BE GCG Annisa Nurlestari Hapzi Ali PENER

PENERAPAN NILAI ETIKA BISNIS
(Studi Pada PT Garuda Indonesia Tbk Periode 2016)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Business Ethics &
Good Governance

Disusun oleh :
Nama : Annisa Nurlestari
NIM : 55117110007
Dosen : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
FAKULTAS MAGISTER MANAJEMEN
2017

ABSTRAK
Bisnis saat ini dilakukan dalam persaingan yang ketat, maka dalam persaingan tersebut,
orang-orang yang bersaing dengan tetap memperhatikan norma-norma etis pada iklim yang
semakin professional justru yang akan menang. Dunia usaha berperan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan factor lingkungan hidup juga.
Dunis usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata, melainkan
juga meliputi aspek sosial dan lingkungan. Lingkungan hidup dan permasalahan sosial yang

ditimbulkan semakin tegas, begitu juga dengan standar dan hukum yang akan berlaku.
Beberapa investor dan perusahaan telah memulai memerhatikan kebijakan Corporate Social
Responsibily (CSR).
Seiring dengan semakin bertambahnya permintaan jasa industri penerbangan, perusahaan
aviasi berlomba-lomba untuk terus mengembangkan usahanya demi menjadi pilihan terbaik
bagi para konsumennya. Termasuk salah satu perusahaan penerbangan milik negara yang
bernama PT Garuda Indonesia Tbk, dimana perusahaan ini terus mengembangkan jaringan
penerbangan hingga ke kota-kota pertumbuhan ekonomi dan wisata baru di wilayah Barat dan
Timur Indonesia.
Pada kesempatan kali ini, penulis akan meninjau tentang penerapan etika bisnis yang
dilakukan oleh PT Garuda Indonesia Tbk periode 2016. Diharapkan tinjauan ini dapat
memberikan pembaca memahami mengenai etika bisnis yang baik. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai etika (etika bisnis) yang tumbuh dalam internal
PT Garuda Indonesia Tbk.
Metode pengumpulan informasi yang dipakai dalam pembuatan artikel ini adalah
pengumulan informasi langsung dari studi kepustakaanan dengan cara mengumpulkan data
dari buku, modul mata kuliah Bussiness ethic and GCG, informasi melalui internet, dan
laporan tahunan PT Garuda Indonesia Tbk periode 2016. Titik berat dari penulisan artikel ini
adalah : (1) Pembahasan teori mengenai bisnis etik (2) Penerapan bisnis etik di PT. Garuda
Indonesia Tbk.

Hasil dari penelitian ini adalah PT Garuda Indonesia telah menerapkan etika bisnis yang
baik di dalam internal manajemennya, dan hal tersebut memberikan dampak yang baik pula
bagi pihak eksternal dari PT Garuda Indonesia. Salah satu budaya perusahan yang telah
melekat adalah budaya ”SINCERITY” dimana budaya tersebut diharapkan menjadi panduan
bagi seluruh insan PT GI dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam usaha
mencapai tujuan strategis yang telah ditetapkan.
Jadi, kesimpulan dari penelitian ini adalah etika bisnis sangatlah diperlukan oleh
perusahaan dan setiap individu di dalam perusahaan, guna dapat mencapai visi dan misi
perusahaan. Perusahaan yang ingin pencapai kestabilan bisnis dan dapat berkompetisi adalah
perusahaan yang menjunjung tinggi etika bisnis. Karena Perusahaan yang memiliki komitmen
yang tinggi dalam menjaga etika bisnisnya akan memiliki konsumen yang cenderung loyal
sehingga visi dan misi perusahaan akan lebih mudah dicapai.
Kata kunci : Etika bisnis, manajemen perusahaan, industry penerbangan

2

I. PENDAHULUAN
Seiring dengan semakin bertambahnya permintaan jasa industri penerbangan, perusahaan
aviasi berlomba-lomba untuk terus mengembangkan usahanya demi menjadi pilihan terbaik
bagi para konsumennya. Termasuk salah satu perusahaan penerbangan milik negara yang

