Sikap Guru Bahasa Indonesia terhadap Mus

BUKU pROSIDING

KONFERENSI NASIONAL KE-2
ASOSIASI PROGRAM PASCASARJANA
PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH (APPPTM)
Jum’at – Ahad, 8-10 MEI 2015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU SULAWESI TENGAH
2015 M/1436 H
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM)

i

KONFERENSI NASIONAL KE-2
ASOSIASI PROGRAM PASCASARJANA PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH
(APPPTM)
Buku Prosiding
KONFERENSI NASIONAL KE-2
Oleh: Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM)
Volume 1, xiv + 1-948 halaman, 170 x 250 mm


Editor:

Cover & Layout:
Komar Yusuf

Cetakan Pertama, 2015
Di Cetak di Yogyakarta
ISBN:

Diterbitkan oleh:
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM)

ii

Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H

Kata Pengantar

Buku ini merupakan hasil penelitian dari mahasiswa dan dosen program

pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia yang
diselenggarakan di Palu, Sulawesi Tengah pada tanggal 8 – 10 Mei 2015 . Hasil
penelitian mahasiswa dan dosen berasal dari berbagai bidang ilmu: ilmu
pendidikan, ilmu teknik, ilmu administrasi publik, ilmu politik, ilmu psikologi,
ilmu farmasi dan lain sebagainya.
Dengan terbitnya buku ini diharapkan dapat menjadi cermin dari
tahapan penting dari penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Asosiasi
Pengelola Program Pascasarjana mengucapkan terimakasih kepada semua pihak,
terutama editor yang telah meluangkan waktunya untuk mereview dan mengedit
buku sehingga dapat ditampilkan dalam bantu buku baik hard book maupun ebook. Harapan kami, sebagai pengelola pascarjana dapat secara terus menerus
meningkatkan suasana dan kualitas akademik program Pascasarjana Perguruan
Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia.
Sebagai sebuah produk hasil penelitian, kami mengharapkan buku ini
dapat menjadi rujukan bagi peneliti-peneliti sejenis baik di dalam negeri maupun
di luar negeri dalam bentuk jumlah sitasi yang meningkat. Dengan semakin
meningkatnya jumlah sitasi, maka semakin penting penelitian tersebut.
Segala kekurangan dapat disampaikan kepada kami.

Yogyakarta, 14 September 2015


Prof. Dr. Khuzaifah Dimyati, M.Hum
Ketua Asosiasi Pascasarjana
Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia

Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM)

iii

Daftar Isi

Chapter 1. Pendidikan ~ 1
Sikap Guru Bahasa Indonesia Terhadap Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(Mgmp)
Suwartono ~ 3
Perbedaan Kemampuan Kognitif Siswa dengan Penerapan Pendekatan Saintiik
dan Problem Based Learning di Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bengkulu.
Neni Murniati ~ 13
Pendidik Berkepribadian Rahmahdalam Al-Qur’an; Telaah Psikologis Dalam
Ayat-Ayat Rahmah
Idi Warsah ~ 15

Evaluasi Program Wajib Belajar 9 Tahun pada Sekolah Negeri dan
Sekolah Swasta (Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar
Muhammadiyah di Kota Yogyakarta)
Iyan Fathul Khoeriyah dan Achmad Nurmandi ~ 41
Model Penjaminan Mutu Pembelajaran Pada Perguruan Tinggi Muhammadiyah
Eko Supriyanto ~ 43
Peran Spiritualitas Dalam Kinerja Guru Di Lembaga Pendidikan
Muhammadiyah
Imron ~ 45
Pendidikan Keluarga Muslim Minoritas ~ 67
Yusron Masduki ~ 67
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Motivasi
Belajar dan Kemampuan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VI SD Negeri I
Karangreja Kabupaten Purbalingga
Dasiman ~ 95
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM)

