Makalah Full Day School

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Konsep full day school (sekolah sehari penuh) merupakan konsep kegiatan belajar-mengajar di sekolah direncanakan akan berlangsung selama 12 jam dan dua kali libur dalam seminggu (sabtu dan minggu). Alasan penerapannya adalah bahwa konsep full day school akan membangun karakter siswa agar tidak menjadi “liar” seperti tawuran atau penyimpangan lainnya ketika berada di luar sekolah karena orang tua masih belum pulang kerja. Juga dengan alasan agar orang tua yang sedang bekerja tidak perlu repot-repot memikirkan anak mereka dan mengawasi tepat waktu. Di satu sisi memang konsep ini menguntungkan para orang tua yang sibuk bekerja sampai sehari penuh. Namun disisi lain perlu diingat bahwa tidak semua orang tua, terutama kaum ibu di Indonesia bekerja di sektor formal dari pagi sampai sore.

Banyak para pakar menilai alasan kondisi keluarga yang bekerja tidaklah logis karena masing-masing keluarga memiliki kondisi yang berbeda. Oleh karenanya, tidak bisa digeneralisasikan bahwa sekolah full day school bisa menyelesaikan masalah secara komprehensif di seluruh Indonesia dalam hal pekerjaan atau kesibukan orang tua. Permasalahan lainnya juga muncul dalam hal ketidakseragaman lingkungan belajar di seluruh Indonesia. Konsep sekolah full day school mungkin saja cocok diterapkan di beberapa sekolah perkotaan (urban) dimana tingkat kesibukan kedua orang tua sangat tinggi. Begitu juga di sekolah berasrama (boarding school) dimana kegiatan siswa dipantau selama 24 jam dan memiliki fasilitas asrama. Tetapi, konsep sekolah full day school ini belum layak jika diterapkan di sekolah non-urban dimana kebanyakan orang tua memiliki jadwal kerja fleksibel, adaptis dan memiliki lebih banyak waktu bersama anak-anak mereka di rumah. Konsep ini juga tidak


(2)

cocok diterapkan pada sekolah non-asrama yang tidak memiliki fasilitas asrama untuk istirahat sejenak atau ganti baju seperti di pesantren.

Kemudian, alasan berikut untuk mengurangi kegiatan tawuran siswa di luar sekolah juga tidak rasional karena hanya sebagian kecil saja siswa di Indonesia yang melakukan tawuran. Dari segi geografis, masih banyak siswa di daerah pedalaman yang harus menempuh jarak ke sekolah sampai 5-10 kilometer dan mengahabiskan waktu sampai tiga jam. Tanpa program full day school pun mereka akan sampai di rumah pada sore hari dan jika full day school dipaksakan, anak-anak ini akan sampai di rumah pada malam hari, justru ini akan menambah lagi beban berat bagi mereka. Dalam hal lain, kegiatan siswa selepas pulang sekolah juga beragam dan tidak bisa dipaksakan seragam. Ada siswa yang diajarkan orang tuanya berbisnis dengan menjaga toko atau kios, berkebun di ladang, menangkap ikan di laut, dan mengembala sapi di sawah. Ada juga yang menghabiskan waktunya untuk bermain dan berinteraksi bersama teman-teman sebayanya di sekitar rumah. Maka, penyeragaman konsep full day school tidak akan efektif karena suasana, sarana-prasarana dan kebutuhannya berbeda apalagi bagi anak-anak yang rumahnya jauh dari sekolah di daerah pelosok.