bernama PT Garuda Indonesia Tbk, dimana perusahaan ini terus mengembangkan jaringan
penerbangan hingga ke kota-kota pertumbuhan ekonomi dan wisata baru di wilayah Barat dan
Timur Indonesia.
Garuda Indonesia terus berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi konsumennya. Hal
tersebut dapat kita lihat dari annual report yang diterbitkan oleh PT Garuda Indonesia,
dimana dalam laporan tersebut kita dapat melihat etika bisnis yang dijalankan oleh Garuda
Indonesia.
Bisnis yang baik adalah bisnis yang memiliki etika yang baik. Pada dasarnya, bisnis tidak
hanya bertujuan semata-mata karena profit, melainkan perlu mempertimbangkan nilai-nilai
manusiawi. Bisnis dilakukan diantara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya,
sehingga disinilah etika dibutuhkan sebagai pedoman dan orientasi dalam pengambilan
keputusan, kegiatan, dan tindak-tanduk manusia dalam berhubungan bisnis satu dengan
lainnya.
Bisnis saat ini dilakukan dalam persaingan yang ketat, maka dalam persaingan tersebut,
orang-orang yang bersaing dengan tetap memperhatikan norma-norma etis pada iklim yang
semakin professional justru yang akan menang. Dunia usaha berperan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan factor lingkungan hidup juga.
Dunis usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata, melainkan
juga meliputi aspek sosial dan lingkungan. Lingkungan hidup dan permasalahan sosial yang
ditimbulkan semakin tegas, begitu juga dengan standar dan hukum yang akan berlaku.

Beberapa investor dan perusahaan telah memulai memerhatikan kebijakan Corporate Social
Responsibily (CSR).
Pada kesempatan kali ini, penulis akan meninjau tentang penerapan etika bisnis yang
dilakukan oleh PT Garuda Indonesia Tbk periode 2016. Diharapkan tinjauan ini dapat
memberikan pembaca memahami mengenai etika bisnis yang baik.
Sejarah PT Garuda Indonesia Tbk
Sejarah penerbangan komersial Indonesia dimulai saat bangsa Indonesia sedang
mempertahankan kemerdekaannya. Penerbangan komersial pertama menggunakan pesawat
DC-3 Dakota dengan registrasi RI 001 dari Calcutta ke Rangoon dan diberi nama “Indonesian
Airways” dilakukan pada 26 Januari 1949. Pada tahun yang sama, 28 Desember 1949,
pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi PK-DPD dan sudah dicat dengan logo
“Garuda Indonesian Airways”, terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden
Soekarno. Inilah penerbangan yang pertama kali dengan nama Garuda Indonesian Airways.
Nama “Garuda” diberikan oleh Presiden Soekarno dimana nama tersebut diambil dari sajak
Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda,

Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen", yang artinya, “Saya
Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda”.
Sepanjang tahun 1980-an, Garuda Indonesia melakukan revitalisasi dan restrukturisasi
berskala besar untuk operasi dan armadanya. Hal ini mendorong perusahaan untuk

mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk awak kabin dan awak darat
Garuda Indonesia dan mendirikan fasilitas pelatihan khusus di Jakarta Barat dengan nama
Garuda Indonesia Training Center.
Armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya mengalami revitalisasidan
restrukturisasi besar-besaran di sepanjang tahun 1980-an. Hal ini menuntut Perusahaan
merancang pelatihan yang menyeluruh bagi karyawannya dan mendorong Perusahaan
mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda Indonesia Training Center di Jakarta Barat.
Seiring dengan upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005, Garuda Indonesia
memiliki tim manajemen baru, yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa depan
Perusahaan. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang dan restrukturisasi
Perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional,
membangun kembali kekuatan keuangan yang mencakup keberhasilan Perusahaan dalam
menyelesaikan restrukturisasi utang, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam
memahami pelanggan, dan yang terpenting memperbarui dan membangkitkan semangat
karyawan Garuda Indonesia.
Penyelesaian seluruh restrukturisasi utang Perusahaan mengantarkan Garuda Indonesia
siap untuk mencatatkan sahamnya ke publik pada 11 Februari 2011. Perusahaan resmi
menjadi perusahaan publik setelah penawaran umum perdana atas 6.335.738.000 saham
Perusahaan kepada masyarakat. Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
pada tanggal 11 Februari 2011 dengan kode GIAA. Salah satu tonggak sejarah penting ini

dilakukan setelah Perusahaan menyelesaikan transformasi bisnisnya melalu kerja keras serta
dedikasi berbagai pihak.
Garuda Indonesia - maskapai pembawa bendera Bangsa - saat ini melayani 83 destinasi di
seluruh dunia dan berbagai lokasi eksotis di Indonesia. Dengan jumlah penerbangan lebih dari
600 penerbangan per hari dan jumlah armada 196 pesawat di Januari 2017, Garuda Indonesia
memberikan pelayanan terbaik melalui konsep “Garuda Indonesia Experience” yang
mengedepankan keramahtamahan dan kekayaan budaya Indonesia. Garuda Indonesia terus
melaksanakan program transformasi secara berkelanjutan. Hasilnya, kini Garuda Indonesia
merupakan maskapai bintang lima, dengan berbagai pengakuan dan apresiasi berskala
internasional , diantaranya pencapaian ‘The World’s Best Cabin Crew” selama empat tahun
berturut-turut, dari tahun 2014 hingga 2017; "The World's Most Loved Airline 2016" dan
“The World’s Best Economy Class 2013” dari Skytrax, lembaga pemeringkat penerbangan
independen berbasis di London.

