Artikel Jurnal Agrisocionomics - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

ISSN 2580-0566

AGRISOCIONOMICS
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian

http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/agrisocionomics
1(1):44-53, Mei 2017

STRATEGI PENGEMBANGAN SALAK NGLUMUT
BERSERTIFIKAT PRIMA 3 DI KABUPATEN MAGELANG
Suharso1, M.A. Legowo2 dan A. Setiadi2
1Dinas Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Tengah
2Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang
Email :suharso_bkpjateng@yahoo.co.id
Diterima 26 Januari 2017, disetujui 6 Maret 2017

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : a) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan sertifikasi, b) merumuskan strategi pengembangan Salak Nglumut
Bersertifikat Prima 3 di Kabupaten Magelang. Penelitian menggunakan metode survey. Lokasi
penelitian di Kecamatan Srumbung yang ditetapkan secara purposive sampling berdasarkan
jumlah produksi tertinggi salak. Penelitian dilakukan dari bulan Maret 2015 sampai Juni 2015.

Sampel adalah petani Salak Nglumut yang terdiri dari 89 orang petani bersertifikat dan 83
orang petani tidak bersertifikat prima 3 yang ditentukan dengan proporsional random sampling.
Penetapan responden untuk analisis strategi pengembangan menggunakan key person sebanyak
30 untuk penggalian informasi melalui FGD (Forum Group Discussion) ditentukan secara
purposive.Analisis menggunakan binary logistic dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang signifikan positif mempengaruhi keputusan petani bersertifikasi prima
3 adalah tingkat pendidikan dan pendapatan petani, sedangkan variabel umur dan luas lahan
tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Strategi pengembangan Salak Nglumut adalah
strategi yang mendukung pertumbuhan agresif dengan memanfaatkan peluang (S-O), meliputi :
a) Teknologi budidaya dan manajemen usaha diarahkan menggunakan pedoman budidaya yang
baik (Good Agricultural Practice) menuju sertifikasi produk prima; b) Penerapan standarisasi
produk (penyeragaman mutu dan ukuran salak); c) Penguatan pengembagan pasar, membuka
jaringan pemasaran dan orientasi ekspor dan d) Pengembangan usaha dan peningkatan
kapasitas produksi.
Kata Kunci :keputusan, sertfikat prima 3, salak nglumut, logit, SWOT
ABSTRACT
The aims of this study were to: a) analyze the factors that influence the farmers' decision
certifications, b) to formulate development strategy Salak Nglumut Certified Prima 3 in
Magelang. The study used a survey method. The research location Srumbung defined by
purposive sampling based on the highest production amount bark. The study was conducted

from March 2015 to June 2015. The samples were farmers Salak Nglumut consisting of 89
farmers certified and 83 farmers not certified prime 3 determined by proportional random
sampling. Determination of the respondents to the analysis of development strategies using key
persons as much as 30 for extracting information through FGD (Focus Group Discussion)
purposively. Analisis determined using binary logistic and SWOT. The results showed that the

44

Jurnal Agrisocionomics 1(1):44-53

significant factors that positively influence the farmer's decision-certified prime 3 were the level
of education and income of farmers, while the variable age and land area did not show a
significant effect. The development strategy Salak Nglumut were supported the aggressive
growth strategies by utilizing opportunities (SO), include : a) cultivation technology and
business management directed to use the guidelines good farming (Good Agricultural Practice)
towards the certification of product excellence; b) Application of product standardization
(uniformity the quality and size of the bark); c) Strengthening developing a market, open up
marketing network and export orientation and d) development of business and increase
production capacity.
Keywords: decision, prima cert 3, barking Nglumut, logit, SWOT

PENDAHULUAN

Salak nglumut merupakan komoditas
unggulan serta andalan di Kabupaten
Magelang. Jenis buah ini merupakan buah asli
Indonesia yang memiliki prospek cukup baik
untuk dikembangkan sebagai komoditi
ekspor. Keunggulan Salak Nglumut terletak
pada rasa yang khas dimana tidak dimiliki
oleh jenis salak lainnya yaitu rasa daging
buah salak yang manis meskipun umurnya
masih muda.
Tantangan yang dihadapi untuk pengembangan komoditas Salak Nglumut adalah
meningkatkan kualitas, kuantitas dan
kontinuitas produksi. Saat ini konsumen telah
menyadari arti penting mutu buah dan
keamanan pangan, oleh karena itu untuk
menghasilkan komoditas yang dapat diterima
pasar secara luas petani harus memperhatikan
dan mengikuti kaidah-kaidah dan prosedur