Selain belum cocok diterapkan di sekolah urban dan non-asrama, model full day school ini juga belum efektif diimplementasikan di sekolah negeri. Terutama sekolah yang masih terbelakang dalam masalah fasilitas seperti komputer, internet, ruangan ber-AC, toilet bersih, lapangan olahraga, dan sarana bermain, ditambah lingkungan sekolah yang tidak nyaman, panas, dan berdebu. Bayangkan saja jika kondisi sedemikian rupa, tanpa program full day school sekalipun akan membuat peserta didik stress dan cepat-cepat ingin pulang. Belum lagi dengan siswa yang lapar di sore hari karena uang jajan sudah habis di waktu pagi. Dalam hal ini, orang tua harus menyediakan uang jajan lebih dan cukup sampai sore hari agar anaknya tidak kelaparan. Tentu keadaan seperti ini sangat tidak cocok untuk keluarga kelas menengah ke bawah, kecuali pihak sekolah


(3)

bersedia menyediakan bekal makan siang gratis atau jajanan untuk siswa sampai sore hari. Selain lingkungan sekolah yang menyenangkan, kehadiran guru kreatif dan interaktif juga sangatlah penting. Namun sangat sedikit guru dan lingkungan sekolah yang mampu memotivasi siswa agar betah di sekolah.

Contoh kecilnya saja jika ada pengumuman rapat guru, para siswa akan sangat senang karena tidak ada kegiatan belajar-mengajar. Fenomena ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar-mengajar di sekolah belum menyenangkan dan dirindukan peserta didik. Selain menjadi beban baru bagi peserta didik, tentu konsep full day school ini juga akan membawa beban baru bagi guru-guru dimana tugas mereka seharian bukan hanya di sekolah saja tetapi juga di rumah bersama keluarga. Meskipun demikian, konsep sekolah full day school ini tidak seluruhnya salah jika didesain dan diformulasikan dengan baik dan tidak buru-buru. Oleh karenanya, perlu adanya kajian mendalam guna mempersiapkan konsep yang matang agar tidak menimbulkan polemik di masyarakat. Dalam merumuskan konsep ini kementerian harus menerima dan mempertimbagkan masukan dari berbagai pihak. Jikapun nanti diterapkan, seyogianya harus diimplemantasikan secara bertahap dan tidak langsung merata ke seluruh sekolah di Indonesia. Stakeholder harus memerhatikan dan menyesuaikan dengan kebutuhan siswa yang beragam, kondisi geografis dan kearifan lokal setiap daerah. Sekolah juga harus menyediakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang bisa dipilih sesuka siswa dan harus representatif. Lingkungan sekolah yang ramah anak, nyaman dan menyenangkan juga harus diperhatikan dalam menjalankan kebijakan baru ini. Dalam hal kesibukan orang tua bekerja, kementerian juga harus memetakan daerah mana saja yang tingkat kesibukan kedua orang tua tinggi sehingga cocok untuk diterapkan full day school. Meskipun demikian, penerapan konsep full day school tidak boleh menjauhkan hubungan antara anak-orang tua baik secara kuantitas ataupun kualitas waktu. Seyogianya, orang tua juga tidak boleh lepas


(4)

tangan dan menyerahkan segala tanggung jawab kepada sekolah, jika ini terjadi, maka fungsi sekolah full day school tak lebih sekedar sebagai tempat penitipan anak. Dalam hal ini, ada beberapa sekolah swasta yang sukses menerapkan konsep sekolah full day school dengan melibatkan orang tua dalam kegiatan belajar tambahan. Sekolah ini telah membuktikan bahwa konsep full day school tidak mengenyampingkan peran orang tua terhadap anak di sekolah. Dengan adanya peran orang tua di sekolah, justru akan terbentuk komunikasi yang baik antara orang tua-guru. Kolaborasi seperti ini juga akan melahirkan anak didik yang berkualitas secara intelektual, emosianal dan spiritual.

Meskipun konsep sekolah full day school dilaksanakan, pemerintah harus tetap mendorong peran keluarga atau partisipasi orang tua dalam pendidikan anak. Bagaimanapun juga orang tua adalah sekolah dan guru pertama anak yang memiliki peran sangat signifikan sebagai penentu kesuksesan mereka terutama melalui keteladanan.


(5)

SISTEM PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL A. Defenisi Full Day School

Menurut etimologi, kata full day school berasal dari Bahasa Inggris, terdiri dari kata full mengandung arti penuh, dan day artinya hari, dan school artinya sekolah. Jadi, arti dari full day school adalah sekolah sepanjang hari.

