7 Sikap Agar Mudah Memaafkan Kaum muslim

7 Sikap Agar Mudah Memaafkan

Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
Khatib mewasiatkan kepada diri khatib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa
bertakwa kepada Allah, dalam keadaan sendiri ataupun di tengah keramaian, dalam
keadaan senang maupun susah, dalam keadaan diberi ataupun diuji, karena takwa
adalah
sebaik-baik
bekal
bagi
kita
ketika
menghadap
Allah
kelak.
Segala puji bagi Allah, yang telah memberi kita nikmat yang tak hingga, terutama
nikmat Islam dan dikmat iman, dua nikmat yang akan menentukan seseorang
apakah ia akan bahagia kekal selama-lamanya jika berislam dan beriman, ataukah
menjadi orang yang sengsara selama-lamanya dengan mengkufuri, tidak
mensyukuri nikmat Islam dan iman.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita, Muhammad

shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabatnya, serta pengikutnya
hingga akhir zaman.
Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah
Kita sebagai makhluk sosial yang bergaul di tengah masyarakat, tentu saja dalam
kehidupan kita sehari-hari terkadang atau bahkan sering kita mendapatkan
perlakuan yang tidak semestinya atau sikap-sikap yang seharusnya tidak kita
dapatkan, mungkin dari tetangga, teman sejawat, atau siapa saja yang kita jumpai
dalam kehidupan keseharian kita. Sikap-sikap tersebut, tidak jarang menimbulkan
kerugian bagi kita; nama baik kita tercemar, kehilangan harta, dijauhi oleh
masyarakat, dan lain sebagainya. Keadaan ini sering membuat kita marah dan
kecewa, sehingga kita ingin membalas perbuatan orang-orang tersebut dan sulit
untuk memaafkan.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, Khatib ingin menyampaikan bagaimana
caranya agar kita mudah memaafkan orang lain, dan melapangkan dada kita dari
sikap-sikap manusia yang berbuat zalim kepada kita.
Agama kita sangat mengajurkan untuk memaafkan orang lain. Di antara bukti
anjuran itu adalah Allah janjikan surga yang luasnya seluas langit dan bumi untuk
orang yang memaafkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
‫كاقظقمينن‬
‫﴾ ال تنقذينن مينقفمقونن قفي ال تنس تنراقء نوال تنض تنراقء نوال ل ن‬١٣٣ ﴿ ‫ت لقل لممتت نققينن‬

‫علرمضنها ال تنسنمانوا م‬
‫نونساقر م‬
‫ت نوال لأ نلرمض أ مقع تند ل‬
‫عوا قإل نىى نملغقفنرةة قتمن ت نر قبتك ملم نونجن ت نةة ن‬
١٣٤﴿ ‫حقسقنينن‬
‫عقن ال ت نناقس نوال تنلـمه ي مقح تم‬
‫ب ال لمم ل‬
‫﴾ال لنغي لنظ نوال لنعاقفينن ن‬
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun

sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 133134)
Namun pada praktikknya, bersabar dan memaafkan gangguan orang lain ini
bukanlah perkara yang mudah. Bagi kita bersabar atas musibah samawiyah seperti
banjir, gempa bumi, gunung meletus, rasa sakit yang kita derita, dll. Musibah
seperti ini relatif lebih mudah bagi kita untuk bersabar, tetapi kalau musibah itu
ditimbulkan akibat gangguna orang lain lebih sulit bagi kita untuk bersabar. Mudahmudahan dengan apa yang akan khatib sampaikan mengenai tujuh sikap untuk
meraih predikat pemaaf ini tertanam di hati kita, maka kita akan lebih mudah untuk

memaafkan orang lain.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah.
Pertama: Sikap yang pertama adalah kita meyakini bahwa perbuatan orang kepada
kita adalah bagian dari takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Dia tetapkan untuk
kita. Allah-lah yang menciptakan perbuatan para hamba, sebagaimana dalam
firman-Nya,
‫نوالل تنمه نخل ننقك ملم نونما تنلعنمملونن‬
“Dan Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS. AshShaffat: 96)
Oleh karena itu, kita pandang perbuatan yang tidak menyenangkan yang dilakukan
oleh orang-orang kepada kita adalah takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita.
Dan sebagai hamba Allah, kita menerima dan beriman kepada takdir yang Allah
tetapkan. Kita taruh dalam benak kita bahwa orang-orang ini adalah hanya sebagai
alata atau perantara takdir Allah itu terjadi pada kita. Sehingga kita paham bahwa
Allah-lah yang pada hakikatnya menimnpakan musibah kepada kita melalui orang
yang berbuat aniaya kepada kita.
Kedua: Ingatlah bahwa kita banyak melakukan perbuatan dosa.
Dan musibah ini terjadi juga karena disebabkan dosa-dosa kita. Allah Subhanahu wa
Ta’ala menjadikan orang-orang berbuat aniaya kepada kita karena perbuatan dosa
yang kita lakukan.
‫علن ك نقثيةر‬