pelaksanaan untuk menghasilkan produk yang
berkualitas.
Upaya menghasilkan salak yang
berkualitas, dibutuhkan suatu perencanaan
proses produksi yang menjamin diperolehnya
buah sesuai dengan standard mutu yang
ditetapkan. Proses produksi tersebut meliputi
suatu serangkaian norma produksi yang baik
atau sering disebut dengan GAP (Good
Agricultural Practice) atau SPO (Standar
Prosedur Operational) salak. Dasar hukum
penerapan GAP/SPO di Indonesia adalah
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.160/11/2006, tanggal 28 November 2006 untuk komoditi buah. Ruang
Lingkup Pedoman Budidaya Buah yang Baik

Strategi Pengembangan Salak Nglumut (Suharso et al.)

meliputi (1). Lahan, (2). Penggunaan Benih
dan Varietas Tanaman, (3). Penamaan, (4).
Pemupukan, (5). Perlindungan Tanaman,(6).

Pengairan, (7). Pengelolaan/Pemeliharaan Tanaman, (8). Panen, (9). Penanganan Pasca
Panen, (10). Alat dan Mesin Pertanian, (11).
Pelestarian Lingkungan, (12). Tenaga Kerja,
(13). Fasilitas Kebersihan, (14). Tempat Pembuangan 15. Pengawasan Pencatatan dan
Penelusuran Balik (16). Sertifikasi, (17).
Pembinaan
Dalam rangka mendorong pertumbuhan
dari pengembangan usaha agribisnis buahbuahan perlu suatu acuan dalam proses
produksi dan penanganan pascapanen buahbuahan, salah satunya adalah sertifikasi.
Sertifikasi dilaksanakan oleh lembaga yang
mempunyai kewenangan malaksanakan penilaian
terhadap proses produksi usaha budidaya

tanaman
buah.
Produk
bersertifikat
menunjukkan bahwa produk tersebut telah
mengacu pada Pedoman Budidaya Buah yang
Baik/GAP, dan telah menerapkan tahapantahapan yang tertuang dalam Standard

Prosedur Operasi (SPO) dari masing-masing
komoditas buah. Permintaan pasar yang semakin
tinggi atas pangan yang sehat dan aman, belum

sepenuhnya terpenuhi karena terbatasnya
petani yang menerapkan budidaya pertanian
yang sesuai GAP/SOP (Dinas PPertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2013).
Usahatani Salak Nglumut di Kabupaten
Magelang mempunyai nilai penting dalam
meningkatkan
kesejahteraan
penduduk.
Pengembangan agribisnis salak ini sangat
prospektif, untuk menjangkau pasar yang
lebih luas menuju pasar ekspor, maka

45

sertifikasi sudah menjadi keharusan. Upaya

peningkatan produksi dan mutu buah bermutu
dalam jumlah yang mencukupi dan aman
dikonsumsi maka diperlukan tahapan
budidaya yang benar dan sertifikasi. Studi
yang dilakukan oleh Sugino dan Mayrowani
(2010) mengatakan bahwa bagi konsumen
asing sertifikat pangan organik adalah
penting, sedangkan bagi konsumen domestik
sertifikasi
itu
penting
jika
tidak
mempengaruhi harga. Sertifikat Prima 3
adalah penetapan buah salak sebagai landasan
kebijakan untuk buah ekspor. Strategi
pengembangan agribisnis salak nglumut
bersertifikat Prima 3 yang tepat akan mampu
menjaga daya saing dan eksistensi usaha.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis:

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan petani untuk melakukan sertifikasi
dan 2) Merumuskan strategi pengembangan
agribisnis Salak Nglumut Bersertifikat Prima
3 di Kabupaten Magelang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada empat
desa produksi yang sudah menerapkan
Sertifikasi Prima 3. Desa tersebut adalah
Kamongan, Kaliurang, Nglumut dan Kradenan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten
Magelang. Survei dilaksanakan dari Bulan
Maret sampai dengan Juni 2015. Responden
terdiri atas petani bersertifikat dan tidak
bersertifikat ditentukan dengan metode
proportional stratified random sampling,
masing-masing sebanyak 89 dan 82 orang