Dilihat dari makna dan pelaksanaannya, full day school sebagian waktunya digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreatifitas dan inovasi dari guru. Dalam hal ini, Salim (2009: 227) berpendapat bahwa berdasarkan hasil penelitian bahwa belajar efektif bagi anak itu hanya 3-4 jam sehari (dalam suasana formal) dan 7-8 jam sehari (dalam suasana informal).

Metode pembelajaran full day school tidak melulu dilakukan di dalam kelas, namun siswa diberi kebebasan untuk memilih tempat belajar. Artinya siswa bisa belajar dimana saja seperti halaman, perpustakaan, laboratorium dan lain-lain.

B. Tujuan Pembelajaran Full Day School

Sebagaimana yang diketahui, diberbagai media massa yang seringkali memuat pemberitaan tentang berbagai penyimpangan yang banyak dilakukan remaja sekarang. Hal inilah yang memotivasi para orangtua untuk mencari sekolah formal sekaligus mampu memberikan kegiatan-kegiatan positif pada anak mereka. Dengan mengikuti full day school, orangtua dapat mencegah dan menetralisir kemungkinan dari kegiatan-kegiatan anak yang menjurus pada kegiatan yang negatif.


(6)

1) Meningkatnya jumlah orangtua tunggal dan banyaknya aktifitas orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anaknya, terutama yang berhubungan dengan aktifitas anak setelah pulang sekolah. 2) Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat, dari masyarakat

agraris menuju ke masyarakat industri. Perubahan tersebut jelas berpengaruh pada pola pikir dan cara pandang masyarakat.

3) Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika tidak dicermati, maka kita akan menjadi korban, terutama korban teknologi komunikasi.

Dari kondisi seperti itu, akhirnya para praktisi pendidikan berpikir keras untuk merumuskan suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan. Untuk memaksimalkan waktu luang anak-anak agar lebih berguna, maka diterapkan sistem full day school dengan tujuan membentuk akhlak dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai positif serta memberikan dasar yang kuat dalam belajar di segala aspek.

Beberapa nilai plus diterapkan sistem full day school bagi sekolah yang berbasis formal dan informal antara lain. Pertama, anak mendapat pendidikan umum antisipasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Kedua, anak memperoleh pendidikan keagamaan secara layak dan proporsional. Ketiga, anak mendapatkan pendidikan kepribadian yang bersifat antisipatif terhadap perkembangan sosial budaya yang ditandai dengan derasnya arus informasi dan globalisasi yang membutuhkan nilai saring. Keempat, potensi anak tersalurkan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler dan kelima perkembangan bakat, minat dan kecerdasan anak terantisipasi sejak dini melalui pantauan program bimbingan dan konseling.

Selain beberapa keunggulan tersebut, full day school juga memiliki kelebihan yang membuat para orangtua tidak khawatir terhadap keberadaan putra-putrinya, antara lain: pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah dapat dikurangi seminimal mungkin karena waktu pendidikan anak di sekolah lebih lama, terencana dan terarah, suami-istri yang


(7)

keduanya harus bekerja tidak akan khawatir tentang kualitas pendidikan dan kepribadian putra-putrinya karena anak-anaknya dididik oleh tenaga pendidik yang terlatih dan profesional, adanya perpustakaan di sekolah yang representatif dengan suasana nyaman dan enjoy sangat membantu peningkatan prestasi belajar anak, siswa mendapatkan pelajaran dan bimbingan ibadah praktis.

C. Latar Belakang Munculnya Full Day School

Munculnya sistem pendidikan full day school di Indonesia diawali dengan menjamurnya istilah sekolah unggulan sekitar tahun 1990-an, yang banyak dipelopori oleh sekolah swasta termasuk sekolah-sekolah yang berlabel keagamaan. Dalam pengertian yang ideal, sekolah-sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada sistem pembelajarannya. Namun faktanya sekolah unggulan biasanya ditandai dengan biaya yang mahal, fasilitas yang lengkap dan serba mewah, elit, lain daripada yang lain, serta tenaga-tenaga pengajar yang “professional” walaupun keadaan ini sebenarnya tidak menjamin kualitas pendidikan yang dihasilkan.