4

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai etika (etika bisnis) yang
tumbuh dalam internal PT Garuda Indonesia Tbk.
II. TINJAUAN LITERATUR

Etika adalah filsafat moral yaitu cabang filsafat yang merenungi baik buruk tingkah laku
manusia. Etika sebagai ilmu filsafat yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk,
dan keharusan sebagai pedoman sikdpa dan tingkah laku manusia sejauh berkaitan dengan
norma-norma.
A. Nilai Etika (Etika Bisnis)

Pengertian Nilai Etika (Etika Bisnis)
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam
suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah
etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar
dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai
pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur,
transparan dan sikap yang profesional.
Etika Bisnis menurut Velasques merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam

kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Brown dan Petrello menyatakan bahwa Bisnis adalah
suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila
kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula
perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh. Mengutip dari
pendapat ahli Hill dan Jones bahwa, “Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan
antara salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan
ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait dengan masalah
moral yang kompleks.” Sedangkan menurut Steade et al, Etika bisnis adalah standar etika
yang berkaitan dengan tujuan dan cara membuat keputusan bisnis.
Pendekatan Etika Bisnis
Tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
1. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat

memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang
lain.

3. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
C. Profil PT Garuda Indonesia Tbk
Visi &Misi
Vision Statement: To be a sustainable airline company through customer-oriented services
and growth in profit.
Company Vision: To maximize shareholder return through strong revenue growth, cost
leadership in full service operations, and group synergy while providing the highest value to
customers through excellent Indonesian hospitality.
Strategi Perusahaan
Excellent Indonesian Hospitality, yakni sebagai berikut:
1. Memberikan layanan terdepan pada inflight dan ground services.
2. Memastikan keandalan operasi.
3. Mempertahankan positioning premium.
Return Maximization, yakni sebagai berikut:
4.
5.
6.
7.

8.

Meningkatkan margin operasi.
Meningkatkan kemampuan komersial.
Meningkatkan customer value.
Menanamkam pola pikir yang mengedepankan cost effectiveness.
Meningkatkan efisiensi di operasi.

Group Synergy, yakni sebagai berikut:
9. Memperkuat pasar domestik.
10. Meningkatkan daya saing operasi.
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk didirikan berdasarkan akta No. 137 tanggal 31 Maret
1950 dari notaris Raden Kadiman. Perusahaan yang awalnya berbentuk Perusahaan Negara,
berubah menjadi Persero berdasarkan Akta No. 8 tanggal 4 Maret 1975 dari Notaris Soeleman
Ardjasasmita, S.H., sebagai realisasi Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1971.
6

Seiring waktu dan perkembangan usahanya, armada PT GI terus berkembang, di mana
untuk pertama kalinya maskapai tanah air tersebut mulai membawa penumpang jamaah Haji
ke Mekkah pada tahun 1956 dan kemudian memasuki kawasan Eropa pada tahun 1965

dengan tujuan akhir di Amsterdam.
Dua dekade berikutnya menandai titik penting, di mana terjadi revitalisasi dan
restrukturisasi terhadap seluruh struktur PT GI dan kegiatan operasional guna memasuki era
persaingan terbuka industri penerbangan baik di kalangan nasional maupun internasional.
Dalam proses ini, PT GI fokus pada pelatihan dan pengembangan kompetensi karyawannya
melalui pendirian sebuah pusat pelatihan karyawan, yaitu Garuda Indonesia Training Center
(GITC) yang berlokasi di Jakarta Barat. Selain itu, Garuda Indonesia juga mendirikan Pusat
Perawatan Pesawat, Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMFAA) di Bandara
Internasional Soekarno-Hatta pada rentang waktu yang sama.
Setelahnya, era 90-an dan awal milenium juga menjadi babak penting dalam aspek
pertumbuhan bisnis. Kedua era tersebut dijadikan Garuda Indonesia sebagai tahun-tahun
perencanaan di mana maskapai tersebut mulai menyusun strategi jangka panjang dan
membentuk manajemen baru. Oleh karena itu, tahun-tahun tersebut banyak diwarnai langkah
strategis, evaluasi, peningkatan efisiensi, dan pembaharuan.
Dalam perjalanannya sebagai maskapai kebanggaan bangsa, PT GI juga tidak hentihentinya mengasah keunggulan dan menyempurnakan diri, di antaranya dengan secara
konsisten berusaha mencapai standar keamanan dan keselamatan terbaik. Atas usahanya
tersebut, PT GI menjadi satusatunya maskapai Indonesia yang memperoleh sertiikasi IATA
Operational Safety Audit (IOSA) Operator pada tahun 2008.
Tiga tahun berselang, pada usianya yang semakin matang, PT GI membuka lembaran baru
dengan melenggang sebagai perusahaan publik setelah melakukan penawaran umum perdana
(Initial Public Offering) atas 6.335.738.000 saham PT GI kepada masyarakat pada 11 Februari
2011. Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada 11 Februari 2011
dengan kode GIAA.
Seiring dengan kinerja yang semakin gemilang dan eksistensi yang semakin kuat di
industri penerbangan nasional dan global, PT GI meraih beragam apresiasi dan penghargaan
nasional dan internasional. Di samping prestasi yang gemilang, langkah PT GI diranah
penerbangan internasional juga semakin mantap sejak bergabung dengan aliansi penerbangan
sebagai bagian dari program pengembangan jaringan internasionalnya. Dengan bergabungnya
PT GI dalam SkyTeam, pengguna jasa PT GI dapat terhubung ke 1.062 destinasi di 177
negara yang dilayani oleh seluruh maskapai penerbangan anggota SkyTeam dengan total lebih
dari 17.300 penerbangan per hari.
Hingga tahun 2016, PT GI memiliki 7 (tujuh) entitas anak yang berfokus pada produk/jasa
pendukung bisnis perusahaan induk, yaitu PT Aero Wisata, PT Sabre Travel Network
Indonesia, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia, PT Aero Systems Indonesia, PT

