarakat
Konsumsi Pemerintah
PMTB
Ekspor
Impor
Sektor
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik, gas, dan air bersih
Konstruksi
Perdagangan, hotel dan
restoran
Pengangkutan dan
komunikasi
Keuangan, Real Estat, dan
Jasa Perusahaan

Distribusi (%)
2010
2011
56,6
54,6
9,0
9,0
32,1
32,0
24,6
26,3
22,9
24,9

Kontribusi (%)
2010
2011
2,7
2,7
0,0
0,3
2,0
2,1
6,5
6,3
5,6
4,8

15,3
11,2
24,8
0,8
10,3
13,7

14,7
11,9
24,3
0,7
10,2
13,8

0,4
0,3
1,2
0,0
0,4
1,5

0,1
1,6
0,0
0,4
1,6

6,6

6,6

1,2

1,0

7,2

7,2

0,5

0,7

17
Pengeluaran
Jasa

Distribusi (%)
2010
2011
10,2
10,5

Kontribusi (%)
2010
2011
0,6
0,6

Sumber: Nota Keuangan RAPBN Tahun Anggaran 2013, 2012

2. Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan proporsi komponen jenis penggunaan, konsumsi
rumah tangga menjadi penyumbang terbesar dalam PDRB Jawa Tengah
dan porsinya mengalami peningkatan dari 64,2% pada Tahun 2010
menjadi 64,3% pada Tahun 2011 dan akan terus berlanjut untuk tahun
2012 dengan kontribusi sebesar 64,35%. Besarnya kontribusi konsumsi
rumah tangga menunjukkan besarnya potensi pasar domestik.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2011 yang cukup tinggi
dipengaruhi oleh meningkatnya laju pertumbuhan konsumsi pemerintah
sebesar 7,7%; PMTB sebesar 7,6%; ekspor barang dan jasa sebesar 7,2%,
serta konsumsi rumah tangga sebesar 6,6%. Namun, pertumbuhan
ekonomi yang tinggi tersebut diikuti dengan pertumbuhan impor di Jawa
Tengah cukup tinggi pada tahun 2011, yaitu mencapai 10,7%.tren ini
diprediksi juga akan berlanjut di tahun 2012.
TABEL III.3
DISTRIBUSI DAN LAJU PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH
MENURUT JENIS PENGGUNAAN TAHUN 2010-2012
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis Penggunaan
Konsumsi Rumah
Tangga
Konsumsi Lembaga Non
Profit
Konsumsi Pemerintah
PMTB
Perubahan Stok
Ekspor
Impor

PDRB

Distribusi (%)

Pertumbuhan (%)

2010
64,2

2011
64,3

2012 *)
64,35

2010
6,2

2011
6,6

2012 *)
6,9

1,4

1,4

1,35

-0,1

2,9

3,2

11,4
18,6

11,3
21,6

11,2
21,2

4,4
-

1,5
-

1,9
-

3,1
8,0
11,2
4,0

7,7
7,6
7,2
10,7

7,9
8,1
7,7
10,2

100

100

100

5,8

6,0

6,2

Keterangan:
*): angka target tahun berjalan
Sumber: RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013

Pertumbuhan PDB Provinsi Jawa tengah Tahun 2013 diprediksi
akan didominasi oleh Kontribusi 3 sektor utama atas industri pengolahan,
Perdagangan, Hotel dan Restoran dan sektor pertanian. Pertumuhan
sektor yang dominan justru dari sektor Pengangkutan dan komunikasi,
Perdagangan, Hotel dan Restoran dan sektor jasa. Sektor pertanian
sebagai sektor ekonomi utama diperkirakan masih berperan, sementara
sektor industri dan Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) juga
memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Tengah. Sementara dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga
diperkirakan masih akan tetap menjadi penopang stabilitas pertumbuhan
investasi.
Ekspor Jawa Tengah Tahun 2013 diperkirakan masih tertuju pada
pasar ekspor antara lain Amerika, Jepang dan China dengan komoditas
berupa TPT, barang kayu dan olahan kayu, hasil manufaktur pabrik serta