Term unggulan ini yang kemudian dikembangkan oleh para pengelola di sekolah-sekolah menjadi bentuk yang lebih beragam dan menjadi trade mark, diantaranya adalah full day school. Program full day school yang biasanya diterapkan mulai pukul 06.45-15.00 WIB membuat anak banyak menghabiskan waktunya dilingkungan sekolah bersama teman-temannya. Selain waktu yang lebih banyak, biasanya sekolah dengan sistem ini tidak terlepas dari biaya yang dikeluarkan perbulannya bagi setiap orang tua yang memasukkan anaknya di sekolah full day, karena biasanya sekolah yang menerapkan full day school biayanya jauh lebih mahal dari sekolah yang masuk biasa. Hal tersebut disebabkan karena kualitas dan kuantitas yang dimiliki sekolah dengan sistem full day school jauh lebih lengkap dan lebih baik.


(8)

Meskipun memiliki rentang waktu yang lebih panjang yaitu dari pagi sampai sore, sistem ini masih bisa diterapkan di Indonesia dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa setiap jenjang pendidikan telah ditentukan alokasi jam pelajarannya. Dalam full day school ini waktu yang ada tidaklah melulu dipakai untuk menerima materi pelajaran namun sebagaian waktunya dipakai untuk pengayaan dan kegiatan ekstrakurikuler.

D. Faktor Penunjang Full day school

Setiap sistem pembelajaran tentu memiliki kelebihan (faktor penunjang) dan kelemahan (faktor penghambat) dalam penerapannya, tak terkecuali sistem full day school. Adapun faktor penunjang dari pelaksanaan sistem ini adalah setiap sekolah memiliki tujuan yang ingin dicapai, tentunya pada tingkat kelembagaan. Untuk menuju kearah tersebut, diperlukan berbagai kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Salah satunya adalah sistem yang akan digunakan didalam sebuah lembaga tersebut.

Diantara faktor-faktor pendukung itu diantaranya adalah kurikulum. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kesuksesan suatu pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Faktor pendukung berikutnya adalah manajemen pendidikan. Manajemen sangat penting dalam suatu organisasi. Tanpa manajemen yang baik, maka sesuatu yang akan kita gapai tidak akan pernah tercapau dengan baik karena kelembagaan akan berjalan dengan baik, jika dikelola dengan baik.

Faktor pendukung yang ketiga adalah sarana dan prasarana. Sarana pembelajaran merupakan sesuatu yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar setiap hari tetapi mempengaruhi kondisi belajar. Prasarana sangat berkaitan dengan materi yang dibahas dan alat yang digunakan. Sekolah yang menerapkan full day school,


(9)

diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa.

Faktor pendukung yang terakhir dan yang paling penting dalam pendidikan dalam SDM. Dalm penerapan full day school, guru dituntut untuk selalu memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta harus memperkaya diri dengan metode-metode pembelajaran yang sekiranya tidak membuat siswa bosan karena full day school adalah sekolah yang menuntut siswanya seharian penuh berada di sekolah.

Faktor lain yang signifikan untuk diperhatikan adalah masalah pendanaan. Dana memainkan peran dalam pendidikan. Keuangan merupakan masalah yang cukup mendasar di sekolah karena dana secara tidak langsung mempengaruhi kualitas sekolah terutama yang berkaitan dengan sarana dan prasarana serta sumber belajar yang lain. E. Faktor Penghambat Full Day School

Faktor penghambat merupakan hal yang selalu ada dalam proses pendidikan, tidak terkecuali pada penerapan full day school. Faktor yang menghambat penerapan sistem full day school diantaranya :

Pertama, keterbatasan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan bagian dari pendidikan yang vital untuk menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan sarana dan prasarana yang baik untuk dapat dapat mewujudkan keberhasilan pendidikan. Banyak hambatan yang dihadapi sekolah dalam meningkatkan mutunya karena keterbatasan sarana dan prasarananya. Keterbatasan sarana dan prasarana dapat menghambat kemajuan sekolah.