(Tabel 1). Teknik pengumpulan data untuk
mengetahui alternatif strategi dan prioritas
strategi yang layak diterapkan dalam

pengembangan agribisnis Salak Nglumut
Bersertifikat Prima 3 di Kabupaten Magelang
adalah dengan metode wawancara, kuesioner
dan Focus Group Discussion(FGD). Focus
Group Discussion (FGD) dilakukan melalui
brainstorming dan dialog dengan berbagai
pihak yang terkait dan dianggap berkompeten
terhadap permasalahan dalam pengembangan
agribisnis Salak Nglumut di Kabupaten
Magelang. Penentuan key person yang
dijadikan responden untuk menganalisis
perumusan strategi pengembangan Salak
Nglumut bersertifikat Prima 3 di Kabupaten
Magelang sebanyak 30 orang yang terdiri dari
unsur akademisi sebanyak 4 orang, petani
salak bersertifikat prima 3 sebanyak 10 orang,
pedagang/distributor salak bersertifikat prima
3 sebanyak 4 orang, instansi dinas terkait
sebanyak 8 orang, dan masyarakat terkait
sebanyak 4 orang).

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan melakukan
sertifikasi digunakan model regresi logistic
mengacu pada Saefuddin et al. (2009) :

Keterangan:
Y = Keputusan petani salak nglumut
(1= bersertifikat prima 3,
0=tidak bersertifikat prima 3)

Tabel 1. Jumlah Populasi Petani Salak
Populasi
Jumlah Sampel
Petani
Petani Tidak
Petani
Petani Tidak
No
Lokasi Desa
Bersertifikat
Bersertifikat

Bersertifikat
Bersertifikat
(orang)
(orang)
(orang)
(orang)
1 Kamongan
141
158
26
28
2 Kaliurang
443
156
50
28
3 Nglumut
125
90
14
16
4 Kradenan
80
58
9
10
Jumlah
789
462
89
82
Sumber : Data Kelompok Tani Salak, Kabupaten Magelang, 2014

46

Jurnal Agrisocionomics 1(1):44-53

X1 = Umur petani (tahun)
X2 = Luas lahan budidaya salak (ha)
X3 = Pendidikan petani(tahun)
X4 = Pendapatan petani(skor)
ß0= Konstanta
ß1-4= Koefisien regresi
u = error term
Analisis strategi pengembangan Salak
Nglumut mengunakan SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities and Threats)
(Rangkuti, 2002). Pengembangan usaha Salak
Nglumut bersertifikat Prima 3 meliputi
analisis lingkungan internal yaitu berupa
variabel kekuatan dan kelemahan serta
analisis lingkungan eksternal yang berupa
variabel peluang dan ancaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi umur,
pendidikan, luas lahan seperti ditampilkan
pada Tabel 2. Sebagian besar petani (65%)
berada pada kisaran umur 36-55 tahun. Petani
pada umur 26-35 tahun sebanyak 29 petani
(16,96%). Petani responden yang umurnya
lebih dari 56 tahun sebanyak 20 petani
(11,70%). Sedangkan petani responden yang
umurnya kurang dari 25 tahun yaitu 9 petani
(5,26%). Petani responden sebagian besar
masih dalam katagori umur produktif. Umur
petani akan mempengaruhi kemampuan fisik
dan respon terhadap hal-hal baru dalam
menjalankan usahataninya. Ada kecenderungan bahwa petani muda lebih cepat
mengadopsi suatu inovasi karena mereka
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Umur
Umur
Jumlah
Persentase
---orang ----% --≤ 25 tahun
9
5,26
26-35 tahun
29
16,96
36-45 tahun
49
28,65
46-55 tahun
64
37,43
>56 tahun
20
11,70
Jumlah
171
100,00
Sumber : Data primer diolah, 2016

Strategi Pengembangan Salak Nglumut (Suharso et al.)