Citilink Indonesia, PT Gapura Angkasa, dan Garuda Indonesia Holiday (GIH) France. Dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya, PT GI didukung oleh 7.988 orang karyawan, termasuk
248 orang siswa yang tersebar di kantor pusat dan kantor cabang.
Kegiatan Usaha Utama
1. Angkutan udara niaga berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam negeri dan
luar negeri;
2. Jasa angkutan udara niaga tidak berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam
negeri dan luar negeri;
3. Reparasi dan pemeliharaan pesawat udara, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk
pihak ketiga;
4. Jasa penunjang operasional angkutan udara niaga, meliputi katering dan ground
handling baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
5. Jasa layanan sistem informasi yang berkaitan dengan industri penerbangan, baik untuk
keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
6. Jasa layanan konsultasi yang berkaitan dengan industri penerbangan;
7. Jasa layanan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan industri penerbangan,
baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
8. Jasa layanan kesehatan personil penerbangan, baik untuk keperluan sendiri maupun
untuk pihak ketiga.
III. METODOLOGI PENELETIAN
Metode pengumpulan informasi yang dipakai dalam pembuatan artikel ini adalah
pengumulan informasi langsung dari studi kepustakaanan dengan cara mengumpulkan data
dari buku, modul mata kuliah Bussiness ethic and GCG, informasi melalui internet, dan
laporan tahunan PT Garuda Indonesia Tbk periode 2016. Titik berat dari penulisan artikel ini
adalah : (1) Pembahasan teori mengenai bisnis etik (2) Penerapan bisnis etik di PT. Garuda
Indonesia Tbk.
IV. PEMBAHASAN
A. Manajemen Kelayakan Udara
Mengacu pada visi PT GI yaitu menjadi perusahaan penerbangan yang andal dengan
menawarkan pelayanan berkualitas kepada masyarakat dunia dengan menggunakan
keramahan Indonesia, maka Manajemen Kelaikan Udara sebagai bagian dari Direktorat
Teknik dan Teknologi Informasi bertanggung jawab dalam memastikan armada PT GI
senantiasa laik udara dan memenuhi standar keselamatan dunia. Standar yang baik diharapkan
dapat mendukung operasional penerbangan Garuda Indonesia, baik domestik maupun
internasional.
Manajemen Perawatan Pesawat memastikan bahwa pengaturan serta pemeliharaan
pesawat dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan Company Maintenance Manual (CMM)
8