Iman Sebagai Basis Penguatan Pendidikan Muhammadiyah ~ 119
Muhammad Anis ~ 119
Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Dan Kecerdasan Spiritual (SQ) Dosen

terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa dengan Kompetensi Dosen sebagai
Variabel Moderator di Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon ~ 139
Etty Ratnawati ~ 139
Bahan Ajar Berbasis Multimedia Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk
Siswa Cerdas Istimewa
Sujinah ~ 159
Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013 Berbasis Lesson Study
di SMP ~ 179
Sutama, Sabar Narimo, dan Samino ~ 179
Konsep Diri dan Religiusitas Remaja Yatim: Studi Kasus Remaja Yatim di
Kabupaten Magelang
Syahrul dan Arif Budi Raharjo ~ 191
Keterkaitan Akhlak Dan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa SMP Dalam
Pendidikan Berbasis Budaya Islam
Akhmad Jazuli ~ 211

i

Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H


S)KAP GURU BA(ASA )NDONES)A TER(ADAP
MUSYAWARA( GURU MATA PELAJARAN MGMP

Suwartono*

ABSTRAK
Tidak
diragukan,
jika
wadah
Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) dimanfaatkan sebagaimana
mestinya
maka
akan
mampu
memberdayakan diri para guru. Namun
demikian, sebagian guru beranggapan
bahwa kegiatan MGMP kurang

memberikan manfaat dan hanya buangbuang waktu. Jika hal ini benar, maka
hakikat diadakannya MGMP tidak
akan berhasil. Pandangan sesungguhnya
dari para guru mengenai wadah MGMP
mereka ini perlu dikuak untuk kemudian
disikapi dengan solusi yang tepat.
Makalah ini menyajikan hasil survei
yang dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran sikap guru bahasa Indonesia
SMP di kota Purwokerto, Jawa tengah,
terhadap wadah MGMP mereka dan
mengidentiikasi faktor-faktor yang
melatarbelakangi sikap mereka. Survei
melibatkan sampel sebanyak 27 orang
guru bahasa Indonesia dari 13 SMP/
MTs negeri dan swasta di wilayah
Purwokerto kota. Data dihimpun
menggunakan angket, wawancara,
dan dokumen. Secara umum, hasil
penelitian survei ini menunjukkan

bahwa guru bahasa Indonesia SMP
di kota Purwokerto bersikap positif

terhadap MGMP di lingkungan kerja
mereka. Guru yang bersikap negatif
terhadap MGMP mereka hanya 7%.
Dimungkinkan mereka ini adalah
anggota MGMP yang justru menantang
dan berwawasan, sehingga merasa tidak
puas dengan kekurangan-kekurangan
yang ada pada MGMP sebagai wadah
mereka berorganisasi dalam profesi.
Kekurangan-kekurangan utama MGMP
bahasa Indonesia SMP di Purwokerto
diantaranya
soal
ketidaktepatan
waktu,
kekurangsemarakan
dan

kurangnya daya pikat kegiatan, dan
isu
kekurangsimpatikan
anggota
terhadap anggota lain. Hasil survei
ini perlunya pihak terkait, utamanya
Dindik setempat untuk memberikan
pembinaan rutin bagi pengurus dan
anggota MGMP, dalam hal menyikapi
kendala dan kekurangan yang ada dalam
program/kegiatan dan pelaksanaannya,
sehingga dengan demikian para guru
lebih maksimal dalam keterlibatan
yang berujung pada peningkatan
pemberdayaan diri dan profesionalisme
sebagaimana diharapkan.
Kata kunci: sikap,
Indonesia, MGMP.

guru,


bahasa

____________________
* Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.Email: suwarttono2006@yahoo.co.id
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM)

PENDAHULUAN
Guru merupakan salah satu unsur
sentral pendidikan. Jika ingin usaha
pendidikan berhasil maka nomor
satu adalah upaya peningkatan
kualitas guru. Tidak heran jika
di berbagai belahan dunia, upaya
peningkatan dan pengembangan
profesi guru sangat diperhatikan.
Di Indonesia sendiri upaya peningkatan dan pengembangan profesi guru semakin terasa santer pada
dekade terakhir. Berbagai pola telah
dan masih terus dicobakan dalam

kaitannya dengan hal ini. Di dalam
program sertiikasi guru saja telah
dilakukan beberapa kali perbaikan
pola, mulai dengan sistem portofolio
hingga diklat (PLPG) dan sebagian
lagi telah ada yang melaksanakan
pendidikan profesi (PPG).
Lalu, muncul pertanyaan yang
menggelitik. Cukupkah programprogram seperti itu mampu menjadikan para guru profesional dan
berkualitas prima? Jika awalnya sistem portofolio telah menuai banyak
kritik, demikian pula dengan PLPG
yang dipandang sebelah mata oleh
sebagian pihak. Bahkan di dalam
program terkini PPG pun tidak ada
jaminan para guru peserta program
tersebut akan menjadi langsung
berkualitas sebagaimana menjadi
tujuan awalnya. Tidak cukup waktu
dan ruang untuk menjadikan guru
berkualitas dan profesional dalam
waktu 1 tahun di antara temboktembok ruang pendidikan.