mempunyai semangat untuk mengetahui halhal baru termasuk sertifikasi. Menurut
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa faktor
umur merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, makin muda usia petani, mereka lebih
cepat melakukan adopsi inovasi. Mardikanto
et al. (1996) menyampaikan bahwa semakin
tua (diatas 50 tahun), biasanya semakin
lamban mengadopsi inovasi, dan cenderung
hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
sudah biasa diterapkan secara turun temurun
atau dilakukan masyarakat setempat.
Pendidikan merupakan proses yang
dilalui seseorang dalam rangka meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Proses
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap ini bisa ditempuh melalui pendidikan
formal dan pendidikan non formal. Tingkat
pendidikan seseorang akan mempengaruhi
pola pikir seseorang dalam menghadapi
sesuatu. Pendidikan petani responden dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Formal
Kategori
Jumlah Persentase
---orang -- ---% --Tidak tamat SD
2
1,17
SD
69
40,35
SLTP/SMP
62
36,26
SLTA/SMU
32
18,71
PerguruanTinggi
6
3,51
Jumlah
171
100,00
Sumber : Data primer diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui
bahwa pendidikan formal yang ditempuh
petani responden mayoritas yaitu sebanyak 69
petani (40,35%) hanya sampai tingkat
SD/sederajat. Petani yang melanjutkan
pendidikannya sampai tingkat SLTP/sederajat
sebanyak 62 petani (36,26%) dan tingkat
SLTA/sederajat 32 petani (18,71%). Menurut
Soekartawi (1988) mereka yang berpendidikan tinggi akan relatif lebih cepat dalam
melaksanakan adopsi inovasi.
Luas lahan yang diusahakan oleh petani
akan berpengaruh pada produksi pertanian.

47

Luas lahan sawah yang dikuasai petani akan
sangat menentukan besar pendapatan yang
diperoleh dari usahatani. Luas lahan yang
diusahakan oleh petani dalam budidaya salak
dapat dilihat dari Tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan
Luas Lahan yang Diusahakan
Luas lahan
Jumlah
Persentase
---orang ----% --≤ 0,25 ha
31
18,13
0,26-0,50 ha
65
38,01
0,51-0,75 ha
43
25,15
0,76-0,99 ha
20
11,70
≥ 1 ha
12
7,02
Jumlah
171
100,00
Sumber : Data primer diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4 petani responden
sebagian besar mengusahakan lahan usahatani
dengan luas 0,26-0,50 ha yaitu sebanyak 65
petani (38,01%). Petani yang mengusahakan
lahan dengan luas kurang dari 0,51-0,75 ha
sebanyak 43 petani (25,15%). Petani yang
mengusahakan lahan dengan luas kurang dari
0,25 ha sebanyak 31 petani (18,13%). Petani
dengan luas usaha 0,76-0,99 ha sebanyak 20
petani (11,70%). Sedangkan petani yang
mengusahakan lahan usahatani dengan luas
lebih dari 1 ha masing-masing sebanyak 12
petani (7,02%). Luas lahan yang diusahakan
oleh petani relatif sempit karena biasanya
lahan yang mereka usahakan merupakan
warisan orang tua yang dibagi dengan
saudaranya. Namun ada juga petani yang
membeli sendiri dan ada juga petani yang
berhasil memperluas lahan usahatani yang
mereka usahakan. Menurut Mardikanto
(1996) semakin luas lahan usahatani biasanya
semakin cepat mengadopsi, kerena memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik.
Tingkat pendapatan petani responden
merupakan tingkat pendapatan yang diperoleh
baik dari pertanian maupun non pertanian.
Tingkat pendapatan diukur dari kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pokok
sehari-hari, pendidikan, kesehatan dan
kemampuan untuk menyisihkan uang untuk
menabung (Tabel 5).

48

Tabel 5.Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Pendapatan
Kategori
Jumlah
Persentase
---orang -- ---% --Sering kekurangan
2
1,17
Kadang kekurangan
32
18,71
Cukup
82
47,95
Kadang bisa menabung
45
26,32
Selalu bisa menabung
10
5,85
Jumlah
171
100,00
Sumber : Data primer diolah, 2016.