serta Continuing Airworthiness Maintenance Program (CAMP) yang telah disahkan oleh
regulator, serta persyaratan keselamatan dan kelaikan udara lainnya untuk masing-masing tipe
pesawat.
B. Keandalan Keberangkatan Armada
Pentingnya keandalan keberangkatan (dispatch reliability) adalah jelas di bisnis aviasi.
Terganggunya operasional pesawat dikarenakan dispatch reliability yang buruk akan
diterjemahkan ke dalam biaya yang signiikan bagi operator karena biayabiaya tambahan akan
muncul. Pencapaian Dispatch Reliability di tahun 2016 adalah 99,60% atau lebih tinggi
dibandingkan dengan Dispatch Reliability ditahun 2015 yang sebesar 99,47%. Meningkatnya
angka dispatch reliability tersebut sebagai akibat dari berhasilnya penerapan strategi kerja
penunjang. Strategi kerja penunjang yang dimaksud adalah berupa evaluasi permasalahan
teknis pesawat penyebab keterlambatan melalui forum Technical Delay Analysis Meeting,
Aircraft Type Meeting, dan Engineering Review Committee. Seluruh forum tersebut
dirancang untuk merumuskan program pencegahan yang terencana dan berkesinambungan.
C. Kode Etik dan Budaya Perusahaan
Dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan praktik GCG, PT GI telah merumuskan
kebijakan terkait kode etik berupa Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja yang berperan
sebagai pedoman standar sikap dan perilaku dalam pelaksanaan segenap aktivitas bisnis
sekaligus pencapaian visi dan misi PT GI. Sebagai pedoman sikap dan perilaku, Pedoman
Etika Bisnis dan Etika Kerja mengacu pada praktik industri terbaik dengan memperhatikan
kesesuaian terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia. Melalui
penerapan Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja yang menyeluruh untuk seluruh insan PT GI
tanpa terkecuali, PT GI juga berharap mampu meningkatkan kesadaran dan mengarahkan pola
pikir, sikap, dan perilaku segenap karyawan pada pengelolaan usaha yang baik sesuai prinsipprinsip GCG dan hubungan yang selaras dengan pemangku kepentingan dalam jangka waktu
panjang.
Universalitas Kode Etik
Etika Bisnis dan Etika Kerja berlaku secara universal yang berarti bahwa semua nilai
dalam Etika Bisnis dan Etika Kerja berlaku bagi setiap level organisasi di PT GI mulai dari
Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat Struktural dan Seluruh Staf Non Struktural. Etika Bisnis
dan Etika Kerja disosialisasikan kepada seluruh level organisasi melalui acara tatap muka
secara langsung, tulisan-tulisan pada media intra pegawai dan situs resmi PT GI.
Pokok-Pokok Kode Etik
Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, diresmikan
pertama kali pada 10 Februari 2011 ditandai dengan penandatanganan Komitmen oleh
Direksi, Dewan Komisaris, Pejabat Vice President, dan GM Kantor Cabang. Pedoman Etika
Bisnis dan Etika Kerja PT GI telah disahkan dengan Surat Keputusan Direktur Utama PT GI

pada 11 Maret 2011 dan diperbaharui dengan Surat Keputusan Direktur Utama PT GI tanggal
7 Oktober 2015. Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja memuat di antaranya sebagai berikut:
1. Jati Diri Perusahaan, yang berisi mengenai Visi dan Misi PT GI, Tata Nilai PT GI
serta Perilaku Utama yang harus ditampilkan oleh pegawai PT GI.
2. Perilaku Terpuji yang menjelaskan mengenai hubungan dengan PT GI, hubungan
dengan pelanggan, hubungan dengan mitra kerja, hubungan dengan pemegang saham,
hubungan dengan kreditur, dan hubungan dengan pesaing.
3. Kepatuhan dalam bekerja yang menjelaskan mengenai bagaimana transparansi
komunikasi dan informasi keuangan, penanganan benturan kepentingan, pengendalian
gratiikasi, perlindungan terhadap aset PT GI dan perlindungan terhadap rahasia PT GI.
4. Tanggung jawab insan PT GI yang menjelaskan mengenai tanggung jawab kepada
masyarakat, tanggung jawab kepada pemerintah dan tanggung jawab kepada
lingkungan.
5. Penegakan Etika Bisnis dan Etika Kerja yang menjelaskan mengenai pelaporan
pelanggaran Whistleblowing System (WBS), sanksi atas pelanggaran, sosialisasi Etika
Bisnis dan Etika Kerja, penandatanganan Pakta Integritas oleh seluruh insan PT GI.
Sosialisasi Dan Penegakan Kode Etik Tahun 2016
Nilai-nilai budaya PT GI SINCERITY menjadi akar dari penerapan dan penegakan etika
bisnis dan etika kerja di PT GI. PT GI melakukan upaya sosialisasi, internalisasi, dan
pemantauan secara konsisten agar Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja benar-benar
mendasari sikap dan perilaku kerja pegawai sehari-hari.
People Manager berperan sebagai teladan dalam penegakan dan penerapan kode etik.
Sebagai wujud komitmen Insan Garuda Indonesia terhadap penerapan dan penegakan Etika
Bisnis dan Etika Kerja, maka setiap tahunnya seluruh Insan Garuda Indonesia diwajibkan
untuk menandatangani Pakta Integritas yang termuat di dalam Etika Bisnis dan Etika Kerja.
Penandatanganan Pakta Intergitas yang dilakukan oleh seluruh Insan Garuda Indonesia
merupakan bagian dari indikator/parameter bagi penilaian penerapan tata kelola perusahaan
yang baik.
Di sisi lain, sistem pelaporan dalam penegakan etika bisnis dan etika kerja juga dibangun
agar Insan Garuda Indonesia selalu menghindarkan diri dari hal-hal yang terkait gratiikasi dan
pelanggaran etika melalui penerapan Whistleblowing System.
Untuk mendukung penerapan Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja secara penuh, PT GI
aktif melaksanakan sosialisasi dan publikasi etika tersebut serta tata cara penerapan,
pelaporan, pemantauan, dan evaluasinya. Di antara upaya sosialisasi dan penegakan
penerapan Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja tersebut adalah penyusunan dan
penandatanganan pernyataan komitmen terhadap Etika Bisnis dan Etika Kerja (Code of
Conduct) oleh Dewan Komisaris dan Direksi serta seluruh Insan Garuda Indonesia. Sejak
tahun 2014, komitmen Kepatuhan terhadap Pakta Integritas dilakukan oleh seluruh Insan
10