Di luar itu, Pemerintah dan pihakpihak terkait juga menyelenggarakan
program-program pelatihan, workshop, lokakarya, seminar dan
sebagainya tentunya untuk maksud
yang sama – meningkatkan mutu
dan profesionalisme guru. Namun,
lagi-lagi, berbagai keterbatasan tetap
ada. Upaya-upaya semacam itu
kerap tidak menjangkau guru secara
merata dengan berbagai alasan,
misalnya kendala waktu, jarak, dan
dana. Untuk itu, dibutuhkan upaya
yang tidak dibatasi waktu, masalah
jarak, dan biaya tinggi. Disinilah
MGMP diharapkan menjadi solusi
yang mampu memberdayakan
diri guru sendiri tanpa harus menunggu bantuan dari pihak lain
(Suwartono dan Nurianti, 2013).
Jika dari Pemerintah entah pusat
atau setempat dan pihak-pihak
lain yang terkait tidak sedang
menggelontorkan kegiatan dan
mengucurkan dana, maka mereka
tetap bisa melakukan aktivitas yang
menunjang kompetensi profesional
dan kualitas secara bersama-sama.
Sementara itu, dalam penelitiannya,
Sugiyanti (2014) menyimpulkan
bahwa sebagian guru memiliki
persepsi positif terhadap peran
MGMP. Guru juga memiliki
harapan agar MGMP lebih intensif
menyelenggarakan pelatihan guru.
Selama ini dari pantauan di
lapangan, kegiatan guru di dalam
wadah Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP), termasuk

Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H

MGMP Bahasa Indonesia kerap
kurang bergairah. Pertemuan rutin
mingguan yang telah dijadwalkan
kerap tidak berjalan. Pertemuan
mereka teramati sebagai pertemuan
insidental jika ada gelontoran
kegiatan dan kucuran dana dari
Pemerintah dan perguruan tinggi
atau pihak-pihak lain yang terkait.
Kerap terdengar alasan guru tidak
berpartisipasi dalam kegiatankegiatan yang mengarah kepada
pengembangan diri mereka sendiri
di luar kegiatan rutin di kelas
dan sekolah pada umumnya. Jika
waktu yang mereka persoalkan,
lalu bagaimana dengan jadwal
kegiatan pengembangan diri yang
telah disediakan pada hari tertentu.
Jika dana yang mereka hadapi
bagaimana dengan kesejahteraan
guru yang semakin baik, terutama
mereka yang telah menjadi pegawai
negeri sipil dan telah memperoleh
tunjangan sertiikasi. Belum lagi,
kerap kali kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan dalam wadah
MGMP didanai oleh pihak-pihak
pemangku kepentingan. Rupanya
ada yang tersembunyi di balik
sepinya aktivitas MGMP dan
partisipasi para anggotanya yang
menarik untuk dicermati. Salah
satu hal yang mendesak untuk
diinvestigasi adalah sikap para
anggota MGMP. Sikap mereka
menentukan kuat atau lemahnya
dukungan terhadap eksistensi
MGMP.

Sikap manusia terdiri dari 3 aspek,
yaitu pikiran (kognitif ), emosi
(afektif ), dan tendensi bertindak
(konatif ) (Azwar: 1995). Intensitas
masing-masing aspek bisa berbedabeda. Aspek konatif sebagai aspek
pengiring. Sebagai aspek pengiring
aspek konatif tidak selamanya sejalan
dengan aspek kognitif dan aspek
afektif. Faktor yang mempengaruhi
sikap sangat beragam diantaranya
pengalaman, keyakinan, pengaruh
orang lain yang dianggap penting,
kebudayaan, media masa, emosi
pribadi dan pendidikan.
Sebagian penelitian menunjukkan
bahwa sikap memiliki kaitan erat
dengan perilaku, namun sebagian
lainnya tidak demikian. Dalam
survei persepsi (kognitif ) guru
bahasa Inggris terkait dengan
peran mereka sebagai guru bahasa,
Suwartono (2009) menyimpulkan
bahwa di dalam kenyataannya kinerja para guru responden sebagian
tidak sesuai dengan respon yang
terjaring melalui angket persepsi.
Misalnya, melalui angket mereka
memberikan respon bahwa sebagai
guru bahasa melakukan penelitian
penting, namun di dalam praktiknya
umumnya mereka nyaris tidak
melakukan penelitian. Kerumitan
sikap manusia ini menjadikannya
jauh dari konklusif hingga kini.
Meskipun rumit, pengkuran sikap
tetap dapat dilakukan.
Ada dua komponen yang mutlak
diperhatikan di dalam pengukuran

Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM)

sikap. Pertama, komponen sikap
sendiri, yang terdiri dari tiga aspek
sebagaimana disebutkan diatas.
Di dalam penyiapan butir-butir
instrumen ketiga aspek dalam
sikap harus dipikirkan secara berhati-hati. Kedua, objek sikap.
Misalnya, yang menjadi objek sikap
adalah merokok di tempat umum.
Siapa yang merokok, siapa yang
mengeluarkan peraturan merokok
dan tempat-tempat merokok merupakan sebagian ikhwal merokok
di tempat umum yang mestinya
diperhitungkan.
Dari uraian di atas dipandang perlu
untuk dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan
sikap guru bahasa Indonesia SMP/
MTs di Purwokerto, Jawa Tengah,
terhadap wadah MGMP mereka
dan mengidentiikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi sikap mereka.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
survei yang melibatkan sampel
27 orang guru mata pelajaran
bahasa Indonesia dari 13 SMP/
MTs baik negeri maupun swasta
di Purwokerto, Jawa Tengah. Guru
bahasa Indonesia yang tersedia
“disitu” dan bersedia untuk dijadikan
sebagai responden diminta untuk
menjadi responden penelitian ini
(convenience sampling). Selain itu,
diperhatikan pula keterwakilan
sampel dengan mempertimbangkan
populasi guru sekolah negeri dan

swasta.
Data dihimpun melalui angket,
wawancara, dan dokumen/ars-ip.
Angket digunakan untuk menghimpun data sikap para guru
responden. Wawancara dilakukan
untuk menghimpun informasi yang
melatarbelakangi sikap tertentu
dari guru responden. Wawancara
juga dilakukan kepada pengurus
MGMP, khususnya ketua, untuk
mendapatkan informasi penting berkaitan dengan kepengurusannya.
Dan, dokumen atau arsip berupa
foto-foto kegiatan MGMP, daftar
hadir, notulen pertemuan dan
sebagainya digunakan sebagai data
pendukung. Sebagai upaya jaminan
mutu instrumen pengumpulan
data ditempuh melalui validitas
logika (logic validity). Adapun
prosedurnya adalah terlebih dulu
merancang kisi-kisi. Dari variabel
sikap kisi-kisi dikembangkan dengan menentukan aspek-aspek/
demensi-demensi sikap, dan dari
masing-masing aspek kemudian
diturunkan
indikator-indikator
atau langsung kedalam butirbutir pertanyaan atau pernyataan
sikap. Sebagai contoh, untuk aspek
konatif sikap digunakan pernyataan
“Karena agendanya tidak jelas,
maka saya sering tidak hadir ketika
mendapatkan undangan MGMP”
(selengkapnya terlampir).
Wawancara semi-terstruktur dilakukan oleh peneliti yang dibantu
oleh 2 orang guru yang dilibatkan

Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H

dalam penelitian ini. Dua orang
guru tersebut dilatih untuk melakukan wawancara responden
dan dilengkapi dengan pedoman
wawancara.
Data yang terhimpun melalui
angket disusun dalam distribusi
frekuensi serta dicari reratanya. Data
hasil wawancara dikategorisasikan
ke dalam tema-tema dan persentase.
Daftar hadir, notulen pertemuan,
dan foto-foto kegiatan MGMP
dicross-check untuk dijadikan sebagai bahan pendukung analisis
data maupun pembahasan.
Sesuai dengan tujuan penelitian,
dalam penelitian ini dianalisis:
1) rerata skor sikap; 2) aspek
dalam MGMP yang paling memberikan pandangan negatif bagi
guru responden dengan cara
mencermati butir angket mana saja
yang mendapatkan penilaian 1, 2,
atau 3 – guna perbaikan MGMP
kedepan; 3) asal sekolah responden
yang menunjukkan kecenderungan
memberikan penilaian kurang –
yang diharapkan bisa menjelaskan
tingkat
partisipasi
guru-guru
sekolah tertentu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Skor Sikap Guru terhadap
MGMP
Berdasarkan data yang terhimpun
melalui angket dapat dilaporkan
hasil berikut. Responden, yaitu guru