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian
besar petani masuk dalam kategori cukup
dalam arti petani tidak pernah kekurangan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya namun
sulit menyisihkan sebagian pendapatannya
untuk ditabung yaitu 82 petani (47,95%).
Sebesar 32,17% petani mempunyai kemampuan untuk menyisihkan uang untuk
menabung.
Petani
memiliki
sumber
pendapatan dari sektor pertanian dan non
pertanian.Selain pendapatan dari usahatani
salak, pendapatan keluarga petani juga
diperoleh
dari
berkebun,
berternak,
berdagang, menjahit, buruh bangunan, dan
sebagainya.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keputusan Petani melakukan Sertifikasi Prima
3
Pengambilan keputusan merupan bagian
dari perencanaan. Setiap keputusan merupakan rencana atau bagian dari rencana.secara
umum dapat dikatakan bahwa, pengambil
keputusan dalam keluarga petani adalah ayah
atau suami yang menjadi kepala keluarga itu
(Mardikanto,1996). Hasil analisis regresi
logistik pada Tabel 6 didapatkan persamaan:
Y =–20,199 + 0,224 X1 + 0,190 X2 + 4,283
X3 +2,671 X4
Variabel tingkat pendidikan (X3) dan
pendapatan petani (X4) secara statistik
berpengaruh positif
secara signifikan
mempengaruhi keputusan untuk bersetifikat
Prima 3 yang ditunjukkan dari nilai
signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan
variabel umur (X1) dan luas lahan (X2) tidak

Jurnal Agrisocionomics 1(1):44-53

Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Logistik
Variabel
B
SE
Wald
Sig.
Konstanta
-20.199
3.956
26.07
0.000*
Umur
0.224
0.416
0.291
0.589ns
Lahan
0.19
0.324
0.343
0.558ns
Pendidikan
4.283
0.707
36.657
0.000*
Pendapatan
2.671
0.716
13.927
0.000*
Keterangan : *) signifikansi pada derajat kepercayaan 99% (α =0,01)
ns=non signifikan
menunjukkan pengaruh secara signifikan
(P>0,05) (Tabel 6) dan Nagelkerke R Square
sebesar 0.842 menunjukkan bahwa keempat
variabel bebas (umur, lahan, pendidikan dan
pendapatan) mampu menjelaskan variasi
keputusan petani untuk berbudidaya sertifikat
prima 3 sebesar 84,2% sedangkan 15,8%
dijelaskan oleh faktor lain di luar model
Tingkat pendidikan (X3) dengan nilai
odds ratiosebesar 72,44 menunjukkan nilai
signifikansi. Artinya setiap peningkatan
pendidikan petani sebesar satu tahun maka
kecenderungan petani memutuskan untuk
budidaya salak Nglumut bersertifikat 72,44
kali. Tingkat pendidikan petani baik formal
maupun non formal akan mempengaruhi cara
berfikir yang diterapkan pada usahanya yaitu
dalam rasionalisasi usaha dan kemampuan
memanfaatkan setiap kesempatan yang
ada.Pendidikan, petani yang berpendidikan
tinggi adalah relatif lebih cepat dalam
melaksanakan adopsi inovasi.Begitu pula
sebaliknya mereka yang berpendidikan
rendah,
mereka
agak
sulit
untuk
melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat
(Soekartawi, 1988). Mardikanto (1996)
menerangkan pendidikan merupakan proses
imbal balik dari setiap pribadi manusia dalam
penyesuaian dirinya dengan alam, teman dan
alam semesta.
Variabel pendapatan (X4) dengan nilai
odds ratio sebesar 14,46 menunjukkan nilai
signifikansi. Artinya setiap peningkatan
pendapatan petani sebesar satu poin maka
probabilitas petani memutuskan untuk
budidaya salak Nglumut bersertifikat 14.46
kali. Beberapa penelitian menemukan ada
pengaruh yang signifikan antara variabel

Strategi Pengembangan Salak Nglumut (Suharso et al.)

Exp(B)
0.000
1.251
1.209
72.439
14.455

pendidikan dan pendapatan terhadap tingkat
adopsi. Soekartawi (1988) menjelaskan pendapatan petani bisa menjadi penyebab
kemauan untuk melakukan percobaan atau
perubahan dalam difusi inovasi pertanian
yang cepat sesuai dengan kondisi pertanian
yang dimiliki oleh petani.
Variabel X1 (umur) dan X2 (luas lahan)
usaha tani memberikan pengaruh yang tidak
nyata. Kusai (1997) yang menjelaskan bahwa
variabel umur bukanlah variabel yang
menentukan tingkat adopsi teknologi oleh
petani ikan. Terkait dengan luas lahan,
Saragih (2001) menyatakan bahwa ukuran
luas lahan selalu berhubungan positif dengan
tingkat adopsi petani. Semakin luas lahan
petani semakin cepat mengadopsi karena
adanya kemampuan ekonomi yang lebih baik.
Rata-rata luas lahan petani bersertifikan dan
tidak bersertifikat Prima 3 masing-masing
seluas 0,48 Ha dan 0,33 Ha. Luas lahan yang
diusahakan relatif sempit seringkali menjadi
kendala untuk mengusahakan secara lebih
efisien. Menurut Suratiyah (2006), dipandang
dari sudut efisiensi semakin luas lahan yang
diusahakan maka semakin tinggi produksi dan
pendapatan per kesatuan luasnya. Luas lahan
akan menentukan skala usahanya yang pada
akhirnya akan mempengaruhi efisiensi.
Strategi Pengembangan Salak Nglumut
Salak nglumut merupakan komoditas
unggulan serta andalan di Kabupaten
Magelang. Jenis buah ini merupakan buah
asli Indonesia yang memiliki prospek cukup
baik untuk dikembangkan sebagai komoditi
ekspor. Keunggulan Salak Nglumut terletak
pada rasa yang khas dimana tidak dimiliki