Kedua, guru yang tidak profesional. Guru merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar. Keberlangsungan kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh profesionalitas guru. Akan tetapi pada kenyataannya guru mengahadapi dua hal yang dapat menurunkan profesionalitas guru. Pertama, berkaitan dengan faktor dari dalam diri


(10)

guru, meliputi pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi, dan kerukunan kerja. Kedua berkaitan dengan faktor dari luar yaitu berkaitan dengan pekerjaan, meliputi manajemen dan cara kerja yang baik, penghematan biaya dan ketepatan waktu. Kedua faktor tersebut dapat menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah.

F. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Full Day School

Setiap sistem tidak mungkin ada yang sempurna, tentu memiliki keunggulan dan kekurangan termasuk sistem full day school. Diantara keunggulan sistem ini adalah :

1) Anak anak akan mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah dengan program reguler.

2) Orang tua tidak akan takut anak akan terkena pengaruh negatif karena untuk masuk ke sekolah tersebut biasanya dilakukan tes untuk menyaring anak-anak dengan kriteria khusus (IQ yang memadai, kepribadian yang baik dan motivasi belajar yang tinggi)

3) Sistem full day school memiliki kuantitas waktu yang lebih panjang daripada sekolah biasa.

4) Guru dituntut lebih aktif dalam mengolah suasana belajar agar siswa tidak cepat bosan.

5) Meningkatkan gengsi orang tua yang memiliki orientasi terhadap hal-hal yang sifatnya prestisius.

6) Orang tua akan mempercayakan penuh anaknya ada sekolah saat ia berangkat ke kantor hingga ia pulang dari kantor

Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah: 1) Siswa akan cepat bosan dengan lingkungan sekolah 2) Siswa lebih cepat stress

3) Mengurangi kegiatan siswa dalam bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga


(11)

5) Anak-anak akan banyak kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang hidup bersama keluarganya.

G. Pengembangan Institusional Pendidikan full day school

Penerapan full day school adalah salah satu inovasi baru dalam sistem pembelajaran. Konsep dan pengembangan inovasi ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan karena mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini dipertanyakan. Maka berbagai cara dan metode dikembangkan. Penerapan full day school ini juga untuk mengembangkan kreatifitas yang mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan diberlakukannya sistem full day school, guru bisa langsung mengawasi siswa dan menilai kemampuan dibidang edukatifnya. Selain itu sistem ini juga dapat mengakrabkan guru dengan murid-muridnya.

Pembelajaran yang dilakukan pada full day school diharapkan membuat waktu anak banyak terlibat dalam kelas yang bermuara pada produktifitas yang tinggi dan siswa juga menunjukkan sikap yang lebih positif dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan karena keseharian berada di dalam sekolah dan dalam pengawasan guru. Selain itu anak jelas akan mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah dengan program reguler, orang tua tidak akan merasa khawatir, karena anak-anak akan berada seharian di sekolah yang artinya sebagian besar waktu anak adalah untuk belajar, orang tua tidak akan takut anak akan terkena pengaruh negatif.

Dalam penerapannya, sistem full day school harus memperhatikan juga jenjang dan jenis pendidikan selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen sekolah dan kesiapan program-program pendidikan agar tujuan dari diadakannya sistem ini dapat tercapai.

Seperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia jenjang formal bagi SD/MI diperuntukkan bagi usia 7-12 tahun, SMP/MTs diperuntukkan bagi anak usia 13-15 tahun dan SMA/MA diperuntukkan bagi anak usia 15-18


(12)

tahun. Jika dilihat dari life skill maka setiap jenjang memiliki orientasi yang berbeda sehingga sudah seharusnya sekolah yang menerapkan sistem full day school memerhatikan perbedaan tersebut, dimana anak-anak usia SD tentu porsi bermainnya lebih banyak daripada anak-anak usia SMA. Jangan sampai sistem ini merusak masa bermain mereka, masa dimana mereka harus berinteraksi dengan sesama, orang tua dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Pada dasarnya sistem pembelajaran full day school bukanlah hal yang baru. Sistem ini telah lama diterapkan dalam tradisi pesantren melalui sistem asrama atau pondok, meskipun dalam bentuknya yang sangat sederhana. Bahkan jika ditarik kebelakang, sistem asrama telah dipraktikkan sejak masa pengaruh Hindu-Budha pra-Islam. Sistem asrama dalam tradisi pesantren sangat kaya dengan pendidikan utuh dan integral yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan formal lainnya.

