SAKIP | Inspektorat Kota Dumai BAB I

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara diwajibkan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing instansi (Inpres No 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).

Pertanggungjawaban dimaksud berupa laporan yang disampaikan kepada atasan masing-masing, lembaga-lembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas yang akhirnya disampaikan kepada Presiden selaku kepala pemerintahan. Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

LAKIP merupakan wujud akuntabilitas instansi pemerintah yang pedoman penyusunannya ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan LAKIP dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan mandat, visi dan misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta sebagai umpan balik untuk perbaikan kinerja Inspektorat Kota Dumai pada tahun mendatang. Pelaporan kinerja juga dimaksudkan sebagai media untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja Inspektorat Kota Dumai dalam satu tahun anggaran kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Secara umum, beberapa tujuan dari penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada setiap akhir tahun anggaran adalah sebagai:


(2)

1. Sarana/instrumen penting untuk melaksanakan reformasi dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat.

2. Cara dan sarana yang efektif untuk mendorong seluruh aparatur pemerintah meningkatkan disiplin dalam menerapkan prinsip-prinsip

Good Governance dan fungsi-fungsi manajemen kinerja secara taat asas (konsisten).

3. Cara dan sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja instansi pemerintah/unit kerja berdasarkan rencana kerja yang jelas dan sistematis dengan sasaran kinerja yang terukur secara berkelanjutan. 4. Alat untuk mengetahui dan mengukur tingkat keberhasilan atau

kegagalan dari setiap pimpinan instansi/unit kerja dalam menjalankan misi, tugas/jabatan, sehingga dapat dijadikan faktor utama dalam evaluasi kebijakan, program kerja, struktur organisasi, dan penetapan alokasi anggaran setiap tahun bagi setiap instansi/unit kerja, dan

5. Cara dan sarana untuk mendorong usaha penyempurnaan struktur organisasi, kebijakan publik, ketatalaksanaan, mekanisme pelaporan, metode kerja, dan prosedur pelayanan masyarakat berdasarkan permasalahan nyata yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen pemerintahan secara berkelanjutan.

B. Maksud dan Tujuan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disusun untuk memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres tersebut menekankan kepada semua instansi pemerintah untuk membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan bagian integral dari siklus akuntabilitas kinerja yang utuh dan merupakan tahap akhir dalam suatu sistem Akuntablitas Kinerja Instansi Pemerintah.


(3)

Dengan dasar pemikiran tersebut, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) yang kami susun memiliki dua fungsi yaitu : 1. Laporan akuntabilitas kinerja merupakan sarana untuk menyampaikan

pertanggungjawaban kinerja kepada Walikota Dumai ;

2. Laporan akuntabilitas kinerja merupakan sarana evaluasi atas pencapaian kinerja sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja di masa mendatang.

Dua fungsi utama Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tersebut merupakan cerminan dari maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian Laporan Akuntablitias Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) oleh setiap Instansi Pemerintah. Dengan demikian, maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Inspektorat Kota Dumai mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Aspek akuntabilitas kinerja bagi keperluan eksternal organisasi, menjadikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 sebagai sarana pertanggungjawaban atas capaian kinerja yang berhasil diperoleh selama Tahun 2015. Esensi capaian kinerja yang dilaporkan merujuk pada sampai sejauhmana visi, misi, program dan kegiatan yang telah dicapai selama tahun 2015.

2. Aspek manajemen kinerja bagi keperluan internal organisasi, menjadikan Laporan Akuntabilitias Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 sebagai sarana pencapaian kinerja manajemen bagi upaya-upaya perbaikan kinerja di masa mendatang. Untuk setiap kelemahan kinerja yang ditemukan, manajemen akan merumuskan strategi pemecahan masalahnya agar capaian kinerja Inspektorat Kota Dumai dapat ditingkatkan secara berkelanjutan.

C. Isu-Isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD

Pelaksanaan pembangunan daerah pada dasarnya adalah untuk menyelesaikan segala permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh daerah. Namun pada perkembangannya tentu akan muncul


(4)

permasalahan-permasalahan baru sebagai wujud dari dinamika tuntutan masyarakat yang terus berkembang.

Dalam era Otonomi Daerah yang disemangati dengan azaz desentralisasi maka mandat untuk melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah di Kabupaten/Kota sebagai pelaksanaan tugas desentralisasi di bidang pengawasan ada pada Inspektorat Kabupaten/Kota, dengan demikian Inspektorat Kota Dumai memiliki posisi yang sangat strategis dalam sistem Pemerintahan Daerah Kota Dumai. Untuk itu, efektivitas pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat memiliki peran yang sangat signifikan bagi keberhasilan Pemerintahan Daerah Kota Dumai.