Garuda Indonesia melalui persetujuan dalam media portal internal PT GI. Dengan adanya
sistem tersebut, maka pegawai tidak lagi menandatangani pernyataan Kepatuhan secara fisik.
Selain itu, PT GI juga bekerja sama dengan pihak eksternal untuk memupuk integritas dan
kepatuhan seluruh insan PT GI pada peraturan perundang-undangan. Antara lain melalui
sosialisasi identiikasi dan pencegahan praktik kecurangan bisnis termasuk suap, korupsi, dan
gratiikasi oleh KPK.
Budaya Perusahaan
Secara umum, Budaya Perusahaan dibentuk dari nilai-nilai utama PT GI yang menjadi
landasan pelaksanaan kegiatan manajemen dan seluruh jajaran unit kerjanya. Namun pada
penerapannya, Budaya Perusahaan juga diharapkan menjadi panduan bagi seluruh insan PT
GI dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam usaha mencapai tujuan strategis
yang telah ditetapkan. Pokok-pokok nilai utama PT GI yang diharapkan akan menjadi budaya
Perusahaan tersebut disebut sebagai ‘SINCERITY’ yang terdiri dari:






Synergy; Berkomitmen menyokong pertumbuhan perusahaan dengan keterkaitan antar
entitas perusahaan dan dengan mitra potensial.
Integrity; Menjunjung tinggi etika bisnis, akuntabilitas, dan tanggung jawab sosial
dalam menciptakan budaya terpercaya.
CustomER focus; Mendorong terciptanya pengalaman pelanggan yang lebih baik
untuk menghasilkan kesuksesan usaha berjangka panjang.
agIlity; Membangun perilaku strategis melalui kemampuan beradaptasi dan tindakan
kreatif untuk memperkuat daya tahan perusahaan.
safeTY; Menyediakan produk dan layanan berkualitas dengan mengutamakan
keamanan dan keselamatan.

Program Pengendalian Gratifikasi
Sebagai tindak lanjut dari ditandatanganinya Nota Kesepahaman antara PT GI dengan
Komisi Pemberantas Korupsi (“KPK”) pada tanggal 10 Februari 2011, PT GI mencanangkan
dan mulai melaksanakan Program Pengendalian Gratiikasi (“PPG”). Program pengendalian
gratiikasi merupakan inisiatif program dalam rangka mengimplementasikan tata nilai
perusahaan SINCERITY, terutama nilai-nilai kejujuran (honesty) dan integritas (integrity)
serta implementasi dari prinsip-prinsip Good Corporate Governance terutama prinsip
transparansi, responsibilitas dan independen.
Kebijakan pengendalian gratiikasi PT GI adalah bahwa setiap karyawan Garuda Indonesia
tidak diperbolehkan menerima gratiikasi dan harus membuat laporan (disclose) kepada PT GI
dalam hal penerimaan gratiikasi tidak dapat dihindarkan karena dihadapkan pada kondisi yang
sulit untuk melakukan penolakan.