‫ت أ ني لقديك ملم نوي نلعمفو ن‬
‫نونما أ ننصابنك ملم قملن ممقصيبنةة نفقبنما ك ننسبن ل‬
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahankesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)
Oleh karena dosa-dosa yang kita lakukan, maka wajar ada orang yang berbuat
aniaya kepada kita. Allah menakdirkan hal tersebut sebagai pengingat bagi kita

yang banyak melakukan dosa atau juga sebagai balasan karena kita pernah berbuat
aniaya kepada orang lain.
Ketiga: Tanamkan pada diri kita bahwa bersabar dan memaafkan mendatangkan
pahala yang sangat besar.
Di antara pahala tersebut adalah Allah katakan orang yang sabar itu bersama Allah.
‫قإ تنن اللنه نمنع ال تنصاقبقري لنن‬
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar
‫ب‬
‫قإن تننما ي منو تنفى ال تنصاقبمرونن أ نلجنرمهلم قبنغي لقر قحنسا ة‬
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
‫عنلى الل تنقه‬
‫عنفا نوأ نلصل ننح نفأ نلجمرمه ن‬

‫نفنملن ن‬
“Maka barang siapa mema’afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syura: 40)
Inilah beberapa ayat yang menjanjikan pahala yang begitu luas bagi orang-orang
yang memaafkan.
Keempat: Hendaklah kita tanamkan di jiwa kita sebuah prinsip bahwa balasan itu
tergantung bentuk perbuatannya.
Ketika kita sadar bahwa kita adalah orang yang banyak berbuat dosa kepada Allah
Ta’ala, baik disebabkan oleh hati kita, lisan kita, atau anggota badan kita, baik yang
kita sadari maupun yang tidak kita sadari, maka tentunya kita akan amat sangat
butuh ampuna Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan kita memberikan maaf kepada
orang-orang yang telah bersalah kepada kita, orang-orang yang bersifat buruk
kepada kita, dengan amalan ini kita berharap Allah pun mengampuni kita atas
perbuatan dosa kita dan aniaya kita terhadap diri sendiri.
Kita berharap, ketika kita mudah memaafkan orang lain, mudah-mudahan Allah pun
akan mudah memaafkan segala kesalahan kita. Inilah buah dari prinsip “balasan itu
tergantung jenis atau bentuk amalan yang dilakukan”.
Kelima: Tidak membalas perbuatan aniaya orang lain kepada kita adalah sunnah
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kita semua yakin tidak ada orang yang lebih mulia dan tidak ada orang yang lebih

agung harga dirinya, lebih terhormat, daripada Nabi kita Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, bersamaan dengan itu, tidak pernah satu kali pun beliau
membalas penganiyaan orang lain terhadap dirinya. Kita yang kehormatan dan
harga diri jauh dibandingkan dengan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa

sallam lebih pantas lagi untuk memaafkan orang-orang yang berbuat tidak baik
kepada kita.
Inilah poin dari memaafkan adalah bagian dari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan membalas adalah bukan bagian dari sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Beliau senantiasa memaafkan dan tidak pernah membalas.
‫أ نمقلومل نما تنلسنممعلونن نوأ نلستنلغقفمر اللنه قلي نول نك ملم نولقنساقئقر المملسلققمي لنن نفأ نلستنلغقفمرلومه قإن تنمه مهنو النغمفلومر ال تنرقحي لمم‬
Khutbah Kedua:
‫ أ ن ت نما بنلعمد‬،‫حقبقه نونملن نوانلامه‬
‫عنلى آلققه نونص ل‬
‫عنلى الن ت نقبي المملصنطنفى نو ن‬
‫حلممد لقل تنقه نوك ننفى نوال تنصنلامة نوال تنسنلامم ن‬
‫ا نل ل ن‬
Kaum muslimin rahimani warahimakumullah
Sikap berikutnya yang harus kita resapi dan sadari untuk menjadi seorang pemaaf
adalah