Inspektorat Kota Dumai mempunyai peran besar dalam tujuan mewujudkan good governance dan clean government pada Pemerintah Kota Dumai. Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah karena terdapat berbagai permasalahan yang ada dan sering mengemuka, baik dari dalam institusiInspektorat secara khusus maupun Pemerintah Daerah Kota Dumai secara umum.

Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain, masih cukup tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang yang mengakibatkan kerugian Negara/Daerah, masih sering terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan tugas oleh aparatur sebagai akibat dari rendahnya pengetahuan akan peraturan perundangan yang berlaku, masih rendahnya persentase penyelesaian tindak lanjut hasil temuan aparat pengawasan, serta masih terbatasnya aparatur pengawasan yang berkualifikasi Auditor.

Perubahan mindset atau paradigma yang berkembang saat ini Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) bukan lagi sebagai

Watchdog atau terkesan hanya mencari kesalahan, tetapi ke depan APIP harus mampu berperan sebagai Early Warning System, Quality Assurance,

Solution Maker, Consultative Management dengan fokus pada terselenggaranya manajemen risiko dan sistem pengendalian intern yang handal oleh manajemen. APIP harus mampu mendorong kinerja pemerintahan yang excellent, cegah KKN (preventif), sehingga perlu sinergitas antar APIP di dalam melaksanakan peran dan fungsinya.

Berdasarkan indentifikasi terhadap masalah/faktor penghambat dalam rangka pengembangan kinerja Inspektorat Kota Dumai, secara garis besar dapat disampaikan sebagai berikut:


(5)

1. Terbatasnya anggaran untuk menunjang kelancaran tugas bidang pengawasan baik kegiatan-kegiatan operasional pengawasan maupun kegiatan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia aparatur pengawasan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan Jabatan Fungsional Auditor maupun pendidikan teknis substantif lainnya.

2. Terbatasnya sarana dan prasarana yang mendukung operasional pengawasan.

3. Masih rendahnya persentase penyelesaian tindak lanjut hasil temuan aparat pengawasan.

4. Terbatasnya sumber daya manusia aparatur pengawas yang berkualifikasi Auditor dan P2UPD

Berdasarkan permasalahan diatas, beberapa hal yang dapat dilakukan guna pengembangan kinerja Inspektorat Kota Dumai kedepan antara lain:

1. Mengusulkan anggaran untuk peningkatan pembinaan dan pengawasan yang dialokasikan untuk pelaksanaan pengawasan dan peningkatan sumber daya manusia aparatur pengawas.

2. Mengoptimalkan anggaran yang ada untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sesuai skala prioritas.

3. Rekomendasi yang disampaikan oleh Auditor kepada Auditan ditujukan untuk menghilangkan penyebab terjadinya kondisi/temuan sehingga rekomendasi yang disampaikan dapat segera ditindaklanjuti oleh pihak auditan secara tepat waktu. Sedangkan untuk temuan yang belum ditindaklanjuti, penyelesaiannya diteruskan pada Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan dan Tututan Ganti Rugi (MP TP-TGR). 4. Mengirimkan aparat pengawas untuk mengikuti pendidikan dan

pelatihan Jabatan Fungsional Auditor maupun pendidikan dan pelatihan subtantif lainnya baik yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan maupun yang dilaksanakan oleh Inspektorat Kota Dumai. D. Struktur Organisasi


(6)

Inspektorat Kota Dumai dipimpin oleh seorang Inspektur dan dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Susunan organisasi Inspektorat, terdiri dari : 1. Inspektur

2. Sekretariat

3. Inspektur Pembantu Wilayah I 4. Inspektur Pembantu Wilayah II 5. Inspektur Pembantu Wilayah III 6. Inspektur Pembantu Wilayah IV 7. Jabatan Fungsional

Bagan Struktur Organisasi Inspektorat Kota Dumai dapat dilihat pada Lampiran VI.

Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas dibidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan meliputi mengkoordinasikan penyusunan program, evaluasi dan pelaporan, pengelolaan umum dan kepegawaian serta pengelolaan keuangan.