Terkait dengan itu Azizy (2000: 43) menilai: “Dalam lembaga pendidikan pada umumnya sering dikecewakan lantaran hanya mampu mewujudkan segi kognitif, sementara sangat lemah dan terkadang nihil segi afektif dan psikomotoriknya. Di pesantren ketiga bidang tersebut akan selalu dapat dipraktikkan dengan modal sistem 24 jam tadi. Justru sangat mengutamakan pengamalan, oleh karena suatu ilmu tanpa ada pengamalan dicap sebagai yang tak bermanfaat”.

Dengan diilhami oleh kelebihan sistem pondok dalam tradisi pesantren, sejumlah sekolah mulai melakukan inovasi persekolahan melalui perintisan full day school yang dalam hal-hal tertentu sangat mirip dengan pesantren dengan sejumlah modifikasi. Dengan demikian, konsep full day school merupakan modernisasi, bahkan modifikasi dari tradisi pesantren, yang dalam batas tertentu pesantren kurang menyadari substansi pola kependidikan yang diaplikasikannya karena sudah menjadi sebuah tradisi yang melekat secara inhern dalam proses transformasi keilmuanya.


(13)

SIMPULAN

Full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00. sehingga sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi. Dari makna dan pelaksanaannya, full day school sebagian waktunya digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreatifitas dan inovasi dari guru.

Sistem pembelajaran full day school bukanlah hal yang baru. Sistem ini telah lama diterapkan dalam tradisi pesantren melalui sistem asrama atau pondok, meskipun dalam bentuknya yang sangat sederhana. Bahkan jika ditarik kebelakang, sistem asrama telah dipraktikkan sejak masa pengaruh Hindu-Budha pra-Islam.

Dengan sistem ini diharapkan anak didik memiliki produktifitas yang tinggi sehingga mampu meminimalisir hal-hal negatif yang dimungkinkan dilakukan oleh anak sebagai dampak dari pergaulannya dengan lingkungannya.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Azizy, A. Qadri. Islam dan Permasalahan Sosial: Mencari Jalan Keluar. Yogyakarta: LkiS. 2000.

Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. 2009.

Basuki, Salim. Full Day School harus Proporsional Sesuai dangan jenis waktu dan jenjang sekolah dalam Baharudin. Pendidikan dan Psikologi perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruuz Media. 2009.

E. Mulyasa. Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya. 2003.

Echols, Jhon M. & Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. t. th.

Hasan, Nor. Full day School (Model Alternatif Pembelajaran bahasa Asing). Jurnal pendidikan. Tadris. Vol 1. No 1. 2006.

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. tt.

Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. 1985. Sismanto. Awal Munculnya Sekolah Unggulan. Artikel. 2013.

http://penatintamerah.blogspot.com/2013/01/pendidikan-berbasis-full-day-school.html, diakses pada tanggal 01 Mei 2013.


(1)

diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa.

Faktor pendukung yang terakhir dan yang paling penting dalam pendidikan dalam SDM. Dalm penerapan full day school, guru dituntut untuk selalu memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta harus memperkaya diri dengan metode-metode pembelajaran yang sekiranya tidak membuat siswa bosan karena full day school adalah sekolah yang menuntut siswanya seharian penuh berada di sekolah.

Faktor lain yang signifikan untuk diperhatikan adalah masalah pendanaan. Dana memainkan peran dalam pendidikan. Keuangan merupakan masalah yang cukup mendasar di sekolah karena dana secara tidak langsung mempengaruhi kualitas sekolah terutama yang berkaitan dengan sarana dan prasarana serta sumber belajar yang lain.