Kelima: Jika kita mampu untuk mengendalikan diri kita untuk tidak membalas,
perbuatan ini adalah sebuah kebaikan yang besar.
Apabila kita mampu menguasai diri kita untuk tidak membalas orang-orang yang
berbuat aniaya kepada kita meskipun kita mampu melakukannya, maka untuk
mengendalikan diri kita pada perkara-perkara yang lainnya, itu akan menjadi lebih
mudah. Jadi kebaikan ini akan melahirkan kebaikan-kebaikan yang lainnya.
Demikianlah sunatullahnya, kebaikan akan membuahkan kebaikan yang lain.
Ketujuh: Perbuatan membalas akan menyeret kita melakukan aniaya kepada orang
lain.
Kita harus ingat, bahwa perbuatan aniaya itu akan menyeret kita melakukan
perbuatan aniaya kepada orang yang menganiaya kita karena suli seseorang untuk
membalas suatu perbuatan dengan balasan yang pas. Hampir semua orang yang
membalas, mereka akan membalas dengan perbuatan aniaya yang lebih. Sehingga
yang sebelumnya dia adalah orang yang dizalimi, tetapi dengan membalas
kemudian melakukan balasan yang lebih, keadaan pun berganti, dia menjadi orang
yang zalim. Ini adalah kerugian yang sangat besar.
Cukuplah kekhawatiran nanti kita menjadi orang yang zalim, menjadi pencegah kita
untuk membalas kezaliman orang lain. Biarlah kita menempati posisi yang dizalimi
kemudian bersabar sehingga kita nantinya meraih kebaikan-kebaikan yang amat
sangat banyak.

Mudah-mudahan ketujuh sikap ini sangat membantu kita agar kita mudah
memaafkan kesalahan orang yang telah berbuat salah kepada kita, yang telah
berbuat jahat kepada kita, demi meraih ganjaran yang lebih besar di sisi Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan surga Allah melalui modal mudah memaafkan siapa saja
yang berbuat salah kepada kita.

‫عنلى قإبلنراقهي لنم‬
‫ت ن‬
‫ح تنمةد نو ن‬
‫نالل تنمهتمن نص ت قل ن‬
‫ح تنمةد ك ننما نصل تني ل ن‬
‫عنلى آقل مم ن‬
‫عنلى مم ن‬
‫م‬
‫م‬
‫م‬
‫ي‬
‫م‬
‫ت ع ملى‬
‫م م‬

‫م م‬
‫ما مبامرك م‬
‫مد د ك م‬
‫ح ن‬
‫ل م‬
‫ح ن‬
‫ع ملى م‬
‫مد د وم ع ملى آ ج‬

‫عنلى آقل قإبلنراقهي لنم‪ ،‬قإن تننك نحقمي لدد نمقجي لدد‪ .‬نونباقرلك‬
‫نو ن‬
‫م‬
‫م‬
‫ح ج‬
‫ج ي يد د‬
‫م‪ ،‬إ جن نك م‬
‫م ج‬
‫م ي يد د م‬
‫ل إ ج ب يمراه ج ي ي م‬
‫إ ج ب يمراه ج ي ي م‬

‫م وم ع ملى آ ج‬

‫حقتمل لننا نمال ن نطانقنة ل نننا قبقه‪،‬‬
‫عل ني لننا قإلصررا ك ننما نحنمل لتنمه ن‬
‫حقملل ن‬
‫نربت نننا ل ن تمنؤاقخلذننا قإلن ن تنقسي لننا أ نلو أ نلخنطأ لننا‪ ،‬نربت نننا نول ن تن ل‬
‫عنلى ال تنقذي لنن قمن نقبللقننا‪ ،‬نربت نننا نول ن تم ن‬
‫كاقفقري لنن‬
‫عنلى ال لنقلوقم ال ل ن‬
‫ع ت ننا نوا ل‬
‫نوا ل‬
‫ت نملول نننا نفانمصلرننا ن‬
‫عمف ن‬
‫غقفلر ل نننا نوالرنحلمننا نأن ن‬
‫والحمد لله رب العالمين‪ ،‬وأقم الصلة‬
‫‪Diambil dari ceramah pendek Ustadz Abu Isa dengan perubahan seperlunya oleh‬‬
‫‪tim KhotbahJumat.com‬‬
‫‪Read more about Artikel Khutbah Jumat by null‬‬