Dalam pelaksanaan tugas pokoknya, Sekretaris menjalankan fungsi:

a. Penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan pelayanan kesekretariatan;

b. Penetapan rumusan kebijakan pelayanan administratif inspektorat;

c. Penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi umum dan kerumahtanggaan;

d. Penetapan rumusan kebijakan pengelolaan kelembagaan dan ketatalaksanaan serta hubungan masyarakat;


(7)

f. Penetapan rumusan kebijakan administrasi pengelolaan keuangan;

g. Penetapan rumusan kebijakan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas inspektorat;

h. Penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian publikasi pelaksanaan tugas inspektorat;

i. Penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian penyusunan dan penyampaian bahan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas inspektur; j. Penetapan bahan koordinasi dan pengendalian rencana dan program

pengawasan;

k. Penetapan penghimpunan, pengelolaan, penilaian dan penyimpanan laporan hasil pengawasan;

l. Penetapan inventarisasi dan koordinasi dan pengendalian penatausahaan proses penanganan pengaduan;

m. Penetapan pembinaan administrasi keuangan dan akuntansi anggaran belanja;

n. Pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan; o. Evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan; p. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan

fungsinya;

q. Pelaksanaan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga dibidang kesekretariatan.

Sekretaris,membawahi: 1. Subbagian Perencanaan;

2. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan; 3. Subbagian Administrasi dan Umum; Inspektur Pembantu Wilayah I

Inspektur Pembantu Wilayah I dipimpin oleh seorang Inspektur Pembantu Wilayah I. Inspektur Pembantu Wilayah I mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah,


(8)

pelaksanaan pembinaan atas penyelenggara pemerintah daerah dan pelaksanaan urusan pemerintah, kecamatan dan kelurahan.

Dalam pelaksanaan tugas pokoknya, Inspektur Pembantu Wilayah I menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian serta pemeriksaan yang objektif serta kedinamisan Organisasi lingkup Wilayah I (satu) terdiri dari: Sekretariat Daerah, BUMD, Dinas Kesehatan, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Investasi, Satuan Polisi Pamong Praja, Kantor Perpustakaan, Arsip dan Data Elektronik, Kecamatan Dumai Timur, Puskesmas di wilayah Kecamatan Medang Kampai dan Sungai Sembilan dan satuan pengelola pendidikan di wilayah Kecamatan Sungai Sembilan serta kasus-kasus pengaduan yang melingkupinya.

Inspektur Pembantu Wilayah II

Inspektur Pembantu Wilayah II dipimpin oleh seorang Inspektur Pembantu Wilayah II. Inspektur Pembantu Wilayah II mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggara pemerintah daerah dan pelaksanaan urusan pemerintah, kecamatan dan kelurahan.

Dalam pelaksanaan tugas pokoknya, Inspektur Pembantu Wilayah II menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian serta pemeriksaan yang objektif serta kedinamisan Organisasi lingkup Wilayah II (dua) terdiri dari: Sekretariat DPRD, Badan Kepegawaian dan Diklat, Dinas Perhubungan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Kantor Pelayanan Terpadu, Kantor Pelayanan Pasar, Kecamatan Medang Kampai, Seluruh Kelurahan di Kecamatan Medang Kampai, Puskesmas di wilayah Dumai Timur, satuan pengelola pendidikan pada Kecamatan Dumai Barat serta kasus-kasus pengaduan yang melingkupinya.


(9)

Inspektur Pembantu Wilayah III

Inspektur Pembantu Wilayah III dipimpin oleh seorang Inspektur Pembantu Wilayah III. Inspektur Pembantu Wilayah III mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggara pemerintah daerah dan pelaksanaan urusan pemerintah, kecamatan dan kelurahan.

Dalam pelaksanaan tugas pokoknya, Inspektur Pembantu Wilayah III menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian serta pemeriksaan yang objektif serta kedinamisan Organisasi lingkup Wilayah III (tiga) terdiri dari: Dinas Pendidikan, Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Badan Perencanaan Pembangunan, Kantor Lingkungan Hidup, RSUD, Kecamatan Bukit Kapur, Seluruh Kelurahan di Kecamatan Bukit Kapur, satuan pengelola pendidikan pada Kecamatan Dumai Timur serta kasus-kasus pengaduan yang melingkupinya.

Inspektur Pembantu Wilayah IV

Inspektur Pembantu Wilayah IVdipimpin oleh seorang Inspektur Pembantu Wilayah IV. Inspektur Pembantu Wilayah IV, mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggara pemerintah daerah dan pelaksanaan urusan pemerintah, kecamatan dan kelurahan.