Perusahaan telah menerbitkan ketentuan mengenai pengendalian gratiikasi sebagaimana
diatur dalam Surat Keputusan Direktur Utama Nomor: JKTDZ/SKEP/50001/13 tanggal 09
Januari 2013 tentang Pengendalian Gratiikasi di Lingkungan PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk. PT GI menjalin kerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam
membangun program pengendalian gratiikasi di PT GI. KPK memberikan bantuan teknis
dalam bentuk assessment atas kesiapan PT GI untuk menjalankan program pengendalian
gratiikasi dan pelatihan bagi Tim Program Pengendalian Gratifikasi (PPG) yang dibentuk PT
GI, serta melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan program pengendalian
gratiikasi.
Program Pelaporan Harta Kekayaan
Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan kinerja yang bersih dari praktik-praktik
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, PT GI menyelenggarakan program pelaporan harta kekayaan
dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direktur Utama No.
JKTDZ/SKEP/50015/13 tanggal 26 April 2013 tentang Penyampaian Laporan Harta
Kekayaan di Lingkungan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Keterbukaan Informasi
Sebagai perusahaan terbuka yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia
(BEI), PT GI wajib untuk menyampaikan Keterbukaan Informasi kepada Publik sebagaimana
diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 31/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan
atas Informasi atau Fakta Material oleh Emiten atau Perusahaan Publik dan Keputusan
Direksi PT Bursa Efek Jakarta No. Kep-306/ BEJ/07-2004 tentang Peraturan No. I-E tentang
Kewajiban Penyampaian Informasi. Sampai dengan akhir Desember 2016, Direksi telah
menyampaikan 63 (enam puluh tiga) Laporan Keterbukaan Informasi kepada BEI.
Dalam rangka memudahkan komunikasi dan akses para pemangku kepentingan termasuk
atas untuk informasi terbaru terbaru mengenai laporan kondisi keuangan, non keuangan, dan
data perusahaan lainnya yang terkait dengan pertanggungjawaban transparansi serta
akuntabilitas perusahaan, PT GI senantiasa melakukan pembaharuan sarana dan prasarana
penunjang penyampaian informasi. Selain itu, PT GI juga terus berupaya memperkuat
platform teknologi informasi untuk menjaga dan meningkatkan keandalan dalam penyediaan
informasi secara terintegrasi, tepat waktu dan tepat sasaran melalui (e-mail), penyebaran
buku, buletin, poster, rilis pers, laman (website), maupun media lain.
Komunikasi Internal Dan Eksternal
Komunikasi PT GI kepada karyawan diselenggarakan melalui penerapan strategi
komunikasi internal yang efektif guna mendukung peningkatan produktivitas karyawan dan
reputasi PT GI di internal sesuai prinsip GCG. Tanggung jawab komunikasi internal adalah
memastikan pesan Manajemen tersampaikan kepada karyawan dan optimalisasi media
internal untuk kepentingan PT GI, sehingga pemahaman karyawan dan produktivitas
12

karyawan diharapkan akan meningkat. Media komunikasi internal tersedia dalam berbagai
format:
1. Internal Portal “Tell Us About Us”. Portal internal bersifat komunikasi dua arah yang
mengandung unsur partisipatif dan involvement karyawan.
2. E-mail Blast “Corporate Information”. Broadcast message melalui e-mail kepada
seluruh karyawan PT GI berisi informasi terkait pesan Manajemen, pengumuman
penting termasuk pada situasi krisis, peristiwa, program dan pencapaian PT GI.
3. Internal Magazine “View”. Majalah khusus internal yang terbit secara periodik
memuat artikel bersifat indepth, mengangkat ‘suara’ karyawan, destinasi hingga
artikel lepas yang menambah mwawasan karyawan.
4. Poster. Pesan visual yang ditempatkan di area kerja karyawan dan dimuat di media
komunikasi internal.
Selain media internal, PT GI juga memastikan bahwa komunikasi eksternal berjalan
dengan efektif dan tepat sasaran guna meningkatkan reputasi dan kepercayaan publik terhadap
Garuda Indonesia. Akses informasi dan data mengenai PT GI dapat diakses publik melalui
medium sebagai berikut:
1. Deployment Press Release. Informasi tertulis yang disampaikan kepada media
berkaitan dengan perkembangan terbaru atas kinerja, aksi dan rencana PT GI.
2. Landing Page “Press Release” di PT GI Halaman khusus di situs Garuda Indonesia
yang memuat rencana bisnis PT GI.
3. Akun Media Sosial
• Twitter (www.twitter.com/IndonesiaGaruda)
• Facebook (www.facebook.com/ PT.GarudaIndonesia)
• YouTube
4. Inlight Magazine “Colours”. Majalah khusus yang didistribusikan di seluruh
penerbangan Garuda Indonesia, baik domestik maupun internasional.
D. Landasan Penerapan CSR dan PKBL
Dalam pelaksanaan CSR dan PKBL, Garuda Indonesia senantiasa berpedoman pada
ketentuan dalam berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 mengenai Garuda Indonesia Terbatas
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 mengenai Perlindungan Konsumen
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan
Permen BUMN No. PER-03/MBU/12/2016 19 Desember 2016
Permen BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tanggal 3 Juli 2015
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab
Pengangkut Angkutan Udara