49

oleh jenis salak lainnya yaitu rasa daging
buah salak yang manis meskipun umurnya
masih muda. Berikut merupakan sub sistem
agribisnis Salak Nglumut di Kabupaten
Magelang
Pengembangan agribisnis salak Nglumut
di Kabupaten Magelang ditetapkan target
sebagai berikut : (1) Produktivitas per rumpun
tanaman produktif sebesar 15 kg/th, (2)
Ukuran Besar Kelas A (8 – 12 buah per kg)
dicapai 60% produksi per rumpun, (3) Ukuran
Sedang Kelas B (13 – 17 buah per kg)
dicapai 30% produksi per rumpun, (4) Ukuran
Kecil Kelas C (18 – 22 buah per kg) dicapai
10 produksi per rumpun dan (5) Tingkat
kemasakan buah minimal 70 %. Panen
dilaksanakan tiga kali dalam setahun. Panen
raya biasanya jatuh pada bulan DesemberJanuari, panen sedang pada bulan Mei-Juni
sedangkan panen kecil pada bulan MaretApril. Pemanenan dilaksanakan oleh pemilik
lahan dan atau tenaga kerja luar keluarga.
Analisis SWOT (Strenght, Weakness,
Opportunity, threat) digunakan untuk
merumuskan alternatif strategi pengembangan
Salak Nglumut bersertifikat Prima 3 di
Kabupaten Magelang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengembangan
usaha
diidentifikasi dengan menyusun matriks

internal dan eksternal (Tabel 7).
Matriks eksternal digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi
eksternal perusahaan yang terdiri dari peluang
(opportunity) dan ancaman (threat) yang
dihadapi (Tabel 7). Berdasarkan hasil
penilaian matrik IFAS (Internal Factor
Analisis
Summary)
pada
Tabel
7
menunjukkan angka total skor pada faktor
kekuatan sebesar 1,88 dan skor pada
kelemahan sebesar 1,25. Hal ini menunjukkan
bahwa pengembangan agribisnis Salak
Nglumut Kabupaten Magelang memiliki
kekuatan yang lebih besar dibandingkan
dengan kelemahannya dengan selisih sebesar
0,62. Sementara untuk identifikasi faktor
eksternal yang ditunjukan pada Tabel 8
diketahui bahwa skor peluang sebesar 2,20
dan skor pada ancaman sebesar 0,91 sehingga
menunjukkan bahwa peluang pengembangan
Salak Nglumut lebih besar dari ancaman
dengan selisih 1,29.
Berdasarkan Tabel 7 dan 8 tersebut,
selanjutnya diplotkan pada gambar/ilustrasi
analisis diagram. Pada diagram analisis
SWOT, sumbu X adalah selisih antara
kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu Y
adalah selisih antara peluang dan ancaman.
Selisih skor dari faktor kekuatan, kelemahan,

Tabel 7. Matriks IFAS ( InternalFactor Analysis Summary)
Faktor – faktor Strategi Internal
Bobot
Kekuatan (strenght)
1. Produk salak nglumut mempunyai keunggulan
0,15
karakteristik
2. Ketersediaan SDM besar
0,14
3. Pengalaman petani budidaya salak sudah
0,14
ditekuni cukup lama
4. Sarana teknologi pasca panen (packing house)
0,14
Total
0,57
Kelemahan (weakness)
1. Luas lahan sempit
2. Belum menerapkan standar mutu produk
3. Belum memanfaatkan packing house secara
optimal
4. Kelembagaan kelompok tani belum optimal
Total