Dalam pelaksanaan tugas pokoknya, Inspektur Pembantu Wilayah IV menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian serta pemeriksaan yang objektif serta kedinamisan Organisasi lingkup Wilayah IV (empat) terdiri dari: Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Koperasi, UKM dan


(10)

Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Sosial, Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat, Kecamatan Dumai Barat, Seluruh Kelurahan di wilayah Dumai Barat, Puskesmas di wilayah Bukit Kapur, satuan pengelola pendidikan di wilayah Kecamatan Bukit Kapur, satuan pengelola pendidikan di wilayah Kecamatan Medang Kampai serta kasus-kasus pengaduan yang melingkupinya.

Kelompok Jabatan Fungsional

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Pasal 50 ayat (1) menyebutkan bahwa perangkat daerah yang di dukung oleh kelompok jabatan fungsional, dilakukan penyerasian dan rasionalisasi struktur organisasi. Maka salah satu upaya reformasi birokrasi daerah yang bertujuan untuk mewujudkan good governance, dengan memperhatikan sumber daya, cost efektif agar tujuan tidak hanya terbatas pada output tapi juga outcome dan

good governance serta mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kereditnya, maka dipandang perlu Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) kedepan merupakan struktur Jabatan Fungsional.

Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) di Kabupaten/Kota adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan pemerintah daerah yang terdiri dari Inspektorat Kabupaten/Kota dan unit intern pada Badan Hukum Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan. Kemudian untuk tugas ini telah ditetapkan Jabatan Auditor yang bertugas, bertanggung jawab dan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain yang terdapat kepentingan Negara sesuai Undang-Undang yang berlaku. Seorang Auditor yang bertugas melaksanakan seluruh proses kegiatan


(11)

audit, evaluasi, reviu, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya, seperti konsultasi, sosialisasi, asistensi, terhadap penyelenggara tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai (assurance) bahwa kegiatan pemerintahan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk mewujudkan tata kelola/kepemerintahan yang baik (good governance).

Kemudian melalui Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 15 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya, Pasal (1) menyatakan bahwa Jabatan Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah yang selanjutnya disebut Pengawas Pemerintahan adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan atas penyelenggaraan teknis urusan pemerintahan di daerah, di luar pengawasan keuangan.

Melalui Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Kepala BKN Nomor 22 dan Nomor 03 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya, Pasal 31 ayat (1) “Penyesuaian/inpassing dalam jabatan dan angka kredit Pengawas Pemerintahan di lingkungan instansi pusat dan daerah ditetapkan mulai tanggal 1 Oktober 2010 sampai dengan 30 September 2011”, kemudian melalui Surat Kepala BKN Nomor K.26-30/V.284-2920/01 tanggal 30 September 2011 masa penyesuaian/ inpassing diperpanjang mulai tanggal 1 Oktober 2011 sampai dengan 30 September 2012.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 18 yang menjelaskan “Apabila jabatan fungsional pengawas pemerintah telah ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan, maka jabatan struktural di bawah Inspektur Pembantu dihapus”.


(12)

Sampai dengan saat ini Inspektorat Kota Dumai masih menggunakan Struktur Organisasi berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2008 tetapi kenyataannya Inspektorat Kota Dumai sekarang ini sudah menggunakan Jabatan Fungsional yaitu Jabatan P2UPD dan Auditor dan tidak ada lagi Jabatan Struktural di bawah Inspektur Pembantu.

Memperhatikan beberapa peraturan dan perundang-undangan yang ada, maka Walikota Dumai mengeluarkan Keputusan Nomor 597/BKD/2013 Tentang Penyesuaian/Inpassing dalam Jabatan dan Angka Kredit Pengawas Pemerintah dan Keputusan Nomor 598/BKD/2013 Tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kredit di Lingkungan Inspektorat Kota Dumai.

Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999 Tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil Pasal 8 ayat (1) “ Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional keahlian atau jabatan fungsional keterampilan diberikan tunjangan jabatan fungsional. Ayat (2) “ Besarnya tunjangan jabatan fungsional masing-masing jenjang jabatan fungsional keahlian adalah : a. Jenjang Utama, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan

struktural eselon Ia;

b. Jenjang Madya, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IIa;

c. Jenjang Muda, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IIIa;

d. Jenjang Pertama, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IVa.