18
hasil pertanian, sedangkan secara nilai ekspor diprediksikan dapat
meningkat apabila tidak terjadi kondisi yang bersifat ekstrim. Alternatif
membuka pasar ekspor yang barudi luar pasar Amerika Serikat & Zona
Eropa perlu ditempuh untuk memberikan nilai tambah dan daya saing.
Ekspor pada sektor industri dan pertanian selanjutnya lebih difokuskan
pada produk olahan, bukan bahan baku atau bahan mentah. Sedangkan
nilai impor diperkirakan meningkat, hal tersebut dipengaruhi tingginya
permintaan untuk konsumsi maupun bahan baku industri serta tidak
adanya pembatasan impor. Meningkatnya impor berbagai produk pangan
seperti beras, garam, kentang, buah-buahan, jagung, kedelai, daging sapi
dan susu perlu diwaspadai, terlebih lagi munculnya produk pakaian dan
tekstil dari China.
TABEL III.4
ANGKA SEMENTARA DAN PREDIKSI
INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2012-2013
No

Indikator

PDRB
a. Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)/triliun
rupiah
b. Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) )/triliun
rupiah
2.
PDRB/kapita
a. Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)/juta rupiah
b. Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)/juta rupiah
3.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
4.
Inflasi (%)
5.
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
6.
Prosentase Penduduk Miskin (%)
7.
Nilai Tukar Petani (NTP)
Keterangan:
*): angka target tahun berjalan
**): angka prediksi tahun rencana
Sumber: RKPD Provinsi Jateng Tahun 2013, 2012.

2012 *)

2013 **)

533.515

568.416

205.819

213.412

16.476
6.356
5,8-6,3
5-6
5,8
13,44
107,84

17.554
6.591
5,8-6,2
±5
5,6
11,8
108,67

1.

TABEL III.5
PREDIKSI KONTRIBUSI SEKTOR PROVINSI JATENG BERDASARKAN
HARGA BERLAKU (HB) TAHUN 2013
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sektor

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Total PDRB
Keterangan:
**): angka prediksi tahun rencana
Sumber: RKPD Provinsi Jateng Tahun 2013, 2012.

2013 **)
Pertumbuhan
Kontribusi
(%)
(%)
3,34
18,94
3,94
0,95
7,26
33,39
3,10
1,01
5,84
6,02
7,96
19,60
8,06
5,90
6,60
3,54
7,90
10,66
6,00
100

19

3. Kota Surakarta
Jika pada tahun 2004-2006, sektor industri pengolahan
mendominasi sektor basis Kota Surakarta dengan kontribusi rata-rata
sebesar 26,54%, selanjutnya sejak tahun 2007-2011 kontribusi sektor
perdagangan, hotel dan restoran mendominasi struktur perekonomian
Kota Surakarta dengan kontribusi rata-rata sebesar 25,05%. Sedangkan
untuk tahun 2012 dan 2013 kontribusi sektor industri pengolahan
diprediksi mulai menunjukkan recovery, dengan memberi kontribusi
terbesar kedua, setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran, masing
masing sebesar 23,52% dan 22,80% untuk sektor industri pengolahan
tahun 2012 dan tahun 2013, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan
restoran tahun 2012 dan 2013 diprediksi memberi kontribusi sebesar
27,14% dan 27,34%.
Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta Tahun 2013 diproyeksi
sebesar 6,11%, kontribusi terbesar masih dominasi oleh sektor
perdagangan, hotel & restoran, industri pengolahan dan jasa. Sektor
keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan, dan sektor bangunan serta
sektor jasa menunjukkan pertumbuhan dominan dibandingkan dengan
sektor lain. Kontribusi dan pertumbuhan sektor sekunder dan tersier
tersebut menjadi penggerak pertumbuhan PDB Kota Surakarta.
Pertumbuhan kedua sektor tersebut meningkat seiring dengan berhasilnya
pencitraan brand image Kota Surakarta sebagai Kota MICE (Meeting
Incentives Conferencing and Exibition) baik pada skala regional, nasional
dan internasional yang memberi akselerasi pada pertumbuhan dan
kontribusi sektor basis.
Peningkatan investasi, masih didominasi oleh Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN), dengan pertumbuhan investasi diprediksi masih
didominasi oleh usaha skala besar dengan rata-rata kontribusi usaha
skala besar sejak tahun 2009-triwulan III tahun 2012 sebesar 84,75%.
Trend ini mas