Selain itu landasan regulasi di atas, Perseroan juga merumuskan dan menjalankan
aktivitas CSR-nya dengan mengacu pada standar ISO 26000 yang berisi tentang panduan

praktik-praktik tanggung jawab sosial dalam aspek akuntabilitas, transparansi, perilaku etis,
penghormatan kepada kepentingan stakeholder, kepatuhan pada hukum, penghormatan pada
norma perilaku internasional, dan penegakan hak asasi manusia.
Visi dan Misi CSR
Untuk terus mewujudkan tumbuh kembang yang berkualitas dan memenuhi harapan
seluruh pemangku kepentingan, Perseroan melandaskan implementasi tanggung jawab
sosialnya dalam visi dan misi berikut ini.
Visi: Menjadi pengelola Corporate Social Responsibility yang efektif dan tepat guna sehingga
memberikan dampak positif terhadap masyarakat, lingkungan, dan perusahaan.
Misi: Berkomitmen dalam pemberdayaan ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat di
Indonesia melalui program berkelanjutan yang inovatif.
V. HASIL PENELITIAN
Dari pembahasan mengenai niali etika bisnis dan budaya yang tumbuh dalam manajemen
PT GI, dapat kita lihat bahwa PT GI sudah sesuai aturan dan prinsip nilai etika bisnis yang
baik. Berbagai macam bentuk pengelolaan PT GI telag ditempuh demi dapat memberikan
semua pihak yang bersangkutan, baik itu internal maupun eksternal.
Manajemen kelayakan udara dilakukan untuk dapat melayani masyarakat dalam maupun
luar negeri dengan cara yang professional dan berkualitas. Keandalan keberangkatan armada
dilakukan guna mengurangi tingkat dispatch reliability. Selain itu, dalam rangka
pengembangan dan penyempurnaan praktik GCG, PT GI telah merumuskan kebijakan terkait
kode etik berupa Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja yang berperan sebagai pedoman
standar sikap dan perilaku dalam pelaksanaan segenap aktivitas bisnis sekaligus pencapaian
visi dan misi PT GI.
Salah satu budaya perusahan yang telah melekat adalah budaya ”SINCERITY” dimana
budaya tersebut diharapkan menjadi panduan bagi seluruh insan PT GI dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya dalam usaha mencapai tujuan strategis yang telah ditetapkan.
Terdapat juga beberapa program untuk mengendalikan gratifikasi, program pencegahan
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), dan telah melekatnya buadaya keterbukaan
guna memudahkan komunikasi dan akses untuk para pemangku kepentingan. Selain itu, PT
GI juga menjalankan program CSR guna dapat memberikan dampak positif terhadap
masyarakat, lingkungan, dan perusahaan.

14

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Etika bisnis sangatlah diperlukan oleh perusahaan dan setiap individu di dalam perusahaan,
guna dapat mencapai visi dan misi perusahaan. Perusahaan yang ingin pencapai kestabilan
bisnis dan dapat berkompetisi adalah perusahaan yang menjunjung tinggi etika bisnis. Karena
Perusahaan yang memiliki komitmen yang tinggi dalam menjaga etika bisnisnya akan
memiliki konsumen yang cenderung loyal sehingga visi dan misi perusahaan akan lebih
mudah dicapai.
Saran
Lebih diperketatnya aturan dan kontrol serta evaluasi dari pemerintah dalam proses penerapan
etika bisnis yang baik dalam setiap perusahaan di Indonesia, baik itu perusahaan milik dalam
atau luar negeri. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa masih terdapat banyak perusahaan
yang menurut masyarakat luas, telah memberikan dampak buruk bagi masyarakat,
lingkungan, dan negara. Tentunya hal tersebut sangan bertolak belakang dengan etika bisnis
dan norma-norma yang ada. Oleh karena itu, peran pemerintah, serta didukung oleh
masyarakat, sangat penting bagi kelancaran penarapan etika bisnis di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Blogspot. 2017. PENERAPAN ETIKA BISNIS di PT ANEKA TAMBANG. Tbk. Diambil dari :
http://evariannafpasaribu.blogspot.co.id/2017/04/evarianna-f-pasaribu-prof_14.html (10
Oktober 2017)
Hapzi, Ali. Modul ketiga: PPT Business Ethic and Good Governance. Jakarta
Garuda Indonesia. 2016. Annual Report 2016. Jakarta
Garuda Indonesia.

2016.

Visi

dan

Misi.

Diambil dari :

https://www.garuda-

indonesia.com/id/id/corporate-partners/company-profile/company-visionmission/index.page? (11 Oktober 2017)
Sumber Pengertian. 2017. Pengertian Etika Bisnis Menurut Para Ahli dan Contohnya.
Diambil dari: http://www.sumberpengertian.com/pengertian-etika-bisnis-menurut-paraahli-dan-contohnya (10 Oktober 2017)
Wikipedia. 2017. Etika Bisnis. Diambil dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis (11
Oktober 2017)

16