E. Dasar Hukum

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Inspektorat Kota Dumai mengacu pada:

1. Undang-undang No. 28 tahun 1999, tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.


(13)

2. Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

3. Instruksi Presiden No 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pem-berantasan KKN.

4. Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

5. Permenpan No 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan LAKIP. 6. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara No. 239/IX/6/8/2003,

tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

F. Sistematika Pelaporan

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang b. Maksud dan Tujuan c. Isu Strategis

d. Struktur Organisasi e. Dasar Hukum

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

a. Rencana strategis Visi,Misi,Tujuan,Sasaran,Strategis,Arah Kebijakan,Program untuk Pencapaian Sasran, Tema, Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

b. Perjanjian Kinerja

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

a. Capaian Pengukuran Kinerja :Capaian Indikator Kinerja Utama b. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

c. Prestasi /Penghargaan dan kendala yang dihadapi d. Akuntabilitas Keuangan : Realisasi Anggaran BAB IV PENUTUP


(1)

pelaksanaan pembinaan atas penyelenggara pemerintah daerah dan pelaksanaan urusan pemerintah, kecamatan dan kelurahan.

Dalam pelaksanaan tugas pokoknya, Inspektur Pembantu Wilayah I menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian serta pemeriksaan yang objektif serta kedinamisan Organisasi lingkup Wilayah I (satu) terdiri dari: Sekretariat Daerah, BUMD, Dinas Kesehatan, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Investasi, Satuan Polisi Pamong Praja, Kantor Perpustakaan, Arsip dan Data Elektronik, Kecamatan Dumai Timur, Puskesmas di wilayah Kecamatan Medang Kampai dan Sungai Sembilan dan satuan pengelola pendidikan di wilayah Kecamatan Sungai Sembilan serta kasus-kasus pengaduan yang melingkupinya.

Inspektur Pembantu Wilayah II

Inspektur Pembantu Wilayah II dipimpin oleh seorang Inspektur Pembantu Wilayah II. Inspektur Pembantu Wilayah II mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggara pemerintah daerah dan pelaksanaan urusan pemerintah, kecamatan dan kelurahan.

Dalam pelaksanaan tugas pokoknya, Inspektur Pembantu Wilayah II menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian serta pemeriksaan yang objektif serta kedinamisan Organisasi lingkup Wilayah II (dua) terdiri dari: Sekretariat DPRD, Badan Kepegawaian dan Diklat, Dinas Perhubungan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Kantor Pelayanan Terpadu, Kantor Pelayanan Pasar, Kecamatan Medang Kampai, Seluruh Kelurahan di Kecamatan Medang Kampai, Puskesmas di wilayah Dumai Timur, satuan pengelola pendidikan pada Kecamatan Dumai Barat serta kasus-kasus pengaduan yang melingkupinya.


(2)

Inspektur Pembantu Wilayah III

Inspektur Pembantu Wilayah III dipimpin oleh seorang Inspektur Pembantu Wilayah III. Inspektur Pembantu Wilayah III mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggara pemerintah daerah dan pelaksanaan urusan pemerintah, kecamatan dan kelurahan.

Dalam pelaksanaan tugas pokoknya, Inspektur Pembantu Wilayah III menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian serta pemeriksaan yang objektif serta kedinamisan Organisasi lingkup Wilayah III (tiga) terdiri dari: Dinas Pendidikan, Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Badan Perencanaan Pembangunan, Kantor Lingkungan Hidup, RSUD, Kecamatan Bukit Kapur, Seluruh Kelurahan di Kecamatan Bukit Kapur, satuan pengelola pendidikan pada Kecamatan Dumai Timur serta kasus-kasus pengaduan yang melingkupinya.

Inspektur Pembantu Wilayah IV

Inspektur Pembantu Wilayah IVdipimpin oleh seorang Inspektur Pembantu Wilayah IV. Inspektur Pembantu Wilayah IV, mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggara pemerintah daerah dan pelaksanaan urusan pemerintah, kecamatan dan kelurahan.

Dalam pelaksanaan tugas pokoknya, Inspektur Pembantu Wilayah IV menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian serta pemeriksaan yang objektif serta kedinamisan Organisasi lingkup Wilayah IV (empat) terdiri dari: Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Koperasi, UKM dan


(3)

Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Sosial, Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat, Kecamatan Dumai Barat, Seluruh Kelurahan di wilayah Dumai Barat, Puskesmas di wilayah Bukit Kapur, satuan pengelola pendidikan di wilayah Kecamatan Bukit Kapur, satuan pengelola pendidikan di wilayah Kecamatan Medang Kampai serta kasus-kasus pengaduan yang melingkupinya.