50

Rating

Nilai

3,53

0,53

3,10

0,43

3,33

0,47

3,20

0,45
1,88

0,11
0,11

3,07
3,10

0,34
0,34

0,11

2,83

0,31

0,10
0,43

2,63

0,26
1,25

Jurnal Agrisocionomics 1(1):44-53

Tabel 8. Matriks EFAS (External Factor Analysis Summary)
Faktor – faktor Strategi Eksternal
Bobot
Peluang (Opportunity)
1. Permintaan produk bersertifikat semakin tinggi
0,15
2. Dukungan pemerintah dengan fasilitasi sertifikasi
0,14
produk dan promosi
3. Ketersediaan jaringan pemasaran
0,13
4. Akses informasi pasar mudah
0,12
5. Sarana Prasarana memadai
0,12
Total
0,66
Ancaman (Threat)
1. Adanya siklus bencana alam lima tahunan
(dampak gunung meletus)
2. Pemalsuan produk bersertifikat
3. lahan ditanami komoditi lain
Total
peluang dan ancaman, diperoleh koordinat
(0,62 ; 1,29) digunakan dalam penentuan
posisi Salak Nglumut pada diagram SWOT
seperti ditunjukkan pada Ilustrasi 1.
Menurut Rangkuti (2002), kuadran I
pilihan strateginya adalah aggresive strategy
atau strategi SO (strenghts–opportunities),
kuadran II pilihan strateginya adalah
diversification strategy atau strategi ST
(strengths-threats), kuadran III pilihan
strateginya adalah improvement strategy atau
strategi WO (weaknesses-opportunities), dan
kuadran IV pilihan strateginya adalah defense
dan survival strategy atau strategi WT
(weaknesses-threats).
Berdasarkan
hasil
diagram Ilustrasi 1. dapat diketahui bahwa

Rating

Nilai

3,57
3,50

0,54
0,49

3,40
3,23
2,87

0,44
0,39
0,34
2,20

0,12

3,30

0,40

0,11
0,11
0,34

2,47
2,23

0,27
0,25
0,91

perusahaan berada dalam kuadran I. Strategi
yang sebaiknya digunakan adalah strategi
yang mendukung pertumbuhan agresif
dengan memanfaatkan peluang yang ada
diuraikan pada Tabel 9.
Berdasarkan analisis matrik SWOT pada
Tabel 9 alternatif strategi yang digunakan
yaitu strategi kekuatan dan peluang (strategi
S-O). Strategi ini dibuat berdasarkan jalan
pikiran
perusahaan
yaitu
dengan
menggunakan seluruh kekuatan untuk
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya
(Rangkuti, 2002). Strategi S-O meliputi:
Teknologi budidaya dan manajemen usaha
diarahkan menggunakan pedoman budidaya
yang baik (good Agricultural Practice)
menuju sertifikasi produk prima, Penerapan
standarisasi produk (penyeragaman mutu dan
ukuran salak), penguatan pengembangan
pasar, membuka jaringan pemasaran dan
orientasi ekspor, pengembangan usaha dan
peningkatan kapasitas produksi.
KESIMPULAN

Ilustrasi 1.Diagram SWOT

Strategi Pengembangan Salak Nglumut (Suharso et al.)

Berdasarkan hasil penelitian dapat
diambil kesimpulan bahwa hasil analisis
regresi logistik menunjukan bahwa faktor
pendidikan dan pendapatan petani memiliki
pengaruh terhadap pengambilan keputusan