E. Faktor Penghambat Full Day School

Faktor penghambat merupakan hal yang selalu ada dalam proses pendidikan, tidak terkecuali pada penerapan full day school. Faktor yang menghambat penerapan sistem full day school diantaranya :

Pertama, keterbatasan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan bagian dari pendidikan yang vital untuk menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan sarana dan prasarana yang baik untuk dapat dapat mewujudkan keberhasilan pendidikan. Banyak hambatan yang dihadapi sekolah dalam meningkatkan mutunya karena keterbatasan sarana dan prasarananya. Keterbatasan sarana dan prasarana dapat menghambat kemajuan sekolah.

Kedua, guru yang tidak profesional. Guru merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar. Keberlangsungan kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh profesionalitas guru. Akan tetapi pada kenyataannya guru mengahadapi dua hal yang dapat menurunkan profesionalitas guru. Pertama, berkaitan dengan faktor dari dalam diri


(2)

guru, meliputi pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi, dan kerukunan kerja. Kedua berkaitan dengan faktor dari luar yaitu berkaitan dengan pekerjaan, meliputi manajemen dan cara kerja yang baik, penghematan biaya dan ketepatan waktu. Kedua faktor tersebut dapat menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah.

F. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Full Day School

Setiap sistem tidak mungkin ada yang sempurna, tentu memiliki keunggulan dan kekurangan termasuk sistem full day school. Diantara keunggulan sistem ini adalah :

1) Anak anak akan mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah dengan program reguler.

2) Orang tua tidak akan takut anak akan terkena pengaruh negatif karena untuk masuk ke sekolah tersebut biasanya dilakukan tes untuk menyaring anak-anak dengan kriteria khusus (IQ yang memadai, kepribadian yang baik dan motivasi belajar yang tinggi)

3) Sistem full day school memiliki kuantitas waktu yang lebih panjang daripada sekolah biasa.

4) Guru dituntut lebih aktif dalam mengolah suasana belajar agar siswa tidak cepat bosan.

5) Meningkatkan gengsi orang tua yang memiliki orientasi terhadap hal-hal yang sifatnya prestisius.

6) Orang tua akan mempercayakan penuh anaknya ada sekolah saat ia berangkat ke kantor hingga ia pulang dari kantor

Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah: 1) Siswa akan cepat bosan dengan lingkungan sekolah 2) Siswa lebih cepat stress

3) Mengurangi kegiatan siswa dalam bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga


(3)

5) Anak-anak akan banyak kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang hidup bersama keluarganya.

G. Pengembangan Institusional Pendidikan full day school

Penerapan full day school adalah salah satu inovasi baru dalam sistem pembelajaran. Konsep dan pengembangan inovasi ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan karena mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini dipertanyakan. Maka berbagai cara dan metode dikembangkan. Penerapan full day school ini juga untuk mengembangkan kreatifitas yang mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan diberlakukannya sistem full day school, guru bisa langsung mengawasi siswa dan menilai kemampuan dibidang edukatifnya. Selain itu sistem ini juga dapat mengakrabkan guru dengan murid-muridnya.

Pembelajaran yang dilakukan pada full day school diharapkan membuat waktu anak banyak terlibat dalam kelas yang bermuara pada produktifitas yang tinggi dan siswa juga menunjukkan sikap yang lebih positif dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan karena keseharian berada di dalam sekolah dan dalam pengawasan guru. Selain itu anak jelas akan mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah dengan program reguler, orang tua tidak akan merasa khawatir, karena anak-anak akan berada seharian di sekolah yang artinya sebagian besar waktu anak adalah untuk belajar, orang tua tidak akan takut anak akan terkena pengaruh negatif.

Dalam penerapannya, sistem full day school harus memperhatikan juga jenjang dan jenis pendidikan selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen sekolah dan kesiapan program-program pendidikan agar tujuan dari diadakannya sistem ini dapat tercapai.

Seperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia jenjang formal bagi SD/MI diperuntukkan bagi usia 7-12 tahun, SMP/MTs diperuntukkan bagi anak usia 13-15 tahun dan SMA/MA diperuntukkan bagi anak usia 15-18


(4)

tahun. Jika dilihat dari life skill maka setiap jenjang memiliki orientasi yang berbeda sehingga sudah seharusnya sekolah yang menerapkan sistem full day school memerhatikan perbedaan tersebut, dimana anak-anak usia SD tentu porsi bermainnya lebih banyak daripada anak-anak usia SMA. Jangan sampai sistem ini merusak masa bermain mereka, masa dimana mereka harus berinteraksi dengan sesama, orang tua dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Pada dasarnya sistem pembelajaran full day school bukanlah hal yang baru. Sistem ini telah lama diterapkan dalam tradisi pesantren melalui sistem asrama atau pondok, meskipun dalam bentuknya yang sangat sederhana. Bahkan jika ditarik kebelakang, sistem asrama telah dipraktikkan sejak masa pengaruh Hindu-Budha pra-Islam. Sistem asrama dalam tradisi pesantren sangat kaya dengan pendidikan utuh dan integral yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan formal lainnya.

Terkait dengan itu Azizy (2000: 43) menilai: “Dalam lembaga pendidikan pada umumnya sering dikecewakan lantaran hanya mampu mewujudkan segi kognitif, sementara sangat lemah dan terkadang nihil segi afektif dan psikomotoriknya. Di pesantren ketiga bidang tersebut akan selalu dapat dipraktikkan dengan modal sistem 24 jam tadi. Justru sangat mengutamakan pengamalan, oleh karena suatu ilmu tanpa ada pengamalan dicap sebagai yang tak bermanfaat”.

Dengan diilhami oleh kelebihan sistem pondok dalam tradisi pesantren, sejumlah sekolah mulai melakukan inovasi persekolahan melalui perintisan full day school yang dalam hal-hal tertentu sangat mirip dengan pesantren dengan sejumlah modifikasi. Dengan demikian, konsep full day school merupakan modernisasi, bahkan modifikasi dari tradisi pesantren, yang dalam batas tertentu pesantren kurang menyadari substansi pola kependidikan yang diaplikasikannya karena sudah menjadi sebuah tradisi yang melekat secara inhern dalam proses transformasi keilmuanya.


(5)

SIMPULAN

Full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00. sehingga sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi. Dari makna dan pelaksanaannya, full day school sebagian waktunya digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreatifitas dan inovasi dari guru.

Sistem pembelajaran full day school bukanlah hal yang baru. Sistem ini telah lama diterapkan dalam tradisi pesantren melalui sistem asrama atau pondok, meskipun dalam bentuknya yang sangat sederhana. Bahkan jika ditarik kebelakang, sistem asrama telah dipraktikkan sejak masa pengaruh Hindu-Budha pra-Islam.

Dengan sistem ini diharapkan anak didik memiliki produktifitas yang tinggi sehingga mampu meminimalisir hal-hal negatif yang dimungkinkan dilakukan oleh anak sebagai dampak dari pergaulannya dengan lingkungannya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Azizy, A. Qadri. Islam dan Permasalahan Sosial: Mencari Jalan Keluar. Yogyakarta: LkiS. 2000.

Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. 2009.

Basuki, Salim. Full Day School harus Proporsional Sesuai dangan jenis waktu dan jenjang sekolah dalam Baharudin. Pendidikan dan Psikologi perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruuz Media. 2009.

E. Mulyasa. Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya. 2003.

Echols, Jhon M. & Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. t. th.

Hasan, Nor. Full day School (Model Alternatif Pembelajaran bahasa Asing). Jurnal pendidikan. Tadris. Vol 1. No 1. 2006.

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. tt.

Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. 1985. Sismanto. Awal Munculnya Sekolah Unggulan. Artikel. 2013.

http://penatintamerah.blogspot.com/2013/01/pendidikan-berbasis-full-day-school.html, diakses pada tanggal 01 Mei 2013.