Kelompok Jabatan Fungsional

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Pasal 50 ayat (1) menyebutkan bahwa perangkat daerah yang di dukung oleh kelompok jabatan fungsional, dilakukan penyerasian dan rasionalisasi struktur organisasi. Maka salah satu upaya reformasi birokrasi daerah yang bertujuan untuk mewujudkan good governance, dengan memperhatikan sumber daya, cost efektif agar tujuan tidak hanya terbatas pada output tapi juga outcome dan

good governance serta mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kereditnya, maka dipandang perlu Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) kedepan merupakan struktur Jabatan Fungsional.

Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) di Kabupaten/Kota adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan pemerintah daerah yang terdiri dari Inspektorat Kabupaten/Kota dan unit intern pada Badan Hukum Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan. Kemudian untuk tugas ini telah ditetapkan Jabatan Auditor yang bertugas, bertanggung jawab dan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain yang terdapat kepentingan Negara sesuai Undang-Undang yang berlaku. Seorang Auditor yang bertugas melaksanakan seluruh proses kegiatan


(4)

audit, evaluasi, reviu, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya, seperti konsultasi, sosialisasi, asistensi, terhadap penyelenggara tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai (assurance) bahwa kegiatan pemerintahan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk mewujudkan tata kelola/kepemerintahan yang baik (good governance).

Kemudian melalui Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 15 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya, Pasal (1) menyatakan bahwa Jabatan Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah yang selanjutnya disebut Pengawas Pemerintahan adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan atas penyelenggaraan teknis urusan pemerintahan di daerah, di luar pengawasan keuangan.

Melalui Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Kepala BKN Nomor 22 dan Nomor 03 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah dan Angka Kreditnya, Pasal 31 ayat (1) “Penyesuaian/inpassing dalam jabatan dan angka kredit Pengawas Pemerintahan di lingkungan instansi pusat dan daerah ditetapkan mulai tanggal 1 Oktober 2010 sampai dengan 30 September 2011”, kemudian melalui Surat Kepala BKN Nomor K.26-30/V.284-2920/01 tanggal 30 September 2011 masa penyesuaian/ inpassing diperpanjang mulai tanggal 1 Oktober 2011 sampai dengan 30 September 2012.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 18 yang menjelaskan “Apabila jabatan fungsional pengawas pemerintah telah ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan, maka jabatan struktural di bawah Inspektur Pembantu dihapus”.


(5)

Sampai dengan saat ini Inspektorat Kota Dumai masih menggunakan Struktur Organisasi berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2008 tetapi kenyataannya Inspektorat Kota Dumai sekarang ini sudah menggunakan Jabatan Fungsional yaitu Jabatan P2UPD dan Auditor dan tidak ada lagi Jabatan Struktural di bawah Inspektur Pembantu.

Memperhatikan beberapa peraturan dan perundang-undangan yang ada, maka Walikota Dumai mengeluarkan Keputusan Nomor 597/BKD/2013 Tentang Penyesuaian/Inpassing dalam Jabatan dan Angka Kredit Pengawas Pemerintah dan Keputusan Nomor 598/BKD/2013 Tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kredit di Lingkungan Inspektorat Kota Dumai.

Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999 Tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil Pasal 8 ayat (1) “ Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional keahlian atau jabatan fungsional keterampilan diberikan tunjangan jabatan fungsional. Ayat (2) “ Besarnya tunjangan jabatan fungsional masing-masing jenjang jabatan fungsional keahlian adalah : a. Jenjang Utama, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan

struktural eselon Ia;

b. Jenjang Madya, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IIa;

c. Jenjang Muda, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IIIa;

d. Jenjang Pertama, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IVa.

E. Dasar Hukum

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Inspektorat Kota Dumai mengacu pada:

1. Undang-undang No. 28 tahun 1999, tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.


(6)

2. Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

3. Instruksi Presiden No 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pem-berantasan KKN.

4. Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

5. Permenpan No 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan LAKIP. 6. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara No. 239/IX/6/8/2003,

tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

F. Sistematika Pelaporan

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang b. Maksud dan Tujuan c. Isu Strategis

d. Struktur Organisasi e. Dasar Hukum

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

a. Rencana strategis Visi,Misi,Tujuan,Sasaran,Strategis,Arah Kebijakan,Program untuk Pencapaian Sasran, Tema, Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

b. Perjanjian Kinerja

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

a. Capaian Pengukuran Kinerja :Capaian Indikator Kinerja Utama b. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

c. Prestasi /Penghargaan dan kendala yang dihadapi d. Akuntabilitas Keuangan : Realisasi Anggaran