bahasa Indonesia SMP/MTs baik
negeri maupun swasta di Purwokerto,
yang mengisi dan menyerahkan
kembali angket berjumlah 27
orang. Dari angket yang memuat
12 butir pernyataan dengan 5 opsi
tanggapan diasumsikan diperoleh
skor sikap terendah 12 (20%) dan
tertinggi 60 (100%). Rerata skor
diketahui sebesar 81.3%. Dengan
menggunakan 5 jenjang predikat,
mulai yang terendah “sangat
buruk” hingga tertinggi “sangat
baik”, maka rerata skor tersebut
dapat dikategorikan “sangat baik”.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa berdasarkan data yang
terjaring melalui angket, sikap guru
bahasa Indonesia jenjang SMP yang
tergabung dalam MGMP bahasa
Indonesia di kota Purwokerto
umumnya sudah sangat baik
terhadap wadah MGMP mereka.
Sementara itu, data hasil wawancara
dengan sejumlah guru responden
menunjukkan bahwa MGMP
dipandang masih diperlukan keberadaannya dengan alasan sebagai ajang pengembangan diri. Namun demikian, sebagian
responden merasa MGMP belum
berjalan maksimal. Kegiatan yang
diselenggarakan agaknya belum
sepenuhnya menggairahkan keterlibatan para anggotanya. Kegiatan
yang “hanya itu-itu saja” boleh
jadi menjadi penyebab kurangnya
kegairahan anggota untuk hadir dan
mengikuti setiap kegiatan. Seorang

Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM)

guru bahasa Indonesia dari sebuah
SMP negeri menuturkan “MGMP
perlu ditingkatkan lagi, terutama
untuk pendalaman materi dan PTK.
Tenaga ahli bisa diambilkan dari
luar”. Ini menunjukkan perlunya
kegiatan yang variatif dan lebih
berkualitas.
Ditilik dari jumlah responden
yang memberikan respon kurang
meyakinkan, yaitu dengan skor ratarata hanya dibawah 50% terdapat
2 orang dari keseluruhan sampel
(kurang dari 10%) yang berasal dari
2 sekolah. Kedua sekolah tersebut
terdiri dari 1 sekolah negeri dan 1
sekolah swasta. Hal ini memperkuat
temuan bahwa sikap guru bahasa
Indonesia tingkat SMP di wilayah
Purwokerto kota terhadap keberadaan MGMP di lingkungan kerjanya secara umum sudah baik,
bahkan, sangat baik.
2. Sorotan Guru terhadap
MGMP
Dari angket terungkap bahwa dari
12 butir angket yang diajukan

hanya terdapat 1 butir angket yang
luput dari penilaian negatif dari
keseluruhan responden, yaitu butir
mengenai keterurusan organisasi.
Diantara 11 butir yang mendapatkan
sorotan negatif dari responden,
sehingga perlu mendapatkan perhatian adalah yang menyangkut soal
kekurangsimpatikan para anggota
di mata anggota lainnya dengan
22.2% responden; diikuti masalah
kurang
semaraknya
aktivitas,
kurangnya daya pikat aktivitas,
dan transparansi kepengurusan,
masing-masing 10.7% dari jumlah
responden. Hal-hal lainnya kurang
dipersoalkan, dengan masingmasing kurang dari 10%. Karena
tidak satu pun aspek mendapatkan
sorotan negatif lebih dari 50%
responden, maka dapat dikatakan
bahwa secara umum pandangan
responden terhadap keberadaan
MGMP selama ini positif. Empat
hal pada MGMP yang paling
dikeluhkan
tergambar
dalam
diagram berikut:

Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H

Sementara itu, dari wawancara
terhadap sejumlah responden diketahui kendala paling dikeluhkan
oleh anggota MGMP bahasa
Indonesia tingkat SMP pada
umumnya adalah soal pelaksanaan
kegiatan yang sering tidak tepat
waktu. Umumnya anggota tidak
bisa menepati waktu undangan
pertemuan. Hal ini dibenarkan oleh
seorang pengurus, tepatnya Ketua
MGMP bahasa Indonesia SMP di
lingkungan Klaster 01, MKKS 01
sebagaimana dalam pernyataannya
berikut: “Sebagai Ketua MGMP,
sesuatu yang paling sulit saya lakukan
adalah mengajak anggota untuk
disiplin waktu. Pasti banyak alasan
yang muncul. Mau ditegasi nanti
mbok tidak jalan. Selama menjadi
pengurus MGMP, saya tidak suka
kalau ada anggota yang bermalasmalasan, tidak mengikuti kegiatan
sepenuhnya, hanya asal berangkat.”
Lebih lanjut, ia menyoroti tugas
yang diberikan kepada anggota
sering tidak dikerjakan.

perilaku anggota yang kurang
simpatik.
3. Sikap Negatif Guru terhadap
MGMP dan Asal Sekolah

Dapat disimpulkan, baik menurut
data
angket
maupun
hasil
wawancara di atas bahwa bagi guru
bahasa Indonesia jenjang SMP di
Purwokerto tidak terdapat hal yang
sangat dipersoalkan dalam wadah
MGMP mereka, sehingga mereka
tetap bersikap positif. Barangkali
yang perlu mendapatkan perhatian
dari pengurus MGMP untuk
perbaikan kedepan adalah masalah

B. Pembahasan Hasil

Dari data yang ada, terdapat 2 orang
responden yang memberikan respon
cenderung negatif terhadap MGMP
di lingkungan kerja mereka. Dua
orang guru tersebut bekerja di SMP
Negeri 9 Purwokerto dan SMP AlIrsyad Al-Islamiyah Purwokerto.
Skor sikap mereka di bawah angka
50.
Jika dilihat responden sebagai
anggota MGMP yang lain
umumnya bersikap positif hingga
sangat positif, maka dimungkinkan
2 orang responden dari 2 sekolah
berlainan tersebut merupakan anggota yang sangat menantang dan
berpengalaman. Boleh jadi mereka
sebenarnya menginginkan kondisi
yang lebih dari sekedar apa yang
ada. Boleh jadi, apa yang diinginkan
oleh kedua orang guru tersebut
belum terakomodasi.
Berdasarkan hasil penelitian di
atas, pada bagian ini dibahas lebih
tuntas mengenai temuan-temuan
penelitian. Pertama, berkaitan
dengan sikap positip para guru
anggota MGMP terhadap MGMP
di lingkungan kerjanya merupakan
temuan yang masih konsisten
dengan hasil penelitian relevan
sebelumnya oleh Sugiyanti (2014).

Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM)

Berkenaan dengan adanya 2 orang
guru responden yang cenderung
bersikap negatif terhadap MGMP di
lingkungan kerjanya dimungkinkan
akibat ketidakpuasan terhadap
beberapa kekurangan yang ada
di tubuh MGMP. Setidaknya
masalah ketidaktepatan waktu,
kurangnya pelatihan, dan isu kekurangsimpatikan para anggota
terhadap anggota lain sebagaimana
terungkap melalui penelitian ini
dapat menjelaskan mengapa dua
orang guru tersebut bersikap negatif.
Masalah kehadiran tidak tepat
waktu sebagian para anggota dan
ketidaktepatan waktu pelaksanaan
kegiatan yang telah dijadwalkan
sebagaimana diungkapkan oleh
pengurus MGMP mungkin merupakan hal biasa bagi sebagian besar
peserta, namun bagi 2 orang peserta
yang bersikap negatif di dalam
penelitian ini ketidakdisiplinan bisa
saja sangat mengganggu, sehingga
menimbulkan sikap kurang atau
tidak simpatik.
Meskipun merupakan masalah
yang tidak cukup sikniikan,
kekurangsemarakan dan kurangnya
daya pikat kegiatan yang dilaksanakan dalam wadah MGMP
sebagaimana terungkap dalam penelitian ini juga memungkinkan
timbulnya sikap negatif. Hasil
penelitian Sugiyanti dan ungkapan
pengurus MGMP sebagaimana
dikutip pada bagian sebelumnya
terkait dengan masih kurangnya