51

Tabel 9. Formulasi Analisis Matrik SWOT
IFAS Kekuatan (Strenght)
(Internal Factor 1. Produk salak nglumut mempunyai
Analisis Strategy) keunggulan karakteristik
2. Ketersediaan SDM besar
3. Pengalaman petani budidaya salak sudah
EFAS
ditekuni cukup lama
(Eksternal Factor
4. Sarana teknologi pasca panen (packing
Analisis Strategy)
house)
Peluang (Opportunity)
Strategi S-O
1. Permintaan produk bersertifikat 1.Teknologi budidaya dan manajemen usaha
diarahkan menggunakan pedoman budidaya
prima 3 semakin tinggi
2. Dukungan pemerintah dengan
yang baik (Good Agricultural Practice)
fasilitasi sertifikasi produk
menuju sertifikasi produk prima
3. Ketersediaan jaringan pemasaran 2. Penerapan standarisasi produk
4. Akses informasi pasar mudah
(penyeragaman mutu dan ukuran salak)
5. Sarana prasarana memadai
3. Penguatan pengembagan pasar, membuka
jaringan pemasaran dan orientasi ekspor
4. Pengembangan usaha dan peningkatan
kapasitas produksi
petani dalam penerapan budidaya salak
nglumut bersertifikat prima 3. Hasil analisis
SWOT Matriks menunjukan bahwa posisi
usaha agribisnis Salak Nglumut Bersertifikat
Prima 3 di Kabupaten Magelang berada pada
kuadranI. Strategi yang sebaiknya digunakan
adalah strategi yang mendukung pertumbuhan
agresif dengan memanfaatkan peluang (S-O)
meliputi strategi : (a) Teknologi budidaya dan
manajemen usaha diarahkan menggunakan
pedoman budidaya yang baik (Good
Agricultural Practice) menuju sertifikasi
produk prima, (b) Penerapan standarisasi
produk (penyeragaman mutu dan ukuran
salak), (c) Penguatan pengembagan pasar,
membuka jaringan pemasaran dan orientasi
ekspordan (d) Pengembangan usaha dan
peningkatan kapasitas produksi
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2013. Kabupaten Magelang Dalam
Angka Tahun 2013, Badan Pusat
Statistik.Magelang
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura.2013, Standar Operasional
Prosedur Salak Nglumut. Semarang

52

Kusai. 1997. Tingkat Adopsi Petani Ikan
Terhadap Teknologi Budidaya Ikan
Dalam Keramba Terapung (Kasus di
Kecamatan Bangkinang Barat Kabupaten
Kampar Propinsi Riau). Jurnal Penelitian
Universitas Riau, 1 (1) : 76-80.
Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret.
University Press. Surakarta.
Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Saefuddin, A., K.A. Notodipuro, A. Alamudi
dan K. Sadik. 2009. Statistika Dasar.
Gramedia. Jakarta.
Said, M. dan Intan. 2004. Manajemen
Agribisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Saragih.(2001). Penyuluhan, Petunjuk Bagi
Penyuluh Pertanian. Erlangga: Jakarta.
Sugino, T. and H. Mayrowani. 2010.
Perspective of Organik Vegetable
Production in Indonesia under the
Regional Economic Integration
Case
study in West Java
, Sutheast
Agriculture-Opportunities and Challenges under Economic Integration.
JIRCAS Working Report.

Jurnal Agrisocionomics 1(1):44-53

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi
Pertanian. Universitas Indonesia Jakarta

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar
Swadaya. Jakarta

Strategi Pengembangan Salak Nglumut (Suharso et al.)

53

Dokumen yang terkait

AKIBAT HUKUM PENOLAKAN WARISAN OLEH AHLI WARIS MENURUT KITAB UNDANG - UNDANG HUKUM PERDATA

7 73 16

EVALUASI TARIF ANGKUTAN ANTAR KOTA TRAYEK TERMINAL LEMPAKE / SAMARINDA - TERMINAL SANGATTA BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN

4 108 15

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI FUROSEMID - SPIRONOLAKTON PADA PASIEN GAGAL JANTUNG (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

15 131 27

Pola Mikroba Penyebab Diare pada Balita (1 bulan - 5 tahun) dan Perbedaan Tingkat Kesembuhan Di RSU.Dr.Saiful Anwar Malang (Periode Januari - Desember 2007)

0 76 21

KONSTRUKSI BERITA MENJELANG PEMILU PRESIDEN TAHUN 2009 (Analisis Framing Pada Headline Koran Kompas Edisi 2 juni - 6 juli 2009)

1 104 3

PEMAKNAAN MAHASISWA PENGGUNA AKUN TWITTER TENTANG CYBERBULLY (Studi Resepsi Pada Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2010 Atas Kasus Pernyataan Pengacara Farhat Abbas Tentang Pemerintahan Jokowi - Ahok)

2 85 24

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN BESAR DAN MENENGAH PADA TINGKAT KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2006 - 2011

1 35 26

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

Kerjasama Kemanan Antara Autralia - Indonesia Dalam Mengataasi Masalah Terorisme Melalui Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

1 25 5

Hemoprotein dalam Tubuh Manusia | Kadri | Jurnal Kesehatan Andalas

0 1 9