pelatihan yang berkualitas dan
variatif bukan tidak mungkin
bisa menyebabkan munculnya sikap negatif pada diri guru yang
menantang dan berwawasan.
SIMPULAN DAN SARAN
Secara umum guru bahasa Indonesia
jenjang SMP di kota Purwokerto
bersikap positif terhadap MGMP
di lingkungan kerja mereka. Guru
yang bersikap negatif terhadap
MGMP mereka kurang lebih
hanya 7% dari keseluruhan sampel.
Dimungkinkan mereka adalah anggota MGMP yang menantang dan
berwawasan, sehingga merasa tidak
puas dengan kekurangan yang
ada pada MGMP sebagai wadah
mereka berorganisasi dalam profesi.
Kekurangan-kekurangan yang ada
pada MGMP bahasa Indonesia
jenjang SMP di Purwokerto meliputi masalah ketidaktepatan waktu, kekurangsemarakan dan kurangnya daya pikat kegiatan, serta
kekurangsimpatikan para anggota.
Berkenaan dengan hasil penelitian
ini, diajukan beberapa hal berikut
sebagai saran:
Pertama, sikap positif guru bahasa
Indonesia jenjang SMP di kota
Purwokerto terhadap MGMP di
lingkungan kerja mereka harus dipertahankan dan sebisa mungkin
terus ditingkatkan. Adanya kemungkinan sejumlah kecil guru
yang bersikap negatif perlu disikapi

Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H

dengan bijak. Jika sikap negatif
itu timbul karena ketidakpuasan
terhadap kekurangan yang ada
pada MGMP. Pengurus MGMP
harus memiliki mekanisme untuk
menyerap aspirasi anggotanya yang
menginginkan perbaikan di tubuh
MGMP sebagai kendaraan mereka
untuk maju bersama.
Karena penelitian survei ini
melibatkan sampel yang sangat
terbatas, yaitu 27 orang guru bahasa
Indonesia dari 13 SMP/MTs yang
tergabung dalam MGMP wilayah
Purwokerto kota, bukan tidak
mungkin untuk wilayah pinggiran
jumlah guru yang bersikap negatif
terhadap MGMP di lingkungan
kerja mereka laksana fenomena
gunung es. Dengan demikian, per-lu
dilakukan penelitian lanjutan dengan
ukuran sampel yang lebih besar dan
mencakup wilayah yang lebih luas,
bukan hanya wilayah kota.
Evaluasi secara berkala melalui
angket kepada seluruh anggota
patut untuk dilakukan. Selanjutnya,
Dindik setempat perlu memberikan
pembinaan rutin bagi pengurus
dan anggota MGMP, dalam hal
menyikapi kendala dan kekurangan
yang ada dalam program/kegiatan dan pelaksanaannya, sehingga dengan demikian para
guru lebih maksimal dalam keterlibatan yang berujung pada
peningkatan pemberdayaan diri
dan profesionalisme sebagaimana
diharapkan.

DAFTAR RUJUKAN
Azwar, Saifuddin, 1995, Sikap
Manusia: Teori dan Pengukurannya,
Yogyajarta: Pustaka Pelajar.
Burns,
Anne,
“Empowering
Teachers through Collaborative
Action Research”, he 55th TEFLIN
International Conference 2007
(Proceedings), Jakarta.
Gay, L.R. & Airasian, P., 2000,
Educational Research: Competencies
for Analysis and Application,
Prentice-Hall
Sugiyanti, Persepsi dan Ekspektasi
Guru Bahasa Indonesia SMP
Kabupaten Banyumas terhadap
Peran MGMP dalam Meningkatkan
Profesionalisme (penelitian tidak
dipublikasikan),
Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Suwartono, 2009, “he Necessity
of Synchronizing the EFL Teachers’
Perception with heir Behavior
to
Upgrade
Professionalism”
(Proceedings),
Conference
on
Teaching English as a Foreign,
Purwokerto.
Suwartono dan Nurianti, 2013,
“EFL Teachers and Digital Teaching
Media” (Proceedings), NETS 2013
Conference, Purwokerto

Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM)

LAMPIRAN
ANGKET
Petunjuk
Berikut ini disajikan beberapa
pernyataan mengenai Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP)
bahasa Indonesia di wilayah
kerja Anda. Anda diharapkan
menyatakan sikap Anda terhadap
isi pernyataan-pernyataan tersebut
dengan memilih:
SS, bila Anda sangat setuju

S, bila Anda setuju
E, bila Anda tidak dapat menentukan
pendapat
TS, bila Anda tidak setuju
STS, bila Anda sangat tidak setuju
Beri tanda silang (X) atau contreng
(√) di bawah pilihan jawaban Anda
untuk setiap nomor pernyataan.
Karena jawaban diharapkan sesuai
dengan pendapat Anda sendiri,
maka tidak ada jawaban yang
dianggap salah dan Anda tidak perlu
mencantumkan nama Anda.

PERNYATAAN
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.

09.
10.
11.

12.

PILIHAN
[STS] [TS] [E] [S]
Kegiatan-kegiatan yang diadakan di [ ] [ ] [ ] [ ]
MGMP bahasa Indonesia selama ini kurang
memberikan manfaat bagi saya.
Selama ini, banyak yang dikerjakan di [ ] [ ] [ ] [ ]
MGMP setiap semesternya.
Ragam kegiatan di MGMP bahasa Indone- [ ] [ ] [ ] [ ]
sia selama ini tidak membosankan.
Kegiatan di MGMP pada umumnya [ ] [ ] [ ] [ ]
berkualitas.
Karena tidak memberikan manfaat bagi diri [ ] [ ] [ ] [ ]
saya, maka saya kurang berminat hadir ketika mendapatkan undangan MGMP.
Guru-guru di MGMP bahasa Indonesia [ ] [ ] [ ] [ ]
orangnya baik-baik.
Guru-guru di MGMP bahasa Indonesia [ ] [ ] [ ] [ ]
kompak.
Karena guru-guru di MGMP bahasa Indo- [ ] [ ] [ ] [ ]
nesia orangnya umumnya simpatik, maka
saya selalu ingin hadir setiap kali mendapatkan undangan.
MGMP bahasa Indonesia di wilayah kerja [ ] [ ] [ ] [ ]
saya memiliki program kerja yang jelas.
Karena agendanya tidak jelas, maka saya [ ] [ ] [ ] [ ]
sering tidak hadir ketika mendapatkan undangan MGMP.
MGMP dapat dikatakan sebagai sebuah [ ] [ ] [ ] [ ]
organisasi. Menurut saya MGMP bahasa
Indonesia di wilayah kerja saya terurus atau
dikelola dengan baik (well-managed).
MGMP bahasa Indonesia di wilayah kerja [ ] [ ] [ ] [ ]
saya kurang transparan, khususnya jika berkaitan dengan keuangan.

[SS]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]

[ ]
[ ]
[ ]

[ ]

Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGN)T)F S)SWA
DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DAN
PROBLEM BASED LEARNING D) MADRASA( AL)YA(
NEGER) MODEL BENGKULU.

he Diference of Students’ Cognitive Ability toward Scientiic Approach
Implementation and Problem Based Learning at Madrasah Aliyah Negeri
1 Model Bengkulu
NENI MURNIATI*

Abstrak - Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan
kemampuan kognitif siswa dengan
penerapan Pendekatan Saintiik dan
Problem Based Learning di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Model Bengkulu
yang dilakukan pada bulan AprilJuni 2014 di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Model Bengkulu pada
mata pelajaran Biologi kelas XI-IPA.
Penelitian ini dilakukan dengan
metode quasi eksperimen, desain
penelitian yang digunakan adalah
Pre-post Test Control Group Design.
Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA diambil tiga kelas
yang ditetapkan secara acak (random
sampling). Kelas pertama dengan
pembelajaran Pendekatan Saintiik,
kelas kedua dengan Problem Based
Learning dan satu kelas lagi dengan
pembelajaran secara Konvensional
(Kontrol). Pengumpulan data pene-

litian menggunakan instrumen
berupa soal kemampuan kognitif.
Adapun teknik analisis data yang
diigunakan untuk menguji hipotesis
dalam penelitian adalah dengan
menggunakan uji ANOVA Satu
Jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kemampuan kognitif yang signiikan
antara siswa yang menggunakan
pembelajaran Pendekatan Saintiik, PBL dan Konvensional.
Pembelajaran Pendekatan Saintiik
(82,91) lebih meningkatkan nilai
rata-rata kemampuan kognitif
dibandingkan PBL (79,00) dan
Konvensional (72,00) pada materi
Sistem Regulasi Pada Manusia
Kata kunci: Pendekatan Saintiik,
Problem Based Learning, Kemampuan
Kognitif

__________________
* PPs. Univ. Muhammadiyah Bengkulu. E-mail: murniatineny@gmail.com
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM)

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Pengaruh model learning cycle 5e terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi

11 137 269